Deforestasi memiliki hubungan yang kuat dengan perubahan pola curah hujan di suatu wilayah, dan
hal ini berdampak pada frekuensi banjir.
Peningkatan curah hujan dan pola temporal badai lebih memuncak sebagai akibat dari perubahan
iklim akan meningkatkan risiko banjir di daerah perkotaan.
Frekuensi curah hujan maksimum terjadi karena pemanasan global yang terjadi. Hal ini kemudian
menyebabkan banjir yang lebih parah dan lebih luas di sungai-sungai yang tergenang. Pemanasan
global juga mempengaruhi pasang surut, badai, siklon tropis, dan tsunami dan diperkirakan akan
meningkat seiring dengan kenaikan permukaan laut.
Resiko yang ditimbulkan oleh banjir merupakan interaksi yang komplek antara genangan air sungai,
paparan, kerentanan (misalnya, potensi kerusakan struktural atau kehilangan nyawa), dan juga
ketangguhan (seberapa baik kita dapat pulih, belajar dari, dan beradaptasi dengan banjir di masa
lalu).
Banjir biasanya mengancam nyawa manusia dan menyebabkan kerugian ekonomi yang serius, yang
bisa lebih parah dengan pemanasan global. Oleh karena itu, banjir merupakan suatu tantangan.
Banjir adalah suatu keadaan ketika suatu wilayah atau tempat tergenang oleh air dalam jumlah yang
banyak.
Upaya penanggulangan:
LONGSOR
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah.
- Kelerengan yang curam (lereng yang curam terbentuk karena pengikisan oleh air dan angin)
- Intensitas hujan yang tinggi
- Jenis (struktur) tanah
- Jenis dan kerapatan vegetasi (perakaran lemah)
Bagian terpenting dari tanaman untuk mencegah longsor adalah di bagian akar. Akar pohon dapat
mengurangi longsor melalui dua mekanisme yaitu mencengkram tanah di lapisan permukaan dan
menopang tegaknya batang. Meningkatnya kerapatan akar di permukaan tanah akan mencegah
bergesernya masa tanah
Dampaj kerusakan akibat tanah longsor:
1. Kerusakan rumah
2. Kerusakan infrastruktur
3. Menghabiskan banyak biaya
4. Korban jiwa
KEKERINGAN
Perubahan iklim yang terjadi seperti kemarau Panjang dan anomaly hujan tidak menentu dapat
mempengaruhi kualitas tanah yang berdampak pada faktor:
1. Laju dekomposisi
Kelembaban
Suhu
Riwayat pengolahan tanah
2. Respirasi tanah
3. Produktivitas vegetasi hijau
Vegetasi merupakan salah satu komponen penting penyusun ekosistem hutan yang dapat
memengaruhi kestabilan ekosistem hutan. Bentuk respon vegetasi terhadap kekeringan pada
ekosistem yaitu :
a. Pertumbuhan Vegetasi
b. Penggunaan Air pada Tanah
c. Penyerapan Karbon
1. Penjarangan
2. Mengevaluasi interaksi hidrologi dengan konversi hutan, kebakaran hutan, savanisasi
3. Memprioritaskan konservasi hutan muka air dangkal
Kekeringan merupakan masalah yang sering terjadi yang diakibatkan dari perubahan iklim.
Perubahan iklim ditandai dengan meningkatkan suhu panas di bumi hingga kemarau yang
berkepanjangan. Bencana kekeringan menjadi salah satu musuh terbesar bagi para petani, karena
hampir sebagian besar sektor pertanian membutuhkan air untuk tanamannya.
Dampak kekeringan:
Kekeringan terjadi karena suatu wilayah tidak mengalami hujan atau musim kemarau dalam waktu
yang cukup lama sehingga cadangan air dalam tanah kurang bahkan habis.Fenomena kekeringan
pada kawasan hutan menyebabkan tumbuh-tumbuhan mengering mulai dari semak, pohon, ranting,
dan daun-daun yang berguguran akan sangat rawan apabila terdapat sumber api sehingga timbul
kebakaran hutan.
KEBAKARAN HUTAN
Kebakaran hutan merupakan bencana alam karena pembakaran yang mendorong perubahan
dinamika ekosistem dengan mempengaruhi komposisi tanah dan vegetasi selama ribuan tahun
(Castro dkk, 2020).
Kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama yakni
Setelah kebakaran hutan, hilangnya penutup tanah, penurunan kekasaran permukaan, dan
pengerasan kulit dan penyegelan tanah menghambat infiltrasi dan membuat tanah terkena percikan
dan erosi fluvial.
Kualitas air juga dipengaruhi oleh kebakaran hutan. Limpasan pasca kebakaran membawa zat-zat
racun yang membahayakan organisme-organisme tanah maupun air. Pertumbuhan bakteri terganggu
dengan keberadaan residu pasca kebakaran.
Risiko kebakaran dapat didefinisikan sebagai kemungkinan bahaya kebakaran yang tidak diinginkan
dalam situasi yang tidak pasti, di mana dimungkinkan untuk menyebabkan kerugian atau kerusakan
pada harta benda yang berharga tetapi juga pada kehidupan manusia dan hewan atau lingkungan.
Secara Ekologis : Merusak kesehatan, keanekaragaman flora dan fauna, berkurangnya luas wilayah
hutan, tidak tersedianya udara bersih, dan hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air.
Secara ekonomi : Hilangnya hasil pertanian dan mata pencaharian masyarakat sekitar hutan
EFEK RUMAH KACA
Efek rumah kaca merupakan salah satu pemicu terjadinya pemanasan global yang berkaitan erat
dengan perubahan iklim. Efek rumah kaca terjadi ketika sinar matahari yang tidak terserap bumi
dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun, sebagian dari energi panas tersebut tidak menembus atau
lolos keluar atmosfer karena terhalang lapisan gas yang mengganggu. Akibatnya energi panas yang
harusnya lepas dari atmosfer akan kembali ke bumi dan menyebabkan adanya peningkatan suhu.
Faktor penyebab:
1. Pengolahan air limbah menghasilkan senyawa karbon dioksida, nitrous oxide, dan metana
2. Tanah dan kanopu merupakan permukaan aktif untuk pertukaran gas rumah kaca
3. Penggunaan pupuk untuk tanaman
4. Penggundalan hutan dan pembukaan lahan
5. Penggunaan bahan bakar fosil dan pupuk
Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida dapat menahan panas di
atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan
pencairan es di kutub dan meningkatkan permukaan laut yang dapat mengancam keberlangsungan
hidup manusia dan hewan (Gan dkk, 2021).
Emisi gas rumah kaca dapat menyebabkan peningkatan suhu global, peningkatan intensitas cuaca
ekstrem, peningkatan tingkat permukaan laut, dan perubahan lingkungan hidup yang signifikan.
(Chen dkk, 2022).
PERUBAHAN IKLIM
Perubahan iklim adalah perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan,
selama kurun waktu 30 tahun atau lebih.
Perubahan iklim juga memiliki arti iklim yang bisa berubah akibat suhu di global (bumi) meningkat.
Perubahan iklim ini merupakan masalah serius yang dapat menyebabkan variasi global dalam suhu
dan pola curah hujan.
Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat pemanasan global
(global warming) dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan. Perubahan
pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim, serta kenaikan suhu udara dan
permukaan air laut merupakan dampak serius dari perubahan iklim yang sering dihadapi.
- Kenaikan suhu (Meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti karbondioksida, metana, dinitro
oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer)
- Curah hujan tinggi (Wilayah geografis indonesia terletak di garis katulistiwa sehingga ada
beberapa wilayah yg memiliki curah hujan tinggi dan memiliki curah hujan rendah)
- Limbah pabrik (Terjadi karena adanya Emisi antropogenik karbon dioksida (CO2), metana
(CH4) dan dinitrogen oksida (N2O))
- Deforestasi
Pengendalian :
a. Daur ulang
b. System agroforestry
c. Pengelolaan bangunan
d. Penghematan listrik
e. Migrasi
f. Menambah kapasitas tampungan air
DEGRADASI LAHAN
Menurut UNFAO (2021), degradasi tanah merupakan perubahan pada status kesehatan tanah yang
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah dalam memasok unsur hara bagi lingkungan.