UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
GIS DAN PENGINDERAAN JARAK JAUH
SPESIFIKASI JENIS-JENIS SATELIT
TUGAS
OLEH:
TAUFIQ ALIBRAH
D061191027
GOWA
2021
1. Citra Satelit
Satelit dengan sensor pasif menggunakan sumber tenaga eksternal (di luar
satelit) sebagai sumber tenaga dalam melakukan pengamatan objek-objek di
permukaan dan dekat permukaan bumi, dengan sumber tenaga utama yang
digunakan yaitu gelombang elektromagnetik yang berasal dari sinar matahari.
Radiasi gelombang elektromagnetik dari matahari akan bergerak menuju
permukaan bumi, namun sebelumnya harus “melewati hadangan”
atmosfer. Gelombang yang berhasil lolos dari berbagai 'hadangan' yang terdapat di
atmosfer, selanjutnya bergerak menuju permukaan bumi dan mengenai beragam
objek yang terdapat di permukaan dan dekat permukaan bumi. Objek-objek tersebut
akan memberikan respon atau interaksi terhadap gelombang elektromagnetik yang
dapat berupa mengenai, hamburan, atau resapan. Sensor yang terdapat pada satelit
berada ratusan kilometer di atas permukaan bumi, maka interaksi dengan objek
tersebut menjadi hal utama yang direkam oleh sensor satelit.
Dengan mengandalkan sumber tenaga utama yang berasal dari matahari,
maka dengan sensor pasif dapat melakukan satelit di suatu wilayah ketika matahari
“beroperasi” di wilayah tersebut. sebagian besar saat ini pengamatan satelit bumi
dengan sensor pasif melakukan perekaman antara pukul 10 pagi hingga 1 siang
waktu. Sangat jarang melakukan lebih pagi dari jam 10 pagi atau sakit hari.
Selain masalah terbatasnya waktu, satelit dengan sensor pasif juga terkendala
dengan terekamnya objek yang kurang diinginkan dalam citra satelit yang
dihasilkannya, seperti awan beserta bayangannya. Hal tersebut dikarenakan misi
dari sensor satelit pasif sendiri yang memiliki tujuan utama menghasilkan citra
satelit yang menampilkan beragam objek-objek di permukaan bumi yang sesuai
dengan kenyataannya, yang membuat sensor satelit terutama utamanya
menggunakan gelombang elektromagnetik pada spektrum cahaya tampak (visible)
dan spektrum lain yang memiliki panjang gelombang yang
pendek. Kombinasi band – band saluran yang tampak sesuai dengan salurannya,
akan menghasilkan citra satelit dengan tampilan warna yang sesuai dengan yang
terlihat oleh mata normal seorang manusia, seperti birunya laut, awan yang terlihat
putih, dan lain sebagainya. Namun penggunaan spektrum elektromagnetik tampak
dan spektrum lain dengan panjang gelombang yang pendek, tidak mampu untuk
“menembus” awan serta objek yang tidak diinginkan lainnya seperti kabut, asap,
dan lain-lain, sehingga jika pada saat pemotretan oleh satelit di sebuah wilayah
terdapat objek tersebut, maka akan ikut serta muncul pada citra satelit yang
dihasilkan. Keberadaan awan dan bayangannya serta objek yang tidak diinginkan
pada citra satelit, membuat informasi yang dapat diperoleh dari citra satelit menjadi
berkurang dan tidak utuh. Apalagi kalau tingkat tutupan objek tersebut tinggi.
Namun seiring dengan perkembangan teknologi pada software – software
pengolah data citra satelit serta trik dalam pengolahan citra satelit, membuat kita
dapat mereduksi bahkan menghilangkan berbagai objek yang tidak diinginkan
seperti misalnya penggunaan teknik cloud remove (menghilangkan awan pada
sebuah data citra satelit dengan menggunakan data citra satelit lain yang lebih bebas
awan), pengurangan kabut (mereduksi keberadaan awan tipis, asap, atau kabut) atau
bahkan penghilangan kabut (menghilangkan sama sekali keberadaan awan tipis,
asap, atau kabut) dengan menggunakan beragam alat yang terdapat pada perangkat
lunak pengolah citra satelit.
2.1 Jenis – Jenis Citra Satelit dari Satelit Sensor Pasif
1. Worldview – 3
Satelit yang diperkirakan memakan biaya pembuatan lebih dari 650 juta USD
ini, sebenarnya boleh dibilang “kalah canggih” dibandingkan Satelit WorldView-
4, terutama jika dilihat dari jumlah saluran/ band . Citra satelit WorldView-4
“hanya” terdiri dari 1 band pankromatk dan 4 band multispektral, padahal satelit ini
merupakan satelit paling akhir yang diluncurkan perusahaan Maxar Technologies
sebagai pemilik Satelit WorldView-3 dan juga WorldView-4.
“Kalah” canggihnya Satelit WorldView-4 sendiri dibandingkan Satelit
WorldView-3 tidak terlepas dari sejarah pembuatan kedua satelit.
Nama awal dari Satelit WorldView-4 yaitu Satelit GeoEye-2, hal ini
dikarenakan mulanya Satelit WorldView-4 dibuat oleh perusahaan GeoEye, Inc.,
sebagai pesaing bagi Satelit WorldView-3 saat itu sedang dipersiapkan oleh
perusahaan DigitalGlobe. Namun ternyata pada tahun 2013, GeoEye, Inc., dengan
DigitalGlobe bersepakat untuk melakukan merger, dengan nama perusahaan hasil
merger tetap menggunakan nama DigitalGlobe. Oleh karenanya, untuk kepentingan
brandingperusahaan, nama Satelit GeoEye-2 diubah menjadi Satelit WorldView-4
dan diluncurkan setelah Satelit WorldView-3. Pada tahun 2017, perusahaan asal
Kanada, MDA (MacDonald, Dettwiler and Associates), melakukan akuisisi
terhadap perusahaan DigitalGlobe, dan mengganti nama perusahaannya menjadi
Maxar Technologies. Sehingga saat ini Satelit WorldView-3, WorldView-4, serta
satelit-satelit observasi bumi penghasil citra dengan resolusi spasial sangat tinggi
milik DigitalGlobe beralih menjadi milik perusahaan Maxar Technologies.
3. IKONOS
Gambar 5 Data Olahan Citra Satelit Pleiades – 1A Warna Natural Wilayah di Kab .
Jeneponto, Sulawesi Selatan, Skala 1 : 3, 500
Saat ini penggunaan Citra Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B mulai populer
di seluruh belahan bumi, termasuk juga di Indonesia, dan menjadi ancaman nyata
bagi produk citra satelit resolusi spasial sangat tinggi dari Maxar Technologies yang
selama ini mendominasi pasar. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
a. Kenampakan Citra Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B yang masih cukup
tajam pada skala maksimal yang lazim pada citra satelit dengan kelas resolusi
spasial 50 cm (0,5 m) yakni pada skala 1:2,500 hingga 1:2,000, meskipun
resolusi spasialnya merupakan hasil resampling ;
b. Faktor lainnya yakni harga pembelian data arsip original Citra Satelit
Pleiades-1A dan Pleiades-1B yang lebih rendah dibandingkan harga jual data
arsip original citra satelit dari perusahaan Maxar Technologies. Selain itu
tidak ada klasifikasi data arsip dalam artian semua data yang direkam dan
sudah berada pada database, termasuk dalam data arsip dengan harga yang
sama, sehingga walaupun data citra satelit baru direkam, harganya sudah
termasuk dalam data arsip, sedangkan perusahaan Maxar Technologies
kategorisasi yang diterapkan terhadap data arsip berdasarkan tanggal
pencatatannya, dimana untuk data citra satelit yang memiliki catatan kurang
dari 90 hari dari hari ini termasuk dalam kategori fresh archive atau update,
sedangkan jika lebih dari 90 hari dari hari ini termasuk dalam kategori arsip
(arsip), dengan harga data original fresh archive lebih tinggi dibandingkan
arsip .;
c. Faktor-faktor berikutnya biasanya untuk pembelian Citra Satelit Pleiades-1A
dan Pleiades-1B, pihak vendor (Airbus Defense & Space) memberi tambahan
luasan area (buffer) secara gratis, jadi misalnya jika kita memesan data arsip
original Citra Satelit Pleiades-1A dengan luasan 50 km 2, maka nantinya kita
akan mendapatkan lebih dari 50 km 2, sedangkan jika membeli produk citra
satelit dari perusahaan Maxar Technologies, tidak ada kebijakan penambahan
luasan area yang dipesan secara gratis;
d. Faktor terakhir yaitu kecepatan data tersedia, jadi jika kita memesan data arsip
original Citra Satelit Pleiades-1A atau Pleiades-1B atau produk citra satelit
lain dari perusahaan Airbus Defense & Space, data dapat tersedia bahkan
dalam hitungan jam setelah kita order, dan paling lambatnya sekitar 3 hari
setelah perintah kita.
Satelit Pleiades-1A mulai mengangkasa pada tanggal 16 Desember 2011 dan
hingga saat ini masih beroperasi, oleh karenanya data Citra Satelit Pleiades-1A
mulai tersedia setelah tanggal peluncuran hingga hari ini. Sedangkan untuk Citra
Satelit Pleiades-1B mulai tersedia setelah tanggal 2 Desember 2012 sampai saat ini.
Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B merupakan satelit “kembar” karena
memiliki spesifikasi yang sama, berada pada orbit yang sama meski terpisah jarak
180 derajat, dan menghasilkan citra satelit dengan tingkat resolusi spasial dan
spektral yang sama.
5. Spot-6 & Spot-7
Gambar 7 Tampilan 3D Data Olahan Citra Satelit SPOT – 6 Warna Natural di Wilayah
Kab . Konawe Utara, Sulawesi Tenggara
Gambar 8 Citra Satelit SPOT - 7 Hasil Olahan Warna Hijau Semu Wilayah Pekanbaru
Skala 1 : 10, 000
Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 merupakan bagian dari Program SPOT yang
telah dimulai sejak tahun 1986, dan merupakan salah satu program satelit observasi
bumi paling kesohor dan legendaris. Hal menarik dari satelit kedua adalah
penyematan pita biru pada sensor satelit, sehingga Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-
7 dapat dibuat dalam tampilan warna natural (natural color), sesuatu yang tidak
terdapat pada Satelit SPOT-1 hingga SPOT-5.
Sama halnya dengan Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B, Satelit SPOT-6
dan SPOT-7 merupakan satelit “kembar” yang berada pada orbit yang sama namun
180 derajat satu sama lainnya, dengan spesifikasi satelit yang sama.
Satelit SPOT-6 bertindak sebagai “kakak” karena meluncur duluan, tepatnya
pada tanggal 9 September 2012, yang bertempat di Shatish Dawan Space Center,
India, menggunakan roket pengangkut Polar Satellite Launch
Vehicle (PSLV). Hampir dua tahun kemudian, “sang adik” yakni Satelit SPOT-6
mulai mengangkasa per tanggal 30 Juni 2014, di tempat peluncuran yang sama
dengan “sang kakak”. Oleh karenanya ketersediaan data Citra Satelit SPOT-6
dimulai dari September 2012 hingga saat ini, sedangkan Citra Satelit SPOT-7 dari
Juni 2014 sampai sekarang.
6. Landsat 8
Gambar 10 Data Olahan Citra Satelit Landsat 8 Warna Alam Wilayah Ogan Komering
Ilir, Sumatera Selatan, Skala 1 : 50, 000
Pada tingkat tertentu, USGS yang merupakan Badan Geologi Pemerintah
Amerika Serikat, dan bertindak sebagai pengelola data Program Satelit Landsat,
menggratiskan data asli Citra Satelit Landsat, termasuk Citra Satelit Landsat 8.
7. Landsat 7
Gambar 12 Citra Satelit Landsat 7 Hasil Olahan Warna Alam Wilayah Kampar, Riau
Skala 1 : 50.000
8. GeoEye-1
Untuk contoh data lain citra satelit hasil rekaman satelit dengan sensor pasif,
terdapat Citra Satelit QuickBird, KOMPSAT-3A, KOMPSAT-3, KOMPSAT-2,
Landsat 5, ASTER, Sentinel-2A, Sentinel-2B, serta banyak lainnya.
Berbeda dengan sensor satelit pasif, sensor satelit aktif memiliki sumber
tenaga sendiri. Menggunakan sumber tenaga sendiri, dapat dilakukan kapan saja,
termasuk pada malam hari. Selain itu, melalui pemanfaatan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih panjang daripada yang
digunakan pada satelit sensor pasif, tampilan citra satelit dari sensor aktif dapat
bebas dari awan, karena gelombang elektromagnetik yang digunakan dapat
“menembus awan”. Saat ini sebagian besar sensor satelit aktif menggunakan
gelombang mikro, melalui penggunaan teknologi Radio Detection and Ranging
(RADAR).
Walaupun memiliki kelebihan dibandingkan dengan sensor satelit yang pasif,
sebagian besar misi utama dari sensor satelit aktif yaitu untuk menghasilkan
topografi data melalui proses pengolahan lebih lanjut.
Berikut ini beberapa contoh data citra satelit yang dihasilkan dari satelit
sensor aktif :
1. TerraSAR – X dan TanDE M- X
Gambar 19 DSM (Bagian Kiri) dan DTM (Bagian Kanan) WorldDEM Resolusi Spasial
12 Meter
2. ALOS PALSAR
Gambar 21 Citra Satelit Radar ALOS Palsar Wilayah Pulau Sangihe, Sulawesi Utara,
Indonesia, Polarisasi HH
Hampir semua bidang saat ini dapat memperoleh manfaat yang sangat besar
dengan menggunakan citra satelit, terlebih pada saat sekarang sudah tersedia data
citra satelit resolusi tinggi yang bahkan dari hasil pengolahannya dapat diperoleh
citra satelit dengan resolusi spasial mendekati resolusi data Citra Satelit High
Definition (HD) 15 cm dari perusahaan Maxar Technologies yang merupakan hasil
pengolahan dari data citra satelit dengan resolusi spasial kelas 30 cm (0,3 m).
Oleh karena itu, keberadaan citra satelit dengan resolusi spasial sangat tinggi
dapat mempermudah orang untuk melakukan interpretasi objek-objek yang terdapat
pada citra satelit tersebut, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk
berbagai kepentingan kita.
Dan berikut ini beberapa manfaat penggunaan citra satelit di beberapa bidang:
1. Bidang Pertambangan dan Energi :
• Digunakan sebagai data dalam Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) atau perizinan lainnya;
• Salah satu data yang digunakan dalam laporan area tambang yang
dimiliki sebuah perusahaan kepada kementerian terkait;
• Perencanaan situs rencana daerah Pertambangan;
• Pemantauan luasan tambang yang dimiliki perusahaan dari waktu ke
waktu;
• Perencanaan dan pemantauan rehabilitasi lahan hasil pertambangan;
• Pemantauan Kegiatan pertambangan ilegal dan PETI;
• Inventarisasi potensi daerah pertambangan;
• Pemantauan perubahan tutupan lahan di area tambang dan sekitarnya;
• Inventarisasi potensi dan perencanaan lokasi pembangkit listrik tenaga
mikrohidro.
2. Bidang Pertanian dan Perkebunan :
• melakukan observasi pada lahan yang luas, petak tanaman hingga setiap
individu tanaman;
• melakukan jenis tanaman dan kondisi tanah, potensi panen, efektifitas
panen, kesuburan dan penyakit tanaman, kandungan air;
• Secara berkala (time series) dapat digunakan untuk menyatukan
pertumbuhan tanaman, laju perubahan jenis tanaman, perubahan atau alih
fungsi pertanian lahan;
• Menghitung jumlah pohon dan volume hasil panen komoditi
perkebunan;
• Perencanaan pola tanam perkebunan;
• Perencanaan peremajaan tanaman perkebunan.
3. Bidang Kehutanan :
• Pemantauan batas-batas fungsi kawasan hutan;
• Identifikasi wilayah habitat satwa;
• Identifikasi perubahan kawasan hutan akibat pembalakan liar ;
• Inventarisasi potensi sumber daya hutan;
• Pemetaan kawasan unit-unit pengelolaan hutan;
• Perencanaan lokasi reboisasi.
4. Bagi Unit Pengelolaan Hutan HTI :
• Perencanaan pembagian areal usaha ke dalam bentuk blok, petak dan
anak petak;
• Perencanaan lokasi camp, lokasi menara pengawas, lokasi persemaian,
dan lain-lain;
• Monitoring pertumbuhan tanaman dan areal siap panen.
5. Bagi Unit Pengelolaan Hutan HPH :
• Inventarisasi luas lahan HPH;
• Menghitung potensi volume kayu;
• Perencanaan dan pembuatan site plan ;
• Perencanaan jalur transportasi logging ;
• batas kawasan;
• Evaluasi laju produksi.