Anda di halaman 1dari 11

Mitigasi Bencana

Gunung Api
Sabtu, 29 Maret 2014

MITIGASI BENCANA
GUNUNG MELETUS

Di Susun Oleh:
Maydita Putri Cahyani (19)
Novia Heldiana (22)
X IPS-2
SMA Negeri 1 Ungaran
Tahun Pelajaran 2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki letak geografis strategis
serta banyak gunung berapi aktif di setiap daerah yang sewaktu-waktu bisa memuntahkan lahar
panasnya. Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia seperti, banjir bandang, longsor, gempa
vulkanik, Tsunami, banjir roob, gempa tektonik telah menimbulkan banyak kerugian dan luka
mendalam dengan trauma dan kesedihan bagi warga yang mengalaminya.Hampir sebagian
bencana yang terjadi di negri kita ini terjadi akibat ulah manusia juga yang mengeksploitasi
Sumber Daya alam secara berlebihan tanpa memikirkan kelestarian alam, kebiaasan penduduk
yang sering membuang sampah ke sungai/sembarangan juga berakibat tercemarnya air serta
banjir didaerah sekitarnya.
Dengan disusunnya makalah ini,kami mengharapkan pembaca mengetahui tentang apa
itu mitigasi bencana. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.jenis jenis mitigasi dalam prakteknya dikelompokan menjadi dua
yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. . Mitigasi struktural berhubungan dengan
usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non struktural antara lain
meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan kerentanan wilayahnya dan
memberlakukan peraturan (law enforcement) pembangunan.tujuan utama dari mitigasi bencana
yaitu mengurangi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh bencana kususnya bagi penduduk
seperti korban jiwa,kerugian ekonomi,dan lain lain.

B. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat kita tarik perumusan masalah yang sebagai berikut:
1. Pengertian “Mitigasi Bencana” ?
2. Jenis-jenis Mitigasi?
3. Tujuan Mitagasi?
4. Asas dan Prinsip Dasar Mitigasi Bencana
5. Mitigasi Bencana Gunung Meletus
C. TUJUAN
1. Bagi siswa
Untuk menambah pengetahuan mengenai “mitigasi bencana” dan sebagai tugas untuk memenuhi
mata pelajaran Geografi
2. Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi
bencana gunung melutus.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak
utama dari manajemen bencana untuk mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya
bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta benda yang akan berpengaruh pada
kehidupan dan kegiatan manusia.
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke
dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia
(man-madedisaster).
Untuk mendefenisikan rencana atau srategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu dilakukan
kajian resiko (risk assessmemnt) . Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan
yang rutin dan berkelanjutan (sustainable). Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya
sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari sebelum kegiatan bencana, yang seringkali datang
lebih cepat dari waktu-waktu yang diperkirakan, dan bahkan memiliki intensitas yang lebih besar
dari yang diperkirakan.

B. Jenis-jenis Mitigasi
Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi struktural dan
mitigasi non struktural.
 Mitigasi Struktural
Mitigsasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan
melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti
pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi,
bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk
memprediksi terjadinya gelombang tsunami.
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana
dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan
dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu
bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang
bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah
memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana.
 Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya
tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu
peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di
bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity
building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi
penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua dilakukan untuk, oleh
dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan bencana.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi.
Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk menghindari
risiko yang tidak perlu dan merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih
dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan
terjadinya bencana dan dampak yang mungkin ditimbulkannya.
Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non struktural harus saling
mendukung antara satu dengan yang lainnya. Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi,
mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu bencana harus diimbangi dengan
penciptaan dan penegakan perangkat peraturan yang memadai yang didukung oleh rencana tata
ruang yang sesuai. Sering terjadinya peristiwa banjir dan tanah longsor pada musim hujan dan
kekeringan di beberapa tempat di Indonesia pada musim kemarau sebagian besar diakibatkan
oleh lemahnya penegakan hukum dan pemanfaatan tata ruang wilayah yang tidak sesuai dengan
kondisi lingkungan sekitar. Teknologi yang digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan
mengurangi risiko terjadinya suatu bencana pun harus diusahakan agar tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan di masa depan.

C. Tujuan Mitigasi Bencana


Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk, seperti
korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan sumber daya alam.
2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta mengurangi
dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).
D. Asas dan Prinsip Dasar Mitigasi Bencana
Secara umum, Kebijaksanaan Penanggulangan Bencana di Indonesia didasarkan pada asas-asas
sebagai berikut :
1. Kebersamaan dan kesukarelaan
2. Koordinasi dan Intergrasi
3. Kemandirian
4. Cepat dan tepat
5. Prioritas
6. Kesiapsiagaan
7. Kesemesta

MITIGASI BENCANA GUNUNG MELETUS

Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi
terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18
km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung
berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer
jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi
berupa :
1. Gas Vulkanik
Gas Vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang
dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida (Co2), Hidrogen Sulfida (H2S),
sulfurdioksida (SO2) dan nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia.
2. Lava dan Aliran Pasir serta Batu Panas
Lava dan Aliran Pasir serta Batu Panas adalah aliran magma yang bersuhu tinggi yang mengalir
ke permukaan melalui kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya
mengikuti sungai atau lembah yang ada sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari
sumbernya.
3. Lahar
Lahar merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung berapi. Lahar
adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran
lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan. Lahar letusan terjadi
apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus, sehingga air danau yang panas
bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran material
letusan dengan air hujan di sekitar puncaknya.
4. Abu Letusan
Abu letusan adalah material yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa
dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Dampak abu letusan permasalahan pernafasan, kesulitan
penglihatan, pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin
dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur tubuh.
5. Awan Panas (Piroklastik)
Awan Panas (Piroklastik) adalah awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas
jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas, mengalir Turun
dan akhirnya mengendap di dalam dan disekitar sungai dari lembah. Awan panas hembusan
adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan
mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan
kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan
jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan
ribuan km dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas bisa mengakibatkan luka
bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga
menyebabkan sesak sampai tidak bernafas.

SEBELUM LETUSAN :
 Cari tahu tentang sistem pengamanan di komunitas daerah masing-masing serta bagan alur keadaan
darurat.
 Waspadai mengenai bahaya yang menyertai letusan gunung api yaitu :
1. Lahar dan banjir bandang
2. Longsor dan hujan batu (material gunung api)
3. Gempa bumi
4. Hujan abu dan hujan asam
5. Tsunami
 Lakukan rencana evakuasi
1. Apabila tinggal di daerah rawan bencana gunung api, harus ingat rute mana yang
aman untuk dilalui.
2. Bentuk komunitas bahaya bencana gunung api.
3. Apabila anggota keluarga tidak berkumpul ketika terjadi letusan (misalnya yang
dewasa sedang bekerja dan anak-anak sedang sekolah) usahakan untuk berkumpul
dalam keluarga jangan terpisah.
4. Mintalah keluarga yang tinggal berjauhan untuk saling mengontak sebagai
hubungan keluarga sebab sehabis terjadi bencana biasanya lebih mudah untuk kontak
jarak jauh.
5. Tiap anggota keluarga usahakan untuk mengetahui nama, alamat dan nomor
telepon anggota keluarga yang lain.
 Buatlah persediaan perlengkapan darurat seperti :
- Baterai/senter dan extra batu baterai.
- Obat-obatan untuk pertolongan pertama.
- Makanan dan air minum untuk keadaan darurat.
- Pembuka kaleng.
- Masker debu.
- Sepatu.
- Pakailah kacamata dan gunakan masker apabila terjadi hujan abu.
 Hubungi pihak-pihak yang berwenang mengenai penanggulangan bencana.
 Walaupun tampaknya lebih aman untuk tinggal di dalam rumah sampai gunung api berhenti
meletus, tapi apabila anda tinggal di daerah rawan bahaya gunung api akan sangat berbahaya.
Patuhi instruksi yang berwenang dan lakukan secepatnya.
 Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunung api aktif.
 Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Resiko Bahaya Gunung
Api yang didukung dengan Peta Geologi Gunung Api.
 Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api.
 Melakukan pembimbingan dan pemeberian informasi gunung api.
 Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunung api.
 Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana dan
prasarananya.

B. SELAMA LETUSAN :
 Ikuti perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang berwenang.
 Hindari melewati searah dengan arah angin dan sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung yang
sedang meletus.
 Apabila terjebak di dalam ruangan/rumah :
1. Tutup seluruh jendela, pintu-pintu masuk dan lubang/keran.
2. Letakkan seluruh mesin ke dalam garasi atau tempat yang tertutup.
3. Bawa binatang atau hewan peliharaan lainnya ke dalam ruang yang terlindung.
 Apabila berada di ruang terbuka :
1. Cari ruang perlindungan.
2. Apabila terjadi hujan batu, lindungi kepala dengan posisi melingkar seperti bola.
3. Apabila terjebak dekat suatu aliran, hati-hati terhadap adanya aliran lahar. Cari tempat yang lebih
tinggi terutama. Lindungi diri anda dari hujan.
4. Kenakan pakaian kemeja lengan panjang dan celana.
5. Gunakan kacamata untuk melindungi mata anda.
6. Gunakan masker debu atau gunakan kain/sapu tangan untuk melindungi pernapasan anda.
7. Matikan mesin mobil atau kendaraan lainnya kalau mendengar adanya aliran lahar.
 Hindari daerah bahaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah/lembaga yang berwenang/lihat peta
daerah bahaya gunung api.
 Akibat letusan gunung api bisa dirasakan berkilo meter jauhnya dari gunung api yang sedang
meletus. Aliran lahar dan banjir bandang, kebakaran hutan bahkan aliran awan panas yang
mematikan dapat mengenai orang yang bahkan tidak melihat ketika gunung api meletus. Hindari
lembah-lembah sungai dan daerah yang rendah. Mencoba mendekati gunung api yang sedang
meletus merupakan ide yang dapat membawa maut.
 Apabila melihat permukaan aliran air sungai naik, cepat-cepat cari daerah yang lebih tinggi.
Apabila aliran lahar melewati jembatan, jauhi jembatan tersebut. Aliran lahar memiliki daya
kekuatan yang besar, membentuk aliran yang mengandung lumpur dan bahan gunung api lainnya
yang dapat bergerak dengan kecepatan 30-60 km/jam. Awan panas yang mengandung debu
gunung api dapat membakar tumbuhan yang dilaluinya dengan amat cepat. Dengarkan berita dari
radio atau televisi mengenai situasi terakhir bahaya letusan gunung api.

C. PASCA LETUSAN :
 Apabila mungkin, hindari daerah-daerah zona hujan abu.
 Apabila berada di luar ruangan :
1. Tutup mulut dan hidung anda. Debu gunung api dapat mengiritasi sistem pernapasan anda.
2. Gunakan kacamata untuk melindungi mata anda.
3. Lindungi kulit anda dari iritasi akibat debu gunung api.
4. Bersihkan atap dari hujan debu gunung api.
5. Hujan debu yang menutupi atap sangat berat dan dapat mengakibatkan runtuhnya atap bangunan.
Hati-hati ketika bekerja di atap bangunan rumah.
 Hindari mengendarai kendaraan di daerah hujan abu yang lebat.
 Mengendarai kendaraan mengakibatkan debu tersedot dan dapat merusak mesin kendaraan
tersebut.
 Apabila punya penyakit pernapasan, hindari sedapat mungkin kontak dengan debu gunung api.
 Tinggalah di dalam rumah sampai keadaan dinyatakan aman di luar rumah.
 Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan.
 Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya.
 Memberikan saran penanggulangan bahaya.
 Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.
 Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
 Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun.
 Melanjutkan pemantauan rutin.

Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan
gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :

1.Pemantauan,aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat


pencatatgempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke
kantorDirektorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di
Bandungdengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan
Gunungberapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.

2.Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadipeningkatan


aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporandan data, membentuk tim
Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,melakukan pemeriksaan secara terpadu.

3.Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskanjenis dan
sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arahpenyelamatan diri, lokasi
pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.

4.Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, danGeokimia.


Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dandokumen lainya.

5.Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerahserta masyarakat


terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuksosialisasi dapat berupa
pengiriman informasi kepada Pemda danpenyuluhan langsung kepada masyarakat.
]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kami dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa mitigasi bencana
adalah sebuah upaya untuk memperingan suatu dampak dari terjadinya bencana.mitigasi bencana
harus benar-benar dilakukan ketika terjadi suatu bencana baik longsor,banjir
bandang,sunami,dan lain-lain.mitigasi bencana harus benar-benar direncanakan smatang
mungkin agar dalam pelaksanaan dilapangan dapat berjalan dengan baik.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan
1. Para pembaca memahami arti penting dari mitigasi bencana
2. Para pembaca dapat mengimplementasikan langkah-langkah bila terjadi bencana
3. Peduli terhadap sesama
4. Memiliki jiwa saling tolong menolong

DAFRTAR PUSTAKA
http://onlymissblue.blogspot.com
http://hendrofirman9fnesatta.blogspot.com
http://sofaranikazzahra.blogspot.comml

Diposting oleh maydita novia di 13.00 1 komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Lokasi: Semarang, Semarang City, Central Java, Indonesia

Beranda
Langganan: Postingan (Atom)
Mengenai Saya

maydita novia
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2014 (1)
o ▼ Maret (1)
 <!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\...
Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai