Anda di halaman 1dari 21

Makalah

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP

oleh:

SUTIAH
M1B116129
ILMU LINGKUNGAN C

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan ridhonya,
yang mengajari kita ilmu dan mengajari manusia atas apa-apa yang tidak diketahui,
dengan pemberian akal yang sempurna. Shalawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga
dan sahabat-sahabatnya. Atas selesainya penyusunan makalah ini, dengan judul:
“Daya Dukung lingkungan Hidup”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari tentulah masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karenanya kritik dan saran konstruktif amat penulis nantikan. Semoga apa yang
tertulis dalam makalah ini dapat bermanfaat. Amin.

Kendari, 11 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................…..iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4

A. Latar Belakang........................................................................................................4

B. Rumusan masalah...................................................................................................5

C. Tujuan.................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................................44

A. Kesimpulan............................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU.No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Pengertian (Konsep) dan Ruang Lingkup Daya Dukung Lingkungan Menurut

UU no 23/ 1997, daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan

hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Menurut

Soemarwoto (2001), daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung

lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat

dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Menurut Khanna

(1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu

kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah

(assimilative capacity).

1. Apa yang di maksud dengan Daya dukung dan daya tampung?

2. Apa yang di maksud dengan Rencana perlindungan dan pengelolaan

Lingkungan Hidup (RPPLH)?

3. Apa yang di maksud dengan kajian lingkungan Hidup Strategis

(KLHS)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar, dan salah

satunya adalah hutan. Secara umum, hutan didefinisikan sebagai sebuah kumpulan

pepohonan yang tumbuh rapat dan lebat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan

aneka ragam jenis yang berperan penting bagi kehidupan dibumi (Arief, 2001).

Secara sederhana ahli kehutanan mengartikan hutan sebagai suatu komunitas biologi

yang didominasi oleh kumpulan pohonpohonan tanaman keras (Doni, 2010).

Pengertian (Konsep) dan Ruang Lingkup Daya Dukung Lingkungan Menurut

UU no 23/ 1997, daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan

hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Menurut

Soemarwoto (2001), daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung

lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat

dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Menurut Khanna

(1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu

kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah

(assimilative capacity).

Menurut Lenzen (2003), kebutuhan hidup manusia dari lingkungan dapat

dinyatakan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia.

Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini disebut jejak ekologi (ecological

footprint). Lenzen juga menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberlanjutan

sumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia kemudian dibandingkan
dengan luas aktual lahan produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas

aktual lahan produktif ini kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan

tersedia dan lahan yang dibutuhkan. Carrying capacity atau daya dukung lingkungan

mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan

mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung

lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan

organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Lingkungan Hidup

Menurut UU.No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Unsur-unsur lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dapat kita sebut

sebagai sumber daya alam, atau dengan kata lain bahwa sumber daya alam adalah

semua tata lingkungan biofisik yang potensial untuk pemenuhan kebutuhan manusia.

Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup. Dengan demikian apa yang ada di

lingkungan sekitar kita merupakan sumber daya alam. Manusia memanfaatkan

lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan dari alam yang terbentuk secara

alamiah.
Secara umum beberapa manfaat unsur lingkungan hidup bagi manusia antara lain

sebagai berikut.

1. Ruang muka bumi sebagai tempat berpijak dan beraktifitas sehari-hari.

2. Tanah dapat dijadikan areal lahan untuk kegiatan ekonomi, seperti lahan

pertanian, perkebunan, dan peternakan, aktivitas sosial lainnya.

3. Unsur udara (oksigen) sangat bermanfaat untuk bernafas manusia dan hewan.

4. Komponen hewan dan tumbuhan merupakan sumber bahan makanan bagi

manusia.

5. Sumber daya alam yang terkandung dalam lingkungan hidup dapat

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

6. Mikroorganisme atau jasad renik sangat berperan dalam proses penguraian

sisa-sisa jasad hidup yang telah mati sehingga tidak terjadi penumpukan

bangkai makhluk hidup, tetapi hancur dan kembali menjadi unsur-unsur tanah.

Air merupakan kebutuhan vital dan esensial bagi makhluk hidup. Tanpa adanya

air, mustahil akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di bumi ini.

Kerusakan lingkungan hidup merupakan fenomena dan gejala sosial yang

saat ini sering kali dijumpai pada berbagai wilayah, baik di wilayah daratan, perairan,

maupun kerusakan atmosfer. Kerusakan lingkungan yang terjadi pada suatu kawasan

dampaknya dapat dirasakan oleh penduduk yang tinggal di luar kawasan tersebut.

Adapun masalah lingkungan yang terjadi di seluruh negara di dunia, baik di negara-

negara maju maupun berkembang adalah pencemaran.


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997, tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi dengan baik

sesuai dengan peruntukkannya.

3.2. Daya Dukung dan Daya Tampung ingkungan Hidup

1. Daya Dukung Lingkungan adalah adanya supply (ketersediaan) dari alam dan

lingkungan serta adanya demand (kebutuhan) dari manusia dan makhluk

hidup lain. Sedangkan tujuan interaksinya adalah tercapainya keseimbangan

antara ketersediaan dan kebutuhan. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah

kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau

komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Makna daya

tampung lingkungan hidup adalah adanya supply atau kapasitas penampungan

atau penyerapan di alam dan lingkungan, serta adanya demand atau hasil

produksi dan ekses dari suatu kegiatan . Daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup (D3TLH) berbasis jasa ekosistem memperhatikan


keragaman dan karakteristik fungsi ekologis, kepadatan penduduk, sebaran

potensi SDA, kearifan lokal dan aspirasi masyarakat serta perubahan iklim

akan menghasilkan indikasi potensi sumberdaya alam di daerah yang akan

bermanfaat sebagai: 1. Acuan pemanfaatan sumber daya alam;

2. Muatan dalam penyusunan Rencana Perlindungan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (RPPLH) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) baik KLHS

untuk RTRW maupun RPJMD;

3. Indikator pada instrumen pengendalian lingkungan hidup;

4. Informasi dan pertimbangan pengambilan keputusan pembangunan;

5. Prediksi dampak dan risiko lingkungan dari sebuah rencana pembangunan;

6. Arahan lokasi kegiatan yang tepat sesuai D3TLH dan minimalisasi risiko

lingkungan;

7. Upaya pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat menimbulkan kerugian

lingkungan;

8. Bahan evaluasi suatu produk perencanaan pembangunan.

3.3. Rencana perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 32/2009) yang menggantikan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No.
23/1997) Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah

lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu

tertentu. RPPLH disusun oleh pemerintah di tingkat nasional, pemerintah provinsi,

dan pemerintah kabupaten/kota. Untuk menyusun RPPLH sesuai dengan UU No.

32/2009 disyaratkan ada instumen KLHS dan analisis dampak lingkungan hidup

(Amdal).

3.4. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Kebijakan nasional penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan

dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan

Ruang [UU 24/1992], yang kemudian diperbaharui dengan Undangundang Nomor 26

Tahun 2007 [UU 26/2007]. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kualitas

tata ruang nasional yang semakin baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan

kriteria aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Namun, setelah lebih dari 25

tahun diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas tata ruang masih belum memenuhi
harapan. Bahkan cenderung sebaliknya, justru yang belakangan ini sedang

berlangsung adalah indikasi dengan penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan.

Pencemaran dan kerusakan lingkungan bahkan makin terlihat secara kasat mata baik

di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan.

Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut, maka tidak ada

lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi produk dari

rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penegasan sanksi atas pelanggaran tata ruang

sebagaimana diatur dalam UU 26/ 2007 menuntut proses perencanaan tata ruang

harus diselenggarakan dengan baik agar penyimpangan pemanfaatan ruang bukan

disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang wilayah. Guna membantu

mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata ruang wilayah maka Kajian

Lingkungan Hidup Strategis [KLHS] atau Strategic Environmental Assessment

[SEA] menjadi salah satu pilihan alat bantu melalui perbaikan kerangka pikir

[framework of thinking] perencanaan tata ruang wilayah untuk mengatasi persoalan

lingkungan hidup yang juga di dukung oleh keluarnya Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Definisi KLHS

Berdasarkan Peraturan Menteri No. 27 tahun 2009 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, KLHS adalah proses

mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup

dalam pengambilan keputusan terhadap kebijakan, rencana, dan/atau program yang

selanjutnya disingkat KRP.


Tujuan KLHS adalah untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan

menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan,

rencana dan/atau program (UU No. 32 Tahun 2009 Pasal 15).

Manfaat KLHS

Adapun manfaat

1. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang- peluang baru melalui

pengkajian secara sistematis dan cermat atas opsi-opsi pembangunan yang

tersedia

2. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada

jenjang pengambilan keputusan yang lebih tinggi

3. Mencegah kesalahan investasi dengan mengingatkan pengambil keputusan

akan adanya peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak tahap awal

proses pengambilan keputusan

4. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat terbangunnya keterlibatan

para pihak (stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses

konsultasi dan partisipasi

5. Melindungi aset-aset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin

berlangsungnya menjamin berlangsungnya pembangunan berkelanjutan

6. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi

pemanfaatan sumberdaya alam, dan menangani masalah kumulatif dampak

lingkungan.

Adapun nilai-nilai yang dianggap penting dalam aplikasi KLHS di Indonesia adalah:

• Keterkaitan (interdependency)
• Keseimbangan (equilibrium)

• Keadilan (justice)

Keterkaitan (interdependencies) digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS

dengan maksud agar dalam penyelenggaraan KLHS mempertimbangkan keterkaitan

antara satu komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain,

atau antara satu variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara

lokal dan global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan seterusnya. Dengan

membangun pertautan tersebut maka KLHS dapat diselenggarakan secara

komprehensif atau holistik.

Keseimbangan (equilibrium) digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS

dengan maksud agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai atau dipandu oleh

nilai-nilai keseimbangan seperti keseimbangan antara kepentingan sosial ekonomi

dengan kepentingan lingkungan hidup, keseimbangan antara kepentingan jangka

pendek dan jangka panjang, keseimbangan kepentingan pembangunan pusat dan

daerah, dan lain sebagainya. Implikasinya, forum-forum untuk identifikasi dan

pemetaan kedalaman kepentingan para pihak menjadi salah satu proses dan metode

yang penting digunakan dalam KLHS.

Keadilan (justice) digunakan sebagai nilai penting dengan maksud agar melalui

KLHS dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang tidak mengakibatkan

marginalisasi sekelompok atau golongan masyarakat tertentu karena adanya

pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber- sumber alam atau modal atau

pengetahuan.
Dengan mengaplikasikan nilai keterkaitan dalam KLHS diharapkan dapat

dihasilkan kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan keterkaitan

antar sektor, wilayah, dan global-lokal. Pada aras yang lebih mikro, yakni proses

KLHS, keterkaitan juga mengandung makna dihasilkannya KLHS yang bersifat

holistik berkat adanya keterkaitan analisis antar komponen fisik-kimia, biologi dan

sosial ekonomi.

Peran KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang

KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan, dan

menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan

dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program [KRP].

Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada

mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan

tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana

tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa

memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai

instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari

penjabaran RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan

efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya. Selain itu KLHS menciptakan

tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku

kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah


administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah

(kerap juga disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-region”).

Sifat pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu KLHS yang bersifat

• instrumental,

• transformatif,dan

• substantif.

Tipologi ini membantu membedakan pengaruh yang diharapkan dari tiap jenis KLHS

terhadap berbagai ragam RTRW, termasuk bentuk aplikasinya, baik dari sudut

langkah-langkah prosedural maupun teknik dan metodologinya.

Pendekatan KLHS

Pendekatan KLHS dalam penataan ruang didasarkan pada kerangka bekerja dan

metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat)

model pendekatan KLHS untuk penataan ruang, yaitu :

1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup/AMDAL (EIA-Mainframe). KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL

yaitu mendasarkan telaah pada efek dan dampak yang ditimbulkan RTRW

terhadap lingkungan hidup. Perbedaannya adalah pada ruang lingkup dan

tekanan analisis telaahannya pada tiap hirarhi KRP RTRW.

2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup

(Environmental Appraisal) : KLHS ditempatkan sebagai environmental

appraisal untuk memastikan KRP RTRW menjamin pelestarian fungsi


lingkungan hidup, sehingga bisa diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang

berpijak dari sudut pandang aspek lingkungan hidup.

3. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated Assessment

Sustainability Appraisal) KLHS diterapkan sebagai bagian dari uji KRP untuk

menjamin keberlanjutan secara holistik, sehingga sudut pandangnya merupakan

paduan kepentingan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Dalam

prakteknya, KLHS kemudian lebih ditempatkan sebagai bagian dari kajian

yang lebih luas yang menilai atau menganalisis dampak sosial, ekonomi dan

lingkungan hidup secara terpadu.

4. KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam

(Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolaan Berkelanjutan

Sumberdaya (Sustainable Resource Management) KLHS diaplikasikan dalam

kerangka pembangunan berkelanjutan dengan fungsinya sebagai berikut:, a)

dilaksanakan sebagai bagian yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan

penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari strategi

spesifik pengelolaan sumberdaya alam. Model a) menekankan pertimbangan

pertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai dasar dari substansi RTRW,

sementara model b)menekankan penegasan fungsi RTRW sebagai acuan aturan

pemanfaatan dan perlindungan cadangan sumberdaya alam.

KLHS dalam kategori ini memiliki dua model, yaitu:

1. Model a) menekankan pertimbangan pertimbangan kondisi sumberdaya alam

sebagai dasar dari substansi RTRW


2. Model b) menekankan penegasan fungsi RTRW sebagai acuan aturan

pemanfaatan dan perlindungan cadangan sumberdaya alam


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Menurut UU.No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,

dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lain.

2. Daya Dukung Lingkungan adalah adanya supply (ketersediaan) dari alam dan

lingkungan serta adanya demand (kebutuhan) dari manusia dan makhluk hidup

lain. Sedangkan tujuan interaksinya adalah tercapainya keseimbangan antara

ketersediaan dan kebutuhan. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah

kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen

lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya

3. Berdasarkan Peraturan Menteri No. 27 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, KLHS adalah proses mengintegrasikan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam

pengambilan keputusan terhadap kebijakan, rencana, dan/atau program yang

selanjutnya disingkat KRP.

4. RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan

hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.

RPPLH disusun oleh pemerintah di tingkat nasional, pemerintah provinsi, dan


pemerintah kabupaten/kota. Untuk menyusun RPPLH sesuai dengan UU No.

32/2009 disyaratkan ada instumen KLHS dan analisis dampak lingkungan hidup

(Amdal).
DAFTAR PUSTAKA

Amarullah Muhamad . 2011. Daya Dukung Lingkungan


https://djuni.wordpress.com/2014/10/17/rpplh-dan-klhs/

https://leumburkuring.wordpress.com/tata-ruang-2/animasi-3d/daya-dukung-
lingkungan/

http://www.slideshare.net/start_light99/konsep-dasar-daya-dukung-10251116

http://www.zonasiswa.com/2014/10/lingkungan-hidup.html

Anda mungkin juga menyukai