Anda di halaman 1dari 13

KLIPING

MITIGASI DAN BENCANA ALAM

YANG ADA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : KHAYLILA LYRA ARIWANNI

KELAS : X MIPA 1

SMA N 1 KALIREJO

TAHUN AJARAN 2020/2021


Mitigasi merupakan upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat
bencana. Terhadap bencana sendiri ada empat penanganan yang dapat dilakukan
yaitu mitigasi,kesiapan,tanggapan,dan penormalan kembali.

PENGERTIAN Mitigasi BENCANA

Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan
dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan
bencana,baik itu bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari
keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.

Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana,diantaranya
tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana,
sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana,mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara
penyelamatan diri jika bencana terjadi sewaktu-waktu dan pengaturan, penataan
kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.
JENIS Mitigasi BENCANA

Tujuan dari mitigasi sendiri adalah mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya
di masa mendatang,mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk,
mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan
terhadap infrastruktur sektor publik. Mitigasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni mitigasi
struktural dan mitigasi non struktural.

Mitigasi STRUKTURAL

Mitigasi struktural merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan


membangun berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Misalnya dengan
membuat waduk untuk mencegah banjir,membuat alat pendeteksi aktivitas gunung
berapi,menciptakan early warning sistem untuk memprediksi gelombang tsunami,
hingga membuat bangunan tahan bencana atau bangunan dengan struktur yang
direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dan tidak membahayakan
para penghuninya jika bencana terjadi sewaktu-waktu.
Mitigasi NON STRUKTURAL

Mitigasi non struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi

dampak bencana melalui kebijakan dan peraturan. Contohnya,UU PB atau Undang-


Undang Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota,atau aktivitas lain yang
berguna bagi penguatan kapasitas warga.

STRATEGI Mitigasi BENCANA

Memahami bahwa bencana dapat diprediksi secara alamiah dan saling berkaitan
antara yang satu dan lainnya sehingga perlu di evaluasi secara terus menerus. Upaya
mitigasi bencana harus memiliki persepsi yang sama baik dari aparat pemerintahan
maupun masyarakatnya. Adapun strategi yang dapat dilakukan agar upaya mitigasi
bencana dapat terkoordinir dengan baik adalah sebagai berikut.

PEMETAAN

Pemetaan menjadi hal terpenting dalam mitigasi bencana,khususnya bagi wilayah


yang rawan bencana. Hal ini dikarenakan sebagai acuan dalam membentuk
keputusan antisipasi kejadian bencana. Pemetaan akan tata ruang wilayah juga
diperlukan agar tidak memicu gejala bencana. Sayangnya di Indonesia pemetaan tata
ruang dan rawan bencana belum terintegrasi dengan baik,sebab memang belum
seluruh wilayahnya dipetakan,Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik,
Peta bencana belum terintegrasi dan Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar
yang berbeda beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

PEMANTAUAN

Pemantauan hasil pemetaaan tingkat kerawanan bencana pada setiap daerah akan
sangat membantu dalam pemantauan dari segi prediksi terjadinya bencana. Hal ini
akan memudahkan upaya penyelamatan saat bencana terjadi. Pemantauan juga dapat

dilakukan untuk pembangunan infrastruktur agar tetap memperhatikan AMDAL .

PENYEBARAN INFROMASI

Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara memberikan poster dan
leaflet kepada Pemerintah Kabupaten atau Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang
rawan bencana,tentang tata cara mengenali,mencegah dan penanganan bencana.
Tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di kawasan
tertentu. Koordinasi pemerintah daerah sangat berperan dalam penyebaran informasi
ini mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas.

SOSIALISASI,PENYULUHAN,PENDIDIKAN

Beberapa lapisan masyarakat mungkin ada yang tidak dapat mengakses informasi
mengenai bencana. Oleh karenanya menjadi tugas aparat pemerintahan untuk
melakukan sosialisasi ke masyarakat. Adapun bahan penyuluhan hampir sama
dengan penyebaran informasi. Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian
dan penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur
informasi dari petugas lapangan,pejabat teknis dan masyarakat sampai ke tingkat
pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini kesiagaan
tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

PERINGATAN DINI

Peringatan dini untuk memberitakan hasil pengamatan kontinyu di suatu daerah yang
rawan bencana,dengan tujuan agar masyarakatnya lebih siaga. Peringatan dini
tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan
tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana.
Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis,
pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya), pengungsian dan saran
penanganan lainnya.

CONTOH Mitigasi BENCANA

Secara geologis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu
Lempeng Indo-Australia,Lempeng Eurasia,dan Lempeng Pasifik. Negara yang kita
huni ini mendapat julukan ring of fire atau Lingkaran Api Pasifik. Hal ini menjadi
faktor di Indonesia sering terjadi bencana. Bencana sendiri diartikan sebagai
peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat seperti
kehilangan nyawa dan harta benda.
CONTOH Mitigasi BENCANA ALAM

1. Membuat Peta rawan bencana tanah longsor

Tanah longsor merupakan suatu aktivitas dari proses gangguan keseimbangan yang
menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke
tempat yang lebih rendah. Adapun beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya tanah
longsor seperti curah hujan,lereng terjal, kepadatan tanah, jenis batuan,jenis tata
lahan, dan adanya getaran. Daerah rawan akan timbulnya bencana tanah longsor
dapat diidentifikasi dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan peta daerah rawan
bencana tanah longsor dengan menggunakan parameter-parameter penyebab tanah
longsor diantaranya curah hujan, jenis tanah, ketinggian,kemiringan lereng,dan
tutupan lahan. Dari parameter tersebut akan diolah dan dilakukan analisa dengan
menggunakan metode fuzzy logic, dimana fuzzy logic merupakan sistem cerdas yang
dapat digunakan sebagai sistem kontrol dan pemecahan masalah yang dapat
digunakan untuk mendeteksi daerah tanah longsor yang ada di Kabupaten
Probolinggo. Dalam proses analisa tersebut dilakukan dengan cara menggunakan
fitur spatial analysis tools berupa Overlay Fuzzy yang terdapat pada software
ArcGIS. Kemudian akan didapatkan hasil berupa peta tingkat kerawanan tanah
longsor yang memiliki 4 kelas kerawanan, diantaranya kelas kerawanan tidak rawan,
kelas kerawanan rendah,kelas kerawanan sedang,dan kelas kerawanan tinggi.

2. Membangun Terasering dengan sistem drainase yang tepat


Terasering atau sengkedan merupakan metode konservasi dengan membuat teras-
teras yang dilakukan untuk mengurangi panjang lereng,menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan,serta memperbesar peluang
penyerapan air oleh tanah. Jenis terasering antara lain teras datar (level terrace),
teras kredit (ridge terrace), Teras guludan (contour terrace), dan teras bangku/tangga
(bench terrace).

3. Penutupan rekahan di atas lereng

Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam
tanah. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya
liquefaction(infeksi cairan). Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel.
Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.
4. Melakukan Reboisasi di hutan yang gundul

Reboisasi adalah melakukan penghijauan kembali agar alam menjadi hijau dan
biasanya dilakukan di hutan yang sudah menjadi gundul agar bisa berfungsi
sebagaimana mestinya. Hutan ini memiliki fungsi sebagai penyimpan cadangan air,
pelindung manusia dan juga aneka satwa. Dengan ditanaminya kembali hutan yang
gundul tersebut persediaan udara, air dan bencana alam bisa dicegah. Banyak yang
menyamakan reboisasi dengan penghijauan. Namun penghijauan dengan reboisasi ini
berbeda. Penghijauan adalah menanam pohon di tempat yang diyakini bisa tumbuh
misalnya saja di halaman rumah Anda sendiri

5. Melakukan pembuatan tanggul penahan runtuhan batuan

Tujuan utama tanggul buatan adalah untuk mencegah banjir di dataran yang
dilindunginya. Bagaimanapun, tanggul juga mengungkung aliran air sungai,
menghasilkan aliran yang lebih cepat dan muka air yang lebih tinggi. Tanggul juga
dapat ditemukan di sepanjang pantai, di mana gumuk / gundukan pasir pantainya
tidak cukup kuat, di sepanjang sungai untuk melindungi dari banjir, di sepanjang
danau atau polder. Tanggul juga dibuat untuk tujuan empoldering/membentuk
batasan perlindungan untuk suatu area yang tergenang serta suatu perlindungan
militer.

Anda mungkin juga menyukai