Anda di halaman 1dari 12

TUGAS AGROKILIMATOLOGI

GLOBAL WARMING DAN PERUBAHAN IKLIM SERTA PENGARUHNYA


TERHADAP PERTANIAN

NAMA : ANTONIUS FERY HERMANTO GULTOM


NIM : D1A019058

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. HERI JUNEDI M.Sc

POGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020/2021

BAB I

PENDAHULUAN

Pemanasan global atau sering disebut Global Warming merupakan sebuah kejadian dimana
meningkatnya temeperatur dan juga merupakan adanya ketidakseimbangan antara ekosistem
yang ada di bumi sehingga mengakaibatkan adanya proses untuk meningkatnya temperatur rata-
rata pada atsmosfer seperti uap air, karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O)
dan chloroflorocarbon (CFC) di atmosfer mengakibatkan sebagian dari panas ini dalam bentuk
radiasi infra merah tetap terperangkap pada lapisan atmosfer yang menjadikan beberapa dari
panas yang berupa rdiasi infra merah tetap saja terperangkap pada lapisan atmosfer.

Saat ini perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia.Semakin
banyak terjadi fenomena penyimpangan cuaca seperti kebakaran hutan,hujan deras, serta
perubahan musim tanam.Perubahan iklim merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat
pemanasan global yang berdampak luas terhadap berbagai sendi kehidupan. Perubahan pola
curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan
permukaan air laut merupakan dampak serius dari perubahan iklim yang berpengaruh terhadap
sektor pertanian. Belum lagi ancaman badai tropis, tsunami, banjir, longsor, kekeringan,
meningkatnya potensi kebakaran hutan, punahnya berbagai jenis ikan dan rusaknya terumbu
karang, serta krisis air bersih, bahkan peningkatan penyebaran penyakit parasitik seperti Malaria
dan Demam Berdarah Dengue (DBD), serta terjadi peningkatan insiden alergi, penyakit
pernafasan dan radang selaput otak ((encephalitis).Menurut sebagian besar pakar, kejadian ini
diakibatkan oleh yang dinamakan pemanasan global (global warming),akibat dari meningkatnya
kandungan gas rumah kaca .

Pemanasan global memberikan dampak bagi hasil pertanian dan banyak petani yang sangat
bergantung pada musim dan iklim terutama bagi para petani di Indonesia yang sangat bergantung
pada musim dan iklim. Iklim di Indonesia sangat berpengaruh dengan para petani karena akan
memberikan dampak kepada hasil panennya nanti.Pertanian merupakan sektor penting dalam
perekonomian, namun hasil pertanian dipengaruhi oleh lingkungannya terutama iklim. Kenaikan
suhu dan perubahan pola curah hujan dapat berdampak terhadap penurunan hasil pertanian,
seperti jagung, padi, dan gandum, terutama di daerah tropis, yang normalnya memiliki produksi
pangan tinggi.Oleh sebab itu, patut kita mengenali lebih jauh.Oleh sebab itu, patut kita
mengenali lebih jauh, apa yang dimaksud dengan pemanasan global dan bagaimana kita di
Indonesia menyikapi dan bahkan membantu menanggulanginya.
BAB II

PEMBAHASAN

Global Warming

Global warming dan climate change adalah dua fenomena yang berbeda yang menyebabkan
perubahan drastis di bumi. Global warming yang menyebabkan climate change dalam beberapa
kasus, seperti peningkatan suhu menghasilkan lebih banyak curah hujan dan memodifikasi suhu
terendah dan tertinggi di wilayah tertentu. Campur tangan manusia adalah faktor umum, yang
baik mempercepat, seperti polusi udara berkontribusi untuk pemanasan global dan perubahan
iklim. Kedua adalah dua fenomena yang berbeda, namun saling terkait, dengan salah satu
mempengaruhi yang lain. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-
negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.Perbedaan
angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-
gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda.
Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari
lautan.
Penyebab Pemanasan Global

Efek Rumah Kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,
karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya
panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek Umpan Balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya
suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan
air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena
udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena
CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Dampak Global Warming


Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain
seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Solusi Mengurangi Potensi Global Warming

Ada beberapa solusi untuk mengurangi potensi pemasan global yang semakin parah, dibawah ini
merupakan beberapa solusi yang kami tawarkan untuk mereduksi dampak buruk dari Pemanasan
Global atau Global Warming:

a. Reboisasi (penanaman kembali hutan yang gundul)


Banyak tindakan dari manusia yang dugunakan untuk mencapai keuntungan sesaat yaitu
merusak hutan. Hutan yang memiliki fungsi fital sebagai penyeimbang alam terus dirusak oleh
orang orang yang tidak bertanggung jawab. Solusi dari masalah ini adalah yaitu membuat dan
mengaskan regulasi tau aturan yang ada tentang perhutanan dan melakukan reboisasi terhadap
hutan – hutan yang gundul. Selain aksi dari penebangan hutan secara liar hutan gundul juga bisa
disebabkan karena kebakaran dan tanah longsor. Selain bisa mencegah terjadinya Global
Warming hutan juga bisa mencegah terjadinya banjir, tanah longsor dan akan menjadikan suhu
menjadi sejuk dan segar.

b. Menggunakan angkutan umum

Dengan menggunakan kendaraan pribadi maka akan menyebabkan borosnya penggunakan bahan
bakar. Dapat kita sadarai bahwasannya setiap kendaraan yang menggunkana BBM pasti akan
mengeluarkan gas buangan berupa CO2 dan CO, gas tersebut jika berada dalam jumlah yang
besar maka dapat menimbulkan efek gas rumah kaca yang signifikan hingga akhirnya terjadi
global wrming atau pemansaan global yang semakin parah.

c. Tidak menebang pohon sembarangan

Pohon adalah sebagai penghasil O2 atau oksigen terbesar di dunia. Dalam seharari hari kita
bernafas menggunkan oksigen setiap hari kita bernafas membutuhkan Oksigen, dan pohon-
pohonlah yang setiap harinya menyediakan oksigen untuk kita. Semakin sedikit pohon akan
menyebabkan gas CO2 (karbon dioksida) bisa dengan leluasa berkeliaran dan akhirnya membuat
bumi semakin panas..

d. Hemat Energy

Menghemat energy adalah hal yang perlu dilakukan dan hal yang mudah dilakukan, contohnya
dalah memtikan lampu di siang hari, dan menggunakan lampu hemat energy. Dimana pada saat
ini muali banayk inovasi unruk lampu hemat energi seperti halnya lmapu LED. Mengapa harus
menghemat energi?, ini dilakukan kerean jika kita boros dalam menggunkan energi maka
semakin banyak batu bara yang digunakan untuk menumbuhkan enegrgi seperti listik. Namun
jika kita bisa berhemat maka pembakaran batubara bisa di hemat pula. Pembakaran batubara
ternyata juga menyumbangkan gas penyebab Global warming yang sangat besar.

e. Membangun desain rumah dengan fentilasi yang cukup

Pada saat akan menmbangun rumah, alangkah baiknya untuk merancang pembuatan fentilasi
yang cukup dan tepat, jadi tidak perlu mneggukan AC setiap saat hal ini dikarenakan CFC yang
dihasilkan oleh AC dapat memicu pemanasan global.

Pengaruh Global Warming Terhadap Sektor Pertanian

Pemanasan global memberikan dampak bagi hasil pertanian dan banyak petani yang sangat
bergantung pada musim dan iklim terutama bagi para petani di Indonesia yang sangat bergantung
pada musim dan iklim. Iklim di Indonesia sangat berpengaruh dengan para petani karena akan
memberikan dampak kepada hasil panennya nanti.

Berikut adalah dampak dari perubahan musim dan iklim :


• Kekeringan di daerah pertanian yang akan menyebabkan pada hasil pertanian.

• Akan menyebabkan banjir di daerah pertanian yang akan mengakibatkan gagal panen.

• Tanaman akan terkena serangan hama dan penyakit tanaman

• Pangan akan semakin berkurang di bagian daerah yang rawan bencana kering dan banjir

Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian, namun hasil pertanian


dipengaruhi oleh lingkungannya terutama iklim. Kenaikan suhu dan perubahan pola curah hujan
dapat berdampak terhadap penurunan hasil pertanian, seperti jagung, padi, dan gandum, terutama
di daerah tropis, yang normalnya memiliki produksi pangan tinggi.

Peningkatan kadar CO2 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Peningkatan CO2 juga telah
dikaitkan dengan penurunan kandungan protein dan nitrogen pada tanaman yang mengakibatkan
hilangnya kualitas.Selain itu, dampak tingginya kadar CO2 juga berdampak pada kandungan gizi
hasil pertanian. Kenaikan kadar karbon dioksida di atmosfer mengurangi konsentrasi protein dan
mineral penting pada kebanyakan spesies tanaman, termasuk gandum, kedelai, dan beras.Banyak
cara untuk mengatasi pemanasan global yang bisa di lakukan oleh manusia. Karena pengaruh
bumi yang sudah semakin tua yang membuat lapisan bumi mudah mengalami panas, sehingga
diperlukan nya kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungannya yang memberikan
pengaruh negatif bagi kehidupan

Perubahan Iklim

Perubahan iklim (climatechange) adalah kondisi beberapa unsur iklim yang magnitude dan
atau intensitasnya cenderung berubah atau menyimpang dari dinamika dan kondisi rata-rata.
Penyebab utama perubahan iklim adalah kegiatan manusia (antropogenik) yang berkaitan dengan
meningkatnya emisi GRK.Perubahan iklim yang terjadi akibat emisi atau pelepasan gas rumah
kaca semakin hari makin mengancam kehidupan umat manusia dan keanekaragaman hayati di
muka bumi. Komunitas internasionalmeyakini bahwa saat ini perubahan iklim telah dan sedang
terjadi dan berdampak luas terhadap kehidupan manusia. Salah satu landasan ilmiah penting
yang membahas isu perubahan iklim adalah laporan penilaian keempat (Fourth Assessment
Report, AR4).Peran kontribusi kegiatan manusia (faktor antropogenik) dalam meningkatkan
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer yang mempercepat laju kenaikan temperatur
global (global warming) serta diyakini telah mengakibatkan perubahan iklim di berbagai tempat.
Laporan IPCC tahun 2018 kembali menegaskan peran kegiatan manusia dimasa lalu dan saat ini
terhadap peningkatan gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan kenaikan temperatur global.

Perubahan iklim dengan Mengukur Pemanasan Global

Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini
dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu
International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di
Hawai.Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang
dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah
kaca di atmosfer.

Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi
mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke
waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik
ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan
daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh
bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak
1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang tepercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta
dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen
permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa
kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir
abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah
tahun
Emisi GRK Sektor Pertanian
Di tingkat dunia, sektor pertanian menyumbang sekitar 14% dari total emisi pada tahun
2000.Sektor pertanian melepaskan emisi GRK ke atmosfer dalam jumlah yang cukup signifikan,
yaitu berupa CO2, CH4, dan N2O (Paustian et all. 2004). CO2 sebagian besar dilepaskan dari
proses pembusukan oleh mikroba, pembakaran serasah tanaman, dan dari bahan organik tanah
(Janzen 2004; Smith 2004). Sumber emisi tertinggi sektor pertanian berasal dari penggunaan
pupuk, peternakan, lahan sawah, limbah ternak, dan pembakaran sisa-sisa pertanian (WRI 2005).
Emisi dari kegiatan produksi padi dan pembakaran biomassa sebagian besar merupakan
kontribusi dari negara berkembang, yaitu masing-masing 97% dan 92%, di mana emisi metana
(CH4) dari padi umumnya berasal dari Asia Selatan dan Asia Timur (82%).

Dampak Perubahan Iklum Pada Sektor Pertanian

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan banyak perubahan di permukaan


bumi seperti ditunjukkan oleh semakin meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim.
Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian dan
potensial mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi pangan dan sistem produksi
pertanianpada umumnya. Pertanian merupakan subsektor tanaman pangan dan hortikultura yang
paling rentan terhadap perubahan pola curah hujan. Berdasarkan laporan DNPI (2013) sektor
pertanian mengalami gangguan langsung akibat perubahan iklim. Perubahan iklim
mengakibatkan peningkatan curah hujan di wilayah tertentu dan sekaligus kekeringan di tempat
yang lain (Kusnanto, 2011).Hal ini berdampak bagi petani yang tidak lagi memprediksi musim
tanam secara akurat. Tanaman hortikultura umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif
sensitif terhadap cekaman (kelebihan dan kekurangan) air.

Secara teknis, kerentanan tanaman hortikultura sangat berhubungan dengan sistem


penggunaan lahan, sifat tanah, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah, air, tanaman, dan
varietas. Oleh sebab itu, kerentanan tanaman hortikultura terhadap pola curah hujan akan
berimbas pada luas areal tanam, produktivitas dan kualitas hasil. Kejadian iklim ekstrim,
terutama El- Nino atau La-Nina, antara lain menyebabkan: (a) kegagalan panen, penurunan
indeks pertanaman (IP) yang berujung pada penurunan produktivitas dan produksi, (b) kerusakan
sumberdaya lahan pertanian, (c) peningkatan frekuensi, luas, dan bobot/intensitas kekeringan, (d)
peningkatan kelembaban, dan (e) peningkatan intensitas gangguan organisme pengganggu
tanaman (OPT).
BAB III

KESIMPULAN

Global warming dan climate change adalah dua fenomena yang berbeda yang menyebabkan
perubahan drastis di bumi. Global warming yang menyebabkan climate change dalam beberapa
kasus, seperti peningkatan suhu menghasilkan lebih banyak curah hujan dan memodifikasi suhu
terendah dan tertinggi di wilayah tertentu. Campur tangan manusia adalah faktor umum, yang
baik mempercepat, seperti polusi udara berkontribusi untuk pemanasan global dan perubahan
iklim. Kedua adalah dua fenomena yang berbeda, namun saling terkait, dengan salah satu
mempengaruhi yang lain. Perubahan perilaku curahhujan yang menyebabkan pergeseran musim
kemarau dan hujan menyebabkan pola tanam padi saat ini tidak sesuai lagi seperti pada masa-
masa lalu. Pada kondisi iklim ekstrem kering, ketersediaan air irigasi menjadi terbatas sehingga
menyebabkan produksi menurun karena puso. Pada musim hujan yang ekstrim basah, dimana
terjadi genangan banjir juga akan menurunkan produksi. Oleh karena itu, kebutuhan prediksi
curah hujan yang akurat yang disertai dengan sosialisasi pergeseran musim tanam di waktu yang
tepat akan sangat dibutuhkan di masa yang akan datang untuk meminimalisir kegagalan panen
akibat dampak perubahan iklim.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ramlan. M. 2018. Pemanasan Global. Teknologi Lingkungan, 3(1) 1 - 3.

2. Nada.Q. 2019. Dampak Perubahan iklim Bagi Lahan Pertanian. Universitas Mohammadiah;
Yogyakarta.
3. Alkautsar. H. 2019. Global Warming Sebagai Permasalahan Lingkungan Global. Universitas
Mohammadiah; Yogyakarta.

4. Rahman. A. S. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian di bali. Udayana


Universiti; Bali

5. Triana. V. 2018. Pemanasan Global. Kesehatan Masyarakat, 11(2) 1 - 5.

Anda mungkin juga menyukai