Anda di halaman 1dari 7

1.2.3.

Interaksi Komponen Sistem Iklim

Komponen-komponen pada sistem iklim berinteraksi melalui proses geofisik, geokimia dan
geobiologis pada cakupan ruang yang luas dan waktu yang panjang akan menyebabkan
perubahan yang ekstrem pada sistem iklim. Meskipun komponen sistem iklim memiliki
perbedaan dalam komposisinya secara fisik dan kimiawi, struktur dan penyusunnya, namuan akan
dihubungkan dengan kondisi massa yang selalu berubah, panas dan daya gerak yang kesemua
subsistem akan saling membuka dan saling berinteraksi.

Komponen-komponen iklim tersebut akan selalu berinteraksi sebagai bagaian dari sistem alam
yang bersiklus secara ekologi dalam membentuk keseimbangan di planet bumi. Siklus karbon dan
siklus hidrologi merupakan dua siklus terpenting bagi kehidupan manusia yang di tandai oleh
pool atmosferik yang kecil tetapi aktif yang sangat mudah sekali terkena gangguan manusia,
sehingga secara sadar atau tidak akan berimplikasi terhadap perubahan cuaca dan iklim di planet
bumi (Odum, 1993). Interaksi antar komponen sistem iklim dapat berlangsung dengan berbagai
cara, pertukaran panas dapat melalui penyerapan serta pemancaran radiasi, perpindahan udara,
penguapan serta kondensasi.

Banyak Proses dari interaksi fisik, kimia dan biological terjadi pada berbagai komponen sistem
cuaca pada skala waktu dan tempat yang luas yang membuat sistem ini sangat kompleks.
Walaupun komponen dari sistem cuaca sangat berbeda pada komposisinya unsur fisik dan
kimianya, struktur dan sifat itu semua terhubungkan oleh fluktuasi massa, panas dan momentum :
semua sub sistem adalah terbuka dan saling berhubungan (baede, 2001).

1. Atmosfer
Atmosfer merupakan komponen dalam sistem iklim yang paling berperan terhadap terjadinya
perubahan iklim. Di dalam atmosfer sistem cuaca di planet bumi memiliki sistem yang bekerja
seperti sebuah mesin. Melalui angin dan arus lautan, termasuk aliran sembur dan aliran teluk,
dan melalui penguapan serta hujan, iklim memindahkan panas dari khatulistiwa ke arah kutub,
dan dingin dari kutub ke arah khatulistiwa. Seperti juga kemiringan bumi ke arah atau
menjauh dari matahari menentukan datangnya musim panas dan musim dingin, kadar
perbedaan suhu antara kutub dan khatulistiwa menentukan bearpa banyak energi yang
diperlukan untuk memindahkan panas pada satu arah dan dingin pada arah yang lain. Artinya
bahwa perbandingan suhu di kutub dengan di khatulistiwa adalah salah satu tiang-tiang utama
dari kesimbangan iklim saat ini. Jika kita menghilangkan tiang tersebut dan lewat batas
tertentu hal ini dilakukan CO2 kita akan melewati ambang batas perubahan yang penting, dan
keseluruhan pola sistem iklim kita dapat pindah dari satu keseimbangan ke yang lain.

Lapisan atmosfer dan perairan samudera memiliki hubungan yang kuat untuk selalu
berinteraksi dalam proses pertukaran misalnya uap air dan panas melalui penguapan. Proses
ini merupakan bagian dari siklus hidrologi dan memiliki peranan penting dalam proses
pengembunan (kondensasi), membentuk formasi awan, hujan dan runoff, dan menyediakan
energi pada sistem cuaca, sebaliknya, air hujan akan mempengaruhi salinitas pada peraira
samudera dan pada daerah siklus termohaline. Lapisan atmosfer dan samudera juga
mengalami pertukaran gas yaitu gas karbondioksida untuk menjaga keseimbangan
karbondioksida yang tersimpan di lapisan es di daerah kutub yang meresap ke perairan
samudera dan dengan terjadinya perbedaan suhu pada lapisan permukaan dan di dasar
samudera sehingga menimbulkan terjadinya upwelling di daerah garis katulistiwa.

Atmosfir pada lapisan bawah (di bawah 12 km) pada dasarnya adalah lapisan overlap antara
sistem hidrosfir dan atmosfir. Dalam hal pengaruhnya terhadap iklim, atmosfir adalah sink
dari uap air yang merupakan satu dari gas rumah kaca. Interaksi kedua sistem ini juga terlihat
pada siklus hidrologi, yaitu pada proses terbentuknya awan, peristiwa hujan dan evaporasi.
Interaksi sistem biosfer dan atmosfer dapat dijelaskan pada kebutuhan makhluk hidup akan
gas-gas esensial dalam kehidupan. Komposisi gas atmosfir memberikan kehidupan bagi
semua makhluk hidup di bumi. Makhluk hidup menyerap dan mengembalikan gas-gas ke
atmosfir.

Biosfer mempengaruhi konsentrasi gas karbondioksida melalui proses fotosintesis dan


pernafasan, yang pada gilirannya akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Biosfer juga
mempengaruhi aliran air di lapisan atmosfer melalui proses evapotranspiration, dan lapisan
atmosfer memantulkan radiasi matahari yang seimbang melalui radiative seimbang dengan
jumlah sinar matahari yang dipantulkan kembali ke angkasa luar (albedo).

Proses fiksasi nitrogen di atmosfir oleh nodul akar tanaman leguminosae di dalam tanah
adalah contoh interaksi sistem atmosfir dan litosfer. Contoh lain adalah pada proses
desertifikasi: naiknya suhu atmosfir, perubahan dalam sistem pergerakan udara bisa
memecah batuan-batuan dan mengarah pada terbentuknya gurun pasir. lapisan es di dasar
laut menghalangi terjadinya pertukaran antara lapisan atmosfer dan samudera.
Atmosphere bumi memainkan peran penting dalam pengaturan cuaca bumi. Atmosphere
adalah campuran dari berbagai macam gas dan aerosol yang secara kolektif dikenal dengan
nama udara. Udara terdiri dari sebagian besar nitrogen (78%) dan oxigen (21%). Terlepas
dari jumlahnya yang sedikit, GRK, termasuk didalammnya CO 2 dan methane, memiliki
pengaruh yang amat besar pada jumlah energy yang tersimpan atmosphere, dan pada
akhirnya terhadap cuaca bumi. GRK memerangkap panas pada atmosphere bagian bawah
yang mencoba keluar dari bumi, yang mengakibatkan suhu bumi bertambah panas. Panas
yang terjebak ini disebut efek rumah kaca alami, yang menjaga suhu bumi pada 33 0C. Pada
200 tahun terakhir, kegiatan manusia yang terus memproduksi GRK buatan mamicu
terjadinya efek rumah kaca tidak alami yang berakibat pada pemanasan global.
Atmosphere tidak bekerja sendiri secara terisolasi. Aliran energy yang terjadi antara
atmosphere dan bagian lain dari sistem cuaca , terutama dengan lautan. Contohnya
gelombang laut memindahkan gelombang panas dari daerah equator ke daerah yang lebih
dingin di dekat kutub. Panas juga dapat bergerak melalui uap moisture. Panas air yang
menguap dari permukaan lautan juga pada akhirnya terlepas kembali saat membentuk awan
dan hujan. Lautan menyimpan jumlah panas jauh lebih besar dari pada atmosphere. Sebagai
gambaran, laut sampai kedalaman 200 meter saja dapat menyimpan 30 kali jumlah panas
yang dapat tersimpan pada atmosphere. Dengan demikian, gelombang energy antara lautan
dan atmosphere dapat mempengaruhi cuaca bumi secara drastis.
Atmosphere yang dimiliki bumi sebagian besar terdiri dari nitrogen 78% dan oxygen 21%
serta gas gas lainnya. Atmosphere mempengaruhi keseimbangan sinar dan energy
ultraviolet yang berasal dari matahari dan energy panas yang meninggalkan bumi, atau
dikenal dengan istilah keseimbangan energy dunia (global energy balance). GRK menyedot
energy dari panjang gelombang spektrum elektromagnetic, namun tidak demikian dengan
gelombang lain yang tidak terhambat. Gelombang pendek dari sinar matahari melewati
atmosphere tidak terhambat , namun lapisan ozone memang menyedot banyak gelombang
ultraviolet yang berada dalam lapisan lebih tinggi. Hal ini menyebabkan memanasnya
permukaan bumi , dan menyebabkan terlepasnya energy kembali ke atmosphere.
Gelombang energy rendah (infrared) yang terlepas dari bumi banyak yang terperangkap di
atmosphere oleh GRK, yang menahannya untuk kembali ke luar angkasa. Hal ini turut
menjaga suhu bumi di kisaran 33 0C , karena tanpa adanya kejadian ini, suhu bumi akan
berada pada -18 0C atau sedingin suhu di bulan.
Atmosphere juga mengandung jutaan partikel microscopic yang disebut aerosols, yang
membuat sinar matahari terpecah. Terpecahnya sinar matahari pada atmosphere sangat
penting karena hal ini dapat mempengaruhi jumlah energy yang disimpan di lapisan
atmosphere dan menjaga suhu bumi. Perubahan dalam komposisi di atmosphere dapat
menjadi mekanisme dalam perubahan cuaca. Perubahan pada kandungan GRK akan
mempengaruhi jumlah energy yang terkandung dalam atmosphere. Sebagai contoh, jika
kandungan CO2 di atmosphere meningkat, lebih banyak panas akan terjebak dalam
atmosphere. efek ini menjadi pemicu memanasnya permukaan bumi. Perubahan pada
jumlah kandungan GRK di atmosphere dapat terjadi dalam beberapa cara. Perubahan
secara alami terjadi pada akhir zaman es, meningkatnya kandungan CO 2 sebanyak 50%
terjadi bersamaan dengan meningkatnya rata rata suhu pada permukaan bumi sebanyak 5
0
C. Namun saat ini manusia dihadapkan pada kenyataan lain. Perubahan komposisi
atmosphere yang diakibatkan oleh aktifitas manusia, seperti pembakaran fossil fuel untuk
energy dan transportasi serta perubahan penggunaan lahan dikhawatirkan akan berakibat
pada terus berlanjutnya pemanasan global.

2. Litosfer
Interaksi sistem litosfer dengan sistem atmosfir adalah jika terjadi letusan gunung berapi yang
menyemburkan gas-gas dan partikel-partikel aerosol dalam jumlah yang banyak ke atmosfir.
Aerosol di atmosfir berpengaruh dalam mendinginkan atmosfir dalam waktu yang relative
tidak lama setelah letusan terjadi.
Proses erosi, sedimentasi, pelapukan batuan dan pembentukan tanah adalah contoh-contoh
interaksi antara sistem litosfer dan hidrosfir. Kegiatan rehabilitasi lahan marginal adalah
aplikasi nyata dari interaksi kedua sistem bumi ini. Ketersediaan air adalah faktor penentu
keberhasilan proses suksesi. Tanaman pioneer yang sering hanya berupa lumut, dengan
bantuan air melapukkan batuan dan terbentuklah tanah yang mengarah pada terbentuknya
komunitas vegetasi yang lebih kompleks.
Sistem litosfer menyimpan unsur-unsur penting yang dibutuhkan makhluk hidup, termasuk
manusia. Bahkan ekstraksi unsur penting dari sistem geosfir akan merusak sistem itu sendiri.
Nitrogen, fosfor, karbon, serta sumberdaya alam seperti mineral, minyak dan gas semuanya
tersimpan dalam sistem geosfir. Semua makhluk hidup di bumi sangat tergantung pada
keberadaan nutrisi-nutrisi penting tersebut.
3. Hydrosfer
Hydrosfer sangat penting dalam kehidupan hayati karena unsur hara larut dalam air dan
terangkut dalam sistem atau wujud kehidupan mikroba, tumbuhan, hewan dan manusia. Dalam
air juga terjadi pelarutan dan pengenceran berbagai zat serta berfungsi dalam keteraturan iklim
dan cuaca di planet bumi (Soerjani M et al, 2006).
Peredaran energi dalam perairan samudera dan laut di lakukan oleh angin dan perbedaan berat
jenis dari salinitas dan perbedaan suhu yang tinggi (thermohaline), dimana peredarannya
energinya lebih lambat dari lapisan atmosfer. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan kelembaban
yang besar di perairan laut, penguapan yang besar, perubahan suhu yang tinggi sebagai
pengatur iklim dan sebagai sumber perubahan iklim alami dalam skala waktu yang panjang
(IPCC, 2001).
Uap air yang ada di atmosfir berpotensi untuk pembentukan awan yang kemudian bisa
menyebabkan terjadinya hujan. Interaksi hidrosfir dan atmosfir ini sekaligus juga
menjelaskan adanya umpan balik dari naiknya jumlah uap air di atmosfir terhadap penurunan
suhu atmosfir.
Kaitan sistem hidrosfir dengan biosfir adalah bahwa air sangatlah diperlukan oleh makhluk
hidup untuk terus bertahan dan berkembang biak. Sistem hidrosfir yang ada di bawah
permukaan tanah adalah cadangan air tawar terbesar setiap saat dapat dimanfaatkan oleh
system biosfir.
Sifat kimia air memungkinkan unsur-unsur hydrogen di dalamnya untuk bereaksi dengan apa
saja yang bersentuhan dengannya. Sifat ini yang menyebabkan proses pelapukan batuan,
pembentukan lapisan kedap air, proses infiltrasi dan perkolasi adalah interaksi antara system
hidrosfir dan geosfir.
Sebagai contoh atmosphere dan lautan saling berhubungan dan bertukar antara mereka, uap
air dan panas melalui evaporasi, ini bagian dari pola hidrological dan mengarah pada
kondensasi formasi awan presipitasi dan runoff dan pasokan energi pada sistem cuaca. Pada
bagian lain presipitasi mempengaruhi salinasi, distribusinya dan sirkulasi thermohaline.
Atmosphere dan samudera juga bertukar CO2 dan gas yang lain menjaga keseimbangan
dengan pelepasannya pada air kutub yang dingin yang menenggelamkan ke lautan dalam dan
air upwelling hangat disekitar khatulistiwa.

4. Biosfir
Biosfer mencakup tumbuh-tumbuhan dan mahluk hidup di darat, laut dan udara
(Prawirowardoyo, 1996). Perbedaan yang paling mencolok antara ekosistem darat dan perairan
adalah pada ukuran tumbuh-tumbuhan hijau. Pada ekosistem darat cenderung lebih sedikit
tetapi lebih besar baik sebagai individu-individu maupun biomas per satuan luas (Odum, 1993).
Ekosistem perairan Samudera memiliki pengaruh utama terhadap komposisi gas-gas yang
terdapat di lapisan atmosfer melalui proses ekologi dari berbagai mahluk hidup yang terdapat
pada ekosistem samudera. Berbagai jenis biota-biota yang terdapat dalam perairan samudera
saling berintreraksi sehingga memiliki peran dalam menyerap dan melepaskan gas rumah kaca.

Melalui proses fotosintesis, keduanya laut dan tumbuhan teresterial (khususnya hutan)
menyimpan banyak karbon dari karbondiolsida. Jadi, biosfer memiliki peranan penting dalam
memaikan perannya dalam siklus karbon. Dalam menentukan konsentrasi dari berbagai gas,
seperti metana dan bitro oxida. Emisi biosfer lain Volatile Organic Compounds (VOC) yang
mana juga memiliki pengaruh penting dalam proses kimia di atmosfer, di formasi aerosol untuk
itu dalam sistem iklim. Dikarenakan oleh penyimpanan karbon dan penukaran gas emisi
dipengaruhi oleh iklim, feedback antara perubahan iklim dan konsentrasi emisi gas di atmosfer
menjadi lebih sedikit. Pengaruh iklim di biosfer akan sangat bergantung terhadap pelestarian
fosil, sebatang pohon, tepung sari, sehingga banyak dari apa yang kita ketahui melalui iklim
berasal dari indikator biotik seperti itu.

Sistem biosfir berinteraksi dengan atmosfir pada kehidupan itu sendiri. Kehidupan makhluk
hidup adalah suatu reaksi kimia yang melibatkan gas-gas di atmosfir, dan pembuangan kembali
gas-gas ke atmosfir.
Semua organisma pada semua tingkatan membutuhkan air di system hidrosfir. Pembentukan
suatu komunitas bioma juga berhubungan dengan tersedia atau tidaknya air.
Makhluk hidup dalam sistem biosfir menjadikan lahan atau tanah pada sistem geosfir sebagai
habitatnya. Sistem geosfir sebenarnya mengandung semua unsure dalam sistem-sistem lainnya.
Udara atau gas, bahan-bahan mineral, bahan organik, dan air semuanya ada di dalam sistem
geosfir.
Semua tumbuhan di daratan membuat makanan melalui proses photosintesis dari CO 2 dan air
dengan bantuan sinar matahari. Melalui proses ini CO 2 di atmosphere digunakan, tanaman
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi cuaca global. Di lautan,, plankton yang berukuran
microscopic menggunakan CO2 yang terurai dalam air untuk photosintesis dan membuat shell
carbonate. Lautan mengganti CO2 yang telah terpakai dengan menyedot kebawah gas di
atmosphere. Saat plankton mati, carbonate shell tenggelam ke dasar lautan , secara efektif
mengunci CO2 dari atmosphere. Proses semacam ini yang disebut biological pump, mengurangi
empat kali lipat konsentrasi CO2 di atmosphere, secara significant memperlambat GRK alami
dan menurunkan temperatur permukaan bumi.

5. Kriosfer
Tinggi nya reflectivity (albedo) untuk radiasi matahari, daya hantar panas yang rendah,
perbedaan suhu yang tinggi, terutama dalam proses sirkulasi perairan laut dalam yang
disebabkan oleh hamparan gunung es akan memberikan potensi terhadap terjadinya
berubahnya permukaan air laut.
Permukaan es dunia, termasuk didalamnya glaciers, lautan es, es di kutub dan sebagainya,
secara kolektif disebut cryosphere. Daerah yang dapat disebut cryosphere meliputi Antartica,
Artic, Greenland, Canada Utara, Siberia Utara dan semua gunung bersalju di dunia, dimana
suhu dibawah nol terjadi hampir sepanjang tahun. Es dan salju yang berwarna putih tidak
menyerap, melainkan memantulkan sinar matahari. Tanpa cryosphere, lebih banyak energy
akan terserap bumi, dan akibatnya suhu di atmosphere akan jauh lebih panas.
Contoh lainnya lautan es menghalangi pertukaran antara atmosphere dan lautan ; biosphere
mempengaruhi konsentrasi CO2 melalui fotosintesis dan respirasi yang pada akhirnya turut
mempengaruhi perubahan cuaca, biosphere juga mempengaruhi pasokan air di atmosphere
melalui evapotranspirasi dan keseimbangan radiatif atmosphere melalui jumlah sinar
matahari yang dipantulkan kembali ke angkasa (albedo). Semua perubahan baik alami mapun
antropogenic dalam komponen sistem cuaca dan interaksinya atau external forcing dapat
menyebabkan variasi cuaca.

Anda mungkin juga menyukai