Anda di halaman 1dari 13

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM REKAYASA TANAH DAN BATUAN
ACARA IV : UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH (UCS)

LAPORAN

OLEH:
KELOMPOK 1

GOWA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi teknik merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang gejala –


gejala geologi dari aspek kekuatan dan kelemahan geologi dimana diterapkan
dalam pembangunan infrastruktur seperti tahap menentukan lokasi, desain dan
kontruksi. Kekuatan dan kelemahan geologi yang dimaksud disini adalah faktor –
faktor yang mempengaruhi dalam perhitungannya.
Geologi teknik juga mempelajari sifat batuan dan tanah beserta kekuatannya,
struktur – struktur geologi yang ada pada tanah dan batuan tersebut. Oleh karena
itu diadakan praktikum Uniaxial Compressive Strength atau UCS diperlukan untuk
menilai karakteristik massa batuan serta parameter desain dalam geoteknik.

1.2 Maksud dan Tujuan

Ada pun maksud dari diadakannya praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui
kualitas batuan melalui pengujian UCS, sedangkan tujuan dari praktikum ini yaitu:

1. Mampu menjelaskan apa itu UCS


2. Mengetahui nilai dari UCS
3. Mampu menentukan jenis kekuatan batuan berdasarkan nilai UCS yang
diperoleh

1.3 Manfaat Praktikum

Ada pun manfaat yang didapatkan dari praktikum kali ini yaitu mampu
menganalisa tingkat kekuatan batuan berdasarkan nilai UCS yang didapatkan yang
berguna dalam rekayasa bangunan teknik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UCS

Uji kuat tekan uniaksial adalah salah satu uji kuat tekan yang sering di
gunakan dalam mekanika batuan untuk mengetahui titik runtuh batuan terhadap
beban maksimum yang di berikan. Titik runtuh batuan menjadi tolak ukur seberapa
kuat batuan menahan beban yang diberikan. Tujuan pengujian ini untuk
menganalisis nilai kuat tekan uniaksial yang memiliki pengaruh terhadap model dan
arah rekahan pada batuan andesit ketika di berikan tekanan.
Dalam pengujian UCS dibutuhkan dimensi percontohan yang sesuai dengan
standard pengujian, yaitu panjang percontohan minimal dua kali diameter
percontohan tersebut. Dengan adanya persyaratan tersebut, seringkali dalam
melakukan uji UCS, pengujian penting lainnya tidak dapat diuji karena keterbatasan
percontohan. Terlebih lagi uji UCS ini bersifat destructive. Sehingga percontohan
yang telah diuji tidak dapat lagi digunakan untuk pengujian lain.
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan
sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial). Penyebaran
tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang
dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak
searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh dari
plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan tidak
terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut
cone.

2.2 Kuat Tekan Batuan

Pada umumnya tujuan dasar atau tujuan utama dari pengujian unaksial adalah
untuk mengetahui kuat tekan pada batuan. Nilai tegangan pada saat contoh batuan
hancur dikatakan sebagai kuat tekan unaksial batuan.
c = F/A……..………………………………..(1)
Dimana :
c = Kuat tekan uniaksial (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A = Luas penampang awal contoh (mm2)
Tegangan tekanan σ sebagai perbandingan antara gaya tekan F dengan luas
permukaan A dihitung menggunakan persamaan (1). Permukaan contoh yang
mengalami penekanan berpenampang lingkaran sehingga luasnya dihitung
menggunakan persamaan (2), dimana D adalah diameter contoh dan konstan ɛ
senilai 3.14 atau 22/7.
A = 0.25 ɛ D 2………………….……….……(2)

Gambar 2.1 Perubahan contoh batuan akibat penekanan aksial

2.3 Modulus Young

Modulus Young atau Modulus Elastisitas merupakan salah satu faktor


penting dalam evaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang
bervariasi. Nilai Modulus Elastisitas pada batuan berbeda-beda dari contoh batuan
di suatu daerah geologi ke daerah geologi lainnya karena adanya perbedaan pada
formasi batuan dan genesa mineral. Modulus Elastisitas dapat dipengaruhi oleh sifat
porositas batuan, ukuran partikel dan kandungan air. Modulus Elastisitas akan
memiliki nilai yang lebih besar bila diukur tegak lurus dengan perlapisan
dibandingkan dengan cara diukur sejajar arah perlapisan.
Modulus young didapatkan dari penggambaran kurva perilaku konstitutif
tegangan-regangan. Tegangan dalam satuan MPa digambar pada sumbu Y.
Regangan aksial digambarkan pada sumbu X positif. Modulus young merupakan
besarnya tegangan ∆σ untuk meregangkan batuan ∆ ɛa dan dihitung menggunakan
persamaan (6).
E = ∆σ/∆ ɛa……………………………………(6)
Modulus elastisitas batuan utuh Ei diambil dari nilai modulus young rata-rata,
yaitu modulus yang diukur dari rata-rata kemiringan kurva ataua bagian linier yang
terbesar dari kurva.

2.4 Modulus Deformasi

Modulus Deformasi massa batuan Erm diperkirakan dari modulus young


sekan, yaitu modulus young yang diukur dari tegangan = 0 sampai nilai tegangan
tertentu 50%σc.

Gambar 2.2 Penentuan modulus young sekan, tangen, dan rata-rata


Dari pengujian yang telah dilakukan, didapati bahwa, besarnya regangan
sangat ditentukan oleh deformabilitas batu. Deformabilitas batu sendiri merupakan
karakteristik khusus yang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya ; kehadiran
rekahan mikro dan sifat kegetasan batu.

2.5 Rekahan Batuan

Rekahan adalah batuan yang mengalami pecah yang kemudian merekah tanpa
bergeser secara vertikal atau tanpa berpindah tempat. Rekahan terjadi karena
tekanan yang di berikan melebihi kekuatan batuan itu sendiri. Ada beberapa jenis
tipe pecah batuan, yaitu:
1. Kataklasis
2. Belahan arah aksial (axial splitting).
3. Hancuran kerucut (cone failure).
4. Hancuran geser (homogeneous shear).
5. Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to corner).
6. Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial and local shear).
7. Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves and
buckling)

Gambar 2.3 Tipe pecah batuan (karmadibrata 1991).


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel berikut merupakan hasil yang diperoleh dari praktikum acara ini
Tabel 3.1 Hasil UCS
No Nama Diameter Tinggi Luas Tekanan Tingkat σ σterkoreksi
Batuan (Cm) (Cm) (Cm2) (N) Kekuatan (Mpa) (Mpa)
1 Granit 1 5,4 11 22,89 267 Very 11 116,89
strong
2 Granit 2 5,4 11 22,89 172 Strong 7 75,36
3 Granit 3 5,4 11 22,89 246 Very 16 107,79
strong
4 Batugamping 5,4 11 22,89 85 Medium 3 37,21
strong
5 Basalt 5,4 11 22,89 290 Very 12 127,07
strong

Ada pun penjabaran hasil dari tiap batuan adalah sebagai berikut.

3.1.1 Granit 1
𝑃 267000
𝐺𝑟1 = 𝐴 = = 116,64
2289
Gr1
σterkoreksi = d
0,88+(0,24×h)

116,64
σterkoreksi = 5,4
0,88+(0,24× 11 )

σterkoreksi = 116,89

3.1.2 Granit 2
𝑃 172000
𝐺𝑟2 = 𝐴 = = 75,14
2289
Gr2
σterkoreksi = d
0,88+(0,24× )
h
75,14
σterkoreksi = 5,4
0,88+(0,24× )
11

σterkoreksi = 75,36

3.1.3 Granit 3
𝑃 246000
𝐺𝑟2 = 𝐴 = = 107,47
2289
Gr3
σterkoreksi = d
0,88+(0,24× )
h

107,47
σterkoreksi = 5,4
0,88+(0,24× )
11

σterkoreksi = 107,39

3.1.4 Batugamping
𝑃 85000
𝐺𝑝 = 𝐴 = = 37,14
2289
Gp
σterkoreksi = d
0,88+(0,24× )
h

37,14
σterkoreksi = 5,4
0,88+(0,24× )
11

σterkoreksi = 37,21

3.1.5 Basalt
𝑃 290000
𝐵𝑠 = 𝐴 = = 126,69
2289
Bs
σterkoreksi = d
0,88+(0,24× )
h

126,69
σterkoreksi = 5,4
0,88+(0,24× )
11

σterkoreksi = 127,07

3.2 Pembahasan

Ada pun pembahasan dari tiap-tiap batuan yang telah diberikan tekanan
adalah sebagai berikut :
3.2.1 Granit 1

Gambar 3.1 Sampel Granit 1 (kiri) sebelum dilakukan uji kuat tekan (kanan)
sesudah dilakukan uji kuat tekan

Sampel Granit 1 merupakan jenis batuan beku dan tergolong segar. Dari hasil
uji tekan uniaksial yang dilakukan diperoleh nilai 116,64 Mpa yang menunjukkan
tingkat kekuatan batuan yang sangat kuat. Berdasarkan tingkatan kekuatan
batuannya sehingga tingkat pelapukan yang ada pada batuan itu tergolong sangat
rendah, karena tidak adanya tanda – tanda pelapukan yang diperlihatkan.

3.2.2 Granit 2

Gambar 3.2 Sampel Granit 2 (kiri) sebelum dilakukan uji kuat tekan (kanan)
sesudah dilakukan uji kuat tekan

Sampel Granit21 merupakan jenis batuan beku dan tergolong segar. Dari hasil
uji tekan uniaksial yang dilakukan diperoleh nilai 75,36 Mpa yang menunjukkan
tingkat kekuatan batuan yang kuat. Berdasarkan tingkatan kekuatan batuannya
dapat dilihat bahwa proses pelapukan yang terjadi pada batuan berada pada tingkat
lapuk sedang karena terdapat tanda-tanda pelapukan pada batuan seperti perubahan
warna dan diskontinuitas lemah.
3.2.3 Granit 3

Gambar 3.3 Sampel Granit 3 (kiri) sebelum dilakukan uji kuat tekan (kanan)
sesudah dilakukan uji kuat tekan

Sampel Granit 3 merupakan jenis batuan beku dan tergolong segar. Dari hasil
uji tekan uniaksial yang dilakukan diperoleh nilai 107,47 Mpa yang menunjukkan
tingkat kekuatan batuan yang sangat kuat. Berdasarkan tingkatan kekuatan
batuannya dapat diketahui bahwa pada batuan ini tidak mengalami proses
pelapukan sama sekali karena tidak memperlihatkan adanya tanda – tanda
pelapukan pada batuan.

3.2.4 Batugamping

Gambar 3.4 Sampel Batugamping (kiri) sebelum dilakukan uji kuat tekan (kanan)
sesudah dilakukan uji kuat tekan

Batugamping tergolong ke dalam jenis batuan sedimen dan termasuk batuan


agak segar. Dari hasil uji tekan uniaksial yang dilakukan diperoleh nilai 37,21 Mpa
yang menunjukkan tingkat kekuatan batuan kuat sedang. Berdasarkan tingkat
kekuatan batuannya dapat diketahui batuan tersebut tergolong dalam pelapukan
tingkat sedang. Tingkat pelapukannya dapat dilihat dengan adanya perubahan
warna pada batuan dan diskontinuitas yang agak lemah.
3.2.5 Basalt

Gambar 3.5 Sampel Basalt (kiri) sebelum dilakukan uji kuat tekan (kanan)
sesudah dilakukan uji kuat tekan

Sampel Basalt merupakan jenis batuan beku dan tergolong segar. Dari hasil
uji tekan uniaksial yang dilakukan diperoleh nilai 127,07 Mpa yang menunjukkan
tingkat kekuatan batuan yang sangat kuat. Berdasarkan tingkatan kekuatan
batuannya dapat diketahui bahwa pada batuan ini tidak mengalami proses
pelapukan sama sekali karena tidak memperlihatkan adanya tanda – tanda
pelapukan pada batuan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ada pun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :

1. Uniaxial Compressive Strength atau UCS adalah salah satu uji kuat tekan
batuan yang sering digunakan dalam mekanika batuan untuk mengetahui titik
runtuh batuan terhadap beban maksimum yang diberikan.
2. Sampel Granit 1 memiliki nilai UCS sebesar 116,89 Mpa, sampel Granit 2
memiliki nilai UCS sebesar 75,36 Mpa, sampel Granit 3 memiliki nilai UCS
sebesar 107,79 Mpa, sampel Batugamping memiliki nilai UCS sebesar 37,21
Mpa, dan sampel Basalt memiliki nilai UCS sebesar 127,07 Mpa.
3. Jenis kekuatan batuan pada sampel Granit 1 berupa very strong, sampel
Granit 2 berupa strong, sampel Granit 3 berupa very strong, sampel
Batugamping berupa medium strong, dan sampel Basalt berupa very strong.

4.2 Saran

Ada pun saran untuk praktikum kali ini yaitu agar kedisiplinan yang berjalan
baik ketika praktikum maupun ketika asistensi berlangsung dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

D. S. Agustawijaya. (2007). The Uniaxial Compressive Strength of Soft Rock. Civil


Engineering Dimension, 9(1), pp.9-14.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ civ/article/view/16584

Dwiraharjo, Danang Pase Karyono. 2010. Tinjauan Kuat Tarik Tidak Langsung,
Kuat tekan Bebas, dan Permeabilitas Campuran Dingin Aspal Potus dengan
Rapid Curing Crumb Rubber Asphalt. Universitas Sebelas Maret : Surakarta

Melati, S. (2019). Studi Karakteristik Relasi Parameter Sifat Fisik Dan Kuat Tekan
Uniaksial Pada Contoh Batulempung, Andesit, Dan Beton. Jurnal
GEOSAPTA, 5(2), 133. https://doi.org/10.20527/jg.v5i2.6808

Purwanto, Abdul Muhaimin, Djamaluddin, Ratna Husain, B. (2017). Pengaruh


Derajat Pelapukan Terhadap Kekuatan Batuan Pada Batuan Basal.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Iv, November, 27–34.

Rosari, A. A., & Arsyad, M. (2018). Analisis Sifat Fisis Dan Sifat Mekanik Batuan
Karst Maros. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika, 13(3), 276–281.

Anda mungkin juga menyukai