MATA KULIAH
SISTEM BUMI UNTUK KEBENCANAAN
OLEH :
REDHO SURYA PERDANA
NIM : 25117012
2017
BAB 01
PENDAHULUAN
Dalam laporan ini akan dijelaskan tentang bencana yang dihasilkan akibat interaksi
komponen penyusun sistem bumi litosfer, atmosfer, dan biosfer serta peran Teknik Geodesi
dan Geomatika dalam proses mitigasi bencana.
BAB 02
ISI MATERI
2.1. GEMPA BUMI DAN LETUSAN GUNUNG API AKIBAT CLIMATE CHANGE
A. Definisi dan Proses Terjadinya Climate Change
Perubahan Iklim adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu tertentu yang
relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Ini bisa terjadi karena efek alami. Namun, saat ini yang
terjadi adalah perubahan iklim akibat kegiatan manusia. Perubahan iklim terjadi akibat
peningkatan suhu udara yang berpengaruh terhadap kondisi parameter iklim
lainnya. Perubahan iklim mencakup perubahan dalam tekanan udara, arah dan kecepatan
angin, dan curah hujan.
Panel Antar pemerintahan PBB tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang berhasil meyakinkan
negara-negara di dunia lewat fakta-fakta ilmiah hubungan antara aktivitas manusia dengan
pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim (man-made climate change), setelah
beberapa lama hanya dianggap sebagai hipotesa belaka. Keberhasilan dalam peningkatan
kesadaran ini, yang sekaligus memberikan dasar bagi upaya solusinya, mengantarkan IPCC
menerima Hadiah Nobel Perdamaian bersama Al Gore pada 2007.
Telah diperkirakan oleh para ilmuwan, daerah bagian utara dari belahan Bumi Utara akan
memanas lebih dari daerah-daerah lainnya di Bumi. Hal ini berakibat akan mencairnya
gunung-gunung es dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju
akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di
beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk
meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan.
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen
untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan.
Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup
lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola
cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim
Iklim dan pergerakan bumi sangat erat kaitannya, dimana lapisan bumi sangat peka terhadap
udara, air, dan es di atasnya. Ini mengindikasikan bahwa adanya perubahan iklim bisa
menjadi penyebab gerakan lempeng, dan memicu banyak bencana seperti gempa bumi,
tsunami dan gunung berapi.
Perubahan iklim dapat meningkatkan kadar air tanah di beberapa tempat dan menurunkannya
di tempat lain karena mencairnya es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Sistem
lempeng tektonik bumi akan menyesuaikan penempatan bobot baru ini, dan ini bisa
menyebabkan gempa di berbagai tempat. Dalam beberapa kasus, ini bisa memicu tsunami,
kerusakan infrastruktur, dan hilangnya pendapatan dan dalam beberapa kasus kematian.
Kenaikan dan penurunan kadar air tanah juga bisa menyebabkan gerakan magma. Magma di
bawah sistem lempeng tektonik bumi menyesuaikan penempatan bobot baru dengan
melepaskan tekanan dalam bentuk aktivitas vulkanik. Letusan gunung berapi yang besar
dapat menyebabkan kerusakan properti, gangguan lalu lintas udara, kematian, kekurangan
pangan, dll.
Seorang ahli geologi, Bill McGuire dari Hazard Research Center di University College
London, menuturkan bahwa gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, dan tanah longsor,
adalah malapetaka lain yang timbul akibat perubahan iklim. Menurut beliau, ada dua
penyebabnya.
Pertama, gangguan keseimbangan kerak Bumi. Lapisan es di kutub yang memiliki berat
menekan kerak Bumi yang berada di bawahnya. Karena es mencair, kerak di bawahnya
berusaha mencari keseimbangan baru. Pergeseran keseimbangan ini dapat memicu aktivitas
magma di dalam kerak Bumi maupun aktivitas gempa bumi. “Pada akhir Zaman Es, tercatat
adanya peningkatan besar-besaran aktivitas seismik bersamaan dengan penyusutan lapisan es
di Skandinavia maupun tempat-tempat lain seperti itu dan memicu tanah longsor di bahwa
laut yang pada akhirnya memicu tsunami,” ungkap McGuire.
Penyebab kedua, tekanan air laut. Suhu laut yang bertambah panas mengakibatkan air laut
memuai. “Memuainya air laut ditambah es yang mencair ke dalam laut menekan kerak Bumi
di bawahnya. Hal ini dapat menekan magma apapun yang ada di sekitarnya keluar dari
gunung berapi sehingga memicu letusan,” urai McGuire. Mekanisme ini dipercaya menjadi
penyebab letusan periodik Gunung Pavlof di Alaska yang meletus setiap musim dingin ketika
permukaan air laut lebih tinggi. McGuire sendiri melakukan penelitian yang dimuat pada
jurnal Nature pada tahun 1997 mengenai kaitan antara naiknya permukaan air laut dengan
aktivitas letusan gunung berapi di Mediterania selama 80.000 tahun terakhir, dan menemukan
bahwa ketika air laut naik secara tiba-tiba, makin banyak letusan gunung berapi yang terjadi,
dengan peningkatan drastis sebesar 300%.
Ilmuwan lain juga mengungkapkan bahwa penyebab gempa bumi adalah pemanasan global.
Penelitian baru yang dilakukan oleh ilmuwan Australia Dr. Tom Chalko menunjukkan bahwa
aktivitas seismik global di atas Bumi sekarang ini lima kali lipat lebih kuat daripada 20 tahun
yang lalu.
Penelitian menunjukkan bahwa kekuatan perusakan oleh gempa bumi meningkat dengan laju
cepat yang mengkuatirkan dan kecenderungan ini terus berlanjut, kecuali masalah
“pemanasan global” diatasi secara menyeluruh dan dengan segera.
Analisis atas lebih dari 386.000 gempa bumi antara tahun 1973 hingga 2007 yang direkam
oleh pangkalan data Survei Geologi AS membuktikan bahwa energi tahunan global gempa
bumi mulai meningkat sangat cepat sejak tahun 1990.
Dr Chalko berkata bahwa aktivitas seismik global meningkat lebih cepat daripada indikator
pemanasan global lain dan peningkatan ini membahayakan. “Adanya peningkatan gempa
bumi merupakan gejala pemanasan berlebihan di planet ini. Pengukuran yang dilakukan oleh
NASA membenarkan bahwa Bumi menyerap setidaknya 0,85 Megawatt per km2 energi lebih
banyak dari matahari daripada kemampuannya untuk memantulkan panas itu kembali ke luar
angkasa. ‘Ketidakseimbangan termal’ ini artinya panas yang ada di dalam Bumi tidak dapat
dilepaskan ke luar angkasa sehingga Bumi mengalami pemanasan yang berlebihan.
Peningkatan dalam aktivitas seismik, tektonik, dan vulkanik, merupakan konsekuensi yang
tidak dapat terhindarkan karena ketidakseimbangan termal di planet ini,” jelas Dr. Chalko.
“Bila tidak ada tindakan, akibatnya adalah malapetaka.”
Gas rumah kaca karbon dioksida CO2 adalah gas kedua yang paling umum menyebabkan
letusan. Karbon dioksida lebih berat daripada udara dan umumnya kolam di daerah dataran
rendah, dan bisa meracuni dan membunuh hewan yang menghirupnya.
Partikel debu yang lebih besar memiliki efek yang kecil karena jatuh dari udara dengan cepat.
Partikel abu kecil membentuk awan gelap di troposfer yang menaungi dan mendinginkan area
tepat di bawahnya. Sebagian besar partikel ini jatuh dari atmosfer dalam hujan beberapa jam
atau beberapa hari setelah letusan. Tapi partikel debu terkecil masuk ke stratosfer dan bisa
menempuh jarak yang jauh, seringkali di seluruh dunia. Partikel kecil ini sangat ringan
sehingga bisa bertahan di stratosfer selama berbulan-bulan, menghalangi sinar matahari dan
menyebabkan pendinginan di area bumi yang luas.
2. Sulfur
Meletusnya gunung berapi memancarkan belerang keoksida ke atmosfer. Sulfur dioksida jauh
lebih efektif daripada partikel abu pada pendinginan iklim. Sulfur dioksida bergerak ke
stratosfer dan menggabungkannya dengan air untuk membentuk aerosol asam sulfat. Asam
sulfat membuat kabut tetesan kecil di stratosfer yang mencerminkan radiasi matahari masuk,
menyebabkan pendinginan permukaan bumi. Aerosol bisa bertahan di stratosfer hingga tiga
tahun, bergerak di sekitar angin dan menyebabkan pendinginan yang signifikan di seluruh
dunia. Akhirnya, tetesan tumbuh cukup besar untuk jatuh ke Bumi.
Gunung berapi juga melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca seperti uap air dan karbon
dioksida. Jumlah yang dimasukkan ke atmosfer dari letusan besar tidak banyak mengubah
jumlah gas global ini. Namun, ada saat-saat selama sejarah Bumi ketika vulkanisme intens
telah secara signifikan meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer dan menyebabkan
pemanasan global.
Penyebab terjadinya badai yang paling umum adalah tingginya suhu pada permukaan
air laut. Permukaan laut yang memiliki suhu yang tinggi akan kontras dengan suhu
yang ada di bawah permukaan laut atau suhu di dalam air. Hal inilah yang akan
memicu terjadinya badai. Seperti pada kasus penyebab terjadinya angin topan.
Terjadinya badai diawali oleh kondensasi udara. Sumber utama yang menjadi energi
raksasa penggerak badai ini berasal dari kondensasi udara, yakni mengembunnya
kandungan uap air yang terjadi pada udara lembab yang mana akan bergerak ke atas
atau ke ketinggian atmosfer (baca: manfaat atmosfer) yang sifatnya lebih dingin
daripada di permukaan bumi. Pada proses kondensasi ini uap air akan melepas panas
yang dikandungnya.
Energi panas yang dilepaskan oleh uap air akan terkumpul menjadi energi penggerak
dari badai tropis. Proses ini terjadi atmosfer bumi. Selain udara yang lembab, unsur-
unsur lain juga sangat mempengaruhi munculnya energi penggerak badai ini, seperti
lautan yang hangat, adanya gangguan cuaca, angin yang bergerak naik membawa
udara yang lembab.
Apabila unsur- unsur tersebut berlangsung cukup lama, maka hal ini akan membentuk
terjadinya angin kencang (baca: jenis- jenis angin), gelombang laut yang tinggi, hujan
deras, serta banjir (baca: jenis banjir) yang mengikuti peristiwa badai ini.
Itulah beberapa tahapan atau proses tentang terjadinya badai atau angin siklon yang
umumnya terjadi di daerah iklim tropis. Namun hingga saat ini, mengenai proses
terjadinya badai masing dikaji oleh para ahli sehingga belum mencapai hasil final
mengenai proses terjadinya badai ini.
Faktor pertama yang mempengaruhi proses terjadinya badai adalah adanya suhu air
laut yang tinggi. suhu air laut hingga kedalaman 50 meter lebih dari 26,5 derajat
Celcius. Perairan yang hangat merupakan sumber energi dari badai itu sendiri. Hal ini
menyebabkan apabila badai bergerak ke daratan atau ke perairan dingin maka
kekuatan badai tersebut akan melemah secara drastis.
Suhu yang ada pada atmosfer akan trun drastis seiring dengan meningkatnya
ketinggian. Penurunan suhu atmosfer secara drastis ini tidak memungkinkan
terjadinya perpindahan kelembaban udara secara konveksi. Adanya kativitas badai
petir akan mendorong uap air melepaskan kandungan panasnya.
Kelembaban udara yang tinggi pada atmosfer diakibatkan oleh menurunnya suhu
atmosfer. Kelembaban uadara yang tinggi pada atmosfer ini juga akan berpengaruh
pada proses terjadinya badai.
Proses terjadinya badai ini berlangsung di daerah sekitaran garis lintang nol derajat
atau garis khatulistiwa, namun tidak terlampau dekat. Proses terjadinya badai akan
berlangsung pada jarak minimum 500 km dari garis khatulistiwa.
Nah, itulah beberapa hal yang akan mempengaruhi proses terjadinya pembentukan
badai, khususnya badai yang sering terjadi di daerah tropis. Adanya hal- hal tersebut
akan mempangaruhi berhasil atau tidakkah tidaknya badai akan terbentuk. Badai ini
ternyata tidak hanya terjadi di tengah lautan dan pada wilayah yang tropis juga.
Beberapa macam badai terjadi di wilayah yang tidak mempunyai iklim tropis. Kita
akan membicarakan mangenai jenis- jenis atau macam- macam badai dalam artikel
ini.
A. Sandstorms
Badai pasir digambarkan sebagai fenomena alam yang terjadi saat angin kencang, seperti
hembusan angin kencang, meniup partikel pasir halus dan debu dari permukaan yang kering.
Partikel-partikel ini tersuspensi di udara, menyebabkan erosi di tempat semula. Angin
menjatuhkan partikel-partikel ini ke dalam.
Kebanyakan terjadi badai gurun pasir di daerah berpasir, beberapa di antaranya terjadi di
pantai dan dasar sungai kering atau daerah di mana sisa-sisa kerikil dan pasir dan lumpur,
yang disebut Alluvial penggemar. Dan mengurangi badai debu dari visibilitas dan
menimbulkan ancaman bagi arus lalu lintas dalam cara padang pasir, karena mereka
berkontribusi pada kehancuran tanaman. Badai Pasir bergerak melalui pasir dalam
mendorong kuat, dan ketika meningkatkan kecepatan angin membungkus butiran pasir
bergerak maju untuk memukul butir lain, juga dibayar oleh maju. Beberapa dari manik-manik
ke bawah dan kemudian pindah lagi setelah memukul batu atau kerikil, sementara yang lain
dikuburkan. Tapi tumbukan disebabkan dalam pembayaran biji-bijian lain kedalam udara.
Badai pasir biasanya terbatas pada sepuluh kaki terendah. Ini jarang naik sampai lebih dari
lima puluh kaki di atas tanah. Partikel pasir yang diambil oleh badai pasir lebih besar dari
partikel debu. Mereka biasanya jatuh dari badai lebih cepat, menyebabkannya meluncur tidak
jauh dari tempat pasir pada awalnya. Diperkirakan bahwa partikel juga jatuh ke laut, secara
signifikan mempengaruhi ekosistem laut. tempat lain dimana lumpur terbentuk.
Gambar 01. Badai Pasir
Badai pasir dapat memindahkan keseluruhan bukit pasir dan membawa pasir dalam jumlah
besar sehingga di tepi badai akan membentuk dinding pasir yang tingginya mencapai 1,6 km.
di Gurun Sahara, badai pasir dikenal dengan naman Simoom atau Simoon. Dan badai pasir di
wilayah Sudan dikenal dengan nama Haboob.
Penyebab sandstorms
Badai pasir disebabkan oleh angin kencang yang meniup partikel pasir lepas.
Kekuatan angin membuat partikel pasir bergetar. Angin kencang yang meniup
partikel-partikel ini dari tanah biasanya terbentuk oleh aliran udara berpendingin
udara yang dihasilkan oleh badai yang parah.
Di daerah gurun pada waktu-waktu tertentu dalam setahun, badai pasir menjadi lebih
sering karena pemanasan yang kuat di udara di atas padang pasir menyebabkan
atmosfer yang lebih rendah menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan ini mencampur angin
kencang di troposfer tengah ke bawah ke permukaan, menghasilkan angin kencang di
permukaan.
Efek dari sandstorms
Erosi Tanah, yang mempercepat proses degradasi lahan.
Virus yang berinteraksi dengan atmosfer, dan menyebarkan penyakit di
seluruh dunia.
Efeknya terhadap kesehatan orang, seperti memburuknya fungsi paru-paru,
kanker paru-paru, kebutaan, dan sistem peredaran darah.
Keterlambatan pembangunan pabrik akibat kenaikan pasir.
Tanah juga kehilangan tingkat produktivitasnya.
Kualitas udara dan kualitas air sungai dan sungai berpengaruh
B. Thunderstorms
Badai petir juga disebut dengan badai listrik, badai guntur atau badai. Badai petir merupakan
cuaca yang dapat kita kenali dengan munculnya banyak guntur dan juga petir. Badai petir ini
biasa terjadi di seluruh wilayah bumi, bahkan di wilayah kutub sekalipun. Frekuensi badai
petir yang paling kuat adalah di kawasan hutan hujan tropis yang bisa berlangsung di setiap
harinya. Kampala dan Tororo di Uganda bahkan merupakan daerah yang dianggap sebagai
tempat yang paling banyak mempunyai Petir. Selain di kedua tempat tersebut, julukan banyak
petir juga diberikan di daerah Bogor Jawa Barat dan Singapura. Beberapa badai petir yang
terkuat dan berbahaya terjadi di Amerika Serikat, terutama di Nidwestn dan negara bagian
selatan.
C. Badai Tornado
Tornado sering digambarkan sebagai angin yang berpeutar dan berbentuk seperti corong
raksasa yang meliuk- liuk dan beputar dengan kecepatan tinggi. Badai tornado bisa
menyambar apa saja yang dilewatinya. Perubahan lapisan udara merupakan pemicu utama
timbulnya lapisan ini. Apabila lapisan udara dingin brada di atas lapisan udara panas, udara
panas naik dengan kecepatan sekitar 300 km/ jam. Udara yang menyusup dari sisi inilah yang
mengakibatkan angin berputar- putar sehingga membentu angin tornado. Apabila angin
tornado ini sudah terbentuk sempurna maka bisa memiliki kecepatan hingga 400 km/ jam,
serta lebar cerobong antara 15 – 365 meter.
Badai tornado atau di Indonesia dikenal dengan angin puting beliung ini merupakan angin
badai yang paling kejam di Bumi. Hal ini karena badai tornado berpotensi menyebabkan
kerusakan yang sangat serius. Badai trornado biasanya diikuti dengan awan badai dan juga
hujan yang disertai petir. Awan badai ini merupakan kumpulan energi yang sangat banyak
sehingga menimbulkan gaya dorong ke dalam awan.
Climate Scientists : Volcanoes Main Cause Of Global Warming. Your New Wire Website.
http://yournewswire.com/volcanoes-cause-global-warming/. Diakses pada tanggal 27
Februari 2018.
Experts Warns Of Fracking May Cause Earthquakes. Green Mom Website. https://green-
mom.com/experts-warns-fracking-may-cause-earthquakes/. Diakses tanggal 27 Februari
2018.
How Climate Change Triggers Earthquakes, Tsunami, and Volcanoes. The Guardian
Website. https://www.theguardian.com/world/2016/oct/16/climate-change-triggers-
earthquakes-tsunamis-volcanoes. Diakses tanggal 27 Februari 2018.