Oleh
AWALUDDIN HIDAYAT RAMLI INAKU
101314353001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur
rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Global warming (pemanasan
global), terjadi akibat adanya peningkatan kadar gas rumah kaca
(greenhouse gases) dilapisan troposfer (biosfer) seperti CO 2, uap air,
metan, nitrous oxide, halocarbon dan lainnya, yang menyebabkan
peningkatan rata-rata tenperatur global dipermukaan bumi, baik daratn,
lautan maupun udara biosfer (Mukono, 2011)
Dampak dari global warming atau pemanasan global ini sangat
banyak diantaranya adalah terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim
dimana
sebagian
belahan
dunia
mengalami
musim
hujan
yang
karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia.
Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat
dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit.
Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia
sebagai air minum, sedangkan sisanya adalah air laut. Selain itu,
kecenderungan
yang
terjadi
sekarang
ini
adalah
berkurangnya
oleh
penyakit
yakni
penyakit
waterbornedisease
diantaranya
muntaber dan diare . Begitu peliknya masalah ini sehingga para ahli
berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, akan terjadi pertarungan
untuk memperbuatkan air bersih ini. Sama halnya dengan pertarungan
untuk memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi.
Muntaber merupakan gangguan pencernaan yang menyebabkan
seseorang mengalami muntah dan berak secara bersamaan atau
terpisah. Jika gangguan pencernaan yang satu ini tidak segera diatasi
maka bisa dengan cepat membawa seseorang pada kondisi yang
membahayakan jiwanya, Muntaber bisa disebabkan oleh kuman, bakteri,
atau virus. Muntaber juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi saluran
nafas atau radang tenggorokan, infeksi saluran kemih (kencing) dan
penyakit tifus. Akan tetapi, yang paling sering menyebabkan muntaber
Data
dari
Direktorat
Penyehatan
Lingkungan
Departemen
tangga
(studi
Asian
Development
Bank
1998).
Penyakit yang paling sering menyerang saat krisis air bersih melanda
adalah diare. Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak
(muntaber) ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia,
artinya terjadi terus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun
di pedesaan.
Dari latar belakang di atas bahwa penting bagi kita untuk menjaga
lingkungan dari krisis air bersih terlebih lagi efek pencemaran yang timbul
dari
masalah
pemanasan
global
karena
secara
langsung
dapat
BAB II
ISI
2.1. Pemanasan Global (Global Warming)
Pemanasan global (global warming) merupakan peningkatan ratarata suhu bumi yang disebabkan oleh adanya polusi udara, sehingga
terjadinya pencemaran lapisan udara (atmosfer) dan kerusakan pada
ozon (lapisan udara yang melindungi bumi dari pancaran langsung sinar
ultraviolet). Pemanasan global sudah berlangsung selama satu abad,
namun samapai sekarang pemanasan global atau global warming ini
belum bisa teratasi. Hal ini Karena terjadinya peningkatan emisi gas
secara terus menerus, sehingga suhu bumi terus meningkat. Sementara
panas yang terdapat dibumi sebagian besar menetap di lapisan udara dan
tidak bisa dikeluarkan ke angkasa. Sehingga suhu bumi meningkat, siang
dan malam tetap panas.
Selain
itu,
meningkatnya
populasi
di
dunia
menyebabkan
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
tidak
dapat
meningkatnya
ketinggian
permukaan
laut
rata-rata
global.
Meningkatnya suhu bumi ini telah terjadi sejak 157 tahun yang lalu,
dimana pemanasan pada abad-abad terakhir terjadi dalam dua tahap,
yaitu dari tahun 1910-an hingga 1940-an dengan kenaikan suhu sebesar
0,35oC, dan pemanasan yang lebih kuat mulai dari tahun 1970-an hingga
akhir tahun 2006 dengan kenaikan suhu sebesar 0,55 oC. Pemanasan
sebesar itu telah menimbulkan perubahan pada iklim bumi yang ditandai
dengan meningkatnya jumlah presipitasi (baik berupa hujan maupun
salju), perubahan pola angin serta aspek-aspek cuaca ekstrim seperti
kemarau, presipitasi berat, gelombang panas dan intensitas topan tropis.
Penyebab terjadinya pemanasan global yang memicu berubahnya
iklim bumi juga dikaji oleh IPCC yang menyatakan bahwa kegiatan
9
10
Efek rumah kaca alami ditimbulkan oleh uap air dan gas karbon
dioksida di atmosfer dalam jumlahnya yang alami. Jumlah uap air di
atmosfer sangat bergantung dengan suhu permukaan air laut dan tidak
dipengaruhi secara langsung oleh kegiatan manusia. Lain halnya dengan
karbon dioksida, dimana jumlah gas ini telah berubah secara substansial,
yaitu sekitar 30 persen sejak revolusi Industri, akibat kegiatan industri dan
11
12
Sumber
Pembakaran
Metan (CH4)
bahan
bakar
biomassa,
fosil,
tempat
Hidrofluorokarbon (HFCs)
industri, pertanian
Industri manufaktur, industri pendingin
Perfluorokarbon (PFCs)
CO2 (kT)
170,02
19,12
559,47
CH4 (kT)
2,40
3,24
367
13
N2O (kT)
5,72
0,51
52,86
2,52
CO2eq (kT)
220,2
19,15
71,35
567,33
%
24,84
2,16
8,05
64
Sampah
Total
748,61
402
774,64
61,61
8,44
886,47
0,95
100
2.4. Muntaber
2.4.1. Definisi Muntaber
Penyakit Muntaber atau Vibrio Parahaemolyticus Enteritis adalah
keadaan di mana seseorang menderita muntah-muntah disertai buang air
besar berkali-kali. Kejadian itu dapat berulang tiga sampai lebih sepuluh
14
kali dalam sehari. Terjadi perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
melembek sampai mencair, yang kadang juga mengandung darah atau
lendir.
2.4.2. Faktor Penyebab Kejadian Muntaber
a. Faktor Agent
Penyebab utama penyakit muntaber adalah peradangan usus oleh
bakteri, virus, parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan
atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia serta
kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein. Bakteri E. coli
adalah
penyebab
penyakit
muntaber,
E.
coli
yang
merupakan
menimbulkan
gangguan
dan
hidup
rukun
ini
dinamakan
4 30 jam.
15
b. Faktor Host
1. Usia: penyakit muntaber memang menyerang anak-anak,
terutama pada usia dua hingga delapan tahun. Mereka mudah
tertular karena daya tahan tubuhnya belum sekuat orang
dewasa.
2. Jenis Kelamin: laki-laki dan juga perempuan
3. Ras: Di negara yang lingkungannya kurang bersih,seperti
negara berkembang
c. Faktor Environment
Kondisi lingkungan yang kurang bersih dan sehat sehingga masih
ada penyebab bakteri muntaber selain itu kurangnya kesadaran sosial
terhadap kebersihan dan makanan yang dikonsumsi terkontaminasi
bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan
kuman untuk berkembang biak. Hujan yang terus menerus sehingga
menimbulkan banjir dan lingkungan menjadi kotor, sangat potensial
menimbulkan wabah muntaber.
2.4.3. Proses Penularan
Penularan penyakit muntaber adalah :
a. Melalui
cairan
dari
mulut
(muntah),yang
kurang
bersih
membersihkanya
b. Melalui secret dari anus yang belum bersih,dan air yang
dikunakan ikut tercemar karena muntaber menyebar melalui air
2.4.4. Transmisi
Muntaber memang sangat mudah menular, Terutama melalui air.
Sehingga bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit muntaber atau
tetangga yang kena muntaber usahakan untuk mencegah faktor
penularan tersebut.
2.5. Krisis Air Bersih
16
cenderung
melambat
(berkurang)
akibat
kerusakan
alam
dan
pencemaran. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air
bersih (Suara Pembaruan 23 Maret 2007). Penduduk Indonesia yang bisa
mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, baru mencapai 20 persen dari
total penduduk Indonesia. Itupun yang dominan adalah akses untuk perkotaaan.
Artinya masih ada 82 persen rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air
yang tak layak secara kesehatan. Untuk persentase akses daerah pedesaan
terhadap sumber air di Indonesia lebih rendah daripada beberapa negara
tetangga seperti Malaysia. Di Malaysia, tingkat akses sumber air di pedesaan
mencapai 94 persen. Di negara Indonesia yang kaya sumber daya air ini, angka
akses pedesaan terhadap air bersih hanya menyentuh level 69 persen, lebih
rendah dari Vietnam yang telah mencapai 72 persen. Pada akhir PJP II (2019)
diperkirakan jumlah penduduk perkotaan mencapai 150,2 juta jiwa dengan
konsumsi per kapita sebesar 125 liter, sehingga kebutuhan air akan mencapai
18,775 miliar liter per hari. Menurut LIPI, kebutuhan air untuk industri akan
melonjak sebesar 700% pada 2025. Untuk perumahan naik rata-rata 65% dan
untuk produksi pangan naik 100%.
Pada tahun 2000, untuk berbagai keperluan di Pulau Jawa diperlukan
setidaknya 83,378 miliar meter kubik air bersih. Sedangkan potensi ketersediaan
air, baik air tanah maupun air permukaan hanya 30,569 miliar meter kubik. Ia
mengingatkan, pada tahun 2015 krisis air di Pulau Jawa akan jauh lebih parah
karena diperkirakan kebutuhan air akan melonjak menjadi 164,671 miliar meter
kubik.
Sedangkan
potensi
ketersediaannya
cenderung
menurun.
Di daerah perkotaan seperti Jakarta saja, masih banyak warga yang belum
17
Seiring dengan
pertumbuhan penduduk Jakarta yang sangat pesat, berkisar hampir 9 juta jiwa,
maka penyediaan air bersih menjadi permasalahan yang rumit. Dengan asumsi
tingkat konsumsi maksimal 175 liter per orang, dibutuhkan 1,5 juta meter kubik
air dalam satu hari. Neraca Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun
2003 menunjukkan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diperkirakan baru
mampu menyuplai sekitar 52,13 persen kebutuhan air bersih untuk warga
Jakarta. (Kompas, 20 Juni 2005).
untuk
mengatasi
masalah
air
minum
secara
bersama.
Populasi yang terus bertambah dan sebaran penduduk yang tidak merata.
Pemanfaatan sumberdaya air bagi kebutuhan umat manusia
semakin hari semakin meningkat. Hal ini seirama dengan pesatnya
18
disebabkan
oleh
kejadian
pemanasan
global
(Global
19
Daya
Kementerian
Alam
Negara
dan
Pengendalian
Lingkungan
Hidup
Kerusakan
Lingkungan
mengungkapkan
bahwa
BAB III
21
PENUTUP
hingga bakteri coliform dan fecal coli penyebab diare dan muntaber dan
juga Kerusakan lingkungan yang makin parah akibat penggundulan hutan
merupakan penyebab utama kekeringan dan kelangkaan air bersih.
Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah tangkapan air (catchment
area) telah rusak karena penebangan liar. Laju kerusakan di semua
wilayah sumber air semakin cepat, baik karena penggundulan di hulu
maupun pencemaran di sepanjang DAS. Kondisi itu akan mengancam
fungsi dan potensi wilayah sumber air sebagai penyedia air bersih.
23
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Siti, Pudji R., Widianto, Tri, dan A., Trisni. 2008. Penggunaan Teknologi
Membran pada Pengelolaan Air Limbah Industri Kelapa Sawit. www.bblklibtang.go.id/eng/admin/upload/TEKNOLOGI ME
Programe
24
KLH (1994) disitus Aprimadini, Eva. (2009). Perubahan Iklim Global Dan
Kaitannya Dengan Pengendalian Pencemaran Air.
KLH. 1999. Indonesia National Action Plan for Climate Change. KLH,
Jakarta.Kurnia, U., J. Sri Adiningsih., dan A. Abdurachman. 2004.
Strategi Pencegahan dan Penaggulangan Pencemaran Lingkungan
Pertanian.
Mukono. Aspek Kesehatan Pencemaran Udara. 2011. Surabaya
RAPNI. 2007. Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan
Iklim. Jakarta.
25