Anda di halaman 1dari 4

GLOBAL WARMING DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT SAINS

Oleh Kirana Permata Umniyah Basid (X.10)

Global warming atau pemanasan global menjadi salah satu isu global paling
hangat dalam beberapa dekade terakhir ini. Isu ini banyak dibincangkan di berbagai
forum oleh banyak kalangan di dunia. Saat ini, global warming tak lagi sekedar isu
semata, melainkan telah menjadi sebuah ancaman nyata yang mengkhawatirkan bagi
penduduk bumi. Dampak global warming berupa climate change (perubahan iklim)
menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan berbagai mahkluk di planet bumi
ini. Malapetaka yang makin besar akan makin dirasakan, jika kita semua tidak punya
kepedulian dan abai terhadap harmoni lingkungan dalam kehidupan ini. Pada tulisan ini,
kita hendak mengetengahkan satu pemikiran bagaimana fenomena global warming itu
dilihat dari perspektif filsafat sains dan peran apa yang dapat dilakoni secara aksiologis
menurut pandangan filsafat sains tersebut..
Global warming adalah fenomena peningkatan suhu rata-rata di permukaan
bumi. Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini, suhu bumi meningkat agak cepat,
dengan peningkatan rata-rata 0,6 – 0,9 derajat (Riphah, 2015), bumi terasa semakin
panas.

Peningkatan suhu di permukaan bumi seiring dengan meningkatnya konsentrasi


gas CO2 di atmosfir dari kendaraan transportasi, industri dan lain-lain. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gas karbondioksida dan beberapa gas lain mampu memerangkap
panas yang dilepas ke atmosfir. Akibatnya, suhu di permukaan bumi menjadi naik.
Itulah sebabnya dikenal dengan pemanasan global (global warming). Secara kuantitatif
nilai perubahan temperatur rata-rata bumi ini kecil tetapi dampaknya sangat luar biasa
terhadap lingkungan. Perubahan suhu sedikit saja, dampaknya dirasakan luar biasa
terhadap lingkungan.
Greenhouse Effects dan Global Warming
Barangkali ada yang mengira bahwa efek rumah kaca adalah dampak dari
bangunan-bangunan berdinding kaca yang banyak berdiri di berbagai tempat.
Sebenarnya bukan itu, tak ada sangkut pautnya dengan bangunan kaca dimaksud.
Istilah “rumah kaca” didasarkan pada sifat kaca yang mampu ditembus energi sinar
atau cahaya, akan tetapi tidak dilewati energi panas. Di atmosfir bumi terdapat
beberapa jenis gas di atmosfir bumi yang menyerupai sifat kaca, seperti CO 2, N2O, CH4,
SO2, senyawa freon dan lain-lain. Gas-gas tersebut membentuk semacam lapisan
molekul-molekul gas yang mememrangkap energi panas di permukaan bumi. Oleh
karena itu gas-gas tersebut dikenal dengan gas rumah kaca. Dalam kadar tertentu,
eksistensi gas rumah kaca dan uap air di atmosfir sebenarnya sangat dibutuhkan untuk
kehidupan. Tanpa gas rumah kaca, banyak makhluk tak mampu bertahan hidup bumi.
Kanapa? Sebab suhu permukaan bumi sangat rendah mencapai – 18 oC. Bayangkan !
Gas CO2 sumber utamanya transportasi, pembangkit listri tenaga batubara dan
industri manufaktur dan aktivitas manusia. Sejak tahun 1970, emisi karbon global
meningkat sekitar 90%, dengan kontribusi terbesar bahan bakar fosil and proses
industri mencapai 78%. Gas metana (CH4) dilepaskan ke atmosfir dari sumber alami,
seperti rawa (35-50%) dan aktivitas manusia (50-65%) antara lain industri gas bumi,
tambang batubara, pengolahan air limbah dan peternakan. Meskipun volumenya jauh
lebih kecil dibandingkan CO2, namun metana memiliki dampak sangat besar di atmosfir
dengan daya rusak 25 kali dibandingkan gas CO2. Menurut laporan EPA (2019), China
adalah negara dengan emisi gas rumah kaca terbesar yaitu 9,877 juta metrik ton per
tahun, diikuti Amarika Serikat (4,745), India (2,310), Russia (1,640), dan Japan (1,056).
RUMUSAN MASALAH
a. Global warming membawa pengaruh besar pada perubahan iklim (climate change)
dan menjadi ancaman paling menakutkan abad ini. Betapa tidak, perubahan iklim
merupakan ancaman tidak hanya bagi umat manusia tetapi bagi seluruh kehidupan
di muka bumi. Keanekaragaman hayati terancam karena terjadinya perubahan
siklus hidup dan perpindahan habitat. Akibatnya beberapa spesies tanaman dan
hewan terancam punah.
b. Global warming juga mempengaruhi sistem pertanian di berbagai wilayah. Dengan
curah hujan yang cukup banyak dalam waktu yang panjang dan tak menentu
menyebabkan waktu tanam menjadi terganggu. Akibatnya, terjadi gagal panen di
mana-mana.
c. global warming menurut Balbus et al (2016) juga sangat berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Dijelaskan bahwa cuaca ekstrim dan badai besar yang
disebabkan perubahan iklim dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan prilaku
nyamuk, kutu dan beberapa hewan membawa penyakit.
d. Global warming menyebabkan salju dan gletser di kutub mencair. Implikasinya,
permukaan air di permukaan bumi menjadi naik dan menyebabkan banjir di daerah-
daerah pinngir laut.

Empat cabang ilmu biologi untuk mengatasi :

1. Biogeokimia bertujuan untuk memahami aliran unsur-unsur antara kehidupan,


atmosfer, dan permukaan bumi. Wawasannya dapat menjadi masukan bagi
kebijakan internasional untuk memitigasi dampak gas rumah kaca dan perubahan
iklim global.
2. bahwa Bioteknologi dapat membantu mengatasi banyak permasalahan global, di
antaranya perubahan iklim, penuaan masyarakat, ketahanan pangan, keamanan
energi dan penyakit menular.
3. Microbiology berupaya memposisikan ahli mikrobiologi sebagai pemimpin pemikiran
yang secara aktif berpartisipasi dalam diskusi perubahan iklim.
4. Bioenergy

Hipotesis Pemanasan Global

Pemanasan global merupakan suatu proses yang berlangsung secara bertahap,


dimana atmosfer bumi mengalami peningkatan suhu yang pada akhirnya berdampak
pada permukaan bumi dan lautan. Hal ini dapat dikaitkan dengan efek rumah kaca,
yaitu terperangkapnya gas rumah kaca tingkat tinggi seperti karbon dioksida, metana,
CFC, dan berbagai gas lainnya di atmosfer.
Hipotesis pemanasan global menyatakan bahwa aktivitas manusia sehari-hari
merupakan penyebab utama pemanasan global. Ketika kita membakar bahan bakar
fosil untuk memenuhi kebutuhan energi, sejumlah besar karbon dioksida
dilepaskan. Energi yang dihasilkan biasanya dibutuhkan untuk transportasi, listrik dan
lain-lain. Kita menggunakan lemari es dan AC yang melepaskan CFC, sehingga lapisan
ozon berada dalam bahaya. Lubang pada lapisan ozon mengundang radiasi UV ke
permukaan bumi, sehingga meningkatkan suhu permukaan, dan juga berbahaya bagi
organisme hidup. Benar atau tidaknya prediksi tersebut, memang benar manusia
mempunyai peran dan kontribusi besar dalam pemanasan global.

Global Warming masuk kedalam Tingkat biosfer dan tingkat ekosistem

Anda mungkin juga menyukai