EKOLOGI PERAIRAN
EFEK RUMAH KACA
Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang
Kata Pengantar
21 Oktober 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini, sering kita merasakan perubahan
cuaca yang ekstrim. Dalam waktu singkat kita bisa merasakan cuaca yang
sangat panas, kemudian tak berapa lama mendung dan kemudian hujan.
Saat cuaca panas, dapat dirasakan panas yang terlalu terik, dan ini dapat
kita amati dari waktu ke waktu. Bumi kita terasa semakin panas . Hal ini
disebut sebagai pemanasan global atau global warming, yaitu terjadinya
peningkatan suhu di permukaan bumi akibat efek rumah kaca.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan
dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah
dipantulkan kembali, sinar matahari berubah menjadi gelombang panjang
yang berupa energi panas. Namun, sebagian dari energi panas tersebut
tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa karena
lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya
energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa menjadi terpancar
kembali ke permukaan bumi, sehingga lebih dari dari kondisi normal,
inilah efek rumah kaca berlebihan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana efek rumah kaca terhadap pemanasan global ?
2. Bagaimana efek pemanasan global terhadap proses global
conveyor belt ?
C. Tujuan
2. Dampak Lingkungan
Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan
iklim dan gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem
(fragmentasi ekosistem). Terumbu karang akan kehilangan warna
akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi.
Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies
dapat menjadi punah di enam wilayah bumi pada 2050. Keenam
wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi (Jhamtani, 2007).
3. Risiko Kesehatan
Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan
bisa memunculkan penyakit lama. Badan Kesehatan PBB
memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat
perubahan iklim sudah menyebabkan kematian 150.000 jiwa setiap
tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam berdarah
diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia.
4. Air
Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama
di daerah tropik kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang
di Asia Pasifik akibat musim kemarau berkepanjangan dan intrusi air
laut ke daratan.
5. Ekonomi
Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan
kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada
ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris
mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan
iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi.
Air laut di tropis yang hangat inilah yang menjadikan iklim di lintang
menengah dan tinggi tetap cukup hangat. Pemanasan global akan
mengakibatkan terjadinya pencairan es di kutub. Hal ini mengakibatkan
bertambahnya jumlah air, sehingga terjadi pengenceran air laut. Akibatnya,
densitas air laut menjadi berkurang, sehingga proses sinking (downwelling) pun
akan melemah. Melemahnya proses ini akan mengurangi jumlah air hangat
yang masuk dari daerah tropis. Akibat selanjutnya, iklim di lintang menengah
dan tinggi tidak lagi sehangat sebelumnya.Perubahan iklim atau yang sering kita
sebut dengan Global Warming telah menimbulkan dampak yang signifikan
terhadap laut. Diyakini, akibat fenomena alam tersebut, sirkulasi arus laut dunia
atau Ocean Conveyor Belt telah berubah. Hal tersebut menimbulkan kondisi
yang ekstrem. Air laut bisa menjadi panas sekali atau dingin sekali. Dari
berbagai sumber diperoleh informasi perubahan Ocean Conveyor Belt dipicu
kuat oleh terjadinya pemanasan global. Selama ini proses pembekuan air laut di
daerah kutub dengan melepaskan garam, sehingga menjadikan salinitas air laut
menjadi lebih tinggi. Bongkahan es besar yang terpisah dari gletser utama di
Greenland yang juga bisa menyebabkan salinitas air laut berkurang dan
mempengaruhi Ocean Conveyor Belt
Akibatnya, densitas air laut di daerah Kutub Utara pun lebih tinggi
dibanding daerah sekitarnya yang memiliki lintang lebih rendah atau daerah
tropis. Kekosongan karena turunnya massa air laut yang memiliki densitas yang
besar tersebut akan diisi oleh massa air laut di sekitarnya, yaitu dari daerah
lintang yang lebih rendah atau daerah tropis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Efek rumah kaca merupakan proses pemanasan permukaan suatu
benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh
komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca timbul
karena komposisi gas rumah kaca yang sudah tidak stabil lagi.
Beberapa gas tersebut yaitu uap air, karbondioksida,metana,
nitrogen dioksida, dan gas-gas lainnya.
Adanya efek rumah kaca dapat menyebabkan meningkatnya panas
atau suhu bumi, atau biasa disebut sebagai global warming atau
pemanasan global. Global warming juga dapat menimbulkan
beberapa akibat, perubahan yang saat ini di Indonesia sedang
terjadi adalah perubahan iklim, ditandai dengan cuaca yang selama
sehari tidak menentu. Hal ini nantinya akan berdampak pada aspek
kehidupan lainnya
Oleh karena itu, tentunya harus ada penanggulangan agar dampak
dari efek rumah kaca tidak semakin parah dan berimbas kepada
kehidupan kita nantinya. Banyak hal yang perlu dilakukan sebagai
upaya untuk mengurangi dampak tersebut, beberapa diantaranya
penghematan dalam menggunakan listrik, penggunaan kendaraan
atau bahan bakar, penanaman pohon, serta daur ulang sampah.
Dengan dilakukannya beberapa hal tersebut, kita turut memberikan
perhatian dan tindakan demi kelangsungan hidup kita dan anak
cucu kita nantinya.
Daftar Pustaka
Ai, N. S. (2012). EVOLUSI FOTOSINTESIS PADA TUMBUHAN. Jurnal
Ilmiah Sains Vol.
12 No. 1, 28-34.