Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok: Dao Ngoc Huy (210510017) Clinton Silalahi (210510016)

Kristal (210510043) Benediktus Bangun (210510011)


Paskalis Priana (210510061) Petrus Habeahan (210510063)
Fiktorudin Halawa (210510029)
Kelas: III-B Mata Kuliah: Moral Lingkungan Hidup Dosen: Largus Nadeak Lic, S.
Th.
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
1. Pendahuluan
Perubahan adalah sesuatu yang diinginkan, tetapi sekaligus menjadi sumber
kecemasan ketika itu menyebabkan kerugian untuk dunia dan kualitas hidup sebagian besar
umat manusia.1 Perubahan merupakan bagian dari dinamika sistem-sistem yang kompleks.
Namun, perubahan itu terjadi dengan sangat cepat oleh karena aktivitas manusia, berlawanan
dengan kelambanan alamiah evolusi biologis dan arah perubahan itu sendiri sering kali tidak
selalu tertuju kepada kesejahteraan umum atau pada pengembangan manusia yang
berkelanjutan. Maka, pada saat ini masyarakat dan dunia sebenarnya sedang memasuki fase
kesadaran yang lebih kritis.
Iklim merupakan kebaikan bersama dan menjadi milik semua orang dan ciptaan.
Perubahan iklim dan pemanasan global telah mengancam kenyamanan tempat tinggal semua
makhluk hidup tidak hanya manusia. Oleh karena itu, manusia, sebagai aktor utama, dari
perubahan harus memiliki kesadaran yang menuntut keseriusan berpikir dan bertindak demi
masa depan yang lebih baik agar terluput dari bencana-bencana yang memprihatinkan.
Tujuan dari tulisan ini bukan untuk mengumpulkan informasi seluas-luasnya atau
memuaskan rasa ingin tahu kita, tetapi menerima kesadaran yang menyakitkan akan apa yang
sedang terjadi pada dunia, dan berani mengubahnya menjadi penderitaan kita sendiri; dan
dengan demikian menemukan sumbangsih apa yang dapat kita berikan masing-masing.2

2. Penyebab Terjadinya Perubahan Iklim dan Pemanasan Global


2.1 Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah istilah untuk menggambarkan perubahan cuaca yang
mencolok yang terjadi di antara dua periode tertentu dari suatu wilayah iklim 3 yang biasa,
kondisi iklim bisa menjadi lebih panas, lebih basah, atau lebih kering. Dalam beberapa
dekade itu, kondisi suhu cuaca berubah menjadi kondisi yang tidak menentu. Perubahan
iklim bisa terjadi karena proses alam internal atau eksternal atau kegiatan kegiatan manusia
yang terus-menerus merubah komposisi atmosfer atau tata guna lahan. Perubahan iklim

1
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si (Seri Dokumentasi Gerejawi No. 98), diterjemahkan oleh R.
Hardawiryana. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2016), hlm. 15.
2
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si …, hlm. 16.
3
Tim redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka,
2005), hlm 1234.
terjadi karena banyak faktor seperti faktor alamiah seperti erupsi vulkanik, variasi sinar
matahari dan faktor-faktor disebabkan oleh manusia: penggunaan bahan bakar fosil,
penebangan hutan liar, penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) berlebihan, polusi metana
yang disebabkan peternakan, pertanian dan perkebunan. Jadi, ada dua faktor yaitu manusia
dan alam. Namun, aktivitas manusia mempunyai dampak terbesar pada perubahan iklim4.
2.2 Pemanasan Global
Pemanasan global adalah naiknya temperatur atmosfer bumi yang disebabkan oleh
bertambahnya gas polutan seperti karbon dioksida5. Pemanasan global juga dapat berarti
kenaikan suhu lebih pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu-waktu
sebelum dalam sejarah manusia6. Pemanasan global dapat disebabkan oleh gas-gas rumah
kaca di dalam atmosfer, intensitas sinar matahari yang masuk ke bumi dan perubahan iklim
juga mempengaruhi pemanasan global.
2.3 Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca adalah peristiwa alamiah yang kejadiannya mirip dengan pantulan
panas di dalam rumah kaca yang digunakan petani menanam sayuran pada musim dingin di
negara yang mengenal 4 musim. Sinar matahari yang masuk ke dalam rumah kaca untuk
membantu proses asimilasi. Sisa panas dari matahari seharusnya dikeluarkan ke atmosfer.
Akan tetapi, adanya bilik kaca dan atap kaca memantulkan kembali panas tersebut sehingga
udara di dalam bilik kaca (ruangan) tersebut naik dan menjadi hangat. Pantulan panas
kembali ke ruangan, yang menjadikan suhu dalam ruangan hangat, hal inilah disebut efek
rumah kaca.7 Gas-gas ini memungkinkan sinar matahari masuk namun memerangkap
sebagian panas yang terpancar kembali dari permukaan bumi, sehingga membantu
menciptakan iklim sedang yang memungkinkan proliferasi organisme hidup dalam jumlah
besar dan beragam8. Tapi, dalam aktivitasnya orang telah menyebabkan tingginya konsentrasi
gas rumah kaca (karbon dioksida, metana, nitrogen oksida dan lain-lain) telah membuat suhu
atmosfer semakin tinggi. Di dalamnya terjadi penggunaan bahan bakar seperti batubara, gas,
minyak bumi dan sebagainya dalam aktivitas pembuatan energi telah melepaskan karbon
dioksida dan dinitrogen oksida. Inilah dua jenis gas rumah kaca yang membuat perubahan
iklim. Selain itu, ada beberapa alasan lainya seperti penebangan hutan dan gaya hidup yang
buruk.
2.4 Proses terjadinya
Di keliling bumi ada lapisan “selimut” yang terbentuk karena adanya gas rumah kaca
dan partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi. Lapisan di atmosfer bumi tersebut
memantulkan kembali panas dari bumi sehingga bumi pun menjadi hangat. Gas rumah kaca

4
Dana Desonie, Climate-Cause and Effects of Climate Change (New York, Chelsea House, 2008),
hlm. iv.
5
Tim redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia… hlm 819.
6
Dana Desonie, Climate-Cause …, hlm. iv.
7
Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pemanasan Global (Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 47.
8
Dana Desonie, Climate-Cause …, hlm. v.
inilah yang menjadi penyebab utama efek rumah kaca, sementara partikel yang melayang-
layang di atmosfer bumi hanya memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadapnya.
Gas rumah kaca itu sendiri adalah gas yang timbul secara alamiah dan merupakan akibat
kegiatan industri. Contoh gas rumah kaca adalah CO₂ (karbondioksida), CH₄ (metana), N₂O
(nitrogen oksida), CFC (chloro fluoro karbon), HFC (hidro fluoro karbon), PFC (perfluoro
karbon), SF₆ (sulphur heksafluoro). Jika gas rumah kaca terlepas ke atmosfer dan sampai
pada ketinggian troposfer, akan terbentuk lapisan “selimut” atau “rumah kaca” yang
mengungkung bumi. Adapun partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi berasal dari
letusan gunung berapi berupa debu (abu) vulkanik. Saat melayang-layang di atmosfer bumi
sebelum kemudian jatuh ke bumi, debu (abu) vulkanik tersebut berlaku sebagai lapisan
selimut yang mengungkung bumi. Rumah kaca inilah yang akan memantulkan sebagian
panas dari bumi kembali lagi sehingga bumi dan atmosfer menjadi hangat. Bila peristiwa ini
berlanjut, hal inilah yang dinamai pemanasan global.

3. Dampak perubahan iklim dan Pemanasan global


3.1 Dampak perubahan iklim
Peningkatan suhu terus menerus membuat pola cuaca berubah dan mengganggu
keseimbangan alam. Kondisi tersebut dapat memicu risiko bagi makhluk hidup yang
menempati bumi. Adapun beberapa dampak perubahan iklim, sebagai berikut:
 Peningkatan Suhu Bumi: Perubahan iklim dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah
kaca. Kondisi ini jika terus menerus terjadi, maka suhu permukaan global akan
meningkat. Berdasarkan data dari National Aeronautics and Space Administration
(NASA), suhu permukaan bumi di tahun 2021 mengalami kenaikan 0,86 oC.9
 Badai El Nino: Terjadinya El Nino disebabkan oleh meningkatnya suhu di Samudra
Pasifik bagian tengah dan timur. Hal ini akan membuat suhu udara dan kelembaban udara
di atasnya akan meningkat, sehingga curah hujan daerah tersebut tinggi. El Nino
menyebabkan musim kemarau dan berkurangnya curah hujan di Indonesia. Namun, di
Amerika Latin, El Nino justru menyebabkan naiknya curah hujan di wilayah tersebut. 10
Seiring dengan meningkatkan suhu, maka banyak suhu air menguap. Kondisi tersebut
bisa menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir. Frekuensi dan luasnya badai tropis
juga dapat dipengaruhi oleh meningkatnya suhu lautan. Badai seperti siklon, hurikan, dan
taifun diketahui lebih kuat pada permukaan air laut yang lebih hangat. Tak jarang, badai
tersebut menghancurkan rumah hingga menyebabkan kematian.
 Kekeringan: Perubahan iklim dan pemanasan global turut mengubah ketersediaan air
yang dapat memicu kekeringan dan memperburuk wilayah yang kesulitan cadangan air.

9
Odi Roni Pinontoan — Oksfriani Jufri Sumampouw, Dasar Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta:
Deepublish, 2012), hlm. 258.
10
Putri Setiani, Sains Perubahan Iklim (Jakarta: Bumi Aksara, 2020), hlm. 43-44.
Akibatnya, dalam bidang pertanian serta dapat memicu badai pasir dan debu yang dapat
memindahkan miliaran ton pasir hingga ke berbagai benua. 11
 Volume dan Suhu Laut Meningkat: Dalam beberapa tahun terakhir, suhu air laut
meningkat lebih cepat di hampir seluruh kedalaman laut. Peningkatan volume air laut
juga disebabkan oleh mencairnya lapisan es. Peningkatan volume air laut ini bisa
mengancam komunitas pesisir dan pulau. Tak hanya itu, lautan bisa menyerap karbon
dioksida. Semakin banyak karbon dioksida yang terserap lautan, maka kehidupan biota
laut dan terumbu karang akan terancam.12
 Beberapa Spesies Punah: Perubahan iklim menyebabkan beberapa spesies punah, sebab
banyak spesies yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang ada. 13
 Mengganggu Suplai Makanan: Perubahan iklim dapat mengganggu sektor perikanan,
pertanian, dan peternakan. Ketiga sektor tersebut menjadi kurang produktif saat terjadi
perubahan iklim. Kondisi tersebut membuat suplai makanan menjadi terganggu.
 Meningkatkan Risiko Kesehatan: Dampak perubahan iklim ini dipicu oleh peristiwa
seperti polusi udara, perubahan cuaca yang ekstrem, dan lain sebagainya. Sementara itu,
kemarau panjang akibat perubahan iklim dapat menyebabkan bakteri, virus, jamur, dan
parasit berkembang dengan cepat. Mikroorganisme tersebut bisa berkembang dengan
cepat akibat kelembapan udara saat musim kemarau cukup tinggi. Kondisi ini
menyebabkan banyak orang terjangkit penyakit yang berhubungan dengan bakteri dan
udara seperti penyakit kulit. Kemarau panjang juga bisa menyebabkan kebakaran hutan,
sehingga kualitas udara buruk dan berpengaruh pada sistem pernapasan makhluk hidup.14
3.2 Dampak pemanasan global
 Wabah Penyakit: Kenaikan suhu akibat pemanasan global dapat mengakibatkan daya
tahan tubuh makhluk hidup menurun, sehingga manusia dapat dengan mudah terjangkit
penyakit.
 Kualitas dan Kuantitas Air Menurun: Curah hujan yang terlampau tinggi bisa
menurunkan kualitas sumber air. Di samping itu, kenaikan suhu juga berakibat pada kadar
klorin dalam air bersih.
 Suhu Air Laut Meningkat: Suhu laut meningkat akibat adanya pemanasan global. Hal ini
menyebabkan makhluk hidup di dalam laut mati dan keseimbangan ekosistem terganggu.
 Permukaan Air laut naik: Mencairnya es di kutub-kutub bumi dapat mendorong terjadinya
banjir di sekitarnya. Pulau-pulau kecil juga bisa tenggelam akibat hal ini.

11
Odi Roni Pinontoan — Oksfriani Jufri Sumampouw, Dasar Kesehatan..., hlm. 261.
12
Odi Roni Pinontoan — Oksfriani Jufri Sumampouw, Dasar Kesehatan..., hlm. 261.
13
H. J. Mukono, Analisis Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
(Surabaya: Airlangga University Press, 2018), hlm. 77.
14
Odi Roni Pinontoan — Oksfriani Jufri Sumampouw, Dasar Kesehatan..., hlm. 262.
4. Dampak terhadap daerah
4.1 Indonesia
Letak geografis Indonesia yang diapit dua benua dan berada di antara dua samudra
berpengaruh besar terhadap keadaan alam maupun kehidupan penduduk. Letak ini juga
disebut/dikenal sebagai posisi silang (cross position). Letak geografis ini sangat strategis
untuk negara Indonesia, sebab tidak hanya kondisi alam yang mempengaruhi kehidupan
penduduk Indonesia, tetapi juga lintas benua dan samudra ini berpengaruh terhadap
kebudayaan yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing, yakni dalam bidang seni,
bahasa, peradaban, dan agama dengan keanekaragaman suku-bangsa yang kita miliki. 15
Kecenderungan perubahan iklim di Indonesia oleh ulah dan aktivitas manusia seperti
urbanisasi, deforestasi, industrialisasi, dan oleh aktivitas alam seperti pergeseran kontinen,
letusan gunung berapi, perubahan orbit bumi terhadap matahari, noda matahari dan El- Nino.
Pembangunan berwawasan lingkungan perlu memperhatikan usaha pemeliharaan sistem
alami dan perlu menganalisis dampak pembangunan terhadap iklim. Atmosfer di atas kota
besar dan di kawasan industri terasa lebih panas dan lebih kotor oleh gas buangan kendaraan
bermotor dan oleh proses industri dibandingkan dengan atmosfer di atas hutan atau di daerah
pegunungan yang terasa sejuk dan lebih bersih. Beberapa pencemar yang berada di atmosfer
bawah terutama di troposfer dapat mengganggu keseimbangan radiasi yang pada gilirannya
dapat mengubah iklim. Pencemar berupa gas dapat mempengaruhi iklim melalui efek rumah
kaca.16
Efek perubahan iklim semakin nyata dirasakan masyarakat di penjuru dunia, termasuk
di Indonesia. Di antara efek yang muncul di Indonesia adalah, musim panas yang cukup
panjang. Sehingga berpotensi memicu kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta beragam
dampak lainnya. Perubahan iklim memicu peningkatan jumlah bencana alam. Pada periode
waktu sepanjang 2022 terjadi sekitar tiga ribu bencana alam di Indonesia, dalam rata-rata 10
bencana dalam sehari. Negara Indonesia termasuk negara yang sangat mudah dipengaruhi
oleh perubahan iklim dengan dampaknya seperti cuaca ektrem, longsor, banjir dan
pemanasan yang ekstrem. Dampak langsung terjadi di Indonesia yaitu terjadinya kenaikan
suhu di Indonesia serta diprediksi pada tahun 2050 akan terjadi kenaikan suhu sebanyak 2
derajat celcius. Bersamaan dengan itu pula terjadi mencairnya es kutub utara yang akan
menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga diramalkan kota pantai akan tenggelam.

4.2 Sumatera Utara


Menurut Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Madya Stasiun Meteorologi
Belawan Ramos L Tobing mengatakan pada 1-20 Mei 2023 ada peningkatan curah hujan
dengan kategori rendah hingga sedang. Kemudian Juni hingga Juli di Sumut akan dilanda
kemarau yang cukup panjang. Pada umumnya, dampak perubahan iklim di Sumatera Utara
15
Julismin, Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia (Medan: Unimed, 2013), hlm. 40.
16
Julismin, Dampak dan Perubahan Iklim…, hlm.42.
sama dengan apa yang dialami oleh Indonesia secara keseluruhan. Pada akhir-akhir ini, cuaca
tidak bisa lagi diprediksi dengan tepat. Biasanya, pada bulan Agustus, musim hujan telah
mulai tetapi pengalaman belakangan ini sungguh berbeda. Masyarakat mengalami kekeringan
yang cukup lama sehingga berdampak kepada hasil pertanian. Selain itu, masyarakat
Sumatera Utara juga mengalami perubahan iklim ini yaitu dengan meningkatnya suhu di
setiap daerah. kota Berastagi yang terkenal dengan cuacanya yang dingin, sekarang sudah
mulai berkurang bahkan tidak terasa lagi. Selain itu, masih banyak tempat di Sumatera Utara
yang mengalami perubahan suhu.

5. Cara mengatasi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global


Kebiasaan yang dapat dilakukan masyarakat untuk menanggulangi serta mengurangi
peningkatan perubahan iklim dan pemanasan global sebagai berikut:
Mengurangi peningkatan gas rumah kaca dalam kehidupan yang konsumtif seperti
mengurangi penggunaan listrik, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, penggunaan
air minum dalam kemasan dan plastik (pemakaian sedotan yang dapat menghasilkan emisi
karbon yang cukup besar), memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk, dan mengurangi
penggunaan kertas dan menggunakan energi alternatif.17

6. Kesimpulan
Pemanasan global, sebenarnya, sudah menjadi isu yang tidak asing lagi bagi seluruh
lapisan masyarakat. Namun, kesadaran untuk sungguh serius dalam memperhatikan
lingkungan masih belum dalam kata cukup. Masih hanya sekelompok orang saja yang
tergolong dalam gerakan pecinta lingkungan yang terlibat. Maka, umat manusia dipanggil
untuk mengakui perlunya perubahan dalam gaya hidup, produksi dan konsumsi, untuk
memerangi perubahan iklim dan pemanasan global. Memang benar bahwa alam juga dapat
menyebabkan terjadinya hal tersebut di atas, tetapi sejumlah studi ilmiah menunjukkan
bahwa aktivitas manusialah yang sangat besar memengaruhi terjadinya perubahan iklim dan
pemanasan global. Perubahan iklim dan pemanasan global sangat berdampak buruk bagi
ritme kehidupan dan ketersediaan sumber daya alam yang juga diperlukan seluruh makhluk
hidup.
Oleh karena itu, sangat penting dan mendesaklah bagi kita semua untuk
mengembangkan cara-cara yang baik demi menekan tingginya fenomena alam ini, sambil
memperbaiki cara hidup kita yang konsumtif menggunakan semua hal yang menunjang
aktivitas manusia dengan “seperlunya” saja. Aktivitas manusia yang tampaknya sederhana
ternyata sangat berdampak besar bagi terjaga-nya alam ini.

17
Agnes Sri Mulyani, Pemanasan Global, Penyebab, Dampak dan Antisipasinya (Jakarta: Universitas
Kristen Indonesia, 2011), hlm. 10-16.
Daftar Kepustakaan

Desonie, Dana. Climate-Cause and Effects of Climate Change. New York, Chelsea House,
2008.
Mukono, H. J. Analisis Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global dan Perubahan
Iklim. Surabaya: Airlangga University Press, 2018.
Mulyani, Agnes Sri. Pemanasan Global, Penyebab, Dampak dan Antisipasinya. Jakarta:
Universitas Kristen Indonesia, 2011.
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si (Seri Dokumentasi Gerejawi No. 98), diterjemahkan
oleh R. Hardawiryana. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2016.
Pinontoan, Odi Roni. — Sumampouw, Oksfriani Jufri. Dasar Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: Deepublish, 2012.
Setiani, Putri. Sains Perubahan Iklim. Jakarta: Bumi Aksara, 2020.
Tim redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai
Pustaka, 2005.
Ulismin, Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia. Medan: Unimed, 2013.
Wardhana, Wisnu Arya. Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta: Andi, 2010.

Anda mungkin juga menyukai