Anda di halaman 1dari 180

HIBAH PENULISAN BUKU AJAR

DASAR DASAR ILMU TANAH


(141G2103)

Oleh:

PROF. DR. IR. MUSLIMIN MUSTAFA, M.Sc. (NIDN: 001714302)

ASMITA AHMAD, ST.MSi. (NIDN: 0016127304)

MUH. ANSAR, SP.MSi. (NIDN:0003057302)

IR. MASYHUR SYAFIUDDIN (NIDN: 0031125911)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 1


HALAMAN PENGESAHAN

HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

Judul : Dasar Dasar Ilmu Tanah


Nama Lengkap : Prof. Dr Ir Muslimin Mustafa, M.Sc.
NIP : 194311171966101001
Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya / IV d
Jurusan : Ilmu Tanah

Makassar, 19 November 2012

Mengetahui :
Ketua Jurusan Ilmu Tanah Penanggungjawab Penulisan,

(DR Ir Burhanuddin Rasyid, MSc.) (Prof. Dr Ir Muslimin Mustafa, M. Sc)


NIP. 196312291990021001 NIP. 194311171966101001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. DR Yunus Musa, MSc.)


NIP. 195412201983031001

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 2


KATA PENGANTAR

Buku pengajaran Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini disusun sebagai bahan untuk
memahami pengetahuan dasar tentang tanah secara umum, yang meliputi; tanah
sebagai bagian dari litosfer, pembentukan tanah dan prosesnya serta faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan tanah tersebut. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, karena
menjelaskan dan membahas tentang tanah sebagai media pertumbuhan tanaman.
Dalam proses pembentukan tanah, buku pengajaran Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini
memberikan penjelasan tentang peran faktor fisik, biologi, kimia dalam pembentukan
tanah seperti perubahan iklim, temperatur, curah hujan serta mikroba dalam tanah.
Pembahasan-pembahasan pokok serta kaitan antara setiap faktor pembentukan tanah
tersebut akan memberikan pengertian tentang tanah sebagai media tumbuh tanaman.

Berdasarkan pokok bahasan yang disampaikan maka diharapkan agar


mahasiswa pertanian yang memahami proses pembentukan tanah tersebut dapat
memiliki pemahaman tentang tanah sebagai media pertumbuhan tanaman.

Materi bahasan dalam buku ajar ini akan merupakan dasar pemahaman untuk
beberapa mata kuliah lanjutan yang berhubungan dengan tanah sebagai media
tumbuh tanaman, seperti agrohidrologi, fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah dan
konservasi tanah dan air.

Pokok-pokok bahasan dalam buku ajar ini sebagian besar bersumber dari
bahan-bahan perkuliahan selama ini yang disempurnakan sesuai dengan literatur
yang terkait. Buku ajar ini merupakan hasil revisi dari buku ajar yang telah
diterbitkan pada tahun 2009. Revisi ini dilakukan guna meningkatkan kualitas buku
ajar serta menambah khazanah membelajaran bagi mahasiswa.

Para penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan, serta


keterbatasan pokok bahasan yang diuraikan dalam buku ajar ini. Koreksi dan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 3


komentar serta usulan perbaikan buku ajar ini sangat kami harapkan. Atas
perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Makassar, 19 November 2012

Tim Penyusun

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 4


RINGKASAN
Tanah memiliki kemampuan memberikan makanan air, maupun udara sehingga
tanaman dapat hidup dan tumbuh. Berdasarkan fakta tersebut, maka tanah
didefenisikan sebagai bahan atau massa yang terdiri dari mineral dan bahan organik
yang mendukung pertumbuhan tanaman di permukaan bumi. Tanah terdiri dari
partikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara dan air.

Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu padat, cair dan gas yang selalu
mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari sisi pedologi, tanah
adalah suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan
pertumbuhan tanaman. Tanah yang dipelajari dalam hubungannya dengan
pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.

Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi
menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya baik
sifat fisik, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebut
dikenal dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri atas
horison-horison disebut profil tanah. Cepat atau lambatnya pembentukan horison-
horison tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan induk,
iklim, biota, topografi dan waktu.

Fraksi anorganik tanah terdiri dari fragmen batuan dan mineral dengan
berbagai ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran, dikenal fraksi utama yaitu :
kerikil (>2 mm); pasir (2,0 0,05 mm); debu (0,05-0,002 mm) dan liat (<0,002 mm).
Fraksi ini secara umum tersusun oleh mineral silikat sekunder (mineral liat tipe 1:1,
2:1 dan 2:2), mineral besi oksida dan aluminium oksida, serta mineral primer yang
resisten (kuarsa dan mika).

Perbedaan ukuran fraksi tanah dan kandungan bahan mineral serta bahan
organik tanah menyebabkan setiap tanah di dunia memiliki perbedaan sifat baik
secara fisik, kimia dan biologi. Cirri-ciri fisik yang yang sangat penting dalam
pengamatan dan penelitian tanah adalah warna, tekstur dan struktur. Ketiga hal

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 5


tersebut dapat menceritakan proses-proses yang mempengaruhi kondisi tanah pada
saat terbentuk.

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara
dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam
terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi
pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga
dapat mengakibatkan tanaman mati. Setiap tanah mempunyai kadar air tanah kering
udara, kadar air kapasitas lapang, dan kadar air maksimum yang berbeda-beda.
Kadar air di dalam tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, kandungan
bahan organik, kedalaman solum, iklim, tumbuhan, senyawa kimiawi garam-
garaman, pupuk dan bahan amelioran.

Kandungan bahan mineral dan bahan organik tanah yang berukuran sangat
halus (koloid tanah) sangat mempengaruhi sifat kimia tanah, utamanya pH, kapasitas
tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa, Partikel-partikel koloid yang sangat halus
yang dikenal sebagai mikro sel pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion
yang bermuatan positif akan tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double
layer).

Semua zat-zat organik dalam tanah, hidup atau mati, segar atau melapuk,
senyawa sederhana atau yang kompleks, merupakan bagian dari bahan organik yang
terdapat di tanah. Binatang-binatang, demikian juga akar-akar tanaman yang hidup
dalam tanah tidak dimasukkan dalam definisi ini. Pada pihak lain, bakteri-bakteri,
cendawan dan mikroba hidup dimasukkan sebagai bagian dari bahan organik karena
alasan sederhana yaitu disebabkan tidak mungkin memisahkannya dari bahan
organik lainnya dalam tanah. Bahan organik sangat penting peranannya di dalam
tanah karena ikut serta menentukan sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Perombakan bahan organik menjadi humus dilakukan oleh mikroorganisme.


Mikroorganisme tersebut menyerap nitrogen bebas dari tanah dan udara, yang

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 6


kemudian menghubungkannya dengan elemen lain dalam bentuk yang tersedia bagi
tanaman. Mikroorganisme tanah dibedakan menjadi flora dan fauna baik makro
maupun mikro, seperti; cacing tanah, protozoa, bakteri, fungi, aktinomisetes, alga
dan lain sebagainya.

Kesuburan alamiah sutau tanah bergantung pada banyak sedikitnya hara yang
dapat diberikan oleh bahan induk. Penyedian ini tidak dapat bertahan lama dalam
sistem kesuburan tanah diakibatkan banyaknya kebocoran yang terjadi, seperti erosi
dan panen. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan pemupukan dan
ameliorasi. Pemupukan dan ameliorasi dapat dilakukan dengan pemilihan jenis
pupuk yang tepat (contohnya pupuk organik atau pupuk anorganik) dan bahan
amelioran (contohnya; kapur).

Pengklasifikasian jenis tanah dimaksudkan untuk memudahkan dalam


membedakan jenis-jenis tanah yang terdapat di dunia. Klasifikasi tanah yang umum
digunakan adalah klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, klasifikasi
FAO/UNESCO dan USDA yang dikenal dengan nama Soil Taksonomi.

Tanah dan air sebagai sumberdaya alam lahan yang terbatas luas dan
kualitasnya serta tidak dapat diperbaharui, sedangkan kehidupan dan kelangsungan
hidup manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya sangat tergantung dari hasil
eksploitasi tanah dan air. Karena itu tanah dan air yang terbatas ini perlu dikelola
secara benar, tepat dan efisien secara berkesinambungan dan berkelanjutan agar
dapat dimanfaatkan terus. Hal ini dapat dicapai bila tanah dan air dikelola secara
benar, tepat dan efisien. Tanah dan air sebagai modal dasar pembangunan untuk
berbagai aspek kepentingan, untuk berbagai sektor pembangunan. Untuk itu setiap
bidang tanah perlu diatur peruntukan dan pemanfaatannya, yang disesuaikan dengan
kemampuan tingkat kesesuaian lahan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 7


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
DAFTAR ISI

MODUL 1 : KONSEPSI TANAH .......................................................................1


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................1
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................2
BAB II. Pembahasan........................................................................................3
A. Indikator Penilaian ...........................................................................12
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................12
BAB III. Penutup ............................................................................................13
Daftar Pustaka ........................................................................................13

MODUL 2 : PROSES PEMBENTUKAN TANAH ...........................................14


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................14
A. Latar Belakang .................................................................................14
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................14
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................15
BAB II. Pembahasan........................................................................................16
A. Indikator Penilaian ...........................................................................28
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................28
BAB III. Penutup ............................................................................................29
Daftar Pustaka ........................................................................................29

MODUL 3 : MINERAL DALAM TANAH ........................................................30


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................30
A. Latar Belakang .................................................................................30
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................31
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................31
BAB II. Pembahasan........................................................................................32
A. Indikator Penilaian ...........................................................................38
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................38
BAB III. Penutup ............................................................................................39
Daftar Pustaka ......................................................................................39

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 8


MODUL 4 : SIFAT FISIK TANAH ....................................................................40
BAB I. Pendahuluan ........................................................................................40
A. Latar Belakang .................................................................................40
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................40
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................40
BAB II. Pembahasan........................................................................................41
A. Indikator Penilaian ...........................................................................51
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................51
BAB III. Penutup ............................................................................................52
Daftar Pustaka ......................................................................................52

MODUL 5 : KONSEP AIR TANAH...................................................................53


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................53
A. Latar Belakang .................................................................................53
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................53
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................53
BAB II. Pembahasan........................................................................................54
A. Indikator Penilaian ...........................................................................65
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................65
BAB III. Penutup ............................................................................................66
Daftar Pustaka ........................................................................................66

MODUL 6 : SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH.....................................................67


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................67
A. Latar Belakang .................................................................................67
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................67
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................67
BAB II. Pembahasan........................................................................................68
A. Indikator Penilaian ...........................................................................83
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................83
BAB III. Penutup ............................................................................................84
Daftar Pustaka ........................................................................................84

MODUL 7 : BAHAN ORGANIK TANAH ........................................................85


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................85
A. Latar Belakang .................................................................................85
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................85
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................85
BAB II. Pembahasan........................................................................................86
A. Indikator Penilaian ...........................................................................98
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................98
BAB III. Penutup ............................................................................................99
Daftar Pustaka ........................................................................................99

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 9


MODUL 8 : SIFAT BIOLOGI DASAR .............................................................100
BAB I. Pendahuluan ........................................................................................100
A. Latar Belakang .................................................................................100
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................100
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................100
BAB II. Pembahasan........................................................................................101
A. Indikator Penilaian ...........................................................................107
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................107
BAB III. Penutup ............................................................................................108
Daftar Pustaka ........................................................................................108

MODUL 9 : KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN..............................109


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................109
A. Latar Belakang .................................................................................109
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................109
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................109
BAB II. Pembahasan........................................................................................110
A. Indikator Penilaian ...........................................................................116
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................116
BAB III. Penutup ............................................................................................117
Daftar Pustaka ........................................................................................117

MODUL 10 : KLASIFIKASI TANAH ...............................................................118


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................118
A. Latar Belakang .................................................................................118
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................118
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................118
BAB II. Pembahasan........................................................................................119
A. Indikator Penilaian ...........................................................................125
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................125
BAB III. Penutup ............................................................................................126
Daftar Pustaka ........................................................................................126

MODUL 11: PENGELOLAAN TANAH UNTUK PRODUKSI YANG


BERKELANJUTAN ...................................................................127
BAB I. Pendahuluan ........................................................................................127
A. Latar Belakang .................................................................................127
B. Ruang Lingkup Isi ............................................................................128
C. Sasaran Pembelajaran Modul ...........................................................128
BAB II. Pembahasan........................................................................................129
A. Indikator Penilaian ...........................................................................162
B. Contoh Tugas dan Latihan ...............................................................162
BAB III. Penutup ............................................................................................163
Daftar Pustaka ........................................................................................163

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 10


LAMPIRAN . ........................................................................................................164
Garis Besar Pokok Pengajaran (GBRP) ............................................................164

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 11


MODUL 1

KONSEPSI TANAH
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

T
anah adalah bagian dari permukaan bumi yang terbentuk dari bahan
induk (P) yang telah mengalami proses pelapukan akibat pengaruh iklim
(C) terutama faktor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme
hidup (O) termasuk vegetasi, organisme (manusia) pada suatu topografi
(R) atau relief tertentu dalam jangka waktu (T) tertentu pula.

Menurut soil survey staff (1975) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada
permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya
yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di
bagian atas dibatasi oleh udara atau air yang dangkal, ke samping dapat dibatasi oleh
air yang dalam atau bahkan hamparan es atau batuan, sedangkan bagian bawah
dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut tanah yang sulit didefinisikan.
Ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m2 tergantung pada keragaman horisonnya.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini akan membantu mahasiswa dalam memahami konsepsi tentang tanah
termasuk kepentingan tanah, tanah sebagai hasil pelapukan, tanah sebagai medium
tumbuh tanaman dan tanah sebagai sistem tiga fase.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 1


C. Sasaran Pembelajaran Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami kepentingan
ilmu tanah dalam sistem produksi serta mampu menjelaskan tanah sebagai suatu
sistem, penyusunan tanah, dan tanah sebagai media tumbuh tanaman.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 2


BAB II. PEMBAHASAN

Tanah Sebagai Sumber Kehidupan

Setiap hari kita menginjak tanah, serta di sekitar kita tumbuh tanaman pepohonan
maupun rumput-rumputan. Berbagai pertanyaan muncul tentang tanah yang kita
injak dan tempat pohon dan rumput tersebut tumbuh. Kenapa tanaman dapat
tumbuh di atas tanah dan dari mana asal tanah tersebut. Masih banyak
keingintahuan kita tentang tanah yang perlu dijawab, mengingat keanekaragaman
dari tanah itu sendiri misalnya tanah di pegunungan, di lembah maupun di sekitar
pantai. Namun kalau mengacuh pada kenyataan bahwa tanaman dapat tumbuh di
atas tanah, maka tanah memiliki kemampuan memberikan makanan air, maupun
udara sehingga tanaman dapat hidup dan tumbuh. Berdasarkan fakta tersebut, maka
tanah didefenisikan sebagai bahan atau massa yang terdiri dari mineral dan bahan
organik yang mendukung pertumbuhan tanaman di permukaan bumi. Tanah terdiri
dari partikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara dan air.
Tanah dapat menumbuhkan tanaman sebagai makanan bagi mahluk hidup
(hewan dan manusia), yang menghasilkan kalori sebagai sumber energi maka tanah
dinilai sangat penting dan mendapatkan perhatian dari semua pihak baik secara
individu maupun secara kelompok. Kita semua berharap agar tanah selalu
berkembang secara kualitatif dan tidak berkurang secara kuantitatif tanah menjadi
perhatian khusus bagi petani, masyarakat wilayah maupun secara nasional.
Pihak yang sangat berkepentingan terhadap tanah adalah petani, baik secara
individu maupun secara kelompok. Karena standar atau tingkat penghidupannya
tergantung pada produksi pertanian yang dikelolanya masa depan para petani sangat
ditentukan oleh cara petani mengelola tanahnya, mereka membutuhkan informasi-
informasi yang mendukung usaha peningkatan produksi pertaniannya. Tanah yang
baik memberikan perspektif kehidupan yang sehat dan tanaman yang baik.
Perlu pula diingatkan bahwa produktif pertanian yang baik dari hasil upaya
pengolahan yang baik bukan hanya dinikmati oleh petani, tetapi juga masyarakat,

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 3


dan pemerintah membutuhkan makanan dan pakaian yang untuk hidup sehat oleh
produksi pertanian yang cukup dan baik. Pemahaman terhadap peran tanah sebagai
faktor produksi kebutuhan makan bagi mahluk hidup sangat diperlukan.

Pengertian Tanah

Tanah mengandung pengertian yang berbeda-beda bagi tiap kepentingan. Seorang


pembuat patung menganggap tanah sebagai bahan utama dalam pembuatan patung-
patungnya. Lain halnya dengan seorang ahli tambang yang menganggap tanah
sebagai sesuatu yang menghalangi kerj mereka oleh karena menutupi batuan atau
mineral yang harus mereka gali. Demikian pula halnya dengan seorang ahli jalan
yang menganggap tanah sebagai bagian permukaan bumi yang lembek sehingga
perlu dipasang batu-batu di permukaannya agar menjadi kuat. Ibu-ibu rumah
tangga menganggap tanah sebagai biang penyebab kotornya sepatu, lantai, karpet.

Istilah tanah memang mempunyai pengertian yang luas dan arti yang
berbeda sesuai dengan peruntukkannya. Dalam bidang pertanian, tanah diartikan
lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari
hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme
(vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu, di dalam
tanah terdapat pula udara dan air. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang
ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain.

Dalam pengertian ini ada dua variabel yang membedakan pengertian tanah
di bidang pertanian dengan bidang lainnya, yaitu kedalaman tanah dan ukuran
partikelnya. Kedalaman tanah dalam pengertian pertanian dibatasi pada bagian atas
kulit bumi yang telah mengalami pelapukan atau adanya aktivitas biologi. Jika
bagian yang telah mengalami pelapukan adalah dangkal, maka bagian tersebutlah
dipakai sebagai batas kedalaman tanah. Sebaliknya, jika bagian yang telah
mengalami pelapukan sangat dalam (4-6 m), maka tidak semua bahan lapuk tersebut
disebut tanah, melainkan sampai kedalaman tempat terdapat aktivitas biologi. Pada
umumnya, pembahasan tanah dalam bidang pertanian dibatasi pada kedalaman

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 4


sekitar 2,0 m. Kedalaman ini jauh berbeda dengan kedalaman tanah di bidang
keteknikan yang dapat mencapai puluhan meter.

Berkaitan dengan ukuran partikelnya, para pakar pertanian membatasi


tanah pada partikel berukuran (0,02 2 mm), dibandingkan dengan pakar
keteknikan yang juga tertarik pada ukuran yang lebih besar dari 2 mm seperti kerikil
bahkan batu, atau pakar bidang keramik yang hanya tertarik pada partikel yang
berukuran 2 m.

Jika kita membuat irisan tegak tanah dengan cara membuat lubang (1,0 x
1,5 m dengan kedalaman sekitar 2,0 m) dan selanjutnya diamati pada penampang
tegaknya, akan terlihat laisan-lapisan dengan arah sejajar permukaan kulit bumi
yang relatif mudah dibedakan satu sama lainnya. Lapisan-lapisan ini dalam ilmu
tanah disebut horizon. Horizon tanah yang berada diatas bahan induk disebut
solum.

Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang
lebih tinggi dibandingkan lapisan tanah dibawahnya. Karena akumulasi bahan
organic inilah maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan
tanah yang subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan tanaman. Lapisan tanah ini disebut lapisan tanah atas (top
soil) atau disebut pula sebagai lapisan olah, dan mempunyai kedalaman sekitar 20
cm. Lapisan tanah dibawahnya, yang disebut lapisan tanah-bawah (subsoil)
berwarna lebih terang dan bersifat relatif kurang subur. Hal ini bukan berarti bahwa
lapisan tanah bawah tidak penting perannya bagi produktivitas tanah, karena
walaupun mungkin akar tanaman tidak dapat mencapai lapisan tanah-bawah,
permeabilitas dan sifat-sifat kimia lapisan tanah bawah akan sangat berpengaruh
terhadap lapisan tanah atas dalam peranannya sebagai media tumbuh tanaman.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 5


Asal Mula Tanah

Pertanyaan yang logis adalah tanah itu terbentuk dari apa (faktor-faktor) apa dan
bagaimana prosesnya. Beberapa faktor alamiah menunjukkan bahwa tanah
merupakan bagian dari kulit bumi yang mengalami proses pelapukan biofisik-kimia
dalam waktu yang sangat panjang. Proses-proses biofisik-kimia yang beragam dari
setiap lokasi, menampakkan kondisi lingkungan tanah yang beraneka ragam seperti
keadaan geomorfologi wilayah serta kondisi geologi dari bagian litosfer yang berada
di atas permukaan air.
Perbedaan posisi bumi terhadap matahari secara langsung berpengaruh
terhadap sifat-sifat bagian litosfer yang terangkat di permukaan air seperti diketahui
bahwa berdasarkan letak bumi terhadap matahari, maka bumi di bagi dalam zona
iklim yaitu : tropis, sub tropis, dingin dan kutub. Ke-4 zona tersebut akan
mengalami proses pelapukan yang berbeda karena berada pada ruang dengan batas-
batas kondisi wilayah yang spesifik.
Penjelasan tentang asal mula tanah ini perlu difahami, karena walaupun
tanah bagian dari litosfer dari bumi, namun proses dan dinamika terbentuknya hanya
berlangsung pada bagian litosfer yang mendapat pengaruh luar seperti penyinaran,
udara, maupun air, suatu kondisi yang memungkinkan kelanjutan kehidupan
berlangsung.

Tanah, Media Tumbuh Tanaman

Untuk pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur hara, air, udara, dan cahaya.
Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman. Udara dalam
hal ini CO2 ,dan air dengan bantuan cahaya menghasilkan karbohidrat yang
merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Disamping faktor-faktor
tersebut, tanaman juga memerlukan tunjangan mekanik sebagai tempat bertumpu
dan tegaknya tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman
tersebut tanah berfungsi sebagai :

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 6


Tunjangan mekanik sebagai tempat tanaman tegak dan tumbuh
Penyedia unsur hara dan air
Lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas
fisiknya

Akhir-akhir ini banyak digunakan sistem budidaya tanaman secara


hidroponik. Dalam sistem ini sebagai media pertumbuhannya, tanaman tidak
memerlukan tanah, tetapi berupa larutan unsur hara, dan agar tanaman berdiri tegak
dibantu dengan penopang. Tetapi cara ini sangat mahal dan memerlukan
pengetahuan atau hal-hal yang rumit.

Pedologi vs Edapholgi

Pengertian tanah jika dipandang dari sisi pedologi adalah suatu benda alam yang
dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman.
Walapun demikian, penemuan-penemuan dalam bidang pedologi akan sangat
bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun non pertanian seperti pembuatan
bangunan.

Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman


disebut edaphologi. Dalam hal ini dipelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman, serta usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah bagi pertumbuhan tanaman seperti pemupukan,
pengapuran dan lain-lain.

Tanah, Sistem 3 Fase

Sebagai benda alam, tanah merupakan sistem tiga fase yang selalu berada dalam
keseimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut adalah fase padat, fase cair dan fase
gas, merupakan sistem yang selalu berubah tetapi selalu berada dalam keadaan
seimbang. Pada keadaan kering, misalnya rongga yang ditempati udara tana lebih

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 7


banyak dibandingkan rongga yang ditempati cairan. Jika tanah tersebut basah baik
terjadi akibat pengairan atau hujan, maka rongga yang berisi udara berkurang dan
rongga yang berisi cairan bertambah. Jika tanah digemburka, misalnya dengan
pengolahan tanah, maka bagian relatif yang terisi oleh udara bertambah, dan bagian
relatif padatan berkurang. Sebaliknya, jika tanah dipadatkan, bagian relatif padatan
bertambah, dan bagian relatif udara berkurang.

Susunan Tubuh Tanah

Tanah tersusun dari 4 bahan utama yaitu : bahan mineral, bahan organik, air dan
udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing berbeda
untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yang
baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umumnya
mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30 % udara, 20-
30% air.

Bahan Mineral

Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu
susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batu-
batuan yang dilapuk.

Bahan mineral di dalam taah terdapat dalam berbagai ukuran yaitu :

Pasir (2mm 50 )
Debu (50 2 )
Liat <2
Bahan mineral yang lebih besar dari 2 mm terdiri dari kerikil, kerakal atau
batu.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 8


Bahan Organik

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar,


hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali.
Adapun pengaruh bahan organic terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga
terhadap pertumbuhan tanaman adalah:

Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah


Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (KTK tanah
menjadi tinggi)
Sumber energi bagi mikroorganisme

Air dan Udara.

Air terdapat di dalam tanah karena ditahan oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan
kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Udara dan air mengisis
pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah kurang lebih 50% dari volume
tanah, sedangkan jumlah air dan udara di dalam tanah berubah-ubah.

Kelebihan dan kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.


Adapun kegunaan air bagi pertumbuhan tanaman adalah :

1. Sebagai unsur hara tanaman. Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO 2 dari
udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis
2. Sebagai pelarut unsur hara. Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap
oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut
3. Sebagai bagian dari sel-sel tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi,
kohesi, dan gravitasi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 9


Fungsi Lahan/Tanah

Seringkali orang-orang mendeskripsikan tanah (soil) dan lahan (land) sebagai dua
hal yang sama jika akan dibuat definisinya. Namun, pada dasarnya kedua kata
tersebut sangatlah berbeda. Jika membicarakan tentang tanah, maka akan
membahas bahan penyusun tanah, sifat-sifat tanah baik fisik, kimia dan biologi.
Pembahasan tentang tanah akan mengarahkan kita pada pengertian suatu bagian
permukaan bumi yang sifatnya beragam dari satu tempat ke tempat lain. Lain
halnya dengan pengertian lahan yang sifatnya lebih luas karena menyangkut
berbagai faktor termasuk tanah. Jika membicarakan tentang lahan akan lebih
mengarahkan kita pada sesuatu yang menyangkut tempat (place) yang berarti akan
membicarakan tentang iklim, vegetasi, organisme termasuk manusia serta aspek
manajemen yang diterapkan.

Selanjutnya tanah dapat diartikan sebagai tubuh alami yang terdiri atas bahan
mineral, bahan organik, udara dan air yang terbentuk dari pelapukan bahan induk
yang dipengaruhi aktivitas organisme hidup pada topografi dan iklim tertentu dalam
kurun waktu yang cukup lama. Bagaimana halnya dengan fungsi tanah atau lahan?
Berikut penjelasan mengenai fungsi tanah.

Tanah berperan sebagai tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman berjangkar


pada tanah sehingga dapat berdiri dan tumbuh dengan baik. Tanah mampu
menyediakan air dan berbagai unsur hara baik makro maupun mikro. Disamping
itu, tanah juga mampu menyediakan oksigen (O2) bagi pertumbuhan tanaman yang
dikenal melalui sistem aerasi tanah. Tanah menopang berdirinya tanaman. Akar
tanaman perlu berkembang baik dalam tanah agar dapat menjamin berdirinya
tanaman. Kalau drainase tanah terhambat, akar hanya berkembang pada lapisan atas
yang aerasinya baik. Dengan perakaran yang dangkal, tanaman akan mudah rebah.

Tanah juga berperan sebagai tempat hidup organisme hidup termasuk


mikroorganisme dan makroorganisme tanah. Selain itu, juga berperan sebagai
tempat hidup berbagai vegetasi yang hidup diatasnya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 10


Tanah berfungsi sebagai tempat wisata atau rekreasi. Jika kita membahas
peran ini, maka akan menuntun kita berpikir tentang lahan karena akan menilai suatu
tempat beserta segala yang ada di tempat tersebut, termasuk nilai artistik, keindahan,
mistik, budaya, manusia, alam, iklim dan hal-hal lainnya. Contoh : Danau Toba
denga Pulau Samosir dengan segala keindahan alam dan budaya yang ada di tempat
tersebut telah menjadi petunjuk bagi kita bahwa lahan berfungsi lebih luas selain
hanya sebagai tempat tumbuh tanaman semata.

Tanah dapat menjadi penyangga atau buffer system, sehingga jika terdapat
senyawa-senyawa yang sifatnya meracun atau jumlahnya berlebihan, maka tanah
berperan sebagai penyaring racun atau menetralisir bahan atau senyawa tersebut.
Atau dengan kata lain tanah berperan dalam menanggulangi kasus polusi tanah dan
tentunya air yang menjadi bagian penyusun utama tanah selain udara.

Tanah juga dijadikan sebagai tempat didirikannya bangunan, jembatan,


landasan pesawat dan lain-lainnya. Olehnya itu, orang-orang pekerjaannya
berkecimpung dalam bidang teknik sipil, bangunan, sangat perlu untuk mengetahui
sifat tanah dimana akan mendirikan bangunan. Ilmu yang mendalami tentang hal
tersebut disebut Mekanika Tanah.

Mengingat begitu banyaknya peran tanah atau lahan dalam kehidupan


manusia dan organisme lainnya, maka perlu diperhatikan perencanaan tata guna
lahan dengan tepat. Prinsip/konsep keseimbangan biotik harus menjadi
pertimbangan dalam pengelolaan lahan agar tujuan keberlanjutan (sustainable) lahan
tetap terjaga.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 11


A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 1 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap proses
pembentukan tanah beserta layout tiap proses dalam bentuk presentasi kelompok.
Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


1. Jelaskan jenis-jenis bahan induk tanah
2. Apa yang dimaksudkan dengan tanah adalah sistem 3 fase?
3. Jelaskan perbedaan lahan dan tanah?
4. Jelaskan fungsi lahan/tanah?

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 12


BAB III. PENUTUP

Pemahaman mahasiswa akan asal mula tanah dan konsepsi tentang tanah sangat
dibutuhkan untuk memahami fungsi tanah/lahan sebagia media tumbuh tanaman.

Sumber pustaka:

1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Bogor.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 13


MODUL 2

PROSES PEMBENTUKAN TANAH


BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

P erubahan batuan induk menjadi bahan induk yang kemudian membentuk


tanah, terjadi melalui proses pelapukan secara fisik, kimiawi dan biologi.
Tanah disebut sebagai media yang dinamik disebabkan karena proses
pelapukan fisik, kimiawi dan biologinya terus berlanjut tanpa pernah berhenti.
Ketiga proses tersebut menjadi proses yang sangat penting dalam pembentukan
tanah.
Cepat atau lambatnya ketiga proses tersebut bekerja membentuk sebuah
solum tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor: jenis bahan induk, iklim, biota,
topografi (relief) dan waktu. Proses dan faktor pembentuk tanah merupakan sebuah
sistem yang terbuka, dimana dari sistem tersebut dapat terjadi pembentukan atau
penambahan sebuah materi yang baru dan dapat juga menghilangkan sebuah materi.
Oleh sebab itu dari sistem ini dihasilkan tanah dengan karateristik yang berbeda-
beda sesuai dengan tempat terbentuknya.
Oleh karena mengingat pentingnya proses dan faktor tersebut, maka sangat
penting untuk memahami lebih lanjut mekanisme proses dan faktor tersebut.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini akan membantu mahasiswa dalam memahami proses dalam pembentukan
tanah terutama yang ada di sekitarnya, dengan cara memahami faktor-faktor
pembentuk tanah yang mendorong terbentuknya tanah tersebut.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 14


C. Sasaran Pembelajaran Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami proses-proses
dalam pembentukan tanah yang sangat menentukan sifat dan karakteristik serta jenis
tanah yang terbentuk.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 15


BAB II. PEMBAHASAN

Proses-Proses Pembentukan Tanah

Istilah proses pembentukan tanah adalah penjelasan tentang perubahan-perubahan


biofisik dan kimia yang menjadikan pelapukan pada bagian litosfer yang tampak di
permukaan air. Secara nyata menunjukkan bahwa proses fisik secara alamiah dan
langsung berpengaruh nyata terhadap pelapukan batuan melalui perubahan
temperatur, peningkatan dan penurunan temperatur yang berpengaruh terhadap
pemuaian dan penyusutan yang tidak seragam sehingga secara fisik terjadi retakan.
Hasil retakan tersebut memberikan ruang yang memungkinkan air masuk, hewan
kecil masuk maka terjadilah proses kimia, seperti hidrolisa, terbetuknya garam serta
matinya hewan-hewan kecil sebagai bahan organik. Proses-proses penyinaran,
hujan, hidrolisis, kepunahan hewan berlangsung lamban tetapi pasti sehingga dalam
periode tertentu tanah akan terbentuk.

Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi
menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya baik
sifat fisik, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebut
dikenal dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri atas
horison-horison disebut profil tanah (Gambar 1). Adapun proses-proses tersebut
antara lain :

a. Proses fisik

Proses pelapukan fisik (disintegration) dikenal juga dengan nama proses


mekanik, hal ini disebabkan oleh proses perubahannya meliputi perubahan
wujud/fisik dari suatu materi atau benda. Faktor yang berpengaruh dalam proses
ini adalah: naik turunnya suhu (temperatur), air dan aktivitas biota.

Batuan merupakan benda padat yang tidak dapat menghantarkan panas,


tetapi batuan yang mengalami pemanasan secara kontinu akan menyimpan
panas dalam tubuhnya yang berakibat terjadinya reaksi pada mineral-mineral

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 16


horizon boundary

Gambar 1 Kenampakan profil tanah dengan horison-


horisonnya, setiap horison memiliki sifat
fisik, kimia dan biologi yang berbeda.
(bahan mineral dicirikan dengan warna
yang terang dan bahan organik dengan
warna yang gelap) (Singer & Munns,
1991).

penyusunnya. Mineral yang tersusun atas kristal-kristal akan merefleksikan


panas yang diterima melalui bidang kristalnya sehingga kelebihan panas
yang diterima dapat membuat mineral terbelah ataupun pecah baik melalui
bidang belah ataupun tidak. Mineral-mineral yang terbelah ataupun pecah,
memperlihatkan retakan pada tubuh batuan, yang sedikit-demi sedikit akan
semakin besar sehingga batuan pecah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Perbedaan suhu yang ekstrim juga dapat menyebabkan pelapukan fisik pada
batuan. Hal ini dapat terjadi pada daerah beriklim kering (Arid), dimana suhu

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 17


pada siang hari sangat tinggi dan pada malam hari sangat rendah. Hal ini
mengakibatkan batuan yang berwarna lebih gelap lebih cepat hancur
dibanding batuan yang berwarna terang. Batuan yang berwarna gelap akan
menyerap lebih banyak panas pada siang hari dan lambat mengeluarkannya
pada malam hari sehingga reaksi pada kristal mineralnya akan lebih intens
terjadi sehingga batuan lebih mudah hancur.
Proses perubahan suhu udara dapat menimbulkan hujan. Air hujan yang jatuh
ke permukaan bumi memiliki tenaga mekanik yang dapat mengikis
permukaan batuan dan mempercepat pelapukan fisik.
Proses pengisian celah retakan pada batuan oleh air dapat mempercepat
penghancuran batuan. Terlebih pada daerah yang beriklim dingin, dimana air
yang mengisi celah akan membeku yang mengakibatkan pertambahan
volume, sehingga batuan menjadi mudah dihancurkan.
Pengangkutan batuan dari suatu tempat ke tempat lain oleh air juga dapat
menyebabkan pelapukan secara fisik.
Akar-akar tanaman masuk ke dalam batuan melalui rekahan-rekahan yang
kemudian berkembang mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk
menghancurkan batuan tersebut

b. Proses kimiawi
Hidratasi; proses penambahan molekul air dalam struktur mineral, tetapi
molekul air yang masuk ke dalam struktur mineral tidak terdisosiasi.
Contoh :
2Fe2O3 + 3H2O 2Fe2O3 . 3H2O
Hematite merah Hematit kuning
CaSO4 + 2H2O CaSO4 . 2H2O
Anhidrit Gipsum
Oksidasi dan reduksi; proses penambahan dan pengurangan oksigen yang
berakibat pada bertambah atau berkurangnya elektron (muatan negatif)
dalam penguraian dan pembentukan mineral.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 18


Contoh:
2FeS2 + 7H2O + 15O 2Fe(OH)3 + 4H2SO4
Pirit Geotit
Karbonatasi dan Asidifikasi; adalah proses pelapukan kimia akibat reaksi
mineral dengan Asam. Asam ini dihasilkan dari reaksi CO2 yang dihasilkan
dari dekomposisi bahan organik dan air hujan dengan air tanah. Meskipun
H2CO3 yang dihasilkan dari dari bahan organik merupakan asam lemah
(mudah terurai menjadi gas CO2 dan H2O), tetapi sangat efektif
meningkatkan kerapuhan kristal mineral.
Contoh:
2KAlSi3O8 + 2H2CO3- H4Al2Si2O8 + K2CO3 + 4SiO2
Orthoklas Asam karbonat Kaolin Kuarsa
Hidrolisis; adalah proses pergantian kation dalam struktur kristal mineral
oleh ion H+ dari molekul H2O.
Contoh :
KAlSi3O8 + H2O HAlSi3O8 + KOH
Orthoklas Kaolin Kalium hidroksida
Pelarutan; adalah proses pelapukan kimia oleh media Air, terutama air yang
mengandung ion-ion seperti: CO2, HCO3-, NO3-, dan asam-asam lainnya.
Air, selain menjadi media dalam meningkatkan pelarutan mineral juga
sebagai media dalam melarutkan (leaching) hasil penguraian senyawa dari
mineral dan bahan organik. Proses podsolisasi (horizon A yang berwarna
pucat), dan desilikasi (pengurangan silika dari horison) terjadi akibat
intensnya proses pencucian. Sedangkan akibat sebaliknya dari proses
pencucian terjadi penumpukan hasil pencucian pada horison yang lebih
dalam berupa proses salinisasi dan alkalinisasi (penumpukan garam-
garaman) serta proses ferrolisis (penimbunan besi dan aluminium yang
membentuk mineral sesquioksida).

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 19


c. Proses Biologi

Faktor utama dalam proses biologi adalah aktivitas dekomposisi bahan organik
oleh mikroba di dalam tanah yang mengubah N-organik menjadi N-anorganik
sebagai bahan penyusun tubuh mikroba. Proses ini akan menghasilkan asam
organik yang mempercepat proses pelapukan kimia mineral. Selain itu untuk
melindungi akar tanaman dari bakteri yang merugikan maka akar tanaman
juga menghasilkan asam-asam organik yang dapat mempercepat pelapukan
kimia dan fisik pada batuan.

Horisonisasi

Pembentukan horison tanah dihasilkan dari kehilangan, transformasi, dan translokasi


sepanjang waktu tertentu pada bahan induk. Contoh sejumlah proses penting yang
menghasilkan horison tanah antara lain :

1. penambahan bahan organik dari tanaman terutama pada topsoil


2. transformasi yang diwakili oleh pelapukan batuan dan mineral dan
dekomposisi bahan organik
3. hilangnya/larutnya komponen dapat larut oleh pergerakan air melalui tanah
yang membawa serta garam-garam dapat larut
4. translokasi yang diwakili oleh pergerakan mineral dan bahan organik dari
topsoil ke subsoil

Pembentukan Horison A dan C

Pengaruh dekomposisi bahan organik Humifikasi : membentuk


humus pada topsoil yang turut mempengaruhi warna dari topsoil yang lebih
gelap dibanding lapisan dibawahnya. Topsoil ini kemudian dikenal dengan
HORISON A. Terkadang horison A disebut Ap, huruf p menunjukkan
pembajakan, atau penggunaan tanah untuk diolah, budidaya atau sebagai lahan
pertanian.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 20


Horison yang tepat berada langsung diatas bagian bahan induk yang telah
mengalami perubahan disebut sebagai HORISON C
Pembentukan horison E (Eluviasi) atau horison pencucian yang lebih banyak
terjadi pada tanah-tanah hutan dibadingkan di daerah padang rumput. Warna
horison E biasanya lebih terang (putih)
Pembentukan HORISON O pada tanah-tanah organik yang pada umumnya
terbentuk didaerah yang sering tergenang air seperti danau dengan air
dangkal, rawa-rawa yang memungkinkan terakumulasinya gambut (bahan
organik) akibat kurangnya oksigen yang membantu proses dekomposisi.
Tanah yang terbentuk kemudian dikenal sebagai tanah organik yang
mempunyai horison O.

Faktor-Faktor Pembentuk Tanah

Bahan induk (parent material)


Tanah-tanah yang terbentuk berdasarkan proses pelapukan batuan dikenal sebagai
tanah mineral yaitu tanah-tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang berkaitan
dengan sifat-sifat tanah dilihat dari berbagai faktor.

Bahan induk mempunyai pengaruh besar terhadap kesuburan dan kandungan


mineral tanah. Tingkat kekerasan bahan induk dapat dijadikan prediksi dalam
menilai laju pembentukan tanah.

Semakin mudah untuk dilapukkan

Batuan sedimen dan


Batuan Metamorf Batuan Beku
Batuanpiroklastik

Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan metamorf
berjalan sangat lambat. Hal ini disebabkan batuan metamorf memiliki tekstur dan
struktur batuan yang sangat kompak (masif) serta mineral yang sangat resisten.
Batuan metamorf terbentuk dari hasil rekrsitalisasi ulang dari mineral yang terdapat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 21


dalam batuan beku dan sedimen, sehingga menghasilkan mineral yang memiliki
kristal yang kompak karena terbentuk dari temperatur dan tekanan yang tinggi.

Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan beku
bervariasi kecepatannya. Hal ini diepngaruhi oleh jenis magma asal pembentukan,
ukuran kristal mineral dan kandungan mineral. Jenis magma asal akan memberikan
perbedaan: kandungan kadar silika, kandungan mineral, warna batuan dan sifat
batuan. Ukuran kristal akan memberikan perbedaan temperatur pembentukan dan
perbedaan tekstur batuan. kandungan mineral dipengaruhi oleh temperatur
pendinginan magma dan kandungan silika magma.

Laju pembentukan tanah dari pelapukan langsung bedrock cukup bervariasi.


Batupasir (sandstone) yang sementasinya lemah, pada lingkungan humid (basah)
dapat membentuk rata-rata 1 cm tanah per 10 tahun. Batuan kapur yang mudah larut
meninggalkan residu berupa bahan yang sulit larut yang diperkirakan mencapai
100,000 tahun untuk membentuk lapisan tanah pada daerah dengan batuan induk
kapur di daerah humid.

Bahan induk yang diturunkan dari sedimen dibawa oleh air, angin, atau
gravitasi. Sedimen koluvial terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah
kekuatan utama yang menyebabkan pergerakan dan sedimentasi. Sedimen alluvial
umumnya ditemui pada daerah yang lebih landai, oleh karena penyebarannya oleh
banjir dan aliran sungai. Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California
terbentuk di lembah dimana alluvial adalah bahan induk yang dominan.

Sedimen abu volkan sebagai bahan induk juga dapat ditemui. Bahan induk
ini bersifat amorf mengandung alofan, oksida besi dan Aluminium. Alofan
mempunyai pH tinggi.

Disamping batuan induk sebagai bahan induk pembentukan tanah, dikenal


juga adanya bahan induk organik, yaitu bahan induk yang terdiri dari pelapukan sisa
tanaman, hewan dan sisa lainnya yang melapuk pada kondisi anaerob karena kondisi
geomorfologi yang terbentuk secara alamiah. Terdapat perbedaan nyata dari profil

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 22


tanah-tanah mineral dan tanah organik. Pada tanah mineral terdapat perbedaan
perbedaan batas horizon nyata sebagai hasil pelapukan, serta proses pelapukan dan
pencucian. Pada profil tanah organik, perbedaan horizon ditampakkan oleh tingkat
pelapukan bahan organik yang belum melapuk, sedang melapuk atau sudah
melapuk, tidak jelas hubungan antar horizon dalam suatu profil pada tanah-tanah
organik, karena proses pelapukan tidak berada pada perbedaan lingkungan yang
nyata. Misalnya kondisi jenuh/ lembab yang terjadi pada lapisan bawah, juga dapat
terjadi pada lapisan permukaan. Berdasarkan kondisi geomorfologi yang terbentuk
secara alamiah menunjukkan bahan penyebaran tanah-tanah organik di Indonesia
cukup luas meliputi Sumatera, Kalimantan, Papua dan sebagian kecil di Sulawesi
bagian tengah.

Iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Pada area yang permanen
kering dan atau membeku (frozen) (pengaruh es), tanah sulit terbentuk. Dua
komponen iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan dan temperatur.

Pengaruh hujan

Air penting untuk pelapukan mineral dan pertumbuhan tanaman. Air yang melebihi
kapasitas lapang akan berperan dalam membawa/translokasi partikel koloid dan
garam-garam terlarut. Suplai air yang terbatas pada daerah gurun akan membentuk
tanah alkalin, relatif sulit terlapuk, mempunyai kandungan liat, bahan organik dan
KTK yang rendah. Secara umum tanah-tanah di daerah arid dan subhumid
cenderung lebih subur kecuali jika terbatas mikroba untuk mineralisasi bahan
organik dan untuk mensuplai N tersedia. Jika air tersedia hanya cukup untuk
pencucian yang terbatas, maka CaCO3 terbawa sampai pada jarak yang pendek saja
sehingga terbentuk zone akumulasi CaCO3.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 23


Peningkatan curah hujan berkorelasi positif dengan lebih besarnya/tingginya :

1. Pencucian kapur dan kedalaman lapisan k (akumulasi kapur) makin


meningkat
2. Perkembangan/meningkatnya kemasaman tanah
3. pencucian dan kandungan liat
4. pertumbuhan tanaman dan bahan organik

Pengaruh Temperatur

Setiap kenaikan temperatur 10oC akan mengakibatkan meningkatnya laju


reaksi kimiawi menjadi 2X lipat. Meningkatnya pelapukan dan pembentukan liat
terjadi seiring dengan meningkatnya temperatur.

Hubungan antara rata-rata temperatur dan pertumbuhan tanaman serta


akumulasi bahan organik cukup kompleks. Kandungan bahan organik tanah adalah
jumlah antara hasil penambahan bahan organik+laju mineralisasi bahan
organik+kapasitas tanah melindungi bahan organik dari mineralisasi (liat amorf)

Biota

Tanaman mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui produksi bahan organik,


siklus hara dan pergerakan air melalui siklus air. Mikroorganisme memainkan peran
penting dalam mineralisasi bahan organik dan pembentukan humus. Fauna tanah
adalah konsumer dan dekomposer bahan organik terutama pergerakan cacing tanah,
rayap dll.

Pengaruh organisme yang penting terhadap proses pembentukan tanah


disebabkan oleh vegetasi alami baik pohon maupun padang rumput.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 24


Pengaruh vegetasi terhadap pencucian dan eluviasi

Perbedaan spesies tanaman mempengaruhi perkembangan tanah. Spesies yang


menjerap sejumlah basa-basa seperti kation Ca, Mg, K, dan Na akan memperlambat
terjadinya kemasaman tanah oleh karena tanaman mendaur ulang kation-kation ini
lebih banyak ke permukaan tanah melalui penambahan bahan organik. Data pada
tabel berikut dapat membantu menjelaskan hal tersebut.

Tipe hutan Horison pH

Cemara, berdaun jarum O 3,45

E 4,60

Bs1 4,75

Bs2 4,95

C 5,05

Berkayu keras, berdaun O 5,56


lebar
A 5,05

Bw1 5,14

Bw2 5,24

C 5,32

Peranan Binatang/Fauna dalam pembentukan tanah

Peran binatang dalam proses pembentukan tanah cukup besar seperti halnya peran
cacing tanah, rayap (termites) yang mampu membangun rumah dari partikel tanah
yang dibawa dari lapisan bawah tanah dan kemudian membentuk morfologi tertentu
di permukaan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 25


Peran manusia terhadap pembentukan tanah

Manusia berperan dalam pembentukan tanah melalui aktivitasnya seperti


pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian yang membajak, membalikkan tanah,
pemupukan, menyumbang bahan organik dan aktivitas pertanian lainnya yang
mempengaruhi terbentuknya tanah. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya lapisan
permukaan yang terbentuk akibat aktivitas manusia yang dikenal sebagai epipedon
antropik dan plaggen.

Topografi (Relief)

Topografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah.


Perbedaan topografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. Tanah pada
daerah lereng, infiltrasi kurang dibandingkan kehilangan melalui runoff, sedangkan
pada daerah datar atau rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih
banyak untuk proses pembentukan tanah.

Pengaruh slope/lereng

Kemiringan dan panjang lereng berpengaruh pada proses pembentukan tanah.


Semakin curam lereng makin besar runoff dan erosi tanah. Hal mengakibatkan
terhambatnya pembentukan tanah oleh karena pertumbuhan tanaman terhambat dan
sumbangan bahan organik juga lebih kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula
dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang. Dengan
kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.

Pengaruh tinggi muka air dan drainase

Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh dibawah
permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang
muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan
reduksi. Tanah yang berdrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna
gelap olehkarena tingginya bahan organik, tapi horison bawah permukaannya

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 26


cenderung kelabu (grey). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang
warnanya lebih terang, dan horison bawahnya seragam lebih gelap.

Waktu

Berkaitan dengan waktu pembentukan tanah, maka dikenal tanah muda, tanah
dewasa dan tanah tua. Seiring dengan waktu, pembentukan lapisan tanah akan
menunjukkan umur tanah tersebut. Proses pembentukan tanah jauh lebih singkat
dibanding proses pembentukan batuan (Gambar 2). Tanah yang muda ditunjukkan
dengan masih tipisnya lapisan tanah dan terkadang tersusun atas 2 horison atau 1
horison langsung diatas batuan. Tanah tua ditunjukkan dengan solum yang dalam,
horison biasanya lengkap dan telah menunjukkan adanya horison eluviasi dan
iluviasi baik penimbunan liat, oksida-oksida besi, dan bahan organik.

Skala Waktu Geologi

Periode pembentukan
tanah

Periode pembentukan
batuan

Gambar 2 Periode pembentukan batuan dan tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 27


A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 2 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap proses-
proses khusus dalam pembentukan tanah beserta layout tiap proses dalam bentuk
presentasi kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


1. Jelaskan pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah?
2. Jelaskan proses-proses pembentukan tanah baik secara fisik, kimiawi dan
biologi-kimiawi?

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 28


BAB III. PENUTUP

Pemahaman mahasiswa akan proses pembentukan tanah sangat dibutuhkan untuk


memahami karakteristik tanah yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat
lainnya. Proses pembentukan tanah baik secara fisik, kimiawi dan biologi harus
dipahami dengan jelas oleh mahasiswa termasuk faktor-faktor pembentuk tanah.

Sumber Pustaka :

1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.
3. Van Breemen, P. Buurman, R. Brinkman. 1992. Processes in Soils. Text
for Course J050-202, Dept. Soil Science and Geology, Agricultural
University Wageningen.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 29


MODUL 3

MINERAL DALAM TANAH


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

S
alah satu faktor pembentuk tanah adalah batuan induk. Batuan
merupakan hasil akumulasi mineral-mineral. Oleh karena itu tanah yang
dihasilkan dari pelapukan batuan induk juga mengandung bahan
mineral. Mineral yang terkandung dalam batuan dapat sama dan dapat juga berbeda
sesuai dengan bahan awal pembentuknya. Berdasarkan sumber dan proses
pembentukannya batuan terbagi atas; batuan beku, piroklastik, sedimen dan
metamorf. Batuan beku dan piroklastik memiliki kandungan mineral yang relatif
sama, hal ini disebabkan karena keduanya berasal dari hasil aktivitas magma dan
vulkanisme. Batuan sedimen mengandung mineral hasil rekristalisasi, alterasi dan
ubahan dari mineral primer (mineral yang terdapat dalam batuan beku dan
piroklastik). Sedangkan batuan metamorf memiliki kandungan mineral yang lebih
resisten dibanding batuan lainnya. Hal ini disebabkan karena proses penambahan
tekanan dan temperatur yang menyebabkan mineralnya mengalami alterasi dengan
struktur yang lebih resisten, seperti mineral kyanit dan zircon. Batuan beku dan
piroklastik merupakan batuan induk yang banyak mengandung unsur-unsur hara
tanaman sedangkan batuan endapan terutama endapan tua (sedimen) dan
metamorfosa umumnya mengandung mineral-mineral yang rendah kadar unsur
haranya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 30


B. Ruang Lingkup Isi
Modul ini akan berisi tentang klasifikasi mineral tanah, pembentukan mineral,
mineral liat dan peranan mineral tanah.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami jenis-jenis,
sifat-sifat serta peranan mineral dalam tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 31


BAB II. PEMBAHASAN

Fraksi anorganik tanah, yang menjadi obyek proses degradasi, terdiri dari fragmen
batuan dan mineral dengan berbagai ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran,
dikenal fraksi utama yaitu : kerikil (>2 mm); pasir (2,0 0,05 mm); debu (0,05-0,002
mm) dan liat (<0,002 mm). Walaupun susunannya beraneka ragam, fraksi tanah
tersebut trutama berupa silikat dan oksida. Silikat tanah diklasifikasikan ke dalam 6
(enam) kelompok berdasarkan ikatan silikon dan oksigen dalam strukturnya (Tabel
1). Fraksi pasir dan debu terutama berupa neso-, soro-, siklo-, ino-, atau
tektosilikat, sedang liat silikat terutama tergolong filosilikat. Filosilikat juga
dijumpai pada fraksi debu dan pasir, sedang feldspar yang tergolong tektosilikat
dijumpai pula pada fraksi liat.

Tabel 1. Enam kelompok silika tanah berdasarkan ikatan Si dan O dalam


strukturnya

Kelompok Mineral Silikat Ratio Contoh


Si : O
Nesosilikat 1:4 Olivin ((Mg, Fe)2SiO4),
Garnet, Zirkon, dan
Topaz
Sorosilikat 2:7 Melilit (Ca2MgSi2O7) ,
Lawsonit
Cyclosilikat 1:3 Beryl (Be3Al2(SiO3)6),
Tourmalin
Inosilikat 1:3 Piroksin grup; Hypersten
((Mg,Fe)SiO3), Diopsid,
dan Augit
Amphibol grup;
Hornblende, Tremolit
((Mg,Fe)5(OH)2(Si4O11)2)
Filosilikat 2:5 Talc
(Mg3(OH)2(Si2O5)2),
Serpentin, Clay minerals,
Mika; Muskovit
Tektosilikat 1:2 Kuarsa(SiO2), Feldspar,
Orthoklas, Albit,
Anorthit, Feldsphatoid
dan Nepheline.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 32


Kadang-kadang dijumpai pula istilah mineral sekunder dan primer untuk
membedakan kelompok liat dari kelompok mineral lainyya. Walaupun sejumlah
ahli pedologi tidak sepakat penggunaan istilah ini, maka untuk tujuan praktis dan
kemudahan, digunakan istilah mineral primer untuk kelompok mineral yang
bertahan di dalam tanah dan secara kimia tidak berubah dari asalnya dalam batuan
induk, dan istilah mineral sekunder untuk kelompok mineral yang terbentuk dari
pelapukan mineral primer.

Komposisi Mineral Batuan

Kombinasi unsur-unsur yang terdapat di kerak bumi akan membentuk mineral-


mineral. Komposisi mineral batuan beku, piroklastik, sedimen, dan metamorf
ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi mineral batuan

Batuan Mineral Utama


Granit Orthoklas, kuarsa, muscovit
Andesit Amphibol, plagioklas, piroksen
Basalt Olivin, piroksin, Ca-plagioklas
Dunit Olivin, piroksin
Tufa Piroksin, biotit, kuarsa
Batupasir Kuarsa, muscovite, orthoklas
Arkose Orthoklas >25%, kuarsa
Batulempung/batuserpih Liat (kaolinit grup dan smektit grup)
Batugamping Kalsit, dolomit
Baturijang Silika
Schist Mika (biotit dan muscovite), amphibol dan
klorit
Gneiss Kuarsa, biotit, hornblende
Marmer Kalsit dan Wollastonit
Slate Kuarsa dan klorit

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 33


Pelapukan dan Komposisi Mineral Tanah

Tanah berasal dari bahan induk, yang terdiri atas mineral primer dan sekunder.
Pelapukan dalam tanah berupa degradasi mineral dan sintesa mineral baru. Mineral-
mineral yang ketahanannya rendah akan melapuk terlebih dahulu. Mineral-mineral
yang tahan seperti kuarsa akan banyak ditemui pada tanah yang telah melapuk lanjut
dengan jumlah cukup besar.

Proses Pelapukan

Sejumlah contoh pelapukan dapat diamati tiap hari. Hal ini termasuk pengkaratan
logam dan pelapukan dinding tembok. Pelapukan mineral lebih banyak dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan yang masam. Respirasi akar-akar dan mikroorganisme
menghasilkan karbondioksida yang bereaksi dengan air untuk membentuk asam
karbonat (H2CO3). Lingkungan yang masam akan merangsang reaksi air dengan
mineral. Reaksi ini merupakan reaksi pelapukan yang sangat penting. Contoh
reaksi : Hidrolisis Feldspar Plagioklas

2NaAlSi3O8 + 9H2O + 2H+ == H4Al2Si2O9 + 4H4SiO4 + 2Na+

Albit kaolin

Mineral adalah senyawa anorganik dengan berbagai sifat fisik dan kimia
yang digolongkan menjadi mineral primer dan sekunder. Mineral-mineral primer
mengalami pelapukan dan melepaskan sejumlah elemen-elemen ke dalam larutan
tanah. Beberapa elemen-elemen yang dilepaskan dalam proses pelapukan akan
membentuk ikatan dengan elemen lainnya membentuk mineral-mineral sekunder.
Mineral sekunder yang dihasilkan dari proses pelapukan umumnya memiliki ukuran
partikel yang kecil. Oleh karena itu mineral mineral sekunder umunya mendominasi
fraksi liat tanah. Tabel 3 berikut menunjukkan jenis mineral dan penggolongannya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 34


Tabel 3. Beberapa jenis mineral dan penggolongannya

Jenis mineral Golongan mineral


Feldspar Primer
Amfibols dan piroksen Primer
Kuarsa Primer
Mika Primer
Apatit Primer atau sekunder
Liat sekunder
Oksida-oksida besi sekunder
Karbonat sekunder
Klorit Primer atau sekunder

Tabel 4. Hubungan kandungan mineral tanah dengan sifat grup tanah

Jenis mineral Sifat tanah Tingkat pelapukan

Gypsum (halit, sodium nitrat) Fraksi tanah yang didominasi MINIMAL


mineral-mineral ini adalah debu
Kalsit (dolomit dan apatit) dan liat. Ditemui pada wilayah
bergurun dimana keterbatasan air
Olivin-hornblende (piroksen)
menyebabkan pelapukan secara
Biotit kimiawi sangat minimum

Albit

Kuarsa Fraksi tanah didominasi oleh SEDANG


mineral-mineral ini adalah debu
Muskovit dan liat dan dapat ditemui pada
wilayah atau daerah
Liat silika tipe 2:1 (vermikulit)
subtropis/temperat dibawah
Smektit (montmorilonit) vegetasi pohon dan tempat

Kaolinit Fraksi tanah dominan liat, INTENSIF


ditemukan didaerah tropika basah
Gibsit dan panas. Tanahnya masam dan
kurang subur
Hematit /Goethit

Anatase (rutil, zirkon)

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 35


Mineral Liat Tanah

Pelapukan mineral primer secara bertahap akan membentuk mineral sekunder dan
seiring berjalannya waktu komposisi mineralogi tanah akan berubah. Tanah-tanah
akan didominasi mineral sekunder termasuk mineral-mineral liat. Beberapa jenis
mineral liat yang berkaitan erat dengan jenis tanah tertentu antara lain smektit,
alofan, kaolinit, liat-liat oksida.

Smektit

Smektit adalah nama grup untuk silikat lapis 2:1 dengan kapasitas tukar kation
tinggi. Smektit yang umum dalam tanah adalah montmorilonit. Pembentukan
montmorilonit dipengaruhi oleh lingkungan dimana terdapat Si dan Mg yang cukup
tinggi yang berarti pada lingkungan yang pencuciannya terbatas. Tanah-tanah yang
didominasi oleh mineral-mineral liat smektit mempunyai sifat vertik (mengembang-
mengerut)

Kaolinit

Pembentukan kaolinit berasal umumnya berasal dari pelapukan mineral feldspar.


Pembentukan kaolinit berasal dari kristalisasi larutan Mekanisme lain adalah
disintegrasi. Liat tipe 2:1 yang kemudian menjadi tipe 1:1. Pembentukan ini
dipengaruhi oleh lingkungan pelapukan yang masam yang dapat ditemukan pada
tanah yang mengalami pelapukan intensif dimana Si terbawa oleh pencucian.

Alofan

Mineral non kristalin dan dapat ditemukan di daerah gunung api pada ketinggian di
atas 500 meter. Sifat Alofan :

1. Kapasitas pegang air tinggi


2. Bobot isi rendah
3. Sulit terdispersi
4. Menyerupai gel pada saat basah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 36


Liat-liat Oksida

Dapat ditemui pada regim/daerah yang pencuciannya cukup intensif. Fraksai liat
oksida yang banyak dijumpai adalah besi-oksida dan aluminium-oksida, Contoh :
Gibsit (Al(OH)3), Hematit (Fe2O3), Goethit (FeOOH). Liat-liat oksida banyak
ditemukan pada tanah-tanah yang berwarna merah pada wilayah tropika basah.
Tanah ini biasanya bersifat masam.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 37


A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 3 ini didasarkan pada hasil kerja kelompok.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Jelaskan hubungan antara jenis tanah dan bahan mineral yang terdapat dalam
tanah. Buat dalam bentuk bahan presentasi dan dikerjakan secara
berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 38


BAB III. PENUTUP
Bahan mineral sebagai salah satu penyusun tanah berbeda-beda menurut batuan
asalnya. Tanah yang berasal dari pelapukan batuan volkanik akan menghasilkan
tanah yang mengandung unsur hara yang lebih banyak dibandingkan tanah yang
berasal dari batuan induk sedimen atau metamorf. Dengan demikian bahan mineral
sangat berkaitan dengan sifat tanah yang terbentuk. Sifat tanah yang berbeda akan
membentuk jenis tanah yang berbeda.

Sumber Pustaka :

1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Van Breemen, N, P.Buurman, R.Brinkman. 1992. Process in Soils. Text
for Course J050-202. Department of Soil Science and Geology. Agricultural
University Wageningen.
3. Grim, R.E., 1968. Clay Mineralogy. Mc Graw Hill Book Company.New
York
4. Loughnan FC. 1969. Chemical Weathering of the Silicate Minerals.
American Elsevier Publishing. New York.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 39


MODUL 4
SIFAT FISIK TANAH
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

S ecara fisik, tanah tersusun bahan mineral dan bahan organik dalam berbagai
ukuran. Partikel mineral dan bahan organik mengisi matriks tanah sekitar
50% volume. Sisanya terdiri atas ruang pori, yang terisi air dan atau udara.
Proporsi air dan udara berubah-uabah secara dinamis menurut kondisi keairan
lingkungan tanah. Hal ini membentuk sistem 3 fase yaitu padatan, cair dan gas.
Hampir di semua penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang sisem 3 fase, sifat fisik tanah diantaranya:
tekstur, bulk density, porositas, struktur dan agregat serta warna tanah.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami sifat-sifat fisik
dasar dari tanah dan cara mengatasi masalah sifat fisik tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 40


BAB II. PEMBAHASAN

Terdapat beberapa sifat fisik tanah yang perlu untuk ditelaah dengan baik antara
lain:

Warna Tanah

Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah oleh karena warna
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah. Adapun
penyebab perbedaan warna tanah umumnya adalah akibat perbedaaan kandungan
bahan organik; semakin banyak kandungan bahan organik tanah tersebut maka
warnanya akan semakin gelap. Sebagian tanah warnanya disebabkan oleh warna
mineral tanah itu sendiri.

Pada lapisan bawah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan
banyaknya senyawa Fe. Pada daerah yang berdrainase buruk, yaitu sering tergenang
air, maka seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam
keadaan tereduksi, sedangkan pada tanah berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak
pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi yang berwarna merah atau
limonit yang berwarna kuning coklat. Bila tanah kadang-kadang basah dan kadang
kering maka disamping berwarna abu-abu didapat pula bercak-bercak karatan merah
atau kuning yaitu dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat
tersebut.

Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang


terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Warna tanah akan berbeda bila
tanah basah, lembab atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu
dicatat apakah dalam keadaan basah, lembab atau kering.

Ada 3 komponen penentu warna tanah, yaitu: hue, kroma (chrome) dan nilai (value).

1. Hue: menunjukkan panjang gelombang cahaya dominan yang dipantulkan


benda. Ada 5 hue tunggal (R, Y, G, B, P); dan 5 hue gabungan (YR, GY,
BG, PB, RP)

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 41


2. Kroma: ukuran derajat kemurnian atau kejenuhan warna hue. Memiliki skala
dr 0-20. Makin tinggi warna makin terang.

3. Nilai: ukuran tingkat kebersihan atau kekotoran (terang-gelapnya) warna.


Dinyatakan dengan skala 1-10 ( derajat kombinasi pigmen hitam dan putih).

Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara fraksi tanah baik pasir, debu,
dan liat. Menurut perbandingan tersebut diperoleh kelompok tekstur tanah sebanyak
14 macam (Tabel 1). Sebagian ahli membaginya ke dalam 12 saja. Ada banyak sifat
tanah terutama sifat fisik dipengaruhi oleh tekstur tanah.

Tabel 1. Jenis tekstur tanah

Pasir
Kasar
Pasir berlempung

Lempung berpasir
Agak kasar
Lempung berpasir halus

Lempung berpasir sangat halus


Lempung
Sedang
Lempung berdebu
Debu

Lempung liat
Agak halus Lempung liat berpasir
Lempung liat berdebu

Liat berpasir
Halus Liat berdebu
Liat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 42


Penentuan Tekstur Dilakukan dengan Menggunakan Diagram Segitiga Tekstur
Tanah (Gambar 1)
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar,
maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit
menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat karena
lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah-tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar.

Gambar 1 Diagram segitiga tekstur tanah

Tekstur mempengaruhi beberapa sifat tanah, yaitu :


Kapasitas tukar kation (KTK)
Kandungan bahan organik
Kadar air
Drainase
Permeabilitas
Struktur

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 43


Konsistensi
Erodibilitas

Struktur Tanah

Struktur tanah cara tersusunnya butiran tanah, atau gumpalan kecil dari butir-butir
tanah; yang sering juga disebut agregat. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik,
oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk,
ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.

Bentuk Struktur , bentuk-bentuk struktur (Gambar 2) antara lain :

1. Lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu horisontal, di hor E atau pada lapisan
padas liat. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited)
2. Prismatik: sumbu vertikal > sumbu horisontal, hor B, daerah iklim kering.
3. Tiang (columner): sumbu vertikal >sumbu horisontal, bagian atas membulat,
hor B, daerah iklim kering.
4. Gumpal bersudut (angular blocky): seperti kubus dengan sudut-sudut tajam,
sumbu vertikal=sumbu horisontal, hor B, daerah iklim basah
5. Gumpal membulat(rounded blocky): seperti kubus dengan sudut membulat,
sumbu vertikal=sumbu horisontal, hor B, daerah iklim basah
6. Granular: Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm.
Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut "Crumbs"
atau Spherical.
7. Remah (single grain): bulat sangat porous, di hor A

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 44


Gambar 2 Bentuk-bentuk struktur tanah

Ukuran

Ukuran struktur tanah berbeda-beda sesuai dengan bentuknya (Tabel 2).

Tabel 2. Ukuran butir-butir struktur tanah

Ukuran Lempeng Prisma dan Gumpal Granular Remah


tiang

mm

Sangat halus <1 <10 <5 <1 <1


Halus (kecil) 1-2 10-20 5-10 1-2 1-2
Sedang 2-5 20-50 10-20 2-5 2-5
Kasar (besar) 5-10 50-100 20-50 5-10 -
Sangat kasar >10 >100 >50 >10 -

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 45


Pembentukan Agregat
Agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat,
oksida besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi
maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat
(sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.

Faktor yang mempengaruhi pcmbeutukan agregat

1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat
tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam
pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada
permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.
Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangkan kandungan
liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.

2. Bahan organik tanah


Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.
Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan
organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.

3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap.
Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu
dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat.
Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman
tersebut.

4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mcmpercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu
berperan langsung dengan membuat !ubang dan menggemburkna tanaman.Secara

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 46


tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan
dikelaarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.

5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu
berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.

6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,
pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukan agregat tanah.

Kemantapan atau Tingkat Perkembangan Struktur

Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarkan atas kemantapan atau


ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur
tanah dibedakan menjadi:

1. tingkat perkembangan lemah


2. tingkat perkembangan sedang
3. tingkat perkembangan kuat

Konsistensi

Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam keadaan lembab tanah
dibedakan ke dalam bentuk konsistensi gembur sampai teguh. Dalam keadaan
kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan
basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari lastis sampai tidak plastis atau
kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 47


Tanah basah: kandungan air di atas kapasitas lapang

Kelekatan tidak lekat, agak lekat, lekat, sangat lekat

Plastisitas-tidak plastis, agak plastis, plastis, sangat plastis

Tanah lembab: kandungan air mendekati kapasitas lapang

Lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, sangat teguh sekali

Tanah kering : tanah dalam keadaan kering angin

Lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, sangat keras sekali.

Konsistensi merupakan bagian dari rheologi yaitu ilmu yang mempelajari


perubahan-perubahan bentuk dan aliran suatu benda. Sifat-sifat rheologi tanah
dipelajari dengan menentukan angka Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah
pada beberapa macam keadaan. Sifat-sifat tanah yang berkaitan angka Atterberg
tersebut adalah :
Batas mengalir : jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah
Batas melekat : kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat
pada benda lain
Batas menggolek : kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat
digolekkan lagi
Indeks plastisitas : kadar air batas mengalir-batas menggolek
Jangka olah : kadar air batas melekat-batas menggolek
Batas ganti warna : tanah yang telah mencapai batas menggolek masih
dapat kehilangan air, sehingga tanah lambat laun menjadi kering dan pada
suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini disebut titik ganti
warna atau titik ubah

Bobot Isi Tanah (Bulk Density)

Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume
tanah termasuk volume pori-pori tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 48


Bulk density = berat tanah kering (g)
volume tanah (cm3)
Bobot isi tanah adalah petunjuk kepadatan tanah. Makin padat tanah maka makin
tinggi bulk density yang berarti makin sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar
tanaman. Pada umumnya, bobot isi tanah berkisar antara 1,1-1,6 g/cm3.

Bulk density berbeda dengan particle density (kerapatan jenis zarah).

Particle density = berat kering persatuan volume partikel-partikel (padat) tanah


(jadi tidak termasuk volume pori - pori tanah). Tanah mineral mempunyai
particle density = 2,65 g/cm3. dengan mengetahui bulk density dan particle density,
maka dapat diketahui banyaknya (%) pori-pori total tanah sebagai berikut :

Bulk density X 100 % = % bahan padat tanah


Particle density

% pori total tanah = 100% - % bahan padat tanah

Ruang pori total (%) = ( 1 - _Bulk density_ )


Particle density

Pori-pori Tanah

Pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori
halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedangkan pori-pori halus
berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih
banyak daripada tanah liat. Tanah ini sulit menahan air sehingga tanaman sering
mengalami kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi dari
tanah berpasir. Porosistas dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 49


dan tekstur tanah. Porositas tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur
granuler atau remah porositas lebih tinggi dibanding yang berstruktur masif.

Drainase Tanah

Tanah ditemukan baik di daerah yang tergenang air maupun daerah-daeah kering
yang tidak pernah tergenang air. Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan
kelas drainase tanah tersebut. Drainase tanah dikenal dua macam; drainase eksternal
dan drainase internal. Air dapat hilang melalui permukaan tanah (external drainage)
maupun melalui peresapan ke dalam tanah (internal drainage). External drainage
banyak ditentukan oleh bentuk permukaan tanah/lahan, sedang internal drainage
ditentukan oleh tekstur tanah. Berdasar atas kelas drainasenya tanah dibedakan atas
kelas drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang
dari tanah). Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh.
Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase buruk, tetapi
jagung, karet, cengkeh, kopi dan lain-lain tidak akan dapat tumbuh dengan baik
kalau tanah selalu tergenang air.

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 4 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap sifat fisik
tanah dalam bentuk bahan presentasi kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup
15 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Jelaskan sifat-sifat fisik tanah dasar. Buatlah dalam bentuk makalah dan
dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 50


BAB III. PENUTUP

Sifat fisik tanah dasar yang perlu dipahami mahasiswa antaralain tekstur, struktur
dan agregat tanah, bulk density, dan porositas tanah. Pemahaman tentang sifat-sifat
fisik tanah akan membantu mahasiswa menentukan potensi tanah kaitannya dengan
pertumbuhan tanaman. Begitupula dengan sifat morfologi tanah yang dapat
ditentukan jika sifat fisik tanah dipahami dengan baik.

Sumber pustaka:

1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 51


MODUL 5

AIR DALAM TANAH


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah senyawa yang penting bagi kehidupan di dunia. Lebih dari 80%
komponen penyusun tubuh tanaman jenis herbaceous dan lebih dari 50% tanaman
kayu-kayuan adalah air. Air baukan hanya penyusun tubuh tanaman, tetapi juga
sebagai media pelarut dan transportasi unsur hara.
Sumber air utama adalah air hujan yang jatuh ke tanah. Air hujan ada yang
diteruskan ke dalam tanah dan akan mengisi ruang pori untuk digunakan di masa
depan, dan ada/dapat juga mengalir di permukaan dan masuk ke sungai (sumber air
lainnya). Bagian 5 dari modul ini akan menjelaskan potensi air dalam tanah yang
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan ketersediaan air.

B. Ruang Lingkup Isi

Bagian ini mencakup pembahasan tentang penentuan kadar air dalam tanah, konsep
energi air, retensi air tanah, prinsip dasar pergerakan air dalam tanah, ketersediaan
air dan absorpsi unsur hara.

C. Sasaran Pembelajaran Modul

Modul ini diharapkan menjadi pedoman bagi mahasiswa dan dosen untuk
memahami konsep air dalam tanah untuk kepentingan produksi.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 52


BAB II. PEMBAHASAN

Konsep Energi Air


1. Konsep Potensial
Aliran air merembes tanah dapat dibandingkan dengan aliran panas melalui
batang metal atau aliran listrik melalui kawat. Gaya yang mendorong air untuk
mengalir dapat dibandingkan dengan perbedaan potensial listrik atau perbedaan
panas, dan dapat diujudkan sebagai perbedaan tarikan dari dua bagian tanah
terhadap air yang kadar airnya tidak sama.
Apabila hanya terdapat satu gaya saja yang bekerja pada air, persoalan aliran air
menjadi sangat mudah. Tetapi persoalannya tidaklah demikian, sebab selain
gaya matriks, masih ada macam gaya lain yang bekerja, yaitu: gaya osmotik
yang disebabkan adanya garam-garam terlarut dan gaya gravitasi. Jika kita
dapat mengetahui besarnya ketiga macam gaya ini, maka kita dapat mengetahui
bergerak atau tidaknya air, serta arahnya.
Potensial Air dapat didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan untuk
memindahkan sejumlah satuan air dari tempat patokan yang dianggap
potensialnya sama dengan nol ke tempat lain yang potensialnya mempunyai
nilai tertentu. Sehingga potensial dapat diartikan sebagai petunjuk status energi
atau ketersediaan air tanah. Jika potensialnya rendah maka ketersediaan air juga
rendah.
Potensial adalah skalar bukan vektor, ia mempunyai besaran tetapi tidak
mempunyai arah. Jumlah aljabar dari komponen-komponen potensial adalah
konstan dan jumlah ini disebut potensial total. Dengan demikian gaya dorong
untuk pergerakan air hanyalah gradien potensial total untuk dua titik, yaitu
potensial enersi dalam jarak X.
Konsep potensial air tanah adalah sangat penting. Konsep ini mengganti cara
penggolongan air tanah yang umum dipakai pada masa lalu yaitu yang
menggolongkan air tanah dalam beberapa bentuk: air gravitasi, air kapiler, air
higroskopik dan sebagainya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 53


Faktanya adalah bahwa semua air tanah, tidak hanya sebagian saja, dipengaruhi
juga gravitasi, sehingga semua air adalah air gravitasi. Selanjutnya hukum
kapiler tidak mulai atau berhenti pada suatu nilai kadar air, atau ukuran pori.
Dengan demikian air tanah dapat berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu
ke waktu tidak dalam bentuk tetapi dalam energi potensial.

2. Potensial Air Tanah

a. Potensial Gravitasi

Setiap benda di atas permukaan bumi ditarik ke arah pusat bumi oleh gaya
gravitasi yang sama besarnya dengan berat benda tersebut, dimana berat
benda tersebut adalah hasil kali massa dengan percepatan gravitasi. Untuk
mengangkut suatu benda melawan tarikan, kerja harus dilakukan, dan kerja
ini disimpan oleh benda yang diangkut dari dalam bentuk energi potensial
gravitasi. Besarnya energi ini tergantung pada tempat benda itu dalam
medan gaya gravitasi.
Potensial gravitasi air tanah, pada setiap titik ditentukan oleh elevasi relatif
titik bersangkutan terhadap suatu tempat referensi tertentu. Untuk mudahya
adalah umum untuk menentukan tempat referensi pada suatu elevasi titik
yang penting di dalam tanah, atau dibawah profil tanah yang sedang diteliti,
agar potensial gravitasi selalu dapat bernilai + atau 0.
Pada ketinggian z diatas suatu referensi, energi potensial gravitasi Eg, suatu
massa air M air yang bervolum V adalah:

E =Mgz =wVgz

Dimana w=kerapatan air=BD air


g=percepatan gravitasi
z=ketinggian diatas referensi
M

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 54


b. Potensial tekanan =Potensial matriks

Jika air tanah berada dalam keadaan dimana tekanan hidrostatik lebih besar
daripada tekanan atmosfer, maka potensial tekanan dianggap positif (+). Jika
air berada pada keadaan dimana tekanan lebih rendah dari tekanan atmosfer,
maka potensial tekanan dianggap negatif.

c. Potensial Total dan Potensial Hidrolik

Potensial total adalah hasil kombinasi komponen-komponen potensial yang


bersangkutan :
= g + m + o + (eksternal)
Suatu keadaan seimbang akan tercapai jika transfer massa air dalam fase cair
tidak ada. Keadaan ini dapat terjadi apabila potensial totalnya mencapai nilai
yang tetap. Syarat yang cukup untuk terjadinya keseimbangan ini ialah jika
jumlah komponen-komponen potensial adalah tetap. Dalam praktek
potensial osmotik sering dapat diabaikan.
Dalam keadaan seimbang jika tidak ada gaya external, yaitu jika tekanan di
dalam tanah dan atmosfer sama, diperoleh persamaan :
h = g + m =konstan (untuk tanah tidak jenuh)
h= g + p=konstan(Dan untuk tanah jenuh)
Dimana :
h=potensial hidrolik
p=ghp=potensial tekanan hidrostatik
Hp=tekanan hidrostatik yang diukur dengan tinggi kolom air
Sifat-sifat fisik air tanah sangat bergantung dari sifat-sifat tanah yang
bersangkutan. Tanah yang halus atau yang mempunyai luas permukaan yang
besar per satuan berat, mempunyai kadar air yang lebih besar dari pada tanah
yang kasar atau mempunyai luas permukaan yang lebih kecil. Luas
permukaan tanah berkisar antara 1000 cm2/g sampai dengan 106 cm2/g.
Partikel tanah bersifat hidrofilik atau suka menyerap air dan yang terutama
yang berbentuk koloida. Dalam air tanah terdapat dua macam interaksi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 55


antara permukaan ialah antara benda padat dan cair serta antara benda cair
dan udara. Interaksi antara permukaan inilah yang menyebabkan adanya
tegangan antara permukaan dalam tanah dan mengakibatkan bergeraknya air.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman dapat ditunjukkan oleh adanya
air dan udara yang seimbang dalam tanah.

Penentuan Kandungan Air Tanah

Kadar air tanah dinyatakan dalam satuan cm3/100 cm3 (air per tanah) atau g air/100
g tanah. Padsa banyak literatur dinyatakan sebagai persen volume yaitu persentase
volume air terhadap volume tanah atau persen berat. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering-ovenkan dalam oven pada suhu
100 C 110 C selama 2 x 24 jam. Air yang hilang karena pengeringan merupakan
sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah
mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori
mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori
pada tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara
dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam
terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi
pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O 2 sehingga
dapat mengakibatkan tanaman mati.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu
memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar
tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan
tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah
ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti
jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 56


Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan
air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang
dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar tanaman atau
menguap sehingga tanah makin lama makin mengering. Pada suatu saat akar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu
(titik layu permanen).
Kandungan air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut
total air tanah tersedia (TAW, Total Available Water). Titik kritis adalah batas
minimum air tersedia yang dipertahankan agar tidak habis mengering diserap
tanaman hingga mencapai titik layu permanen. Titik kritis ini berbeda untuk
berbagai jenis tanaman, tanah, iklim serta diperoleh berdasarkan penelitian di
lapangan (Benami dan Offen, 1984 dalam Yanwar , 2003).Kandungan air antara
kapasitas lapang dan titik kritis disebut RAW (Readily Available Water).
Perbandingan antara RAW dengan total air tanah yang tersedia dipengaruhi oleh
iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman
(Raes,1988).

Retensi Air-Tanah

Kapasitas lapang adalah kadar air yang dapat ditahan dengan gaya yang sama
dengan gaya gravitasi tetapi arahnya berlawanan. Kapasitas lapangan ini juga
dikenal dengan batas atas air yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman.
Jika terdapat permukaan air-bumi (groundwater table) yang dangkal dan tidak
ada pergerakan air ke atas yang kuat karena evaporasi pada permukaan tanah, maka
pada kurun waktu tertentu, terdapatlah suatu keseimbangan antara pergerakan air ke
atas (kapiler) dan pergerakan air kebawah (gravitasi). Dalam keadaan seperti di atas
maka kadar air di dekat permukaan tanah akan akan merupakan kadar air pada
kapasitas lapang.
Titik layu adalah kadar air untuk mana tanaman akan layu dan tidak dapat
segar lagi. Kadar air pada titik layu ini dalam praktek akan seimbang dengan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 57


hisapan matriks sebesar 15 bar, sedang kadar air pada kapasitas lapang sering
diambil setara dengan hisapan matriks sebesar 1/3 bar.
Ada beberapa mekanisme yang aktip dalam adsorpsi air oleh partikel-partikel
tanah. Diantaranya ialah muatan listrik yang ada pada partikel-partikel tanah dan
ion-ion lawan yang diadsorpsikan. Sedang mekanisme retensi air oleh tanah ialah
adanya tegangan permukaan antara air dan udara di dalam tanah. Tengangan
permukaan ini besarnya kurang lebih 72 dyne/cm atau 72 erg/cm2 pada 25oC.
Air menempel pada permukaan tabung kapiler sekuat dengan aghesi dengan
dirinya sendiri karena kerja untuk kohese besarnya juga sama dengan 2. Oleh
karena itulah maka air dapat membasahi dinding gelas tabung kapiler, dan air yang
menempel pada dinding tabung tersebut menarik sejumlah cairan setinggi h.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Air dalam Tanah

Masing-masing tanah mempunyai kadar air tanah kering udara, kadar air kapasitas
lapang, dan kadar air maksimum yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor:
a. Jenis air yang yang diserap yang didasarkan pada air tanah yaitu gaya adhesi,
kohesi dan gravitasi.
b. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahanair yang lebih kecil
dari pada tanah yang bertekstur halus. Oleh karenanya tanaman yang ditanam
pada tanah pasir umunya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah
bertekstur lempung atau liat.
c. Kadar bahan organic tanah (BOT). Semakin tinggi kadar BOT akan makin
tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
d. Senyawa kimiawi. Semakin banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan
menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun. Tanah kering udara
adalah tanah yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau elapukan bahan-bahan
mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 58


timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan
terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk
menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk
menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, dkk. 1992).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah ( disebut
air tanah). Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air
setiap tumbuhan berbeda. Kadar dan komposisi udara tanah sebagian besar
ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Udara tanah yang terdiri dari campuran gas
itu bergerak menuju ke pori-pori yang belum diduduki oleh air (Hakim,1986).
Tumbuhan air umumnya memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis
tumbuhan lain. Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk
pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke
seluruh jaringan tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam
tanah. Air tanah dan unsur hara ini membentuk larutan tanah. Air tanah berfungsi
membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan. Di dalam jariingan atau tubuh
tumbuhan ini juga berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar ke seluruh
tanaman (Indranada, 1994).
Tanah yang diovenkan beratnya akan berkurang dari berat awal. Hal
inidikarenakan hilangnya kadar air yang terkandung pada tanah tersebut. Hal ini
sesuai dengan literatur Craig (1994) yang menyatakan bahwa energi yang telah
dilepaskan ketika air berubah dari uap air menjadi cairan. Pembebasan panas dan
pembentukanair hujan merupakan sumber energi utama untuk sistem hujan. Bila
butir-butir air hujan jatuh ke atas tanah kering dan diserap oleh permukaan partikel
tanah, terjadi penurunan lebih lanjut dalam pergerakan dan mempunyai tapak positif
dan negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah:
1. Kadar Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada
partikel mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 59


banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi kadar
dan ketersediaan air tanah.
2. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah
Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah,
semakin dalam maka ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.
3. Iklim dan Tumbuhan
Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air
yang dapat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan
perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi
pengguanaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran
evaporasi permukaan tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan
dan tingkat pertumbuhan adalah fakto pertumbuhan yang berarti.
4. Senyawa Kimiawi Garam-garam dan senyawa pupuk atau amelioran baik
alamaiah maupun non alamiah mempunyai gaya osmotic yang dapat menarik
dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju meningkat.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah,
dengan adanya perbedaan jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat
kemampuan tanah untuk mengikat air, contohnya tanah yang bertekstur liat lebih
mampu mengikat air dalam jumlah banyak dibandingkan tanah yang bertekstur
pasir, sedangkan tanah bertekstur pasir lebih mampu mengikat air daripada tanah
bertekstur debu.
Faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur tanah, pori
tanah, dan peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori lebih banyak
akan mampu menyimpan air dalam jumlah lebih banyak. Karena ruang-ruang pori
tanah akan terisi oleh air.

Peranan Air Tanah dalam Absorpsi Unsur Hara

Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 %
dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 60


Setiap tanaman harus menyeimbangkan antara proses kehilangan air dan
proses penyerapannya, bila proses kehilangan air tidak diimbangi dengan
penyerapan melalui akar makan akan terjadi kekurangan air didalam sel tanaman
yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada banyak proses dalam tanaman.
fungsi air bagi tanaman yaitu: 1) sebagai senyawa utama pembentuk
protoplasma, 2) sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari
larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari
satu bagian sel ke bagian sel lain, 3) sebagai media terjadinya reaksi-reaksi
metabolik, 4) sebagai rektan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam
trikarboksilat, 5) sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, 6) menjaga
turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel, 7)
mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata,
membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu, 8)
berperan dalam perpanjangan sel, 9) sebagai bahan metabolisme dan produk akhir
respirasi, serta 10) digunakan dalam proses respirasi. Kehilangan air pada jaringan
tanaman akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul
serta senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel
dan potensi aktivitas kimia air dalam tanaman. Peran air yang sangat penting
tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan
air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat
menurunkan pertumbuhan tanaman.
Cekaman kekeringan dapat disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu kekurangan
suplai air di daerah perakaran atau laju kehilangan air (evapotraspirasi) lebih besar
dari absobsi air meskipun kadar air tanahnya cukup.
Kekurangan air secara internal pada tanaman berakibat langsung pada
penurunan pembelahan dan pembesaran sel. Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air
digunakan oleh tanaman untuk pembelahan dan pembesaran sel yang terwujud
dalam pertambahan tinggi tanaman, pembesaran diameter, perbanyakan daun dan
pertumbuhan akar. Keadaan cekaman air menyebakan penurunan turgor pada sel
tanaman dan berakibat pada menurunnya proses fisiologi.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 61


Pada waktu musim kemarau maka ketersediaan air akan berkurang sehingga
mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Berapa tanaman masih dapat tumbuh
dengan baik pada kondisi air tanah berkurang. Bergantung responnya terhadap
kekeringan, tanaman dapat diklasifikasikan menjadi: 1) tanaman yang menghindari
kekeringan (drought avoiders), dan 2) tanaman yang mentoleransi kekeringan
(drought tolerators). Tanaman yang menghindari kekeringan membatasi
aktivitasnya pada periode air tersedia atau akuisisi air maksimum antara lain dengan
meningkatkan jumlah akar dan modifikasi struktur dan posisi daun. Tanaman yang
mentoleransi kekeringan mencakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi
dehidrasi. Penundaan dehidrasi mencakup peningkatan sensitivitas stomata dan
perbedaan jalur fotosintesis, sedangkan toleransi dehidrasi mencakup penyesuaian
osmotik.
Tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks menghadapi cekaman
kekeringan. Bentuk morfologi, anatomi dan metabolisme tanaman yang berbeda
menyebabkan tanaman memiliki respon yang beragam. Ketika kekeringan semakin
meningkat maka tanaman menyesuaikan diri melalui proses fisiologi yang kemudian
diikuti perubahan struktur morfologi tanaman seperti layu, meningkatkan
pertumbuhan akar dan menghambat pertumbuhan pucuk. Penurunan proses
fotosintesis dan pertumbuhan, sehingga tanaman juga mengalami penurunan
produksi seperti berkurangnya hasil panen secara kualitas maupun kuantitas
Bila tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam tanggapan
yang dapat memperbaiki status air, yaitu: (1) tanaman mengubah distribusi asimilat
baru untuk mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga
dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun
untuk mengurangi transpirasi, (2) tanaman akan mengatur derajat pembukaan
stomata untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi.
Relative Water Content (RWC) yang mengambarkan kadar relatif air daun
merupakan parameter ketahanan tanaman menghadapi cekaman kekeringan. Proses
fotosintesis pada sebagaian besar tanaman akan mulai tertekan bila nilai RWC

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 62


tanaman lebih rendah dari 70 persen, sehingga tanaman memerlukan pengaturan
dalam tubuhnya diantaranya dengan melakukan penutupan stomata.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 63


A. Indikator Penilaian

Penilaian dalam penugasan pada modul 5 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas

1. Jelaskan tentang potensial air tanah


2. Jelaskan hubungan antara tekstur tanah dengan kapasitas pegang air
Tugas ini dibuat dalam bentuk makalah perorangan yang akan didiskusikan
dalam kelas.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 64


BAB III. PENUTUP
Air dalam tanah mempunyai tingkat energi yang beragam sesuai dengan kandungan
air tanah. Tingkat energi air tanah menaik jika kadar air naik, dan menurun jika
kadar air tanah menurun. Hal inilah yang melahirkan konsep energi air tanah.
Energi air tanah ditunjukkan dengan potensial air tanah dengan satuan bars atau
kilopascal.

Sumber Pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hillel, D. 1971. Soil and Water. Physical Principles and Process.
Academic Press, New York-London.
3. Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung.
4. Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
5. Indranada, Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara,
Semarang.
6. Mawardi, M. 2011. Asas Irigasidan Konservasi Air. Bursa Ilmu, Yogyakarta.
7. Raes, D., Herman L. , Paul V. A. Matman dan V.B Martin. 1987. Irrigation
Schedulling Information Sistem. Katholike Universiteit Leuven: Leuven.
8. Soetjipto. 1992. Dasar-Dasar Irigasi. Erlangga :Jakarta.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 65


MODUL 6
SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

A
nalisis kimia tanah akan membantu dalam memprediksikan kemampuan
tanah dalam suplai hara bagi tanaman. Namun, sering terjadi bahwa
hanya sejumlah sedikit saja unsur-unsur tersedia bagi tanaman. Untuk
itu diskusi dan pembahasan tentang sifat kimia tanah difokuskan pada reaksi
pertukaran kation, pH tanah, kejenuhan basa, koloid tanah.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini akan membahas tentang sifat-sifat kimia tanah terutama reaksi pertukaran
kation, pH tanah, kejenuhan basa, koloid tanah.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami berbagai sifat
kimia tanah dasar.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 66


BAB II. PEMBAHASAN

Tanah merupakan perantara penyedia suhu, udara, air dan unsur-unsur hara.
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam
tanah, tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti telah disebutkan diatas.

Komposisi Kimia Tanah

Tanah terbentuk dari batuan yang melapuk. Adapun komposisi kimia rata-rata dari
batuan beku ditunjukkkan dalam Tabel 1. Variasi kandungan unsur Silikon, Oksigen
dan Aluminium sangat banyak ditemui. Hal ini menunjukkan dominasi mineral
silikat dan aluminosilikat pada batuan beku. Selanjutnya adalah unsur besi, kalsium,
magnesium, natrium, dan kalium. Komposisi kimia batuan beku menyerupai
komposisi mineralogik dari tanah yang telah melapuk minimal atau sedang.
Sejumlah tanah mengandung kuarsa, feldspar, dan mika pada fraksi pasir dan
debunya, liat silikat lapis 2:1 dalam fraksi liatnya, dan kebanyakan muatan negatif
liat dinetralisir dengan adsorpsi ion-ion kalsium, magnesium, sodium dan kalium.

Tabel 1. Komposisi kimia batuan beku dan tanah-tanah yang melapuk intensif

Senyawa Persentase unsur kimia (%)


SiO2 60
Al2O3 16
Fe2O3 7
TiO2 1
MnO 0,1
CaO 5
MgO 4
K2O 3
Na2O 4
P2O5 0,3
SO3 0,1

Total 100,5
Adapted from Bohn, McNeal, and OConnor, 1985 in Foth, 1990

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 67


Pada saat tanah melapuk dan komposisi mineralogi berubah setiap waktu,
terjadi pula perubahan komposisi kimiawi. Selama proses pembentukan tanah,
terjadi kehilangan unsur-unsur Si relatif terhadap Al dan Fe. Pelepasan dan
kehilangan Ca, Mg, Na dan K lebih cepat dibandingkan Si, dan hal ini ditunjukkan
oleh rendahnya kandungan empat kation pada tanah-tanah yang melapuk intensif.

Berikut adalah penjelasan masing-masing sifat-sifat kimia tanah yang


penting untuk dipahami:

a. Reaksi Tanah atau pH tanah

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+)
di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-
yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang
masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding OH-, sedang pada tanah alkalin
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7. Konsentrasi H+ atau OH- dalam
tanah sebenarnya sangat kecil. Nilai pH berkisar antara 0-14 dengan pH 7 disebut
netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis.
Besarnya kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi air
murni yaitu :

HOH H+ + OH-

[ H+] [OH-] = 10-14 = K (konstan)

Di Indonesia, pH tanah berkisar antara 3 hingga 9. Tanah-tanah pada


umumnya bereaksi masam dengan pH 4,0-5,5 sehingga tanah-tanah yang
mempunyai pH 6,0-6,5 sering dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih
agak masam.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 68


Alasan pH tanah penting untuk diketahui :

1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya


hara tanaman akan lebih mudah untuk diserap pada kisaran pH netral
(Gambar 1) oleh karena pada kisaran pH tersebut kebanyakan unsur hara larut
dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat
oleh Al sedangkan pada tanah alkalis, P sulit diserap tanaman karena difiksasi
oleh Ca.
2. Menunjukkkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun (Gambar 1). Pada
tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al didalam tanah, yang kecuali
memfiksasi P juga merupakan racun bagi tanaman. Pada tanah rawa yang pH
tanah rendah (sangat masam) menunjukkan kandungan sulfat tinggi yang bersifat
meracun bagi tanaman. Disamping itu, pada tanah yang masam, unsur-unsur
mikro juga menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu
banyak. Unsur mikro Mo dapat menjadi racun kalau pH tanah terlalu alkalis.

Gambar 1 Nilai ketersediaan unsur pada kisaran pH 4-9

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 69


3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
Bakteri berkembang baik pada pH 5,5 atau sedang pada pH <5,5
perkembangannya sangat terhambat
Jamur dapat berkembang baik pada segala tingkat kemasaman tanah. Pada
pH tanah >5,5 jamur harus bersaing dengan bakteri
Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi hanya dapat
berkembang dengan baik pada pH >5,5.

b. Koloid Tanah

Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Liat
termasuk koloid tanah (koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid tanah
merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi-reaksi fisikokimia dalam
tanah. Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang dikenal sebagai mikro sel
pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion yang bermuatan positif akan
tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer).

1. Mineral liat. Mineral liat adalah mineral yang berukuran <2 . Mineral liat
dalam tanah terbentuk karena :
a. Rekristalisasi (sintesis) senyawa hasil pelapukan mineral primer
b. Alterasi langsung mineral primer yang telah ada (misalnya mika menjadi ilit)

Mineral liat dalam tanah ada 3 yaitu :


1. Mineral liat Al silikat
2. Oksida-oksida Fe dan Al
3. Mineral-mineral primer

Mineral liat Al silikat dapat dibedakan menjadi :


a. Mineral liat Al-silikat yang mempunyai bentuk kristal yang baik misalnya
kaolinit, haloisit, montmorilonit, ilit
b. Mineral liat Al-silikat amorf misalnya alofan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 70


Kaolinit dan haloisit banyak ditemukan pada tanah-tanah merah yaitu tanah-
tanah yang berdrainase baik, sedang montmorilonit banyak ditemukan pada
tanah yang mudah mengembang dan mengerut dan pecah-pecah pada musim
kering misalnya tanah Vertisol. Illit banyak ditemukan pada tanah yang
berasal dari bahan induk yang banyak mengandung mika dan belum
mengalami pelapukan lanjut. Alofan banyak ditemukan pada tanah yang
berasal dari abu gunung api seperti tanah Andisol. Pada tanah yang tua seperti
Oxisol banyak ditemukan liat silikat yang telah hancur dan membentuk
mineral liat baru yaitu Fe-Oksida dan Al-Oksida yang dikenal dengan nama
mineral seskuioksida.

Mineral liat Al-silikat mempunyai struktur berlapis-lapis yang terdiri


dari lapisan Si-tetrahedron dan Al-oktahedron. Berdasarkan atas banyaknya
lapisan Si-tetrahedron dan Al-oktahedron, maka mineral liat dibedakan
menjadi :

a. Tipe 1:1 (satu lapis Si-tetrahedron dan satu lapis Al-oktahedron) contoh:
kaolinit dan haloisit
b. Tipe 2:1 (2 lapis Si-tetrahedron dan 1 lapis Al-oktahedron), contoh :
montmorilonit, illit dan vermikulit
c. Tipe 2:2 (2 lapis Si-tetrahedron dan 2 lapis Al-oktahedron), contoh : klorit

2. Oksida-Oksida Fe dan Al. Mineral-mineral oksida umumnya banyak


terdapat pada tanah-tanah tua di daerah tropika misalnya tanah Oxisol. Contoh
mineral liat oksida: gibsit, hematit, goetit, dan limonit.

3. Mineral-mineral primer. Di dalam fraksi liat kadang-kadang ditemukan pula


mineral primer seperti kuarsa, feldspar. Mineral seperti itu serupa dengan
yang ditemukan dalam fraksi pasir atau debu tetapi ukurannya sangat halus
yaitu <2.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 71


Koloid Organik

Koloid organik utama adalah humus. Koloid organik tersusun atas C, H dan O.
Humus bersifat amorf, KTK tinggi dan lebih mudah dihancurkan dibandingkan liat.
Sumber muatan negatif humus adalah gugus karboksil dan gugus fenol. Muatan
humus adalah tergantung pH. Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat oleh
gugusan karboksil atau fenol dan menjadi lemah ikatannya jika pH lebih tinggi.
Berdasarkan atas kelarutannya dalam asam dan alkali humus disusun atas 3 bagian
utama yaitu :

1. asam fulvik
2. asam humik
3. humin

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+ dsb.
Didalam tanah, kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh
koloid-koloid tanah. Banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah persatuan berat
tanah dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap
oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh gaya gravitasi, tetapi dapat diganti
oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut disebut pertukaran
kation.

Penetapan KTK di laboratorium dilakukan dengan menggunakan dengan


ekstraksi ammonium asetat pada pH 7 (NH4OAc pH 7). Cara lain yaitu ekstraksi
dengan garam netral (misalnya dengan 1 N KCl) pada pH tanah yang sebenarnya,
atau ekstraksi dengan barium klorida + trietanolamin (BaCl2-TEA) yang disangga
pada pH 8,2. Dengan cara ini kita akan mendapatkan KTK tergantung pH, KTK
efektif, dll.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 72


Kapasitas tukar tiap koloid tanah berbeda. Humus mempunyai KTK yang
jauh lebih tinggi dibandingkan mineral liat seperti ditunjukkan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. KTK koloid tanah


Koloid tanah KTK (cmol (+)/kg)

Humus 100-300

Klorit 10-40

Montmorilonit 80-150

Illit 10-40

Kaolinit 3-15

Haloisit 2H2O 5-10

Haloisit 4H2O 40-50

Seskuioksida 0-3

KTK adalah sifat kimia yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah
dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik
daripada tanah KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation
basa seperti Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila
didominasi oleh kation asam seperti Al dan H dapat mengurangi kesuburan tanah.
Tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK
lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau
tanah berpasir.

c. Kejenuhan Basa

Kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tersebut dapat dibedakan
menjadi kation-kation basa dan kation-kation asam. Kejenuhan basa menunjukkan
perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation
basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 73


maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya KTK tanah
tersebut.

jumlahkationbasa
Kejenuhanbasa X 100%
KTK

Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah yang


mempunyai pH rendah umumnya juga mempunyai KB rendah. Begitu pula
sebaliknya. Hubungan pH dengan KB pada pH 5,5 -6,5 hampir merupakan suatu
garis lurus.

d. Unsur-unsur hara esensial

Unsur hara yang sangat diperlukan tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak
dapat digantikan oleh unsur lain disebut unsur hara esensial. Unsur hara esensial
dapat berasal dari udara, air, atau tanah yang berjumlah 17 yaitu :

1. Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S


2. Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co

Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak,
sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat sedikit. Unsur hara tersedia bagi tanaman dengan cara :

1. Aliran massa
2. Difusi
3. Intersepsi akar

Nitrogen (N)

Nitrogen dalam tanah berasal dari :

1. Bahan organik tanah


2. Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 74


3. Pupuk
4. Air hujan

Bahan organik adalah sumber N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan
organik juga mengandung unsur lain terutama C, P, S dan unsur-unsur mikro lain.
Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara dibantu dengan adanya simbiose
dengan tanaman leguminose yaitu bakteri bintil akar atau Rhizobium. Disamping itu
dibantu pula oleh bakteri yang hidup bebas (non simbiotik) yaitu Azotobacter dan
Clostridium.

Fungsi N :

1. Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman


2. Pembentukan protein

Gejala defisiensi N:

1. Tanaman kerdil
2. Pertumbuhan akar terbatas
3. Daun-daun kuning dan gugur

Gejala kelebihan N:

1. Memperlambat kematangan tanaman


2. Batang lemah mudah roboh
3. Daya tahan tanaman lemah terhadap penyakit

N dalam tanah berbentuk:

Protein, senyawa amino, Ammonium, Nitrat. Nitrogen diambil tanaman dalam


bentuk NH4+ dan NO3-. Sedangkan kehilangan N dari tanah dalam bentuk:

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 75


1. Digunakan oleh tanaman dan mikroorganisme
2. N dalam bnetuk NH4+, dapat diikat oleh mineral liat jenis ilit sehingga tidak
dapat digunakan oleh tanaman
3. N dalam bentuk NO3- mudah tercuci oleh air hujan (leaching)
4. Proses denitrifikasi

Fosfor (P)

Unsur P di dalam tanah berasal dari :

Bahan organik (pukan, sisa-sisa tanaman)


Pupuk buatan (TSP, DS)
Mineral-mineral di dalam tanah (apatit)
Unsur P didalam tanah berupa P-organik dan P-anorganik.

Fungsi P :

1. Pembelahan sel
2. Pembentukan albumin
3. Pembentukan bunga, buah dan biji
4. Mempercepat pematangan
5. Memperkuat batang tidak mudah roboh
6. Perkembangan akar
7. Memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur mayur dan makanan ternak
8. Tahan terhadap penyakit
9. Membentuk nukleoprotein
10. Metabolisme karbohidrat
11. Menyimpan dan memindahkan energi

Unsur P mudah difiksasi, sehingga sebaiknya pemberiannya jangan


disebarkan tetapi diberikan dalam larikan agar kontak dengan tanah sedikit mungkin
sehingga fiksasi dapat dikurangi.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 76


Gejala defisiensi P:

1. Pertumbuhan terhambat (kerdil)


2. Daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai ujung daun
3. Terlihat jelas pada tanaman yang masih muda
4. Pada tanaman jagung, tongkol tidak sempurna dan kecil-kecil

Kalium (K)

Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah dan berasal dari
pupuk buatan (ZK)

Fungsi K :

1. Pembentukan pati
2. Mengaktifkan enzim
3. Pembukaan stomata
4. Proses fisiologis dalam tanaman
5. Proses metabolik dalam sel
6. Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain
7. Mempertinggi ketahahan terhadap kekeringan dan penyakit
8. Perkembangan akar

K dalam tanah dibedakan menjadi :

1. Tidak tersedia bagi tanaman


2. Tersedia
3. Tersedia tapi lambat
Kehilangan K dari tanah disebabkan oleh karena diserap oleh tanaman
terutama leguminose, tomat dan kentang serta pencucian oleh hujan (leaching).

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 77


Gejala defisiensi K:

1. Terlihat pada daun tua, karena daun muda yang masih tumbuh dengan aktif
menyedot K dari daun tua
2. Ruas pada tanaman jagung memendek dan tanaman tidak tinggi
3. Pinggir daun berwarna coklat mulai daun tua

Kalsium (Ca)

Ca dalam tanah berasal dari mineral primer (plagioklas), karbonat (kalsit dan
dolomit) , garam-garam sederhana (gipsum dan Ca fosfat). Ca diambil tanaman
dalam bentuk Ca++.

Fungsi Ca:

1. Penyusunan dinding sel tanaman


2. Pembelahan sel
3. Pertumbuh (elongation)

Gejala defisiensi Ca:

1. Tunas dan akar tidak dapat tumbuh karena pembelahan sel terhambat
2. Pada jagung, ujung daun coklat dan melipat serta terkulai ke bawah saling
melekat dengan daun dibawahnya

Magnesium (Mg)

Diserap sebagai Mg++. Mg dalam tanah berasal dari mineral kelam (biotit, augit,
hornblende, amfibol), garam (MgSO4), dan kapur (dolomit).

Fungsi Mg :

1. Pembentukan klorofil
2. Sistem enzim (aktivator)
3. Pembentukan minyak

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 78


Gejala defisiensi Mg :

1. Defisiensi pada daun tua


2. Daun menguning karena pembentukan klorofil terganggu
3. Pada jagung terlihat garis kuning pada daun
4. Pada daun muda keluar lendir

Belerang (S)

Diserap tanaman dalam bentuk SO42- dan dalam bentuk gas SO2 dari udara melalui
daun. Sedangkan bentuknya dalam tanaman berupa protein, sulfat dan volatile
(mudah menguap) seperti allysulfat pada bawang putih dan bawang merah.

Fungsi S terutama dalam pembentukan protein.

Asal dalam tanah:

1. Mineral primer (pirit dan gipsum)


2. Atmosfir : SO2 udara

Hilangnya S dari tanah :

1. Diambil tanaman
2. Pencucian (leaching)
3. Penguapan SO42-

Gejala defisiensi S :

1. Defisiensi pada daun tua


2. Tanaman kerdil
3. Pematangan lambat
4. Daun-daun kuning

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 79


Unsur-unsur Mikro

Unsur mikro dalam tanah berasal dari mineral dalam bahan induk dan bahan
organik. Adapun faktor yang menentukan ketersediaan unsur mikro adalah :

pH tanah
Drainase tanah
Jerapan liat dan reaksi kimia
Ikatan dengan bahan organik

Fungsi masing-masing unsur mikro:

Zn
pembentukan hormon tumbuh
katalis pembentukan protein
pematangan biji

Fe
Pembentukan klorofil
Oksidasi reduksi dalam pernafasan
Penyusun enzim dan protein

Cu

Katalis pernafasan
Penyusun enzim
Pembentukan klorofil
Metabolisme karbohidrat dan protein

B
Pembentukan protein
Metabolisme nitrogen dan karbohidrat
Perkembangan akar
Pembentukan buah dan biji

Mn
Metabolisme N dan asam organik
Fotosintesis

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 80


Perombakan karbohidrat
Pembentukan karotin, riboflavin dan asam askorbat

Mo
Meningkatkan pengikatan N oleh bakteri simbiotik
Pembentukan protein

Penyerapan unsur mikro oleh tanaman

Unsur mikro yang termasuk jenis kation yaitu Fe, Mn, Zn Cu diambil
tanaman melalui pertukaran kation atau sebagai kation terlarut seperti Fe2+,
Mn2+, Zn2+ dan Cu2+.
Unsur mikro yang termasuk jenis anion yaitu B, Mo, Cl diambil tanaman
dalam bentuk anion terlarut seperti B33-, MoO43-, Cl-, kadang juga diambil
dalam bentuk pertukaran anion
Unsur mikro dapat diserap melalui daun (dengan penyemprotan)

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 81


A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 6 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 15 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


1. Jelaskan sifat-sifat kimia tanah dasar. Buatlah dalam bentuk makalah dan
dipresentasikan secara berkelompok.
2. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap unsur-unsur hara
esencial dalam bentuk bahan presentasi kelompok

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 82


BAB III. PENUTUP
Sifat kimia tanah dasar yang perlu dipahami mahasiswa antara lain; reaksi tanah,
kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, unsur hara esensial dan daya sanggah tanah.
Pemahaman tentang sifat-sifat kimia tanah akan membantu mahasiswa menentukan
potensi tanah kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Begitupula dengan sifat
morfologi tanah yang dapat ditentukan jika sifat kimia tanah dipahami dengan baik.

Sumber pustaka:

1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Tisdale, S. L, Nelson, W. L. and Beaton, J. D. 1990. Soil Fertility and
Fertilizers. 4th ed. Macmillan Publishing Company. New York.
3. Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 83


MODUL 7

BAHAN ORGANIK TANAH


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

H
ampir semua kehidupan di dalam tanah tergantung pada bahan organik
untuk memenuhi kebutuhan akan hara dan energi. Telah diketahui pula
betapa pentingnya bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman.
Bahan organik berperan memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah.
Modul 7 ini akan membahas akan arti penting bahan organik dalam tanah.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang sumber bahan organik komposisi bahan
organik, perombakan bahan organik, humus, peranan bahan organik

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami sumber bahan
organik, proses dekomposisi dan peranan bahan organik tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 84


BAB II. PEMBAHASAN

Bahan organik merupakan bagian integral dari tiap tanah yang mempengaruhi sifat-
sifat fisik, kimia dan biologi tanah jauh lebih besar dari proporsi bahan ini dalam
tanah. Proporsi bahan organik pada tanah mineral pada umumnya berkisar antara 1-6
persen, sedang pada tanah organik dapat mencapai separuh dari massa tanah. Semua
zat-zat organik dalam tanah, hidup atau mati, segar atau melapuk, senyawa
sederhana atau yang kompleks, merupakan bagian dari bahan organik yang terdapat
di tanah. Binatang-binatang, demikian juga akar-akar tanaman yang hidup dalam
tanah tidak dimasukkan dalam definisi ini. Pada pihak lain, bakteri-bakteri,
cendawan dan mikroba hidup dimasukkan sebagai bagian dari bahan organik karena
alasan sederhana yaitu disebabkan tidak mungkin memisahkannya dari bahan
organik lainnya dalam tanah.
Dengan pertimbangan di atas, jelaslah definisi mengenai bahan organik.
Untuk tujuan praktikal, bahan organik dapat digolongkan sebagai residu dan humus.
Residu meliputi bagian-bagian tanaman maupun binatang yang mati pada semua
stadia pelapukan. Humus merupakan bahan organik yang berwarna gelap yang
mempunyai sifat-sifat kimia maupun fisika yang cukup jelas dan melapuk dengan
lambat, tidak secepat pelapukan residu. Selanjutnya dalam tulisan ini yang
dimaksud dengan bahan organik tanah adalah humus. Kalau dikatakan bahan
organik merupakan sumber hara untuk tanaman maka yang dimaksud tentulah residu
ditambah dengan humus.

Sumber Bahan Organik Tanah


Sumber primer bahan organik tanah ialah jaringan tumbuhan berupa akar, batang,
ranting, daun, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi
dan akan terangkut ke lapisan bawah tanah. Tumbuhan tidak saja sebagai sumber
bahan organik tanah, tetapi juga sebagai sumber bahan organik dari seluruh makhluk
hidup.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 85


Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih
dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah binatang
menyumbangkan pula bahan organik. Berbeda sumber bahan organik tanah akan
berbeda pula pengaruhnya yang disumbangkan ke dalam tanah. Hal ini berkaitan
erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut.

Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan


jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang lebih cepat hancur daripada
jaringan tumbuhan. Menurut Hakim, et. al. (1986) Jaringan tumbuhan sebagian
besar tersusun atas air yang beragam dari 60 90 % dan rata-rata sekitar 75 %.
Bagian padatan sekitar 25 % dari hidrat arang (60 %), protein (10 %), lignin (10
30 %), dan lemak (1- 8 %). Ditinjau dari susunan unsur, karbon merupakan bagian
terbesar (44 %), disusul oleh oksigen (40 %), hidrogen dan abu masing-masing
sekitar (8 %). Susunan abu itu sendiri terdiri dar seluruh unsur hara yang diserap
dan diperlukan tanaman, kecuali C, H, dan O.

Peranan Bahan Organik


Menurut Hakim, et. al. (1986). Peranan bahan organik ada yang bersifat
langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui
perubahan sifat dan ciri tanah.

Pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah:


a. Kemampuan menahan air meningkat (water holding capacity)
b. Warna tanah menjadi coklat dan hitam (lebih gelap)
c. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
d. Menurunkan plastisitas dan menurunkan bulk density (BD) tanah.

Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah:


a. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation
b. Jumlah kation yang mudah dipertukarkan meningkat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 86


c. Unsur N, P, dan S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh
mikroorganisme sehingga terhindar dari pencucian dan kemudian
tersedia kembali.
d. Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus.

Pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah:


a. Jumlah dan aktivitas metabolik organisme meningkat
b. Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga
meningkat.

Tabel 1. Sifat-sifat humus dan pengaruhnya pada tanah.

Sifat Keterangan Pengaruh pada tanah

Warna Menyebabkan warna tanah lebih gelap Berpengaruh pada pemanasanan

Retensi air Bahan organik dapat memegang air Mengurangi sifat mengerut dan
sampai 20 kali beratnya mengembang, memperbaiki retensi pada
Kombinasi dengan tanah-tanah berpasir
mineral-mineral liat Mengingat molekul-molekul dalam
agregat-agregat

Ketidak larutan bahan organik sebagian Memungkinkan pertukaran udara


Kelarutan dalam air disebabkan assosiasinya dengan liat;
garam-garam dan kation bivalen atau
trivalen dengan bahan organik yang
terisolir larut sebagaian dalam air
Sedikit bahan organik hilang karena
Hubungan pH Bahan organik menyangga pH pada
tercuci
kisaran-kisaran agak masam, netral dan
alkalis

Mineralisasi Pelapukan bahan organik menghasilkan Membantu terpeliharanya reaksi tanah


CO2, NH4+, NO3-,PO43- dan SO42- yang seragam
Kombinasi dengan
molekul-molekul Mempengaruhi aktifitas biologi, Sumber hara untuk pertumbuhan tanaman
organik persistensi dan degradasi biorik
pestisida Mempengaruhi dosis pestisida untuk
pengendalian yang efiktif.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 87


Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik

Di antara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan
nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah,
dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N, kadar
bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15 20 %), makin
ke bawah makin berkurang, hal ini disebabkan akumulasi bahan organik memang
terkonsentrasi di lapisan atas.

Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke
daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama
kadar bahan organik dan N bertambah dua hingga tiga kali setiap suhu tahunan rata-
rata turun 10oC. Bila kelembaban efektif meningkat kadar bahan organik dan N juga
bertambah. Hal ini menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.
Drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk
menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik.
Pelapukan intensif menyebabkan rendahnya kadar organik pada tanah-tanah tropis.

Selain itu, bahan organik berperan sebagai: sumber makanan dan energi
untuk mikroorganisme; nutrisi tanaman melalui pelapukannya dan peranan
pertukaran ion dari humus; penyedia bahan yang diperlukan untuk pembentukan dan
stabilisasi agregat-agregat tanah; pemegang air dan melalukan air; pengendali aliran
permukaan dan erosi tanah.

Bahan-bahan tanaman mengandung berbagai macam gula, lemak dan protein


yang menyediakan banyak energi untuk mikroorganisme. Dalam perombakan bahan
organik ini dilepaskan unsur-unsur yang diperlukan sebagai hara tanaman dan juga
untuk mikroorganisme. Proses perombakan bahan organik menjadi bentuk ikatan-
ikatan yang sederhana disebut sebagai mineralisasi. Hasil perombakan tersebut
adalah air CO2, Nitrogen bebas, ammonia, gas methan beberapa garam mineral
sederhana. Perombakan bahan organik dapat berlangsung dalam waktu cepat, tetapi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 88


sebagian berlangsung dalam waktu lama. Bahan-bahan lignin melapuk lebih lama
dibandingkan dengan bahan-bahan yang mengandung protein.

Hasil pelapukan bahan organik membantu agregasi tanah sehingga diperoleh


struktur yang mempunyai baik pori makro maupun mikro, dan konsekuensinya
memperbaiki infiltrasi air dan aerasi tanah. Infiltrasi dan perkolasi air yang lebih
baik akan mengurangi aliran permukaan dan erosi. Bahan organik bersama liat
membentuk agregat-agregat yang lebih mantap terhadap pengaruh menghancurkan
oleh air. Tanah dengan agregat-agregat yang lebih tahan terhadap penghancuran
oleh air, dengan demikian lebih tanah terhadap erosi.

Bahan organik memperbesar kemampuan tanah memegang air dan kapasitas


tukar kation tanah. Perbaikan kedua parameter ini berarti mengurangi kemungkinan
tercucinya hara dari tanah. Bahan organik tanah memegang hara tanah cukup kuat
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya pencucian, tetapi juga cukup mudah
melepas kembali ion-ion yang dijerap sehingga tersedia untuk tanaman.

Bahan organik tanah mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi yang lebih


ekstrim dalam tanah, misalnya meningkatnya konsentrasi ion-ion karena pemberian
pupuk. Konsentrasi ion-ion yang terlalu tinggi dalam larutan tanah dapat
menyebabkan ketidakseimbangan dalam penyerapan hara atau tanaman keracunan.

Banyak kompleks humus-liat terjadi di dalam perut cacing dan fauna tanah
lainnya/ kontak liat dan bahan organik sangat dekat dan kegiatan mikroorganisme
melapuk bahan organik menjadi intensif. Dengan penuaan, pelapukan bahan organik
menghasilkan humus dan dengan demikian menghasilkan agregat-agregat yang
mantap air. Tanah dari tahi cacing menunjukkan kapasitas tukar kation yang tinggi
dari tanah asalnya. Dengan jalan ini adanya cacing meningkatkan kesuburan tanah
lapisan paling atas.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 89


Pengaruh Bahan Organik Terhadap Keadaan Tanah
Perkembangan perakaran tanaman paling banyak terletak di lapisan olah atau lapisan
atas tanah sampai kedalaman 15-30 cm yang mengandung paling banyak bahan
organik. Bahan organik sangat besar peranannya dalam menyediakan media
pertumbuhan dan perkembangan perakaran (Suharajo, et. al. 1986).

Bahan organik, terutama yang telah menjadi humus, dengan rasio C/N
dimana N 20 dan C 57 %, dapat menyerap air 2-4 x lipat dari bobotnya. Karena
kandungan air tersebut maka humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
Tanah-tanah yang banyak mengandung bahan organik memerlukan air lebih banyak
untuk disimpan sebagai persediaan, dengan demikian kelembaban tanah akan terjaga
lebih baik.

Bahan organik berbentuk humus dapat menahan hara tanaman menjadi


bentuk tidak larut dan tidak mudah tercuci air hujan. Makin tinggi kadar bahan
organik, makin banyak hara tanaman dapat ditahan, sehingga bahan organik dapat
berfungsi sebagai gudang atau media penyimpanan hara tanaman dan pemupukan
(anorganik) yang dilakukan dapat lebih efisien.

Bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpanan hara, juga mudah


melepaskan hara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terfiksasi
Ca, Fe, dan Al yang tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-
unsur Ca, Fe, dan Al tersebut diikat bahan organik menjadi organo-complex
(kompleks organik).

Bahan organik dapat menyerap panas tinggi, sebaliknya dapat juga menjadi
isolator panas karena mempunyai daya hantar panas rendah. Karena itu, walaupun
permukaan tanah mendapat panas yang tinggi dari sinar matahari, tetapi tanah
bagian bawah tidak terlalu terpengaruh.

Bahan organik adalah sumber energi atau menjadi bahan makanan bagi
banyak jasad mikro yang hidup dalam tanah. Bahan organik segar atau bahan yang
belum menjadi humus akan dirombak, dan kehidupan jasad mikro dalam tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 90


menjadi stabil setelah humus terbentuk. Makin banyak bahan organik makin banyak
pula populasi jasad mikro dalam tanah.

Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, bobot isi rendah dan dengan
kelembaban tanah tinggi serta temperatur tanah yang stabil meningkatkan kegiatan
jasad mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian mineral memberikan
struktur tanah yang gembur dan remah serta mudah diolah. Struktur tanah yang
demikian merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan
tanaman. Tanah yang berstruktur liat, pasir atau tanah yang berstruktur gumpal, bila
dicampur dengan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik.

Butir-butir air hujan yang jatuh ke permukaan tanah mineral mempunyai


kekuatan yang mampu memecah massa dan melemparkan butir-butir tanah yang
telah lepas sebagai erosi percikan (splash erosion). Setelah lapisan tanah atas
jenuh air, ruang-ruang pori tanah cepat tertutup oleh partikel-partikel halus, sehingga
air mengalir di permukaan dan membawa partikel-partikel lepas sebagai erosi
lapisan permukaan (sheet erosion). Dengan adanya bahan organik di lapisan tanah
atas, sheet erosion dapat dihambat karena bahan organik bertindak sebagai perisai.
Penutupan pori tanah dapat dikurangi karena bahan organik membuat lebih banyak
rongga udara dan struktur tanah lebih mantap sehingga partikel tanah tidak mudah
lepas. Aliran permukaan berkurang karena lebih banyak air dapat meresap kedalam
tanah sehingga sheet erosion dapat dihindari. Dengan demikian bahan organik dapat
mengurangi terjadinya erosi.

Siklus Bahan Organik Dalam Tanah Jaringan tanaman dirubah menjadi


jaringan jasad mikro dan humus melalui proses perombakan yang kemudian
membentuk karbon (C). Menurut Yulius, et. al., (1985), melalui mineralisasi
humus, CO2 dilepaskan kembali ke udara dan diserap oleh tumbuhan hidup, dan
melalui fotosintesa sekali lagi C dirubah ke dalam jaringan tumbuhan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 91


Senyawa-Senyawa Penting Bahan Organik Tanah

Bahan organik yang telah terdekomposisi dengan baik menghasilkan 6 gugus


fungsional yang memegang peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah:

1. Amin = amonia tersubstitusi


H dalam amonia di ganti oleh gugus alkil (CnH2n+1) atau Aril (aromatik Cn
Hn-1).

2. Gugus Karbonil (C = O)
HCHO ( Formaldehida)

CH3CHO (Asetaldehida)

O
CH3C CH3 (Dimetil Keton = Aseton)
O
CH3C CH2CH3 (Metil Etil Keton)
O

3. Gugus Hidroksil ( -OH)


CH3CH2OH Alkohol Primer

CH3

CHOH Alkohol Sekunder

CH3

4. Enol
OH terikat pada karbon berikatan rangkap

-C::C:O:
H

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 92


5. Gugus Karboksil ( - C OH)
Gugus karboksil adalah gabungan dari gugus karbonil dan hidroksil

O O
RC O : H + : O : H RC O : - + H : O : H+
H H
6. Asam Amino
O
R CH C OH
NH2

Siklus Bahan Organik Dalam Tanah

Jaringan tanaman dirubah menjadi jaringan jasad mikro dan humus melalui
proses perombakan yang kemudian membentuk karbon (C). Menurut Yulius,dkk.,
(1985), melalui mineralisasi humus, CO2 dilepaskan kembali ke udara dan diserap
oleh tumbuhan hidup, dan melalui fotosintesa sekali lagi C dirubah ke dalam
jaringan tumbuhan.

Nisbah Karbon-Nitrogen dan Perombakan Bahan Organik


Adanya nisbah C/N (Nisbah dan jumlah C terhadap jumlah N) dan laju perombakan
jaringan tanaman terhadap hubungan yang konsisten. Variasi nisbah C/N terutama
di sebabkan oleh variasi kandungan N-protein diantara berbagai tanaman atau
perbedaan tingkat kematangan pada suatu tanaman. Konsentrasi N dalam tanah
berkisar dari terkecil 0,25% pada jaringan tua tanaman sampai lebih dari 3 % pada
jaringan sukksulen muda. Jika kita mengganggap kandungan kadar N tersebut di
atas memberikan nisbah C/N yang berkisar dari 17/1 (rendah) sampai 200/1 (tinggi).
Kebanyakan nisbah C/N jaringan tanaman terletak dalam kisaran ini.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 93


Jaringan tanaman yang mempunyai nisbah C/N rendah cenderung dirombak lebih
cepat dibandingkan dengan bahan tanaman yang mempunyai nisbah C/N tinggi. Hal
ini disebabkan oleh dua hal: 1. Bahan tanaman yang mempunyai nisbah C/N rendah
mengandung tinggi N dan 2. Bahan tanah tersebut mengandung lebih besar proporsi
C dalam bentuk senyawa-senyawa sellulosa dan lignin yang lebih tahan terhadap
pelapukan. Pada bahan dengan nisbah C/N tinggi keadaan adalah sebaliknya.
Akibatnya jasad yang mengerang bahan dan nisbah C/N rendah sekurang-kurangnya
pada awal proses perombakan tidak diatasi baik oleh kekurangan N atau C tersedia.
Jasad menggunakan C dengan cepat, laju penggunaan C menentukan laju
perombakan, sebaliknya jasad hidup yang mengerang pada bahan tanaman dengan
C/N tinggi di batasi oleh kandungan N dan C yang tersedia. Kekurangan N dapat
diatasi dengan menambahkan garam-garam N dalam proses pelapukan. Namun hal
ini tidak akan ketersediaan C, karena C tetap berada dalam bentuk yang tahan
perombakan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sedikit sekali yang dapat
dilakukan untuk mempercepat laju perombakan dari bahan tanah yang mempunyai
nisbah C/N tinggi (Yulius, et. al., 1985).

Pengelolaan Bahan Organik


Bahan organik ada yang cepat melapuk dan ada yang lambat. Kecepatan melapuk
sangat berhubungan dengan komposisi kimia bahan organik tersebut. Bahan organik
yang mempunyai rasio C/N yang tinggi (jadi kadar Nitrogennya relatif rendah
dibandingkan dengan karbon), atau yang mengandung banyak polifenol lambat
melapuk, jadi lambat melepas hara ke tanah dan tanaman. Bahan organik ini
digolongkan sebagai berkualitas rendah. Penggunaan bahan organik yang
mempunyai C/N tinggi dapat menyebabkan immobilisasi hara oleh mikroorganisme
sehingga tanaman menjadi kekurangan hara, khususnya Nitrogen. Namun demikian,
hara yang diimmobilisasi ini dilepaskan kembali ke tanah kemudian bila
mikroorganisme yang bersangkutan mati dan jaringannya mengalami penguraian.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 94


Bahan organik kualitas tinggi melapuk dengan cepat. Bahan organik ini
cocok digunakan sebagai sumber hara untuk dapat digunakan tanaman yang
pertumbuhannya lebih cepat. Sinkronisasi waktu pemberian dan cara pemberian
bahan organik diperlukan agar hara-hara yang dilepas dari bahan organik dapat
diserap sebanyak-banyaknya oleh akar tanaman. Pencampuran bahan organik
dengan tanah mempercepat pelapukan bahan organik, jadi pelepasan hara dari bahan
organik ke tanah.

Bahan Organik dan Pengolahan Tanah

Pengolah tanah menyatakan bahwa tanah yang mudah dikerjakan adalah tanah yang
mudah diolah. Tanah yang mengandung bahan organik yang baik adalah tanah yang
mudah diolah. Para ahli tanah berpendapat bahwa tanah mudah diolah sebagai
variabel yang berarti mudah diremuk atau dilumat. Partikel tanah terikat bersama
dalam bentuk kepingan-kepingan kecil dalam bentuk tumpukan atau granular.
Kondisi tanah sebelum diolah dapat ditentukan melalui peremukan tanah yang
menunjukkan jenuh tidaknya tanah, sehingga dapat atau belum diolah.

Pengelolaan tanah yang bijaksana berusaha memperkaya bahan organik


tanah. Dengan menambah bahan organik, tanah mempunyai daya memegang air,
daya memegang hara yang lebih baik, disamping mempunyai struktur yang lebih
kondusif untuk perkembangan akr, dan menambah ketahanan tanah terhadap erosi.
Hara-hara tanaman dilepas secara berangsur-angsur dari bahan organik sehingga
dapat dimanfaatkan lebih baik oleh tanaman. Menambah bahan organik tanah berarti
menambah unsur-unsur hara dalam bentuk organik di dalam tanah, jadi mengurangi
kemungkinan tercucinya hara-hara tersebut dibandingkan hara-hara yang diberikan
dalam bentuk pupuk-pupuk anorganik.

Meletakkan bahan orgganik di atas tanah memperlambat pelapukan bahan


organik tersebut, jadi memperlambat pelepasan hara ke tanah dan tanaman. Jadi,
kalau bahan organik digunakan sebagai mulsa, maka penambahan pupuk lebih
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman. Bahan organik kualitas

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 95


rendah cocok digunakan sebagai bahan mulsa diatas permukaan tanah karena lama
bertahan sebagai penutup tanah. Mulsa berguna untuk memelihara kelembaban
tanah, melindungi penghancuran tanah oleh hujan yang jatuh dan membatasi erosi
tanah.

Penjelasan tentang bahan organik, humus dan yang berkaitan dengan proses
pembentukannya dapat memberikan pengertian yang luas berkaitan dengan fungsi
tanah sebagai media. Kita dapat membuat matrix dalam berbagai hal sesuai dengan
sifat-sifat tanah dan produksi pertanian.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 96


A. Indikator Penilaian

Penilaian dalam penugasan pada modul 7 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Buatlah makalah perorangan tentang peranan bahan organik terhadap
perbaikan sifat fisik dan kimia tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 97


BAB III. PENUTUP
Bahan organik berperan dalam perbaikan sifat fisik, biologi dan kimia tanah.
Sumber bahan organik dapat berupa sisa jaringan tanaman yang melapuk, kotoran
binatang yang ada dalam tanah dan pelapukan organism yang telah mati.bahan
organic yang utama adalah humus. Humus yang memperbaiki sifat tanah lainnya
termasuk sifat fisik, kimia tanah. Sumber bahan organik terbesar adalah tumbuhan.
Tumbuhan tidak saja sebagai sumber bahan organik tanah, tetapi sebagai sumber
bahan organik dari seluruh makhluk hidup.

Bahan organik berperan dalam menjaga kelembaban tanah, menyangga hara


tanaman, menstabilkan temperatur tanah, memperbaiki aktivitas mikroorganisme,
memperbaiki struktur tanah, dan mengurangi terjadinya erosi.

Kadar bahan organik dan nitrogen di dalam tanah dipengaruhi oleh


kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah, dan drainase.

Akhirnya kita menyadari bahwa bahan organik ternyata mempunyai


keunggulan dalam memperbaiki potensi tanah dan hasil tanaman.

Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung
3. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 98


MODUL 8
SIFAT BIOLOGI DASAR
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

S ecara fisik, tanah tersusun bahan mineral dan bahan organik dalam berbagai
ukuran. Partikel mengisi matriks tanah sekitar 50% ruang pori, dan sisanya
diisi air dan udara. Hal ini membentuk sistem 3 fase yaitu padatan, cair dan
gas. Hampir di semua penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik
tanah.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang sistem 3 fase, sifat fisik tanah diantaranya:
tekstur, bulk density, porositas, struktur dan agregat serta warna tanah.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami sifat-sifat fisik
dasar dari tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 99


BAB II. PEMBAHASAN

Belum semua petani memahami pentingnya dan gunanya aspek biologi tanah dan
mereka juga kurang menyadari keberadaan tanaman maupun binatang-binatang
tersebut dalam tanah. Salah satu sebab adalah sebagian besar binatang-binatang
tersebut merupakan mikroba yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop.
Perombakan bahan organik menjadi humus dilakukan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme tersebut menyerap nitrogen bebas dari tanah dan udara, yang
kemudian menghubungkannya dengan elemen lain dalam bentuk yang tersedia bagi
tanaman tinggi. Manusia (petani) tidak dapat melakukan hal ini kecuali bakteri yang
merubah bentuk nitrogen bebas dalam bentuk yang dapat larut dalam air.

Didalam tanah hidup berbagai jenis mikroorganisme yang dapat dibedakan


menjadi flora dan fauna baik makro maupun mikro. Organisme tersebut ada yang
bermanfaat dan ada pula yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Berikut
penjelasan masing-masing bagian tersebut :

Makrofauna (Gambar 1) , dapat dibedakan menjadi :

1. Hewan-hewan besar pelubang tanah


2. Cacing tanah
3. Arthropoda
4. Moluska (gastropoda)

Cacing tanah

Cacing tanah makan bahan organik mati sisa hewan atau tanaman, tidak makan
vegetasi hidup. Bahan organik dan tanah halus yang dimakan cacing kemudian
dikeluarkan sebagai kotoran (ekskresi) atau casting yang berupa agregat-agregat
berbentuk granular dan tahan terhadap pukulan air hujan serta banyak mengandung
unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Spesies cacing utama adalah : Helodrilus
caliginosus (cacing kebun), Helodrilus foetidus (cacing merah) dan Lumbricus
terrestris (cacing malam).

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 100


Arthropoda dan Mollusca

1. Crustacea
2. Chilopoda
3. Arachnida
4. Inscect

Jenis arthropoda memakan sisa tumbuhan yang membusuk dan membantu


memperbaiki tata udara tanah dengan membuat lubang kecil pada tanah. Namun ada
beberapa diantaranya yang bersifat mengganggu tanaman karena makan tumbuhan
yang hidup. Jenis moluska yang hidup di atas tanah yang penting adalah bekicot.

Gambar 1 Organisme tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 101


Mikrofauna; Protozoa dan Nematoda

Protozoa (Gambar 2) merupakan hewan bersel satu yang makan bakteri sehingga
dapat menghambat daur ulang unsur-unsur hara ataupun menghambat berbagai
proses dalam tanah yang melibatkan bakteri. Ada tiga jenis protozoa yaitu Amoeba,
Flagellata dan Chiliata. Nematoda adalah cacing yang sangat kecil seperti benang,
tidak berbuku-buku. Nematoda dibagi 3 yaitu : (1) Pradaceous, (2) Parasitik, (3)
Omnivorous. Nematoda parasit dapat menyerang semua jenis tanaman.

Gambar 2 Protozoa dan algae

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 102


Makroflora

Akar-akar tanaman mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan


unsur-unsur hara oleh akar-akar tersebut. Disamping itu akar juga mempunyai
pengaruh langsung terhadap ketersediaan unsur hara karena dapat membentuk asam-
asam organik di permukaannya yang dapat meningkatkan kelarutan unsur hara.
Ketersediaan unsur hara sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang dikeluarkan oleh
akar dan aktivitas mikroorganisme di rhizosphere.

Mikroflora

Mikroflora dalam tanah antara lain : bakteri, fungi, actinomycetes, dan algae.
Bakteri, fungi dan aktinomisetes membantu pembentukan struktur tanah yang
mantap karena kemampuannya dalam mengeluarkan zat perekat yang tidak mudah
larut dalam air.

Bakteri

Bakteri dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Autotrof, menghasilkan makanannya sendiri dari bahan anorganik misalnya


melalui fotosintesis
2. Heterotrof, mendapatkan makanannya dari bahan organik yang telah ada

Bakteri-bakteri tersebut kemudian dibagi menjadi :

1. Bakteri fotoautotrof, menggunakan energi dari sinar matahari dan karbon dari
CO2 udara untuk mendapatkan makanannya
2. Bakteri fotoheterotrof, menggunakan energi dan sinar matahari dan karbon dari
bahan organik untuk mendapatkan makanannya
3. Bakteri Chemoautotrof, menggunakan energi dari hasil oksidasi bahan
anorganik seperti N, S, Fe dan karbon dari udara untuk makanannya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 103


4. Bakteri Chemoheterotrof, menggunakan energi dan karbon dari bahan organik
untuk makanannya.

Fungi

1. Parasitik
2. Saprofitik
3. Simbiotik

Mycorhiza, yang berarti jamur akar adalah assosiasi simbiosis mycelia fungi dengan
akar tanaman tertentu (Gambar 3). Mikoriza membantu tanaman induk menyerap
unsur hara tertentu. Mikorisa ada dua macam yaitu mikorisa ektotropik dan
mikorisa endotropik.

Aktinomisetes

Secara taksonomi dan morfologi dapat digolongkan menjadi fungi atau bakteri.
Dicirikan oleh miselia yang bercabang-cabang seperti fungi. Aktinomisetes dapat
memproduksi antibiotik seperti streptomycin, aeromycin, tetramycin, dan neomycin.
Fungsi utama actinomycetes adalah dalam dekomposisi bahan organik terutama
selulosa dan jenis bahan organik lain yang resisten.

Algae

Algae (Gambar 2) mempunyai klorofil dan terdiri dari green algae, blue green
algae, yellow green algae dan diatomae. Berkembang biak pada tanah subur dan
lembab. Blue green algae dapat mengikat N udara. Pada tanah sawah yang
tergenang, algae membantu mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan
menggunakan N dari udara.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 104


Gambar 3 Beberapa bentuk fungi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 105


A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 8 ini didasarkan pada hasil kerja kelompok.
Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Jelaskan sifat-sifat biologi tanah dasar. Buatlah dalam bentuk makalah dan
dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 106


BAB III. PENUTUP

Kehidupan mikroorganisme di dalam tanah sangat penting untuk dipahami


mahasiswa dalam memahami sifat biologi tanah dasar. Mikroorganisme hidup
dalam tanah dalam bentuk mikroflora dan makrofauna. Aktivitas kehidupan
mikroorganisme dalam tanah akan mempengaruhi sifat tanah lainnya yaitu sifat fisik
dan sifat kimia tanah.

Sumber pustaka:

1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 107


MODUL 9
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

K
esuburan tanah adalah kemampuan tanah dalam meyediakan hara untuk
pertumbuhan tanaman. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kemampuan tanah menyediakan hara untuk tanaman adalah mineralogi
tanah, kapasitas tukar kation tanah, bahan organik tanah, populasi
mikroorganisme tanah.

B. Ruang Lingkup Isi

Modul ini mencakup bahasan tentang konsep tanah subur, parameter indikatif
kesuburan tanah.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami tentang
kesuburan tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 108


BAB II. PEMBAHASAN

Kesuburan alamiah sutau tanah bergantung pada banyak sedikitnya hara yang dapat
diberikan oleh bahan induk. Penyedian ini tidak dapat bertahan lama dalam sistem
kesuburan tanah diakibatkan banyaknya kebocoran yang terjadi. Oleh karena itu
sistem kesuburan tanah harus dijaga dan tingkatkan. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan dalam menjaga sistem kesuburan tanah, yaitu:

1. Mengurangi air perkolasi

2. Mengurangi laju erosi

3. Mengurangi penguapan unsur hara essensial

4. Mengurangi perubahan unsur hara tersedia menjadi unsur hara tak tersedia

5. Mengurangi kebocoran hara pada saat panen

6. Melakukan usaha pemupukan

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan


tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut ke tanah agar tanah
menjadi lebih subur. Oleh karena itu, pemupukan pada umumnya diartikan sebagai
penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah. Dalam arti luas pemupukan
sebenarnya juga termasuk penambahan bahan-bahan yang dapat memperbaiki sifat-
sifat tanah misalnya pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral
pada tanah organik, pengapuran dan sebagainya yang disebut ameliorasi.

Sebelum membicarakan berbagai bahan pupuk, sangat perlu memperhatikan


pemakaian unsur-unsur pupuk (nitrogen, fosfor dan kalium) secara tepat karena
berkaitan dengan ekonomi dan keefektifan pemupukan. Sebaiknya unsur yang
diberikan merupakan tambahan bagi unsur yang sudah ada dalam tanah, sehingga
jumlah keseluruhan N, P dan K yang tersedia bagi tanaman berada dalam
perbandingan yang tepat. Pada waktu bersamaan ketersediaan unsur esensial
lainpun harus baik. Secara singkat, keseimbangan kesuburan secara menyeluruh

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 109


harus sedemikian rupa sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman yang lebat
dan normal.

Klasifikasi Pupuk

Klasifikasi pupuk telah banyak dilakukan oleh para ahli untuk membedakan, jenis,
bahan asal dan cara/sifat kerjanya, yaitu:

Klasifikasi pupuk berdasarkan sifat kerja:

1. Pupuk langsung: pupuk-pupuk yang mengandung unsur hara tanaman dan


pengaruhnya langsung kepada tanaman, seperti pupuk N,P,K dan lain-
lainnya, juga termasuk pupuk cair.

2. Pupuk tidak langsung; pengaruh utama adalah terhadap tanah, tetapi juga
mengandung unsur hara, seperti pengapuran dan penambahan bahan organik.

Klasifikasi pupuk berdasarkan kecepatan kerja

1. Pupuk yang kerja cepat ( fast acting/fast release): pengaruhnya cepat terlihat,
contohnya pupuk yang bersifat higroskopis

2. Pupuk yang kerja lambat (slow acting/slow release): pupuk-pupuk yang


efektif hanya setelah terjadi perubahan dalam tanah.

Klasifikasi berdasarkan tipe senyawa kimia

1. Pupuk organik

2. Pupuk anorganik atau pupuk mineral: mengandung satu atau lebih senyawa
anorganik.

Klasifikasi berdasarkan menurut jumlah unsur hara

1. Pupuk tunggal: pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara
essensial.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 110


2. Pupuk majemuk: pupuk yang mengandung beberapa unsur hara, contoh
pupuk NPK.

Klasifikasi menurut jumlah yang dibutuhkan

1. Pupuk hara makro (major nutrient fertilizers): pupuk yang mengandung


unsur hara makro, yaitu: N,P,K, Ca, Mg, S dan diberikan dalam jumlah yang
lebih besar dibandingkan pupuk mikro.

2. Pupuk hara mikro: pupuk yang mengandung unsur mikro serta dibutuhkan
dalam jumlah kecil.

Klasifikasi menurut keadaan fisik

1. Pupuk padat, contohnya: urea, TSP, KCl dan lain-lain.

2. Pupuk cair

3. Pupuk gas; amoniak dan gas belerang

Dasar-Dasar Pemupukan

Dalam melakukan pemupukan ada beberapa hal yang penting diperhatikan yaitu ;

1. Tanaman-tanaman yang akan dipupuk


Penggunaan unsur hara oleh tanaman
Sifat-sifat akar
2. Jenis tanah yang akan dipupuk
3. Jenis pupuk yang akan digunakan
4. Dosis (jumlah)pupuk yang diberikan
5. Waktu pemupukan
6. Cara pemupukan
Broadcast (disebar)
Sideband

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 111


In the row
Top dressed atau side dressed
Pop up
Foliar application

Cara penyimpanan pupuk

Hal penting diperhatikan dalam menyimpan pupuk :

1. Suhu gudang janan terlalu tinggi


2. Kelembaban
3. Tumpukan jangan terlalu tinggi, max 20 karung
4. Jangan mencampur pupuk dalam satu tempat, harus dipisahkan.

Pupuk Organik

Usaha lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah
dengan pemberian pupuk organik atau pupuk kandang. Kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai
keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti
permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-
kation tanah dsb.

Pupuk kandang

Hal penting yang diperhatikan dari pupuk kandang yaitu sifat-sifat pupuk kandang
olehkarena tiap jenis hewan yang dipelihara menghasilkan pupuk kandang dengan
sifat yang berbeda-beda. Kandungan unsur hara pukan juga ditentukan oleh
makanan ternak/hewan yang diberikan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 112


Pupuk hijau

Pupuk hijau dapat diartikan sebagai hijauan muda dan dapat sebagai penambah N
dan unsur-unsur lain, atau sisa-sisa tanaman yang dikembalikan ke tanah. Pupuk
hijau sebagai pengganti pupuk kandang apabila pupuk kandang sedikit, sedangkan
tanah sangat memerlukan pupuk organik. Pupuk hijau umumnya berupa tanaman
leguminosa dan sering ditanam sebagai tanaman sela atau sebagai tanaman rotassi
untuk memanfaatkan waktu sehingga tanah tidak diberakan. Tanaman pupuk hijau
harus memenuhi syarat-syarat sbb:

1. Cepat tumbuh dan banyak menghasilkan bahan hijauan


2. Sukulen, tidak banyak mengandung kayu
3. Banyak mengandung N
4. Tahan kekeringan
5. Bila sebagai tanaman sela maka dipilih jenis yang tidak merambat

Kompos

Selain pukan dan pupuk hijau, dalam penyedian pupuk organik dapat digunakan
kompos. Kompos adalah bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat yang
terlindung dari matahari dan hujan, diatur kelembabannya dengan menyiram air bila
terlalu kering.

Pupuk organik buatan

Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang dibuat dengan teknologi tinggi
sehingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fisik dan cara
kerja seperti pupuk kimia (anorganik). Pupuk ini dapat memperbaiki sifat fisik
tanah dan biologi tanah dan dapat menyediakan unsur hara lebih cepat dan lebih
efektif seperti pupuk kimia.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 113


Pupuk daun

Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan
penyemprotan ke daun. Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar
adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga
perbaikan tanaman cepat terlihat. Unsur hara itu, unsur hara yang diberikan lewat
daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan
atau kerusakan tanah. Kekurangan pupuk yang diberikan lewat daun adalah bila
dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak. Kecuali itu, pupuk daun
tidak dapat diberikan pada tanaman yang dikonsumsi daunnya (misalnya sayuran)
atau buah yang berkulit tipis (tomat). Harga pupuk daun lebih mahal daripada
pupuk akar dan pemeberiannya memerlukan alat khusus.

Pengapuran

Dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah, pemberian kapur juga termasuk dalam
perbaikan kesuburan tanah. Pengapuran berguna untuk :

1. Menaikkan pH tanah
2. Menambahkan unsur Ca, Mg
3. Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo
4. Mengurangi keracunan Fe, Mn dan Al
5. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil-
bintil akar

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 114


A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 9 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 15 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


1. Apa yang dimaksud dengan tanah yang subur?
2. Kapan tanah perlu dipupuk?
Buatlah dalam bentuk makalah dan dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 115


BAB III. PENUTUP
Tanah yang subur berarti tanah yang sanggup mendukung pertumbuhan tanaman
dengan baik. Sifat kesuburan tanah akan sangat tergantung pada sifat tanah lainnya
termasuk sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah yang subur dapat diketahui
melalui indicator tanaman. Pertumbuhan tanaman yang baik menjadi pertanda tanah
tersebut cukup mendukung pertumbuhan tanaman dan hal ini berarti tanah tersebut
subur.

Sumber pustaka:

1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Tisdale, S. L, Nelson, W. L. and Beaton, J. D. 1990. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. Macmillan Publishing Company. New York.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 116


MODUL 10
KLASIFIKASI TANAH
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

T
anah dari satu tempat ke tempat lain berbeda-beda. Perbedaan tanah
sangat ditentukan perbedaan karakteristik tanah sehingga dikelompokkan
dalam kelas berbeda. Sistem klasifikasi di dunia cukup banyak, namun
yang banyak digunakan saat ini adalah sistem klasifikasi menurut Soil
Taxonomy (USDA, 1975). Sistem klasifikasi yang digunakan berdasarkan faktor
pembeda dan horison diagnostic (epipedon, sub-surface dan sifat penciri lainnya).

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang sistem klasifikasi tanah dan jenis-jenis tanah
utama dunia.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami klasifikasi
tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 117


BAB II. PEMBAHASAN

Sifat tanah berbeda-beda, baik warna, tekstur dan sifat lainnya. Kita akan mengenal
tanah yang berwarna hitam, merah atau bertekstur pasir, debu, liat dan lain-lain
sehingga sangat penting bagi kita untuk mengelompokkan tanah-tanah tersebut ke
dalam suatu kelompok tertentu atau perlu untuk diklasifikasikan agar dapat
dibedakan satu sama lainnya. Pengkelasan ini sangat penting artinya dalam
penentuan pengelolaan tanah sehingga tanah dapat tepat penggunaan dan
manajemennya.

Sistem klasifikasi tanah yang dikenal di Indonesia cukup beragam, namun


yang sering digunakan adalah 3 sistem yaitu :

1. Pusat Penelitian Tanah Bogor


2. FAO/UNESCO
3. USDA yang dikenal sebagai SOIL TAXONOMY (1975)

Sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor

Sistem ini merupakan hasil modifikasi dari sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957)


oleh Pusat Penelitian Tanah di Bogor pada tahun 1978-1982 (Tabel 1). Sistem ini
hanya berlaku di Indonesia, tetapi sistem ini memiliki kesamaan dengan sistem
yang berkembang di Amerika Serikat yang dipopulerkan oleh Baldwin, Kellog, dan
Throp, (1938), serta Thorp dan Smith (1949) dengan beberapa modifikasi.

Modifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah meliputi;


penghilangan warna tanah sebagai kriteria penciri pada kategori Macam. Hal Ini
dikarenakan warna tanah tidak memperlihatkan sifat lain yang nyata dari tanah.
Selain itu terjadi perubahan nama tanah dari Podsolik Merah Kuning menjadi
Podsolik, Hidrosol dan Tanah Sawah dihilangkan dalam sistem klasifikasi tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 118


Tabel 1 Klasifikasi Tanah Dudal-Soepraptohardjo dan PPT

Dudal-Soepraptohardjo Modifikasi PPT


(1957) (1978-1982)
Tanah aluvial Tanah aluvial
(endapan, alluvial soil)
Andosol Andosol
Tanah Hutan Coklat Kambisol
(Brown Forest Soil)
Grumusol Grumusol
Latosol Kambisol, Latosol,Lateritik
Litosol Litosol
Mediteran Mediteran
Organosol Organosol
Podsol Podsol
Podsolik Merah Kuning Podsolik
Podsolik Coklat Kambisol
Podsolik Coklat Kelabu Podsolik
Regosol Regosol
Renzina Renzina

Sistem FAO/UNESCO

Sistem ini dikembangkan oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), utamanya


oleh FAO dan UNESCO dalam rangka pembuatan peta tanah dunia bersekala
1:5.000.000. Sistem ini dibagi dalam 2 kategori, dimana kategori pertamanya setara
dengan great soil grup dan kategori kedua setara dengan subgroup dalam Taksonomi
Tanah USDA.

Sistem USDA

Sistem yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy
(1975) menggunakan 6 kategori yaitu Ordo (Tabel 2), Sub-ordo, Great Soil Group,
Subgroup, Family dan Seri.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 119


Tabel 2 ORDO TANAH menurut sistem Soil Taxonomy beserta sifat pencirinya masing-
masing

ORDO PENCIRI UTAMA

HORISON PENCIRI SIFAT PENCIRI LAIN

ENTISOL Epipedon okrik, histik -

INCEPTISOL Horison kambik -

ALFISOL Horison argilik Kejenuhan basa >35%

ULTISOL Horison argilik Kejenuhan basa <35%

OXISOL Horison oksik -

SPODOSOL Horison spodik -

MOLLISOL Epipedon molik KB seluruh solum >50%

ARIDISOL - Regim kelembaban aridik

VERTISOL - Sifat vertik

HISTOSOL Epipedon histik >40cm -

ANDISOL - Sifat andik

GELISOL - Sifat gelik (membeku sepanjang


tahun)

Horison penciri

Untuk keperluan klasifikasi maka dikenal 3 horison penciri yakni :


1. Epipedon/horison permukaan
2. Horison penciri bawah
3. Horison penciri lainnya/sifat penciri lainnya

Epipedon
1. Epipedon mollik
2. Epipedon umbrik
3. Epipedon histik

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 120


4. Epipedon okrik
5. Epipedon plaggen
6. Epipedon anthropik

Horison penciri bawah


1. Horison Agrik, terdapat akumulasi debu, liat dan humus
2. Horison Albik, horizon berwarna pucat, horizon E
3. Horison Argilik, horizon penimbunan liat
4. Horison Kalsik, tebal >15cm dan mengandung CaCO3 atau MgCO3 sekunder
5. Horison Kambik, warna lebih merah, indikasi lemah ada argilik atau spodik
6. Horison Gipsik, banyak mengandung gipsum
7. Horison Natrik, argilik yang banyak mengandung Na
8. Horison Oksik, tebal>30 cm, KTK <16cmol/kgliat dan KTK
eff<12cmol/kgliat, mineral mudah lapuk <10%
9. Horison Petrokalsik, horizon klasik yang mengeras
10. Horison Petrogipsik, horizon gipsik yang mengeras
11. Horison Salik,, tebal>15 cm dan banyak mengandung garam-garam mudah
larut
12. Horison Sombrik, horizon berwarna gelap, sifat seperti epipedon umbrik,
iluviasi humus tanpa Al
13. Horison Spodik, horison iluviasi seskuioksida bebas dan bahan organik
14. Horison Sulfurik, horison banyak mengandung sulfat masam, pH <3,5
15. Horison Kandik, seperti argilik, tetapi KTK<16cmol/kgliat, KTKeff<12
cmol/kgliat
16. Horison Plakik, padas tipis dari besi dan Mn

Sifat penciri lain


1. Konkresi
2. Padas
3. Sifat andik
4. Duripan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 121


5. Fragipan
6. Kontak litik
7. Kontak paralitik
8. Plintit
9. Kontak densik
10. Regim kelambaban tanah
11. Regim temperatur tanah

Perbandingan ke tiga sistem klasifikasi dari PPT Bogor, FAO/UNESCO dan


USDA/Soil Taksonomi tercantum dalam Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Penamaan Tanah menurut sistem FAO, PPT Bogor dan USDA

PPT FAO/UNESCO USDA/SOIL


TAXONOMY

1. Tanah alluvial 1. Fluvisol 1. Entisol, Inceptisol


2. Andosol 2. Andosol 2. Andisol
3. Kambisol 3. Cambisol 3. Inceptisol
4. Grumusol 4. Vertisol 4. Vertisol
5. Latosol 5. Nitosol 5. Ultisol
6. Lateritik 6. Ferralsol 6. Oxisol
7. Litosol 7. Lithosol 7. Entisol
8. Mediteran 8. Luvisol 8. Alfisol, Inceptisol
9. Organosol 9. Histosol 9. Histosol
10. Podsol 10. Podsol 10. Spodosol
11. Podsolik 11. Acrisol 11. Ultisol
12. Regosol 12. Regosol 12. Entisol
13. Rendzina 13. Rendzina 13. Rendoll
14. Ranker 14. Ranker 14. Entisol
15. Gleisol 15. Gleysol 15. Aquic subordo..
16. Planosol 16. Planosol 16. Alfisol (Aqualf)

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 122


Contoh nama tanah menurut Sistem Soil Taxonomy :

ORDO : ALFISOL

SUBORDO: USTALF

GREAT GROUP: HAPLUSTALF

SUBGROUP: LITHIC HAPLUSTALF

FAMILI: Lithic Haplustalf, halus, kaolinitik, isohipertermik

SERI: Tamalanrea

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 123


A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 10 ini didasarkan pada hasil kerja
perorangan dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Jelaskan jenis-jenis tanah utama di dunia disertai sifat-ifat tanah tersebut.
Buatlah dalam bentuk makalah dan dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 124


BAB III. PENUTUP
Klasifikasi tanah dimaksudkan untuk membagi jenis-jenis tanah menjadi kelas-kelas
yang mempunyai karakteristik yang sama akan dikelompokkan ke dalam kelas yang
sama. Pengklasifikasian tanah sangat bermanfaat dalam memahami karateristik
setiap jenis tanah yang terdapat di dunia.

Sumber pustaka:

1. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika


Pressindo. Jakarta.
2. Soil Survey Staff. 1992. Kunci Taksonomi Tanah. USDA.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 125


MODUL 11
PENGELOLAAN TANAH UNTUK
PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

P embangunan pertanian lahan kering semakin mendapat perhatian


akhir-akhir ini, ancaman kekeringan akibat iklim yang kurang
menentu, tanah yang kurang subur dan peka akan erosi, serta
terbatasnya modal dan tenaga kerja adalah kendala yang seringkali di
hadapi petani dan peternak.

Mutu sumberdaya lahan tidak menurun akibat kerusakan struktur lahan ( yaitu,
pemadatan) atau pembentukan garam, selenium, atau unsur-unsur beracun yang lain;
demikian pula berkurangnya ketebalan topsoil yang mantap akibat erosi, serta
berkurangnya kapasitas memegang air. Pengaturan sumberdaya air tersedia harus
sesuai dengan kebutuhan tanaman, dan kelebihan air dibuang melalui drainase atau
jika tidak sebaiknya banjir pada lahan dihindari. Integritas biologi dan ekologi dari
sistem harus dipelihara melalui pengelolaan sumberdaya genetik tumbuhan dan
hewan, hama tanaman, siklus nutrisi, dan kesehatan hewan. Pengembangan
perlawanan dengan pestisida harus dihindarkan. Sistem harus secara ekonomis sehat,
mengembalikan ke produsen adalah suatu keuntungan yang dapat diterima. Harapan
sosial dan norma-norma budaya sebaiknya dipenuhi, seperti halnya kebutuhan
makanan dan serat bagi populasi.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 126


B. Ruang Lingkup Isi
Modul ini mencakup bahasan tentang sistem konsepsi berkelanjutan (ekonomi
ekologi/lingkungan, sosial), implementasi di lapangan, konsep Zero degradation,
minimun external input, agricultural policy (kesesuaian lahan).

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami pengelolaan
tanah bagi produktivitas yang berkelanjutan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 127


BAB II. PEMBAHASAN

Persyaratan Karakteristik Fisik, Kimia, Dan Biologi Tanah Bagi Pertumbuhan &
Produktivitas Tanaman

Tanah dan air sebagai sumberdaya alam lahan yang terbatas luas dan kualitasnya
serta tidak dapat diperbaharui, sedangkan kehidupan dan kelangsungan hidup
manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya sangat tergantung dari hasil eksploitasi
tanah dan air. Karena itu tanah dan air yang terbatas ini perlu dikelola secara benar,
tepat dan efisien secara berkesinambungan dan berkelanjutan agar dapat
dimanfaatkan terus.
Akibat kemajuan pembangunan yang sejalan dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk, semakin meningkatnya tingkat pendapatan dan pengetahuan
penduduk, membuat semakin meningkatnya pula tuntutan kebutuhan pangan, gizi,
sandang dan papan baik jumlah maupun kualitasnya. Di lain pihak tanah dan air
terbatas keberadaannya, yang banyak tersedia adalah tanah-tanah yang termasuk
lahan marginal ataupun lahan bermasalah. Lahan marginal yang rendah
produktivitasnya ataupun lahan bermasalah, bila diusahakan produktivitasnya
mampu ditingkatkan, namun membutuhkan input biaya produksi tinggi, termasuk
input teknologi serta butuh waktu relatif lama untuk mencapai hasil yang
menguntungkan (titik impas = break even point). Inipun bila dikelola secara benar,
tepat dan efisien.
Tanah dan air adalah salah satu faktor produksi yang sifatnya tidak bergerak
dan berfungsi sebagai modal dasar, bila diusahakan selalu berorientasi pada hasil
yang menguntungkan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dicapai bila tanah dan air
dikelola secara benar, tepat dan efisien.
Tanah dan air sebagai modal dasar pembangunan untuk berbagai aspek
kepentingan, untuk berbagai sektor pembangunan. Untuk itu setiap bidang tanah
perlu diatur peruntukan dan pemanfaatannya, yang disesuaikan dengan kemampuan
tingkat kesesuaian lahan.
Tanah dan air bagian dari lingkungan, untuk itu bagaimana tanah dan air

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 128


digunakan secara optimal dan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Kerusakan
fungsi lingkungan dari tanah dan air dapat disebabkan karena kesalahan teknik
pengelolaan tanah dan air.
Tanah dan air pada setiap lokasi bervariasi (berbeda) sifat, karakteristik,
bervariasi kemampuannya/produktivitasnya, karena adanya perbedaan faktor
pembentukannya, agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tujuan penggunaan
tertentu diperlukan teknik pengelolaan tertentu pula.
Dari tahun ke tahun informasi tentang lahan kritis semakin meluas adalah
indikator adanya pengelolaan tanah dan air yang keliru. (tidak benar, tidak efektif
dan tidak efisien). Penggunaan lahan dengan teknik pengelolaan yang keliru akan
menyebabkan produktivitas tanah semakin menurun sampai ke titik hampir tidak
mampu lagi mendukung produksi (kritis) dan akhirnya menjadi tanah rusak jika
terus dikelola secara tidak benar. Hal ini terjadi karena dalam pengelolaanya tanah
diperlakukan diluar batas tingkat kemampuan lahan, sekalipun dengan input biaya
produksi yang tinggi seperti penterasan dan pengolahan tanah secara mekanis.
Kasus banjir dan kekeringan pada beberapa DAS di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin meluas dan semakin meningkat frekuensi terjadinya selama setahun.
Contoh kasus ini semakin memperkuat alasan bahwa dalam peruntukan dan
pemanfaatan lahan tidak dikelola secara benar. tepat dan efisien, termasuk
eksploitasi hutan, perladangan dan pertanian dalam arti luas dengan input perlakuan
yang terbatas untuk menjaga keawetan fungsi tanah dan air.
Kasus kelaparan/kegagalan panen di beberapa negara berkembang ataupun
pada negara miskin adalah indikator adanya kekeliruan pengelolaan tanah dan
airyang dipersyaratkan untuk mencapai produksi secara menguntungkan dan
berkelanjutan.
Tanah dan air yang berfungsi sebagai media tumbuh tanaman harus
dipersiapkan kondisinya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dilakukan dengan pengelolaan tanah dan air secara benar, tepat dan efisien
dengan teknik tertentu sesuai sifat karakterisitk tanah dan karakteritik jenis komoditi
tanaman yang akan diusahakan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 129


Fungsi tanah dan air sebagai media tempat berlangsungnya siklus air. Siklus
air dan siklus hidup mikroorganisme akan terganggu (berubah) bila tanah dan air itu
diperuntukkan, dimanfaatkan, diperlakukan melalui penerapan teknik pengelolaan
tanah dan air yang digunakan keliru atau tidak benar, tidak tepat dan tidak efisien
dan pada akhirnya menjadi lahan yang tidak lagi produktif dan berdampak terhadap
kerusakan sistem lingkungan.
Pendekatan penilaian kelestarian sumberdaya tanah telah dan air banyak
mengalami perkembangan dengan melibatkan berbagai fungsi tanah secara holistik;
tidak hanya aspek produktivitas pertanian saja. Untuk itu kegiatan penilaian
memerlukan tolok ukur yang dapat menggambarkan kecenderungan umum
perubahan kondisi tanah selama dimanfaatkan. Salah satu tolok ukur penilaian
tersebut adalah kualitas tanah.
Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator-
indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks
kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan
nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah
dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah.
Kualitas tanah berkaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah, yaitu
kemampuan tanah menyediakan hara untuk pertumbuhan tanaman. Beberapa
parameter-parameter kualitas tanah yang perlu dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Keasaman (pH)
Tanah asam dapat mempengaruhi keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman.
Agar tanah yang bereaksi asam dapat ditanami, maka keasamannya perlu
diperkecil, angka pH diperbesar dengan pemberian kapur.

2. Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam tanah dan
dibutuhkan dalam jumlah banyak. Unsur Nitrogen (N) mempunyai peranan
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan dan khususnya batang, cabang
dan daun, hijau daun serta berguna dalam proses fotosintesa. Tanah dengan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 130


kandungan Nitrogen rendah menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan
tersendat-sendat, daun kering dan jaringan mati.

3. Bahan Organik (BO)


Tanah yang mengandung Bahan Organik tinggi artinya struktur tanahnya baik,
menambah kondisi kehidupan didalam tanah karena organisme dalam tanah
memanfaatkan Bahan Organik sebagai makanan.

4. Phospor (P)
Posphor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih
dan tanaman muda. Phospor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk
pembentukkan protein tertentu, membantu asimilasi, mempercepat bunga,
pemasakan biji dan buah. Tanah yang berkurang Phospornya akan jelek
akibatnya bagi tanaman kalau tanaman berbuah, buahnya kecil dan cepat
matang.

5. Kalium (K)
Unsur Kalium berperan dalam membantu pembentukan Protein dan
Karbohidrat, memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak
mudah gugur. Kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam
menghadapi kekeringan dan penyakit. Apabila tanah dengan kandungan unsur
kalium rendah menyebabkan daun tanaman keriting, mengerut, timbul bercak
merah coklat, mengering lalu mati.

6. Ca (Kalsium)
Kalsium berperan merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan
batang dan merangsang pembentukan biji dan apabila tanah dengan kandungan
Kalsium rendah maka daun mudah mengalami klorosis. Kuncup-kuncup muda
akan mati karena perakarannya kurang sempurna, malahan sering salah bentuk.
Kalaupun ada daun yang muncul, warnanya akan berubah dan jaringan
dibeberapa tempat pada helai daun akan mati.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 131


7. Magnesium (Mg)
Tanah dengan kandungan Mg yang rendah menyebabkan daun tua mengalami
klorosis dan tampak bercak-bercak coklat. Daun yang semula hijau segar
menjadi kekuningan. Daun akan mengering dan kerap kali langsung mati. Pada
tanaman berbiji, sangat jelek pengaruhnya bila kekurangan Magnesium. Daya
tumbuh biji tidak mantap, melemah bijinya tampak lemah.

Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-unsur


hara seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Calsium, Magnesium, Sulfur, Klor, Ferum,
Mangan, tembaga, Zeng, Boron dan Molibdenum. Unsur-unsur tersebut sangat
terbatas jumlahnya dalam tanah atau terkadang tanahpun tidak mengandung unsur-
unsur tersebut di atas.

Pengelolaan Tanah Dan Air Bagi Produktivitas Tanaman Yang Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan atau pembangunan pertanian berkelanjutan pertama kali


menjadi pembicaraan dunia pada tahun 1987, tahun 1992 diterima sebagai agenda
politik oleh semua negara di dunia sebagaimana dikemukakan dalam Agenda 21,
Rio de Jeneiro. Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa pembangunan ekonomi
jangka panjang dapat dilakukan bila dikaitkan dengan masalah perlindungan
lingkungan. Pertemuan Johanesberg, Afrika Selatan (2-4 September 2002) yang
merupakan pertemuan puncak Pembangunan Berkelanjutan (World Summit On
Sustainable Development) menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan
membutuhkan pandangan dan penanganan jangka panjang dengan partisipasi penuh
semua pihak. Secara jelas dinyatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa harus mengorbankan kebutuhan dan
aspirasi generasi mendatang. Di bidang pertanian diterapkan dengan pendekatan
pembangunan pertanian berkelanjutan atau berwawasan lingkungan, yang dalam
pelaksanaannya sudah termasuk aspek pertanian organik.
Pertanian berkelanjutan memiliki kegiatan yang secara ekonomis, ekologis,
dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomis berarti bahwa suatu
kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, dan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 132


penggunaan sumberdaya serta lnvestasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis
mengandung arti, bahwa kegiatan termaksud harus dapat mempertahankan integritas
ekosistem, mernelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam
termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity). Sementara itu, keberlanjutan secara
sosial mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pernbangunan hendaknya dapat
menciptakan pemerataan hasil-hasil pernbangunan, mobilitas. sosial, kohesi sosial,
partisipasi masyarakat, pernberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembang
an kelembagaan.
Kerusakan tanah terjadi akibat: 1) Hilangnya unsur hara dan bahan organic di
daerah perakaran; 2) terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi),
terakumulasinya unsur beracun bagi tanaman; 3) penjenuhan tanah oleh air (water
logging); dan 4) erosi. Kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman
akan berkurang apabila kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut terjadi
(Riquir, 1977).
Erosi tanah merupakan masalah kerusakan tanah yang sering terjadi dan
ditemui dalam kegiatan pembukaan lahan perkebunan. Pengaruhnya bersifat
langsung (on site) dan tidak langsung (off site). Pengaruh langsung adalah
penurunan produktivitas lahan dan produksi tanaman, sedangkan pengaruh tak
langsung dapat berupa siltasi reservoir, saluran dan sungai, penurunan pasokan air,
penurunan kapasitas energi listrik, banjir, kerusakan jalan akibat longsor (landslide),
dan lain-lain.
Tanah yang tererosi terangkut aliran permukaan yang akan diendapkan di
tempat- tempat yang alirannya melambat atau berhenti di dalam berbagai badan air
seperti sungai, saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Endapan tersebut
menyebabkan pendangkalan pada badan sungai dan akan mengakibatkan semakin
sering terjadi banjir dan semakin dalam banjir yang terjadi. Berkurangnya infiltrasi
air ke dalam tanah menyebabkan berkurangnya pengisian kembali air bawah tanah
yang berakibat tidak ada air masuk ke sungai pada musim kemarau. Dengan
demikian peristiwa banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau
merupakan peristiwa lanjutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa erosi. Selain itu

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 133


peristiwa tercucinya unsur hara yang menyebabkan eutrofikasi menjadi salah satu
penyebab lain dari proses erosi.
Kerusakan sumber air terjadi berupa hilangnya atau mengeringnya mata air
berhubungan erat dengan peristiwa erosi. Menurunnya kualitas air dapat disebabkan
oleh kandungan sedimen dan unsur yang terbawa masuk oleh air yang bersumber
dari erosi, tercuci oleh air hujan dari lahan-laha pertanian, atau bahan dan senyawa
dari limbah industry atau limbah pertanian. Peristiwa ini disebut dengan polusi air.
Masuk dan mengendapnya sedimen di dalam air secara berlebihan akan
menyebabkan pedangkalan dan memungkinkan terjadinya banjir akibat
berkurangnya daya tampung air. Sedangkan masuknya unsur hara ke badan air
menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang merupakan meningkatnya unsur hara
dalam air sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman air dan mikroba. Eutrofikasi
menyebabkan menurunnya fungsi badan air seperti ikan, alur transportasi, dan
sumber air untuk konsumsi dan irigasi.
Pada setiap pembangunan pertanian apapun jenisnya, terdapat beberapa
tahapan kegiatan pengelolaan tanah dan air, yakni meliputi (1) Tahapan Penyiapan
Lahan; (2) Tahapan Penanaman; (3) Pemeliharaan; (4) Panen; dan (5) Transportasi.

1. Tahapan Penyiapan Lahan


Penyiapan lahan tidak lain adalah proses pematangan lahan, penempatan dan
pembangunan fasilitas pendukung, pengolahan tanah sampai tanah siap tanam.
Kegiatan pengelolaan tanah dan air pada tahap penyiapan lahan dapat meliputi :
a. Land Clearing
Tahap awal dari kegiatan pengelolaan tanah dan air adalah land clearing. Land
clearing adalah perlakuan pembersihan permukaan tanah dari vegetasi ataupun
tanaman pengganggu. Pada tahap penyiapan lahan kegiatan land clearing
tidak selalu digunakan, tergantung keadaan dan jenis vegetasi yang menutupi
tanah. Misalnya pada tanah-tanah yang sudah diusahakan, vegetasi penutup
tanah yang ada hanya rumput, maka pembersihan rumput dapat sekaligus
dilakukan dengan pengolahan tanah. Tetapi bila vegetasi penutup tanah adalah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 134


hutan ataupun semak belukar, land clearing mutlak diperlukan, seperti tanah
bukaan baru. Teknik land clearing tidak hanya sekedar membersihkan
vegetasi dari penutupan tanah, tetapi bagaimana kualitas land clearing ini
dapat menunjang kegiatan selanjutnya dan tidak memberi dampak negatif baik
terhadap jenis tanaman yang diusahakan maupun terhadap kerusakan tanah
akibat land clearing. Akibat kekeliruan/kesalahan land clearing dapat
membuat tanah menjadi rusak sebelum digunakan. Untuk itu teknik land
clearing yang diterapkan pada setiap kondisi lahan harus benar, tepat dan
efisien. Pemilihan teknik land clearing sangat ditentukan oleh faktor :
1) Jenis dan keadaan vegetasi penutup tanah yang ada
2) Keadaan topografi/kelerengan tanah
3) Keadaan iklim/musim
4) Jenis dan alat yang digunakan
5) Target waktu penyiapan lahan
6) Besarnya kemampuan modal untuk biaya land clearing

Secara umum teknik land clearing dapat dibagi 5, yakni :


Land clearing secara konvensional (tebang bakar)
Land clearing secara mekanik
Land clearing secara biologis
Land clearing secara kimia (Herbisida)
Kombinasi antara beberapa teknik land clearing

1) Land clearing secara konvensional


Tebang dan bakar adalah teknik land clearing pada lahan bervegetasi
hutan yang biasanya diterapkan pada sistem perladangan. Vegetasi hutan
yang ada ditebang dan setelah beberapa hari sesudah tebang lalu dibakar.
Sistem tebang dan bakar tidak dibenarkan dalam land clearing, alasannya
apa?
1) Untuk vegetasi hutan, dengan hanya penebangan pohon saja tanpa
pembersihan tanggul pohon dan perakaran yang ada, belum dapat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 135


dikatakan land clearing. Karena land clearing membersihkan vegetasi
dan sisa vegetasi baik yang ada dipermukaan tanah maupun yang ada
dalam tanah, termasuk sisa-sisa akar yang ada dalam tanah. Jadi land
clearing dengan hanya menebang pohon belum termasuk land
clearing. Lima tahun kemudian tunggul pohon dan perakaran yang
ada dalam tanah akan menjadi sumber hama dan penyakit tanaman,
terutama untuk jenis tanaman perkebunan seperti penyakit jamur
putih dan merah dan hama rayap dan kumbang. Namun untuk
pertanaman dengan sistem perladangan ancaman hama penyakit
relatif tidak berpengaruh karena setelah 2 tahun diusahakan akan
pindah ke lahan bukaan baru, selain itu jenis tanaman yang
diusahakan adalah jenis tanaman semusim.
2) Pembakaran sisa tebangan juga tidak dibenarkan.
Pembakaran sisa tebangan pada proses land clearing dapat berdampak
negativ terhadap :
Perubahan iklim mikro, yang memang sudah berubah karena
penebangan pohon.
Pembakaran sisa tanaman dapat mematikan organisme dan
mikroorganisme tanah, yang berarti dapat merubah keadaan
ekologi ataupun merubah ekosistem. Perubahan ekologi dan
perubahan iklim mikro dapat terjadi suksesi organisme dan
mikroorganisme tanah. Yakni dapat membuat terjadinya
peledakan populasi jenis organisme dan mikroorganisme tertentu
yang sebelumnya tidak menjadi hama, berubah menjadi hama dan
penyakit yang berbahaya.
Pembakaran sisa tebangan selain mengurangi suplai bahan organik
ke dalam tanah, juga dapat mempercepat hilangnya unsur hara
melalui penguapan karena pembakaran. Untuk mempercepat
waktu penanaman maka pembakaran sisa tanaman harus dilakukan
karena selain menghambat kegiatan lainnya juga dapat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 136


mengganggu pertanaman karena terjadinya persaingan dengan
kegiatan/aktivitas mikroorganisme tanah.

Pada kegiatan land clearing setelah tebangan, bila dilakukan pembakaran


atau tidak dilakukan pembakaran sama-sama mempunyai dampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi pertumbuhan tanaman.
Jika land clearing disertai pembakaran karena ingin mempercepat
pelaksanaan penanaman, sebaiknya sisa tanaman ditumpuk pada beberapa
tempat tertentu lalu dibakar, jadi tidak dibakar pada seluruh permukaan
tanah. Jika land clearing tanpa disertai pembakaran maka sisa tebangan
yang ditumpuk pada tempat tertentu lalu disemprot dengan herbisida
tertentu atau pestisida tertentu agar tidak menjadi inang hama penyakit
tertentu yang sewaktu-waktu dapat meledak populasinya.

2) Land Clearing secara mekanik dengan alat berat


Land clearing secara mekanik dengan menggunakan alat berat seperti
traktor dan buldoser adalah teknik land clearing yang paling sempurna dan
dapat diselesaikan dalam waktu relatif cepat, serta dapat mengatur waktu
penyelesaian land clearing sesuai jadwal yang direncanakan. Dikatakan
sempurna karena dengan alat berat dapat membersihkan tanah dai sisa
tebangan (tunggul batang pohon), lalu dikumpulkan/ditumpukkan pada
tempat tertentu sehingga tidak terlihat batang pohon atau sisa vegetasi
yang berserakan di permukaan tanah, seperti pada land clearing sistem
tebang bakar dengan menggunakan tenaga manusia. Karena kekuatan dan
kecepatan tertentu yang dimiliki peralatan mekanik, maka waktu
penyelesaian land clearing pada areal dengan luas tertentu dapat
direncanakan relatif tepat waktu. Terlebih untuk mencapai target luas
dalam waktu tertentu.
Selain kelebihan land clearing secara mekanik yang menggunakan alat
berat juga mempunyai banyak kekurangan bila keliru menangani
(mengaturnya), antara lain :

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 137


1) Land clearing secara mekanik dengan alat berat tidak efektif dan
efisien bila dilakukan pada lahan yang berlereng > 15 %. Jadi hanya
efektif pada tanah yang datar sampai agak miring. Untuk itu pula
pada tanah berlereng > 15 % land clearing harus dilakukan dengan
tenaga manusia.
2) Land clearing yang dilakukan pada musim hujan atau pada saat status
air tanah lebih besar dari kapasitas lapang dapat menyebabkan
terjadinya pemadatan tanah pada lapisan atas. Pemadatan tanah pada
waktu land clearing maksimum terjadi pada status air tanah
berlebihan (> Kapasita Lapang). Pemadatan tanah yang terjadi
karena land clearing berarti, berarti karena land clearing tanah
menjadi rusak sebelum digunakan. Dapat dibayangkan bagaimana
kerugian yang ditimbulkan oleh land clearing yang biaya
pelaksanaannya sangat mahal. Walaupun sempurna dan waktunya
cepat, tetapi rusak sebelum dimanfaatkan. Oleh karena itu kegiatan
land clearing tidak semudah orang bayangkan, apalagi yang mengatur
pelaksanaannya, awam mengenai pengetahuan pengelolaan tanah dan
air ataupun awam dengan pengetahuan konservasi. Kegiatan land
clearing yang diborongkan kepada kontraktor memang dapat
menyelesaikannya dengan tepat waktu dam kualitasnya
(kebersihannya) tinggi, tetapi dampak pemadatan tanah yang terjadi
tidak pernah disadari, terlebih bila pengawas dan pimpronya sendiri
tidak memiliki pengetahuan pengelolaan dan konservasi tanah, maka
harapan untuk mencapai hasil produksi optimal akan sulit tercapai.
3) Hasil land clearing yang membongkar tanah karena pencabutan
tunggul batang pohon, sehingga secara setempat-setempat muncul
lapisan sub soil di permukaan tanah. Jika vegetasi hutan yang rapat
pertumbuhannya, maka makin luas permukaan tanah yang terbongkar.
4) Land clearing secara mekanik dengan menggunakan alat berat dapat
memberi peluang terjadinya erosi. Erosi yang terjadi semakin besar

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 138


dengan semakin miringnya permukaan tanah dan semakin meningkat
lagi bila terjadi pemadatan tanah dan pembongkaran tanah.
Sedangkan land clearing tanpa pembongkaran tanah peluang
terjadinya erosi sudah besar, karena sudah terbuka tanpa
pelindung/penutupan vegetasi.
3) Teknik Land Clearing Secara Biologis
Pembersihan lahan secara konvensional maupun secara mekanik dapat
berdampak negatif terhadap tanah dan ekosistem lingkungan. Untuk itu
yang paling tepat adalah teknik land clearing yang sifatnya ramah
lingkungan, dalam hal ini secara bilogis. Hanya saja, land clearing secara
biologis ini hanya efektif pada lahan yang bervegetasi rumput alang-alang
ataupun jenis rumput lainnya, utamanya pada tanah berlereng. Sedang
untuk lahan bervegetasi hutan ataupun jenis pepohonan tingkat tinggi,
land clearing secara biologis tidak dapat diterapkan. Namun sesudah
pembersihan pohon, lalu diberikan teknik land clearing secara biologis
utamanya untuk menekan rumput atau gulma yang akan tumbuh.
Teknik land clearing secara biolgis tidak lain adalah teknik penanaman
tanaman penutup tanah (cover crop) dari famili leguminosa seperti
Calopogonium, Centrosoma, Stilosantus, Mucuna dan sebagainya.
Keuntungan land clearing secara biologis meliputi :
1) Rumput alang-alang yang ada tidak dibersihkan dari permukaan
tanah, jadi tanah tetap terlindung/tertutup oleh rumput alang-alang,
yang dibersihkan hanya alur tempat penanaman tanaman cover crop
selebar 30 cm. Jarak antar barisan alur 2 3 cm. Bila tanah
berlereng, arah alur penanaman searah garis kontur. Dengan masih
adanya rumput yang menutupi tanah, maka tanah masih tetap
dilindungi dan tanaman pokok yang direncanakan sudah bisa ditanam
(jenis tanaman perkebunan).
2) Jenis tanaman cover crop yang sudah tumbuh dan menekan rumput
secara bertahap (melilit, menaungi rumput alang-alang) sehingga

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 139


tidak dapat berfotosintesa dan akan mati.
3) Jenis tanaman cover crop berfungsi konservasi selain menekan
rumput/gulma.
4) Jenis tanaman cover crop bersama sisa rumput alang-alang yang
tertekan menjadi sumber bahan organik yang mensuplai tanah secara
berkelanjutan sampai tanaman pokok yang diusahakan kembali
menaungi tanaman penutup tanah.
5) Jenis tanaman cover crop dapat mempertahankan ataupun lebih
memperbaiki iklim mikro tanah untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pokok.
6) Dengan semakin baiknya kondisi iklim mikro tanah dan semakin
besarnya konstribusi bahan organik berarti dapat menjaga
keseimbangan kelangsungan hidup organisme dan mikroorganisme
tanah.
7) Konstribusi bahan organik tanaman penutup tanah dapat memperbaiki
sifat biologis, fisik dan kimia tanah.
8) Land clearing secara biologis dapat menekan biaya land clearing
maupun biaya pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan.

Walaupun teknik land clearing secara biologis sangat menguntungkan


tetapi juga mempunyai kekurangan meliputi :
1) Tidak dapat diterapkan pada lahan bervegetasi hutan.
2) Relatif lambat, butuh waktu relatif lambat untuk menekan rumput
alang-alang.
3) Dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tertentu.
4) Tidak semua jenis tanah sesuai untuk jenis tanaman cover crop seperti
tanah yang sangat masam ataupun tanah yang berdrainase jelek.
4) Teknik Land Clearing Secara Kimia
Land clearing secara kimia yakni pembersihan vegetasi penutup tanah
secara kimia seperti penyemprotan herbisida. Tentunya teknik land

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 140


clearing efektif untuk lahan dengan vegetasi rumput seperti rumput alang-
alang dan tentunya tidak efektif atau tidak diterapkan pada lahan yang
bervegetasi hutan. Untuk keefektifan penggunaan suatu teknik land
clearing sangat ditentukan oleh jenis vegetasi yang ada dan semuanya
bermuara ke pertimbangan ekonomi lebih efisien dan pertimbangan
lingkungan tidak merusak. Yang jelas teknik land clearing secara kimia
jika keliru perencanaannya tentunya akan berdampak negatif terhadap
ekosistem ataupun secara ekonomi tidak menguntungkan karena input
biaya bisa lebih tinggi dari penggunaan teknik land clearing lainnya.
Teknik land clearing secara kimia biasanya diterapkan pada lahan yang
sudah dibuka atau lahan yang sudah dimanfaatkan ataupun pada lahan
baru akan dibuka, tetapi vegetasinya adalah rumput alang-alang. Dampak
negatif yang bisa ditimbulkan akibat land clearing secara kimia antara
lain:
1) Bahan kimia yang digunakan selain dapat mematikan perumputan
ataupun gulma juga dapat mematikan beberapa jenis organisme dan
mikroorganisme tanah, sehingga dapat membuat keseimbangan
ekologi dapat terganggu.
2) Bahan kimia yang digunakan bila tidak dapat terurai sempurna
tentunya dapat terakumulasi dalam tanah.
3) Bahan kimia yang digunakan yang selektif sifatnya, dapat membunuh
jenis gulma yang muncul sebagai tanaman pengganggu.
Kelebihan land clearing secara kimia tidak dilakukan pembersihan
vegetasi rumput, dengan demikian tanah tetap tertutupi rumput. Ancaman
kerusakan tanah karena erosi masih dapat dihindari, walaupun penanaman
tanaman pokok dilakukan. Keuntungan lainnya, suplai bahan organik dari
vegetasi rumput yang telah mati.
5) Kombinasi Teknik Land Clearing
Kadang penerapan teknik land clearing tidak memuaskan karena kondisi
lahan yang kompleks sehingga perlu dikombinasikan dengan teknik land

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 141


clearing yang lain. Seperti kombinasi antara teknik land clearing secara
mekanik akan efektif bila disertai teknik land clearing secara kimia atau
secara biologis. Utamanya untuk pencegahan tumbuhnya kembali gulma
untuk jangka waktu minimal tanaman pokok yang telah ditanam sudah
tumbuh dan sudah cukup bersaing dengan gulma.
Pada lahan bervegetasi rumput alang-alang yang diland clearing secara
mekanik karena pertimbangan waktu penyiapan lahan yang mendesak
dilaksanakan pada musim hujan, kadang disertai penyemprotan herbisida
untuk menekan rumput yang tumbuh kembali.
Pada lahan bervegetasi hutan dan mempunyai kelerengan lebih 15 %,
tentunya sudah sulit diaplikasikan land clearing secara mekanik, lebih
tepat bila dilakukan land clearing secara konvensional (tebangan dengan
menggunakan tenaga manusia menggunakan Chainsaw), disertai land
clearing secara biologis, tanpa pembakaran sisa tebangan ataupun
pembakaran terbatas pada tempat-tempat tertentu. Salah satu contoh land
clearing secara mekanis disertai cara biologis (tanaman cover crop) pada
lahan bervegetasi hutan dengan kelerengan lebih 15 % untuk penanaman
jenis tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, cengkeh, karet,
kopi dan sebagainya, dengan tahapan sebagai berikut :
1) Pohon ditebang dengan arah pemotongan dibuat searah garis kontur,
agar pohon rebah memanjang searah garis kontur (melintang arah
kemiringan). Batang pohon terletak melintang di permukaan tanah
searah kontur, yang berarti batang pohon hasil tebangan berfungsi
sebagai teras yang menahan arus aliran permukaan.
2) Pohon hasil tebangan dipotong lagi menajdi beberapa potongan yang
diperkirakan bisa diangkat oleh tenaga manusia. Cabang dan ranting
dipisah dari batang utama. Cabang dan ranting dipotong kecil-kecil
sepanjang 1 meter atau kalau bisa lebih pendek lebih baik.
3) Semua hasil tebangan pohon-pohon dikumpulkan secara strip kontur
selebar 1/2 meter 1 meter. Jarak antara strip tergantung

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 142


kelerengan dan panjang lereng serta jenis tanaman pokok yang akan
ditanam. Hasil tebangan pohon yang diletakkan secara strip kontur
dapat berfungsi teras untuk mengantisipasi ancaman erosi karena
tanah mulai terbuka. Kalau pembakaran harus terpaksa dilakukan
karena alasan tertentu, seperti waktu tanam yang mendesak, maka
yang dibakar hanya hanya ranting/cabang hasil tebangan yang
biasanya menghalangi kelancaran kegiatan pertanaman dan dilakukan
hanya pada strip yang telah dibuat. Batang pohon yang berdiameter
lebih 30 cm sangat efektif menahan erosi, bila diletakkan searah garis
kontur.
4) Penanaman tanaman penutup tanah jenis legum diletakkan secara
strip persis bagian bawah lereng dari peletakan sisa tebangan yang
juga dalam strip searah garis kontur.
5) Fungsi konservasi tanaman cover crop

Kaitan land clearing dengan pengelolaan tanah dan air antara lain:
1) Setiap penggunaan lahan utamanya di sektor pertanian, mutlak
diperlukan land clearing utamanya lahan bervegetasi hutan,
merupakan tahapan awal dari tindakan pengelolaan tanah dan air.
2) Land clearing termasuk kegiatan pengelolaan tanah dan air yang
butuh biaya relatif tinggi dan pada kondisi lahan tertentu dapat
menjadi biaya investasi yang tinggi dibandingkan tahapan kegiatan
pengelolaan tanah dan air.
3) Waktu pelaksanaan land clearing relatif lama dan pada kondisi lahan
tertentu termasuk kegiatan yang membutuhkan waktu terlama
dibandingkan tahapan kegiatan pengelolaan lainnya.
4) Kegiatan land clearing tidak sekedar membersihkan vegetasi
dipermukaan saja tetapi termasuk tunggul batang dan perakaran yang
ada dalam tanah, tunggul batang pohon dan akar yang tidak
dibersihkan, 4 - 5 tahun kemudian dapat menjadi sumber hama

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 143


penyakit bagi tanaman pokok yang dapat mematikan (mati berdiri)
akibat serangan jamur/fungi (putih/merah) atau rayap dan hama
kendi/kumbang pada perakaran tanaman pokok yang diusahakan dan
nampak setelah umur tanaman 4 - 5 tahun. Jika terjadi hal demikian
berarti sangat fatal atau menimbulkan kerugian yang besar karena
tanaman mati berdiri setelah berumur 4 - 5 tahun. Utamanya penyakit
jamur putih/merah yang berada dalam tanah sangat sulit diberantas.
Bila dilakukan penggantian tanaman, dengan kata lain penanaman
ulang percuma saja karena tetap akan dimatikan oleh jamur merah
atau putih. Salah satunya jalan diadakan penggantian jenis komoditi
yang tidak dipengaruhi oleh penyakit jamur putih. Salah satu contoh
kasus, kesalahan land clearing pada perkebunan karet di Kabupaten
Mamuju, yang membuat ratusan hektar per tahun yang mengalami
kematian setelah berumur 5 tahun. Untuk itu perkebunan karet yang
telah ditanami seluas 2000 ha terpaksa dikonversi menjadi
perkebunan sawit. Tanaman sawit termasuk salah satu jenis tanaman
yang toleran terhadap penyakit jamur putih dan merah (resisten).
Untuk itu pengolahan land clearing harus dilaksanakan secara benar
efektif dan efisien.
5) Akibat pengelolaan land clearing yang keliru dapat membuat tanah
menjadi rusak sebelum dimanfaatkan dan kalau ini terjadi maka
sangat fatal yakni sangat merugikan. Hal ini sering terjadi pada
banyak proyek pembangunan (seperti proyek transmigrasi), yang
awalnya berdasarkan hasil survey evaluasi kebanyakan lahan
termasuk sangat berpotensi, namun setelah ditempati warga trans
(digunakan) menjadi tidak produktif. Ternyata setelah ditelusuri
faktor penyebabnya adalah kekeliruan pada proses land clearing.
Untuk itu land clearing mencapai target luas sesuai target waktu yang
diterapkan perlu direncanakan secara benar dan tepat.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 144


Kerusakan tanah yang dapat terjadi karena land clearing adalah sebagai
berikut:
a) Periode/tenggang waktu yang selalu lama antara waktu, sesudah land
clearing dan waktu penanaman (pembangunan) membuat selalu
terbuka tanpa pelindung. Untuk itu peluang waktu tanah mengalami
erosi besar terlebih pada lahan berlereng.
b) Terjadi pemadatan tanah kalau land clearing dilakukan secara
mekanis dengan alat berat pada musim hujan.
c) Terjadi pembongkaran tanah pada tempat-tempat tertentu dari pohon
yang dirobohkan bersama perakarannya.
d) Terjadi perubahan iklim mikro.
e) Aktivitas kegiatan dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme
dan bahan organik berlangsung intensif, membuat kadar bahan
organik merosot lebih cepat.

b. Land Lavelling
Tahapan kedua pengelolaan tanah dan air untuk pembangunan pertanian
adalah land lavelling. Sesudah land clearing dilakukan kegiatan land lavelling
yakni meratakan permukaan tanah sampai datar. Pada tanah yang tergolong
datar secara mikro permukaan tanah itu tidak ada yang 100% datar, tetapi
berombak sampai bergelombang. Untuk penggunaan lahan tertentu seperti
pencetakan sawah, pembuatan tambak, rumah, atau bangunan. Dengan
demikian dalam penggunaan lahan utamanya tanah bukaan baru tidak selalu
diperlukan land lavelling tergantung peruntukannya. land lavelling dengan
mempergunakan alat berat sepertiGrader atau buldoser mengupas bagian
tanah yang lebih tinggi dan menimbun bagian tanah yang lebih rendah
sehingga permukaan tanah menjadi datar (cut and fill). Karena terjadi
pengupasan dan penimbunan tanah maka permukaan tanah baru adalah lapisan
sub soil yang rendah kesuburannya, yang bila ditanami tentunya hasil yang
akan diperoleh tidak seperti tanah yang sebelum land lavelling.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 145


Pada lahan yang tergolong datar (0 % - 3%) namun kondisi mikro topografi
termasuk berombak/bergelombang membuat setempat-setempat akan
tergenang bila hujan ataupun diberi air irigasi, dan lahan demikian drainase
permukaannya sangat jelek. Dengan demikian land lavelling diperlukan pada
lahan dengan drainase permukaan lambat karena kondisi mikro topografinya.
Tujuan dan kepentingan land lavelling:
1) Meratakan permukaan tanah untuk kepentingan usaha pertanian jenis
tanaman semusim, perumahan, pencetakan sawah, tambak, pembuatan
sistem irigasi permukaan.
2) Meratakan permukaan tanah untuk memperbaiki drainase permukaan.
3) Meratakan permukaan tanah dapat memperlancar kegiatan kelangsungan
pertanaman untuk skala besar dengan mempergunakan alat mekanis
4) Pengaturan jarak tanaman utnuk mencapai populasi tanaman dalam
jumlah optimal.
Disamping keuntungan land lavelling, semua hubungan dengan land clearing,
jika keliru dikelola akan berdampak negatif antara lain:
1) Land lavelling dengan mempergunakan alat berat yang dilakukan pada
musim hujan dapt menyebabkan pemadatan tanah.
2) Land lavelling yang mekanisme kerjanya mengupas dan menimbung (cut
and fill) tanah, dapat membuat lapisan sub soil yang menjadi permukaan
tanah, berarti dapat menurunkan produktifitas.
3) Land lavelling membutuhkan anggaran yang besar dan waktu relatif lama
sehingga memperbesar input biaya produksi.

c. Land Cleaning
Land cleaning menghaluskan permukaan tanah yang miring, sama dengan land
levelling tidak semua lahan setelah land clearing diperlukan land cleaning.
Permukaan tanah berlereng yang tidak mulus untuk jenis tanaman semusim
yang dilakukan secara mekanis perlu dimuluskan (diperhalus) agar alat
mekanis dapat lebih lancar bergerak dengan barisan yang lurus (mulus).

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 146


d. Pengolahan Tanah (Soil Tillage)
Kegiatan pengolahan tanah dilakukan setelah land clearing, land levelling,
land cleaning dan setelah pembangunan fasilitas pendukung seperti jalan,
saluran drainase/irigasi. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanik pada
tanah sebagai upaya memanipulasi kondisi tertentu tanah untuk menghasilkan
seedbed dan rootbed yang optimal untuk mendukung start awal pertumbuhan
sampai mencapai produksi.
Seedbed adalah hasil kualitas olahan tanah yang optimal mendukung
perkecambahan tanaman, termasuk untuk tempat persemaian ataupun untuk
pertanamn yang menggunakan benih (biji) yang langsung ditanam seperti jenis
kacang-kacangan, jagung dan sebagainya. Untuk jenis tanaman ini seedbed
langsung berfungsi rootbed. Rootbed adalah kualitas hasil olahan tanah yang
optimal mendukung pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran
tanaman. Rootbed untuk persyaratan kebutuhan jenis tanaman semusim dan
kebutuhan tanaman tahunan sangat berbeda.
Rootbed untuk kebutuhan tanaman semusim, seluruh atau sebagian permukaan
tanah diolah, makin singkat umur suatu tanaman makin sempit dan dangkal
sistem perakarannya dan makin halus, untuk itu semakin ideal kondisi rootbed
yang dibutuhkan. Namun kondisi ideal rootbed tidak selalu dengan
pengolahan tanah yang intensif. Sedangkan rootbed untuk jenis tanaman
tahunan adalah pembuatan lubang tanaman, dengan kata lain kualitas rootbed
untuk jenis tanaman tahunan ditentukan oleh besarnya ukuran lubang dan
kualitas media yang dijadikan sebagai bahan untuk menimbun lubang
tanaman.
Untuk itu pengelolaan tanah dan air dalam kaitannya dengan pengolahan tanah
untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal pada prinsipnya harus
benar, tepat dan efisien. Persyaratan pengolahan tanah yang benar, tepat,
efisien untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal banyak faktor yang
harus dipertimbangkan, yakni meliputi:

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 147


1) Sifat karakteristik jenis tanaman yang diusahakan
2) Karakteristik lahan yang dijadikan lokasi penanaman
3) Teknik pengolahan yang tepat, benar dan efisien
4) Luas tanah yang diusahakan
5) Waktu tanam yang direncanakan
6) Fasilitas pendukung yang ada
7) Bentuk dan desain pertanaman yang direncanakan
8) Sistem pertanaman yang diterapkan
9) Permodalan (anggaran biaya)

Sebelum lebih jauh menguraikan faktor yang menentukan untuk


menghasilkan kualitas hasil olahan (seedbed/rootbed) yang benar, tepat dan
efisien, perlu dikaji secara detail apa yang sesungguhnya menjadi tujuan dan
kepentingan pengolahan tanah, serta apakah ada dampak negatif yang
diakibatkan karena pengolahan tanah.
Secara umum tujuan dan kepentingan pengelolaan tanah adalah untuk
mencapai kondisi yang ideal (optimal) agar perkecambahan benih dapat
berlansung cara optimal dan untuk mencapai kodisi yang optimal bagi
kemudahan pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran yang optimal
menyerap air, unsur hara, O2 agar dapat menopang pertumbuhan dan
perkembangan bagian atas tanaman (bila lingkungan atmosfer optimal) yang
seimbang dan selanjutnya dapat memberi hasil yang optimal sesuai yang
diharapkan. Dengan demikian pengolahan tanah tidak lain adalah usaha
manipulasi kondisi tanah yang jelek (yang tidak dapat mendukung
perkecambahan dan pertumbuhan/perkembangan akar secara optimal) atau
yang kurang mendukung perkecambahan dan pertumbuhan/perkembangan
sistem perakaran.
Memperhatikan tujuan dan kepentingan pengolahan tanah untuk
menunjang keberhasilan usaha pertanian, namun pengolahan tanah dapat
membuat terjadinya kerusakan tanah sebagai akibat dampak negatif dari

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 148


pengolahan tanah. Tentu saja tidak berarti bahwa satu kali pengolahan tanah
dapat langsung merusak tanah, tetapi pengolahan tanah secara terus menerus
dapat menurunkan fungsi produksi tanah sampai pada tingkat tanah tidak lagi
mampu dapat berfungsi. Untuk itu pengolahan tanah yang dilakukan secara
tidak benar dan tidak efektif secara terus-menerus dapat menurunkan fungsi
tanah. Jadi tanah dikatakan rusak karena pengolahan tanah bila tanah tersebut
tidak lagi berfungsi sebagai faktor produksi. Untuk itu pula dapat
dipertanyakan mengapa pengolahan tanah dapat menurunkan fungsi produksi
tanah atau merusak tanah. Untuk mengetahui hal ini maka perlu ditelusuri apa
yang terjadi pada tanah karena pengolahan tanah.
1) Setiap pengolahan tanah membuat tanah terbuka tanpa pelindung dan
bila terjadi hujan berarti dispersi tanah akan terjadi oleh pukulan tetesan
hujan. Dispersi tanah secara fisik oleh pukulan hujan berarti terlepasnya
ikatan agregat tanah (struktur tanah) yang berarti pula mudah hanyut
atau mudah terangkut bila bersamaan terjadi aliran permukaan dan
akhirnya erosi dapat berlangsung.
2) Tindakan pengolahan tanah dengan alat pengolah tanah sebenarnya
terjadi dispersi secara mekanik. Pembongkaran tanah dan penghancuran
struktur tanah menjadi hasil olahan sebagai seedbed/rootbed adalah
struktur tanah yang berukuran lebih halus. Jadi perlakuan pengolahan
tanah, tanah sengaja dilepaskan dari ikatan struktur yang ada secara
mekanik melalui alat pengolahan tanah. Bila pengolahan tanah lebih
sering dilakukan secara intensif berarti semakin sering pula dispersi
mekanik terjadi. Dispersi secara mekanik akan dipercepat lagi oleh
dispersi fisik dari pukulan tetesan air hujan dan selalnjutnya mudah
dihanyutkan oleh aliran permukaan bila curah hujan yang terjadi
melampau daya infiltrasi.
3) Pengolahan tanah yang memperbaiki kondisi tanah tidak hanya
mendukung perkecambahan dan pertumbuhan/perkembangan perakaran
tanaman, tetapi juga memberi kondisi yang baik untuk mendukung

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 149


aktivitas organisme dan mikroorganisme tanah dalam proses
dekomposisi bahan organik termasuk humus. Dengan demikian
pengolahan tanah dapat menurunkan kadar bahan organik tanah.
Semakin sering dan semakin intensif pengolahan tanah semakin cepat
pula kadar bahan organik tanah menurun, bila tidak ada tambahan/suplai
bahan organik ke dalam tanah. Jika kadar bahan organik tanah menjadi
rendah maka ikatan partikel dan ikatan agregat tanah semakin lemah.
Ikatan agregat yang lemah berarti ikatan struktur tanah menjadi labil dan
selanjutnya semakin mudah terdispersi, berarti semakin mudah pula
tererosi. Bahan organik tanah dalam bentuk humus adalah bahan
pengikat/perekat partikel/agregat yang paling mantap yang membuat
struktur tanah menjadi mantap dan selanjutnya membuat tanah resisten
terhadap erosi. (Bahan pengikat partikel/agregat tanah yang lain?).
4) Setiap tindakan pengolahan tanah membuat terjadinya pemadatan tanah
tepat di bawah tapak alat pengolah yang digunakan dari :
Plow sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui
tapak alat bajak.
Harrow sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui
tapak alat penggaruk tanah (harrow).
Subsoiler sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui
tapak alat subsoiler.

Pemadatan tanah akibat pengolahan tanah terutama bila dilakukan


secara mekanis tidak hanya disebabkan oleh tekanan (gaya berat) dari alat
pengolah yang bertumpuk tepat di bawah tapak olah, tetapi pemadatan juga
terjadi karena tekanan dan gaya berat dari kendaraan yang digunakan yang
bertumpuk pada roda/ban. Pemadatan tanah yang diakibatkan tapak roda/ban
kendaraan disebut traffick sole. Dengan demikian pemadatan tanah karena
pengolahan tanah secara mekanis dapat disebabkan karena alat pengolah dan
karena roda/ban kendaraan. Pemadatan tanah yangh ditimbulkan karena

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 150


pengolahan tanah kurang mendapatkan perhatian karena tidak nampak.
Pemadatan tanah akan semakin meningkat dengan semakin rendah
kadar bahan organik tanah maka semakin rendah pula daya dukung mekanik
tanah.
Pemadatan tanah akibat pengolahan tanah dapat merusak fungsi tanah
baik sebagai faktor produksi maupun fungsinya sebagai tempat
berlangsungnya siklus hara. Siklus hidup organisme/mikroorganisme tanah,
serta fungsinya sebagai salah satu mata rantai berfungsinys siklus hidrologi
dan fungsi sebagai bagian dari lingkungan. Yang jelas bahwa adanya
pemadatan tanah akibat pengolahan tanah berarti dapat membatasi
pertumbuhan/perkembangan sistem perakaran, dapat menghambat perkolasi
tanah, membatasi kedalaman lapisan olah, dapat memperbesar aliran
permukaan, pada tanah relatif datar pemadatan tanah dapat memperburuk
drainase tanah dan membuat tanah mudah tergenang. Untuk pemadatan tanah
akibat pengolahan tanah yang keliru (tidak benar dan tidak tepat) dapat
menurunkan produktivitas tanah ataupun menurunkan fungsi produksi tanah
yang berarti dapat merugikan karena selain karena hasil produksi yang
diperoleh semakin rendah, juga rugi karena pengolahan tanah termasuk salah
satu input biaya produksi yang tergolong tinggi. Bila demikian maka akan
muncul pertanyaan, pengolahan tanah tidak diperlukan karena akan merusak
tanah ?
Pemadatan tanah karena pengolahan tanah untuk pencetakan sawah
baru ataupun untuk persawahan yang ada justru menghendaki terjadinya
pemadatan. Semakin padat tanah pada lapisan di bawah lapisan olah pada
tanah sawah semakin menguntungkan dan semakin sesuai untuk
pengembangan padi sawah. Pembentukan lapisan tanah padat tepat di bawah
lapisan olah sengaja dibentuk. Teknik pengolahan tanah (soil tillage) yang
benar, efektif, efisien dan optimal.
Pengolahan tanah yang benar, efektif dan efisien serta optimal untuk
mendukung pertumbuhan dan pencapaian hasil produksi dan tidak

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 151


menimbulkan terjadinya kerusakan tanah, serta dengan biaya pengolahan
seminimal mungkin dalam waktu yang tepat sesuai jadwal waktu dan target
luas yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah, banyak
faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain :

1) Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan meliputi karakteristik iklim, topografi/kelerengan,
keadaan batuan serta karakteristik vegetasi dan tanah serta fasilitas.
a) Kaitan pengolahan tanah dengan karakteristik iklim, utamanya curah
hujan bulanan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan pada
bulan-bulan kurang hujan ataupun sama sekali tidak ada hujan.
Kondisi air tanah berlebihan karena hujan memperlambat kegiatan
pengolahan tanah dan kualitas hasil olahan yang jelek terutama bila
kadar liat tanah semakin tinggi (kenapa?).
b) Kaitan topografi/kelerengan dengan pengolahan tanah. Tanah dengan
kelerengan > 15 % , tidak lagi dianjurkan untuk diolah secara
mekanis karena selain ancaman terjadinya kerusakan tanah juga
karena bahaya terbaliknya kendaraan pengolah yang digunakan, pada
prinsipnya pengolahan tanah pada tanah berlereng yang penting
adalah arah pengolahan tanah.
Arah pengolahan tanah pada tanah berlereng dilakukan searah garis
kontur (tidak harus persis arah kontur) atau arah memotong kemiringan
permukaan tanah, terutama bila diolah dengan alat bajak. Hasil olahan
dengan alat bajak atau berbentuk alur (dead fureous) dengan guludan
(back fureous).
Terbentuk dead fureous yang searah dengan kemiringan lereng, berarti
sengaja membuat alur tempat air mengalir. Yang berarti pula membuat
konsentrasi aliran permukaan terjadi, selanjutnya menjadi kuat untuk
mengikis dan mengangkut tanah ke arah bawah lereng. Untuk itu arah
pengolahan tanah pada tanah berlereng sangat penting diperhatikan karena

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 152


dampak pengolahan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah karena erosi
akan besar pengaruhnya. Ancaman erosi akan semakin besar bila disertai
pemadatan tanah melalui tapak olah, karena perkolasi air akan terhambat.
Untuk tanah datar arah pengolahan tanah tidak berpengaruh terhadap
ancaman erosi karena aliran permukaan walaupun diolah dengan alat
bajak.

2) Kaitan kondisi vegetasi dengan pengolahan tanah.


Keadaan vegetasi penutup tanah akan lebih banyak berpengaruh terhadap
waktu penyelesaian pengolahan tanah untuk siap tanam, untuk jenis
vegetasi hutan yang rapat, sebelum diolah harus di-land clearing. Setelah
land clearing pengolahan tanah tidak perlu intensif karena struktur tanah
tergolong remah dan mudah diolah, bahkan tidak perlu diolah bila belum
terdapat rumput pengganggu yang tumbuh setelah land clearing. Untuk
itu harus diatur secara tepat waktu land clearing, waktu pengolahan tanah
dengan waktu tanam, relatif tenggang waktunya tidak lama terlebih pada
awal musim pelaksanaannya.
Keadaan vegetasi rumput alang-alang, tidak perlu dilakukan land clearing,
bisa langsung diolah. Waktu yang diperlukan untuk pengolahan tanah
yang bervegetasi alang-alang diperlukan waktu yang lebih lama, Untuk
menghasilkan seedbed dan rootbed yang optimal. Pengolahan tanah yang
bertujuan menekan alang-alang diperlukan waktu relatif lama. Alat yang
digunakan untuk mengolah adalah bajak, yakni dilakukan pembalikan
tanah untuk mengangkat Rhizome (batang dalam tanah dari alang-alang),
kemudian dibiarkan tujuh hari sampai sepuluh hari agar alang-alang
tertekan pertumbuhannya selanjutnya dibalik kembali dengan bajak lagi
dan dibiarkan lagi 7 10 hari lalu disisir dengan alat harrow sebanyak 2
kali untuk melepaskan Rhizome dan mengeluarkan dari areal hasil olahan
tanah. Selanjutnya dibiarkan lagi selama 7 10 hari baru dibuat paritan
tempat peletakan benih atau bibit. Pengolahan tanah yang bervegetasi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 153


alang-alang tidak diperkenankan mengolah pada musim hujan dan untuk
pengolahan pertama harus dibajak dulu. Alat rotavater tidak
diperkenankan karena akan banyak memotong-motong Rhizome menjadi
ruas-ruas kecil yang sulit dibersihkan akan lebih memperbanyak anakan
baru dari setiap ruas yang terpotong. Pengolahan tanah bervegetasi alang-
alang akan lebih sulit dilakukan dan lebih lama waktu dibutuhkan bila
struktur tanah kompak dan memadat seperti tanah-tanah vertisol
(Grumosol dan Gley humus rendah).

3) Karakteristik tanah kaitannya dengan pengolahan tanah.


Hasil olahan tanah untuk menghasilkan seddbed dan rootbed ditentukan
dan dipengaruhi oleh karakteristik tanah itu sendiri. Utamanya
menyangkut sifat fisik dan biologis tanah. Semua elemen/unsur fisik
tanah yang mempengaruhi sifat fisik tanah yang saling berkaitan, dengan
karakteristik jenis tanaman yang diusahakan menentukan jenis kendaraan,
jenis alat pengolah, intensitas pengolahan tanah, frekuensi/interval,
dalamnya pengolahan untuk menghasilkan seedbed dan rootbed.
Komponen faktor fisik tanah berkaitan dengan mudah tidaknya tanah
diolah untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal sesuai
kebutuhan persyaratan tumbuh tanaman, dalam hal ini untuk
menghasilkan kualitas hasil olahan tanah. Sedangkan keadaan fisik tanah
yang membuat kondisi tanah mudah tidaknya tanah diolah berkaitan
dengan jenis kendaraan, jenis alat pengolah, intensitas pengolahan tanah,
frekuensi/interval waktu pengolahan, berapa dalamnya tanah bisa diolah
serta waktu tepat untuk diolah. Kesulitan atau kemudahan tanah diolah
selain ditentukan oleh kondisi fisik tanah juga ditentukan oleh fasilitas
pendukung, dalam hal ini infrastruktur pertanian yang ada. Kesemuanya
akan menentukan pencapaian target yang direncanakan meliputi target
luas, waktu penyelesaian dan kualitas hasil olahan yang optimal dan
anggaran biaya seminimal mungkin yang digunakan untuk

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 154


mencapai/mendukung hasil produksi yang berkelanjutan, (Dengan
kerusakan tanah seminimal mungkin).
Interaksi antara elemen/unsur penyusun fisik tanah menentukan kondisi sifat
fisik tanah dan selanjutnya menentukan sifat olahan tanah. Bila dikaji lebih
jauh mengenai kondisi sifat fisik tanah yang menentukan sifat olahan tanah,
yakni :
1) Kelekatan Tanah
Kelekatan tanah dengan alat pengolah dapat membuat alat pengolah
menjadi lamban bergerak, atau untuk bergerak diperlukan tenaga atau
daya tarik lebih dari pada kondisi tanah yang tidak melekat. Tanah
melekat pada alat pengolah karena daya adhesi yang sangat kuat dan ini
tercapai pada kondisi status air tanah antara kapasitas lapang dan titik
jenuh. Pada status air tanah antara kapasitas lapang (KL) dan 80 % KL
maka pada kondisi ini tanah sangat mudah diolah karena alat tidak
melekat pada alat, tanah tidak keras dan struktur hasil olah menjadi mekar.
Hal ini disebabkan daya adhesi dan kohesi tanah sama kuat. Pada status
kadar air tanah di bawah kapasitas lapang 80 % dan kadar air tanah
semakin menurun sampai pada batas 40 % KL tanah semakin sulit diolah
karena semakin keras yang disebabkan daya adhesi lebih lemah dari daya
kohesi (kondisi kering). Pada kondisi tanah terlalu kering kadar air < 40
% dari kapasitas lapang, kembali tanah mudah diolah karena daya adhesi
dan kohesi tanah keduanya sangat lemah. Demikian pula status air tanah
lebih besar dari kondisi jenuh air (tergenang), daya adhesi dan kohesi
tanah keduanya sangat lemah sehingga tanah mudah diolah, hanya saja
kualitas hasil olahan adalah lumpur, alat dan kendaraan yang digunakan
mudah tergelincir dan tenggelam ke dalam tanah karena daya dukung
tanah sangat rendah. Kondisi tanah kering, daya dukung tanah sangat
tinggi (mekanik). Tekstur tanah sangat menentukan kelekatan tanah
kaitannya dengan status air tanah. Semakin halus kelas tekstur tanah atau
semakin tinggi kadar liat suatu tanah maka makin tinggi daya lekat tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 155


terhadap alat pengolah.
Konsistensi kelekatan tanah juga dipengaruhi oleh status kadar bahan
organik tanah, makin tinggi kadar bahan organik tanah makin lemah daya
lekat tanah, walaupun kehalusan kelas tekstur semakin halus. Sebaliknya
semakin rendah kadar bahan organik tanah, makin rendah daya lekat
tanah.
2) Kepadatan Tanah
Semakin padat dan keras tanah, semakin sulit tanah itu diolah. Tanah
yang padat sulit diiris dan dikupas oleh mata alat pengolah tanah,
diperlukan tekanan/gaya berat yang lebih besar dari alat pengolah untuk
masuk ke dalam tanah serta mata alat pengolah yang lebih tajam dan
tenaga untuk menarik alat pengolah yang lebih besar. Untuk itu semakin
sulit/berat tanah diolah karena kepadatan tanah yang besar dapat
membuat:
a) Waktu yang dibutuhkan lebih lama untuk mengolah.
b) Hasil olahan yang jelek, banyak bongkah tanah yang besar.
c) Diperlukan tenaga dan alat pengolah yang lebih berat.
d) Diperlukan mata pisau alat pengolah yang tajam.
e) Diperlukan biaya yang mahal untuk menghasilkan seedbed dan
rootbed yang optimal per satuan luas areal.
Kepadatan tanah yang keras dapat diukur dari kerapatan isi tanah atau
Bulk Density (BD) tanah dan konsistensi tanah. BD tanah lebih dari 1.3
g/cm3 termasuk padat. Kerapatan isi (BD) tanah ditentukan oleh tekstur,
struktur, bahan organik tanah yang menentukan ruang pori total tanah.
Makin padat tanah makin rendah/sedikit ruang pori tanah, disertai status
air yang rendah sampai mencapai konsistensi yang teguh membuat tanah
makin sulit untuk diatasi. Dengan demikian untuk memperbaiki sifat
olahan tanah agar mudah diolah dan menghasilkan struktur hasil olahan
yang optimal dapat dilakukan melalui :

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 156


a) Meningkatkan kadar bahan organik tanah
Peningkatan bahan organik tanah dapat ditempuh dengan berbagai
cara, yakni langsung melalui pemberian pupuk organik dan secara
tidak langsung melalui perbaikan sistem pertanaman yang dapat
mengurangi intensitas pengolahan tanah dan sedapat mungkin
dilakukan pengembalian sisa tanaman ke dalam tanah.
b) Mengurangi/meminimalkan pengolahan tanah (minimum tillage),
seperti yang diolah terbatas hanya pada alur tempat penanaman
benih/bibit, yang lainnya untuk menekan gulma disemprot dengan
herbisida.
c) Mengaktifkan kehidupan organisme/mikroorganisme tanah dalam
kaitannya dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah.
d) Mengurangi pemakaian pupuk anorganik dan herbisida
e) Tidak dilakukan pembakaran sisa tanaman.
f) Bila dilakukan pengolahan tanah, diusahakan tepat waktu, yakni pada
saat kadar air tanah berada pada kisaran 80 % sampai 100 % kapasitas
lapang, atau pada saat tidak terjadi pelekatan tanah pada alat
pengolah.
g) Mengurangi penggunaan alat berat untuk pengolahan tanah.
3) Status Air Tanah
Tingkat status air tanah berkaitan erat dengan faktor fisik dan sifat fisik
tanah yang menentukan kondisi status air tanah, dalam hal ini kemampuan
tanah memegang dan menyimpan air serta membuang kelebihan air
(kapiler dan permeabilitas/perkolasi tanah). Sifat tanah yang berkaitan
dengan pembuangan kelebihan air adalah keadaan pori tanah. Tingkat
status air tanah akan menentukan. Pengolahan tanah pada berbagai status
air tanah akan menghasilkan olahan dengan kualitas yang berbeda, waktu
penyelesaian pengolahan tanah yang berbeda serta tingkat pemadatan
tanah yang berbeda. Hal ini terjadi karena status air tanah mempengaruhi
sifat olahan tanah, antara lain :

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 157


a) Mempengaruhi tingkat kelekatan tanah (konsistensi tanah). Seperti
telah diuraikan pada kelekatan tanah sebelumnya dalam kaitannya
dengan pengolahan tanah.
b) Mempengaruhi daya dukung mekanik tanah. Telah diuraikan pada
bagian pemadatan tanah.
c) Mempengaruhi pengirisan dan pengupasan tanah.
d) Menentukan laju kecepatan pengolahan tanah.
e) Mempengaruhi kekuatan daya adhesi dan kohesi tanah
f) Menentukan jenis kendaraan dan alat yang digunakan.
g) Menentukan waktu yang tepat untuk diolah.

C. Degradasi Tanah dan Pengendaliannya

Tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman, sehingga untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang baik serta memberikan produksi yang tinggi, maka
dibutuhkan tanah-tanah yang mempunyai kesuburan fisika, kimia serta biologi tanah
yang baik. Namun, untuk sekarang ini lahan di daerah tropis masih memiliki
produktivitas yang rendah karena pengolahan yang intensif dan tanpa
memperhatikan kaidah konservasi tanah-tanah yang mengalami degradasi fisika,
kimia, dan biologi. Sementara kebutuhan akan pangan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar tanah tidak
terdispersi, dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan agar tidak
terjadi pengangkutan tanah. Berdasarkan asas ini ada 3 cara pendekatan dalam
konservasi tanah, yaitu (1) menutup tanah dengan tumbuhan dan tanaman atau sisa-
sisa tumbuhan agar terlindung dari daya perusak butir butir hujan yang jatuh (2)
memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap daya penghancuran
agregat oleh tumbukan butir-butir hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan
dan lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah dan (3) mengatur
aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan
memeperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 158


Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga golongan,
yaitu: (1) Metode vegetatif; 2) Metode mekanik; 3) Metode kimia.

1. Metode Vegetatif

Metode vegetative merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau bagian


bagian tumbuhan atau sisa sisa untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang
jatuh, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang pada akhirnya
mengurangi erosi tanah. Dalam knservasi tanah dan air metode vegeatif mempunyai
fungsi melindungi tanah terhadap daya perusak butir butir hujan yang jatuh dan
melindungi tanah terhadap daya perusak air yang mengalir di permukaan tanah serta
memperbaiaki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung
mempengaruhi besarnya aliran permuakaan.
Metode vegetative dalam konservasi tanah meliputi penanaman dalam strip,
penggunaan sisa tanaman, geotekstil, strip tumbuhan penyangga, tanaman penutup
tanah, pergiliran tanaman, agroforestry.

2. Metode Mekanik

Metode mekanik adalah semua perlakuan fsik mekanis yang diberikan terhadap dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi
tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki
atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan
penyediaan air bagi tanaman. Meode mekanik dalam konservasi tanah mencakup
pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan guludan
bersaluran menurut kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat, waduk, tanggul,
kolam atau balong, rorak, perbaikan drainase dan irigasi dll.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 159


3. Metode Kimia

Merupakan penggunaan preparat kimia baik berua senyawa sintetik maupun berupa
bahan alami yang sudah diolah, dalam jumlah yang relatis sedikit untuk
meningkatkan stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi. Misalnya salah satu
usaha dalam penggunaan senyawa organic sintetik sebagai soil conditioner
dilakukan oleh van Bavel (1950), yang menyimpulkan bahwa senyawa organic
sintetik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat tanah terhadap air secara
efektif.di antara beberapa macam bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl
dichlorosilane dan methyl-tricholorosilane yang dinamakan MCS. Bahan kimia ini
berupa cairan yang mudah menguap dan gas yang terbentuk bercampur dengan air
tanah. Senyawa ini terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.
Berbagai metode mampu diterapkan dalam konservasi tanah dan air. Dengan
teknik tersebut diharapkan tingkat erosi dapat diminimalkan bahkan dicegah.
Tentunya dengan menjaga lingkungan menjadi kunci utama dalam pelestarian
sumber daya alam khususnya tanah dan air sehingga tanah dan air dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh makhluk hidup serta siklus hidrologi yang terus
berlangsung.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 160


A. Indikator Penilaian

Penilaian dalam penugasan pada modul 11 ini didasarkan pada hasil kerja
perorangan dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Jelaskan maksud dari pengelolaan tanah bagi produktivitas yang berkelanjutan.
Buatlah dalam bentuk makalah dan dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 161


BAB III. PENUTUP

Akhir-akhir ini dengan jelas dunia dengan tragis memberi contoh praktek-praktek
pertanian yang tidak berkelanjutan. Kekeringan, banjir, penebangan hutan, serangan
hama serangga yang tak terkendali, erosi, dan bencana ekonomi pada sistem
produksi makanan mengancam sedikitnya beberapa pertanian daerah pada hampir
semua negara-negara. Dalam perkembangan dunia, banyak orang meninggal sebagai
suatu akibat, jutaan menderita kelaparan dan penyakit, dan perkembangan ekonomi
dihalangi oleh kurangnya modal sementara bantuan asing dialihkan pada kebutuhan
yang lebih mendesak.

Sumber Pustaka

1. Sitanala, Arsyad. 2010. Konservasi Tanah Dan Air. IPB press: Bogor.
2. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
3. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
4. Riquier, J. 1977. Philosophy of the world Assessment of Soil Degradation
and Items for Discussion. FAO Soils Bull, Rome.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 162


LAMPIRAN
GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBRP)
MATA KULIAH : DASAR-DASAR ILMU TANAH (141G2103)

Kompetensi Utama : Memahami dasar-dasar pembentukan tanah, sifat-sifat fisik, kimia dan biologi untuk kepentingan
pertumbuhan dan produksi tanaman yang berkelanjutan, konservasi dan pengelolaan lahan.

Kompetensi Pendukung : 1. Mempunyai kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, ,mengambil keputusan.

2. Mampu mempelajari dan mengembangkan sendiri (self learn) pemahaman tentang pengetahuan dasar
ilmu tanah bagi kepentingan pertanian.

Kompetensi Lainnya : Membentuk pribadi yang bertanggung jawab, saling menghargai, kreatif dan berjiwa kepemimpinan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 163


Ming- Bentuk Pembelajaran Kompetensi Akhir sesi
Materi Pembelajaran Indikator Penilaian Bobot Nilai (%)
gu ke - (Metode SCL) Pembelajaran

1 Konsepsi tanah : Kuliah di kelas Memahami kepentingan Aktivitas 5


Diskusi di kelas Ilmu Tanah dalam system mahasiswa dalam
Kepentingan tanah
Tanya jawab produksi berdiskusi
Tanah sebagai hasil
Mampu menjelaskan Ketepatan dalam
pelapukan
tanah sebagai suatu menjawab dan
Tanah sebagai medium
system, penyusun tanah, menanggapi
tumbuh tanaman
dan tanah sebagai media
Tanah sebagai system
tumbuh tanaman.
tiga fase
2 Pembentukan tanah : Diskusi kelompok Mampu memahami proses Aktivitas 5
pembentukan tanah mahasiswa dalam
Batuan dan bahan
berdiskusi
induk
Ketepatan dalam
Proses pelapukan fisik
menjawab dan
dan kimia
menanggapi
Faktor-faktor
pembentuk tanah
Perkembangan profil
tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 164


3 Mineral dalam tanah Tugas perorangan Mampu menjelaskan Aktivitas 5
Diskusi kelompok pembentukan mineral, mahasiswa dalam
Klasifikasi mineral
jenis-jenisnya, sifat-sifatnya berdiskusi
tanah
serta peranannya dalam Ketepatan dalam
Pembentukan mineral
tanah menjawab dan
Mineral liat
menanggapi
Peranan mineral tanah
45 Sifat fisik tanah : Kuliah Mampu menjelaskan sifat- Sistematika tugas 5
Tugas kelompok, sifat fisik dasar dari tanah paper
Tekstur
mengumpulkan Kemutakhiran
Struktur
referensi tentang sifat- referensi yang
Konsistensi
sifat fisik tanah yang digunakan
Porositas
dibuat dalam bentuk Tampilan
Massa Tanah
makalah presentasi/power
Tata udara tanah
Presentasi hasil kerja point
Suhu dan warna tanah
kelompok Tampilan presenter
Kemampuan
menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
67 Air dalam tanah : Kuliah Mampu memahami sifat- Sistematika tugas 10
Tugas kelompok sifat air, retensi dan paper
Konsep energi air

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 165


Penentuan kandungan Presentasi hasil kerja pergerakannya serta Kemutakhiran
air tanah kelompok peranannya terhadap referensi yang
Retensi dan pergerakan ketersediaan unsur hara digunakan
air tanah Tampilan
Faktor-faktor yang presentasi/power
mempengaruhi air point
dalam tanah Tampilan presenter
Peranan air tanah dalam Kemampuan
absorpsi unsur hara. menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
8-9 Sifat-sifat kimia tanah : Kuliah Mampu memahami Sistematika tugas 10
Tugas kelompok berbagai sifat kimia tanah paper
Koloid tanah
Presentasi hasil kerja Kemutakhiran
Pertukaran kation
kelompok referensi yang
Kapasitas tukar kation
digunakan
Reaksi tanah
Tampilan
Daya sanggah tanah
presentasi/power
Kejenuhan basa
point
Tampilan presenter
Kemampuan
menjawab

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 166


pertanyaan dan
tanggapan
10 Bahan organik : Kuliah Mampu mengidentifikasi Sistematika tugas 10
Tugas kelompok, sumber bahan organik, paper
Sumber bahan organik
mengumpulkan proses dekomposisi dan Kemutakhiran
Komposisi bahan
referensi tentang bahan peranannya pada tanah referensi yang
organik
organik yang dibuat digunakan
Perombakan bahan
dalam bentuk Tampilan
organik
makalah/paper presentasi/power
Humus
Presentasi hasil kerja point
Peranan bahan organik
kelompok Tampilan presenter
Kemampuan
menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
11 Kesuburan tanah dan Kuliah pengantar Mampu menjelaskan Sistematika tugas 10
pemupukan : Diskusi kelompok tentang sifat-sifat tanah paper
Tanya jawab yang mempengaruhi Kemutakhiran
Faktor-faktor yang
ketersediaan hara, peranan referensi yang
mempengaruhi
hara dan kebutuhan hara digunakan
ketersediaan hara
bagi tanaman Tampilan
Konsep dan bentuk-
presentasi/power

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 167


bentuk hara yang point
diserap oleh tanaman Tampilan presenter
Ketersediaan hara dalam Kemampuan
tanah menjawab
Peranan unsur hara pertanyaan dan
dalam tanah tanggapan
Kebutuhan hara
tanaman
12 - 13 Klasifikasi dan survey Tugas perorangan/studi Mampu memahami cara Sistematika tugas 10
tanah : literature tentang klasifikasi tanah menurut paper
berbagai jenis tanah berbagai system klasifikasi Kemutakhiran
Dasar klasifikasi
Kuliah lapang / dan pemetaannya referensi yang
Kategori klasifikasi
pengamatan profil digunakan
System klasifikasi
Keaktifan
Survey dan pemetaan
Kemampuan
tanah
menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
14 - 15 Pengelolaan tanah dan air Tugas kelompok dan Mampu menganalisis Sistematika tugas 10
untuk produktivitas tanah studi kasus hubungan produktiviats paper
yang tinggi dan Tugas presentasi tanah dan keberlanjutannya Kemutakhiran
kelompok referensi yang

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 168


berkelanjutan : dengan pengelolaan tanah digunakan
Keaktifan
Persyaratan
Kemampuan
karakteristik fisik,
menjawab
kimia, dan biologi tanah
pertanyaan dan
bagi pertumbuhan &
tanggapan
produktivitas tanaman.
Pengelolaan tanah dan
air bagi produktivitas
tanaman yang
berkelanjutan
Degradasi tanah dan
pengendaliannya
16 Ujian akhir Ujian tertulis Penilaian atas 20
jawaban

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 169

Anda mungkin juga menyukai