Anda di halaman 1dari 12

Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca yang

Menyebabkan Pemanasan Global


Advertisement

Anda pasti pernah mendengar istilah efek rumah kaca bukan? Memang pembahasan mengenai efek
rumah kaca saat ini tengah menjadi perbincangan dunia, menjadi salah satu faktor yang
menjadi penyebab pemanasan global atau global warming. Yang biasa kita dengar adalah penyebab
pemanasan global lebih besar dipengaruhi oleh efek rumah kaca. Rumah kaca memang cukup banyak
digunakan oleh para petani yang tinggal di Negara yang mengenal empat musim. Di bangun khusus
untuk tanaman, di mana sekelilingnya di penuhi oleh kaca kaca bening. Karena cukup membantu di
sektor pertanian, beberapa petani Indonesia yang hanya memiliki lahan kecil ikut menerapkan.

Berikut adalah penjelasan mengenai efek rumah kaca :

Apa itu efek rumah kaca ?


Rumah kaca di bangun dengan fungsi menjaga panas sinar matahari di dalam ruangan. Ketika siang hari,
panas matahari mampu menembus kaca, sehingga membantu proses asimilasi tumbuhan. Karena
dindingnya terbuat dari kaca, maka sisa panas matahari yang di keluarkan ke atmosfer kembali
memantul. Hal ini menjadikan suhu udara di dalam rumah tersebut naik dan menghangat. Bahkan radiasi
panas matahari ini bergelombang pendek yakni sebesar 0,3 sampai 3 um yang bisa di tangkap oleh
atmosfer bumi. Radiasi yang sepanjang 3 um nilah yang mampu meningkatkan pemanasan di bumi.

Selain efek rumah kaca terjadi karena adanya kenaikan konsentrasi gas CO 2 serta beberapa gas yang
ada di atmosfer bumi. Adanya pembakaran minyak, batu bara, serta bahan bakar organic yang kadarnya
berlebih sehingga tidak bisa di serap oleh tumbuhan dan tanah.

Berikut adalah penjelasan mengenai Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca yang Menyebabkan
Pemanasan Global :

Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca memang sudah tidak asing lagi untuk di dengar, efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan kerusakan pada bumi seperti memberikan dampak akibat kerusakan hutan yang terkena
populasi dari efek rumah kaca, menyebarkan polusi di sekitar lingkungan, dan menyebabkan kerugian
lain yang diakibatkan oleh efek rumah kaca. Dalam terjadinya efek rumah kaca, melewati beberapa
tahapan seperti :

Awalnya cahaya dari matahari yang keluar di pantulkan oleh dinding kaca, kemudian kembali ke angkasa.
Beberapa sinarnya di serap oleh bumi yang nantinya berwujud sinar inframerah.

Di dalam efek rumah kaca, terdapat gas kaca yang keluar dan membentuk lapisan yang menyelimuti
bumi. Gas kaca ini berupa CO2 (karbon dioksida), metana, NOx (nitrogen dioksida), serta beberapa gas
lainya yang merupakan reaksi alamiah industri. Jika gas efek rumah kaca ini terlepas, maka partikelnya
mampu naik sampai lapisan troposfer lalu membentuk lapisan yang menyelimuti bumi.

Inilah rincian energi yang memantul ke bumi lagi :

25% : dipantulkan awan dan partikel partikel lain

25% : di serap oleh awan

45% : di serap oleh permukaan bumi

10% : dipantulkan lagi oleh permukaan bumi

Bumi sendiri di lapisi oleh selimut yang di namakan lapisan atmosfer. Dengan adanya gas rumah kaca,
akan ada partikel yang melayang di antara bumi dan lapisan atmosfer tersebut. Hal ini menyebabkan
panas bumi memantul dari panas bumi yang harusnya di bawa keluar, namun panas bumi kembali
masuk. Sehingga suhu bumi naik dan akhirnya menghangat.

Adanya efek rumah kaca yang memantulkan panas kembali ke bumi memang menaikan suhu di dalam
bumi. Pada awalnya bumi hanya menghangat saja. Namun jika terus berlanjut, bumi bukan hanya
menghangat tapi juga memanas yang sifatnya mengglobal.

Penelitian seputar efek rumah kaca


Kenaikan suhu bumi sudah di mulai sejak 100 tahun lalu. Menurut para ahli klimatologi, rata rata per 100
tahun kenaikan hanya 0,5 derajat celcius. Sedangkan kenaikan rata rata bumi menurut letak astronomis
Indonesia hanya pada 30 tahun terakhir ini sudah mencapai 2 derajat celcius. Itu pun di daerah tertentu
mengalami kenaikan suhu yang lebih dahsyat, seperti kota Bandung yang naik hampir 4 derajat celcius
dan kota Jakarta 5 derajat celcius.

Kenaikan kenaikan suhu akan terus berlanjut jika manusia tidak berusaha menghentikan aktivitas yang
memicu pemanasan global. Inilah dampak terbesar di dirikan rumah kaca.

Akibat Dari Efek Rumah Kaca


sponsored links

Menggunakan rumah kaca memang sangat membantu tanaman untuk melakukan asimilasi. Sayangnya
bangunan kaca yang di fungsikan untuk memantulkan panas ke dalam rumah membawa efek alamiah.
Bahkan secara langsung akan mempengaruhi perubahan suhu di bumi serta pemanasan yang sifatnya
mengglobal.
Global warming juga berakibat pada beberapa sector, yakni :

Kenaikan permukaan air laut

Semakin tinggi kenaikan permukaan air laut, akan sangat berdampak pada pulau yang tinggal di dataran
rendah dan di kelilingi air. Dengan meningginya permukaan air laut, maka dataran yang berada lebih
rendah akan terjadi banjir besar yang mampu menenggelamkan dataran yang lebih rendah dari
permukaan laut. Namun dari pasang surut air laut tersebut dapat memberikan manfaat pasang surut air
lautbagi kehidupan manusia yang bergantung hidup di pinggiran laut atau pantai.

Perubahan cuaca yang ekstrim

Global warming juga mampu menjadi penyebab adanya perubahan cuaca yang sifatnya ekstrim. Apalagi
di wilayah indonesia yang memiliki iklim yangselalu berganti yang bergantung pada pembagian musim di
Indonesia. Dengan adanya iklim di Indonesia Anda dapat merasakannya dengan panas yang begitu terik
dalam kurun waktu lebih lama dari sebelumnya. Dan ketika musim dingin, juga merasakan dingin yang
luar biasa.

Hasil pertanian menurun

Bahkan pemanasan global dapat menyebabkan hasil pertanian di tanah luas akan menurun. Resiko
gagal panen lebih tinggi kurvanya. Sedangkan di Indonesia memiliki berbagai macam-macam jenis jenis
hujan yang dapat mempengaruhi musim yang akan terjadi pada wilayah indonesia, dan biasanya
memberikan dampak negatif bagi para petani ketika musim kemarau berkepanjangan yang akan
menghasilkan hasil pertanian menurun.

Mencairnya gletser

Beberapa gletser dan es di kutub sudah mulai mencair. Ini merupakan akibat dari pemanasan global yang
sudah memberikan dampak keseluruhan. Dengan mencairnya es di kutub akan memperlebar luasan
perairan di bumi yang semula perbandinganya 2:1 antara lautan dan daratan. Jika sudah mencair, akan
mengalir ke laut yang berpotensi menaikkan permukaannya. Sangat berbahaya jika sampai
menenggelamkan pulau pulau penting di dunia.

Kepunahan beberapa jenis hewan

Hewan yang hidup berada di lereng gunung berapi akan sangat terkena dampak pemansan global. Suhu
panas akan semakin menaik, cuaca yang berubah secara ekstrim, mampu mengganggu kehidupan
hewan. Jika ia tidak mampu bertahan dengan kondisi alam yang terus memburuk, beberapa hewan akan
mati kelaparan, kehausan, atau kepanasan. Kelestariannya sudah tidak bisa di selamatkan lagi, kecuali
manusia yang bertindak untuk menyelamatkan.

Penyebab terjadinya pemanasan global


dan dampaknya bagi ekosistem
Pemanasan Global
Sumber : fhc80.com.br
Pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yan
disebabkan oleh peningkatan keluaran (emisi) gas rumah kaca,
seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon,
perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer. Selama 20
abad ini, kenaikan suhu diperkirakan mencapai 0,3-0,8C. Untuk 100
tahun kedepan, kenaikannya diperkirakan mencapai 4C. Kenaikan
suhu ini dapat merubah iklim sehingga menyebabkan perubahan
pola cuaca yang dapat menimbulkan peningkatan dan perubahan
curah hujan, angin dan badai, serta terjadinya bencana alam yang
dapat memakan banyak korban jiwa.

Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu


lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global
berhubungann dengan proses meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan
oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi,
kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam
bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

Sebagian sinar infra merah dipantulkan kembali ke atmosfer dan


ditangkap oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan
suhu bumi meningkat. Gas-gas rumah kaca terutama berupa karbon
dioksida, metana dan nitrogen oksida. Kontribusi besar yang
mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini di atmosfir adalah
aktivitas manusia. Temperatur global rata-rata setiap tahun dan lima
tahunan tampak meningkat, seperti pada diagram berikut (Anonim,
2004).

Proses Pemanasan Global


Proses pemanasan global terjadi melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut.

Sumber : http://www.google.com
Ketika sinar matahari memasuki atmosfir bumi, sinar matahari
tersebut harus melalui lapisan gas rumah kaca. Setelah mencapai
seluruh permukaan bumi, tumbuhan, tanah, air, dan komponen
ekosistem lainnya menyerap energi dari sinar matahari tersebut.
Sisanya akan dipantulkan kembali ke atmosfir. Sebagian energi
dikembalikan ke angkasa, tetapi sebagian lagi terperangkap oleh
gas rumah kaca di atmosfir dan dikembalikan ke bumi sehingga
dikenal dengan nama efek rumah kaca (green house effect). Efek
rumah kaca dapat mengakibatkan mencairnya bongkah-bongkah es
di kutub. Bila dibiarkan terus-menerus permukaan air laut akan naik
yang menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil dan daerah tepi
pantai.

Penyebab Pemanasan Global atau Global Warming


sumber : http://www.google.com
1. Efek rumah kaca

Sumber : pencemaranudaraipg.blogspot.com
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang
pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian
panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.

Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat


menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,
karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan Bumi.

Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-


rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi
sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak
panas yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah
kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi,
akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer,
pemanasan global menjadi akibatnya.

2. Efek umpan balik

Sumber : www.slideshare.net
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi
oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai
contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada
awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di
udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.
Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan
oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini
meningkatkan kandungan air absolut di udara,kelembaban relatif
udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara
menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan
secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di
atmosfer.

Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek


penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan
radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas,
awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra
merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.

Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung


pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian
awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model
iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan
dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam
Laporan Pandangan IPCC ke Empat

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan


memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global
meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es
tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan
maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit
bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih
banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari


melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya
yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh
juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang
bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat
nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan
diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon
yang rendah.

3. Variasi Matahari
Pemanasan global dapat pula diakibatkan oleh variasi matahari.
Suatu hipotesis menyatakan bahwa variasi dari Matahari yang
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi
dalam pemanasan saat ini (Marsh and Henrik, 2000). Perbedaan
antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca
adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan
stratosfer, sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan
stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah
diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas
Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan
lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut
tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-
industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun
1950 (Hegerl, et al. 2007, Ammann, et al, 2007).
Hasil penelitian menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke
University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah
berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata
global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun
1980 dan 2000 (Scafetta and West, 2006). Selanjutnya menurut
Stott (2003) bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini
membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca
dibandingkan dengan pengaruh Matahari, mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan
aerosol sulfat juga tidak diperhitungkan. Walaupun demikian,
mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan
sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian
besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas
rumah kaca akibat aktivitas manusia. Suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 C antara tahun 1990 dan 2100. Dengan
menggunakan model iklim, perbedaan angka perkiraan itu
disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai
emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian
terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka
air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu
tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah


mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di
masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik
dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus
dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih
lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi yang ada.
Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah
menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah
pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Protokol ini mengharuskan negara-negara industri untuk


menurunkan emisinya sebesar 5,2 persen di bawah tingkat emisi
tahun 1990 dengan target waktu hingga 2012 dan baru memperoleh
kekuatan hukumnya secara internasional pada tanggal 16 Februari
2005. Hingga 23 Oktober 2007 sudah 179 negara yang meratifikasi
Protokol Kyoto tersebut. Kemudian pada tanggal 3-14 Desember
2007 di Bali diselenggarakanlah Konvensi Tingkat Tinggi yang
digelar oleh UNFCCC (United Nations Framework Convention on
Climate Change) dan dihadiri hampir 10 ribu orang dari 185 negara.
Melalui pertemuan tersebut diharapkan dapat mengevaluasi hasil
kinerja dari Protokol Kyoto yang dibuat sebagai bukti komitmen
negara-negara sedunia dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca
demi menanggulangi permasalahan yang terjadi saat ini.
Dampak Pemanasan Global bagi Ekosistem

Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-


perubahan sistem terhadap ekosistem di bumi, antara lain;
perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga permukaan
air laut naik, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Adanya
perubahan sistem dalam ekosistem ini telah memberi dampak pada
kehidupan di bumi seperti terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Pemanasan
global telah memicu terjadinya sejumlah konsekuensi yang
merugikan baik terhadap lingkungan maupun setiap aspek
kehidupan manusia. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini


mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal
ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil
tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah
pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob
akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan
fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka
akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat.
Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas
toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber
makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya
siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada
pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju
produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh
habitat dan kehidupan fauna.
Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga
terumbu karang yang ada di enam negara, yaitu Indonesia,
Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor Leste, dan
Philipina. Dikhawatirkan merusak kehidupan masyarakat lokal
yang berada di sekitarnya. Masyarakat lokal yang pertama kali
menjadi korban akibat kerusakan terumbu karang ini. Untuk
menyelamatkan kerusakan terumbu karang akibat pemanasan
global ini, maka para aktivis lingkungan dari enam negara
tersebut telah merancang protokol adaptasi penyelamatan
terumbu karang. Lebih dari 50 persen spesies terumbu karang
dunia hidup berada di kawasan segitiga ini. Berdasarkan data
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebanyak
30 persen terumbu karang dunia telah mati akibat badai el
nino pada 1998 lalu. Diprediksi, pada 10 tahun ke depan akan
kembali terjadi kerusakan sebanyak 30 persen

Anda mungkin juga menyukai