Anda di halaman 1dari 6

GEOGRAFI SUMBER DAYA

TUGAS KE - 5

PENYEBAB UTAMA PEMANASAN GLOBAL

DOSEN PENGAMPU

Dr. M. THOHA BS JAYA, M. S.

OLEH:

INTAN PURNAMASARI (1813034003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
Penyebab Utama Pemanasan Global

A. Pendahuluan

Saat ini perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia.
Semakin banyak terjadi fenomena penyimpangan cuaca seperti badai, angin ribut, hujan
deras, serta perubahan musim tanam. Belum lagi ancaman badai tropis, tsunami, banjir,
longsor, kekeringan, meningkatnya potensi kebakaran hutan, punahnya berbagai jenis ikan
dan rusaknya terumbu karang, serta krisis air bersih, bahkan peningkatan penyebaran
penyakit parasitik seperti Malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD), serta terjadi
peningkatan insiden alergi, penyakit pernafasan dan radang selaput otak ((encephalitis).
Menurut sebagian besar pakar, kejadian ini diakibatkan oleh yang dinamakan pemanasan
global (global warming), akibat dari meningkatnya kandungan gas rumah kaca .
Menurut para ahli meteorologi, selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperature ini
telah meningkat dari 15°C menjadi 15.6°C. Hasil pengukuran yang lebih akurat oleh stasiun
meteorologi dan juga data pengukuran satelit sejak tahun 1957, menunjukkan bahwa sepuluh
tahun terhangat terjadi setelah tahun 1980, tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990.
Akibat dari panasnya bumi mengakibatkan penguapan tinggi dan curah hujan turun secara
tidak menentu hingga akhir tahun 2007. Secara kuantitaif nilai perubahan temperatur rata-
rata bumi ini kecil tetapi dampaknya sangat luar biasa terhadap lingkungan.
Dampak pemanasan global mengakibatkan kenaikan permukaan laut, perubahan
iklim, kerusakan pada organisme dan ekosistem, dan pengaruh terhadap ketersediaan air dan
pertanian. Naiknya suhu rata-rata bumi adalah salah satu bukti telah terjadi perubahan iklim.
Menurut laporan IPCC (Intergovernmental on Panel Climate Change) suhu global rata-rata
akan meningkat dengan laju 0,3 derajat Celsius per dasawarsa. Suhu global rata rata tahun
1890 adalah 14,5 derajat Celsius dan pada tahun 1980 naik menjadi 15,2 derajat Celsius.
Diperkirakan untuk tahun 2030 hingga 2050 suhu global rata-rata naik 1,50 sampai dengan
4,5 derajat Celsius. Diperkirakan pada tahun 2030 peningkatan suhu akan mencapai 1 ,50
sampai dengan 4,5 derajat Celsius bahkan menjadi 50 pada tahun 2100. Kenaikan suhu ini
mengakibatkan gletser pada kutub-kutub bumi mencair. Es bumi yang melebur akan menjadi
air laut dan menambah tinggi permukaan air laut. Jika terjadi kenaikan konsentrasi C02 2-4
kali dari kondisi sekarang dalam rentang 1 00 tahun, akan menaikkan muka laut sekitar
0,25m. Problem yang ada sekarang adalah tingginya gas-gas rumah kaca sebagai akibat dari
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi iklim di bumi sehingga menyebabkan
pemanasan bumi secara global. Oleh karena perubahan iklim global mempengaruhi keadaan
alam secara keseluruhan, komunitas bilogi, fungsi ekosistem, dan iklim harus selalu dijaga.
B. Pembahasan
Efek Rumah Kaca
Planet Bumi telah menghangat juga mendingin berkali-kali selama 4,65 milyar tahun
sejarahnya. Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, para ilmuan beranggapan
hal ini disebabkan oleh aktifitas manusia. Indonesia adalah menjadi Negara terbesar ke-3 di
dunia setelah Cina sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan
pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Belum
lagi volusi udara yang ditimbulkan dari asap kendaraan bermotor di kota-kota besar, asap
pabrik dari negara-negara industri. Bukan hanya itu, penyebab utama pemanasan ini adalah
pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas
karbondioksida (CO²) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer,
yang menyebabkan Efek Rumah Kaca. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-ga rumah
kaca ini, ia semakin menjadi insolator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang
dipancarkan ke Bumi. Bumi memanas akibat dari sinar matahari yang sudah masuk ke bumi
tidak bisa keluar karena gas-gas rumah kaca ini membentuk lapisan di atmosfer yang
memantulkan sinar matahari. Hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah gas ini melebihi
kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengadsorpsinya. Menurut perkiraan, efek rumah kaca
telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah
kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-
4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan
semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer.
Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Mekanisme Efek Rumah Kaca
Bumi secara konstan menerima energi, kebanyakan dari sinar matahari tetapi sebagian
juga diperoleh dari bumi itu sendiri, yakni melalui energi yang dibebaskan dari proses
radioaktif (Holum, 1998:237). Sinar tampak dan sinar ultraviolet yang dipancarkan dari
matahari. Radiasi sinar tersebut sebagian dipantulkan oleh atmosfer dan sebagian sampai di
permukaan bumi. Di permukaan bumi sebagian radiasi sinar tersebut ada yang dipantulkan
dan ada yang diserap oleh permukaan bumi dan menghangatkannya.
Penipisan Lapisan Ozon
Indikasi kerusakan lapisan ozon pertama kali ditemukan sekira tiga setengah dekade
yang lalu oleh tim peneliti Inggris, British Antarctic Survey (BAS), di Benua Antartika.
Beberapa tahun kemudian hasil pantauan menyimpulkan kerusakan ozon di lapisan stratosfer
menjadi begitu parah. Lapisan ozon melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi ultraviolet
Matahari. Namun, semakin membesamya lubang ozon di kawasan kutub Bumi akhir-akhir
ini sungguh mengkhawatirkan. Bila hal tersebut tidak diantisipasi, bisa menimbulkan bencana
lingkungan yang luar biasa. Masyarakat dunia perlu diingatkan secara terus-menerus akan
pentingnya mengurangi atau menghindari pemakaian zat-zat yang dapat memusnahkan
lapisan ozon. Masyarakat dapat berpartisipasi aktif memulihkan kerusakan lapisan ozon
dengan tidak memakai peralatan yang menggunakan zat-zat penghancur lapisan ozon,
misalnya freon. Juga perlu adanya undang-undang khusus mengenai pelarangan berbagai
produk seperti lemari es dan penyejuk ruangan (AC) yang masih menggunakan
chlorofluorocarbons (CFCs).
Selain itu juga, akibat lain dari penipisan lapisan ozon secara global bahkan jauh
mengerikan dari bencana-bencana yang terjadi akhir-akhir ini . Bencana lubang ozon tidak
menghancurkan infrastruktur, tetapi dapat memusnahkan seluruh kehidupan di bumi. Bila
penipisan lapisan ozon tetap berlanjut dengan laju seperti saat ini,suatu bentuk bencana
global yang menghancurkan kehidupan di Bumi hanyalah tinggal menunggu waktu. Jika
bahan-bahan yang merusak ozon dilarang penggunaannya, berdasarkan perhitungan lubang
pada lapisan ozon di atas kutub utara, tarnpaknya belum akan menutup kembali sampai
pertengahan abad ke-21 iniromida dan bahan bakar hidrogen temyata berpotensi merusak
lapisan ozon. Lapisan ozon sangat penting karena ia menyerap radiasi ultra violet (UV) dari
matahari untuk melindungi radiasi yang tinggi sampai ke permukaan bumi. Masalah
lingkungan dan kesehatan manusia yang terkait dengan penipisan lapisan ozon sesungguhnya
berbeda derigan resiko yang dihadapi manusia dari akibat Pemanasan Global. Walaupun
begitu, kedua fenomena tersebut saling berhubungan. Beberapa polutan (zat pencemar)
memberikan
kontribusi yang sama terhadap penipisan lapisan ozon dan Pemanasan Global. Penipisan
lapisan ozon mengakibatkan masuknya lebih banyak radiasi sinar ultraviolet (UV) yang
berbahaya masuk ke permukaan bumi. Namun, meningkatnya radiasi sinar UV bukanlah
penyebab terjadinya Pemanasan Global, melainkan kanker kulit, penyakit katarak,
menurunnya kekebalan tubuh manusia, dan menurunnya hasil panen.
C. Penutup
Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan
temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect)
yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana
(CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energy matahari terperangkap dalam atmosfer
bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang
terjadi pada kisaran 1,5 – 40 °C pada akhir abad 21.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-
geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir,
peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi
fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial ekonomi masyarakat
meliputi, gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, gangguan terhadap
fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara, gangguan terhadap
permukiman penduduk, pengurangan produktivitas lahan pertanian, peningkatan resiko
kanker dan wabah penyakit parasitik, dan sebagainya.
Pemanasan global sudah menjadi masalah yang harus kita hadapi atau kita pecahkan
bersama. Marilah kita bersama-sama memulai dengan gaya hidup yang ramah lingkungan
dimulai dari diri sendiri. Karena pada dasarnya yang menyebabkan terjadinya perubahan
iklim (climate change) adalah manusia selain faktor alam juga. Hal kecil penyumbang
pemanasan globalpun harus diperhatikan, salah satunya dengan pengurangan pemanfaatan
energy fosil bumi dan perlindungan terhadap hutan harus tetap dilakukan. Oleh sebab itu,
patut kita mengenali lebih jauh, apa yang dimaksud dengan pemanasan global, sehingga kita
dapat berperan untuk menyikapi, bahkan dapat membantu menanggulanginya.
Sumber Referensi :
Utina, Ramli. 2008. Pemanasan Global: Dampak dan Upaya Meminimalisirnya .
Gorontalo : FMIPA Univ. Gorontalo .

repository.ung.ac.id , diakses pada Hari Selasa 31 Maret 2020 pukul 15.30 WIB

Triana, Vivi. 2008. Pemanasan Global. Padang : Universitas Andalas.


jurnal.fkm.ac.id , diakses pada Hari Selasa 31 Maret 2020 pukul 16.00 WIB

Fadilah. 2008. Pemanasan Global, Faktor Penyebab, Dampak. Gorontalo :


Universitas Gorontalo.
ejurnal.ung.ac.id , diakses pada Hari Selasa 31 Maret 2020 pukl 16.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai