PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laut merupakan ekosistem dan habitat terbesar bagi berbagai jenis mahluk
hidup di bumi. Lebih dari 70% bagian bumi dikelilingi oleh lautan, sehingga terdapat
asumsi bahwa kehidupan di bumi bermula dari laut. Laut memiliki peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu sebagai reservoir atau penampung
panas radiasi sinar matahari ke bumi, karena fungsinya ini sehingga laut dapat
mempertahankan iklim baik secara lokal maupun global.
Isu yang tengah hangat pada abad ke-20 di era industrialisasi yaitu pemanasan
global yang timbul akibat aktivitas manusia (antropogenik). Menurut Murdiyarso
(2003), pemanasan global adalah fenomena naiknya suhu rata-rata permukaan bumi
yang diakibatkan oleh radiasi panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh selimut
gas rumah kaca. Pada dasarnya atmosfir bumi menangkap radiasi panas sehingga
udara bumi bersuhu nyaman bagi kehidupan mahluk hidup, namun revolusi industri
telah meningkatkan gas rumahkaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan
nitous oksida (N2O). Pemanasan global mempunyai pengaruh besar terhadap
perubahan iklim, dan berdampak langsung terhadap kenaikan suhu permukaan air laut
(Keller et al. 2009). Naiknya suhu permukaan air laut mengancam keberadaan
ekosistem terumbu karang, dan memicu terjadinya bleaching atau pemutihan karang
(Keller, et al. 2009; Guldberg 2009; Banin et al. 2000; Fit et al 2001; Barton et
al 2005; Oxenford 2007).
Perubahan iklim mengubah ekosistem pada tingkat yang skala luar biasa. Setiap
spesies menanggapi lingkungannya berubah, interaksi dengan dunia fisik dan
makhluk di sekitarnya berubah yang memicu hadirnya dampak seluruh ekosistem,
seperti ekspansi ke daerah baru, percampuran sebelumnya tidak tumpang tindih
spesies, dan bahkan spesies kepunahan.
Perubahan iklim terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup
panjang, antara 50-100 tahun. Meskipun perlahan, dampaknya sebagaian besar
permukaan bumi menjadi panas. Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk
dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak
ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta
pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara
dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut
1
dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan
udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.
Ancaman iklim global sudah menjadi kepedulian komunitas internasional.
Berbagai kalangan sudah menggelar pelbagai pertemuan multilateral maupun regional
untuk menghadapi ancaman itu. Terakhir, pertemuan Konferensi Perubahan Iklim
Desember 2007 di Bali. Pertemuan World Ocean Conference (WOC) yang akan
berlangsung 11-15 Mei 2009 di Manado juga mengagendakannya. Hal ini penting
karena perubahan iklim global berdampak serius terhadap kehidupan nelayan
tradisional di negeri ini. Setidaknya ada dua fenomena ekstrem terhadap lautan akibat
perubahan iklim global yakni kenaikan suhu air laut dan permukaan laut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tentang pengaruh perubahan iklim terhadap
ketinggian muka laut, maka melalui makalah ini penulis mengangkat permasalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan iklim bisa terjadi?
2. Bagaimana pengaruh perubahan iklim terhadap ketinggian muka laut?
3. Bagaimana upaya untuk menanggulangi perubahan iklim yang terjadi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui perubahan iklim yang terjadi,
2. Mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap ketinggian muka laut,
3. Mengetahui upaya penganggulangan perubahan iklim yang terjadi.
Diharapkan kedepannya makalah ini menjadi dapat membantu untuk penulisan
makalah lainnya yang berkaitan dengan perubahan iklim sehingga dapat mengurangi
dampak-dampak negatif dari perubahan iklim.
BAB II
ISI
dari angin sepoi-sepoi sampai adanya badai lautan. Studi mengenai perubahan
kecerlangan matahari, memunculkan dugaan adanya kaitan dengan perubahan iklim.
Meskipun masih lebih dipercaya bahwa perubahan iklim lebih disebabkan karena
peningkatan kadar karbon dioksida di bumi, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa
matahari-pun memberikan sumbangan pada perubahan iklim.
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda
pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca adalah keadaan atmosfer yang
dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara lain suhu, tekanan, angin,
kelembaban dan berbagai fenomena hujan, disuatu tempat atau wilayah selama kurun
waktu yang pendek (menit, jam, hari, bulan, musim, tahun). Sementara iklim
didefinisikan sebagai Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu,
tekanan, angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang
panjang (Gibbs,1987).
Iklim adalah rata-rata peristiwa cuaca di suatu daerah tertentu, termasuk
perubahan ekstrem musiman dan variasinya dalam waktu yang relatif lama, baik
secara lokal, regional atau meliputi seluruh bumi kita dan diakibatkan oleh perubahanperubahan yang cukup lama dari aspek-aspek seperti orbit bumi, perubahan samudera,
atau keluaran energi dari matahari. Iklim dipengaruhi oleh letak geografis dan
topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di
bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain.
Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.
Perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi pada alam dan merujuk pada
faktor iklim seperti suhu, dan hujan yang terjadi di seluruh dunia dengan berbagai
tingkat dan berbagai cara. Beberapa contoh nya adalah pada abad ke-20 usa lebih
basah dan daerah sahel lebih kering.
Sejumlah variasi dari aktivitas matahari yang telah diamati dari penelitian
sunspot dan isotope berilium. Matahari memancarkan radiasi kebumi yang
selanjutnya akan diserap oleh bumi. Namun jika pancaran panas matahari ini
terlalu banyak, bumi tidak dapat menyerapnya dan yang terjadi adalah panas
ini terperangkap didalam bumi dan menyebabkan bumi menjadi lebih panas
dari yang seharusnya.
3. Bervariasinya Jalur Orbit Bumi
Jalur orbit bumi bervariasi dari mulai hampir berbentuk lingkaran sampai
sedikit elips dalam siklus sekitar 100.000 tahun, menyebabkan variasi dalam
jarak bumi-matahari. Poros bumi pun bervariasi kemiringannya dalam siklus
sekitar 42.000 tahun, menyebabkan variasi luas permukaan bumi yang
terpapar kepada matahari. Periode-periode variasi orbit dan gerak poros bumi
itu telah mempengaruhi perubahan iklim sepanjang zaman.
4. Pergeseran Lempeng Tektonik
Bumi ini terdiri dari lempeng tektonik yang saling bergerak dan bergesekan
satu sama lain. Hal ini menyebabkan reposisi benua, keausan, penyimpanan
karbon, sulfur, besar-besaran dan peningkatan glaciation. Gas karbon (CO 2)
terkandung dalam lempeng tanah, danau dan kolam magma yang gunungnya
masih aktif. Jika terjadi pergeseran lempeng, maka struktur tanah akan
berubah, menyebabkan perubahan susunan atas karbon yang tadinya ada
dibawah akan berpindah keatas permukaan. Bahaya dari co 2 adalah dapat
mengurangi hemoglobin dalam pengikatan o2 sehingga makhluk hidup akan
kesulitan bernapas, dan juga co2 memiliki karakteristik yang kasat mata
sehingga sulit dideteksi. Peneliti dari university of iowa roy j. And lucille a.
Carver college of medicine menemukan bahwa inhalasi nanopartikel karbon
aktif dapat meningkatkan sumber inflamasi paru-paru hingga dua kali lipat.
Dalam perjalanan vulkanisme, bahan dari inti dan mantel bumi dibawa
kepermukaan, sebagai akibat dari panas dan tekanan yang dihasilkan di
dalamnya. Fenomena letusan gunung berapi dan geiser, melepaskan
partikulat ke atmosfer yang dapat mempengaruhi iklim.
5. El Nino dan La Nina
El nino adalah proses terjadinya peningkatan temperature atau suhu air laut
didaerah peru dan ekuador yang dapat berdampak mengganggu iklim secara
global. Peristiwa ini umumnya terjadi dalam waktu dua sampai tujuh tahun
sekali. Sedangkan la nina adalah kebalikan dari el nino, yaitu ketika suhu
atau temperatur air laut didaerah peru dan ekuador menjadi dingin. Peristiwa
la nina bisa menyebabkan angina kencang, hujan lebat dan juga banjir
didaerah-daerah sekitar Indonesia.
Beberapa penyebab perubahan iklim karena faktor manusia, adalah sebagai
berikut:
1. Gas Rumah Kaca
Salah satu aktifitas manusia yang merusak lingkungan adalah penggunaan
barang yang menggunakan pembakaran fosil sebagai bahan bakar utamanya,
seperti mobil dan motor. Hasil pembakaran bahan bakar fosil ini adalah gas
CO2. Gas ini dapat mengakibatkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca adalah
terjadinya peningkatan suhu udara di muka bumi akibat semakin banyaknya
gas pencemar di dalam udara, hasil dari polusi buangan pabrik dan bahan
samping dari pembakaran bahan bakar fosil berupa gas CO 2, CO, NO2, SO2,
HCN, HCl, H2S, HF, dan NH4. Semakin hari zat-zat ini makin terakumulasi
dan semakin tinggi kadarnya dan hal tersebut menghambat radiasi matahari
yang mencapai permukaan bumi. Sebagian sinar matahari dipantulkan ke
angkasa, tetapi tertahan oleh gas lain yang kembali dipantulkan ke bumi,
hingga berakibat semakin panasnya udara di permukaan bumi. Kenaikan
suhu ini kan berakibat pada pencairan es di kutub lalu meningkatnya
permukaan air laut hingga terendamnya area di sekitar tepi pantai hingga
berkuragnya wilayah kepulauan.
2. Aktifitas Manusia
Kegiatan manusia merupakan penyebab terjadinya perubahan iklim, terlebih
aktivitas manusia yang melakukan pengrusakan lingkungan seperti
penebangan hutan, pembangun pemukiman didaerah resapan air, membuang
limbah pabrik sembarangan, dan lain sebagainya. Salah satunya yaitu
melakukan penebangan hutan sembarangan. Pohon adalah sebagai salah satu
sumber daya alami yang akan menyerap CO2 yang kita keluarkan. Apabila
terlalu banyak pohon yang ditebang akan menyebabkan CO 2 yang ada tidak
akan mampu terserap oleh pohon sehingga menyebabkan pemanasan global.
2.3 Dampak Perubahan Iklim
Setiap bidang kehidupan di bumi pasti akan terpapar oleh perubahan iklim. Ada
dampak positif dan ada pula dampak negatifnya. Glasier di wilayah tropis berada di
beberapa pegunungan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Mereka sangat berguna untuk
memenuhi kebutuhan air bagi orang-orang yang tinggal di bawahnya. Sebagai contoh
lelehan dari glasier di pegunungan Himalaya menyumbang pada aliran sungai
Gangga, Brahmaputra, Indus di India dan sistem sungai yang lain seperti dataran
tinggi kaldera di Peru, salju yang terbentuk pada musim dingin akan meleleh pada
musim panas dan menjadi sumber air bagi banyak sungai di Amerika latin. Selain itu
glasier bertindak sebagai penyangga yang mengatur run off suplai air dari pegunungan
7
tigakalilipat(15kalibadaitropis)mulaitahun1995hingga2005.Pada
tahun2006yangdikenalsebagaitahuntenangsajamasihterjadi10badai
tropis di wilayah pesisir ini. Juga dilaporkan pola peningkatan kejadian
badaitropisinitetapakanberlangsungsepanjangpemanasanglobalmasih
terjadi.
Puting beliung yang akhir-akhir ini melanda Indonesia khususnya pulau
Jawa mengalami tren penguatan. Memang belum ada penelitian yang
mengaitkan antara kejadian puting beliung dengan perubahan iklim, tapi
karena puting beliung dimasukkan dalam kejadian cuaca ekstrim, mungkin
ada kaitan atau korelasi di antara keduanya.
3. Mengancam ketersediaan air,
Cuaca ekstrim dapat mempengaruhi manusia secara langsung dengan
bencana banjir dan kekeringan. Indonesia sangat bergantung pada hasil
agrikultur (pertanian) untuk konsumsi pangan sehari-hari. Ketersediaan air
akan mempengaruhi ketersediaan hasil pertanian kita. Jika terjadi cuaca
ekstrim (sebagai konsekuensi dari variabilitas iklim), banyak dari petani
kita yang akan mengalami gagal panen dikarenakan banjir bandang maupun
kekeringan.
4. Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan,
Laporan IPCC (2007) menyatakan bahwa pada akhir abad ini bumi telah
mengalami 2 kali periode penghangatan atmosfer yaitu pada tahun 19101940 (0,35oC) dan 1970-2006 (0,55oC). Pada periode penghangatan
pertama faktor alami dan akibat aktivitas manusia terjadi secara bersamaan
tapi pada periode penghangatan kedua maka faktor yang paling dominan
adalah akibat aktivitas manusia (era industri). Penghangatan atmosfer
karena peningkatan suhu udara akan mengakibatkan naiknya kandungan
uap air di atmosfer (terutama pada lintang rendah). Uap air tersebut akan
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain karena adanya sirkulasi lautan
dan atmosfer (atmospheric and oceanic circulation) sehingga pada suatu
wilayah mendapatkan hujan berlebih tapi di tempat lain mengalami
kekurangan hujan atau kekeringan sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah
tersebut mengalami perubahan iklim terutama perubahan pola hujan.
Berdasarkan data hujan observasi, kecenderungan hujan di muka bumi pada
tahun 1900-2005 menunjukkan adanya pergeseran jumlah hujan (lebih
basah/wetter atau kering/drier) dibeberapa lokasi. Amerika Selatan dan
10
Amerika Utara bagian timur, Eropa bagian utara dan Asia bagian tengah
dan utara mengalami peningkatan jumlah hujan atau lebih basah, tetapi
Sahel, Afrika bagian selatan, Mediterania dan Asia bagian selatan menjadi
lebih kering (IPCC, 2007). Di wilayah utara, presipitasi yang jatuh pada
saat sekarang umumnya lebih banyak yang berbentuk air hujan daripada
salju (IPCC, 2007).
5. Menurunkan produktivitas pertanian,
Dampak perubahan iklim mempengaruhi beberapa sektor ekonomi
masyarakat, seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan kurangnya
cadangan air. Terlambatnya musim hujan dan naiknya intensitas hujan,
membawa kerugiancukup besar bagi masyarakat. Salah satu sektor yang
paling terpengaruh denganperubahan iklim adalah sektor pertanian.
Pertama, perubahan iklim akanberdampak pada pergeseran musim, yakni
semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih
besar. Kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang
tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin.
Kedua, fluktuasi suhu dan kelembapan udara yang semakin meningkat yang
mampu
menstimulasi
pertumbuhan
dan
perkembangan
Organisme
wilayah-wilayah
tropis
banyak
mengalami
kerusakan.
12
AdabeberapafaktayangdisampaikanolehAlGorepadabukunyaEarthin
The Balance tentang pengaruh perubahan iklim terhadap biodiversitas
antaralain:
Terjadinyaperubahaniklimmenyebabkanterjadinyaperubahaniklimdi
hutanAmazon.AwanyangbiasanyadiatashutanAmazonselaluHitam
menunjukanbahwaintensitashujansangattinggi,akantetapisekarang
intensitas hujan berkurang ditandai dengan awan yang berada diatas
hutan Amazon menjadi terang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan jumlah burung di hutan Amazon. Akan tetapi hubungan
antara hilangnya beberapa spesies burung apakah ada berhubungan
langsungdenganberkurangnyacurahhujanmasihdipertanyakan.
Naiknyasuhulautmenyebabkanterjadinyakematianterumbukarang.
Memangdibeberapatempatterumbukarangmengalamikamatian,akan
tetapikematianterumbukaranglebihbanyakdisebabkaneksploitasi
yangberlebihanolehmanusiasepertipenggunaanbomikan.
Terjadinyapenurunanbiodiversitasyangeksponensialsejakterjadinya
revolusi industri dan berbanding lurus dengan pertambahan populasi
manusia.Haltersebutsangateratsekalidenganeksploitasisepertidiburu
atauhabitatnyaberubahuntukmenjadipemukimandanpertanian,bukan
karenaperubahaniklim.
8. Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen dan kerusakan
infrastruktur di daerah pantai,
Pemanasanglobaldiperkirakanakanmeningkatkansuhuairlautberkisar
antara13C.Darisisibiologis,kenaikansuhuairlautiniberakibatpada
meningkatnyapotensikematiandanpemutihanterumbukarangdiperairan
tropis.
Terdapat dua dampak yang menjadi isu utama berkenaan dengan perubahan
iklim, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut yang
menyebabkan tergenangnya air di wilayah daratan dekat pantai. Dampak lain yang
diakibatkan oleh naiknya muka laut adalah erosi pantai, berkurangnya salinitas air
laut, menurunnya kualitas air permukaan, dan meningkatnya resiko banjir.
Dari uraian di atas sangat jelas kelihatan bahwa perubahan iklim lebih sering
membawa dampak negatif daripada dampak positifnya. Oleh sebab itu sudah
sewajibnya bagi kita untuk turut serta mengerem laju perubahan iklim melalui
13
berbagai kegiatan positif yang peduli pada lingkungan. Akhir-akhir ini banyak
digelorakan kegiatan peduli lingkungan dari yang bersifat lokal sampai dengan
berskala global dengan melakukan Reuse, Reduce, dan Recycle (3R).
sekarang. Tetapi, saat periode terakhir interglacial (100,000 tahun yang lalu),
permukaan air laut lebih tinggi 6 meter dari sekarang dan temperaturnya berkisar 1
derajat Celsius lebih hangat dari sekarang. Tren permukaan air laut global telah
diestimasi dengan cara mengkombinasikan trentren dari tidal stations di seluruh
dunia. Rekor-rekor ini memperlihatkan bahwa selama abad terakhir ini, permukaan air
laut di seluruh dunia telah naik hingga 10 25 cm yang sebagian besar diakibatkan
oleh pemanasan global dari abad terakhir.
Kutub Utara berada di atas es yang lebih kecil dan lebih tipis dibandingkan
dengan sebelumnya, sementara es tua yang kuat mulai digantikan es muda yang cepat
mencair. Demikian dikatakan beberapa peneliti di NASA dan National Snow and Ice
Data Center di Colorado. Menurut para peneliti tersebut, maksimum es laut Artik pada
musim dingin ini bertambah 15 juta dan 150.000 kilometer persegi, sekitar 720.000
kilometer persegi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata wilayah Kutub Utara
antara tahun 1979 dan 2000. Pada musim dingin normal, es seringkali memiliki
ketebalan tiga meter atau lebih, Namun, pada tahun 2010, ketebalan lapisan es
hampir-hampir tak dapat menembus sasaran yang tepat. Jumlah es laut tebal mencapai
tingkat rendah pada musim dingin dengan luas 680.400 kilometer persegi sehingga
turun 43 persen dari tahun sebelumnya.
Bila suhu bumi meningkat hingga 30C, diramalkan sebagian belahan bumi
akan tenggelam, karena meningkatnya muka air laut akibat melelehnya es di daerah
kutub. Sebagai contoh di negara Venesia pernah mengalami banjir parah pada bulan
November 2009, ketika tingkat air mencapai 131 cm. Venesia telah lama tenggelam,
tapi naiknya permukaan air laut telah membuat situasi lebih mengerikan. Frekuensi
banjir meningkat setiap tahun, meninggalkan banyak pertanyaan berapa lama lagi
Venesia bisa tinggal di atas air.
15
Gambar 5. Tren suhu rata-rata udara di Jakarta dan Semarang periode 1860 hingga 2000
Gambar 6. Tren kenaikan temperatur permukaan laut berdasarkan data NOAA OI (Sofian,
2009)
Pada 2007, IPCC melaporkan bahwa suhu rata-rata bumi jelas menandakan
pemanasan (IPCC2007b). Beberapa baris menunjukkan bukti ilmiah bahwa rata-rata
suhu permukaan global bumi telah meningkat 0,750C sejak 1850 (titik awal untuk
jaringan global pengukuran suhu bumi) seperti tampak pada gambar di bawah ini
(Gambar 7).
16
Tidak setiap bagian dari permukaan planet memanas dengan kecepatan yang
sama. Beberapa bagian adalah pemanasan lebih cepat, terutama atas tanah dan
beberapa bagian (di Antartika, misalnya) telah didinginkan sedikit (Gambar 8). Tetapi
daerah yang lebih jauh adalah pemanasan dari pendinginan.
17
Gambar 8. Tren suhu global. Peta atas menunjukkan rata-rata perubahan suhu per dekade
1870 2005. Suhu di daerah oranye tampak naik antara 0,1 0,2 0C per dekade, sehingga
mereka rata-rata 1,35 - 2,7 0C lebih hangat di tahun 2005 dibandingkan tahun 1870. Peta
bawah menunjukkan rata-rata perubahan suhu per dekade 1950 2005. Daerah di merah tua
tampak kenaikan suhu rata-rata pada lebih dari 0,4 0C per dekade, sehingga mereka rata-rata
lebih dari 20C lebih hangat di tahun 2005 sibandingkan tahun 1950. (Sumber: Joint Institute
for the Study of the Atmosphere and Ocean, University of Washington).
Menurut NASA Goddard Institute for Space Studies, telah terjadi delapan tahun
terpanas dalam 100 tahun terakhir sejak 1998. Selama paruh kedua abad ke-20, lautan
juga menjadi lebih hangat. Perairan laut lebih hangat menyebabkan es laut mencair,
memicu pemutihan karang, mengakibatkan banyak spesies pergeseran rentang
geografis mereka, banyaj spesies lain mengalami stress yang tidak dapat pindah ke
tempat lain, berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut.
2.5 Dampak Kenaikan Permukaan Air Laut
18
369.000
jiwa,
presidennya
telah
menyatakan
akan
global atau pengaruh gempa bumi yang sering terjadi di perairan barat
selatan Aceh. Oleh karena itu, pemukaan air semakin naik atau struktur
daratan pulau turun dari posisi semula. Naiknya permukaan laut akan
menggenangi wilayah pesisir sehingga akan menghancurkan tambak-tambak
ikan dan udang di Jawa, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi (UNDP, 2007).
akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan mendegradasi 98 persen
terumbu karang dan 50% biota laut.
Di antara negara kepulauan di dunia, agaknya kerugian terbesar bakal
dihadapi Indonesia, sebagai negara yang memiliki jumlah pulau terbanyak.
Pada tahun 2030 potensi kehilangan pulaunya sudah mencapai sekitar 2.000
bila tidak ada program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, urai
Indroyono, Sekretaris Menko Kesra yang juga mantan Kepala Badan Riset
Kelautan dan Perikanan DKP. Saat ini belum diketahui berapa sesungguhnya
jumlah pulau di Nusantara ini yang telah hilang karena dampak kenaikan
permukaan laut. Namun, pengamatan Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) menunjukkan penciutan daerah pantai
sudah terlihat di pulau-pulau yang berada di Paparan Sunda dan Paparan
Sahul, ungkap Aris Poniman, Deputi Sumber Dasar Sumber Daya Alam
Bakosurtanal. Paparan Sunda meliputi pantai timur Pulau Sumatera,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan serta pantai utara Pulau Jawa.
Adapun Paparan Sahul berada di sekitar wilayah Papua. Penjelasan Aris
didasari pada pemantauan pasang surut yang dilakukan Bakosurtanal di
berbagai wilayah pantai Nusantara sejak 30 tahun terakhir.
Dari semua uraian di atas, kenaikan tinggi muka laut juga memiliki dampak
dalam sektor sosial ekonomi, diantaranya yakni:
1. Terganggunya lalu lintas jalan raya,
2.
3.
4.
aktifitas-aktifitas
industri
dan
bisnis
diakibatkan
kerusakan/terganggunya infrastruktur-infrastruktur.
Selanjutnya, kenaikan suhu air laut ini juga mempengaruhi ekosistem terumbu
karang yang menjadi fishing ground dan nursery ground ikan yang hidup di wilayah
itu. Ikan-ikan yang hidup di daerah karang akan mengalami penurunan populasi. Hasil
penelitian Ove Hoegh-Guldberg yang dipublikasikan di jurnal Science edisi
Desember 2007 meramalkan bahwa akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan
22
Umpamanya, pelabuhan perikanan, cold strorage, dan kapal ikan. Akibatnya, nelayan
penangkap maupun pembudi daya ikan di wilayah pesisir akan miskin selamanya.
2.6 Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim
Menghadapi ancaman hilangnya kawasan pantai dan pulau kecil yang
kemungkinan akan terus berlanjut pada masa mendatang, Aris yang juga pengajar di
IPB menyarankan penyusunan peta skala besar, yaitu 1:5.000 dan 1:1.000. Saat ini
baru tiga kota besar, yaitu Jakarta, Semarang, dan Makassar, yang memiliki peta
berskala tersebut, ujarnya. Pada peta tampak detail wilayah pantai yang terbenam di
tiga kota tersebut. Peta ini disusun Bakosurtanal bekerja sama dengan Japan
International Cooperation Agency (JICA). Selain itu, pembuatan peta skala besar juga
dilaksanakan untuk wilayah barat Sumatera dan selatan Jawa Bali - Nusa Tenggara.
Hal ini terkait dengan pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS).
Sementara itu, untuk wilayah timur Sumatera dan wilayah lain yang tergolong rawan
genangan air laut akibat pemanasan global peta yang ada masih berskala kecil, sekitar
1:25.000. Pembuatan peta genangan perlu menjadi prioritas agar setiap daerah dapat
melakukan langkah antisipasi dan adaptasi pada wilayah yang bakal tergenang dalam
5 hingga 20 tahun mendatang, ujarnya. Data spasial dan penginderaan jauh yang
merekam dampak pemanasan global juga akan menjadi materi untuk pengambilan
kebijakan di setiap instansi terkait pada waktu mendatang.
Selain itu, upaya penanggulangan juga dilakukan dalam beberapa sektor oleh
seluruh warga negara mulai dari pemerintah hingga masyarakat bahkan teknologi juga
diikutsertakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
1. Usaha Pemerintah
1.1 Dalam Lingkungan Masyarakat
Sosialisasi mengenai perubahan iklim national summit perubahan
iklim
untuk
mengetahui
kemajuan
kebijakan
pelaksanaan
pemanfaatan
teknologi
energi
bersih
di
pembangkitan listrik.
Pengurangan pemakaian bbm bersubsidi, khususnya dengan
gas dan energi terbarukan.
Program konservasi energi dan lain-lain.
1.4 Sektor Transportasi
alat-alat
2.2 Adaptasi
25
bangunan komersial.
Rumah dan fasilitas industry manufaktur.
Pengembangan energy terbarukan.
Penggantian bahan bakar dari bahan bakar fosil ke sumber energi
terbarukan.
Penggunaan teknologi untuk pengelolaan hutan lebih lestari dan
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan iklim dunia tidak dapat dielakkan. Suhu permukaan bumi terus
meningkat dan tingkat gas rumah kaca (GRK) terus bertambah. Perubahan ini akan
berdampak pada ekosistem di darat dan laut, keterkaitan antar spesies, pertumbuhan
populasi dan sebagian tidak mampu beradaptasi sehingga dapat mendekati kepunahan.
Perubahan iklim adalah proses yang berskala global, tetapi dengan manifestasi
wilayah dan daerah beragam. Dampak ekologi lazimnya berlangsung lokal dan
bervariasi dari tempat ke tempat untuk menerangkan bagaimana perubahan iklim telah
mempengaruhi spesies tertentu dan ekosistem khususnya ekosistem laut. Dampak
perubahan iklim terhadap ekosistem laut antara lain kenaikan muka air laut karena
mencairnya es di kutub; cuaca ekstrim seperti badai dan gelombang tinggi; pemutihan
terumbu karang; dan perubahan ekologi lainnya.
Perubahan iklim tidak terjadi secara tiba-tiba, peristiwa ini terjadi oleh berbagai
sebab. Ada yang disebabkan oleh ulah manusia, ada pula yang terjadi karena factor
alam. Beberapa penyebab perubahan iklim karena factor alam, adalah sebagai berikut:
1. Pemanasan Bumi
2. Aktivitas Matahari
27
yaitu 1:5.000 dan 1:1.000. Pada peta tampak detail wilayah pantai yang terbenam di
tiga kota tersebut. Peta ini disusun Bakosurtanal bekerja sama dengan Japan
International Cooperation Agency (JICA). Sementara itu, untuk wilayah timur
Sumatera dan wilayah lain yang tergolong rawan genangan air laut akibat pemanasan
global peta yang ada masih berskala kecil, sekitar 1:25.000.
Selain itu, upaya penanggulangan juga dilakukan dalam beberapa sektor oleh
seluruh warga negara mulai dari pemerintah hingga masyarakat bahkan teknologi juga
diikutsertakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, yaitu:
1. Usaha Pemerintah
1.1 Dalam Lingkungan Masyarakat
1.2 Sektor Pertanian
1.3 Sektor Energi
1.4 Sektor Transportasi
1.5 Sektor Industri
2. Usaha Masyarakat
2.1 Mitigasi
Cara mitigasi dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Eliminasi,
Pengurangan,
Substitusi
Offset
2.2 Adaptasi
4 prinsip dalam proses adaptasi perubahan iklim, yaitu:
Menempatkan adaptasi dalam konteks pembangunan.,
Membangun pengalaman beradaptasi untuk mengantisipasi
variabilitas perubahan iklim,
Memahami bahwa adaptasi berlangsung dalam level yang berbeda,
.
3.2 Saran
Makalah ini hanya membahas pengaruh perubahan iklim terhadap ketinggian
muka air laut dan sebagian kecil dampak dari perubahan iklim sehingga diharapkan
akan ada yang menulis mengenai pengaruuh perubahan iklim terhadap sektor-sektor
lainnya.
Dari penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa aktivitas manusia
memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, masyarakat
juga harus berperan aktif dalam upaya-upaya mengurangi dampak perubahan iklim di
masa mendatang, seperti tidak menebangi pohon yang merupakan sumber oksigen
terbesar bagi makhluk hidup termasuk manusia, tidak membangun pemukiman di
daerah resapan air yang dapat menyebabkan banjir di beberapa wilayah, tidak
membuang limbah pabrik sembarangan, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
30
Numberi Freddy. Perubahan Iklim, Implikasinya Terhadap Kehidupan Di Laut, Pesisir dan
pulau-pulau Kecil. Jakarta : Fortuna Prima Makmur, 2009.
Asian Development Bank, Climate Change in Asia ; Indonesia Country Report on Socioeconomic Impacts of Climate Change and a National Response Strategy, Regional
Study on Global Environmental Issues, July 1994.
Center for Global Environmental Research, Data Book of Sea Level Rise, National Institute
for Environmental Studies, Environment Agency of Japan, 1996.
Diposaptono S., Pengaruh Pemanasan Global terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di
Indonesia, Direktorat Bina Pesisir Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil - DKP,
2002.
http://www.slideshare.net/SetiawanDady/dampak-perubahan-iklim-terhadap-ekologi-laut
diakses tanggal 27 November 2016.
http://armisusandi.com/articles/journal/Dampak%20Perubahan%20Iklim%20Terhadap
%20Ketinggian%20Muka%20Laut diakses tanggal 27 November 2016.
https://januariksan.wordpress.com/2010/01/04/pengaruh-perubahan-iklim-terhadapkenaikan-muka-air-laut/ diakses tanggal 27 November 2016.
http://leosejati.blogspot.co.id/2009/02/pengertian-perubahan-iklim.html diakses tanggal 27
November 2016.
http://rangkeum.blogspot.co.id/2015/01/pengaruh-perubahan-iklim-global-climate.html
diakses tanggal 27 November 2016.
http://dederatna28.blogspot.co.id/2014/05/perubahan-cuaca-yang-ekstrim.html
diakses
diakses
tanggal
27
November 2016.
Susandi A., Indriani H., dkk. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka
Laut Di Wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan. No. 2. Volume 12.
Surakusumah, Wahyu. Perubahan Iklim dan Pengaruhnya Terhadap Keanekaragaman Hayati.
Makalah Perubahan Lingkungan Global. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
31