1
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si (Seri Dokumentasi Gerejawi No. 98), diterjemahkan oleh R.
Hardawiryana. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2016), hlm. 15.
2
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si …, hlm. 16.
3
Tim redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka,
2005), hlm 1234.
terjadi karena banyak faktor seperti faktor alamiah seperti erupsi vulkanik, variasi sinar
matahari dan faktor-faktor disebabkan oleh manusia: penggunaan bahan bakar fosil,
penebangan hutan liar, penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) berlebihan, polusi metana
yang disebabkan peternakan, pertanian dan perkebunan. Jadi, ada dua faktor yaitu manusia
dan alam. Namun, aktivitas manusia mempunyai dampak terbesar pada perubahan iklim4.
2.2 Pemanasan Global
Pemanasan global adalah naiknya temperatur atmosfer bumi yang disebabkan oleh
bertambahnya gas polutan seperti karbon dioksida5. Pemanasan global juga dapat berarti
kenaikan suhu lebih pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu-waktu
sebelum dalam sejarah manusia6. Pemanasan global dapat disebabkan oleh gas-gas rumah
kaca di dalam atmosfer, intensitas sinar matahari yang masuk ke bumi dan perubahan iklim
juga mempengaruhi pemanasan global.
2.3 Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca adalah peristiwa alamiah yang kejadiannya mirip dengan pantulan
panas di dalam rumah kaca yang digunakan petani menanam sayuran pada musim dingin di
negara yang mengenal 4 musim. Sinar matahari yang masuk ke dalam rumah kaca untuk
membantu proses asimilasi. Sisa panas dari matahari seharusnya dikeluarkan ke atmosfer.
Akan tetapi, adanya bilik kaca dan atap kaca memantulkan kembali panas tersebut sehingga
udara di dalam bilik kaca (ruangan) tersebut naik dan menjadi hangat. Pantulan panas
kembali ke ruangan, yang menjadikan suhu dalam ruangan hangat, hal inilah disebut efek
rumah kaca.7 Gas-gas ini memungkinkan sinar matahari masuk namun memerangkap
sebagian panas yang terpancar kembali dari permukaan bumi, sehingga membantu
menciptakan iklim sedang yang memungkinkan proliferasi organisme hidup dalam jumlah
besar dan beragam8. Tapi, dalam aktivitasnya orang telah menyebabkan tingginya konsentrasi
gas rumah kaca (karbon dioksida, metana, nitrogen oksida dan lain-lain) telah membuat suhu
atmosfer semakin tinggi. Di dalamnya terjadi penggunaan bahan bakar seperti batubara, gas,
minyak bumi dan sebagainya dalam aktivitas pembuatan energi telah melepaskan karbon
dioksida dan dinitrogen oksida. Inilah dua jenis gas rumah kaca yang membuat perubahan
iklim. Selain itu, ada beberapa alasan lainya seperti penebangan hutan dan gaya hidup yang
buruk.
2.4 Proses terjadinya
Di keliling bumi ada lapisan “selimut” yang terbentuk karena adanya gas rumah kaca
dan partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi. Lapisan di atmosfer bumi tersebut
memantulkan kembali panas dari bumi sehingga bumi pun menjadi hangat. Gas rumah kaca
4
Dana Desonie, Climate-Cause and Effects of Climate Change (New York, Chelsea House, 2008),
hlm. iv.
5
Tim redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia… hlm 819.
6
Dana Desonie, Climate-Cause …, hlm. iv.
7
Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pemanasan Global (Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 47.
8
Dana Desonie, Climate-Cause …, hlm. v.
inilah yang menjadi penyebab utama efek rumah kaca, sementara partikel yang melayang-
layang di atmosfer bumi hanya memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadapnya.
Gas rumah kaca itu sendiri adalah gas yang timbul secara alamiah dan merupakan akibat
kegiatan industri. Contoh gas rumah kaca adalah CO₂ (karbondioksida), CH₄ (metana), N₂O
(nitrogen oksida), CFC (chloro fluoro karbon), HFC (hidro fluoro karbon), PFC (perfluoro
karbon), SF₆ (sulphur heksafluoro). Jika gas rumah kaca terlepas ke atmosfer dan sampai
pada ketinggian troposfer, akan terbentuk lapisan “selimut” atau “rumah kaca” yang
mengungkung bumi. Adapun partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi berasal dari
letusan gunung berapi berupa debu (abu) vulkanik. Saat melayang-layang di atmosfer bumi
sebelum kemudian jatuh ke bumi, debu (abu) vulkanik tersebut berlaku sebagai lapisan
selimut yang mengungkung bumi. Rumah kaca inilah yang akan memantulkan sebagian
panas dari bumi kembali lagi sehingga bumi dan atmosfer menjadi hangat. Bila peristiwa ini
berlanjut, hal inilah yang dinamai pemanasan global.
9
Odi Roni Pinontoan — Oksfriani Jufri Sumampouw, Dasar Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta:
Deepublish, 2012), hlm. 258.
10
Putri Setiani, Sains Perubahan Iklim (Jakarta: Bumi Aksara, 2020), hlm. 43-44.
Akibatnya, dalam bidang pertanian serta dapat memicu badai pasir dan debu yang dapat
memindahkan miliaran ton pasir hingga ke berbagai benua. 11
Volume dan Suhu Laut Meningkat: Dalam beberapa tahun terakhir, suhu air laut
meningkat lebih cepat di hampir seluruh kedalaman laut. Peningkatan volume air laut
juga disebabkan oleh mencairnya lapisan es. Peningkatan volume air laut ini bisa
mengancam komunitas pesisir dan pulau. Tak hanya itu, lautan bisa menyerap karbon
dioksida. Semakin banyak karbon dioksida yang terserap lautan, maka kehidupan biota
laut dan terumbu karang akan terancam.12
Beberapa Spesies Punah: Perubahan iklim menyebabkan beberapa spesies punah, sebab
banyak spesies yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang ada. 13
Mengganggu Suplai Makanan: Perubahan iklim dapat mengganggu sektor perikanan,
pertanian, dan peternakan. Ketiga sektor tersebut menjadi kurang produktif saat terjadi
perubahan iklim. Kondisi tersebut membuat suplai makanan menjadi terganggu.
Meningkatkan Risiko Kesehatan: Dampak perubahan iklim ini dipicu oleh peristiwa
seperti polusi udara, perubahan cuaca yang ekstrem, dan lain sebagainya. Sementara itu,
kemarau panjang akibat perubahan iklim dapat menyebabkan bakteri, virus, jamur, dan
parasit berkembang dengan cepat. Mikroorganisme tersebut bisa berkembang dengan
cepat akibat kelembapan udara saat musim kemarau cukup tinggi. Kondisi ini
menyebabkan banyak orang terjangkit penyakit yang berhubungan dengan bakteri dan
udara seperti penyakit kulit. Kemarau panjang juga bisa menyebabkan kebakaran hutan,
sehingga kualitas udara buruk dan berpengaruh pada sistem pernapasan makhluk hidup.14
3.2 Dampak pemanasan global
Wabah Penyakit: Kenaikan suhu akibat pemanasan global dapat mengakibatkan daya
tahan tubuh makhluk hidup menurun, sehingga manusia dapat dengan mudah terjangkit
penyakit.
Kualitas dan Kuantitas Air Menurun: Curah hujan yang terlampau tinggi bisa
menurunkan kualitas sumber air. Di samping itu, kenaikan suhu juga berakibat pada kadar
klorin dalam air bersih.
Suhu Air Laut Meningkat: Suhu laut meningkat akibat adanya pemanasan global. Hal ini
menyebabkan makhluk hidup di dalam laut mati dan keseimbangan ekosistem terganggu.
Permukaan Air laut naik: Mencairnya es di kutub-kutub bumi dapat mendorong terjadinya
banjir di sekitarnya. Pulau-pulau kecil juga bisa tenggelam akibat hal ini.
11
Odi Roni Pinontoan — Oksfriani Jufri Sumampouw, Dasar Kesehatan..., hlm. 261.
12
Odi Roni Pinontoan — Oksfriani Jufri Sumampouw, Dasar Kesehatan..., hlm. 261.
13
H. J. Mukono, Analisis Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
(Surabaya: Airlangga University Press, 2018), hlm. 77.
14
Odi Roni Pinontoan — Oksfriani Jufri Sumampouw, Dasar Kesehatan..., hlm. 262.
4. Dampak terhadap daerah
4.1 Indonesia
Letak geografis Indonesia yang diapit dua benua dan berada di antara dua samudra
berpengaruh besar terhadap keadaan alam maupun kehidupan penduduk. Letak ini juga
disebut/dikenal sebagai posisi silang (cross position). Letak geografis ini sangat strategis
untuk negara Indonesia, sebab tidak hanya kondisi alam yang mempengaruhi kehidupan
penduduk Indonesia, tetapi juga lintas benua dan samudra ini berpengaruh terhadap
kebudayaan yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing, yakni dalam bidang seni,
bahasa, peradaban, dan agama dengan keanekaragaman suku-bangsa yang kita miliki. 15
Kecenderungan perubahan iklim di Indonesia oleh ulah dan aktivitas manusia seperti
urbanisasi, deforestasi, industrialisasi, dan oleh aktivitas alam seperti pergeseran kontinen,
letusan gunung berapi, perubahan orbit bumi terhadap matahari, noda matahari dan El- Nino.
Pembangunan berwawasan lingkungan perlu memperhatikan usaha pemeliharaan sistem
alami dan perlu menganalisis dampak pembangunan terhadap iklim. Atmosfer di atas kota
besar dan di kawasan industri terasa lebih panas dan lebih kotor oleh gas buangan kendaraan
bermotor dan oleh proses industri dibandingkan dengan atmosfer di atas hutan atau di daerah
pegunungan yang terasa sejuk dan lebih bersih. Beberapa pencemar yang berada di atmosfer
bawah terutama di troposfer dapat mengganggu keseimbangan radiasi yang pada gilirannya
dapat mengubah iklim. Pencemar berupa gas dapat mempengaruhi iklim melalui efek rumah
kaca.16
Efek perubahan iklim semakin nyata dirasakan masyarakat di penjuru dunia, termasuk
di Indonesia. Di antara efek yang muncul di Indonesia adalah, musim panas yang cukup
panjang. Sehingga berpotensi memicu kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta beragam
dampak lainnya. Perubahan iklim memicu peningkatan jumlah bencana alam. Pada periode
waktu sepanjang 2022 terjadi sekitar tiga ribu bencana alam di Indonesia, dalam rata-rata 10
bencana dalam sehari. Negara Indonesia termasuk negara yang sangat mudah dipengaruhi
oleh perubahan iklim dengan dampaknya seperti cuaca ektrem, longsor, banjir dan
pemanasan yang ekstrem. Dampak langsung terjadi di Indonesia yaitu terjadinya kenaikan
suhu di Indonesia serta diprediksi pada tahun 2050 akan terjadi kenaikan suhu sebanyak 2
derajat celcius. Bersamaan dengan itu pula terjadi mencairnya es kutub utara yang akan
menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga diramalkan kota pantai akan tenggelam.
6. Kesimpulan
Pemanasan global, sebenarnya, sudah menjadi isu yang tidak asing lagi bagi seluruh
lapisan masyarakat. Namun, kesadaran untuk sungguh serius dalam memperhatikan
lingkungan masih belum dalam kata cukup. Masih hanya sekelompok orang saja yang
tergolong dalam gerakan pecinta lingkungan yang terlibat. Maka, umat manusia dipanggil
untuk mengakui perlunya perubahan dalam gaya hidup, produksi dan konsumsi, untuk
memerangi perubahan iklim dan pemanasan global. Memang benar bahwa alam juga dapat
menyebabkan terjadinya hal tersebut di atas, tetapi sejumlah studi ilmiah menunjukkan
bahwa aktivitas manusialah yang sangat besar memengaruhi terjadinya perubahan iklim dan
pemanasan global. Perubahan iklim dan pemanasan global sangat berdampak buruk bagi
ritme kehidupan dan ketersediaan sumber daya alam yang juga diperlukan seluruh makhluk
hidup.
Oleh karena itu, sangat penting dan mendesaklah bagi kita semua untuk
mengembangkan cara-cara yang baik demi menekan tingginya fenomena alam ini, sambil
memperbaiki cara hidup kita yang konsumtif menggunakan semua hal yang menunjang
aktivitas manusia dengan “seperlunya” saja. Aktivitas manusia yang tampaknya sederhana
ternyata sangat berdampak besar bagi terjaga-nya alam ini.
17
Agnes Sri Mulyani, Pemanasan Global, Penyebab, Dampak dan Antisipasinya (Jakarta: Universitas
Kristen Indonesia, 2011), hlm. 10-16.
Daftar Kepustakaan
Desonie, Dana. Climate-Cause and Effects of Climate Change. New York, Chelsea House,
2008.
Mukono, H. J. Analisis Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global dan Perubahan
Iklim. Surabaya: Airlangga University Press, 2018.
Mulyani, Agnes Sri. Pemanasan Global, Penyebab, Dampak dan Antisipasinya. Jakarta:
Universitas Kristen Indonesia, 2011.
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si (Seri Dokumentasi Gerejawi No. 98), diterjemahkan
oleh R. Hardawiryana. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2016.
Pinontoan, Odi Roni. — Sumampouw, Oksfriani Jufri. Dasar Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: Deepublish, 2012.
Setiani, Putri. Sains Perubahan Iklim. Jakarta: Bumi Aksara, 2020.
Tim redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai
Pustaka, 2005.
Ulismin, Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia. Medan: Unimed, 2013.
Wardhana, Wisnu Arya. Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta: Andi, 2010.