Anda di halaman 1dari 52

PERUBAHAN IKLIM

DARI PERSPEKTIF
LINGKUNGAN
DAN RUANG

Raka W Suryandaru, S.T., M.Sc


Wasekjen
Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia
Outline
1. Dampak Perubahan Iklim

2. Rencana Adaptasi Perubahan Iklim


Referensi

Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menyebabkan gangguan yang Laporan khusus IPCC tentang dampak pemanasan global 1,5°C di atas tingkat pra-
berbahaya dan meluas di alam dan memengaruhi kehidupan miliaran orang di seluruh industri dan jalur emisi gas rumah kaca global. Laporan tersebut dapat diunduh di link
dunia, demikian laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) www.ipcc.ch/sr15/
Laporan tersebut dapat diunduh di link www.ipcc.ch/report/ar6/wg2/
Perubahan Iklim
• Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang
membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001)

• Menurut Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) tahun 2022, perubahan iklim dapat didefinisikan
sebagai dinamika kondisi iklim yang dapat diidentifikasi, misalnya dengan menggunakan uji statistik, melibatkan
perubahan dalam rata-rata dan/atau variabilitas sifat-sifat iklim yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

• Perubahan iklim adalah fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan
penggunaan bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan alih guna lahan
Global Warming of 1.5°C

• Aktivitas manusia diprediksi menyebabkan 1,0°C pemanasan global di atas di atas tingkat pra-industri, dengan rentang 0,8 -
1,2°C bahkan mencapai 1,5 °C pada tahun 2030 hingga 2052 jika trend ini tetap berlanjut.
• Estimasi pemanasan global disebabkan dari emisi antropogenik, seperti gas rumah kaca, akan meningkat sebesar 0,2°C per
dekade. Pemanasan global lebih sering terjadi di daratan dibandingkan di lautan.
• Pemanasan akibat emisi antropogenik dari periode pra-industri hingga saat ini akan berlangsung selama berabad-abad hingga
ribuan tahun dan akan terus menyebabkan bencana-bencana, kenaikan permukaan air laut, cuaca ekstrem, perubahan pola
hujan, dan kenaikan rerata suhu. Tetapi, Emisi antropogenik hingga saat ini tidak diperkirakan mampu menyebabkan
pemanasan tambahan lebih dari 0,5°C dalam dua hingga tiga dekade ke depan atau dalam skala waktu satu abad.
• Ekosistem daratan dan lautan mengalami perubahan dari pemanasan global. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan iklim,
jika pemanasan global melebihi 1,5 °C akan memberikan resiko iklim yang besar.
• Risiko iklim di masa depan dapat dikurangi dengan meningkatkan dan mempercepat mitigasi iklim yang menyeluruh,
berskala besar, lintas sektor, serta dengan melakukan adaptasi secara bertahap maupun transformasional.
Dampak Perubahan Iklim

Kenaikan Air Laut Perubahan Pola Hujan Kenaikan Rerata Suhu Cuaca Ekstrem

Perubahan iklim memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan masyarakat dan menjadi ancaman serius bagi
keberlanjutan pembangunan. Beberapa dampaknya meliputi
• Peningkatan suhu sebesar 0.3 derajat Celsius sejak tahun 1990
• Peningkatan intensitas curah hujan sekitar 2-3% di seluruh Indonesia yang meningkatkan risiko banjir
• Ancaman terhadap keamanan pangan di bidang pertanian
• Kenaikan permukaan air laut yang dapat menggenangi daerah pantai produktif,
• Pemanasan air laut yang memengaruhi keaneka ragaman hayati kelautan serta memberikan tekanan lebih pada terumbu
karang yang sudah terancam.
Kenaikan Air Muka Laut
• Permukaan laut rata-rata global telah meningkat 8-9 inci (21-24 sentimeter)
sejak tahun 1880.

• Laju kenaikan permukaan laut global semakin cepat: naik lebih dari dua kali lipat
dari 0,06 inci (1,4 milimeter) per tahun selama sebagian besar abad ke-20 menjadi
0,14 inci (3,6 milimeter) per tahun dari tahun 2006-2015.

• Banjir akibat air pasang kini 300% hingga lebih dari 900% lebih sering terjadi
dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu.
Sumber : climate.gov
Kenaikan Rerata Suhu
• Pertumbuhan relatif terhadap periode 1850-1900 dihitung dengan
menambahkan 0,85°C (peningkatan suhu global permukaan yang diamati dari
tahun 1850-1900 hingga 1995-2014) pada perubahan yang disimulasikan relatif
terhadap periode 1995-2014.

• Dari gambar disamping menunjukkan bahwa kenaikan suhu akan mencapai 5


derajat pada tahun 2100.

Sumber : AR6
Perubahan Pola Hujan
• Prediksi perubahan jumlah curah hujan akan menurun dalam 100 tahun
ke depan

• Sulfat dapat mengurangi efek gas rumah kaca dan suhu. Namun,
peningkatan curah hujan yang diperkirakan melalui metode tersebut
tidak signifikan. Pada tahun 2100, curah hujan mengalami perubahan
sebesar 8% yang membuat intensitas semakin tinggi.

• Adanya pemanasan global, curah hujan dengan jumlah debit yang


kecil tetapi memiliki intensitas yang lebih besar

Sumber : www.cotf.edu/
Cuaca Ekstrem
• Pada tahun 2020 bisa mengalami 30 kali lebih banyak
gelombang panas jika tren saat ini berlanjut.

• Kenaikan suhu 2°C dapat menyebabkan 22 gelombang panas,


sedangkan pembatasan kenaikan suhu hingga 1,5°C dapat
mengurangi paparan terhadap cuaca ekstrem, seperti gelombang
panas, sebanyak 40%.

• Di dunia dengan suhu 1,5°C, di masa yang akan datang, akan


menimbulkan bencana-bencana, seperti kebakaran hutan,
siklon tropis, banjir sungai, gagal panen, kekeringan, dan
gelombang panas.

Sumber : The Economist


Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Ekosistem Terhadap Kehidupan Manusia

Perubahan iklim telah mengubah ekosistem di daratan, perairan tawar, dan laut secara global. Dampaknya terlihat secara luas, mencakup transformasi pada
skala regional dan lokal. Di Asia, dampak yang signifikan terlihat pada perubahan struktur ekosistem di daratan dan pesisir.

Perubahan iklim berdampak dalam merugikan pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk keamanan air, produksi pangan, kesehatan, perkotaan, dan
infrastruktur. Simbol + dan - mengindikasikan arah dampak, dengan - menunjukkan peningkatan dampak merugikan. Dampak merugikan secara global
meliputi kelangkaan air, produksi pangan, kesehatan hewan, hasil tangkapan ikan, penyakit menular, dampak panas, kekurangan gizi, kesehatan mental,
pemindahan penduduk, dan kerusakan akibat banjir dan cuaca buruk di daerah pesisir. Terjadi juga kerusakan pada sektor ekonomi kunci. Di Asia, kesehatan
dan kesejahteraan manusia paling terdampak.
Perubahan Struktur
Ekosistem
• Perubahan iklim telah menyebabkan kerusakan yang
besar, dan kerugian yang semakin tidak dapat
dipulihkan, pada ekosistem darat, air tawar, serta
pesisir dan lautan terbuka.

• Struktur dan fungsi ekosistem mengalami kerusakan


yang meluas, termasuk penurunan ketahanan dan
kapasitas adaptasi alami, serta perubahan dalam pola
waktu musiman akibat perubahan iklim

• Faktor-faktor non-klimatik yang berasal dari aktivitas


manusia, seperti penggunaan sumber daya alam yang
tidak berkelanjutan, fragmentasi habitat, dan kerusakan
ekosistem akibat polusi, membuat kerentanan
ekosistem semakin buruk.

• Perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 4% (rentang


interkuartil 2–7%) dari luas daratan terestrial global
akan mengalami perubahan ekosistem dari satu tipe ke
tipe lain pada pemanasan global sebesar 1°C,
dibandingkan dengan 13% (rentang interkuartil 8–20%)
pada pemanasan global 2°C
Distribusi Geografis
Spesies
• Sekitar setengah dari spesies yang telah diteliti
secara global telah mengalami pergeseran
distribusi ke arah kutub atau, di daratan, menuju
dataran yang lebih tinggi

• Peningkatan suhu panas ekstrem telah


menyebabkan kehilangan ratusan spesies lokal,
kematian massal di darat maupun laut, dan
hilangnya hutan rumput laut, serta mencairnya
gletser. Hal-hal tersebut tidak dapat dipulihkan
kembali.

• Dari 105,000 spesies yang diteliti, sekitar 6%


serangga, 8% tumbuhan, dan 4% vertebrata
diproyeksikan kehilangan lebih dari setengah
rentang geografis mereka yang ditentukan secara
iklim akibat pemanasan global sebesar 1.5°C.
Perbandingannya adalah sekitar 18% serangga,
16% tumbuhan, dan 8% vertebrata untuk
pemanasan global 2°C. Hal ini disebabkan adanya
kebakaran hutan.
Perubahan
Waktu
• Pendekatan modifikasi radiasi matahari, jika
diimplementasikan, berpotensi menimbulkan
berbagai risiko baru bagi manusia dan ekosistem,
kemungkinan adanya perubahan iklim residual
yang signifikan terhadap perubahan waktu
musiman.

• Pada pemanasan global 1,5°C, perubahan waktu,


seperti waktu migrasi hewan dan pemekaran
bunga, juga terpengaruh karena adanya kenaikan
suhu yang harus membuat tanaman atau hewan
harus beradaptasi. Selain itu, juga berdampak pada
panen buah yang sulit untuk menyesuaikan
waktu panen dan menanam bibit.
Kelangkaan
Air
• Perubahan lahan, yang mengakibatkan cuaca
ekstrem, mengurangi ketahanan pangan dan
kelangkaan air sehingga tidak dapat
mewujudkan Sustainable Development Goals.

• Sekitar setengah dari populasi dunia saat ini


mengalami kekurangan air yang parah setidaknya
pada beberapa bagian dalam setahun akibat faktor
iklim dan non-iklim.

• Meningkatnya kejadian cuaca dan iklim ekstrem


telah menyebabkan jutaan orang terdampak pada
penurunan ketahanan air, dengan dampak
terbesar terjadi di banyak lokasi dan/atau
komunitas di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan
Selatan, Kepulauan Kecil, dan Kutub Utara

• Di pulau-pulau kecil, ketersediaan air tanah


terancam oleh perubahan iklim. Perubahan
besaran, waktu, dan kondisi ekstrem terkait aliran
sungai diproyeksikan akan berdampak buruk
pada ekosistem air tawar di banyak daerah aliran
sungai dalam jangka menengah hingga jangka
panjang
Produktivitas
Pertanian
• Meskipun produktivitas pertanian secara keseluruhan
telah meningkat, perubahan iklim telah
memperlambat pertumbuhan ini secara global
selama 50 tahun terakhir. Dampak negatifnya
terutama terlihat di daerah lintang menengah dan
rendah, sementara dampak positifnya terjadi di
beberapa wilayah lintang tinggi
• Pemanfaatan lahan, perubahan tutupan lahan,
eksploitasi sumber daya alam, deforestasi, penurunan
keanekaragaman hayati, dan polusi yang semuanya
dilakukan secara tidak berkelanjutan memberikan
dampak buruk kepada kapasitas ekosistem. Dampak
tersebut membuat masyarakat, khususnya masyarakat
adat yang bergantung pada alam, akan kesulitan
dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim.
• Kerentanan ekosistem terhadap perubahan iklim di
masa depan sangat dipengaruhi oleh perkembangan
masyarakat manusia di masa lalu, dan di saat ini,.
Konsumsi dan produksi yang diambil dari sumber
daya alam tidak berkelanjutan, tekanan demografis
yang semakin meningkat, serta penggunaan dan
pengelolaan lahan, laut, dan air yang berlebihan.
• Meskipun pertanian berperan untuk meningkatkan
ketahanan pangan, ekspansi pertanian yang tidak
berkelanjutan dapat mengakibatkan kerentanan
ekosistem karena adanya persaingan dalam perebutan
lahan dan air.
Produktivitas
Hewan Ternak
• Peningkatan cuaca dan iklim yang ekstrem telah
menyebabkan jutaan orang mengalami kerawanan
pangan akut dan berkurangnya ketahanan air.
Dampak paling signifikan terlihat di berbagai lokasi
dan masyarakat di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan
Selatan, Pulau-Pulau Kecil, dan Kutub Utara.

• Berkurangnya ketersediaan pangan yang


diproyeksikan lebih besar pada pemanasan global 2°C
dibandingkan dengan 1.5°C di daerah Sahel, selatan
Afrika, Mediterania, Eropa Tengah, dan Amazon.
Ternak juga mengalami penurunan jumlah yang
dipengaruhi dari kenaikan suhu, penyebaran penyakit,
dan ketersediaan sumber daya air.
Hasil dan Produksi
budidaya perikanan
• Pemanasan laut dan pengasaman laut telah
merugikan produksi pangan dari budidaya kerang
dan perikanan di beberapa wilayah samudera

• Perubahan iklim menyebabkan perubahan distribusi


stok ikan laut, meningkatkan risiko konflik
manajemen lintas batas di antara pengguna
perikanan, dan berdampak negatif pada distribusi
pelayanan penyediaan makanan secara adil karena
perpindahan stok ikan dari wilayah lintang rendah ke
wilayah lintang tinggi.

• Pemanasan global sebesar 1,5°C diproyeksikan akan


menggeser kisaran banyak spesies laut ke garis
lintang yang lebih tinggi serta meningkatkan
meningkatkan jumlah kerusakan pada banyak
ekosistem. Hal ini juga diperkirakan akan mendorong
hilangnya sumber daya pesisir dan mengurangi
produktivitas perikanan dan akuakultur, contohnya
terumbu karang. Terumbu karang, sebagai contoh,
diproyeksikan akan mengalami penurunan sebesar
70-90% lebih lanjut pada tingkat pemanasan 1,5°C .
Hal ini akan terus terjadi seiring berjalannya
pemanasan global.
Penyakit
Menular
• Meningkatnya kejadian penyakit yang ditularkan
melalui makanan dan air terkait dengan peningkatan
populasi serangga penyakit yang didukung oleh
perubahan iklim.

• Meskipun penyakit diare telah menurun secara global,


peningkatan suhu, curah hujan yang meningkat, dan
banjir tetap meningkatkan penyakit diare, termasuk
kolera dan infeksi saluran pencernaan lainnya.

• Hampir semua penyakit yang ditularkan melalui vektor


memiliki dimensi iklim. Ada tiga cara utama
perubahan iklim mempengaruhi vector, diantaranya
perubahan suhu dapat memengaruhi perilaku vector,
tempat yang hangat akan menjadi cocok untuk vector,
dan Iklim yang lebih hangat memperpanjang musim
penularan penyakit. pada tahun 2050, terdapat 500
juta nyamuk pembawa penyakit lebih banyak
daripada saat ini

• Pada pemanasan global dari 1,5°C hingga 2°C, dapat


mempengaruhi hewan atau serangga yang membawa
penyakit, seperti malaria dan demam berdarah,
diproyeksikan akan meningkat sehingga
meningkatkan resiko penularan penyakit.
Malnutrisi
• Di seluruh wilayah, kejadian panas ekstrem telah
menyebabkan kematian dan keadaan penyakit pada
manusia

• Peningkatan kejadian cuaca dan iklim ekstrem telah


mengancam keamanan pangan akut bagi jutaan
orang dan mengurangi ketahanan air, dengan dampak
terbesar terjadi di berbagai wilayah di Afrika, Asia,
Amerika Tengah dan Selatan, Pulau-Pulau Kecil, serta
Kutub Utara.

• Secara keseluruhan, penurunan produksi pangan


dan sulitnya akses terhadap makanan yang
diperparah oleh hilangnya keragaman makanan telah
meningkatkan tingkat malnutrisi di banyak komunitas,
terutama pada Masyarakat Adat, produsen pangan
skala kecil, dan rumah tangga berpenghasilan rendah.
Anak-anak, lansia, dan wanita hamil merupakan
kelompok yang paling terdampak
Kesehatan
Mental
• Kesehatan juga terpengaruhi oleh Perubahan Iklim
dengan kondisi ekonomi dan social yang
terganggu.

• Beberapa masalah kesehatan mental dipengaruhi


dengan peningkatan suhu, trauma akibat peristiwa
cuaca dan iklim ekstrem, serta kehilangan mata
pencaharian dan budaya.

• Diprediksikan bahwa kesehatan mental, termasuk


kecemasan dan stres, akan meningkat dengan
adanya pemanasan global lebih lanjut, terutama pada
kelompok seperti anak-anak, remaja, orang tua, dan
mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang
mendasari.
Perpindahan
• Perubahan iklim dan cuaca ekstrem semakin
mendorong perpindahan di semua wilayah, dengan
dampak yang tidak proporsional pada negara-negara
Kepulauan Kecil.

• Masalah Pangan dan gizi yang terdampak dari banjir


dan kekeringan telah meningkat kasus kejadiannya di
Afrika dan Amerika Tengah dan Selatan. Melalui
pengungsian dan migrasi paksa akibat peristiwa
cuaca dan iklim ekstrem, perubahan iklim telah
menimbulkan dan memperpanjang kerentanan.

• Dalam jangka menengah dan panjang, diperkirakan


akan terjadi peningkatan perpindahan penduduk
seiring dengan intensifikasi curah hujan tinggi, banjir,
siklon tropis, kekeringan, dan peningkatan kenaikan
permukaan air laut. Seiring dengan progresifnya
pemanasan global, migrasi paksa dari wilayah
dengan tingkat paparan tinggi dan kapasitas adaptasi
yang rendah diperkirakan akan terjadi pada
pemanasan global 1,5°C.
Banjir Genangan
dan Bandang
• Banjir dan kekeringan telah meningkat kerentanan
ketahanan pangan dan malnutrisi di Afrika
(keyakinan tinggi) dan Amerika Tengah serta Selatan.
• Proyeksi peningkatan langsung dalam kerusakan
banjir lebih tinggi sebesar 1,4 hingga 2 kali pada
pemanasan global 2°C, dan 2,5 hingga 3,9 kali pada
pemanasan global 3°C dibandingkan dengan
pemanasan global 1,5°C tanpa adaptasi. Pada
pemanasan global 3°C, sekitar 10% dari luas daratan
global diperkirakan menghadapi peningkatan aliran
sungai yang ekstrem tinggi dan rendah di lokasi yang
sama
Banjir Rob
di Pesisir
• Secara global, perubahan populasi di kota dan
permukiman rendah akan menyebabkan sekitar satu
miliar orang diperkirakan berisiko dari bahaya iklim
khusus pesisir dalam jangka menengah di bawah
semua skenario, termasuk di Kepulauan Kecil. Populasi
yang berpotensi terpapar pada genangan pesisir yang
terjadi setiap 100 tahun diperkirakan akan meningkat
sekitar 20% jika tinggi rata-rata laut global naik
sebanyak 0,15 m dibandingkan dengan tingkat tahun
2020

• jumlah populasi yang terdampak ini meningkat dua


kali lipat pada kenaikan tinggi laut 0,75 m dan tiga
kali lipat pada 1,4 m tanpa perubahan populasi dan
adaptasi tambahan. Kenaikan permukaan laut
menghadirkan ancaman eksistensial bagi beberapa
Kepulauan Kecil dan pesisir dataran rendah

• Pemanasan Global 1,5 C juga berdampak pada


masyarakat dipesisir yang masih bergantung pada
mata pencaharian perikanan di laut.
Kerusakan
Infrastruktur
• Risiko dari berbagai ancaman iklim dan non-iklim
dapat berdampak pada kota, permukiman, dan
infrastruktur secara bersamaan, yang dapat
meningkatkan tingkat kerusakan.

• Salah satu kerusakan infrastruktur yang disebabkan


oleh perubahan iklim yaitu kenaikan air muka
laut yang sering terjadi di pulau-pulau kecil.

• Dampak yang terlihat terutama dirasakan oleh


penduduk perkotaan yang terpinggirkan secara
ekonomi dan sosial, terutama di pemukiman
informal. menyebabkan kerugian ekonomi,
gangguan layanan, dan dampak terhadap
kesejahteraan.

• Pada pemanasan global 1,5°C, risiko perubahan


iklim terhadap kota, permukiman dan
infrastruktur akan meningkat dengan cepat dalam
jangka menengah dan panjang dengan adanya
pemanasan global lebih lanjut, terutama di tempat-
tempat yang sudah terpapar suhu tinggi.
Kerusakan pada
Sektor Ekonomi
• Kerusakan ekonomi akibat perubahan iklim telah
memberikan dampak pada sektor-sektor yang
terdampak iklim, dengan dampak pada pertanian,
kehutanan, perikanan, energi, dan pariwisata dan
melalui produktivitas tenaga kerja di lapangan

• Beberapa kejadian cuaca ekstrem, seperti siklon


tropis, telah mengurangi pertumbuhan ekonomi
dalam jangka pendek

• Faktor-faktor non-klimatologi, seperti pola


pemukiman dan persebaran infrastruktur, memiliki
pengaruh pada dampak besar pada aset-aset
yang terdampak oleh bahaya iklim ekstrem,
sehingga mengalami kerugian lebih besar.

• Mata pencaharian terdampak karena perubahan


produktivitas pertanian, kesehatan manusia, dan
ketahanan pangan. Selain itu, kerusakan pada
rumah dan infrastruktur, serta kehilangan harta
benda dan pendapatan. Dampak ini memberikan
pengaruh negatif terhadap kesetaraan gender dan
sosial.
Kekeringan di Gorontalo
November 2023

• Gorontalo rentan terhadap dampak perubahan iklim yang sudah dirasakan saat ini. Mulai dari iklim yang tak menentu hingga kekeringan dan
kekurangan debit air bersih

• Terdapat 29 kecamatan di Provinsi Gorontalo terdampak kekeringan, salah satunya mengalami krisis air bersih, dan
mengakibatkan 330 hektar sawah dan 1.800 hektar lahan jagung mengalami dampak kekeringan.

• Dampak perubahan iklim yang terjadi di Gorontalo mengakibatkan turunnya produksi pangan, terganggunya ketersediaan air, tersebarnya
hama dan penyakit tanaman serta penyakit manusia, dan punahnya keanekaragaman hayati
Banjir di Makassar
Februari 2023

• Makassar mengalami dampak banjir di tiga kecamatan, yaitu Manggala, Biringkanaya, dan Tamalanrea. Namun, Manggala dan
Biringkanaya merupakan daerah yang paling parah terdampak. Lebih dari 600 jiwa terpaksa mengungsi akibat banjir ini.

• Hampir seluruh wilayah di Makassar tergenang air akibat hujan deras yag ekstrem, dengan ketinggian air mencapai 1 hingga 2
meter.

• Hal ini mengakibatkan terganggunya aktivitas warga dan menghentikan aktivitas perekonomiannya.
Tenggelamnya Tuvalu
November 2021

• Tuvalu diperkirakan akan menjadi salah satu negara pertama di dunia yang benar-benar hilang akibat perubahan iklim

• Pada tahun 2100, 95% daratan akan tergenang oleh air pasang secara berkala, sehingga pada dasarnya tidak dapat dihuni.

• Sisa-sisa infrastruktur dan rumah-rumah yang dikosongkan terbengkalai di sepanjang tepi pantai. Pemakaman mulai terkikis dan
penduduk terpaksa membuat makam di tempat yang baru.

• Tanaman pangan yang penting seperti kelapa dan pulaka (talas) mengalami kegagalan di tanah dengan salinitas tinggi.
Perubahan cuaca dan suhu menyebabkan angin topan yang menghancurkan, suhu tertinggi, dan periode kekeringan sering terjadi.
Banjir Rob di Pekalongan
Mei 2018

• Kabupaten Pekalongan mengalami banjir rob yang tingginya mencapai 100 cm, sedangkan di jalan-jalan desa terendam banjir rob dengan
ketinggian 40 cm

• Banjir rob di Kabupaten Pekalongan telah menyebabkan terjadinya kerusakan rumah, infrastruktur jalan, fasilitas umum seperti
sekolah dan layanan kesehatan, sanitasi, lahan pekarangan, tegalan, persawahan dan lahan tambak
Krisis Air BersihJakarta Utara
Juni 2023

• Urbanisasi telah menyebabkan peningkatan suhu udara di Jakarta dibandingkan dengan daerah lain

• Suhu permukaan kota mengalami peningkatan sebanyak satu derajat, yang berkorelasi dengan naiknya curah hujan ekstrem hingga 14 persen

• Curah hujan rata-rata di Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan dari tahun 2070-2100 akibat perubahan iklim, dengan dampak
langsung termasuk peningkatan risiko krisis air.

• Penduduk di daerah pesisir Jakarta Utara telah menghadapi krisis air bersih karena kurangnya jaringan pipa air bersih yang terpasang di
rumah-rumah tinggal.
Pemutihan Terumbu Karang di Great Barrier
reef, Australia
Maret 2023

• Great Barrier Reef menderita pemutihan karang yang meluas dan parah akibat suhu laut yang tinggi

• Suhu panas pada karang, karang akan mengeluarkan alga mikroskopis yang hidup di dalam jaringan mereka, sehingga menampakkan kerangka
putih mereka. Karang yang mengalami pemutihan (bleaching) tidak mati, tetapi lebih rentan

• gelombang panas laut memicu peristiwa pemutihan massal pada Great Barrier Reef dalam waktu tujuh tahun, menyebabkan penurunan
hingga 50% pada terumbu karang dangkal. Terumbu karang dapat pulih dari pemutihan seiring waktu, tetapi hanya jika suhu turun dan
kondisi kembali normal.
Kebakaran Hutan di wilayah Mediterania
Juli 2021

• Wilayah Mediterania menjadi wilayah yang rentan terhadap kebakaran hutan.

• Panas ekstrem yang meningkat secara signifikan adalah penyebab utama kehancuran yang terjadi di seluruh wilayah yang terkena
dampak karhutla. Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa luas area yang terbakar di seluruh Eropa dari Juli hingga Agustus 2023
meningkat sekitar 55%, melebihi rata-rata selama 12 tahun sebelumnya.

• Yunani menjadi negara yang sangat terpukul, dengan lebih dari 20.000 orang dievakuasi dalam beberapa hari terakhir dari rumah
dan resor di selatan pulau liburan Rhodes, sementara Corfu juga dilanda kobaran api yang parah.
Kebakaran Hutan di Kalimantan Selatan
Agustus 2023

• Musim kemarau yang berkepanjangan dari awal tahun 2023 memicu terjadinya kebakaran hutan lahan (karhutla) di sejumlah
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

• Perubahan iklim menyebabkan naiknya suhu Bumi. Naiknya temperatur Bumi ini, es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair
dengan lebih cepat. Sehingga terganggunya hidrologi yang mengakibatkan kemarau Panjang

• Kemarau panjang menjadi penyebab pada kebakaran hutan di Kalimantan Selatan. Adanya kebakaran hutan tersebut
mengakibatkan deforestasi dan menurunnya kualitas udara di Kalimantan.
Urban Heat Island di Semarang

• Dari Hasil Penelitian Seprila Putri Darlina (2019), Suhu permukaan Kota Semarang mengalami peningkatan signifikan dari tahun
2009, berkisar antara 26-29 Celsius, menjadi 38-42 Celsius pada tahun 2017. Peningkatan ini terutama terjadi di pusat perkotaan,
termasuk beberapa kecamatan seperti Semarang Tengah, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara, dan Semarang Selatan.
Urban Heat Island ini akibat dari adanya peningkatan lahan terbangun dan aktivitas perkotaan
Rencana Adaptasi
Perubahan Iklim

37
Konsep Resilience
Istilah "resilience" muncul sebagai cara untuk menggambarkan bagaimana kota dan masyarakat dapat bersiap
menghadapi bencana. Perencanaan ketahanan merupakan proses yang dilakukan masyarakat untuk
mengidentifikasi potensi bahaya dan ancaman yang kemudian menetapkan rencana adaptasi, mitigasi, dan
pemulihan. Konsep ketahanan (resilience) ditawarkan sebagai solusi adaptasi transformatif dalam
menghadapi berbagai gangguan (bencana) akibat perubahan iklim.

Berikut beberapa istilah yang digunakan dalam perencanaan ketahanan:


Aset Bahaya/Ancaman Dampak Risiko
Menunjukkan kondisi yang Ukuran kemungkinan
Benda berwujud/tidak berpotensi menyebabkan Akibat buruk yang terjadinya suatu bahaya dan
berwujud yang memiliki nilai kerugian atau dampak ditimbulkan bahaya/ancaman tingkat dampak yang
merugikan terhadap aset mungkin ditimbulkan

Kerentanan Pemulihan Adaptasi Mitigasi


Tindakan untuk Upaya untuk mencegah atau
Tingkat kerentanan terhadap Tindakan yang diambil menyesuaikan kondisi saat ini mengurangi besarnya bahaya
dampak buruk bahaya dan setelah peristiwa untuk atau di masa depan dengan dan akibat serta mengurangi
ancaman mengatasi dampak mengurangi dampak dan skala tindakan adaptasi pada
menurunkan risiko risiko yang lebih rendah
RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 38
Siklus Holling (Teori Panarchy)
Luasnya dampak perubahan iklim, perlu direspon melalui upaya adaptasi yang mengakomodir berbagai aksi mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim. Teori yang paling umum untuk menjelaskan hubungan antara ketahanan dan adaptasi adalah Teori
Panarchy.
Teori Panarchy mendefiniskan “ketahanan” sebagai siklus yang terdiri dari 4 fase:
Fase Reorganisasi (α) Fase Konservasi (K)
Tahapan yang Tahapan dimana sumber
menunjukkan sistem mulai daya dioptimalkan
berinovasi dan melakukan pemanfaatannya untuk
restrukturisasi sebagai menjaga sustainabilitas
respon atas gangguan sistem
(guncangan dan tekanan)
hingga mencapai
ketahanan tertinggi Fase Pelepasan (Ω)
Tahapan yang
menunjukkan mulai
Fase Pertumbuhan (r)
munculnya gangguan dan
Tahapan dimana sumber
tekanan yang
daya (modal, manusia,
mempengaruhi tingkat
alam) terakumulasi
ketahanan sistem
secara cepat mendukung
proses adaptasi dan Sumber: Gunderson & Holling, 2002 dalam Handayani & Surya, 2020
transformasi pada sistem RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 39
Mendorong Ketahanan Iklim di Indonesia
Ratifikasi Perjanjian Paris melalui Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2016 merupakan perwujudan komitmen Pemerintah
Indonesia dalam penanganan perubahan iklim.

Perjanjian Paris (Paris Agreement) diarahkan untuk meningkatkan


kemampuan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim
menuju ketahanan iklim pada beberapa negara di dunia.
Dalam rangka memenuhi komitmen tersebut, Kementerian
PPN/Bappenas menjadikan Pembangunan Berketahanan
Iklim (PBI) sebagai salah satu Prioritas Nasional (PN) ke-6
dalam RPJMN 2020-2024
https://bit.ly/EksumDokumenKebijakanPBI

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 40


4 Sektor Prioritas PBI di Indonesia
Pembangunan berketahanan iklim di Indonesia
difokuskan pada empat sektor prioritas yaitu sektor
kelautan dan pesisir, sektor air, sektor pertanian, dan
sektor kesehatan. Keempat sektor ini berkontribusi besar
terhadap pendapatan sektor PDB

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 41


Aksi Ketahanan Iklim di Indonesia-1
Aksi Ketahanan Iklim
Subsektor Kelautan:
• Penyediaan kapal
penangkap ikan
• Penyediaan sistem
informasi peringatan dini
iklim laut
• Penyediaan sistem
informasi navigasi
pelayaran
• Penyediaan sistem
informasi penangkapan
ikan
• Penyediaan infrastruktur
keselamatan pelayaran

Sumber: Buku 1 Daftar Lokasi & Aksi Ketahanan Iklim, 2021

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 42


Aksi Ketahanan Iklim di Indonesia-2

Aksi Ketahanan Iklim


Subsektor Pesisir:
• Penyediaan
bangunan/vegetasi
pelindung pantai
• Penyediaan bangunan
pengendali banjir
• Penataan kawasan dan
bangunan rumah serta
relokasi permukiman
• Penyediaan dan
perlindungan sarana
produksi perikanan
budidaya
• Penyediaan sistem
informasi peringatan dini
Sumber: Buku 1 Daftar Lokasi & Aksi Ketahanan Iklim, 2021

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 43


Aksi Ketahanan Iklim di Indonesia-3

Aksi Ketahanan Iklim Sektor


Air:
• Penyediaan bangunan
penampung air
• Rehabilitasi daerah
tangkapan air, termasuk di
dalamnya lahan gambut
dan rawa
• Penerapan teknologi
penambahan debit air
• Penerapan teknologi daur
ulang dan reklamasi air
• Pencegahan kehilangan air
• Penanganan banjir

Sumber: Buku 1 Daftar Lokasi & Aksi Ketahanan Iklim, 2021

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 44


Aksi Ketahanan Iklim di Indonesia-4

Aksi Ketahanan Iklim Sektor


Pertanian:
• Penyediaan bangunan
penampung air irigasi
• Penyediaan jaringan irigasi
• Penerapan teknologi
penambahan debit air
irigasi
• Penyediaan bangunan
pelindung banjir
• Penyediaan sarana
pertanian adaptif
• Perluasan lahan pertanian

Sumber: Buku 1 Daftar Lokasi & Aksi Ketahanan Iklim, 2021

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 45


Aksi Ketahanan Iklim di Indonesia-5

Aksi Ketahanan Iklim Sektor


Kesehatan:
• Penambahan fasilitas
kesehatan
• Peningkatan kesehatan
lingkungan permukiman

Sumber: Buku 1 Daftar Lokasi & Aksi Ketahanan Iklim, 2021

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 46


Strategi Adaptasi Perubahan Iklim
Pembangunan ketahanan iklim dapat dipercepat melalui proses adopsi langkah dari praktik-praktik yang telah
dilakukan sebelumnya.

Kota Semarang

Kota Semarang berdasarkan kontur wilayahnya terbagi menjadi wilayah


Semarang Bawah dan Semarang Atas. Berikut bahaya/ancaman perubahan iklim
pada masing-masing wilayah:
• Semarang Bawah yang merupakan dataran rendah, menghadapi
bahaya/ancaman: Banjir rob, Penurunan muka tanah, Kenaikan muka air laut
• Semarang Atas yang merupakan daerah berbukit, menghadapi
bahaya/ancaman: Longsor, Kekurangan air, Banjir bandang
Strategi ketahanan Kota Semarang dijabarkan dalam 6 Pilar Strategi,18
Strategi, dan 53 Inisiatif

https://bit.ly/Semarang100ResilientCities
Air dan Energi Berkelanjutan Peluang Ekonomi Baru Kesiapsiagaan Bencana dan
Wabah Penyakit

Mobilitas Terpadu Transparansi Informasi Publik SDM Berdaya Saing


dan Tata Pemerintahan RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 47
Kota Semarang Berikut bentuk implementasi PBI di Kota Semarang:

DAMPAK SOLUSI
1. Normalisasi Sungai Kanal Banjir Barat
Untuk mengurangi intensitas banjir di Kota Semarang

2. Implementasi Intervensi Berbasis CBDRM


(Community Based Disaster Risk Management)
Pelibatan masyarakat dalam pengurangan risiko
bencana. Contohnya: Pembentukan Destana/Katana

3. Pelaksanaan Kegiatan Pemanenan Air Hujan


Untuk aktivitas mencuci, menyiram tanaman, dan
penyediaan air minum berbasis komunitas

4. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam


Pengelolaan Sampah
Melakukan inisiasi bank sampah untuk mengurangi
produksi sampah

dsb. RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 48


DKI Jakarta

Jakarta sebagai salah satu kota besar dunia, menghadapi urbanisasi yang semakin meningkat. Jakarta memiliki
kerentanan terhadap penurunan muka tanah (1-15 cm/tahun)

Strategi ketahanan Jakarta dijabarkan dalam 3 Pilar Strategi,12 Arahan, dan


32 Strategi https://bit.ly/Jakarta100ResilientCities

Mampu melakukan mitigasi dan Menjamin pelayanan air bersih, air Mempromosikan konektivitas dan
beradaptasi dalam menghadapi limbah, dan manajemen sampah mobilitas setiap warganya dengan
dampak perubahan iklim berkelanjutan menyediakan transportasi publik
antarmoda yang terjangkau R E N C A N A ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 49
DKI Jakarta Berikut bentuk implementasi PBI di Jakarta:

DAMPAK SOLUSI

Pelaksanaan Program Kampung Iklim (PROKLIM)


PROKLIM ditujukan untuk mendorong partisipasi
Masyarakat dalam melakukan kegiatan mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim.

Berikut beberapa aksi yang diterapkan:

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 50


Kabupaten Pekalongan

Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu wilayah pesisir yang terdampak


banjir rob dengan tingkat keparahan yang tinggi.

Banjir rob di Kabupaten Pekalongan mempengaruhi penghidupan utama


masyarakat sebagai nelayan dan petani tambak.

Selain itu, banjir rob di Kabupaten Pekalongan disebabkan oleh kenaikan air
laut yang semakin tinggi sehingga berdampak pada kerusakan bangunan,
kerusakan akses jalan, dan fungsi lahan pertanian yang hilang.

Bentuk upaya adaptasi dalam mengatasi banjir rob di Kabupaten


Pekalongan dilakukan dengan:

https://bit.ly/Buku
KetahananIklimBer
Pembangunan Konstruksi Pemecah Pelibatan Partisipasi Masyarakat basisMasyarakat
Gelombang Ambang Rendah dalam Restorasi Ekosistem
(PEGAR)
RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 51
Berikut upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim berbasis masyarakat
Kabupaten Pekalongan di Kabupaten Pekalongan:
DAMPAK SOLUSI
Penurunan produksi tambak akibat banjir rob Pembangunan konstruksi PEGAR
Masyarakat mengganti geobag pada konstruksi PEGAR
dengan menggunakan bahan waring yang tidak
mudah rusak

Kerusakan konstruksi tambak akibat abrasi

Pelibatan masyarakat dalam penanaman cemara


laut dan mangrove di sepanjang Pantai Desa Api-
api, Kabupaten Pekalongan
Dapat mengendalikan abrasi dan banjir rob. Sehingga
Hilangnya lahan tambak akibat hempasan
lahan tambak kembali produktif
gelombang pasang dan genangan rob

RENCANA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - 52


TERIMA KASIH

53

Anda mungkin juga menyukai