Anda di halaman 1dari 14

Manajemen Penanggulangan Bencana Hidro Meteorologi

 DEFINISI
1. Hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang

terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi) yang dapat

menyebabkan hilangnya nyawa, cedera atau dampak kesehatan lainnya, kerusakan

harta benda, hilangnya mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi,

atau kerusakan lingkungan. Contoh bencana hidrometeorologi yaitu badai siklon

tropis, badai petir, badai es, tornado, curah hujan ekstrem, banjir, embun dan suhu

dingin.

2. Bencana hidrometeorologis memiliki dua kata, bencana dan hidrometeorologis.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,

sesuatu fenomena yang disebut bencana adalah jika peristiwa tersebut mengancam

dan mengganggu kehidupan, penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

3. Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang disebabkan oleh rusaknya sistem

dalam siklus hidrologi, sehingga mempengaruhi kestabilan kondisi iklim dan

cadangan air di permukaan bumi. Kondisi ketidakteraturan pola hujan,

ketidakkonsistenan variasi musim hujan dan kemarau, hilangnya fungsi hidrologi

Daerah Aliran Sungai (DAS), hilangnya jutaan hektar hutan akibat pembalakkan liar.

mengakibatkan terjadinya degradasi lahan yang berlanjut pada bencana banjir dan

longsor. Intensifnya pembukaan lahan untuk kepentingan permukiman. pertanian, dan

perekonomian, mengakibatkan lepasnya cadangan karbon ke atmosfer, sehingga


kosentrasi gas CO2 terus meningkat dan menjadikan bumi bertambah panas akibat

pemanasan global

KESIMPULAN

Dari penjelasan ketiga di atas, dapat disimpulkan bahwa bencana hidrometeorologi

adalah fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer, air, atau

lautan, dan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, termasuk hilangnya nyawa,

cedera, kerusakan harta benda, hilangnya mata pencaharian, gangguan sosial dan

ekonomi, serta kerusakan lingkungan. Bencana ini dapat mencakup berbagai peristiwa

seperti badai siklon tropis, badai petir, banjir, dan lainnya. Bencana hidrometeorologi

dapat disebabkan oleh gangguan dalam siklus hidrologi, termasuk perubahan pola hujan,

degradasi lahan, dan pembukaan lahan untuk keperluan manusia, yang dapat

berkontribusi pada masalah seperti banjir dan pemanasan global. Sesuai dengan definisi

dalam Undang-Undang Penanggulangan Bencana, bencana hidrometeorologi mengancam

dan mengganggu kehidupan manusia, mengakibatkan korban manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

 MACAM BENCANA HIDROMETEOROLOGIS

Berdasarkan Hoeppe (2016), bencana alam dapat dikategorikan menjadi 4 tipe utama

(family) yaitu bencana geofisik (geophysical), bencana meteorologis (meteorological),

bencana hidrologis (hydrological), dan bencana klimatologis (climatological). Bencana

hidrometeorologis merupakan gabungan dari 3 tipe utama bencana yaitu bencana

meteorologis, bencana hidrologis, dan bencana klimatologis.


Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyatakan, Indonesia telah

mengalami 1.137 kali kejadian bencana. Bencana tersebut didominasi banjir, longsor, dan

cuaca ekstrem hingga Maret 2022.

1. Curah Hujan Ekstrem

Curah hujan adalah curah hujan yang jatuh di suatu lokasi tertentu dengan intensitas

tinggi melebihi batas atas curah hujan biasanya dalam waktu tertentu (menit, jam,

hari, bulan). Curah hujan ekstrem dipicu oleh pertumbuhan awan konventif

(cumulonimbus) yang masif dan mencapai atmosfer yang tinggi. Selain curah hujan

intensitas tinggi, awan cumolonimbus juga umumnya dapat disertai golakan angin

kencang, hujan es dan potensi puting beliung.

2. Angin Kencang

Angin kencang adalah naiknya kecepatan angin lebih dari 27,8 km/jam dari wilayah

dengan tekanan udara yang lebih tinggi ke wilayah dengan tekanan udara yang lebih

rendah. Apabila terjadi secara tiba-tiba atau mendadak yang berangsung hujan

beberapa detik atau menit maka disebut sebagai gusty yang berkaitan dengan

pertumbuhan awan cumulonimbus.

3. Puting Beliung

Puting beliung adalah angin angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63

km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit

hingga beberapa menit. Angin puting beliung umumnya terjadi pada siang hingga

sore hari pada pergantian musim hujan ke musim kemarau (pancaroba).

4. Banjir
Banjir adalah luapan air yang merendam tanah yang biasanya kering. Banjir dapat

terjadi sebagai limpahan air dari badan air, seperti sungai, danau, atau laut, di mana

air melewati atau memecah tanggul, yang mengakibatkan sebagian air keluar dari

batas atau mungkin terjadi karena akumulasi air hujan di tanah yang sudah jenuh

5. Longsor

Tanah longsor terjadi di lingkungan, yang ditandai oleh kemiringan lereng yang

curam atau landai dengan sudut tertentu, pegunungan hingga tebing pantai atau di

dasar laut. Dalam banyak kasus, tanah longsor dipicu oleh peristiwa tertentu (seperti

hujan lebat, gempa bumi, lereng miring untuk membangun jalan, dan banyak

lainnya).

6. Kekeringan

Kekeringan adalah defisit curah hujan pada suatu wilayah dalam periode tertentu. Hal

ini juga dapat menyebabkan penurunan kelembaban tanah yang menyebabkan

kerusakan tanaman. Dampaknya dapat dirasakan dibeberapa sektor seperti sektor

pertanian, sosial dan ekonomi.

7. Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) adalah penurunan terbakarnya banyak pohon,

semak, paku-pakuan dan rumput di suatu wilayah. Penyebab dari Karhutla bisa

karena faktor alam (kekeringan, musim kemarau yang berkepanjangan dan sambaran

petir) serta bisa karena faktor ulah manusia (pembakaran hutan secara sengaja untuk

membuka lahan baru, membuang puntung rokok dan membakar sampah di dekat area

hutan). Di Indonesia, 95% karhutla disebabkan oleh ulah manusia.

8. Kualitas Udara Buruk


Kualitas udara mengacu pada kondisi udara di sekitar kita. Kualitas udara yang buruk

berkaitan tentang tingkat polusi udara yang tinggi disebabkan oleh asap, debu dan

kabut asap serta pengotor udara lainnya. Kualitas udara ditentukan oleh nilai

konsentrasi polutan di udara atau berdasarkan indeks-indeks kualitas udara lainnya.

 DAMPAK BENCANA HIDROMETEOROLOGI

1. Sektor Kesehatan

Tingginya curah hujan juga turut menaikkan tingkat kembang biak bakteri dan virus

sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit seperti flu, diare. DBD,

tipes, malaria, leptospirosis. penyakit kulit dan sebagainya,

2. Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Sektor lingkungan hidup dan kehutanan bisa mendapatkan dampak yang baik berupa

potensi melimpahnya air hujan maupun dampak yang kurang baik seperti kekeringan

karena kurangnya

3. Sektor Pertanian dan Perkebunan

Curah hujan yang terlalu tinggi dapat memberikan dampak gagal panen bagi berbagai

jenis komoditas pertanian maupun perkebunan

4. Sektor Transportasi

Tingginya curah hujan dapat memberikan dampak pada kegiatan di sektor

transportasi seperti terham- batnya lalu lintas dikarenakan banjir di berbagai wilayah.

5. Sektor Pariwisata
Bagi sektor pariwisata, dampak yang timbul akan menyesuaikan karakteristik

wilayahnya. Pariwisata di sekitar pegunungan waspada tanah longsor, sedangkan di

wilayah perairan waspada tingginya gelombang laut.

 MITIGASI BENCANA HIDROMETEOROLOGI

Guna mengurangi risiko bencana hidrometeorologi, tentunya diperlu- kan partisipasi aktif

dan berkelanju- tan oleh semua pihak, Siapa dan apa saja langkah yang dapat diterapkan

1. MITIGASI BENCANA HIDROMETEOROLOGI OLEH PEMERINTAH

a) Melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenal kesiapsiagaan

dalam menghadapi bencana hidrometeorologi.

b) Upaya mitigasi bencana jangka pendek (vegetasi. pembersihan saluran air.

pembenahantanggul sungai, penguatan lereng. serta optimalisasi penguatan

drainase).

c) Upaya mitigasi bencana jangka panjang dengan memperhatikan tata ruang daerah

yang harus sejalan dan sensitif dengan aspek kebencanaan,

d) Menyiapkan status siaga darurat di wilayah yang rawan terjadi bencana

e) [Menyiapkan rencana kontijensi yang telah disusun dan disepakati guna

mencegah atau menanggulangi bencana dalam situasi kritis atau darurat

f) Menerapkan regulasi dan peraturan yang tegas kepada masyarakat seperti

peraturan untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai.

2. MITIGASI BENCANA HIDROMETEOROLOGI OLEH LEMBAGA &

MEDIA
a) Melakukan penyebarluasan informasi terkait peringa- tan dini melalu jejaring

komunikasi seperti media sosial,

b) Memberikan informasi serta edukasi kepada masyarakat terkait pe- ngambilan

tindakan yang tepat dalam menghadapi bencana hidrometeorologi

c) Menyebarluaskan informasi yang akurat terkait peringatan dini kepada khalayak.

3. MITIGASI BENCANA HIDROMETEOROLOGI OLEH MASYARAKAT

a. Berperan aktif dalam kegiatan edukasi & sosial- isasi terkait kesiapsiagaan

menghadapi bencana hidrometeorologi yang dilaksanakan pemerintah maupun

lembaga

b. Inisiatif dan mandiri dalam memonitor serta meng- akses informasi peringatan

dini melalui laman, aplikasi ataupun media sosial BMKG

c. Menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah ke sungal, tidak

melakukan penebangan liar serta selalu mem- bersihkan saluran air.

 MANAJEMEN TANGGAP DARURAT BENCANA HIDROMETEOROLOGI

Indonesia memiliki dasar hukum yang berkaitan dengan adanya penanganan bencana

yaitu terdapat dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa

penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan suatu proses dinamis

berkelanjutan dan terpadu. Dapat kita ketahui bersama bahwa Indonesia mendapat

julukan sebagai negara dengan supermarket bencana, karena tidak ada bencana yang

tidak ada di Indonesia. Sehingga wilayahnya yang rawan terhadap bencana menyebabkan

terbentuknya sebuah fenomena alam yang berakibat pada kerusakan, kerugian, dan

korban jiwa. Banyaknya bencana yang terjadi sampai saat ini berakibat pada tingginya
risiko bencana yang ada di Indonesia. Bencana Hidrometeorologi termasuk bencana alam

yang berkaitan dengan adanya perubahan iklim secara tiba-tiba dan menyebabkan cuaca

ekstrim pada daerah tertentu sehingga menyebabkan adanya pengaruh terhadap cuaca,

suhu, serta kelembapan secara signifikan.

Pelaksanaan Manajemen Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi

a) Kesiapsiagaan Darurat

Kesiapsiagaan darurat merupakan serangkaian kegiatan yang dipersiapkan untuk

menghadapi bencana yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi oleh

manusia. Kesiapsiagaan darurat merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan

karena mengingat bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, oleh karena itu

diharapkan adanya kerjasama antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan

Pemerintah Kota untuk menciptakan manajemen tanggap darurat bencana

hidrometeorologi.

 Penetapan Kebutuhan Saat Darurat Bencana

Penetapan kebutuhan saat darurat bencana merupakan hal yang harus

dipersiapkan dimana sebuah bencana telah diprediksi akan terjadi. Oleh karena

itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota telah menetapkan

kebutuhan apa saja yang diperlukan bagi para korban bencana hidrometeorologi.

 Koordinasi dan Kolaborasi Instansi Terkait

Koordinasi dan Kolaborasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota

Blitar dengan instansi terkait penanggulangan bencana merupakan hal yang

penting dilakukan dalam penanganan darurat bencana. Dalam keaadaan darurat

bencana, kerjasama yang baik antara BPBD dan instansi terkait mebuat perbedaan
yang signifikan serta dapat meminimalisir kerugian ataupun kerusakan sarana

prasarana dan dapat mempercepat proses evakuasi korban bencana

Instansi tersebut terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

sebagai komando selanjutnya adalah Dinas Sosial, Dinas Perhubungan, Dinas

Lingkungan Hidup, PLN, PMI, dan TNI/POLRI dan lainnya. Koordinasi serta

kolaborasi yang baik antara BPBD dengan instansi terkait penanganan bencana

sangat penting untuk memastikan bahwa tugas masing-masing instansi dapat

dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan batas yang telah ditetapkan

agar tidak menimbulkan tumpang tindih kepentingan instansi.

 Pembentukan Posko Hidrometeorologi

Pembentukan Posko Hidrometeorologi ini bertujuan untuk memantau serta

memprediksi cuaca dan iklim dengan akurat, sehingga dapat memberikan

informasi yang benar kepada masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi cuaca ekstrim yang

belakangan terjadi. Adanya Posko Hidrometeorologi yang standby bisa membantu

meningkatkan efektivitas dan efisiensi terhadap penanganan bencana. Dengan

memantau serta memprediksi cuaca dan iklim secara berkala, maka BPBD dapat

menyiapkan sumber daya yang siap dikerahkan langsung dimana lokasi terjadi

peristiwa yang mungkin dapat menimbulkan kerusakan maupun gangguan

terhadap masyarakat sekitar.

b) Saat Darurat

Jika ada sebuah kejadian bencana berlangsung dapat disebut dengan saat

darurat/kedaruratan, dimana harus segera dilakukan tindakan yang sesuai untuk


mengurangi akibat dari sebuah bencana, biasanya saat bencana terjadi akan segera

ditunjuk seorang Incident Commander yang berasal dari BPBD untuk memimpin

koordinasi dan penanganan korban dalam operasi tanggap darurat.

 Pelaporan Kejadian Bencana oleh Masyarakat kepada Call Center 112

Pelaporan kejadian bencana oleh masyarakat kepada Call Center 112

(Diskominfo) Kota Blitar merupakan salah satu bentuk kepedulian dari

masyarakat terhadap kondisi lingkungan sekitar dan merupakan kepedulian

terhadap dirinya sendiri bahkan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Call

Center 112 memudahkan masyarakat untuk melaporkan setiap kejadian yang ada

dan dirasa membahayakan atau darurat. Call Center 112 ini merupakan salah satu

layanan yang dimiliki oleh Diskominfo Kota Blitar yang mengurus tentang

pelaporan kejadian di sekitar masyarakat, bukan hanya pelaporan kejadian

bencana melainkan juga kejadian lain yang masyarakat tidak dapat

menyelesaikannya sendiri dan membutuhkan bantuan dari instansi terkait.

 Evakuasi dan Penanganan Korban

Efek dari bencana hidrometeorologi seringkali memiliki dampak yang bermacam-

macam contohnya seperti tanah longsor, banjir, angin puting beliung, dan yang

paling sering terjadi adalah pohon tumbang di beberapa titik. Perubahan cuaca

yang ekstrim maupun iklim yang tidak menentu membuat masyarakat harus lebih

berwaspada terhadap lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Blitar untuk memiliki

sistem evakuasi serta penanganan korban yang efektif dan efisien. Proses

evakuasi merupakan bagian dari tahapan penanggulangan bencana yang sangat


penting, hal tersebut bertujuan agar korban bencana dapat segera dilakukan

penanganan dan diselamatkan serta mencegah cidera yang berlebih terhadap

korban bencana. Dalam proses evakuasi ini BPBD memiliki anggota Unit Reaksi

Cepat (URC) yang memiliki kemampuan untuk merescue korban bencana secara

cepat dan tepat.

 Penampungan Sementara

Penampungan sementara dapat memanfaatkan sarana serta fasilitas yang telah

tersedia, seperti tenda darurat maupun barak/ gedung darurat yang memiliki jarak

yang strategis dari tempat kejadian bencana. Tempat pengungsian tersebut tidak

boleh sembarangan atau merupakan tempat yang tidak layak ditempati oleh para

pengungsi, melainkan harus memiliki standar kehidupan minimal agar tetap

terjaganya hunian darurat yang layak dan nyaman. Penampungan sementara

biasanya menggunakan beberapa gedung yang layak ditempati, seperti misalnya

gedung sekolah, balai desa, ruang kantor, mess tentara, stadion, atau gudang.

Apabila tempat penampungan tersebut tidak memenuhi standar kelayakan

kehidupan maka dapat membangun tenda-tenda darurat di ruangan terbuka dan

memiliki tempat yang luas. Melihat dari bencana yang terjadi, apabila bencana

tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berat pada bangunan rumah warga

maka cukup dengan membangun tenda-tenda darurat atau hunian darurat

sementara, sedangkan untuk bencana yang menimbulkan kerusakan parah pada

bangunan rumah warga sehingga tidak dapat ditinggali lagi oleh penghuni rumah

tersebut, maka harus dibuat hunian semi-permanen yang beranggotakan keluarga


sampai menunggu tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah setempat

selanjutnya.

 Pemenuhan Kebutuhan Korban Bencana

Kebutuhan korban bencana sangatlah beragam sehingga memerlukan beberapa

pihak yang berkaitan dengan penyediaan kebutuhan tersebut. Pemenuhan

kebutuhan korban bencana antara lain adalah Air bersih dan sanitasi, MCK,

Kesehatan, Pangan dan NonPangan.

 Pelayanan Masyarakat dan Pendidikan

Pertama adalah pelayanan masyarakat yang berupa televisi, radio, alat

komunikasi, serta sosialisasi. Pelayanan masyarakat ini merupakan hal yang

cukup penting untuk ada pada tempat pengungsian, gunanya adalah untuk

memberikan informasi maupun memberi hiburan agar para pengungsi tidak

merasa bosan dan sekaligus menjaga kesehatan mental bagi para

pengungsi.Selanjutnya adalah pendidikan, biasanya dalam suatu tempat

pengungsian terdapat anak-anak yang masih bersekolah. Meskipun mereka berada

pada tempat pengungsian, tidak menutup kemungkinan bagi anak-anak tersebut

untuk tetap bisa bersekolah dengan bantuan tenaga pendidik yang mendatangi

tempat pengungsian tersebut. Sehingga mereka tetap bisa merasakan sekolah

sama seperti teman-temannya yang tidak terdampak bencana yang masih bisa

merasakan sekolah normal.

 Penanganan Kelompok Rentan

Penanganan pada kelompok rentan meliputi penyandang disabilitas, orang sakit,

lanjut usia, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Kelompok tersebut harus
mendapatkan perlindungan serta kebutuhan khusus dibanding pengungsi pada

umumnya. Seperti contohnya pemenuhan asupan vitamin serta makanan

tambahan yang dapat menunjang kelompok rentan agar tetap dalam kondisi

kesehatan yang terjaga.

c) Pemulihan Darurat

Berdasarkan operasi tanggap darurat yang telah dilakukan diatas selanjutnya adalah

proses pemulihan darurat. Pemulihan darurat berupa pembersihan lokasi serta

perbaikan sarana dan prasarana, proses ini dapat dilakukan sesaat setelah terjadi

bencana. Tujuan pemulihan darurat agar proses dalam pemenuhan kebutuhan kepada

pengungsi dapat berjalan lancar dan dapat dilakukan dengan cepat.

 Pembersihan Lokasi Bencana

Pembersihan lokasi bencana bertujuan untuk menghilangkan bekas reruntuhan

atau puing-puing ke tempat pembuangan. Pembersihan harus segera dilakukan

saat setelah terjadi bencana untuk membantu memudahkan penangan serta

evakuasi korban bencana dari lokasi kejadian bencana.

 Normalisasi Lokasi Bencana

Normalisasi lokasi bencana dapat berupa perbaikan sarana dan prasarana, hal

tersebut bertujuan agar kehidupan masyarakat dapat berangsur-angsur mebaik dan

masyarakat dapat merintis kehidupan ekonomi mereka secara perlahan.

d) Upaya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Pelaksanaan

Manajemen Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi

Upaya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Blitar dalam

pelaksanaan manajemen tanggap darurat bencana hidrometeorologii tidak selalu


berjalan dengan baik atau akan mengalami beberapa kendala apabila tidak memiliki

koordinasi serta kolaborasi yang maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan koordinasi

serta kolaborasi yang baik dengan instansi terkait penanggulangan bencana daerah.

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah rapat koordinasi ataupun kegiatan yang

dilakukan secara bersama untuk menghadapi suatu kondisi dimana bencana akan

terjadi. Biasanya melibatkan kepala dinas ataupun beberapa perwakilan yang

dikhususkan untuk menjadi relawan pada setiap instansi penanggulangan bencana

daerah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota sebagai instansi

penanggulangan bencana daerah yang akan menjadi koordinator dalam pelaksanaan

rapat koordinasi dengan melibatkan instansi terkait seperti Dinas Perhubungan, Dinas

Lingkungan Hidup (DLH), TNI/POLRI, PLN, Diskominfo, PUPR, Dinas Sosial,

PDAM, PMI, dan Dinas Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai