Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PAPER PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

“PEMERATAAN INFRASTRUKTUR AIR UNTUK MENGHADAPI


KRISIS IKLIM”

Oleh:

Nama : Iwan Kurniawan


NPM : G1B021037

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya air adalah aset alam yang dapat diperbaharui melalui proses
siklus hidrologi, yang dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim serta perubahan
penggunaan lahan. Perubahan iklim memengaruhi keberlanjutan sumber daya air,
khususnya dalam hal karakteristik yang tidak pasti dari komponen utama
Hidrologi seperti hujan (P) dan debit air (Q). Para ahli manajemen air merespons
tantangan ini dengan dua pendekatan utama, yaitu adaptasi dan mitigasi. Adaptasi
berfokus pada ketidakpastian dalam curah hujan dan debit air, dengan
mengembangkan konsep perencanaan banjir/kekeringan dalam infrastruktur
sumber daya air seperti sistem drainase, infrastruktur air minum, dan pengelolaan
waduk multiguna. Tujuannya adalah agar infrastruktur ini dapat berfungsi secara
berkelanjutan seiring berjalannya waktu. Di sisi lain, mitigasi melibatkan upaya
untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air di daerah aliran sungai. Ini
mencakup pengaturan regulasi dan peraturan terkait aliran air dan pencemaran.
Air merupakan molekul kimia penting bagi kehidupan seluruh makhluk di
bumi. Salah satu faktor utama yang membuat bumi menjadi satu-satunya planet
layak huni yaitu tersedianya air. Cairan air menutupi sekitar 70% permukaan bumi
dengan 95,6% di laut, 4% di gletser, lapisan es, air tanah, danau, sungai, tanah
(kelembapan), dan atmosfer. Namun, meskipun volume air di bumi terhitung
melimpah, tetapi air yang layak guna terancam mengalami krisis. Kepala Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati
menyebut bahwa perubahan iklim yang berdampak pada krisis air semakin
menjadi ancaman serius, sehingga harus menjadi perhatian dan kewaspadaan
seluruh negara di dunia.
Tantangan terkait dengan air saat ini meliputi langkanya ketersediaan air
bersih, kurangnya infrastruktur manajemen air yang tahan terhadap perubahan
iklim, serta tuntutan terhadap infrastruktur yang terjangkau oleh masyarakat.
Ancaman krisis air tidak hanya menimpa masyarakat di wilayah tertentu,
melainkan sudah menjadi ancaman bagi seluruh masyarakat dunia, termasuk di
Indonesia. Berdasarkan hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga

1
(SKAMRT) dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menyatakan bahwa 7
dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi
bakteri Escherichia coli (E-coli). Mengingat air juga merupakan komponen utama
penyusun tubuh manusia, ancaman krisis air bersih dan layak minum sudah
seharusnya menjadi perhatian. Namun di Indonesia, menurut Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa capaian sanitasi aman
Indonesia masih sangat rendah. Angka sanitasi aman Indonesia yaitu baru
mencapai 7% di tahun 2020. Capaian ini lebih rendah dibandingkan Thailand
yang angka sanitasinya mencapai angka 26% dan India yang mencapai 46%.
Kurangnya ketersediaan air bersih di permukaan membuat air tanah menjadi
penopang kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Sekitar 80% kebutuhan air bersih
masyarakat khususnya di wilayah urban, pusat industri dan permukiman padat
berasal dari air tanah. Padahal menurut Direktorat Geologi Tata Lingkungan dan
Kawasan Pertambangan, aliran air tanah di dalam akuifer memerlukan waktu lama
hingga ribuan tahun bergantung pada jarak dan jenis batuannya. Oleh sebab itu
meskipun air tanah bersifat dapat diperbaharui, tetapi jika dikomparasikan dengan
periode hidup manusia, air tanah juga dapat dikategorikan sebagai sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu, ancaman penting lainnya terkait
dengan penggunaan air tanah berlebihan berpotensi mengakibatkan penurunan
muka air tanah (land subsidence) yang menjadi salah satu ancaman yang dapat
menenggelamkan kota-kota di pesisir Indonesia.

2
BAB II
ISI
2.1 Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan isu yang selalu hangat, hampir tidak pernah luput
dari perhatian publik secara global untuk disikapi, dihadapi dan dicarikan solusi
terbaik. Berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi dengan indikasi suhu dan
distribusi curah hujan telah membawa dampak luas di berbagai sektor kehidupan
manusia. International Panel Climate Change (IPCC, 2001), Indonesia sebagai
negara kepulauan yang berada pada daerah tropis merupakan salah satu negara
yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan
dampak lanjutan dari pemanasan global yang berjalan terus menerus yang
dirasakan dalam waktu yang cukup lama yaitu kurun waktu 30 tahun atau lebih.

Iklim berubah terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya


dan faktor eksternal, seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-
faktor yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Perubahan penggunaan lahan
hingga penggunaan bahan bakar fosil menjadi beberapa penyebabnya.
Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika, perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung
atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan
komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang
teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.

3
2.2 Penyebab Perubahan Iklim
Beberapa penyebab yang memicu terjadinya perubahan iklim adalah sebagai
berikut:
a. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
bumi memiliki efek seperti rumah kaca dimana panas matahari terperangkap oleh
atmosfer bumi. Istilah ini pasti sudah pernah Anda pelajari sejak bangku Sekolah
Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Gas-gas di atmosfer, seperti karbon dioksida (CO2) mampu menahan panas
matahari sehingga panas matahari terperangkap di dalam atmosfer bumi. Akan
tetapi, efek rumah kaca membuat sebagian panas yang harusnya dipantulkan
permukaan bumi diperangkap oleh gas-gas rumah kaca di atmosfer. Ini yang
membuat bumi menjadi semakin panas.
Sebenarnya banyak dari gas-gas ini terjadi secara alami, tapi berbagai
aktivitas manusia turut meningkatkan konsentrasinya di atmosfer, khususnya pada
metana, karbon dioksida (CO2), gas berfluorinasi CO2, dan dinitrogen oksida. Itu
adalah gas rumah kaca yang paling umum diproduksi oleh aktivitas manusia serta
bertanggung jawab atas 64% pemanasan global buatan manusia.
b. Pemanasan Global
Istilah perubahan iklim sering kali tertukar dengan pemanasan global.
Padahal, fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan
iklim. Ini karena parameter iklim tak cuma temperatur, tapi ada juga kondisi
awan, angin, hingga radiasi matahari.
Pemanasan global adalah peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang
dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer yang dapat berkontribusi pada
perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya
jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah
kaca karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas, yaitu sinar
inframerah yang dipancarkan oleh bumi.
Peningkatan 2 derajat celcius dibanding suhu pada masa pra-industri dinilai
para ilmuwan sebagai ambang batas. Diyakini ada risiko yang jauh lebih tinggi
berupa perubahan yang berbahaya serta berbagai bencana di lingkungan global

4
jika pemanasan terjadi di atas 2 derajat celcius.
c. Pembuatan Energi
Energi listrik dan panas dihasilkan dengan membakar bahan bakar fosil,
sehingga menghasilkan emisi karbon dioksida dan dinitrogen oksida, yaitu gas
rumah kaca penyebab perubahan iklim.
d. Penggunaan Transportasi
Selanjutnya ada penggunaan transportasi yang juga menjadi salah satu
penyebab perubahan iklim. Bahan bakar fosil sebagai sumber energi kendaraan
menyebabkan perubahan iklim karena emisi gas karbon dioksida.
e. Gaya Hidup
Penggunaan barang elektronik, bepergian, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Gaya hidup pada
akhirnya berpengaruh besar terhadap perubahan iklim. Berdasarkan riset, satu
persen dari orang terkaya di dunia bertanggung jawab atas polusi karbon dua kali
lipat lebih banyak dari populasi dunia.
2.3 Dampak Perubahan Iklim
Berikut merupakan dampak yang dapat ditimbulkan jika terjadi perubahan
iklim yang ekstrem.
a. Menurunnya Kualitas Air
Dampak perubahan iklim yang pertama adalah menurunnya kualitas air.
Curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan menurunnya kualitas sumber
air. Selain itu, kenaikan suhu juga mengakibatkan kadar klorin pada air bersih.
b. Kuantitas Air Berkurang
Pemanasan global membuat jumlah air pada atmosfer meningkat yang
kemudian meningkatkan curah hujan. Meski kenaikkan curah hujan dapat
meningkatkan jumlah sumber air bersih, curah hujan yang terlalu tinggi
mengakibatkan tingginya kemungkinan air untuk langsung kembali ke laut. Jadi,
air tak akan sempat tersimpan dalam sumber air bersih untuk digunakan manusia.
c. Perubahan Habitat
Pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, terjadinya banjir dan juga
badai karena perubahan iklim akan membawa perubahan besar pada habitat
sebagai rumah alami bagi berbagai spesies binatang, tanaman, dan berbagai

5
organisme lain.
d. Spesies Punah
Selanjutnya adalah punahnya spesies. Perubahan habitat bisa menyebabkan
punahnya berbagai spesies, baik binatang maupun tanaman, seperti pohon-pohon
besar di hutan yang menjadi penyerap utama karbondioksida. Spesies yang punah
ini disebabkan karena tidak sempat beradaptasi terhadap perubahan suhu dan
perubahan alam yang terjadi terlalu cepat. Punahnya berbagai spesies ini juga
bakal berdampak lebih besar pada ekosistem dan rantai makanan.
e. Kualitas dan Kuantitas Hutan Menurun
Kebakaran hutan merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim.
Sebagai paru-paru bumi, hutan merupakan produsen oksigen (O2). Selain itu,
hutan juga membantu menyerap gas rumah kaca yang menjadi penyebab
terjadinya pemanasan global.
f. Wabah Penyakit Meningkat
Kenaikan suhu dan curah hujan bisa meningkatkan penyebaran wabah
penyakit yang mematikan, seperti malaria, kolera, dan demam berdarah. Ini
disebabkan karena nyamuk pembawa virus-virus tersebut hidup dan berkembang
biak pada cuaca yang panas dan lembab, dimana kondisi demikian akan secara
umum disebabkan oleh perubahan iklim.
2.4 Peran Infrastruktur Bangunan Air
Bangunan air didefinisikan sebagai prasarana fisik yang digunakan untuk
mengendalikan dan mengelola air di sungai maupun danau. Maka kebanyakan
bangunan ini bisa anda temukan di sungai atau danau. Tujuan dari adanya
bangunan ini selain mengendalikan dan mengelola air adalah untuk
mengoptimalkan sumber daya air dan memperkecil faktor yang merugikan.
Contohnya ketika musim kemarau bangunan air berguna untuk mengelola air
yang sedikit dengan baik atau saat musim hujan bangunan air berguna untuk
mengelola debit air supaya tidak memicu banjir.
Bangunan air memiliki banyak manfaat, seperti menyediakan air ke tanah
untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman,
memastikan panen terjamin selama musim kemarau pendek, mengurangi resiko
erosi tanah, dan mengurangi garam di tanah. Penggunaan sumber daya tenaga

6
hidrolik disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pembangkit, dan pengelolaan
yang baik berarti bangunan dan sistem irigasi beserta instalasinya harus
dikelola secara tertib dan teratur.
a. Jenis-jenis bangunan air
1. Groundsill
Groundsill juga sering dikenal sebagai ambang. Bangunan tersebut
dibuat dalam bentuk menyilangi sungai agar dasar sungai tidak mengalami
penurunan secara drastis. Groundsill terbentuk dari susunan batu-batu
besar agar tidak terbawa arus sungai pada saat banjir. Manfaatnya untuk
memperkecil kemiringan arus sehingga kecepatan air jadi lebih kecil dan
kedalaman air bertambah.
2. Groyen
Groyen merupakan bangunan air yang memiliki fungsi merubah arah
arus air sehingga arus utama menjauhi tepi tikungan luar sungai. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kecepatan aliran air di tebing dan kaki tanggul
serta melindungi dari gerusan air pada tebing. Selain itu manfaat groyen
yakni mengatur lebar panggul sungai dan kedalaman air untuk melindungi
bangunan sadap.
b. Struktur bangunan air
Bangunan air bukanlah sekedar waduk dan bendungan saja, tetapi memiliki
struktur dimana salah satu dengan yang lainnya berkaitan untuk menciptakan
sistem irigasi pengairan, berikut struktur bangunan air.
1. Bangunan utama
Seluruh bangunan utama ini berfungsi sebagai induk dalam pembagian
air. Bangunan ini berguna untuk memenuhi kebutuhan air dalam skala
besar. Tak hanya untuk pada satu kawasan saja tapi kebutuhan air untuk
kebutuhan masyarakat luas. Bangunan ini biasanya terletak di sungai
sungai besar yang memiliki debit dan aliran yang deras. Dengan
peletakannya disitu bangunan ini akan beroperasi secara optimal.
2. Bangunan irigasi
Bangunan irigasi berfungsi sebagai media pembawa air dari bangunan
utama ke tempat- tempat yang telah ditentukan. Saluran pembawa pada

7
bangunan ini ada empat yaitu saluran primer, sekunder, tersier,dan kuarter.
3. Bangunan sadap
Tugas utamanya adalah mengambil air dari saluran utama ke saluran
sekunder dan tersier. Bangunan ini biasanya dibangun berdekatan dengan
keempat jenis saluran pembawa dan bangunan bagi.
4. Bangunan bagi
Tugas utamanya adalah mengukur dan mengatur air yang berasal dari
berbagai saluran pembawa.
5. Bangunan terjun
Sesuai dengan namanya bangunan ini dibangun menyerupai terjunan
untuk memotong saluran. Peletakkan bangunan ini biasanya di daerah
berbukit untuk menghindari terjadinya gerusan. Fungsinya tak hanya untuk
memotong saluran tapi juga sebagai pengubah kemiringan saluran menjadi
lebih landai, dan pengendali erosi selokan dan sungai.
6. Bangunan got miring
Bangunan ini dibangun jika saluran melintas di wilayah curam disertai
jumlah perbedaan energi arus air yang besar. Bangunan got miring
berpotongan dengan saluran yang dipasangi lining dan aliran super kritis
yang mengikuti kemiringan alam yang dilintasi.
7. Bangunan pelimpah
Bangunan pelimpah memiliki kemampuan hidrolik untuk mengalirkan
kelebihan debit air pada bendungan ketika banjir. Benda yang dikenal
sebagai spillway ini biasanya dibangun pada kawasan waduk atau terpisah
dari waduk yang memiliki pintu untuk mengontrol air.
8. Bangunan Pembilas
Tugas utama bangunan ini sebagai penghadang bahan sedimen kasar
yang berpotensi masuk ke dalam saluran irigasi. Bangunan ini biasanya
dibangun di sebelah hilir pintu pengambilan.
2.5 Fungsi Pemerataan Insfrastruktur Air
Pemerataan infrastruktur air merupakan pendekatan penting untuk mengatasi
krisis iklim karena membantu memastikan akses yang adil dan berkelanjutan
terhadap sumber daya air, serta memperkuat ketahanan terhadap dampak

8
perubahan iklim. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk
mewujudkan pemerataan infrastruktur air dalam konteks mengatasi krisis iklim:
a. Akses Universal Terhadap Air Bersih
Membangun infrastruktur air yang memastikan akses universal terhadap air
bersih bagi semua komunitas, termasuk yang terpinggirkan atau kurang mampu
secara ekonomi, adalah langkah krusial. Ini melibatkan pembangunan sistem
penyediaan air bersih, sanitasi, dan drainase yang mencakup semua wilayah,
termasuk perkotaan dan pedesaan.
b. Pengelolaan Air yang Adil dan Berkelanjutan
Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan air yang adil dan berkelanjutan
yang memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan, termasuk
masyarakat lokal, petani, industri, dan lingkungan alam. Ini mencakup
pengaturan penggunaan air yang adil, alokasi yang berkelanjutan, dan
pengambilan keputusan yang partisipatif.
c. Penguatan Infrastruktur Adaptasi:
Membangun infrastruktur air yang tahan terhadap ampak perubahan iklim,
seperti banjir, kekeringan, dan peningkatan suhu, dengan memperhatikan
kebutuhan dan kerentanan masyarakat lokal. Ini dapat mencakup pembangunan
tanggul banjir, waduk pengendalian banjir, pengaturan tata air yang adaptif,
dan infrastruktur pengelolaan resapan air.
d. Diversifikasi Sumber Air
Merancang infrastruktur air yang mengintegrasikan sumber-sumber air
alternatif seperti air hujan, air limbah yang diolah, dan air tanah dapat
membantu mengurangi ketergantungan pada sumber daya air tunggal yang
rentan terhadap perubahan iklim.
e. Teknologi Ramah Lingkungan dan Efisien Energi
Menggunakan teknologi infrastruktur air yang ramah lingkungan dan efisien
energi, seperti desalinasi berbasis energi terbarukan, sistem irigasi cerdas, dan
pengelolaan air yang terintegrasi dengan energi terbarukan, dapat membantu
mengurangi jejak karbon dan memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim.
f. Penyuluhan dan Pendidikan Masyarakat
Melakukan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat tentang

9
pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan, adaptasi terhadap perubahan
iklim, dan pemanfaatan teknologi infrastruktur air dapat membantu
meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam upaya pemerataan
infrastruktur air.
g. Kolaborasi Antar-sektor dan Antar-pemerintah
Mendorong kerjasama antar-sektor dan antar-pemerintah dalam
perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan infrastruktur air dapat
membantu memastikan pemerataan akses dan manfaat infrastruktur air bagi
semua pihak, termasuk yang terpinggirkan.

10
BAB III
KESIMPULAN
Air adalah molekul kimia penting bagi semua kehidupan di Bumi. Ini
mencakup sekitar 70% permukaan bumi, dengan 95,6% berada di lautan dan 4%
di gletser, lapisan es, air tanah, danau, sungai, kelembaban tanah, dan atmosfer.
Namun, meskipun volume air di bumi berlimpah, air yang dapat digunakan
menghadapi krisis. Perubahan iklim merupakan ancaman serius terhadap
ketersediaan air dan harus menjadi perhatian semua negara. Perubahan kondisi
atmosfer, termasuk suhu dan pola curah hujan, mempunyai dampak luas
terhadap kehidupan manusia. Indonesia, sebagai negara kepulauan tropis, sangat
rentan terhadap perubahan iklim. Untuk mengatasi krisis iklim, penting untuk
memastikan akses yang adil dan berkelanjutan terhadap sumber daya air melalui
pembangunan infrastruktur.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kumala, F. Yiniarti Eka. (2019). Bangunan Air. Bandung: Itenas.


ETICON. (2022). Apa Itu Bangunan Air. Diakses pada 16 maret
2024 https://eticon.co.id/apa-itu-bangunan-air/
Erick, Yosua. (2022). Pengertian Bangunan Air: Fungsi, Jenis, Contoh,
Tujuan, Struktur.
Diakses pada 16 maret 2024, dari https://stellamariscollege.org/bangunan-air/.
STAIKU. (2023). Hal Sederhana yang Bisa Kamu Lakukan untuk Mengurangi
Dampak Perubahan Iklim. Diakses pada 16 maret 2024,dari
https://staiku.ac.id/hal-sederhana-yang-bisa-kamu-lakukan-untuk-
mengurangi-dampak-perubahan-iklim/

12

Anda mungkin juga menyukai