Anda di halaman 1dari 29

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
GIS DAN PENGINDERAAN JARAK JAUH
SPESIFIKASI JENIS-JENIS SATELIT

TUGAS

OLEH:
TAUFIQ ALIBRAH
D061191027

GOWA
2021
1. Citra Satelit

Citra satelit merupakan gambaran objek-objek yang terdapat di permukaan


dan dekat permukaan bumi, yang direkam oleh sebuah satelit yang beroperasi di
luar angkasa, dengan jarak ratusan kilometer di atas paras bumi.

2. Sensor Satelit Pasif

Satelit dengan sensor pasif menggunakan sumber tenaga eksternal (di luar
satelit) sebagai sumber tenaga dalam melakukan pengamatan objek-objek di
permukaan dan dekat permukaan bumi, dengan sumber tenaga utama yang
digunakan yaitu gelombang elektromagnetik yang berasal dari sinar matahari.
Radiasi gelombang elektromagnetik dari matahari akan bergerak menuju
permukaan bumi, namun sebelumnya harus “melewati hadangan”
atmosfer. Gelombang yang berhasil lolos dari berbagai 'hadangan' yang terdapat di
atmosfer, selanjutnya bergerak menuju permukaan bumi dan mengenai beragam
objek yang terdapat di permukaan dan dekat permukaan bumi. Objek-objek tersebut
akan memberikan respon atau interaksi terhadap gelombang elektromagnetik yang
dapat berupa mengenai, hamburan, atau resapan. Sensor yang terdapat pada satelit
berada ratusan kilometer di atas permukaan bumi, maka interaksi dengan objek
tersebut menjadi hal utama yang direkam oleh sensor satelit.
Dengan mengandalkan sumber tenaga utama yang berasal dari matahari,
maka dengan sensor pasif dapat melakukan satelit di suatu wilayah ketika matahari
“beroperasi” di wilayah tersebut. sebagian besar saat ini pengamatan satelit bumi
dengan sensor pasif melakukan perekaman antara pukul 10 pagi hingga 1 siang
waktu. Sangat jarang melakukan lebih pagi dari jam 10 pagi atau sakit hari.
Selain masalah terbatasnya waktu, satelit dengan sensor pasif juga terkendala
dengan terekamnya objek yang kurang diinginkan dalam citra satelit yang
dihasilkannya, seperti awan beserta bayangannya. Hal tersebut dikarenakan misi
dari sensor satelit pasif sendiri yang memiliki tujuan utama menghasilkan citra
satelit yang menampilkan beragam objek-objek di permukaan bumi yang sesuai
dengan kenyataannya, yang membuat sensor satelit terutama utamanya
menggunakan gelombang elektromagnetik pada spektrum cahaya tampak (visible)
dan spektrum lain yang memiliki panjang gelombang yang
pendek. Kombinasi band – band saluran yang tampak sesuai dengan salurannya,
akan menghasilkan citra satelit dengan tampilan warna yang sesuai dengan yang
terlihat oleh mata normal seorang manusia, seperti birunya laut, awan yang terlihat
putih, dan lain sebagainya. Namun penggunaan spektrum elektromagnetik tampak
dan spektrum lain dengan panjang gelombang yang pendek, tidak mampu untuk
“menembus” awan serta objek yang tidak diinginkan lainnya seperti kabut, asap,
dan lain-lain, sehingga jika pada saat pemotretan oleh satelit di sebuah wilayah
terdapat objek tersebut, maka akan ikut serta muncul pada citra satelit yang
dihasilkan. Keberadaan awan dan bayangannya serta objek yang tidak diinginkan
pada citra satelit, membuat informasi yang dapat diperoleh dari citra satelit menjadi
berkurang dan tidak utuh. Apalagi kalau tingkat tutupan objek tersebut tinggi.
Namun seiring dengan perkembangan teknologi pada software – software
pengolah data citra satelit serta trik dalam pengolahan citra satelit, membuat kita
dapat mereduksi bahkan menghilangkan berbagai objek yang tidak diinginkan
seperti misalnya penggunaan teknik cloud remove (menghilangkan awan pada
sebuah data citra satelit dengan menggunakan data citra satelit lain yang lebih bebas
awan), pengurangan kabut (mereduksi keberadaan awan tipis, asap, atau kabut) atau
bahkan penghilangan kabut (menghilangkan sama sekali keberadaan awan tipis,
asap, atau kabut) dengan menggunakan beragam alat yang terdapat pada perangkat
lunak pengolah citra satelit.
2.1 Jenis – Jenis Citra Satelit dari Satelit Sensor Pasif

Berdasarkan tingkat resolusi spektralnya, terdapat jenis citra satelit


pankromatik, multispektral, dan hiperspektral.
1. Citra Satelit Pankromatik
Citra satelit pankromatik merupakan citra satelit yang hanya terdiri dari
1 band saja, biasanya membakar spektrum elektromagnetik cahaya tampak
(visible) dalam rentang panjang gelombang yang cukup lebar, dapat
mencakup gelombang merah, biru, hijau, dan lain inframerah dekat.
Berhubung hanya memiliki 1 band saja, maka tampilan data original citra
satelit pankromatik berwarna hitam putih, serta tidak dapat dilakukan proses
komposit band untuk menampilkan citra satelit dalam warna natural (natural
color)/warna sebenarnya (true color) serta warna semu (false color) .
Satelit observasi bumi yang hanya menghasilkan citra pankromatik
jarang, dan di antara yang sudah langka itu Satelit WorldView-1 merupakan
satelit penghasil citra pankromatik yang masih beroperasi dan menghasilkan
permukaan bumi pada spektrum pada panjang gelombang 0,45 hingga 0,80
mikrometer (dari spektrum elektromagnetik tampak hingga infra dekat).
2. Citra Satelit Multispektral
Selanjutnya terdapat citra satelit multispektral. Jika citra satelit
pankromatik hanya memiliki 1 band, maka citra satelit multispektral sesuai
dengan namanya memiliki lebih dari 1 band . Saat ini, kebanyakan citra satelit
multispektral spasial sangat tinggi dan tinggi terdiri dari 4 band yang berada
pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat
(near infrared), sedangkan untuk citra satelit resolusi rendah yang memiliki
sampai dengan belasan band .
Pada saat ini, sebagian besar sensor pada satelit observasi bumi memiliki
satu saluran yang merekam panjang gelombang yang lebar untuk
menghasilkan citra satelit pankromatik, dan beberapa saluran lain pada
panjang gelombang yang lebih sempit untuk menghasilkan citra satelit
multispektral.
Citra satelit pankromatik memiliki resolusi spasial yang lebih tinggi
dibandingkan citra satelit multispektral, hal ini dikarenakan jumlah energi
yang direkam oleh saluran/ band pankromatik pada sensor lebih besar
dibandingkan saluran/ band lainnya, berhubung rentang panjang gelombang
yang digunakan lebih lebar.
Namun seperti pembahasan sebelumnya, citra satelit pankromatik
memiliki tampilan warna hitam putih hanya memiliki 1 band, dan hal tersebut
dapat membantu dalam proses interpretasi dan analisis terhadap beragam
objek yang terdapat pada citra satelit.
Berbeda dengan citra pankromatik, citra multispektral memiliki resolusi
spasial yang lebih rendah yang disebabkan oleh penggunaan beberapa
saluran/ band dengan panjang gelombang yang sempit, berhubung sebuah
sensor satelit memerlukan jumlah energi dalam besaran tertentu, sedangkan
jumlah energi pada saluran/ band kurang mencukupi, maka saluran / band
tersebut mengambil energi pada resolusi rentang spasial yang lebih rendah.
Salah satu tujuan mengapa sebuah sensor satelit dirancang untuk citra
dalam dua moda yaitu untuk meningkatkan peningkatan hasil media
penyimpanan oleh satelit.
Sebagai contoh, jika sebuah satelit dirancang untuk menghasilkan citra
satelit dengan resolusi spasial 50 cm (0,5 m), maka sensor satelit biasanya
dirancang untuk menghasilkan citra dalam moda pankromatik dengan
resolusi spasial 50 cm (0,5 m) dan moda multispektral yang biasanya
memiliki resolusi spasial 4 kali lebih rendah dibandingkan citra dalam moda
pankromatik atau resolusi spasial yang dihasilkan pada kisaran sekitar 2
meter-an.
Untuk mendapatkan keunggulan dari masing-masing citra satelit baik
yang moda pankromatik berupa tingkat resolusi spasial yang tinggi
dibandingkan moda multispektral, serta moda multispektral yang dapat dibuat
dalam tampilan warna natural dan warna semu, maka dapat dilakukan proses
pengolahan citra satelit yang bernama Pansharpening atau nama lainnya fusi.
Lalu apa perbedaannya jika sebuah sensor satelit dapat langsung
menghasilkan citra dalam moda multispektral dengan resolusi spasial 50 cm
(0,5 m)?. Hal ini berkaitan dengan ukuran file citra satelit multispektral
dengan resolusi spasial yang langsung menghasilkan 50 cm (0,5 m) akan
sangat jauh lebih besar, apalagi jika jumlah saluran/ band multispektral pada
sensor satelit sangat banyak, sehingga hasil pada media penyimpanan akan
lebih cepat penuh. Oleh karenanya, sensor satelit biasanya menghasilkan citra
satelit dalam moda pankromatik dan multispektral, dan proses selanjutnya
yang salah satunya yaitu Pansharpening dapat dilakukan setelah data citra
satelit dikirim ke stasiun bumi (ground station).
3. Citra Satelit Hiperspektral
Sesuai dengan namanya, citra satelit hiperspektral memiliki saluran/
band yang kelebihan. Jika citra satelit multispektral maksimal memiliki
belasan band, maka citra satelit hiperspektral memiliki ratusan band .
Dengan jumlah band yang sangat banyak, variasi kombinasi band pada
citra satelit hiperspektral, dan hal-hal tersebut sangat berguna untuk analisis
lebih lanjut tentang sumber daya alam yang terdapat di wilayah.
Salah satu contoh data citra satelit hiperspektral yakni Citra Satelit
Hyperion yang dihasilkan oleh Satelit Earth Observation-1 (EO-1), dengan
jumlah band mencapai 242 band, serta resolusi spasial kelas 30 meter.
2.2 Contoh Jenis-Jenis Satelit dari Satelit Sensor Pasif

1. Worldview – 3

Gambar 1 Satelit worldview – 3 (Kiri), citra satelit worldview (kanan)


Citra Satelit WorldView-3 merupakan citra satelit dengan resolusi spasial
tertinggi saat ini yang dijual secara komersial. Citra Satelit WorldView-3
memiliki resolusi spasial mencapai 31 cm (0,31 m) pada posisi nadir untuk citra
satelit moda pankromatik. Sedangkan untuk moda multispektral terdapat
8 band dengan resolusi spasial mencapai 1.24 meter pada keadaan nadir,
yaitu band merah (red), hijau (green), biru (blue), kuning (yellow), inframerah
dekat 1 (near infrared 1), inframerah dekat 2 (inframerah dekat 2), tepi merah (tepi
merah), dan pesisir (pesisir). Selain itu dilengkapi juga dengan 8 band pada
spektrum gelombang pendek (Short Wave InfraRed .)) dengan resolusi spasial 3.7
meter, serta 12 band CAVIS (Clouds, Aerosols, Vapors, Ice, and Snow) dengan
resolusi spasial 30 meter.

Saat ini Satelit WorldView-3 yang diluncurkan pada tanggal 13 Agustus


2014, masih dapat beroperasi dan mampu mencapai permukaan bumi seluas 680
ribu km 2 setiap harinya.
2. Worldview-4

Gambar 2 Satelit worldview-4 (kiri) Citra sateli worldview (kanan)


Sebenarnya selain Satelit WorldView-3 yang mampu menghasilkan citra
dengan resolusi spasial tertinggi saat ini, terdapat juga Satelit WorldView-4 yang
juga mampu menghasilkan citra dengan resolusi spasial yang sama dengan yang
dihasilkan Satelit WorldView-3 yakni 31 cm (0,31 m) pada keadaan nadir . Namun
satelit yang diluncurkan pada tanggal 11 November 2016 ini, mengalami
kerusakan pada bagian Control Moment Gyros (“CMGs”) pada akhir tahun 2018,
yang harus berhenti beroperasi.

Satelit yang diperkirakan memakan biaya pembuatan lebih dari 650 juta USD
ini, sebenarnya boleh dibilang “kalah canggih” dibandingkan Satelit WorldView-
4, terutama jika dilihat dari jumlah saluran/ band . Citra satelit WorldView-4
“hanya” terdiri dari 1 band pankromatk dan 4 band multispektral, padahal satelit ini
merupakan satelit paling akhir yang diluncurkan perusahaan Maxar Technologies
sebagai pemilik Satelit WorldView-3 dan juga WorldView-4.
“Kalah” canggihnya Satelit WorldView-4 sendiri dibandingkan Satelit
WorldView-3 tidak terlepas dari sejarah pembuatan kedua satelit.
Nama awal dari Satelit WorldView-4 yaitu Satelit GeoEye-2, hal ini
dikarenakan mulanya Satelit WorldView-4 dibuat oleh perusahaan GeoEye, Inc.,
sebagai pesaing bagi Satelit WorldView-3 saat itu sedang dipersiapkan oleh
perusahaan DigitalGlobe. Namun ternyata pada tahun 2013, GeoEye, Inc., dengan
DigitalGlobe bersepakat untuk melakukan merger, dengan nama perusahaan hasil
merger tetap menggunakan nama DigitalGlobe. Oleh karenanya, untuk kepentingan
brandingperusahaan, nama Satelit GeoEye-2 diubah menjadi Satelit WorldView-4
dan diluncurkan setelah Satelit WorldView-3. Pada tahun 2017, perusahaan asal
Kanada, MDA (MacDonald, Dettwiler and Associates), melakukan akuisisi
terhadap perusahaan DigitalGlobe, dan mengganti nama perusahaannya menjadi
Maxar Technologies. Sehingga saat ini Satelit WorldView-3, WorldView-4, serta
satelit-satelit observasi bumi penghasil citra dengan resolusi spasial sangat tinggi
milik DigitalGlobe beralih menjadi milik perusahaan Maxar Technologies.
3. IKONOS

Gambar 3 Satelit IKONOS (kiri) citra satelit IKONOS (kanan)


Citra Satelit Ikonos merupakan citra satelit pertama yang digolongkan
sebagai citra satelit dengan resolusi spasial sangat tinggi.
Citra Satelit Ikonos memiliki resolusi spasial mencapai 80 cm (0,8 m) pada
posisi nadir untuk moda pankromatik dengan 1 band, dan resolusi spasial mencapai
3.28 m pada keadaan nadir untuk moda multispektral yang terdiri dari 4 band pada
spektrum elektromagnetik tampak (visible) dan dekat (dekat inframerah).
Satelit Ikonos sendiri mulai meluncur ke angkasa pada tanggal 24 September
1999, dan berhenti beroperasi hampir 16 tahun kemudian, atau tepatnya pada
tanggal 31 Maret 2015. Oleh karena itu, data Citra Satelit Ikonos yang tersedia
merupakan data arsip dari akhir September 1999 sampai awal tahun 2015.
4. Pleiades – 1A & Pleiades – 1B

Gambar 4 Satelit Pleiades – 1A (Kiri) dan Satelit Pleiades – 1B (Kanan)


Citra Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B merupakan citra satelit yang
memiliki resolusi spasial kelas 50 cm (yang merupakan hasil resampling dari
resolusi spasial 60 – 70 cm (tergantung sudut pandang satelit)) untuk moda
pankromatik 1 band, dan resolusi spasial kelas 2 meter (yang merupakan
hasil resampling resolusi dari spasial 2.4 – 2.8 m (tergantung sudut pandang))
untuk moda multispektral 4 band pada spektrum elektromagnetik cahaya
tampak (visible) dan inframerah dekat (near infrared).

Gambar 5 Data Olahan Citra Satelit Pleiades – 1A Warna Natural Wilayah di Kab .
Jeneponto, Sulawesi Selatan, Skala 1 : 3, 500
Saat ini penggunaan Citra Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B mulai populer
di seluruh belahan bumi, termasuk juga di Indonesia, dan menjadi ancaman nyata
bagi produk citra satelit resolusi spasial sangat tinggi dari Maxar Technologies yang
selama ini mendominasi pasar. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
a. Kenampakan Citra Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B yang masih cukup
tajam pada skala maksimal yang lazim pada citra satelit dengan kelas resolusi
spasial 50 cm (0,5 m) yakni pada skala 1:2,500 hingga 1:2,000, meskipun
resolusi spasialnya merupakan hasil resampling ;
b. Faktor lainnya yakni harga pembelian data arsip original Citra Satelit
Pleiades-1A dan Pleiades-1B yang lebih rendah dibandingkan harga jual data
arsip original citra satelit dari perusahaan Maxar Technologies. Selain itu
tidak ada klasifikasi data arsip dalam artian semua data yang direkam dan
sudah berada pada database, termasuk dalam data arsip dengan harga yang
sama, sehingga walaupun data citra satelit baru direkam, harganya sudah
termasuk dalam data arsip, sedangkan perusahaan Maxar Technologies
kategorisasi yang diterapkan terhadap data arsip berdasarkan tanggal
pencatatannya, dimana untuk data citra satelit yang memiliki catatan kurang
dari 90 hari dari hari ini termasuk dalam kategori fresh archive atau update,
sedangkan jika lebih dari 90 hari dari hari ini termasuk dalam kategori arsip
(arsip), dengan harga data original fresh archive lebih tinggi dibandingkan
arsip .;
c. Faktor-faktor berikutnya biasanya untuk pembelian Citra Satelit Pleiades-1A
dan Pleiades-1B, pihak vendor (Airbus Defense & Space) memberi tambahan
luasan area (buffer) secara gratis, jadi misalnya jika kita memesan data arsip
original Citra Satelit Pleiades-1A dengan luasan 50 km 2, maka nantinya kita
akan mendapatkan lebih dari 50 km 2, sedangkan jika membeli produk citra
satelit dari perusahaan Maxar Technologies, tidak ada kebijakan penambahan
luasan area yang dipesan secara gratis;
d. Faktor terakhir yaitu kecepatan data tersedia, jadi jika kita memesan data arsip
original Citra Satelit Pleiades-1A atau Pleiades-1B atau produk citra satelit
lain dari perusahaan Airbus Defense & Space, data dapat tersedia bahkan
dalam hitungan jam setelah kita order, dan paling lambatnya sekitar 3 hari
setelah perintah kita.
Satelit Pleiades-1A mulai mengangkasa pada tanggal 16 Desember 2011 dan
hingga saat ini masih beroperasi, oleh karenanya data Citra Satelit Pleiades-1A
mulai tersedia setelah tanggal peluncuran hingga hari ini. Sedangkan untuk Citra
Satelit Pleiades-1B mulai tersedia setelah tanggal 2 Desember 2012 sampai saat ini.
Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B merupakan satelit “kembar” karena
memiliki spesifikasi yang sama, berada pada orbit yang sama meski terpisah jarak
180 derajat, dan menghasilkan citra satelit dengan tingkat resolusi spasial dan
spektral yang sama.
5. Spot-6 & Spot-7

Gambar 6 Satelit SPOT – 6 (Kiri) & Satelit SPOT – 7 (Kanan)


Citra satelit lain yang juga mulai populer penggunaannya yakni Citra Satelit
SPOT-6 dan SPOT-7 yang juga berasal dari perusahaan asal Prancis, Airbus
Defence & Space. Kedua citra satelit tersebut sekarang banyak digunakan sebagai
jika citra satelit resolusi sangat tinggi (resolusi spasial sama atau lebih tinggi dari 1
meter) tidak tersedia atau tidak sesuai spesifikasi yang diinginkan (tingkat tutupan
awan, jarak mendekati, alternatif, dan lain sebagainya), atau karena anggaran -nya
tidak mencukupi untuk membeli citra satelit dengan resolusi spasial yang sangat
tinggi.
Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 memiliki resolusi spasial kelas 1.5 meter
untuk moda pankromatik yang terdiri dari 1 band, serta spasial kelas 6 meter untuk
moda multispektral yang terdiri dari 4 band yang berada pada spektrum
elektromagnetik tampak (visible) dan inframerah dekat (dekat inframerah).

Gambar 7 Tampilan 3D Data Olahan Citra Satelit SPOT – 6 Warna Natural di Wilayah
Kab . Konawe Utara, Sulawesi Tenggara
Gambar 8 Citra Satelit SPOT - 7 Hasil Olahan Warna Hijau Semu Wilayah Pekanbaru
Skala 1 : 10, 000
Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 merupakan bagian dari Program SPOT yang
telah dimulai sejak tahun 1986, dan merupakan salah satu program satelit observasi
bumi paling kesohor dan legendaris. Hal menarik dari satelit kedua adalah
penyematan pita biru pada sensor satelit, sehingga Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-
7 dapat dibuat dalam tampilan warna natural (natural color), sesuatu yang tidak
terdapat pada Satelit SPOT-1 hingga SPOT-5.
Sama halnya dengan Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B, Satelit SPOT-6
dan SPOT-7 merupakan satelit “kembar” yang berada pada orbit yang sama namun
180 derajat satu sama lainnya, dengan spesifikasi satelit yang sama.
Satelit SPOT-6 bertindak sebagai “kakak” karena meluncur duluan, tepatnya
pada tanggal 9 September 2012, yang bertempat di Shatish Dawan Space Center,
India, menggunakan roket pengangkut Polar Satellite Launch

Vehicle (PSLV). Hampir dua tahun kemudian, “sang adik” yakni Satelit SPOT-6
mulai mengangkasa per tanggal 30 Juni 2014, di tempat peluncuran yang sama
dengan “sang kakak”. Oleh karenanya ketersediaan data Citra Satelit SPOT-6
dimulai dari September 2012 hingga saat ini, sedangkan Citra Satelit SPOT-7 dari
Juni 2014 sampai sekarang.
6. Landsat 8

Gambar 9 Satelit Landsat 8


Bagi yang berkecimpung dalam pemetaan dunia, tidak ada yang tidak
mengenal Program Satelit Landsat. Inilah program satelit observasi bumi tersohor
dan paling legendaris, karena merupakan program awal observasi bumi, yang
dimulai dari tahun 1965. Hingga saat ini, sudah 8 program satelit Landsat yang telah
diluncurkan, dengan dua diantaranya masih beroperasi yakni Satelit Landsat 8 serta
Landsat 7. Dan rencananya, pada tahun 2021 mendatang, satelit generasi terbaru
dari Program Satelit Landsat yang diberi nama Satelit Landsat 9, akan mulai
mengangkasa.
Satelit terakhir dari Program Satelit Landsat yang diluncurkan yaitu Satelit
Landsat 8. Satelit ini mencatat merekam permukaan dan dekat permukaan bumi
sejak tahun 2013 silam.
Satelit Landsat 8 terdiri dari 2 sensor yaitu Operational Land Manager (OLI)
yang terdiri dari 11 band, dengan resolusi spasial 30 meter dan 15 meter, dan
Thermal InfraRed Sensors (TIRS) yang terdiri dari 2 band, dengan resolusi spasial
100 meter.

Gambar 10 Data Olahan Citra Satelit Landsat 8 Warna Alam Wilayah Ogan Komering
Ilir, Sumatera Selatan, Skala 1 : 50, 000
Pada tingkat tertentu, USGS yang merupakan Badan Geologi Pemerintah
Amerika Serikat, dan bertindak sebagai pengelola data Program Satelit Landsat,
menggratiskan data asli Citra Satelit Landsat, termasuk Citra Satelit Landsat 8.
7. Landsat 7

Gambar 11 Satelit Landsat 7


Bersama dengan Satelit Landsat 8, Satelit Landsat 7 merupakan satelit dari
Program Satelit Landsat yang masih beroperasi.
Satelit Landsat 7 meluncur ke ruang angkasa pada tanggal 15 April 1999,
yang bertempat di Pangkalan Angkata Udara Amerika Serikat di Vanderberg,
California, Amerika Serikat, menggunakan roket pengangkut Delta II 7920.

Satelit Landsat 7 menggunakan sensor bernama Enhanced Thematic Mapper


Plus (ETM+) yang merupakan pengembangan dari sensor ETM yang digunakan
pada Satelit Landsat 4 dan Landsat 5. Sensor ETM+ terdiri dari 8 band dengan
resolusi spasial 60 meter, 30 meter, dan yang tertinggi 15 meter
untuk band pankromatik.

Gambar 12 Citra Satelit Landsat 7 Hasil Olahan Warna Alam Wilayah Kampar, Riau
Skala 1 : 50.000
8. GeoEye-1

Gambar 13 Satelit GeoEye


Citra Satelit GeoEye-1, seperti halnya kebanyakan citra satelit resolusi
spasial sangat tinggi lainnya, terdiri dari moda pankromatik 1 band dengan
resolusi spasial dapat menyentuh 46 cm (0.46 m) pada posisi nadir, dan moda
multispektral 4 band VNIR dengan resolusi spasial mencapai 1.84 meter dalam
posisi nadir.

Gambar 14 Data Olahan Citra Satelit GeoEye – 1 Warna Natural Wilayah di


Kab . Sigi, Sulawesi Tengah, Skala 1 : 2, 500
Sama halnya dengan Satelit GeoEye-2 yang kemudian berubah nama menjadi
WorldView-4, Satelit GeoEye-1 dan juga Ikonos awal mulanya dimiliki oleh
perusahaan GeoEye, Inc., sebelum akhirnya merger dengan DigitalGlobe hingga
kemudian diakuisisi oleh perusahaan Maxar Technologies.
Satelit GeoEye-1 hingga saat ini masih beroperasi sejak diluncurkan pada
tanggal 6 September 2008. Oleh karenanya ketersediaan data Citra Satelit GeoEye-
1 dimulai dari September 2008 sampai dengan sekarang.
9. Worldview-1

Gambar 15 Satelit Worldview (kiri) Data Olahan Citra Satelit WorldView – 1


Warna Hitam Putih Wilayah di Kab . Simalungun, Sumatera Utara, Skala 1 : 2.500
(kanan)
Citra Satelit WorldView-1 saat ini merupakan satu-satunya citra satelit yang
hanya terdiri dari 1 band pankromatik saja, sehingga tampilan data asli Citra Satelit
WorldView-1 berwarna hitam putih.
1 band pankromatik Citra Satelit WorldView-1 berada pada rentang panjang
gelombang 450 – 800 nm, yang termasuk dalam spektrum elektromagnetik tampak
(visible) dan inframerah (near infrared), dengan resolusi spasial kelas 50 cm (0,5
m). Satelit WorldView-1 mulai mengangkasa pada tanggal 18 September 2007,
dan hingga saat ini masih beroperasi.
10. Hiperion

Gambar 16 Satelit Hiperion


Jika sebelumnya telah dibahas citra satelit multispektral serta pankromatik,
maka berikut ini kami bahas mengenai Citra Satelit Hyperion yang termasuk ke
dalam citra satelit hiperspektral. Citra Satelit Hyperion yang dihasilkan dari Satelit
Earth Observation-1 (EO-1) yang meluncur pada tanggal 21 November 2000.
Citra Satelit Hyperion terdiri dari 242 band, dengan resolusi spasial 30
meter. Dengan jumlah band mencapai ratusan, kita dapat melakukan
kombinasi band yang luar biasa banyak untuk menghasilkan tampilan warna
natural dan warna semu, yang memudahkan dalam melakukan interpretasi dan
analisis untuk berbagai kepentingan.
Gambar 17 Citra Satelit Hyprerion Tampilan Warna Semu (Bagian Kiri) dan Warna
Natural (Kanan). Citra Satelit Hyperion Merupakan Citra Satelit Hipersepktral yang
Terdiri dari 242 Band / Saluran yang Dihasilkan Satelit Observasi Bumi – 1 (EO – 1)

Untuk contoh data lain citra satelit hasil rekaman satelit dengan sensor pasif,
terdapat Citra Satelit QuickBird, KOMPSAT-3A, KOMPSAT-3, KOMPSAT-2,
Landsat 5, ASTER, Sentinel-2A, Sentinel-2B, serta banyak lainnya.

3. Satelit Sensor Aktif

Berbeda dengan sensor satelit pasif, sensor satelit aktif memiliki sumber
tenaga sendiri. Menggunakan sumber tenaga sendiri, dapat dilakukan kapan saja,
termasuk pada malam hari. Selain itu, melalui pemanfaatan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih panjang daripada yang
digunakan pada satelit sensor pasif, tampilan citra satelit dari sensor aktif dapat
bebas dari awan, karena gelombang elektromagnetik yang digunakan dapat
“menembus awan”. Saat ini sebagian besar sensor satelit aktif menggunakan
gelombang mikro, melalui penggunaan teknologi Radio Detection and Ranging
(RADAR).
Walaupun memiliki kelebihan dibandingkan dengan sensor satelit yang pasif,
sebagian besar misi utama dari sensor satelit aktif yaitu untuk menghasilkan
topografi data melalui proses pengolahan lebih lanjut.
Berikut ini beberapa contoh data citra satelit yang dihasilkan dari satelit
sensor aktif :
1. TerraSAR – X dan TanDE M- X

Gambar 18 Citra Satelit TerraSAR – X Wilayah Las Vegas (Winchester), Nevada,


Amerika Serikat

Salah satu pengembangan dari teknologi RADAR adalah Synthetic Aperture


Radar (SAR). SAR merekam permukaan bumi dalam kenampakan dua dan tiga
dimensi, dengan teknik menembak menyamping, yang ditempatkan pada sebuah
wahana yang bergerak seperti satelit atau pesawat terbang. Dinamakan sintetik
(sintetik) karena tidak menggunakan antena panjang secara spesifik seperti pada
Real Aperture Radar (RAR).
Contoh satelit yang menggunakan teknologi SAR antara lain adalah satelit
kembar TerraSAR-X dan TanDEM-X dari perusahaan Airbus Defense & Space.
Terdapat 6 mode citra satelit yang dihasilkan oleh satelit identik tersebut yaitu:
a. Staring SpotLight (resolusi spasial dapat mencapai 25 cm);
b. High Resolution SpotLight (resolusi spasial dapat mencapai 1 meter);
c. SpotLight (resolusi spasial dapat mencapai 2 meter);
d. StripMap (resolusi spasial dapat mencapai 3 meter);
e. ScanSAR (resolusi spasial dapat mencapai 18,5 meter) dan
f. Wide ScanSAR (resolusi spasial dapat mencapai 40 meter).
Satelit TerraSAR-X dan TanDEM-X memiliki tujuan memperoleh data
turunan dari hasil pengolahan citra satelit berupa data topografi yang diberi
nama WorldDEM yang memiliki resolusi spasial 12 meter.

Gambar 19 DSM (Bagian Kiri) dan DTM (Bagian Kanan) WorldDEM Resolusi Spasial
12 Meter
2. ALOS PALSAR

Gambar 20 Satelit ALOS


Satelit Advanced Land Observing Satellite (ALOS) merupakan satelit yang
unik, karena pada satelit tersebut tersemat dua sensor pasif yaitu Advanced Visible
and Near – Infrared Radiometer – 2 (AVNIR – 2) dan Panchromatic Remote-
sensing Instrument for Stereo Mapping (PRISM), serta satu sensor aktif yakni
Phased Array L – band Synthetic Aperture Radar (PALSAR). Bisa dibilang Satelit
ALOS merupakan satelit hybrid .
Satelit yang juga menggunakan teknologi SAR ini, memiliki 4 mode data,
yaitu:
a. Fine resolution Beam (FB): mode ini terdiri dari 18 pilihan dalam jarak 58
antara 9,9 derajat dan masing-masing dengan 4 pilihan polarisasi yaitu
polarisasi tunggal HH (Horizontal Horizontal) atau VV (Vertikal Vertikal),
dan polarisasi ganda HH + HV atau VV + VH. Bandwidth pada polarisasi
tunggal yakni 28 MHz dan 14 MHz pada polarisasi ganda;
b. Polarimetrik 14 MHz: menyediakan matriks hamburan quad – polarisasi yang
penuh (HH+HV+VH+VV), dengan 12 sudut kemiringan antara 9,7 derajat
dan 26,2 derajat;
c. ScanSAR: tersedia hanya pada satu polarisasi (HH atau VV);
d. Transmisi langsung (atau downlink): merupakan mode cadangan kontingensi
yang memungkinkan downlink dari mode data FB ke stasiun bumi lokal jika
Data Relay and Test Satellite (DRTS) menjadi tidak tersedia.

Gambar 21 Citra Satelit Radar ALOS Palsar Wilayah Pulau Sangihe, Sulawesi Utara,
Indonesia, Polarisasi HH

Antena Yang dimiliki Oleh sensor PALSAR berukuran 8,9 mx 3,1 m


(Panjang x Lebar), Dan terdiri Dari 80 modul Pengirim (transmisi) / PENERIMA
(menerima) Yang dipasang di Bagian Belakang panel antena.
3. Radar Apertur Sintetis Interferometrik (IFSAR)
IFSAR merupakan teknik aktif sebuah wilayah menggunakan sensor
RADAR dari dua posisi atau waktu yang berbeda, sehingga diperoleh informasi
tiga dimensi dari wilayah tersebut.
Untuk sensor radar yang ditempatkan pada dua posisi dalam satu wahana
yang terpisah dalam beberapa meter disebut dengan metode single – pass
interferometry . Salah satu contoh hasil penggunaan data teknik single – pass
interferometry yang terkenal yaitu data Shuttle Radar Topographic Mission
(SRTM) dengan resolusi spasial mencapai 30 meter, yang saat ini dapat kita peroleh
secara gratis.
Sedangkan untuk menetapkan sebuah wilayah berbeda dari satu sistem RA
RA dua posisi orbit yang disebut sehingga prosesnya berbeda perhitungan hari
dengan metode multiple – pass interferometry .
Data IFSAR komersial yang saat ini paling banyak dikenal yaitu IFSAR dari
perusahaan InterMap dengan resolusi spasial 1 meter, 5 meter, 6 meter, dan 10
meter, dengan akurasi vertikal dapat mencapai 1 meter dan akurasi horizontal
mencapai 3,5 meter.

4. Manfaat Citra Satelit

Hampir semua bidang saat ini dapat memperoleh manfaat yang sangat besar
dengan menggunakan citra satelit, terlebih pada saat sekarang sudah tersedia data
citra satelit resolusi tinggi yang bahkan dari hasil pengolahannya dapat diperoleh
citra satelit dengan resolusi spasial mendekati resolusi data Citra Satelit High
Definition (HD) 15 cm dari perusahaan Maxar Technologies yang merupakan hasil
pengolahan dari data citra satelit dengan resolusi spasial kelas 30 cm (0,3 m).
Oleh karena itu, keberadaan citra satelit dengan resolusi spasial sangat tinggi
dapat mempermudah orang untuk melakukan interpretasi objek-objek yang terdapat
pada citra satelit tersebut, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk
berbagai kepentingan kita.
Dan berikut ini beberapa manfaat penggunaan citra satelit di beberapa bidang:
1. Bidang Pertambangan dan Energi :
• Digunakan sebagai data dalam Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) atau perizinan lainnya;
• Salah satu data yang digunakan dalam laporan area tambang yang
dimiliki sebuah perusahaan kepada kementerian terkait;
• Perencanaan situs rencana daerah Pertambangan;
• Pemantauan luasan tambang yang dimiliki perusahaan dari waktu ke
waktu;
• Perencanaan dan pemantauan rehabilitasi lahan hasil pertambangan;
• Pemantauan Kegiatan pertambangan ilegal dan PETI;
• Inventarisasi potensi daerah pertambangan;
• Pemantauan perubahan tutupan lahan di area tambang dan sekitarnya;
• Inventarisasi potensi dan perencanaan lokasi pembangkit listrik tenaga
mikrohidro.
2. Bidang Pertanian dan Perkebunan :
• melakukan observasi pada lahan yang luas, petak tanaman hingga setiap
individu tanaman;
• melakukan jenis tanaman dan kondisi tanah, potensi panen, efektifitas
panen, kesuburan dan penyakit tanaman, kandungan air;
• Secara berkala (time series) dapat digunakan untuk menyatukan
pertumbuhan tanaman, laju perubahan jenis tanaman, perubahan atau alih
fungsi pertanian lahan;
• Menghitung jumlah pohon dan volume hasil panen komoditi
perkebunan;
• Perencanaan pola tanam perkebunan;
• Perencanaan peremajaan tanaman perkebunan.
3. Bidang Kehutanan :
• Pemantauan batas-batas fungsi kawasan hutan;
• Identifikasi wilayah habitat satwa;
• Identifikasi perubahan kawasan hutan akibat pembalakan liar ;
• Inventarisasi potensi sumber daya hutan;
• Pemetaan kawasan unit-unit pengelolaan hutan;
• Perencanaan lokasi reboisasi.
4. Bagi Unit Pengelolaan Hutan HTI :
• Perencanaan pembagian areal usaha ke dalam bentuk blok, petak dan
anak petak;
• Perencanaan lokasi camp, lokasi menara pengawas, lokasi persemaian,
dan lain-lain;
• Monitoring pertumbuhan tanaman dan areal siap panen.
5. Bagi Unit Pengelolaan Hutan HPH :
• Inventarisasi luas lahan HPH;
• Menghitung potensi volume kayu;
• Perencanaan dan pembuatan site plan ;
• Perencanaan jalur transportasi logging ;
• batas kawasan;
• Evaluasi laju produksi.

Anda mungkin juga menyukai