Disusun oleh:
Diaz Tri Cahyantoro
NPM 210110190005
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi
BAB I: PENDAHULUAN
Tidak ada negara yang tidak mempunyai masalah tentang iklim. Hampir
seluruh negara di belahan dunia ini memiliki masalah dalam perubahan iklim.
Saat ini telah banyak kerugian yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim.
Sampai sekarang pun masalah ini masih susah diatasi walaupun sudah ditemukan
cara-cara efektif yang dapat digunakan. Berbagai program pun sudah dicanangkan
baik oleh pemerintah maupun komunitas social yang banyak tersebar di
masyarakat.
Pada tahun 2017, bencana terkait perubahan iklim telah menewaskan 1,3
juta orang dan menyebabkan 4,4 miliar terluka. Angka ini bukan merupakan
angka yang sedikit untuk keberlagsungan hidup manusia. Tak hanya itu, kerugian
terkait perubahan iklim ini mencapai ratusan miliar dolar, ini belum lagi dampak
manusia dari bencana geo-fisik yang mana 91 persennya adalah masalah terkait
iklim.
Berdasarkan fakta yang ada, kurang lebih manusia telah menyebabkan
1,0° C pemanasan global di atas tingkat pra industri. Permukaan laut juga telah
naik sekitaran 20 cm sejak 1880 dan diperkirakan akan naik lagi 30 hingga 122
cm atau satu hingga empat kaki pada tahun 2020. Sementara itu, untuk membatasi
pemanasan hingga 1,5° C, emisi CO2 global haruslah turun hingga 45 persen
antara 2010 dan 2030 serta mencapai nol bersih pada tahun 2050.
Sekitar 18 sektor energi sendiri akan menciptakan 18 juta lebih banyak
pekerjaan pada tahun 2030 yang difokuskan khusus pada energi terbarukan dan
energi berkelanjutan. Selain itu, aksi iklim yang berani bias memicu setidaknya
US $ 26 triliun manfaat ekonomi pada tahun 2030.
Permasalahan iklim yang ada membuat beberapa dampak pada kehidupan
manusia. Salah satunya dalam bidang perairan. Masalah iklim yang ada membuat
suhu bumi rata-rata semakin meningkat. Panasnya suhu yang semakin maningkat
mengakibatkan sulitnya sumber air mengeluarkan air. Sumber-sumber air menjadi
kering karena panasnya suhu yang ada.
Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana dampak peningkatan masalah
perubahan iklim yang mengakibatkan adanya kekeringan atau krisis air di
beberapa wilayah khususnya di Indonesia. Selain itu, dalam makalah ini juga akan
dibahas bagaimana perkembangan masalah kekeringan yang ada dengan
bagaimana cara menangani masalah yang ada di daerah di Indonesia.
BAB II: BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Dalam makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka untuk
mencari sumber-sumber yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun
materi. Penulis menggunakan beberapa sumber seperti jurnal, artikel dari internet,
dan beberapa buku yang sekiranya berhubungan dengan topik yang akan dibahas.
Penulisan makalah ini membutuhkan usaha yang cukup besar. Penulis
haruslah mengetahui persis materi atau topik yang dibahas sesuai dengan apa yang
diharapkan. Walaupun topik yang dibahas tidak berhubungan dengan program
studi yang diambil penulis, tetapi diharapkan isi yang ada dalam makalah ini
mampu tersampaikan dengan baik bagi para pembacanya.
Pencarian sumber memerlukan beberapa hari bagi penulis. Dengan
semikian, penulis telah menemukan beberapa jurnal terkait kekeringan yang
disebabkan perubahan iklim di Indonesia. Terdapat jurnal baik jurnal karangan
orang asing mapun karangan orang Indonesia sendiri.
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Pemanasan Global
Pemanasan global merupakan naiknya suhu rata-rata di sebagian besar
lapisan permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dalam
jumlah banyak yang membuat energy panas matahari menjadi terperangkap di
lapisan atmosfer. Pemanasan global ini telah menghasilkan berbagai dampak
terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di muka bumi. Akibat tersebut
antara lain naiknya permukaan air laut, terjadinya perubahan iklim yang ekstrim,
terganggunya hutan dan ekosistem, dan lain sebagainya. (Kusumawardhani &
Gernowo, 2015)
Pemanasan global diperkirakan mampu menaikkan tinggi permukaan air
laut, akibatnya dapat saja terjadi fenomena alam dan genangan di wilayah pesisir
serta hilangnya sebagian lahan basah yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Kenaikan permukaan air laut biasanya mmapu mengakibatkan beberapa dampak,
seperti peningkatan frekuensi dan intensitas banjir, perubahan arus laut dan
meluasnya kerusakan bakau, perluasan intruisi air laut, peningkatan ancaman
terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir pantai, dan berkurangnya
luas daratan atau bahkan hilangnya pulau-pulau kecil. (Suhelmi, 2013)
Perubahan iklim merupakan fenomena global yang ditandai adanya
perubahan suhu dan pola curah hujan. Penyebab terbesar terjadinya perubahan
iklim adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di lapisan atmosfer seperti
karbon dioksida (CO2), metana (CH), dan nitrogen (NO) yang semakin
meningkat. Gas rumah kaca yang ada menyerap radiasi gelombang panjang yang
panas dan seiring dengan peningkatan gas rumah kaca, suhu permukaan bumi
naik. Perubahan iklim global dapat menyebabkan pengaruh pola iklim dunia,
distribusi hujan, arah dan kecepatan angina. Hal tersebut secara langsung akan
berdampak pada kehidupan di permukaan bumi, seperti berkembangnya berbagai
penyakit baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan, kekeringan, banjir,
pengaruh produktivitas tumbuhan, dan lain sebagainya. (Wibowo, 2009)
Perubahan iklim tidak semata-mata terjadi karena faktor alam, melainkan
juga karena adanya ulah manusia. Dengan begitu, perubahan iklim dapat
menyebabkan terjadinya ancaman banjir, kemarau, longsor, rob, dan berbagai
bencana alam lainnya. (Kumalasari, 2014)
Perubahan iklim global ditandai dengan meningkatnya suhu di permukaan
bumi sebagai akibat dari peningkatan aktifitas manusia. Perubahan iklim global
ditandai dengan peningkatan suhu sebagai akibat dari peningkatan aktifitas
manusia.. Tercatat sejak abad ke-19 suhu permukaan bumi telah mengalami
peningkatan sekitar 0,8° C. Peningkatan suhu diperkirakan sekitar 0,15° C sampai
0,3° C setiap dekade sejak tahun 1990-2005 (IPCC/Intergovernmental Panel on
Climate Change, 2007). Perubahan iklim ini menyebabkan dampak negative bagi
kehidupan manusia seperti peningkatan curah hujan, penurunan curah hujan, dan
juga kekeringan. (Gentur Adi Tjahjono, 2018)
Perubahan iklim global sebagai dampak dari pemanasan global telah
mengekibatkan tidak stabilnya atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat
dengan permukaan bumi. Adanya pemanasan global disebabkan oleh
meningkatnya gas-gas rumah kaca yang banyak dihasilkan oleh industri-industri.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan
rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan
temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga
0.74°C antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini
diperkirakan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.0°C di abad sekarang ini, dan
bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4°C.
(Lakhdar et al., 2012)
Perubahan iklim merupakan hal yan sampai sekarang belum bisa dihindari.
Hal ini diyakini mampu semakin meluas dampaknya terhadap berbagai aspek
kehidupan. Semakin besar dampak iklim yang dihasilkan maka semakin besar
pula upaya aktif untuk menghindari dampak negative melalui strategi mitigasi dan
adaptasi. (Surmaini & Runtunuwu, 2015)
Perubahan iklim telah memberikan berbagai dampak dalam berbagai
sektor pula. Dampak tersebut telah dirasakan pada sektor perikanan, kelautan,
kehutanan, pertanian, sumber daya air, lingkungan, bahkan ekonomi dan sosial.
Sejauh ini dampak perubahan iklim yang paling ekstrim adalah terjadinya
kenaikan temperature serta terjadinya pergeseran musim. (Anggraini & Trisakti,
2011)
Dalam setiap negara, perubahan iklim akan mengalami dampak yang
berbeda-beda. Dari tahun 1975 – 2006 bencana alam terbanyak terjadi di benua
Asia. Dari kelompok rentan terhadap bencana, diantaranya 3,4 juta orang berasal
dari kelompok masyarakat miskin, anak-anak, masyarakat adat, petani dan
nelayan. Wanita merupakan proporsi terbesar dari masyarakat miskin dunia,
termasuk anak-anak dan remaja perempuan, sangat rentan terhadap perubahan
iklim (Bridge, 2008). Perubahan iklim memberi dampak paling berat terhadap
perempuan dari kelompok sosial paling rendah (CSF, 2011). Pada setiap bencana
(klimatis atau bukan) ternyata korban perempuan lebih besar daripada laki-laki
dengan perbandingan 4:1. Hasil analisis terhadap bencana yang terjadi di 141
negara membuktikan bahwa perbedaan jumlah korban akibat bencana alam
berkaitan erat dengan hak ekonomi dan sosial perempuan (DTE, 2009).
(Rochmayanto & Kurniasih, 2013)
Indonesia pun merasaka dampak adanya perubahan iklim, yaitu
menurunnya curah hujan serta peningkatan suhu di berbagai wilayah di Indonesia.
Berdasarkan data curah hujan dan suhu tahun 1978-2005 telah terjadi
kecenderungan penurunan curah hujan di Gunungkidul dengan peningkatan suhu
sebesar 0,04-0,047 C/th (Sudarmadji, dkk, 2012). (Gentur Adi Tjahjono, 2018)
Indonesia sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa sangatlah
rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim dapat menyebabkan kenaikan
suhu di berbagai wilayah, dan berubahnya awal dan panjang musim hujan.
Perubahan curah hujan di sebagia wilayah di Indonesia akan mengakibatkan
pengaruh terhadap berbagai varietas di wilayah tersebut. Meningkatnya hujan
pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi kejadian banjir, sedangkan
menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan risiko kekekeringan.
(BBPPSLP, 2008)
Diperkirakan penyebab perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca yang
menyebabkan pemanasan global. Masalah gas emisi rumah kaca sebenarnya
tidaklah hanya masalah di Indonesia saja, tetapi dirasakan oleh sebagian negara di
bumi ini. (Widyati, 2010)
Penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan suhu permukaan
sebesar 0,7°C sejak tahun 1900. Selama 30 tahun terakhir terjadi peningkatan
suhu global secara cepat dan konsisten sebesar 0,2°C per dekade (Gambar 1).
Sepuluh tahun terpanas terjadi pada periode setelah tahun 1990. Tanda-tanda
perubahan dapat dilihat pada mekanisme fisik maupun biologis. Sebagai contoh
perpindahan berbagai spesies sejauh 6 km kearah kutub setiap dekade selama 30-
40 tahun terakhir. Indikator lainnya adalah perubahan kejadian musiman seperti
proses pembungaan dan bertelur yang lebih cepat 2-3 hari pada setiap dekade di
daerah temperate (Root et al, 2005). (Subagyono, 2007)
Gambar 1