Oleh:
MAKASSAR
2012
Mengetahui :
Ketua Jurusan Ilmu Tanah Penanggungjawab Penulisan,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Buku pengajaran Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini disusun sebagai bahan untuk
memahami pengetahuan dasar tentang tanah secara umum, yang meliputi; tanah
sebagai bagian dari litosfer, pembentukan tanah dan prosesnya serta faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan tanah tersebut. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, karena
menjelaskan dan membahas tentang tanah sebagai media pertumbuhan tanaman.
Dalam proses pembentukan tanah, buku pengajaran Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini
memberikan penjelasan tentang peran faktor fisik, biologi, kimia dalam pembentukan
tanah seperti perubahan iklim, temperatur, curah hujan serta mikroba dalam tanah.
Pembahasan-pembahasan pokok serta kaitan antara setiap faktor pembentukan tanah
tersebut akan memberikan pengertian tentang tanah sebagai media tumbuh tanaman.
Materi bahasan dalam buku ajar ini akan merupakan dasar pemahaman untuk
beberapa mata kuliah lanjutan yang berhubungan dengan tanah sebagai media
tumbuh tanaman, seperti agrohidrologi, fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah dan
konservasi tanah dan air.
Pokok-pokok bahasan dalam buku ajar ini sebagian besar bersumber dari
bahan-bahan perkuliahan selama ini yang disempurnakan sesuai dengan literatur
yang terkait. Buku ajar ini merupakan hasil revisi dari buku ajar yang telah
diterbitkan pada tahun 2009. Revisi ini dilakukan guna meningkatkan kualitas buku
ajar serta menambah khazanah membelajaran bagi mahasiswa.
Tim Penyusun
Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu padat, cair dan gas yang selalu
mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari sisi pedologi, tanah
adalah suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan
pertumbuhan tanaman. Tanah yang dipelajari dalam hubungannya dengan
pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi
menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya baik
sifat fisik, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebut
dikenal dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri atas
horison-horison disebut profil tanah. Cepat atau lambatnya pembentukan horison-
horison tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan induk,
iklim, biota, topografi dan waktu.
Fraksi anorganik tanah terdiri dari fragmen batuan dan mineral dengan
berbagai ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran, dikenal fraksi utama yaitu :
kerikil (>2 mm); pasir (2,0 0,05 mm); debu (0,05-0,002 mm) dan liat (<0,002 mm).
Fraksi ini secara umum tersusun oleh mineral silikat sekunder (mineral liat tipe 1:1,
2:1 dan 2:2), mineral besi oksida dan aluminium oksida, serta mineral primer yang
resisten (kuarsa dan mika).
Perbedaan ukuran fraksi tanah dan kandungan bahan mineral serta bahan
organik tanah menyebabkan setiap tanah di dunia memiliki perbedaan sifat baik
secara fisik, kimia dan biologi. Cirri-ciri fisik yang yang sangat penting dalam
pengamatan dan penelitian tanah adalah warna, tekstur dan struktur. Ketiga hal
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara
dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam
terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi
pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga
dapat mengakibatkan tanaman mati. Setiap tanah mempunyai kadar air tanah kering
udara, kadar air kapasitas lapang, dan kadar air maksimum yang berbeda-beda.
Kadar air di dalam tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, kandungan
bahan organik, kedalaman solum, iklim, tumbuhan, senyawa kimiawi garam-
garaman, pupuk dan bahan amelioran.
Kandungan bahan mineral dan bahan organik tanah yang berukuran sangat
halus (koloid tanah) sangat mempengaruhi sifat kimia tanah, utamanya pH, kapasitas
tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa, Partikel-partikel koloid yang sangat halus
yang dikenal sebagai mikro sel pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion
yang bermuatan positif akan tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double
layer).
Semua zat-zat organik dalam tanah, hidup atau mati, segar atau melapuk,
senyawa sederhana atau yang kompleks, merupakan bagian dari bahan organik yang
terdapat di tanah. Binatang-binatang, demikian juga akar-akar tanaman yang hidup
dalam tanah tidak dimasukkan dalam definisi ini. Pada pihak lain, bakteri-bakteri,
cendawan dan mikroba hidup dimasukkan sebagai bagian dari bahan organik karena
alasan sederhana yaitu disebabkan tidak mungkin memisahkannya dari bahan
organik lainnya dalam tanah. Bahan organik sangat penting peranannya di dalam
tanah karena ikut serta menentukan sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Kesuburan alamiah sutau tanah bergantung pada banyak sedikitnya hara yang
dapat diberikan oleh bahan induk. Penyedian ini tidak dapat bertahan lama dalam
sistem kesuburan tanah diakibatkan banyaknya kebocoran yang terjadi, seperti erosi
dan panen. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan pemupukan dan
ameliorasi. Pemupukan dan ameliorasi dapat dilakukan dengan pemilihan jenis
pupuk yang tepat (contohnya pupuk organik atau pupuk anorganik) dan bahan
amelioran (contohnya; kapur).
Tanah dan air sebagai sumberdaya alam lahan yang terbatas luas dan
kualitasnya serta tidak dapat diperbaharui, sedangkan kehidupan dan kelangsungan
hidup manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya sangat tergantung dari hasil
eksploitasi tanah dan air. Karena itu tanah dan air yang terbatas ini perlu dikelola
secara benar, tepat dan efisien secara berkesinambungan dan berkelanjutan agar
dapat dimanfaatkan terus. Hal ini dapat dicapai bila tanah dan air dikelola secara
benar, tepat dan efisien. Tanah dan air sebagai modal dasar pembangunan untuk
berbagai aspek kepentingan, untuk berbagai sektor pembangunan. Untuk itu setiap
bidang tanah perlu diatur peruntukan dan pemanfaatannya, yang disesuaikan dengan
kemampuan tingkat kesesuaian lahan.
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
DAFTAR ISI
KONSEPSI TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
T
anah adalah bagian dari permukaan bumi yang terbentuk dari bahan
induk (P) yang telah mengalami proses pelapukan akibat pengaruh iklim
(C) terutama faktor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme
hidup (O) termasuk vegetasi, organisme (manusia) pada suatu topografi
(R) atau relief tertentu dalam jangka waktu (T) tertentu pula.
Menurut soil survey staff (1975) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada
permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya
yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di
bagian atas dibatasi oleh udara atau air yang dangkal, ke samping dapat dibatasi oleh
air yang dalam atau bahkan hamparan es atau batuan, sedangkan bagian bawah
dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut tanah yang sulit didefinisikan.
Ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m2 tergantung pada keragaman horisonnya.
Setiap hari kita menginjak tanah, serta di sekitar kita tumbuh tanaman pepohonan
maupun rumput-rumputan. Berbagai pertanyaan muncul tentang tanah yang kita
injak dan tempat pohon dan rumput tersebut tumbuh. Kenapa tanaman dapat
tumbuh di atas tanah dan dari mana asal tanah tersebut. Masih banyak
keingintahuan kita tentang tanah yang perlu dijawab, mengingat keanekaragaman
dari tanah itu sendiri misalnya tanah di pegunungan, di lembah maupun di sekitar
pantai. Namun kalau mengacuh pada kenyataan bahwa tanaman dapat tumbuh di
atas tanah, maka tanah memiliki kemampuan memberikan makanan air, maupun
udara sehingga tanaman dapat hidup dan tumbuh. Berdasarkan fakta tersebut, maka
tanah didefenisikan sebagai bahan atau massa yang terdiri dari mineral dan bahan
organik yang mendukung pertumbuhan tanaman di permukaan bumi. Tanah terdiri
dari partikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara dan air.
Tanah dapat menumbuhkan tanaman sebagai makanan bagi mahluk hidup
(hewan dan manusia), yang menghasilkan kalori sebagai sumber energi maka tanah
dinilai sangat penting dan mendapatkan perhatian dari semua pihak baik secara
individu maupun secara kelompok. Kita semua berharap agar tanah selalu
berkembang secara kualitatif dan tidak berkurang secara kuantitatif tanah menjadi
perhatian khusus bagi petani, masyarakat wilayah maupun secara nasional.
Pihak yang sangat berkepentingan terhadap tanah adalah petani, baik secara
individu maupun secara kelompok. Karena standar atau tingkat penghidupannya
tergantung pada produksi pertanian yang dikelolanya masa depan para petani sangat
ditentukan oleh cara petani mengelola tanahnya, mereka membutuhkan informasi-
informasi yang mendukung usaha peningkatan produksi pertaniannya. Tanah yang
baik memberikan perspektif kehidupan yang sehat dan tanaman yang baik.
Perlu pula diingatkan bahwa produktif pertanian yang baik dari hasil upaya
pengolahan yang baik bukan hanya dinikmati oleh petani, tetapi juga masyarakat,
Pengertian Tanah
Istilah tanah memang mempunyai pengertian yang luas dan arti yang
berbeda sesuai dengan peruntukkannya. Dalam bidang pertanian, tanah diartikan
lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari
hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme
(vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu, di dalam
tanah terdapat pula udara dan air. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang
ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain.
Dalam pengertian ini ada dua variabel yang membedakan pengertian tanah
di bidang pertanian dengan bidang lainnya, yaitu kedalaman tanah dan ukuran
partikelnya. Kedalaman tanah dalam pengertian pertanian dibatasi pada bagian atas
kulit bumi yang telah mengalami pelapukan atau adanya aktivitas biologi. Jika
bagian yang telah mengalami pelapukan adalah dangkal, maka bagian tersebutlah
dipakai sebagai batas kedalaman tanah. Sebaliknya, jika bagian yang telah
mengalami pelapukan sangat dalam (4-6 m), maka tidak semua bahan lapuk tersebut
disebut tanah, melainkan sampai kedalaman tempat terdapat aktivitas biologi. Pada
umumnya, pembahasan tanah dalam bidang pertanian dibatasi pada kedalaman
Jika kita membuat irisan tegak tanah dengan cara membuat lubang (1,0 x
1,5 m dengan kedalaman sekitar 2,0 m) dan selanjutnya diamati pada penampang
tegaknya, akan terlihat laisan-lapisan dengan arah sejajar permukaan kulit bumi
yang relatif mudah dibedakan satu sama lainnya. Lapisan-lapisan ini dalam ilmu
tanah disebut horizon. Horizon tanah yang berada diatas bahan induk disebut
solum.
Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang
lebih tinggi dibandingkan lapisan tanah dibawahnya. Karena akumulasi bahan
organic inilah maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan
tanah yang subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan tanaman. Lapisan tanah ini disebut lapisan tanah atas (top
soil) atau disebut pula sebagai lapisan olah, dan mempunyai kedalaman sekitar 20
cm. Lapisan tanah dibawahnya, yang disebut lapisan tanah-bawah (subsoil)
berwarna lebih terang dan bersifat relatif kurang subur. Hal ini bukan berarti bahwa
lapisan tanah bawah tidak penting perannya bagi produktivitas tanah, karena
walaupun mungkin akar tanaman tidak dapat mencapai lapisan tanah-bawah,
permeabilitas dan sifat-sifat kimia lapisan tanah bawah akan sangat berpengaruh
terhadap lapisan tanah atas dalam peranannya sebagai media tumbuh tanaman.
Pertanyaan yang logis adalah tanah itu terbentuk dari apa (faktor-faktor) apa dan
bagaimana prosesnya. Beberapa faktor alamiah menunjukkan bahwa tanah
merupakan bagian dari kulit bumi yang mengalami proses pelapukan biofisik-kimia
dalam waktu yang sangat panjang. Proses-proses biofisik-kimia yang beragam dari
setiap lokasi, menampakkan kondisi lingkungan tanah yang beraneka ragam seperti
keadaan geomorfologi wilayah serta kondisi geologi dari bagian litosfer yang berada
di atas permukaan air.
Perbedaan posisi bumi terhadap matahari secara langsung berpengaruh
terhadap sifat-sifat bagian litosfer yang terangkat di permukaan air seperti diketahui
bahwa berdasarkan letak bumi terhadap matahari, maka bumi di bagi dalam zona
iklim yaitu : tropis, sub tropis, dingin dan kutub. Ke-4 zona tersebut akan
mengalami proses pelapukan yang berbeda karena berada pada ruang dengan batas-
batas kondisi wilayah yang spesifik.
Penjelasan tentang asal mula tanah ini perlu difahami, karena walaupun
tanah bagian dari litosfer dari bumi, namun proses dan dinamika terbentuknya hanya
berlangsung pada bagian litosfer yang mendapat pengaruh luar seperti penyinaran,
udara, maupun air, suatu kondisi yang memungkinkan kelanjutan kehidupan
berlangsung.
Untuk pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur hara, air, udara, dan cahaya.
Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman. Udara dalam
hal ini CO2 ,dan air dengan bantuan cahaya menghasilkan karbohidrat yang
merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Disamping faktor-faktor
tersebut, tanaman juga memerlukan tunjangan mekanik sebagai tempat bertumpu
dan tegaknya tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman
tersebut tanah berfungsi sebagai :
Pedologi vs Edapholgi
Pengertian tanah jika dipandang dari sisi pedologi adalah suatu benda alam yang
dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman.
Walapun demikian, penemuan-penemuan dalam bidang pedologi akan sangat
bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun non pertanian seperti pembuatan
bangunan.
Sebagai benda alam, tanah merupakan sistem tiga fase yang selalu berada dalam
keseimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut adalah fase padat, fase cair dan fase
gas, merupakan sistem yang selalu berubah tetapi selalu berada dalam keadaan
seimbang. Pada keadaan kering, misalnya rongga yang ditempati udara tana lebih
Tanah tersusun dari 4 bahan utama yaitu : bahan mineral, bahan organik, air dan
udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing berbeda
untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yang
baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umumnya
mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30 % udara, 20-
30% air.
Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu
susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batu-
batuan yang dilapuk.
Pasir (2mm 50 )
Debu (50 2 )
Liat <2
Bahan mineral yang lebih besar dari 2 mm terdiri dari kerikil, kerakal atau
batu.
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan
kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Udara dan air mengisis
pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah kurang lebih 50% dari volume
tanah, sedangkan jumlah air dan udara di dalam tanah berubah-ubah.
1. Sebagai unsur hara tanaman. Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO 2 dari
udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis
2. Sebagai pelarut unsur hara. Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap
oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut
3. Sebagai bagian dari sel-sel tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi,
kohesi, dan gravitasi
Seringkali orang-orang mendeskripsikan tanah (soil) dan lahan (land) sebagai dua
hal yang sama jika akan dibuat definisinya. Namun, pada dasarnya kedua kata
tersebut sangatlah berbeda. Jika membicarakan tentang tanah, maka akan
membahas bahan penyusun tanah, sifat-sifat tanah baik fisik, kimia dan biologi.
Pembahasan tentang tanah akan mengarahkan kita pada pengertian suatu bagian
permukaan bumi yang sifatnya beragam dari satu tempat ke tempat lain. Lain
halnya dengan pengertian lahan yang sifatnya lebih luas karena menyangkut
berbagai faktor termasuk tanah. Jika membicarakan tentang lahan akan lebih
mengarahkan kita pada sesuatu yang menyangkut tempat (place) yang berarti akan
membicarakan tentang iklim, vegetasi, organisme termasuk manusia serta aspek
manajemen yang diterapkan.
Selanjutnya tanah dapat diartikan sebagai tubuh alami yang terdiri atas bahan
mineral, bahan organik, udara dan air yang terbentuk dari pelapukan bahan induk
yang dipengaruhi aktivitas organisme hidup pada topografi dan iklim tertentu dalam
kurun waktu yang cukup lama. Bagaimana halnya dengan fungsi tanah atau lahan?
Berikut penjelasan mengenai fungsi tanah.
Tanah dapat menjadi penyangga atau buffer system, sehingga jika terdapat
senyawa-senyawa yang sifatnya meracun atau jumlahnya berlebihan, maka tanah
berperan sebagai penyaring racun atau menetralisir bahan atau senyawa tersebut.
Atau dengan kata lain tanah berperan dalam menanggulangi kasus polusi tanah dan
tentunya air yang menjadi bagian penyusun utama tanah selain udara.
Pemahaman mahasiswa akan asal mula tanah dan konsepsi tentang tanah sangat
dibutuhkan untuk memahami fungsi tanah/lahan sebagia media tumbuh tanaman.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Bogor.
A. Latar Belakang
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi
menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya baik
sifat fisik, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebut
dikenal dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri atas
horison-horison disebut profil tanah (Gambar 1). Adapun proses-proses tersebut
antara lain :
a. Proses fisik
b. Proses kimiawi
Hidratasi; proses penambahan molekul air dalam struktur mineral, tetapi
molekul air yang masuk ke dalam struktur mineral tidak terdisosiasi.
Contoh :
2Fe2O3 + 3H2O 2Fe2O3 . 3H2O
Hematite merah Hematit kuning
CaSO4 + 2H2O CaSO4 . 2H2O
Anhidrit Gipsum
Oksidasi dan reduksi; proses penambahan dan pengurangan oksigen yang
berakibat pada bertambah atau berkurangnya elektron (muatan negatif)
dalam penguraian dan pembentukan mineral.
Faktor utama dalam proses biologi adalah aktivitas dekomposisi bahan organik
oleh mikroba di dalam tanah yang mengubah N-organik menjadi N-anorganik
sebagai bahan penyusun tubuh mikroba. Proses ini akan menghasilkan asam
organik yang mempercepat proses pelapukan kimia mineral. Selain itu untuk
melindungi akar tanaman dari bakteri yang merugikan maka akar tanaman
juga menghasilkan asam-asam organik yang dapat mempercepat pelapukan
kimia dan fisik pada batuan.
Horisonisasi
Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan metamorf
berjalan sangat lambat. Hal ini disebabkan batuan metamorf memiliki tekstur dan
struktur batuan yang sangat kompak (masif) serta mineral yang sangat resisten.
Batuan metamorf terbentuk dari hasil rekrsitalisasi ulang dari mineral yang terdapat
Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan beku
bervariasi kecepatannya. Hal ini diepngaruhi oleh jenis magma asal pembentukan,
ukuran kristal mineral dan kandungan mineral. Jenis magma asal akan memberikan
perbedaan: kandungan kadar silika, kandungan mineral, warna batuan dan sifat
batuan. Ukuran kristal akan memberikan perbedaan temperatur pembentukan dan
perbedaan tekstur batuan. kandungan mineral dipengaruhi oleh temperatur
pendinginan magma dan kandungan silika magma.
Bahan induk yang diturunkan dari sedimen dibawa oleh air, angin, atau
gravitasi. Sedimen koluvial terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah
kekuatan utama yang menyebabkan pergerakan dan sedimentasi. Sedimen alluvial
umumnya ditemui pada daerah yang lebih landai, oleh karena penyebarannya oleh
banjir dan aliran sungai. Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California
terbentuk di lembah dimana alluvial adalah bahan induk yang dominan.
Sedimen abu volkan sebagai bahan induk juga dapat ditemui. Bahan induk
ini bersifat amorf mengandung alofan, oksida besi dan Aluminium. Alofan
mempunyai pH tinggi.
Iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Pada area yang permanen
kering dan atau membeku (frozen) (pengaruh es), tanah sulit terbentuk. Dua
komponen iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan dan temperatur.
Pengaruh hujan
Air penting untuk pelapukan mineral dan pertumbuhan tanaman. Air yang melebihi
kapasitas lapang akan berperan dalam membawa/translokasi partikel koloid dan
garam-garam terlarut. Suplai air yang terbatas pada daerah gurun akan membentuk
tanah alkalin, relatif sulit terlapuk, mempunyai kandungan liat, bahan organik dan
KTK yang rendah. Secara umum tanah-tanah di daerah arid dan subhumid
cenderung lebih subur kecuali jika terbatas mikroba untuk mineralisasi bahan
organik dan untuk mensuplai N tersedia. Jika air tersedia hanya cukup untuk
pencucian yang terbatas, maka CaCO3 terbawa sampai pada jarak yang pendek saja
sehingga terbentuk zone akumulasi CaCO3.
Pengaruh Temperatur
Biota
E 4,60
Bs1 4,75
Bs2 4,95
C 5,05
Bw1 5,14
Bw2 5,24
C 5,32
Peran binatang dalam proses pembentukan tanah cukup besar seperti halnya peran
cacing tanah, rayap (termites) yang mampu membangun rumah dari partikel tanah
yang dibawa dari lapisan bawah tanah dan kemudian membentuk morfologi tertentu
di permukaan.
Topografi (Relief)
Pengaruh slope/lereng
Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh dibawah
permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang
muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan
reduksi. Tanah yang berdrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna
gelap olehkarena tingginya bahan organik, tapi horison bawah permukaannya
Waktu
Berkaitan dengan waktu pembentukan tanah, maka dikenal tanah muda, tanah
dewasa dan tanah tua. Seiring dengan waktu, pembentukan lapisan tanah akan
menunjukkan umur tanah tersebut. Proses pembentukan tanah jauh lebih singkat
dibanding proses pembentukan batuan (Gambar 2). Tanah yang muda ditunjukkan
dengan masih tipisnya lapisan tanah dan terkadang tersusun atas 2 horison atau 1
horison langsung diatas batuan. Tanah tua ditunjukkan dengan solum yang dalam,
horison biasanya lengkap dan telah menunjukkan adanya horison eluviasi dan
iluviasi baik penimbunan liat, oksida-oksida besi, dan bahan organik.
Periode pembentukan
tanah
Periode pembentukan
batuan
Sumber Pustaka :
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.
3. Van Breemen, P. Buurman, R. Brinkman. 1992. Processes in Soils. Text
for Course J050-202, Dept. Soil Science and Geology, Agricultural
University Wageningen.
A. Latar Belakang
S
alah satu faktor pembentuk tanah adalah batuan induk. Batuan
merupakan hasil akumulasi mineral-mineral. Oleh karena itu tanah yang
dihasilkan dari pelapukan batuan induk juga mengandung bahan
mineral. Mineral yang terkandung dalam batuan dapat sama dan dapat juga berbeda
sesuai dengan bahan awal pembentuknya. Berdasarkan sumber dan proses
pembentukannya batuan terbagi atas; batuan beku, piroklastik, sedimen dan
metamorf. Batuan beku dan piroklastik memiliki kandungan mineral yang relatif
sama, hal ini disebabkan karena keduanya berasal dari hasil aktivitas magma dan
vulkanisme. Batuan sedimen mengandung mineral hasil rekristalisasi, alterasi dan
ubahan dari mineral primer (mineral yang terdapat dalam batuan beku dan
piroklastik). Sedangkan batuan metamorf memiliki kandungan mineral yang lebih
resisten dibanding batuan lainnya. Hal ini disebabkan karena proses penambahan
tekanan dan temperatur yang menyebabkan mineralnya mengalami alterasi dengan
struktur yang lebih resisten, seperti mineral kyanit dan zircon. Batuan beku dan
piroklastik merupakan batuan induk yang banyak mengandung unsur-unsur hara
tanaman sedangkan batuan endapan terutama endapan tua (sedimen) dan
metamorfosa umumnya mengandung mineral-mineral yang rendah kadar unsur
haranya.
Fraksi anorganik tanah, yang menjadi obyek proses degradasi, terdiri dari fragmen
batuan dan mineral dengan berbagai ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran,
dikenal fraksi utama yaitu : kerikil (>2 mm); pasir (2,0 0,05 mm); debu (0,05-0,002
mm) dan liat (<0,002 mm). Walaupun susunannya beraneka ragam, fraksi tanah
tersebut trutama berupa silikat dan oksida. Silikat tanah diklasifikasikan ke dalam 6
(enam) kelompok berdasarkan ikatan silikon dan oksigen dalam strukturnya (Tabel
1). Fraksi pasir dan debu terutama berupa neso-, soro-, siklo-, ino-, atau
tektosilikat, sedang liat silikat terutama tergolong filosilikat. Filosilikat juga
dijumpai pada fraksi debu dan pasir, sedang feldspar yang tergolong tektosilikat
dijumpai pula pada fraksi liat.
Tanah berasal dari bahan induk, yang terdiri atas mineral primer dan sekunder.
Pelapukan dalam tanah berupa degradasi mineral dan sintesa mineral baru. Mineral-
mineral yang ketahanannya rendah akan melapuk terlebih dahulu. Mineral-mineral
yang tahan seperti kuarsa akan banyak ditemui pada tanah yang telah melapuk lanjut
dengan jumlah cukup besar.
Proses Pelapukan
Sejumlah contoh pelapukan dapat diamati tiap hari. Hal ini termasuk pengkaratan
logam dan pelapukan dinding tembok. Pelapukan mineral lebih banyak dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan yang masam. Respirasi akar-akar dan mikroorganisme
menghasilkan karbondioksida yang bereaksi dengan air untuk membentuk asam
karbonat (H2CO3). Lingkungan yang masam akan merangsang reaksi air dengan
mineral. Reaksi ini merupakan reaksi pelapukan yang sangat penting. Contoh
reaksi : Hidrolisis Feldspar Plagioklas
Albit kaolin
Mineral adalah senyawa anorganik dengan berbagai sifat fisik dan kimia
yang digolongkan menjadi mineral primer dan sekunder. Mineral-mineral primer
mengalami pelapukan dan melepaskan sejumlah elemen-elemen ke dalam larutan
tanah. Beberapa elemen-elemen yang dilepaskan dalam proses pelapukan akan
membentuk ikatan dengan elemen lainnya membentuk mineral-mineral sekunder.
Mineral sekunder yang dihasilkan dari proses pelapukan umumnya memiliki ukuran
partikel yang kecil. Oleh karena itu mineral mineral sekunder umunya mendominasi
fraksi liat tanah. Tabel 3 berikut menunjukkan jenis mineral dan penggolongannya.
Albit
Pelapukan mineral primer secara bertahap akan membentuk mineral sekunder dan
seiring berjalannya waktu komposisi mineralogi tanah akan berubah. Tanah-tanah
akan didominasi mineral sekunder termasuk mineral-mineral liat. Beberapa jenis
mineral liat yang berkaitan erat dengan jenis tanah tertentu antara lain smektit,
alofan, kaolinit, liat-liat oksida.
Smektit
Smektit adalah nama grup untuk silikat lapis 2:1 dengan kapasitas tukar kation
tinggi. Smektit yang umum dalam tanah adalah montmorilonit. Pembentukan
montmorilonit dipengaruhi oleh lingkungan dimana terdapat Si dan Mg yang cukup
tinggi yang berarti pada lingkungan yang pencuciannya terbatas. Tanah-tanah yang
didominasi oleh mineral-mineral liat smektit mempunyai sifat vertik (mengembang-
mengerut)
Kaolinit
Alofan
Mineral non kristalin dan dapat ditemukan di daerah gunung api pada ketinggian di
atas 500 meter. Sifat Alofan :
Dapat ditemui pada regim/daerah yang pencuciannya cukup intensif. Fraksai liat
oksida yang banyak dijumpai adalah besi-oksida dan aluminium-oksida, Contoh :
Gibsit (Al(OH)3), Hematit (Fe2O3), Goethit (FeOOH). Liat-liat oksida banyak
ditemukan pada tanah-tanah yang berwarna merah pada wilayah tropika basah.
Tanah ini biasanya bersifat masam.
Sumber Pustaka :
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Van Breemen, N, P.Buurman, R.Brinkman. 1992. Process in Soils. Text
for Course J050-202. Department of Soil Science and Geology. Agricultural
University Wageningen.
3. Grim, R.E., 1968. Clay Mineralogy. Mc Graw Hill Book Company.New
York
4. Loughnan FC. 1969. Chemical Weathering of the Silicate Minerals.
American Elsevier Publishing. New York.
A. Latar Belakang
S ecara fisik, tanah tersusun bahan mineral dan bahan organik dalam berbagai
ukuran. Partikel mineral dan bahan organik mengisi matriks tanah sekitar
50% volume. Sisanya terdiri atas ruang pori, yang terisi air dan atau udara.
Proporsi air dan udara berubah-uabah secara dinamis menurut kondisi keairan
lingkungan tanah. Hal ini membentuk sistem 3 fase yaitu padatan, cair dan gas.
Hampir di semua penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah.
Terdapat beberapa sifat fisik tanah yang perlu untuk ditelaah dengan baik antara
lain:
Warna Tanah
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah oleh karena warna
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah. Adapun
penyebab perbedaan warna tanah umumnya adalah akibat perbedaaan kandungan
bahan organik; semakin banyak kandungan bahan organik tanah tersebut maka
warnanya akan semakin gelap. Sebagian tanah warnanya disebabkan oleh warna
mineral tanah itu sendiri.
Pada lapisan bawah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan
banyaknya senyawa Fe. Pada daerah yang berdrainase buruk, yaitu sering tergenang
air, maka seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam
keadaan tereduksi, sedangkan pada tanah berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak
pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi yang berwarna merah atau
limonit yang berwarna kuning coklat. Bila tanah kadang-kadang basah dan kadang
kering maka disamping berwarna abu-abu didapat pula bercak-bercak karatan merah
atau kuning yaitu dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat
tersebut.
Ada 3 komponen penentu warna tanah, yaitu: hue, kroma (chrome) dan nilai (value).
Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara fraksi tanah baik pasir, debu,
dan liat. Menurut perbandingan tersebut diperoleh kelompok tekstur tanah sebanyak
14 macam (Tabel 1). Sebagian ahli membaginya ke dalam 12 saja. Ada banyak sifat
tanah terutama sifat fisik dipengaruhi oleh tekstur tanah.
Pasir
Kasar
Pasir berlempung
Lempung berpasir
Agak kasar
Lempung berpasir halus
Lempung liat
Agak halus Lempung liat berpasir
Lempung liat berdebu
Liat berpasir
Halus Liat berdebu
Liat
Struktur Tanah
Struktur tanah cara tersusunnya butiran tanah, atau gumpalan kecil dari butir-butir
tanah; yang sering juga disebut agregat. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik,
oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk,
ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.
1. Lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu horisontal, di hor E atau pada lapisan
padas liat. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited)
2. Prismatik: sumbu vertikal > sumbu horisontal, hor B, daerah iklim kering.
3. Tiang (columner): sumbu vertikal >sumbu horisontal, bagian atas membulat,
hor B, daerah iklim kering.
4. Gumpal bersudut (angular blocky): seperti kubus dengan sudut-sudut tajam,
sumbu vertikal=sumbu horisontal, hor B, daerah iklim basah
5. Gumpal membulat(rounded blocky): seperti kubus dengan sudut membulat,
sumbu vertikal=sumbu horisontal, hor B, daerah iklim basah
6. Granular: Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm.
Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut "Crumbs"
atau Spherical.
7. Remah (single grain): bulat sangat porous, di hor A
Ukuran
mm
1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat
tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam
pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada
permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.
Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangkan kandungan
liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap.
Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu
dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat.
Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman
tersebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mcmpercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu
berperan langsung dengan membuat !ubang dan menggemburkna tanaman.Secara
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu
berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,
pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukan agregat tanah.
Konsistensi
Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam keadaan lembab tanah
dibedakan ke dalam bentuk konsistensi gembur sampai teguh. Dalam keadaan
kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan
basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari lastis sampai tidak plastis atau
kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
Lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, sangat teguh sekali
Lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, sangat keras sekali.
Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume
tanah termasuk volume pori-pori tanah.
Pori-pori Tanah
Pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori
halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedangkan pori-pori halus
berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih
banyak daripada tanah liat. Tanah ini sulit menahan air sehingga tanaman sering
mengalami kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi dari
tanah berpasir. Porosistas dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah
Drainase Tanah
Tanah ditemukan baik di daerah yang tergenang air maupun daerah-daeah kering
yang tidak pernah tergenang air. Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan
kelas drainase tanah tersebut. Drainase tanah dikenal dua macam; drainase eksternal
dan drainase internal. Air dapat hilang melalui permukaan tanah (external drainage)
maupun melalui peresapan ke dalam tanah (internal drainage). External drainage
banyak ditentukan oleh bentuk permukaan tanah/lahan, sedang internal drainage
ditentukan oleh tekstur tanah. Berdasar atas kelas drainasenya tanah dibedakan atas
kelas drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang
dari tanah). Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh.
Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase buruk, tetapi
jagung, karet, cengkeh, kopi dan lain-lain tidak akan dapat tumbuh dengan baik
kalau tanah selalu tergenang air.
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 4 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap sifat fisik
tanah dalam bentuk bahan presentasi kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup
15 % dari nilai akhir.
Sifat fisik tanah dasar yang perlu dipahami mahasiswa antaralain tekstur, struktur
dan agregat tanah, bulk density, dan porositas tanah. Pemahaman tentang sifat-sifat
fisik tanah akan membantu mahasiswa menentukan potensi tanah kaitannya dengan
pertumbuhan tanaman. Begitupula dengan sifat morfologi tanah yang dapat
ditentukan jika sifat fisik tanah dipahami dengan baik.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.
A. Latar Belakang
Air adalah senyawa yang penting bagi kehidupan di dunia. Lebih dari 80%
komponen penyusun tubuh tanaman jenis herbaceous dan lebih dari 50% tanaman
kayu-kayuan adalah air. Air baukan hanya penyusun tubuh tanaman, tetapi juga
sebagai media pelarut dan transportasi unsur hara.
Sumber air utama adalah air hujan yang jatuh ke tanah. Air hujan ada yang
diteruskan ke dalam tanah dan akan mengisi ruang pori untuk digunakan di masa
depan, dan ada/dapat juga mengalir di permukaan dan masuk ke sungai (sumber air
lainnya). Bagian 5 dari modul ini akan menjelaskan potensi air dalam tanah yang
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan ketersediaan air.
Bagian ini mencakup pembahasan tentang penentuan kadar air dalam tanah, konsep
energi air, retensi air tanah, prinsip dasar pergerakan air dalam tanah, ketersediaan
air dan absorpsi unsur hara.
Modul ini diharapkan menjadi pedoman bagi mahasiswa dan dosen untuk
memahami konsep air dalam tanah untuk kepentingan produksi.
a. Potensial Gravitasi
Setiap benda di atas permukaan bumi ditarik ke arah pusat bumi oleh gaya
gravitasi yang sama besarnya dengan berat benda tersebut, dimana berat
benda tersebut adalah hasil kali massa dengan percepatan gravitasi. Untuk
mengangkut suatu benda melawan tarikan, kerja harus dilakukan, dan kerja
ini disimpan oleh benda yang diangkut dari dalam bentuk energi potensial
gravitasi. Besarnya energi ini tergantung pada tempat benda itu dalam
medan gaya gravitasi.
Potensial gravitasi air tanah, pada setiap titik ditentukan oleh elevasi relatif
titik bersangkutan terhadap suatu tempat referensi tertentu. Untuk mudahya
adalah umum untuk menentukan tempat referensi pada suatu elevasi titik
yang penting di dalam tanah, atau dibawah profil tanah yang sedang diteliti,
agar potensial gravitasi selalu dapat bernilai + atau 0.
Pada ketinggian z diatas suatu referensi, energi potensial gravitasi Eg, suatu
massa air M air yang bervolum V adalah:
E =Mgz =wVgz
Jika air tanah berada dalam keadaan dimana tekanan hidrostatik lebih besar
daripada tekanan atmosfer, maka potensial tekanan dianggap positif (+). Jika
air berada pada keadaan dimana tekanan lebih rendah dari tekanan atmosfer,
maka potensial tekanan dianggap negatif.
Kadar air tanah dinyatakan dalam satuan cm3/100 cm3 (air per tanah) atau g air/100
g tanah. Padsa banyak literatur dinyatakan sebagai persen volume yaitu persentase
volume air terhadap volume tanah atau persen berat. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering-ovenkan dalam oven pada suhu
100 C 110 C selama 2 x 24 jam. Air yang hilang karena pengeringan merupakan
sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah
mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori
mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori
pada tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara
dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam
terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi
pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O 2 sehingga
dapat mengakibatkan tanaman mati.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu
memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar
tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan
tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah
ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti
jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.
Retensi Air-Tanah
Kapasitas lapang adalah kadar air yang dapat ditahan dengan gaya yang sama
dengan gaya gravitasi tetapi arahnya berlawanan. Kapasitas lapangan ini juga
dikenal dengan batas atas air yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman.
Jika terdapat permukaan air-bumi (groundwater table) yang dangkal dan tidak
ada pergerakan air ke atas yang kuat karena evaporasi pada permukaan tanah, maka
pada kurun waktu tertentu, terdapatlah suatu keseimbangan antara pergerakan air ke
atas (kapiler) dan pergerakan air kebawah (gravitasi). Dalam keadaan seperti di atas
maka kadar air di dekat permukaan tanah akan akan merupakan kadar air pada
kapasitas lapang.
Titik layu adalah kadar air untuk mana tanaman akan layu dan tidak dapat
segar lagi. Kadar air pada titik layu ini dalam praktek akan seimbang dengan
Masing-masing tanah mempunyai kadar air tanah kering udara, kadar air kapasitas
lapang, dan kadar air maksimum yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor:
a. Jenis air yang yang diserap yang didasarkan pada air tanah yaitu gaya adhesi,
kohesi dan gravitasi.
b. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahanair yang lebih kecil
dari pada tanah yang bertekstur halus. Oleh karenanya tanaman yang ditanam
pada tanah pasir umunya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah
bertekstur lempung atau liat.
c. Kadar bahan organic tanah (BOT). Semakin tinggi kadar BOT akan makin
tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
d. Senyawa kimiawi. Semakin banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan
menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun. Tanah kering udara
adalah tanah yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau elapukan bahan-bahan
mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 %
dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air.
Penilaian dalam penugasan pada modul 5 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.
Sumber Pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hillel, D. 1971. Soil and Water. Physical Principles and Process.
Academic Press, New York-London.
3. Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung.
4. Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
5. Indranada, Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara,
Semarang.
6. Mawardi, M. 2011. Asas Irigasidan Konservasi Air. Bursa Ilmu, Yogyakarta.
7. Raes, D., Herman L. , Paul V. A. Matman dan V.B Martin. 1987. Irrigation
Schedulling Information Sistem. Katholike Universiteit Leuven: Leuven.
8. Soetjipto. 1992. Dasar-Dasar Irigasi. Erlangga :Jakarta.
A. Latar Belakang
A
nalisis kimia tanah akan membantu dalam memprediksikan kemampuan
tanah dalam suplai hara bagi tanaman. Namun, sering terjadi bahwa
hanya sejumlah sedikit saja unsur-unsur tersedia bagi tanaman. Untuk
itu diskusi dan pembahasan tentang sifat kimia tanah difokuskan pada reaksi
pertukaran kation, pH tanah, kejenuhan basa, koloid tanah.
Tanah merupakan perantara penyedia suhu, udara, air dan unsur-unsur hara.
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam
tanah, tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti telah disebutkan diatas.
Tanah terbentuk dari batuan yang melapuk. Adapun komposisi kimia rata-rata dari
batuan beku ditunjukkkan dalam Tabel 1. Variasi kandungan unsur Silikon, Oksigen
dan Aluminium sangat banyak ditemui. Hal ini menunjukkan dominasi mineral
silikat dan aluminosilikat pada batuan beku. Selanjutnya adalah unsur besi, kalsium,
magnesium, natrium, dan kalium. Komposisi kimia batuan beku menyerupai
komposisi mineralogik dari tanah yang telah melapuk minimal atau sedang.
Sejumlah tanah mengandung kuarsa, feldspar, dan mika pada fraksi pasir dan
debunya, liat silikat lapis 2:1 dalam fraksi liatnya, dan kebanyakan muatan negatif
liat dinetralisir dengan adsorpsi ion-ion kalsium, magnesium, sodium dan kalium.
Tabel 1. Komposisi kimia batuan beku dan tanah-tanah yang melapuk intensif
Total 100,5
Adapted from Bohn, McNeal, and OConnor, 1985 in Foth, 1990
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+)
di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-
yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang
masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding OH-, sedang pada tanah alkalin
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7. Konsentrasi H+ atau OH- dalam
tanah sebenarnya sangat kecil. Nilai pH berkisar antara 0-14 dengan pH 7 disebut
netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis.
Besarnya kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi air
murni yaitu :
HOH H+ + OH-
b. Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Liat
termasuk koloid tanah (koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid tanah
merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi-reaksi fisikokimia dalam
tanah. Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang dikenal sebagai mikro sel
pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion yang bermuatan positif akan
tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer).
1. Mineral liat. Mineral liat adalah mineral yang berukuran <2 . Mineral liat
dalam tanah terbentuk karena :
a. Rekristalisasi (sintesis) senyawa hasil pelapukan mineral primer
b. Alterasi langsung mineral primer yang telah ada (misalnya mika menjadi ilit)
a. Tipe 1:1 (satu lapis Si-tetrahedron dan satu lapis Al-oktahedron) contoh:
kaolinit dan haloisit
b. Tipe 2:1 (2 lapis Si-tetrahedron dan 1 lapis Al-oktahedron), contoh :
montmorilonit, illit dan vermikulit
c. Tipe 2:2 (2 lapis Si-tetrahedron dan 2 lapis Al-oktahedron), contoh : klorit
Koloid organik utama adalah humus. Koloid organik tersusun atas C, H dan O.
Humus bersifat amorf, KTK tinggi dan lebih mudah dihancurkan dibandingkan liat.
Sumber muatan negatif humus adalah gugus karboksil dan gugus fenol. Muatan
humus adalah tergantung pH. Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat oleh
gugusan karboksil atau fenol dan menjadi lemah ikatannya jika pH lebih tinggi.
Berdasarkan atas kelarutannya dalam asam dan alkali humus disusun atas 3 bagian
utama yaitu :
1. asam fulvik
2. asam humik
3. humin
Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+ dsb.
Didalam tanah, kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh
koloid-koloid tanah. Banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah persatuan berat
tanah dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap
oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh gaya gravitasi, tetapi dapat diganti
oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut disebut pertukaran
kation.
Humus 100-300
Klorit 10-40
Montmorilonit 80-150
Illit 10-40
Kaolinit 3-15
Seskuioksida 0-3
KTK adalah sifat kimia yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah
dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik
daripada tanah KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation
basa seperti Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila
didominasi oleh kation asam seperti Al dan H dapat mengurangi kesuburan tanah.
Tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK
lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau
tanah berpasir.
c. Kejenuhan Basa
Kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tersebut dapat dibedakan
menjadi kation-kation basa dan kation-kation asam. Kejenuhan basa menunjukkan
perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation
basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah
jumlahkationbasa
Kejenuhanbasa X 100%
KTK
Unsur hara yang sangat diperlukan tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak
dapat digantikan oleh unsur lain disebut unsur hara esensial. Unsur hara esensial
dapat berasal dari udara, air, atau tanah yang berjumlah 17 yaitu :
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak,
sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat sedikit. Unsur hara tersedia bagi tanaman dengan cara :
1. Aliran massa
2. Difusi
3. Intersepsi akar
Nitrogen (N)
Bahan organik adalah sumber N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan
organik juga mengandung unsur lain terutama C, P, S dan unsur-unsur mikro lain.
Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara dibantu dengan adanya simbiose
dengan tanaman leguminose yaitu bakteri bintil akar atau Rhizobium. Disamping itu
dibantu pula oleh bakteri yang hidup bebas (non simbiotik) yaitu Azotobacter dan
Clostridium.
Fungsi N :
Gejala defisiensi N:
1. Tanaman kerdil
2. Pertumbuhan akar terbatas
3. Daun-daun kuning dan gugur
Gejala kelebihan N:
Fosfor (P)
Fungsi P :
1. Pembelahan sel
2. Pembentukan albumin
3. Pembentukan bunga, buah dan biji
4. Mempercepat pematangan
5. Memperkuat batang tidak mudah roboh
6. Perkembangan akar
7. Memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur mayur dan makanan ternak
8. Tahan terhadap penyakit
9. Membentuk nukleoprotein
10. Metabolisme karbohidrat
11. Menyimpan dan memindahkan energi
Kalium (K)
Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah dan berasal dari
pupuk buatan (ZK)
Fungsi K :
1. Pembentukan pati
2. Mengaktifkan enzim
3. Pembukaan stomata
4. Proses fisiologis dalam tanaman
5. Proses metabolik dalam sel
6. Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain
7. Mempertinggi ketahahan terhadap kekeringan dan penyakit
8. Perkembangan akar
1. Terlihat pada daun tua, karena daun muda yang masih tumbuh dengan aktif
menyedot K dari daun tua
2. Ruas pada tanaman jagung memendek dan tanaman tidak tinggi
3. Pinggir daun berwarna coklat mulai daun tua
Kalsium (Ca)
Ca dalam tanah berasal dari mineral primer (plagioklas), karbonat (kalsit dan
dolomit) , garam-garam sederhana (gipsum dan Ca fosfat). Ca diambil tanaman
dalam bentuk Ca++.
Fungsi Ca:
1. Tunas dan akar tidak dapat tumbuh karena pembelahan sel terhambat
2. Pada jagung, ujung daun coklat dan melipat serta terkulai ke bawah saling
melekat dengan daun dibawahnya
Magnesium (Mg)
Diserap sebagai Mg++. Mg dalam tanah berasal dari mineral kelam (biotit, augit,
hornblende, amfibol), garam (MgSO4), dan kapur (dolomit).
Fungsi Mg :
1. Pembentukan klorofil
2. Sistem enzim (aktivator)
3. Pembentukan minyak
Belerang (S)
Diserap tanaman dalam bentuk SO42- dan dalam bentuk gas SO2 dari udara melalui
daun. Sedangkan bentuknya dalam tanaman berupa protein, sulfat dan volatile
(mudah menguap) seperti allysulfat pada bawang putih dan bawang merah.
1. Diambil tanaman
2. Pencucian (leaching)
3. Penguapan SO42-
Gejala defisiensi S :
Unsur mikro dalam tanah berasal dari mineral dalam bahan induk dan bahan
organik. Adapun faktor yang menentukan ketersediaan unsur mikro adalah :
pH tanah
Drainase tanah
Jerapan liat dan reaksi kimia
Ikatan dengan bahan organik
Zn
pembentukan hormon tumbuh
katalis pembentukan protein
pematangan biji
Fe
Pembentukan klorofil
Oksidasi reduksi dalam pernafasan
Penyusun enzim dan protein
Cu
Katalis pernafasan
Penyusun enzim
Pembentukan klorofil
Metabolisme karbohidrat dan protein
B
Pembentukan protein
Metabolisme nitrogen dan karbohidrat
Perkembangan akar
Pembentukan buah dan biji
Mn
Metabolisme N dan asam organik
Fotosintesis
Mo
Meningkatkan pengikatan N oleh bakteri simbiotik
Pembentukan protein
Unsur mikro yang termasuk jenis kation yaitu Fe, Mn, Zn Cu diambil
tanaman melalui pertukaran kation atau sebagai kation terlarut seperti Fe2+,
Mn2+, Zn2+ dan Cu2+.
Unsur mikro yang termasuk jenis anion yaitu B, Mo, Cl diambil tanaman
dalam bentuk anion terlarut seperti B33-, MoO43-, Cl-, kadang juga diambil
dalam bentuk pertukaran anion
Unsur mikro dapat diserap melalui daun (dengan penyemprotan)
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Tisdale, S. L, Nelson, W. L. and Beaton, J. D. 1990. Soil Fertility and
Fertilizers. 4th ed. Macmillan Publishing Company. New York.
3. Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
A. Latar Belakang
H
ampir semua kehidupan di dalam tanah tergantung pada bahan organik
untuk memenuhi kebutuhan akan hara dan energi. Telah diketahui pula
betapa pentingnya bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman.
Bahan organik berperan memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah.
Modul 7 ini akan membahas akan arti penting bahan organik dalam tanah.
Bahan organik merupakan bagian integral dari tiap tanah yang mempengaruhi sifat-
sifat fisik, kimia dan biologi tanah jauh lebih besar dari proporsi bahan ini dalam
tanah. Proporsi bahan organik pada tanah mineral pada umumnya berkisar antara 1-6
persen, sedang pada tanah organik dapat mencapai separuh dari massa tanah. Semua
zat-zat organik dalam tanah, hidup atau mati, segar atau melapuk, senyawa
sederhana atau yang kompleks, merupakan bagian dari bahan organik yang terdapat
di tanah. Binatang-binatang, demikian juga akar-akar tanaman yang hidup dalam
tanah tidak dimasukkan dalam definisi ini. Pada pihak lain, bakteri-bakteri,
cendawan dan mikroba hidup dimasukkan sebagai bagian dari bahan organik karena
alasan sederhana yaitu disebabkan tidak mungkin memisahkannya dari bahan
organik lainnya dalam tanah.
Dengan pertimbangan di atas, jelaslah definisi mengenai bahan organik.
Untuk tujuan praktikal, bahan organik dapat digolongkan sebagai residu dan humus.
Residu meliputi bagian-bagian tanaman maupun binatang yang mati pada semua
stadia pelapukan. Humus merupakan bahan organik yang berwarna gelap yang
mempunyai sifat-sifat kimia maupun fisika yang cukup jelas dan melapuk dengan
lambat, tidak secepat pelapukan residu. Selanjutnya dalam tulisan ini yang
dimaksud dengan bahan organik tanah adalah humus. Kalau dikatakan bahan
organik merupakan sumber hara untuk tanaman maka yang dimaksud tentulah residu
ditambah dengan humus.
Retensi air Bahan organik dapat memegang air Mengurangi sifat mengerut dan
sampai 20 kali beratnya mengembang, memperbaiki retensi pada
Kombinasi dengan tanah-tanah berpasir
mineral-mineral liat Mengingat molekul-molekul dalam
agregat-agregat
Di antara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan
nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah,
dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N, kadar
bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15 20 %), makin
ke bawah makin berkurang, hal ini disebabkan akumulasi bahan organik memang
terkonsentrasi di lapisan atas.
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke
daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama
kadar bahan organik dan N bertambah dua hingga tiga kali setiap suhu tahunan rata-
rata turun 10oC. Bila kelembaban efektif meningkat kadar bahan organik dan N juga
bertambah. Hal ini menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.
Drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk
menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik.
Pelapukan intensif menyebabkan rendahnya kadar organik pada tanah-tanah tropis.
Selain itu, bahan organik berperan sebagai: sumber makanan dan energi
untuk mikroorganisme; nutrisi tanaman melalui pelapukannya dan peranan
pertukaran ion dari humus; penyedia bahan yang diperlukan untuk pembentukan dan
stabilisasi agregat-agregat tanah; pemegang air dan melalukan air; pengendali aliran
permukaan dan erosi tanah.
Banyak kompleks humus-liat terjadi di dalam perut cacing dan fauna tanah
lainnya/ kontak liat dan bahan organik sangat dekat dan kegiatan mikroorganisme
melapuk bahan organik menjadi intensif. Dengan penuaan, pelapukan bahan organik
menghasilkan humus dan dengan demikian menghasilkan agregat-agregat yang
mantap air. Tanah dari tahi cacing menunjukkan kapasitas tukar kation yang tinggi
dari tanah asalnya. Dengan jalan ini adanya cacing meningkatkan kesuburan tanah
lapisan paling atas.
Bahan organik, terutama yang telah menjadi humus, dengan rasio C/N
dimana N 20 dan C 57 %, dapat menyerap air 2-4 x lipat dari bobotnya. Karena
kandungan air tersebut maka humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
Tanah-tanah yang banyak mengandung bahan organik memerlukan air lebih banyak
untuk disimpan sebagai persediaan, dengan demikian kelembaban tanah akan terjaga
lebih baik.
Bahan organik dapat menyerap panas tinggi, sebaliknya dapat juga menjadi
isolator panas karena mempunyai daya hantar panas rendah. Karena itu, walaupun
permukaan tanah mendapat panas yang tinggi dari sinar matahari, tetapi tanah
bagian bawah tidak terlalu terpengaruh.
Bahan organik adalah sumber energi atau menjadi bahan makanan bagi
banyak jasad mikro yang hidup dalam tanah. Bahan organik segar atau bahan yang
belum menjadi humus akan dirombak, dan kehidupan jasad mikro dalam tanah
Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, bobot isi rendah dan dengan
kelembaban tanah tinggi serta temperatur tanah yang stabil meningkatkan kegiatan
jasad mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian mineral memberikan
struktur tanah yang gembur dan remah serta mudah diolah. Struktur tanah yang
demikian merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan
tanaman. Tanah yang berstruktur liat, pasir atau tanah yang berstruktur gumpal, bila
dicampur dengan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik.
2. Gugus Karbonil (C = O)
HCHO ( Formaldehida)
CH3CHO (Asetaldehida)
O
CH3C CH3 (Dimetil Keton = Aseton)
O
CH3C CH2CH3 (Metil Etil Keton)
O
CH3
CH3
4. Enol
OH terikat pada karbon berikatan rangkap
-C::C:O:
H
O O
RC O : H + : O : H RC O : - + H : O : H+
H H
6. Asam Amino
O
R CH C OH
NH2
Jaringan tanaman dirubah menjadi jaringan jasad mikro dan humus melalui
proses perombakan yang kemudian membentuk karbon (C). Menurut Yulius,dkk.,
(1985), melalui mineralisasi humus, CO2 dilepaskan kembali ke udara dan diserap
oleh tumbuhan hidup, dan melalui fotosintesa sekali lagi C dirubah ke dalam
jaringan tumbuhan.
Pengolah tanah menyatakan bahwa tanah yang mudah dikerjakan adalah tanah yang
mudah diolah. Tanah yang mengandung bahan organik yang baik adalah tanah yang
mudah diolah. Para ahli tanah berpendapat bahwa tanah mudah diolah sebagai
variabel yang berarti mudah diremuk atau dilumat. Partikel tanah terikat bersama
dalam bentuk kepingan-kepingan kecil dalam bentuk tumpukan atau granular.
Kondisi tanah sebelum diolah dapat ditentukan melalui peremukan tanah yang
menunjukkan jenuh tidaknya tanah, sehingga dapat atau belum diolah.
Penjelasan tentang bahan organik, humus dan yang berkaitan dengan proses
pembentukannya dapat memberikan pengertian yang luas berkaitan dengan fungsi
tanah sebagai media. Kita dapat membuat matrix dalam berbagai hal sesuai dengan
sifat-sifat tanah dan produksi pertanian.
Penilaian dalam penugasan pada modul 7 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung
3. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
A. Latar Belakang
S ecara fisik, tanah tersusun bahan mineral dan bahan organik dalam berbagai
ukuran. Partikel mengisi matriks tanah sekitar 50% ruang pori, dan sisanya
diisi air dan udara. Hal ini membentuk sistem 3 fase yaitu padatan, cair dan
gas. Hampir di semua penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik
tanah.
Belum semua petani memahami pentingnya dan gunanya aspek biologi tanah dan
mereka juga kurang menyadari keberadaan tanaman maupun binatang-binatang
tersebut dalam tanah. Salah satu sebab adalah sebagian besar binatang-binatang
tersebut merupakan mikroba yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop.
Perombakan bahan organik menjadi humus dilakukan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme tersebut menyerap nitrogen bebas dari tanah dan udara, yang
kemudian menghubungkannya dengan elemen lain dalam bentuk yang tersedia bagi
tanaman tinggi. Manusia (petani) tidak dapat melakukan hal ini kecuali bakteri yang
merubah bentuk nitrogen bebas dalam bentuk yang dapat larut dalam air.
Cacing tanah
Cacing tanah makan bahan organik mati sisa hewan atau tanaman, tidak makan
vegetasi hidup. Bahan organik dan tanah halus yang dimakan cacing kemudian
dikeluarkan sebagai kotoran (ekskresi) atau casting yang berupa agregat-agregat
berbentuk granular dan tahan terhadap pukulan air hujan serta banyak mengandung
unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Spesies cacing utama adalah : Helodrilus
caliginosus (cacing kebun), Helodrilus foetidus (cacing merah) dan Lumbricus
terrestris (cacing malam).
1. Crustacea
2. Chilopoda
3. Arachnida
4. Inscect
Protozoa (Gambar 2) merupakan hewan bersel satu yang makan bakteri sehingga
dapat menghambat daur ulang unsur-unsur hara ataupun menghambat berbagai
proses dalam tanah yang melibatkan bakteri. Ada tiga jenis protozoa yaitu Amoeba,
Flagellata dan Chiliata. Nematoda adalah cacing yang sangat kecil seperti benang,
tidak berbuku-buku. Nematoda dibagi 3 yaitu : (1) Pradaceous, (2) Parasitik, (3)
Omnivorous. Nematoda parasit dapat menyerang semua jenis tanaman.
Mikroflora
Mikroflora dalam tanah antara lain : bakteri, fungi, actinomycetes, dan algae.
Bakteri, fungi dan aktinomisetes membantu pembentukan struktur tanah yang
mantap karena kemampuannya dalam mengeluarkan zat perekat yang tidak mudah
larut dalam air.
Bakteri
1. Bakteri fotoautotrof, menggunakan energi dari sinar matahari dan karbon dari
CO2 udara untuk mendapatkan makanannya
2. Bakteri fotoheterotrof, menggunakan energi dan sinar matahari dan karbon dari
bahan organik untuk mendapatkan makanannya
3. Bakteri Chemoautotrof, menggunakan energi dari hasil oksidasi bahan
anorganik seperti N, S, Fe dan karbon dari udara untuk makanannya.
Fungi
1. Parasitik
2. Saprofitik
3. Simbiotik
Mycorhiza, yang berarti jamur akar adalah assosiasi simbiosis mycelia fungi dengan
akar tanaman tertentu (Gambar 3). Mikoriza membantu tanaman induk menyerap
unsur hara tertentu. Mikorisa ada dua macam yaitu mikorisa ektotropik dan
mikorisa endotropik.
Aktinomisetes
Secara taksonomi dan morfologi dapat digolongkan menjadi fungi atau bakteri.
Dicirikan oleh miselia yang bercabang-cabang seperti fungi. Aktinomisetes dapat
memproduksi antibiotik seperti streptomycin, aeromycin, tetramycin, dan neomycin.
Fungsi utama actinomycetes adalah dalam dekomposisi bahan organik terutama
selulosa dan jenis bahan organik lain yang resisten.
Algae
Algae (Gambar 2) mempunyai klorofil dan terdiri dari green algae, blue green
algae, yellow green algae dan diatomae. Berkembang biak pada tanah subur dan
lembab. Blue green algae dapat mengikat N udara. Pada tanah sawah yang
tergenang, algae membantu mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan
menggunakan N dari udara.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.
A. Latar Belakang
K
esuburan tanah adalah kemampuan tanah dalam meyediakan hara untuk
pertumbuhan tanaman. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kemampuan tanah menyediakan hara untuk tanaman adalah mineralogi
tanah, kapasitas tukar kation tanah, bahan organik tanah, populasi
mikroorganisme tanah.
Modul ini mencakup bahasan tentang konsep tanah subur, parameter indikatif
kesuburan tanah.
Kesuburan alamiah sutau tanah bergantung pada banyak sedikitnya hara yang dapat
diberikan oleh bahan induk. Penyedian ini tidak dapat bertahan lama dalam sistem
kesuburan tanah diakibatkan banyaknya kebocoran yang terjadi. Oleh karena itu
sistem kesuburan tanah harus dijaga dan tingkatkan. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan dalam menjaga sistem kesuburan tanah, yaitu:
4. Mengurangi perubahan unsur hara tersedia menjadi unsur hara tak tersedia
Klasifikasi Pupuk
Klasifikasi pupuk telah banyak dilakukan oleh para ahli untuk membedakan, jenis,
bahan asal dan cara/sifat kerjanya, yaitu:
2. Pupuk tidak langsung; pengaruh utama adalah terhadap tanah, tetapi juga
mengandung unsur hara, seperti pengapuran dan penambahan bahan organik.
1. Pupuk yang kerja cepat ( fast acting/fast release): pengaruhnya cepat terlihat,
contohnya pupuk yang bersifat higroskopis
1. Pupuk organik
2. Pupuk anorganik atau pupuk mineral: mengandung satu atau lebih senyawa
anorganik.
1. Pupuk tunggal: pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara
essensial.
2. Pupuk hara mikro: pupuk yang mengandung unsur mikro serta dibutuhkan
dalam jumlah kecil.
2. Pupuk cair
Dasar-Dasar Pemupukan
Dalam melakukan pemupukan ada beberapa hal yang penting diperhatikan yaitu ;
Pupuk Organik
Usaha lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah
dengan pemberian pupuk organik atau pupuk kandang. Kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai
keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti
permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-
kation tanah dsb.
Pupuk kandang
Hal penting yang diperhatikan dari pupuk kandang yaitu sifat-sifat pupuk kandang
olehkarena tiap jenis hewan yang dipelihara menghasilkan pupuk kandang dengan
sifat yang berbeda-beda. Kandungan unsur hara pukan juga ditentukan oleh
makanan ternak/hewan yang diberikan.
Pupuk hijau dapat diartikan sebagai hijauan muda dan dapat sebagai penambah N
dan unsur-unsur lain, atau sisa-sisa tanaman yang dikembalikan ke tanah. Pupuk
hijau sebagai pengganti pupuk kandang apabila pupuk kandang sedikit, sedangkan
tanah sangat memerlukan pupuk organik. Pupuk hijau umumnya berupa tanaman
leguminosa dan sering ditanam sebagai tanaman sela atau sebagai tanaman rotassi
untuk memanfaatkan waktu sehingga tanah tidak diberakan. Tanaman pupuk hijau
harus memenuhi syarat-syarat sbb:
Kompos
Selain pukan dan pupuk hijau, dalam penyedian pupuk organik dapat digunakan
kompos. Kompos adalah bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat yang
terlindung dari matahari dan hujan, diatur kelembabannya dengan menyiram air bila
terlalu kering.
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang dibuat dengan teknologi tinggi
sehingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fisik dan cara
kerja seperti pupuk kimia (anorganik). Pupuk ini dapat memperbaiki sifat fisik
tanah dan biologi tanah dan dapat menyediakan unsur hara lebih cepat dan lebih
efektif seperti pupuk kimia.
Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan
penyemprotan ke daun. Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar
adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga
perbaikan tanaman cepat terlihat. Unsur hara itu, unsur hara yang diberikan lewat
daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan
atau kerusakan tanah. Kekurangan pupuk yang diberikan lewat daun adalah bila
dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak. Kecuali itu, pupuk daun
tidak dapat diberikan pada tanaman yang dikonsumsi daunnya (misalnya sayuran)
atau buah yang berkulit tipis (tomat). Harga pupuk daun lebih mahal daripada
pupuk akar dan pemeberiannya memerlukan alat khusus.
Pengapuran
Dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah, pemberian kapur juga termasuk dalam
perbaikan kesuburan tanah. Pengapuran berguna untuk :
1. Menaikkan pH tanah
2. Menambahkan unsur Ca, Mg
3. Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo
4. Mengurangi keracunan Fe, Mn dan Al
5. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil-
bintil akar
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Tisdale, S. L, Nelson, W. L. and Beaton, J. D. 1990. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. Macmillan Publishing Company. New York.
A. Latar Belakang
T
anah dari satu tempat ke tempat lain berbeda-beda. Perbedaan tanah
sangat ditentukan perbedaan karakteristik tanah sehingga dikelompokkan
dalam kelas berbeda. Sistem klasifikasi di dunia cukup banyak, namun
yang banyak digunakan saat ini adalah sistem klasifikasi menurut Soil
Taxonomy (USDA, 1975). Sistem klasifikasi yang digunakan berdasarkan faktor
pembeda dan horison diagnostic (epipedon, sub-surface dan sifat penciri lainnya).
Sifat tanah berbeda-beda, baik warna, tekstur dan sifat lainnya. Kita akan mengenal
tanah yang berwarna hitam, merah atau bertekstur pasir, debu, liat dan lain-lain
sehingga sangat penting bagi kita untuk mengelompokkan tanah-tanah tersebut ke
dalam suatu kelompok tertentu atau perlu untuk diklasifikasikan agar dapat
dibedakan satu sama lainnya. Pengkelasan ini sangat penting artinya dalam
penentuan pengelolaan tanah sehingga tanah dapat tepat penggunaan dan
manajemennya.
Sistem FAO/UNESCO
Sistem USDA
Sistem yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy
(1975) menggunakan 6 kategori yaitu Ordo (Tabel 2), Sub-ordo, Great Soil Group,
Subgroup, Family dan Seri.
Horison penciri
Epipedon
1. Epipedon mollik
2. Epipedon umbrik
3. Epipedon histik
Tabel 3 Penamaan Tanah menurut sistem FAO, PPT Bogor dan USDA
ORDO : ALFISOL
SUBORDO: USTALF
SERI: Tamalanrea
Sumber pustaka:
A. Latar Belakang
Mutu sumberdaya lahan tidak menurun akibat kerusakan struktur lahan ( yaitu,
pemadatan) atau pembentukan garam, selenium, atau unsur-unsur beracun yang lain;
demikian pula berkurangnya ketebalan topsoil yang mantap akibat erosi, serta
berkurangnya kapasitas memegang air. Pengaturan sumberdaya air tersedia harus
sesuai dengan kebutuhan tanaman, dan kelebihan air dibuang melalui drainase atau
jika tidak sebaiknya banjir pada lahan dihindari. Integritas biologi dan ekologi dari
sistem harus dipelihara melalui pengelolaan sumberdaya genetik tumbuhan dan
hewan, hama tanaman, siklus nutrisi, dan kesehatan hewan. Pengembangan
perlawanan dengan pestisida harus dihindarkan. Sistem harus secara ekonomis sehat,
mengembalikan ke produsen adalah suatu keuntungan yang dapat diterima. Harapan
sosial dan norma-norma budaya sebaiknya dipenuhi, seperti halnya kebutuhan
makanan dan serat bagi populasi.
Persyaratan Karakteristik Fisik, Kimia, Dan Biologi Tanah Bagi Pertumbuhan &
Produktivitas Tanaman
Tanah dan air sebagai sumberdaya alam lahan yang terbatas luas dan kualitasnya
serta tidak dapat diperbaharui, sedangkan kehidupan dan kelangsungan hidup
manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya sangat tergantung dari hasil eksploitasi
tanah dan air. Karena itu tanah dan air yang terbatas ini perlu dikelola secara benar,
tepat dan efisien secara berkesinambungan dan berkelanjutan agar dapat
dimanfaatkan terus.
Akibat kemajuan pembangunan yang sejalan dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk, semakin meningkatnya tingkat pendapatan dan pengetahuan
penduduk, membuat semakin meningkatnya pula tuntutan kebutuhan pangan, gizi,
sandang dan papan baik jumlah maupun kualitasnya. Di lain pihak tanah dan air
terbatas keberadaannya, yang banyak tersedia adalah tanah-tanah yang termasuk
lahan marginal ataupun lahan bermasalah. Lahan marginal yang rendah
produktivitasnya ataupun lahan bermasalah, bila diusahakan produktivitasnya
mampu ditingkatkan, namun membutuhkan input biaya produksi tinggi, termasuk
input teknologi serta butuh waktu relatif lama untuk mencapai hasil yang
menguntungkan (titik impas = break even point). Inipun bila dikelola secara benar,
tepat dan efisien.
Tanah dan air adalah salah satu faktor produksi yang sifatnya tidak bergerak
dan berfungsi sebagai modal dasar, bila diusahakan selalu berorientasi pada hasil
yang menguntungkan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dicapai bila tanah dan air
dikelola secara benar, tepat dan efisien.
Tanah dan air sebagai modal dasar pembangunan untuk berbagai aspek
kepentingan, untuk berbagai sektor pembangunan. Untuk itu setiap bidang tanah
perlu diatur peruntukan dan pemanfaatannya, yang disesuaikan dengan kemampuan
tingkat kesesuaian lahan.
Tanah dan air bagian dari lingkungan, untuk itu bagaimana tanah dan air
1. Keasaman (pH)
Tanah asam dapat mempengaruhi keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman.
Agar tanah yang bereaksi asam dapat ditanami, maka keasamannya perlu
diperkecil, angka pH diperbesar dengan pemberian kapur.
2. Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam tanah dan
dibutuhkan dalam jumlah banyak. Unsur Nitrogen (N) mempunyai peranan
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan dan khususnya batang, cabang
dan daun, hijau daun serta berguna dalam proses fotosintesa. Tanah dengan
4. Phospor (P)
Posphor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih
dan tanaman muda. Phospor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk
pembentukkan protein tertentu, membantu asimilasi, mempercepat bunga,
pemasakan biji dan buah. Tanah yang berkurang Phospornya akan jelek
akibatnya bagi tanaman kalau tanaman berbuah, buahnya kecil dan cepat
matang.
5. Kalium (K)
Unsur Kalium berperan dalam membantu pembentukan Protein dan
Karbohidrat, memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak
mudah gugur. Kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam
menghadapi kekeringan dan penyakit. Apabila tanah dengan kandungan unsur
kalium rendah menyebabkan daun tanaman keriting, mengerut, timbul bercak
merah coklat, mengering lalu mati.
6. Ca (Kalsium)
Kalsium berperan merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan
batang dan merangsang pembentukan biji dan apabila tanah dengan kandungan
Kalsium rendah maka daun mudah mengalami klorosis. Kuncup-kuncup muda
akan mati karena perakarannya kurang sempurna, malahan sering salah bentuk.
Kalaupun ada daun yang muncul, warnanya akan berubah dan jaringan
dibeberapa tempat pada helai daun akan mati.
Kaitan land clearing dengan pengelolaan tanah dan air antara lain:
1) Setiap penggunaan lahan utamanya di sektor pertanian, mutlak
diperlukan land clearing utamanya lahan bervegetasi hutan,
merupakan tahapan awal dari tindakan pengelolaan tanah dan air.
2) Land clearing termasuk kegiatan pengelolaan tanah dan air yang
butuh biaya relatif tinggi dan pada kondisi lahan tertentu dapat
menjadi biaya investasi yang tinggi dibandingkan tahapan kegiatan
pengelolaan tanah dan air.
3) Waktu pelaksanaan land clearing relatif lama dan pada kondisi lahan
tertentu termasuk kegiatan yang membutuhkan waktu terlama
dibandingkan tahapan kegiatan pengelolaan lainnya.
4) Kegiatan land clearing tidak sekedar membersihkan vegetasi
dipermukaan saja tetapi termasuk tunggul batang dan perakaran yang
ada dalam tanah, tunggul batang pohon dan akar yang tidak
dibersihkan, 4 - 5 tahun kemudian dapat menjadi sumber hama
b. Land Lavelling
Tahapan kedua pengelolaan tanah dan air untuk pembangunan pertanian
adalah land lavelling. Sesudah land clearing dilakukan kegiatan land lavelling
yakni meratakan permukaan tanah sampai datar. Pada tanah yang tergolong
datar secara mikro permukaan tanah itu tidak ada yang 100% datar, tetapi
berombak sampai bergelombang. Untuk penggunaan lahan tertentu seperti
pencetakan sawah, pembuatan tambak, rumah, atau bangunan. Dengan
demikian dalam penggunaan lahan utamanya tanah bukaan baru tidak selalu
diperlukan land lavelling tergantung peruntukannya. land lavelling dengan
mempergunakan alat berat sepertiGrader atau buldoser mengupas bagian
tanah yang lebih tinggi dan menimbun bagian tanah yang lebih rendah
sehingga permukaan tanah menjadi datar (cut and fill). Karena terjadi
pengupasan dan penimbunan tanah maka permukaan tanah baru adalah lapisan
sub soil yang rendah kesuburannya, yang bila ditanami tentunya hasil yang
akan diperoleh tidak seperti tanah yang sebelum land lavelling.
c. Land Cleaning
Land cleaning menghaluskan permukaan tanah yang miring, sama dengan land
levelling tidak semua lahan setelah land clearing diperlukan land cleaning.
Permukaan tanah berlereng yang tidak mulus untuk jenis tanaman semusim
yang dilakukan secara mekanis perlu dimuluskan (diperhalus) agar alat
mekanis dapat lebih lancar bergerak dengan barisan yang lurus (mulus).
1) Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan meliputi karakteristik iklim, topografi/kelerengan,
keadaan batuan serta karakteristik vegetasi dan tanah serta fasilitas.
a) Kaitan pengolahan tanah dengan karakteristik iklim, utamanya curah
hujan bulanan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan pada
bulan-bulan kurang hujan ataupun sama sekali tidak ada hujan.
Kondisi air tanah berlebihan karena hujan memperlambat kegiatan
pengolahan tanah dan kualitas hasil olahan yang jelek terutama bila
kadar liat tanah semakin tinggi (kenapa?).
b) Kaitan topografi/kelerengan dengan pengolahan tanah. Tanah dengan
kelerengan > 15 % , tidak lagi dianjurkan untuk diolah secara
mekanis karena selain ancaman terjadinya kerusakan tanah juga
karena bahaya terbaliknya kendaraan pengolah yang digunakan, pada
prinsipnya pengolahan tanah pada tanah berlereng yang penting
adalah arah pengolahan tanah.
Arah pengolahan tanah pada tanah berlereng dilakukan searah garis
kontur (tidak harus persis arah kontur) atau arah memotong kemiringan
permukaan tanah, terutama bila diolah dengan alat bajak. Hasil olahan
dengan alat bajak atau berbentuk alur (dead fureous) dengan guludan
(back fureous).
Terbentuk dead fureous yang searah dengan kemiringan lereng, berarti
sengaja membuat alur tempat air mengalir. Yang berarti pula membuat
konsentrasi aliran permukaan terjadi, selanjutnya menjadi kuat untuk
mengikis dan mengangkut tanah ke arah bawah lereng. Untuk itu arah
pengolahan tanah pada tanah berlereng sangat penting diperhatikan karena
Tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman, sehingga untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang baik serta memberikan produksi yang tinggi, maka
dibutuhkan tanah-tanah yang mempunyai kesuburan fisika, kimia serta biologi tanah
yang baik. Namun, untuk sekarang ini lahan di daerah tropis masih memiliki
produktivitas yang rendah karena pengolahan yang intensif dan tanpa
memperhatikan kaidah konservasi tanah-tanah yang mengalami degradasi fisika,
kimia, dan biologi. Sementara kebutuhan akan pangan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar tanah tidak
terdispersi, dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan agar tidak
terjadi pengangkutan tanah. Berdasarkan asas ini ada 3 cara pendekatan dalam
konservasi tanah, yaitu (1) menutup tanah dengan tumbuhan dan tanaman atau sisa-
sisa tumbuhan agar terlindung dari daya perusak butir butir hujan yang jatuh (2)
memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap daya penghancuran
agregat oleh tumbukan butir-butir hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan
dan lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah dan (3) mengatur
aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan
memeperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah.
1. Metode Vegetatif
2. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fsik mekanis yang diberikan terhadap dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi
tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki
atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan
penyediaan air bagi tanaman. Meode mekanik dalam konservasi tanah mencakup
pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan guludan
bersaluran menurut kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat, waduk, tanggul,
kolam atau balong, rorak, perbaikan drainase dan irigasi dll.
Merupakan penggunaan preparat kimia baik berua senyawa sintetik maupun berupa
bahan alami yang sudah diolah, dalam jumlah yang relatis sedikit untuk
meningkatkan stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi. Misalnya salah satu
usaha dalam penggunaan senyawa organic sintetik sebagai soil conditioner
dilakukan oleh van Bavel (1950), yang menyimpulkan bahwa senyawa organic
sintetik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat tanah terhadap air secara
efektif.di antara beberapa macam bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl
dichlorosilane dan methyl-tricholorosilane yang dinamakan MCS. Bahan kimia ini
berupa cairan yang mudah menguap dan gas yang terbentuk bercampur dengan air
tanah. Senyawa ini terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.
Berbagai metode mampu diterapkan dalam konservasi tanah dan air. Dengan
teknik tersebut diharapkan tingkat erosi dapat diminimalkan bahkan dicegah.
Tentunya dengan menjaga lingkungan menjadi kunci utama dalam pelestarian
sumber daya alam khususnya tanah dan air sehingga tanah dan air dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh makhluk hidup serta siklus hidrologi yang terus
berlangsung.
Penilaian dalam penugasan pada modul 11 ini didasarkan pada hasil kerja
perorangan dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
Akhir-akhir ini dengan jelas dunia dengan tragis memberi contoh praktek-praktek
pertanian yang tidak berkelanjutan. Kekeringan, banjir, penebangan hutan, serangan
hama serangga yang tak terkendali, erosi, dan bencana ekonomi pada sistem
produksi makanan mengancam sedikitnya beberapa pertanian daerah pada hampir
semua negara-negara. Dalam perkembangan dunia, banyak orang meninggal sebagai
suatu akibat, jutaan menderita kelaparan dan penyakit, dan perkembangan ekonomi
dihalangi oleh kurangnya modal sementara bantuan asing dialihkan pada kebutuhan
yang lebih mendesak.
Sumber Pustaka
1. Sitanala, Arsyad. 2010. Konservasi Tanah Dan Air. IPB press: Bogor.
2. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
3. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
4. Riquier, J. 1977. Philosophy of the world Assessment of Soil Degradation
and Items for Discussion. FAO Soils Bull, Rome.
Kompetensi Utama : Memahami dasar-dasar pembentukan tanah, sifat-sifat fisik, kimia dan biologi untuk kepentingan
pertumbuhan dan produksi tanaman yang berkelanjutan, konservasi dan pengelolaan lahan.
2. Mampu mempelajari dan mengembangkan sendiri (self learn) pemahaman tentang pengetahuan dasar
ilmu tanah bagi kepentingan pertanian.
Kompetensi Lainnya : Membentuk pribadi yang bertanggung jawab, saling menghargai, kreatif dan berjiwa kepemimpinan.