Anda di halaman 1dari 5

TUGAS II

KEPERAWATAN BENCANA
SEJARAH BENCANA DI INDONESIA

Disusun Oleh :
Indra Kurniawan Saputra
NIM: 2111027

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PARALEL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
2022
1. KEJADIAN BENCANA DI INDONESIA
 Indonesia adalah negara kepulauan terluas di dunia dengan 17.540 pulau dan
luas 1.904.569 km2.
 Indonesia terletak di pertemuan 4 lempeng tektonik dan merupakan barisan
gunung api dari ujung barat sampai ujung timur
 Berlokasi di Cincin Api Pasifik (wilayah dengan banyak aktivitas tektonik),
Indonesia harus terus menghadapi resiko letusan gunung berapi, gempa bumi,
banjir dan tsunami. Pada beberapa peristiwa selama 20 tahun terakhir,
Indonesia menjadi headline di media dunia karena bencana-bencana alam
yang mengerikan dan menyebabkan kematian ratusan ribu manusia dan
hewan, serta menghancurkan wilayah daratannya (termasuk banyak
infrastruktur sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi
 Indonesia adalah negara yang memiliki paling banyak gunung berapi aktif di
seluruh dunia. Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik beserta Lempeng Indo-
Australia adalah tiga lempeng tektonik aktif yang menyebabkan terjadinya
zona-zona tumbukan yang kemudian membentuk gunung-gunung berapi ini.
Indonesia diperkirakan memiliki 129 gunung berapi, semuanya diawasi
dengan hati-hati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Hal
ini dilakukan karena sejumlah gunung berapi di Indonesia terus menunjukkan
aktivitas. Apalagi, diperkirakan lebih dari lima juta orang tinggal (dan/atau
kerja) di "zona bahaya" sebuah gunung berapi (yang harus segera dievakuasi
kalau gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).
 Gempa bumi mungkin adalah ancaman bencana alam terbesar di Indonesia
karena terjadi tiba-tiba dan bisa menyerang wilayah padat penduduk, seperti
kota-kota besar. Gempa bumi dengan kekuatan sekitar 5 skala Richter terjadi
hampir setiap hari di Indonesia namun biasanya tidak menyebabkan - atau
hanya sedikit menyebabkan - kerusakan. Kalau kekuatan gempa melewati 6
skala Richter, sebuah gempa bisa menyebabkan banyak kerusakan. Rata-rata,
setiap tahunnya terjadinya satu gempa bumi dengan 6 skala Richter (atau
lebih) di Indonesia dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan
infrastruktur maupun lingkungan hidup
 Sebuah gempa bumi atau letusan gunung berapi dalam laut bisa menyebabkan
gelombang tsunami yang memiliki dampak mengerikan bagi manusia dan
semua objek di dekat laut. Pada tahun 2004, sejumlah negara di dunia
diguncang oleh gempa bumi di Samudera Hindia dan tsunami yang menyusul
kemudian, menewaskan 167.000 orang di Indonesia (terutama Aceh) dan
mengakibatkan perpindahan lebih dari setengah juta orang karena ribuan
rumah disingkirkan oleh air lautnya. Meskipun sebuah tsunami yang sangat
besar seperti yang terjadi pada akhir tahun 2004 sangat jarang, wilayah
Sumatra sering dikejutkan dengan gempa bumi di bawah laut yang berpotensi
menyebabkan tsunami.
 Musim hujan di Indonesia (yang terjadi dari Desember sampai Maret)
biasanya menyebabkan curah hujan yang tinggi. Dikombinasikan dengan
pengundulan hutan dan saluran-saluran air yang tersumbat oleh sampah, ini
bisa menyebabkan sungai-sungai meluap dan terjadi banjir. Banjir dan tanah
longsor terjadi di banyak wilayah di Indonesia dan bisa menyebabkan
jatuhnya ratusan korban, hancurnya rumah-rumah dan infrastruktur lain, dan
kerugian bagi bisnis-bisnis lokal. Bahkan di megapolitan seperti Jakarta,
banjir terjadi secara reguler (setiap tahun) karena lemahnya manajemen air
dikombinasikan dengan curah hujan yang tinggi.

2. PERAN KEARIFAN LOKAL


a) Kearifan Lokal: Secara umum kearifan lokal muncul melalui proses
internalisasi yang panjang dan berlangsung turun temurun sebagai akibat
interaksi antara manusia dengan lingkugannya. Proses evaluasi yang panjang
ini bermuara pada munculnya sistem nilai yang terkristalisasi dalam bentuk
hukum adat, kepercayaan, dan budaya setempat
b) Rencana Mitigasi Bencana Gempa bumi dapat meningkatkan cara pandang
yang luas dan terintegrasi terhadap sistem pengurangan resiko bencana yang
meliputi beberapa elemen sebagai berikut:
 Identifikasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi resiko bencana
tersebut.
 Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan
dimiliki oleh pemegang kebijakan.
 Seperangkat peraturaan, perundang-udangan dan regulasi yang
menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk interaksi antara
berbagai organisasi dan insitusi yang berbeda.
 Mekanisme koordinasi institusi yang kuat.
 Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan
code dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman.
 Perencanaan tataguna lahan dan permukiman yang menggabungkan
kepedulian akan bencana dan pengurangan resiko.
 Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan resiko akibat
bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
akan bencana, pendidikan, pelatuhan dan penelitian.
 Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pada
pemahaman resiko.
 Kerjasama dan koordinasi antar kota dalam satu program mega city.
c) Minimal terdapat enam langkah yang bisa diupayakan dalam melakukan
mitigasi bencana tsunami antara lain:
 Melakukan upaya-upaya perlindungan 33 kepada kehidupan,
infrastruktur dan lingkungan pesisir. Pengembangan sistem peringatan
dini (early warning system) dan pembuatan bangunan pelindung
merupakan contoh upaya perlindungan yang bisa dikembangkan.
 Meningkatkan pemahaman dan peranserta masyarakat pesisir terhadap
kegiatan mitigasi bencana gelombang pasang. Kebijakan ini bisa
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain mensosialisasikan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bencana alam dan
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, mengembangkan informasi
bencana dan kerusakan yang ditimbulkan termasuk pengembangan
basis data dan peta resiko bencana, menggali berbagai kearifan lokal
dalam mitigasi bencana.
 Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencan
 Meningkatkan koordinasi dan kapasitas kelembagaan mitigasi
bencana. Implementasi dari kebijakan ke empat ini antara lain
peningkatan peran serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak,
pengembangan forum koordinasi dan integrasi program antar sektor,
antar level birokrasi.
 Menyusun payung hukum yang efektif dalam upaya mewujudkan
upaya-upaya mitigasi bencana yaitu dengan jalan penyusunan produk
hukum yang mengatur pelaksanaan upaya mitigasi, pengembangan
peraturan dan pedoman perencanaan dan pelaksanaan bangunan 34
penahan bencana, serta pelaksanaan peraturan dan penegakan hukum
terkait mitigasi.
 Mendorong keberlanjutan aktivitas ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat pesisir melalui melakukan kegiatan mitigasi
yang mampu meningkatkan nilai ekonomi kawasan, meningkatkan
keamanan dan kenyamanan kawasan pesisir untuk kegiatan
perekonomian.
d) Penanggulangan banjir dapat dibedakan secara fisik (struktural measures) dan
non fisik(non struktural measures) yang dipilih dengan partisipasi penuh dari
para pemangku kepentingan. Secara fisik antara lain pembuatan cek dam,
tanggul dan bendungan, sedangkan non fisik berupa pemetaan daerah rentan,
bahaya ataupun beresiko terhadap banjir. Untuk mengidentifikasi zona bahaya
banjir bandang, maka diperlukan pemetaan daerah bahaya dengan pendekatan
karakteristik geomorfologi danhidrologi

Anda mungkin juga menyukai