Anda di halaman 1dari 8

KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT GLOBAL WARMING DI NEGARA

BERKEMBANG (INDONESIA) DAN DI NEGARA MAJU (JEPANG)

DISUSUN OLEH

NAJWA AZIZATUN NIQMAH

20.0201.0030

5A

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


BAB I

PENDAHULUAN

a. LATAR BELAKANG

Bumi adalah habitat dan tempat tinggal untuk berbagai makhluk hidup yang ada di dunia,
termasuk manusia. Namun, semakin hari bumi semakin panas akibat pemanasan global.
Pemanasan global dapat mengakibatkankan terjadinya bencana alam, yang berarti terjadi
malapetaka di bumi. Penyebab pemanasan global ada beberapa hal, yaitu adanya kenaikan
Suhu Permukaan Laut (SPL), panasnya suhu bumi, panasnya udara, namun SPL
merupakan salah satu hal yang penting karena merupakan indikator bagi perubahan iklim,
sehingga semua faktor penyebab pemanasan global tersebut perlu dideteksi sejak dini
sebagai pencegahan terjadinya bencana yang merugikan manusia. Indonesia adalah suatu
negara kepulauan dengan permukaan laut yang sangat luas, maka apabila SPLmeningkat
dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh para ilmuwan, SPL di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahun, hal
tersebut merupakan persoalan yang sangat serius sekaligus merupakan tantangan bagi
Indonesia untuk dapat mengatasinya, yaitu dengan cara mengambil suatu langkah atau
kebijakan untuk mengurangi dampak negative yang mungkin ditimbulkan. Beberapa
penyebab pemanasan global adalah gaya hidup, pola konsumsi dan pertumbuhan penduduk
yang tidak teratur, ditambah dengan beragam aktivitas manusia yang adakalanya merusak
lingkungan. Intinya penyebab terjadinya pemanasan global adalah adanya aktifitas
manusia, sehingga sangat penting memberikan edukasi kepada masyarakat dengan tujuan
untuk menyadarkan manusia akan pentingnya penyelamatan lingkungan agar anak cucu
pada generasi mendatang tidak sengsara akibat menanggung ulah manusia yang hidup di
jaman sebelum mereka. Kebijakan strategis pemerintah harus diterapkan dengan ketat agar
ada keberlanjutan makhluk di bumi. Untuk itu sangat diperlukan adanya langkah atau
tindakan yang nyata untuk memperbaiki pola hidup masyarakat sebagai antisipasi terhadap
hal-hal buruk yang tidak diinginkan.
BAB II
PEMBAHASAN

a. Negara berkembang (INDONESIA)


Kasus yang terjadi pada Warga Bandung, Waspadai Dampak Terburuk Akibat
Pemanasan Global.

Suhu di Kota Bandung kini terasa lebih panas dibanding dulu. Fenomena ini terjadi akibat
adanya perubahan iklim di Kota Bandung. Imbasnya, Bandung yang dikenal sebagai kota adem
dan sejuk, kini mulai terasa panas dan tak lagi dingin.
Jika dibiarkan terus menerus, ada ancaman besar yang mengintai warga Kota Bandung. Mulai
dari rentan terkena penyakit, bahkan berujung ke kasus kematian akibat terkena dehidrasi
imbas adanya pemanasan global tersebut.

Pemanasan Global sesuai dalam peraturan perundang-undangan yaitu, Undang Undang RI


No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (mendasari
Perubahan Iklim ada di bawah KemenLHK)

Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan
bumi. Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFR) menjelaskan bahwa
pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari
(gelombang panas atau infra merah) yang dipancarkan ke bumi oleh gas rumah kaca. Gas
rumah kaca ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Sedangkan efek rumah kaca adalah
istilah yang digunakan untuk panas yang terperangkap di alam atmosfer bumi dan tidak bisa
menyebar (Vivi Triana , 2008). Pemanasan global merupakan suatu fenomena global yang
dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan
kegiatan alih guna lahan. Kegiatan tersebut menghasilkan gas-gas yang semakin lama semakin
banyak jumlahnya di atmosfer, terutama gas karbon dioksida (CO2) melalui proses yang
disebut efek rumah kaca. Istilah Efek rumah kaca (greenhouse effect) merupakan istilah yang
cukup erat kaitannya dengan pemanasan global. Disebut dengan efek rumah kaca karena
adanya peningkatan suhu bumi akibat suhu panas yang terjebak di dalam atmosfer bumi.
Prosesnya mirip seperti rumah kaca yang berfungsi untuk menjaga kehangatan suhu tanaman
di dalamnya. Peningkatan suhu dalam rumah kaca terjadi karena adanya pantulan sinar
matahari oleh benda-benda yang ada di dalam rumah kaca yang terhalang oleh dinding kaca,
sehingga udara panas tidak dapat keluar (greenhouse effect)

Beberapa penyebab pemanasan global adalah gaya hidup, pola konsumsi dan pertumbuhan
penduduk yang tidak teratur, ditambah dengan beragam aktivitas manusia yang adakalanya
merusak lingkungan. Berikut ini diuraikan beberapa penyebab adanya pemanasan global.

1. Meningkatnya Gas Rumah Kaca Gas rumah kaca terjadi akibat adanya pembakaran minyak
bumi, seperti bahan bakar batu bara serta pembakaran gas alam. sehingga hal tersebut
menyebabkan adanya pemanasan yang terpantul tidak diteruskan ke luar angkasa, tetapi
kembali lagi ke bumi, dan gas yang paling berpengaruh adalah karbondiokasida.
2. Polusi Udara Karena Bahan Bakar Bahan bakar mesin kendaraan bermotor, seperti mobil,
sepeda motor dan kendaraan lainnya menghasilkan gas karbondiosida yang tidak bisa
diteruskan keluar angkasa sehingga panas akan mengendap di bumi, sehingga
mengakibatkan bumi semakin panas.
3. Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca ini menjadikan panas yang berada di bumi tidak dapat
dipantulkan ke luar angkasa, tetapi terperangkap di atmosfer. Sebenarnya efek rumah kaca
ini bisa bermanfaat untuk kehidupan manusia, namun, jika berlebihan, maka akan
menjadikan efek terhadap iklim dan cuaca yang ada di bumi. Di atas permukaan bumi, efek
rumah kaca bisa terjadi karena sebanyak 25% energi matahari yang masuk ke bumi
dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan, 45% diabsorpsi
permukaan bumi, dan 5% lainnya dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi
matahari yang telah diabsorpsi akan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah
oleh awan dan juga permukaan bumi. Namun, energi yang dipantulkan tersebut bisa
terhalang oleh karbon dioksida (CO2) dan gas lainnya yang terdapat di atmosfer bumi.
Banyaknya CO2 di udara menjadi salah satu faktor terjadinya pemanasan global.
Sebenarnya zat CO2 dibutuhkan dan akan diserap oleh tumbuhan untuk melakukan proses
fotosintesis. Akan tetapi, karena semakin menipisnya hutan dan lahan hijau membuat kadar
CO2 di atmosfer tidak terkendali.
- ANTISIPASI TERHADAP PEMANASAN GLOBAL
Salah satunya yaitu Mengurangi Peningkatan Gas Rumah Kaca Kebiasaan masyarakat,
terutama masyarakat kota dalam kehidupan sehari-hari ternyata cukup konsumtif dan boros
energi. Sebagai contoh meninggalkan lampu menyala di kamar kosong, memakai sedotan
untuk minum, membeli air minum dalam kemasan setiap hari, sampai dengan membuang-
buang kertas yang masih bisa dipakai. Dengan menghemat energi listrik dan tidak
konsumtif dengan pemakaian plastik dan kertas, maka dapat membuat bumi lebih sehat.
Hal ini dikarenakan setiap konsumsi energi dan barang dari aktivitas manusia sehari-hari
menghasilkan emisi gas rumah kaca yang dapat mempercepat pemanasan global. Gas
rumah kaca membuat bumi yang lebih hangat sehingga mengancam keselamatan
organisme yang tinggal di dalamnya karena temperatur tersebut dapat menyebabkan
perubahan iklim.

b. Permasalahan yang ada di negara maju Jepang


Kasus : Jepang Dilanda Dampak Perubahan Iklim
Perairan Okinawa di Jepang mulai rasakan dampak perubahan iklim. Kawasan terumbu
karang di areal itu mulai memucat dan mati, gara-gara naiknya suhu air laut.
Kemusnahan terumbu karang di perairan pulau Ishagaki, Okinawa membuat ilmuwan
Jepang mengkhawatirkan dampak perubahan iklim lebih parah. Sebuah tim peneliti
menarik kesimpulan, pemucatan warna terumbu karang serta kematian koloni koral ini
dipicu oleh naiknya suhu laut,Untuk memantau luasnya areal yang terancam para peneliti
menggunakan drone termodern yang dihubungkan ke layar komputer. "Hasilnya
menunjukkan, masalah kematian terumbu karang cukup serius," kata Kenji Ohori salah
seorang periset yang ikut dalam penelitian. Disebutkan, pemucatan atau bleaching terjadi
dalam areal cukup luas.
Sesuai dalam Kankyo Kihon Ho 1993, yaitu Undang-undang Lingkungan Hidup Jepang
1993 menguraikan perkembangan pengaturan lingkungan hidup di Jepang mulai tahun
1950-an sampai dengan tahun 1993 .

Perubahan iklim di Jepang sedang ditangani di tingkat pemerintahan. Panel


Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mengusulkan dua hipotetis skenario
masa depan. Salah satunya adalah Skenario "A1B" berdasarkan asumsi bahwa dunia masa
depan akan memiliki pertumbuhan ekonomi global yang lebih banyak (dengan
konsentrasi karbon dioksida 720ppm pada tahun 2100). Skenario lainnya yaitu "B1"
berdasarkan asumsi bahwa dunia masa depan akan memiliki ekonomi hijau global (dengan
konsentrasi karbon dioksida mencapai 550ppm pada tahun 2100).

Perhitungan Simulator Bumi, mengungkap kenaikan suhu rata-rata di Jepang selama


periode 2071 hingga 2100. Suhu meningkat sebesar 3,0 °C pada Skenario B1 dan 4.2 °C
di skenario A1B, dibandingkan dengan tahun 1971 hingga 2000. Demikian pula, suhu
maksimum harian di Jepang meningkat sebesar 3,1 °C pada skenario B1 dan 4,4 °C pada
skenario A1B. Curah hujan di musim panas di Jepang meningkat stabil akibat pemanasan
global (dengan curah hujan rata-rata tahunan meningkat sebesar 17% pada skenario B1 dan
19% pada skenario A1B selama periode 2071 hingga 2100 dibandingkan dengan tahun
1971 hingga 2000).

Saat ini, Jepang adalah pemimpin dunia dalam pengembangan teknologi baru ramah
iklim. dan kendaraan listrik hibrida Toyota disebuut sebagai kendaraan yang memiliki
efisiensi bahan bakar tertinggi dengan emisi terendah. Ekonomi bahan bakar dan
penurunan emisi disebabkan oleh teknologi maju dengan sistem hibrida, biofuel, dan
penggunaan bahan yang ringan dengan rekayasa yang lebih baik.

Sebagai penandatangan Protokol Kyoto, dan penyelenggaraan konferensi 1997 yang


membentuknya; Jepang berada di bawah kewajiban perjanjian pengurangan emisi karbon
dioksida yang mengambil langkah-langkah yang berkaitan dengan pengendalian
perubahan iklim.

Ibu kota Jepang, Tokyo, bersiap menekan industri supaya membantu dalam pengurangan
besar-besaran gas rumah kaca, serta memimpin negara lain untuk berjuang memenuhi
kewajiban Protokol Kyoto. Gubernur Tokyo, Shintaro Ishihara, secara terbuka
memutuskan untuk melakukannya sendiri dan menciptakan sistem tutup emisi pertama di
Jepang. Kebijakannya mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 25 persen pada
tahun 2020 dari level tahun 2000.
BAB III
KESIMPULAN

Pemanasan global (Global Warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan


temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse
effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2),
metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap
dalam atmosfer bumi. Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau
besar dan kecil. Perubahan iklim ini akan berdampak terhadap banyak pulau-pulau kecil
yang sangat mungkin akan hilang dan tenggelam. Kepedulian Indonesia pada masalah
lingkungan terutama dengan adanya kekhawatiran akan dampak pemanasan global yang
semakin parah. Apalagi Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki ribuan
pulau kecil dan jutaan penduduk yang tinggal di daerah pantai rawan tenggelam akibat
pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut.
Tak hanya itu saja partisipasi Indonesia dalam menanggulangi dampak pemanasan global
yang semakin hari semakin membahayakan dan mengancam dunia dan seisinya. Kesadaran
bersama yang mulai dirasakan banyak negara tidak hanya Indonesia saja. Inilah, yang
akhirnya membentuk kesepakatan yang utuh dan kesadaran tinggi untuk mengatasi
pemanasan global yang terjadi. Keterlibatan aktif Indonesia dalam pelaksanaan Conference
of Parties (CoP) dimulai dari pelaksanaan CoP 1 hingga CoP 12. Bahkan dalam CoP 3
bulan Desember 1997 di Kyoto, Jepang, Indonesia juga menjadi salah satu anggota negara
berkembang yang meratifikasi Protokol Kyoto. Dimana Protokol Kyoto merupakan
kesepakatan emas yang mengikat bagi negara-negara dalam penanggulangi perubahan
iklim yang terjadi diantaranya dengan cara menurunkan beberapa persen emisi karbon di
negara tersebut sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersama. Tentu hal tersebut
menjadi hal yang sangat penting sekali untuk dilakukan Indonesia. Idealnya, jika ketentuan
protokol tersebut dilaksanakan secara konsisten oleh negara maju maka akan mampu
menurunkan konsentrasi GRK sehingga suhu bumi pun dapat diturunkan secara signifikan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/26

http://journal.um.ac.id/index.php/mipa/article/view/1341

https://www.academia.edu/10861243/Makalah_Global_Warming

http://repository.uki.ac.id/4908/1/PEMANASANGLOBAL.pdf

http://ditjenppi.menlhk.go.id/peraturan-perundangan.html

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/33375

https://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_iklim_di_Jepang

https://www.dw.com/id/jepang-mulai-rasakan-dampak-perubahan-iklim/a-19549231

Anda mungkin juga menyukai