Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bumi dan manusia adalah dua elemen di alam semesta yang secara dinamis berubah setiap
waktu. Berbagai tindakan manusia juga sangat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan di
bumi disamping faktor-faktor alamiah. Pertumbuhan populasi manusia meningkatkan kebutuhan
akan energy dan lahan industri dan untuk konsekuensinya semakin banyak ekosistem yang
begitu vital peranannya dalam pemeliharaan keseimbangan alam seperti hutan dirusak untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Manusia telah berkembang dariawalnya tunduk pada
alam, lalu tergantung pada alam, kemudian memanfaatkan alam . Bumi yang memiliki
kemampuan restorasi yang sangat menakjubkan ini ada batasnya untuk dapat dimanfaatkan
manusia. Ketika manusia berlebihan dalam memanfaatkan Bumi, Bumi pun mengalami
kerusakan sebagaimana terlihat di sekitar kita. Bumi dan manusia sama-sama senantiasa
berubah. Bumi yang kini berubah menjadi tidak bersahabat dengan alam harus disikapi manusia
dari sikap memanfaatkan alam menjadi hidup berdampingan dengan alam.
Perubahan iklim akibat pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu
efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi bumi selama beberapa dekade dan abad ke
depan. Namun, bagaimana dengan nasib bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat matahari
menuju masa akhir hidupnya?. Akankah bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi
masa akhir kehidupan bumi. Perubahan iklim memiliki hubungan dengan perubahan curah hujan,
ketersediaan air permukaan, dan kualitas air yang dapat berpengaruh pada Water related disease.
Cuaca sekarang sudah sangat sulit untuk diprediksi. Dulu dengan mudah bagi kita untuk
menentukan musim hujan yang biasanya terjadi pada bulan Oktober-Februari. Tapi untuk akhir-
akhir ini adalah seperti itu sudah tidaklah tepat lagi.

Gas rumah kaca adalah faktor utama yang menyebabkan pemanasan global ini terjadi.
Selanjutnya adalah gas CO2 sisa pembakaran, contohnya saja pembakaran yang tidak sempurna
yang menghasilkan gas CO2. Dan yang ketiga adalah efek dari gas metan yang banyak dihasilkan
oleh aktivitas persawahan, peternakan, dan pembuangan sampah.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang
lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain
adalah berpengaruh terhadap hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan.
Menurut laporan terbaru dari NASA/GISS (2015), bahwa suhu dunia terus mengalami
kenaikan sebesar 0,68o C hingga tahun 2014. Penyimpangan suhu atau lebih dikenal dengan
anomali suhu ini jauh di atas rata-rata suhu bumi pada abad ke-20. Dilaporkan oleh Hance (2015)
bahwa pada tahun 2014 adalah tahun terpanas dalam beberapa milenium terakhir. Pemanasan
global tersebut berdampak terhadap mencairnya es di kutub utara dan selatan, maka tinggi
permukaan laut meningkat sehingga akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan semua
kehidupan.

Perubahan iklim adalah proses yang berkembang lambat dengan hasil yang relatif kecil,
tetapi cukup bermakna untuk menyebabkan kejadian-kejadian cuaca ekstrim (extreme
weather events) seperti gelombang panas, banjir, kekeringan, badai, dan last-not-least kenaikan
permukaan air laut. Apabila berbicara tentang perubahan iklim maka sangat erat hubungannya
dengan global warming tentu saja karena yang kita ketahui bahwa perubahan iklim diakibatkan
oleh global warming. Global warming atau pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-
rata permukaan Bumi dan laut akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di
atmosfer.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah masalah perubahan iklim global dan apa
dampaknya bagi manusia. Rumusan masalah secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan perubahan iklim global?


2. Apa saja sebab-sebab terjadinya perubahan iklim global?
3. Apa saja pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan iklim global terhadap lingkungan?
4. Apa saja ancaman perubahan iklim global terhadap kehidupan manusia?
5. Bagaimana cara upaya melestarikan lingkungan untuk menanggulangi dampak
perubahan iklim global?
6. Bagaimana pandangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang perubahan iklim global?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

Mengkaji permasalahan-permasalahan yang timbul akibat perubahan iklim dunia


terhadap kehidupan manusia, terhadap lingkungan.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode
kepustakaan dan literatur. Referensi yang kami gunakan adalah materi-materi dari yang
didapatkan dari sumber lain seperti dari buku maupun internet.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara sistematis melalui pembagian bab yang berjumlah tiga buah,
yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan
terdiri atas: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan, sistematika penulisan, dan hipotesis. Sedangkan bab pembahasan
dibagi berdasarkan subpokok-subpokok yang akan dikaitkan dengan pemicu. Bab
penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan faktor penyebab perubahan iklim

Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah
hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai
100 tahun atau yang biasa disebut dengan inter centenial (Anonim, 2004). Perubahan iklim
sendiri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor yang pertama adalah natural variability
atau faktor alam. Faktor kedua adalah human-induced factor atau faktor manusia. Faktor alam
adalah faktor dalam alam yang mempengaruhi satu sama lain. Komponen faktor alam terdiri dari
atmosfer (suhu, unsur-unsur di udara, uap air, dan sebagainya), daratan (resapan tanah, keaktifan
gunung berapi, unsur di tanah, dan sebagainya), laut (tinggi gelombang, dan sebagainya) dan
radiasi matahari. Faktor manusia adalah faktor yang berasal dari manusia itu sendiri karena
tindakanya yang mempengaruhi alam. Human-induced factor of climate change atau faktor yang
disebabkan oleh manusia adalah tindakan manusia yang dapat mempengaruhi pergeseran iklim.

Tindakan tersebut antara lain menggunakan tenaga listrik thermal power plant(
menggunakan bahan bakar fosil), menggunakan kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar
fossil mengeluarkan Co2,Bahan industri yang diciptakan menggunakan bahan bakar fosil
mengeluarkan CO2 dan sampah, menggunakan sampah tak terurai seperti plastik yang akan
menciptakan kerusakan lingkungan, menggunakan kayu sebagai bahan industri yang akan
mengurangi banyak hutan di bumi menggunakan pupuk pada pertanian yang menciptakan emisi
n2O, melakukan Degradasi lahan ( perusakan lahan hutan untuk banyak keperluan yang merusak
lingkungan sekitarnya sehingga terjadi perubahan pada keadaan udara misal: konsentrasi CO2 di
udara yang menyebabkan terhalanganya cahaya matahari keluar bumi.

2. Pemanasan Global Dan faktor penyebab

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33
± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Global warming, yang merupakan salah satu gejala
pergeseran iklim pada masa kini, adalah manifestasi dari faktor alam dan faktor manusia.

Revolusi Industri adalah permulaan dari global warming yang terjadi saat ini. Global
warming disebabkan oleh manusia itu sendiri yang diawali dengan revolusi industri. Revolusi
industri dimulai sejak abad 18 hingga abad 19. Hal ini terbukti dengan tercatatnya kenaikan rata-
rata suhu Bumi sebesar 0,6 derajat celcius dari abad 19 hingga abad 21 Tindakan yang
dilakuakan manusia selama revolusi industri yang mempengarui global garming adalah
penebangan hutan,penciptaan mesin-mesin industri yang menghasilkan polusi (jelaga) , praktik
pertanian yang masif dengan membuka lahan baru dan menerapkan teknologi pertanian seperti
pupuk, dan penggunaan bahan bakar fosil. Hutan sebagai sequester (penyerap dan penampung)
emisi karbon dioksida dari makhluk hidup dan aktivitas manusia ditebang untuk dimanfaatkan
kayunya sebagai bahan bakar (tungku), bahan bangunan, dll. Mesin-mesin industri yang masih
sederhana menghasilkan gas-gas buangan yang sangat banyak. Pembukaan lahan semakin
mengurangi luas lahan tertutup pohon. Penggunaan pupuk menyebabkan akumulasi gas nitrogen
oksida di udara. Sementara pengunaan bahan bakar fosil menghasilkan emisi karbon yang sangat
masif. Penyebab terjadinya Pemanasan Global adalah :

A. Efek Rumah Kaca

Segala sumber energi yg terdapat di bumi berasal dari matahari, sebagaian besar
berbentuk radiasi gelombang pendek. Disaat energi ini tiba di permukaan bumi, dia bakal beralih
dari cahaya jadi panas. Permukaan bumi, bakal menyerap sebahagian panas & memantulkan
kembali. Sisanya sebahagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah, gelombang panjang ke
angkasa luar. Tetapi sebahagian panas masih terperangkap di atmosfir akibat menumpuknya gas-
gas rumah kaca, antara lain : uap air, karbondioksida, sulfurdioksida, &metana yg menajadi
perangkap gelombang radiasi ini. Apabila kondisi ini berjalan tetapmenerus bakal
mengakibatkan suhu kebanyakan tahunan konsisten meningkat. makin meningkatkanya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfir, semakin tidak sedikit panas yg terperangkap di bawahnya.
Bumi sebenarnya sudah lebih panas 330C (590F) dari suhu semulanya.Jika tak ada resiko rumah
kaca suhu bumi cuma -180C sampai es bakal menutupi semua permukaan bumi. Namun
sebaiknya gas-gas tersebut berlebihan di atmosfir, mengakibatkan pemanasan global.

2 Efek Umpan Balik

Hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es, baik daratan maupun air
memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari.

3 Variasi Matahari
Perubahan jumlah energi radiasi yang dipancarkan oleh matahari

Proses terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim

1) Ketika sinar matahari memasuki atmosfir bumi, sinar matahari tersebut harus melalui
lapisan gas rumah kaca. Setelah mencapai seluruh permukaan bumi, tumbuhan, tanah, air,
dan komponen ekosistem lainnya menyerap energi dari sinar matahari tersebut. Sisanya
akan dipantulkan kembali ke atmosfir. Sebagian energi dikembalikan ke angkasa, tetapi
sebagian lagi terperangkap oleh gas rumah kaca di atmosfir dan dikembalikan ke bumi
sehingga dikenal dengan nama efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca
dapat mengakibatkan mencairnya bongkah-bongkah es di kutub. Bila dibiarkan terus-
menerus permukaan air laut akan naik yang menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau
kecil dan daerah tepi pantai.
2) Perubahan iklim terjadi akibat lapisan ozon yang semakin menipis yang di sebabkan oleh
adanya radiasi matahari atau terperangkapnya panas matahari yang disebabkan oleh gas
efek rumah kaca yang salah satunya gas cloro floro carbon atau biasanya lebih dikenal
dengan CFC. Dampak bagi kesehatan mahluk hidup dari menipisnya lapisan ozon yaitu
masalah pernapasan, berkurangnya sistem kekebalan tubuh.

Chloro Fluro Carbon (juga disebut CFC) adalah gas terdiri dari tiga unsur Klor, Fluor dan
Carbon. digunakan secara luas sebagai pendingin dalam kulkas dan sebagai pendorong dalam
kaleng aerosol. Saat itu ditemukan pada akhir 1970-an dan awal 1980-an bahwa CFC dari kulkas
tua dan rusak dan kaleng aerosol tua secara bertahap menemukan jalan masuk ke bagian atas
atmosfer di mana cfc merusak lapisan ozon. Lapisan ozon melindungi Bumi dari radiasi
berbahaya. Sebagai hasil kerusakan, lubang-lubang mulai muncul di lapisan ozon di atas Kutub
Selatan setiap musim panas, semakin besar setiap tahun. Akhirnya penggunaan CFC dalam
aerosol dan kulkas di larang. Bukan hanya terdapat di dalam kulkas atau kaleng aerosol cfc pun
di temukan di dalam AC, asap pembakaran pabrik, kendaraan, dan hutan. Pada dasarnya cfc
tidak berbahaya, tetapi karena pemakaiannya yang berlebih cfc dapat merusak lapisan ozon yang
melindungi bumi dari radiasi matahari.

Cloro floro carbon juga menjadi salah satu pemegang andil dalam gas efek rumah kaca.
Gas efek rumah kaca disebabkan oleh karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya

Hubungan antara pemanasan global dan perubahan iklim

Pemanasan global pada dasarnya adalah peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan
bumi. Di sisi lain, iklim sangat dipengaruhi oleh berbagai parameter iklim seperti kecepatan dan
arah angin yang sangat dipengaruhi oleh tekanan udara dan suhu udara, selain kelembaban udara
dan curah hujan yang dipengaruhi oleh radiasi matahari. Dengan terjadinya pemanasan global,
berbagai parameter iklim akan terganggu sehingga secara jangka panjang iklim akan mengalami
perubahan yang bersifat permanen. sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan
dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Sinar tampak adalah gelombang pendek,
setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas
(sinar inframerah), yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat
menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah
terganggu komposisinya (komposisinya berlebihan). Akibatnya energi panas yang seharusnya
lepas keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau
adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama,
sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah Efek Rumah Kaca (ERK) berlebihan karena
komposisi lapisan GaS Rumah Kaca (GRK) di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya
suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah
satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan
iklim secara global.

Dampak negatif pemanasan global tehadap iklim

 Perubahan es di kutub, dimana es di kutub utara mencair tetapi di kutub selatan


bertambah
 Jumlah badai yang terjadi hampir konstan (masih sesuai pola) tetapi keparahannya
jauh lebih berat akibat pemanasan
 Tinggi air laut meningkat
 Pergeseran musim, contohnya musim semi terjadi lebih cepat
 Musim-musim menjadi ekstrem, seperti musim dingin ekstrem di Rusia atau
gelombang panas di Amerika Serikat.

Dampak perubahan iklim

Perubahan iklim menimbulkan perubahan pada pola musim sehingga menjadi sulit
diprakirakan. Pada beberapa bagian dunia hal ini meningkatkan intensitas curah hujan yang
berpotensi memicu terjadinya banjir dan tanah longsor. Sedangkan belahan bumi yang lain bisa
mengalami musim kering yang berkepanjangan, karena kenaikan suhu dan turunnya kelembaban.
Menurut perusahaan asuransi Swiss Re, 90% dari bencana terkait iklim terjadi di Asia. Pola
cuaca akan menjadi ekstrim kemungkinan cuaca panas sekali, gelombang panas, dan hujan lebat
akan lebih sering terjadi. Selain itu, badai siklon tropis kemungkinan lebih intensif, disertai angin
kencang dan hujan deras. Selanjutnya perubahan iklim akan berdampak pada kehidupan kita
seperti:

A. Perubahan Iklim dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan


Perubahan iklim dapat mengubah kualitas air, udara, makanan; ekologi vektor;
ekosistem, pertanian, industri, dan perumahan. Semua aspek tersebut memiliki peranan yang
sangat besar dalam menentukan kualitas hidup manusia. Perubahan iklim telah menciptakan
suatu rangkainan kausalitas kompleks yang berujung pada dampak kesehatan.Misalnya saja,
kualitas dan suplai makanan. Variabel ini sangat dipengaruhi oleh iklim. Bagaimana keteraturan
iklim telah membuat petani tahu kapan waktu yang tepat untuk menebarkan benih, memupuk,
dan memanen lahannya. Saat iklim berubah, cuaca juga berubah. Kekeringan dan banjir dapat
datang sewaktu-waktu. Mungkin petani masih bisa memanfaatkan air tanah. Akan tetapi, seperti
telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, aktivitas antropogenik manusia telah merubah
wajah vegetasi bumi. Kualitas dan kuantitas air tanah dan permukaan kini juga berada dalam
ancaman. Perubahan cuaca, kelembaban, suhu udara, arah dan kekuatan angin juga
mempengaruhi perilaku hama.

Perubahan iklim dapat mengakibatkan munculnya berbagai gangguan kesehatan.


Serangan heat stroke, kematian akibat tersambar petir, busung lapar akibat gagal panen yang
disebabkan perubahan pola hujan, dan gangguan kesehatan lainnya membutuhkan penanganan
istimewa, tidak bisa disamakan dengan kejadian penyakit biasa. Oleh karena itu, hal tersebut
membutuhkan rancangan sistem kesehatan yang disesuaikan dengan perkiraan dampak
perubahan iklim sehingga fasilitas pelayanan kesehatan yang ada mampu menampung,
menangani, dan mengendalikan kasus-kasus tersebut. Ketika perubahan iklim datang, maka
kesehatan manusia akan berada dalam ketidakpastian waktu. Kasus bisa terjadi sewaktu-waktu
dengan kuantitas dan kualitas dampak yang juga tidak dapat dipastikan. Sistem pelayanan
kesehatan akan menemui berbagai macam tantangan yang rumit seperti naiknya biaya pelayanan
kesehatan, komunitas yang mengalami penuaan dini, dan berbagai tantangan lainnya sehingga
strategi pencegahan yang efektif sangat dibutuhkan.

Banjir mengakibatkan kesehatan manusia terancam berbagai penyakit menular dan


penyakit mental. Leptospirosis, diare, gangguan saluran pernapasan, scabies, dan penyakit
lainnya mengancam warga pasca banjir. Secara teoritis, banjir adalah hasil dari interaksi dari
curah hujan, runoff permukaan, evaporasi, angin, tinggi permukaan air laut, dan topografi lokal.
Bencana banjir dan badai mulai muncul dalam 2 dekade ini. Pada tahun 2003, 130 juta jiwa
menjadi korban banjir bandang di China. Sedangkan pada tahun 1999, 30.000 orang mati karena
badai yang diikuti banjir dan tanah longsor di Venezuela. Di Indonesia, banjir air pasang terjadi
di Jakarta Utara dan Tangerang.

Perubahan Iklim juga menyebabkan kemunculan dini musim semi serbuk sari di belahan
bumi utara. Sangat beralasan jika menyimpulkan bahwa penyakit alergen disebabkan oleh serbuk
sari seperti alergi rhinitis seiring ditemuinya kejadian tersebut bersamaan dengan perubahan
musim tersebut.

b. Perubahan Iklim terhadap Kondisi Sosial


Salah satu contoh akibat perubahan iklim adalah banjir. Banjir yang menenggelamkan
tempat tinggal manusia membuat manusia mengungsi. Dalam kondisi darurat seperti itu, akan
timbul kepanikan. Selain itu, pada kondisi darurat manusia tidak lagi memikirkan orang lain.
Yang menjadi prioritas utamanya adalah bagaimana caranya agar dirinya, keluarganya, dan
hartanya dapat diselamatkan. Tidak jarang manusia menginjak hak orang lain asal kebutuhan
keluarganya dapat dipenuhi, walaupun hak orang yang diinjak tersebut adalah hak
tetangganya.Banjir juga menyebabkan jatuhnya korban meninggal yang akan membuat perasaan
keluarga dan orang terdekatnya termasuk tetangga akan menjadi sangat sedih, hal ini membuat
keadaan sosial akan berubah karena telah menghilangnya salah satu pelaku sosial di lingkungan
tersebut.

c. Perubahan Iklim dan Dampak Lingkungannya

Perubahan Iklim terjadi karena perubahan keseimbangan lingkungan. Meningkatnya


konsentrasi gas rumah kaca (uap air, CO2, NO2, CH4, dan O3) di atmosfer akibat aktifitas
pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia menyebabkan terbentuknya semacam selimut tak
tampak mata yang mengurung gelombang panas sinar matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi. Efeknya adalah permukaan bumi semakin memanas dan pada akhirnya
memicu perubahan iklim.

Efek yang paling terlihat dari kondisi ini adalah perubahan cuaca. Cuaca adalah kondisi
atmosfer yang kompleks dan memiliki perilaku berubah yang kontinyu, biasanya terikat oleh
skala waktu, dari menit hingga minggu. Variabel-variabel yang berada dalam ruang lingkup
cuaca di antaranya adalah suhu, daya presipitasi, tekanan udara, kelembaban udara, kecepatan,
dan arah angin. Sedangkan iklim adalah kondisi rata-rata atmosfer, dan berhubungan dengan
karakteristik topografi dan luas permukaan air, dalam suatu region wilayah tertentu, dalam
jangka waktu tertentu yang biasanya terikat dalam durasi bertahun-tahun.

Aktivitas antropogenik lain, diantaranya adalah penggunaan lahan dan berubahnya


vegetasi alami juga ikut berkontribusi menyebabkan perubahan iklim. Perubahan vegetasi
menyebabkan variasi karakteristik permukaan bumi seperti albedo (kemampuan memantulkan)
dan roughness (ketinggian vegetasi) mempengaruhi keseimbangan energi permukaan bumi lewat
gangguan evapotranspirasi. Selain itu, perubahan vegetasi juga dapat mempengaruhi suhu, laju
presipitasi, dan curah hujan di suatu regional. Bencana alam yang dapat terjadi karena perubahan
vegetasi di antaranya adalah banjir, munculnya heatstroke akibat gelombang panas yang tidak
diserap karena hilangnya vegetasi alami, tsunami, kekeringan, dll.

IPCC menyimpulkan bahwa beberapa studi mengindikasikan meningkatnya tekanan panas,


kekeringan, dan banjir secara negatif akan mempengaruhi lahan pertanian melebihi dampak
perubahan iklim. Hal tersebut juga diperkirakan akan membentuk kemungkinan terjadinya
kejutan yang dampaknya lebih luas, muncul lebih awal, lebih daripada yang diperkirakan.
Variabilitas iklim dan perubahan juga mengubah risiko terjadinya kebakaran, out break patogen
dan hama, yang berefek negatif pada ketersedian suplai makanan dan kehutanan.

Dampak lainnya adalah pengaruh perubahan iklim terhadap perilaku vektor penyebab
penyakit. Vector borne disease (VBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh gigitan
infeksi spesies-spesies arthropoda, misalnya nyamuk, lalat, kutu, kepinding, dan sebagainya. Di
timur laut Amerika, ditemukan bukti respons genetik (mikro evolusioner) dari spesies
nyamuk Wyeomia smithii untuk meningkatkan jumlah mereka dan dalam dua
dekade ini mereka muncul lebih awal dimusim semi. Walaupun spesies itu bukan merupakan
vektor yang dapat menyebarkan penyakit ke manusia, tetapi spesies ini memiliki hubungan yang
dekat dengan spesies vektor arbovirus lainnya yang dimungkinkan mengalami perubahan/evolusi
genetis juga. Selain itu perubahan distribusi geografis vektor sandfly dilaporkan terjadi di Eropa
selatan. Akan tetapi, belum ada penelitian yang spesifik meneliti kausa perubahan distribusi
tersebut.
Virus berbasis vektor lainnya yang paling menjadi pusat perhatian seluruh dunia adalah
dengue. Beberapa penelitian melaporkan bahwa ada hubungan antara kondisi spasial, temporal,
atau pola spasiotemporal terhadap dengue dan iklim. Telah diketahui bahwa curah hujan yang
tinggi serta suhu yang hangat dapat meningkatkan transmisi virus ini. Akan tetapi, diketahui juga
bahwa kasus dapat terjadi dalam jumlah yang sama di musim kemarau asal terdapat cukup
tempat penyimpanan air yang feasibel menjadi breeding site nyamuk.

Kurangnya suplai makanan dan kekeringan diketahui berhubungan dengan meningkatnya


risiko kematian akibat kesakitan diare di Banglasdesh. Di Australia diketahui juga meningkatnya
risiko bunuh diri oleh petani selama musim kemarau. Diet yang bagus dan suplai makanan yang
baik adalah pusat dari kesuksesan promosi kesehatan. Keterbatasan suplai makanan dapat
mengakibatkan malnutrisi dan berbagai penyakit akibat defisiensi gizi.

Perubahan iklim memiliki hubungan dengan perubahan curah hujan, ketersediaan air
permukaan, dan kualitas air yang dapat berpengaruh pada water related disease. Water related
disease dapat diklasifikasikan dengan mengetahui jalur pajanannya sehingga dapat dibedakan
menjadi water borne disease (ingesti) dan water washed disease (karena kurangnya higienitas).

Ada 4 pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi hubungan antara manifes
kesehatan dan pajanan oleh perubahan curah hujan, ketersediaan, dan kualitas air:

1. Hubungan antara ketersediaan air, akses air bersih di perumahan, dan beban kesehatan akibat
penyakit diare

2. Peran curah hujan ekstrim (lebatnya curah hujan dan kekeringan) dalam memfasilitasi
kejadian luar biasa water borne disease lewat suplai air lewat jaringan pipa ataupun air
permukaan.

3. Efek suhu dan runoff dengan kontaminasi bahan kimia dan mikrobiologi pada garis pantai,
tempat rekreasi, dan air permukaan
4. Efek langsung suhu pada insidens diare.

d. Perubahan Iklim dan Pengaruhnya terhadap Kondisi Sosial Ekonomis.

Perubahan iklim cenderung mengakibatkan bencana. Hal tersebut secara klinis akan
mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain itu, bencana-bencana tersebut juga dapat
melumpuhkan kegiatan perekonomian manusia. Bencana yang merusak bangunan fisik,
melumpuhkan sumber daya manusia lewat penyakit, serta dapat mengancam iklim investasi. Hal
tersebut dapat mengganggu kondisi sosial dan ekonomi manusia.

Dampak yang merugikan akibat perubahan iklim antara lain perubahan pada lingkungan
fisik maupun biota sehingga menimbulkan kerusakan pada komposisi, ketahanan, serta
produktivitas ekosistem alami. Komposisi ekosistem alami dapat rusak akibat perubahan iklim
manakala dampak perubahan iklim tersebut tidak dapat ditolerir oleh komponen pendukung
ekosistem. Demikian pula ketahanan komponen ekosistem alami akan mengalami penurunan
maupun kerusakan tergantung pada seberapa besar akibat perubahan iklim berpengaruh pada
ketahanannya.

Produktivitas akan terganggu bila kompisisi serta ketahanan ekosistem terkena


dampak perubahan iklim. Berikut ini akan dicoba dideskripsikan sebagian dampak perubahan
iklim terhadap lingkungan khususnya terhadap ekosistem alami.

e. Dampak terhadap keanekaragaman hayati

Laju perubahan iklim yang cepat melalui pemanasan global merupakan masalah yang
cukup serius dihadapi oleh mahluk hidup. Dalam menghadapi hal itu diperlukan adaptasi, antara
lain melalui migrasi yang merupakan mekanisme homeostatis mahluk hidup.

Sebagai ilustrasi, bila akibat perubahan iklim temperatur naik 3 serajat Celcius, mahluk
hidup berusaha bermigrasi secara vertikal ke daerahpegunungan dengan ketinggian 500 m lebih
tinggi daripada habitat semula atau bermigrasi secara horisontal sejauh 250 km mendekati kutub
untuk mendapatkan habitat dengan suhu yang sesuai. Hewan yang mobilitasnya relatif lebih
tinggi daripada tumbuhan menghadapi berbagai hambatandiantaranya penyempitan habitat
(misalnya, bila migrasi terjadi di daerah pegunungan). Sehingga menurut teori hubungan antara
luas dan jumlah jenisharuslah ada jenis yang punah.

Migrasi horisontal terhalang oleh berbagai faktor antara lain terdapatnya daerah
pemukiman, pertanian, bentangan gunung yang tinggi, dan hamparan lautan. Sebagai contoh
hewan dan tumbuhan yang dilindungi di taman nasional Ujung Kulon tidak dapat bermigrasi ke
selatan karenaterdapat Samudra Hindia. Juga bentangan Pegunungan Jaya Wijaya di irian Jaya
merupakan hambatan bagi migrasi hewan setempat. Meski hewan dan tumbuhan dapat
bermigrasi untuk beradaptasi terhadap kenaikan temperatur akibat perubahan iklim, kecepatan
migrasi jenis berbeda-beda sehingga di habitat yang baru terjadi perubahan komunitas hewan dan
tumbuhan. Pada umumnya kecepatan migrasi jenis tumbuhan lebih rendah daripada kecepatan
migrasi hewan. Dalam kasus ini bila tumbuhan tersebut merupakan makanan utama jenis hewan
yang bermigrasi maka hewan tersebut di habitat yang baru kurang/tidak mendapat
makanan utama. Akibatnya akan berpengaruh terhadap kehidupannya dan bila hewan tersebut
tidak mampu beradaptasi dengan jenis makanan yang tersedia di habitatnya yang
baru, makapopulasinya pun akan terhambat bahkan dapat menyebabkan kepunahan.

f. Dampak terhadap lapisan salju, es glasier, permafrost, dan sirkulasi hidrologi

Salju es dan permafrost (dataran beku bersuhu 00C) merupakan sumberdaya air
yang meliputi luas 41 juta km persegi. Lapisan salju padadaerah tertentu y ang menutupi tanah
selama 9 bulan dalam setahun dapat mengurangi panas yang diserap oleh tanah. Akibat
perubahan iklim, lapisan salju melebur dan tanah akan lebih banyak menyerap panas matahari.

Umpan balik dari peleburan lapisan salju tersebut akan meningkatkan pemanasan
global. Demikian pula halnya terhadap hamparan es dan glasier, yang akhirnya akan berakibat
terhadap kenaikkan permukaan air laut. Dalam waktu 250 tahun hamparan es di Greenland
berkurang volumenya sebesar 3 % dan permukaan laut naik setinggi 0,2 m. Reaksi glasier atas
pemanasan akibat perubahan iklim sangat tergantung pada tempat dan perubahanpresipitasinya.
Glasier yang berada di kepulauan bekas wilayah Uni Sovyet diprediksi akan hilang dalam
beberapa dasawarsa akibat presipitasinya hanya dapat mengkompensasi kehilangan 10 - 15 %.
Peningkatan temperatur sebesar 3 derajat Celcius dapat membelah wilayah Pegunungan
Alpen di Austria yang tertutup glasier menjelang tahun 2050. Dataran beku bersuhu nol derajat
Celcius merupakan tanah yang tetap berada pada temperatur nol derajat Celcius atau
dibawahnya, yang terdiri atas es dengan berbagai bentuk mulai dari partikel kecil di pori-
pori tanah hingga wilayah es yang luas dengan ketebalan beberapa meter.

Pemanasan yang cepat mempengaruhi lapisan teratas dataran beku bersuhu nol derajat
Celcius setebal 5 m yang pada wilayah tertentu (misalnyaSiberia Barat dan Lingkaran Atlantik
Utara) akan menghilang dalam beberapa dasawarsa. Namun pencairan dataran beku bersuhu nol
derajat Celcius tersebut secara penuh akan memerlukan waktu berabad-abad (Meehl, 2007).

Kenaikkan temperatur 2 derajat Celcius akan mengakibatkan gerakan mundur dataran


beku bersuhu nol derajat Celcius di Kanada sejauh 700 kmke utara. Survei yang dilakukan
pemerintah Cina membuktikan 40 - 50 % wilay ah dataran beku bersuhu nol derajat Celcius akan
berkurang. Siklus hidrologi terpengaruh oleh kenaikkan temperatur akibat perubahan iklim
karena laju penguapan air dari tanah dan kelembaban tanah juga terkena dampak kenaikkan
temperatur.

Sumber daya air di daerah tandus dan semi tandus sangat peka terhadap perubahan kecil
temperatur dan curah hujan. Suatu hasil penelitian di ASmenunjukkan kenaikkan temperatur 1 -
2 derajat Celcius dan berkurangnya presipitasi 10 % akan menurunkan ketersediaan air separuh
dari semula didaerah tandus dan semi tandus. Kenaikkan temperatur juga akan
mempengaruhi pasok air yang berasal dari pencairan salju. Pada musim dingin air disimpan
dalam bentuk salju dan secara bertahap dilepas pada saat meleleh di musim semi dan panas. Pada
bagian bumi y ang lebih panas, akan lebih banyak hujan dan sedikit salju. Sungai-sungai di
daerah ini menjadi sangat kering di musim panas dan meluap pada waktu musim hujan.

g. Dampak terhadap ekosistem laut dan pantai

Pemanasan global akibat perubahan iklim selain menaikkan permukaan air laut akibat
pemuaian volume air dan pencairan salju, juga menaikkan suhu air laut. Hal itu akan
berpengaruh terhadap interaksi laut dan atmosfer, yang selanjutnya akan mempengaruhi
perubahan iklim. Perbedaan temperatur antara udara diatas daratan dan lautan menimbulkan
angin sepanjang garis pantai yang kuat. Sedangkan perbedaan temperatur air lautdan di dasar laut
akan menimbulkan arus keatas (upwilling). Bila hal ini terjadi dengan intensitas yang tinggi
diduga akan menambah frekuensi peristiwa siklon tropis yang disertai perluasan wilayahnya.
Suhu permukaan air laut yang tinggi kemungkinan meningkatkan terjadinya El Nino yang
mengakibatkan cuaca buruk dan mengganggu sirkulasi laut.

Ekosistem pantai sangat tergantung pada laut. Bila permukaan air laut naik akibat
prubahan iklim, maka sedimen yang terjebak dalam hutan mangrove akan terhanyut oleh arus
pasang surut. Bila itu terjadi makaberbagai biota laut y ang hidup dalam ekosistem pantai
tersebut akan terganggu populasinya. Terumbu karang sangat peka terhadap perubahan
temperatur dan tingkat sedimentasi. Bila temperatur kurang dari 18 derajat Celcius terumbu
karang akan mati sehingga akan berpengaruh terhadap kehidupan biota laut. Juga tingkat
sedimentasi y ang tinggi akanmemperkeruh air laut sehingga sinar matahari tidak dapat
menembus sampai pada dasar laut habitat terumbu karang. Bila itu terjadi maka fotosintesis
akan terganggu sehingga pertumbuhan terumbu karang juga akan terganggu.

Demikianlah, dampak perubahan iklim terhadap ekosistem alami bila diurutkan lebih
jauh akan sangat berpengaruh pada rantai makanan dan akhirnya akan mempengaruhi aktivitas
mahluk hidup secara keseluruhan.

Strategi Adaptasi dan Mitigasi Terhadap Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim global saat ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan di
Bumi yang kita tinggali. Terutama dampak negatifnya, malah jauh lebih besar dan saat ini makin
terasa saja bagi kehidupan manusia. Hal ini menyadarkan kita untuk selalu menjaga lingkungan
kita untuk menanggulangi dampak perubahan iklim global. Mitigasi merupakan pengurangan
sedangkan adaptasi merupakan penyesuaian diri. Berikut ini berbagai cara untuk mengurangi
dampak perubahan iklim global demi kehidupan masa kini dan masa depan:

 Melakukan penanaman pohon sebanyak mungkin, terutama di daerah hutan yang telah
gundul. Hal ini dikarenakan daun-daun pada pohon menyerap karbon dioksida untuk
fotosintesis.
 Menanam bakau di pesisir pantai untuk mencegah terjadinya abrasi.
 Revitalisasi terumbu karang di laut yang sudah dirusak oleh aktivitas penambangan,
termasuk yang terjadi di Bangka Belitung.
 Membangun sistem peringatan dini, khususnya di pemukiman yang sangat rawan
terhadap dampak buruk perubahan iklim.
 Menghemat listrik, seperti mematikan lampu jika siang hari dan mematikan peralatan
listrik jika tidak diperlukan, terutama pada malam hari dimana beban puncak konsumsi
listrik terjadi pada pukul 18.00-21.00.
 Mencegah penebangan liar dan menerapkan sistem tebang pilih (pohon yang boleh
ditebang harus memiliki diameter 60 ke atas).
 Membuat sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan sebagai lahan
pertanian untuk mencegah hanyutnya humus karena erosi.
 Mengolah limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
 Menggunakan bahan-bahan dan barang-barang yang ramah lingkungan, seperti
menggunakan kantong pengganti kantong plastik untuk berbelanja dan menggunakan
lemari es yang tidak melepaskan CFC.
 Menerapkan prinsip 4R, yaitu Reuse (memakai kembali barang-barang yang tak terpakai
untuk keperluan lain), reduce (mengurangi pemakaian barang dan menggunakannya saat
perlu saja), recycle (mendaur ulang barang yang tak terpakai menjadi barang yang
bermanfaat), dan replace (mengganti barang yang tidak ramah lingkungan dengan barang
yang ramah lingkungan).
 Melakukan remediasi (membersihkan permukaan tanah dari berbagai macam polutan
dengan bantuan bakteri dan jamur).
 Mengurang penggunaan pestisida dan pupuk buatan.
 Kurangi penggunaan energi fosil pada kendaraan pribadi, gunakan transportasi umum
karena cukup mengurangi pembakaran karbon dibanding memakai kendaraan pribadi.
 Biasakan berjalan kaki atau bersepeda dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Jika
terpaksa menggunakan kendaraan, gunakan kendaraan umum.
 Mengganti bola lampu dengan jenis TL yang hemat energi.
 Memanfaatkan cahaya matahari (dengan genteng kaca, glass box, konstruksi jendela)
sebagai salah satu sumber penerangan dalam rumah.
 Di kantor atau di rumah yang dilengkapi dengan alat pendingin udara sebaiknya disetel
dengan suhu udara minimal 25 derajat.
 Penetralan limbah industri dengan membuat instalasi pengolahan limbah.
 Memotivasi diri sendiri dan masyarakan untuk berperan menyelamatkan Bumi
A. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Untuk Mengantisipasi Perubahan Iklim

Perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia, memicu para ahli untuk mengeluarkan

berbagai teknologi agar bisa mengurangi dampak dan mengantisipasi perubahan iklim yang
telahterjadi. Untuk itu, bias diterapkan teknologi ramah lingkungan. Teknologi ramah
lingkungan adalah teknologi yang menggunakan sedikit atau sama sekali sumber daya alam
danmenghasilkan emisi yang sedikit sehingga dapat digunakan untuk mengurangi
bahkanmengantisipasi perubahan iklim. Contoh-contoh teknologi ramah lingkungan ini antara
lain:

 Tenaga Surya (Solar Power)

Indonesia sebagai negara yang terletak di bawah garis khatulistiwa memiliki curah penyinaran
matahari yang tinggi dan intens, sehingga cocok untuk menerapkan tenaga surya. Tenaga surya
ini memanfaatkan efek fotolistrik untuk menyerap energi radiasi gelombang elektromagnetik,
seperti sinar ultraviolet untuk menjadi energi listrik yang nantinya akan disimpan di dalam
baterai. Namun begitu, tenaga surya ini tidak dapat digunakan jika matahari tertutup atau pada
waktu malam hari.

 Hidroelektrik (Hydroelectricity)

Hidroelektrik memanfaatkan tenaga potensial dan kinetik air untuk diubah menjadi energi
listrik. Energi yang dihasilkan ini bergantung pada volume air dan ketinggian air yang jatuh.

 Mobil Listrik (Electric Car)

Mobil listrik menggunkan bahan bakar listrik yang disimpan di dalam baterai yangsudah
diisi terlebih dahulu. Mobil listrik ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
mobilkonvensional antara lain polusi yang kecil sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca
dantidak bergantung pada BBM. Kelemahannya adalah tenaga yang kecil, bahan yang tidak
kuat, baterai yang mahal, dan infrastruktur di Indonesia yang masih minim.
 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

Sel bahan bakar menggunakan proses elektrokimia antara hidrogen dengan oksigenuntuk
menghasilkan listrik. Sel bahan bakar memiliki efektifitas 2-3 kali lebih tinggidibandingkan
proses pembakaran hidrokarbon, seperti bensin dan solar. Alat ini juga mudah dalam
pemeliharaan dan penempatan yang fleksibel.

 Tenaga Angin (Wind Power)

Tenaga angin ini memanfaatkan energi kinetik angin untuk ditangkap oleh baling-
baling yang akan memutar as hingga memutar generator yang akan mengubah energi rotasi ini
menjadi energi listrik yang nantinya akan disimpan oleh baterai.

 Stratospheric Aerosol Injection (SAI)

Teknologi ini diinspirasi dari letusan gunung berapi yang mampu merefleksikan cahaya
matahari sehingga mampu memodifikasi awan pada stratosfer dan mampu menurunkan
suhu bumi selama beberapa tahun kemudian. Teknologi ini nantinya akan mampu mengatasimas
alah pemanasan bumi dengan menurunkan suhu bumi yang bias bertahan dalam jangkawaktu
lama. Namun, teknologi ini membutuhkan ruang lingkup yang sangat besar sehingga sekarang
masih menjadi wacana di kalangan para ahli.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perubahan iklim adalah salah satu dari proses-proses perubahan alamiah yang
dialamiBumi. Akan tetapi, perubahan tersebut terganggu oleh aktivitas-aktivitas manusia
yangmengeksploitasi alam secara berlebihan dan menimbulkan kerusakan pada berbagai
ekosistem di bumi. Hasilnya, iklim kali ini tidak menentu dan bahkan menunjukan gejala-gejala
ekstrem yangmembawa dampak merugikan bagi manusia.

3.2 Saran

1. Perlu adanya perubahan orientasi manusia dari memanfaatkan alam menjadi hidup
berdampingandengan alam

2. Para pemimpin dunia harus berani dalam menentukan kebijakan-kebijakan


yang menyangkut perubahan iklim dan disertai dengan kesadaran masyarakat dunia untuk peduli
terhadap Bumi.

3.Masyarakat bersama pemerintah harus melalukan upaya mitigasi dan adaptasi untuk
menghadapi perubahan iklim.

4.Diperlukan studi literatur yang lebih mendalam mengenai tinjauan perubahan iklim,
terutama untuk menentukan kontribusi faktor alamiah dan faktor manusia dalam perubahan iklim

Anda mungkin juga menyukai