Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia. Semakin
banyak terjadi fenomena penyimpangan cuaca seperti badai, angin ribut,hujan deras, serta
perubahan musim tanam. Belum lagi ancaman badai tropis, tsunami, banjir, longsor,
kekeringan,meningkatnya potensi kebakaran hutan, punahnya berbagai jenis ikan dan rusaknya
terumbu karang, serta krisis air bersih, bahkan peningkatan penyebaran penyakit parasitik seperti
Malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD), serta terjadi peningkatan insiden alergi, penyakit
pernafasan dan radang selaput otak (encephalitis).Menurut sebagian besar pakar, kejadian ini
diakibatkan oleh pemanasan global (global warming),akibat dari meningkatnya kandungan gas
rumah kaca .

Isu pemanasan global ini sedang hangat dibicarakan di dunia, apalagi dengan adanya
fenomena musim dingin yang hangat di tahun 2006-2007. Rata-rata temperatur global tahun 2006
1,2°C lebih hangat daripada rata-rata temperatur di abad ke-20. Hasil pengamatan ilmuwan dari
berbagai negara yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang
menunjukkan bahwa ternyata selama tahun 1990 - 2005 telah terjadi peningkatan suhu merata di
seluruh bagian bumi, yaitu antara 0,15 - 0,3°C. Hal ini menimbulkan berbagai masalah, antara lain
tenggelamnya pulau-pulau kecil akibat naiknya permukaan air laut sebagai dampak dari
mencairnya es di Greenland dan Antartika (± 1 meter pertahun). Berdasarkan penelitian para
ilmuan yang tergabung dalam Lembaga Survei Antartika (BIA) baru baru ini, lebih dari 1 juta hektar
bongkahan es di wilayah bagian barat antartika atau lingkar kutub selatan terancam meleleh atau
pecah. Hal ini merupakan indikator kondisi antartika yang berubah cepat, akibat peningkatan suhu
bumi. PBB sangat mengkhawatirkan kondisi ini, karena ini merupakan acaman terbesar yang
melanda dunia kedepannya.Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun
2040 lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Luapan air laut makin lama makin luas,
sehingga akhirnya menelan seluruh pulau.Tanda lain yang tidak luput dari perhatian adalah
menghilangnya salju yang dulu menyelimuti beberapa tempat di wilayah Indonesia, seperti salju di
puncak Gunung Jayawijaya di Papua. Serta dari hasil studi yangdilakukan ilmuwan di Pusat
Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2007
mengungkapkan bahwa, ternyata permukaanair laut Teluk Jakarta meningkat setinggi ± 0,8 cm

B. Rumusan Masalah

1.Apa penyebab terjadinya pemanasan global?

2.Apa pengaruh pemanasan global terhadap lingkungan?

3. Apa pengaruh pemanasan global terhadap kesehatan?

4. Apa solusi pemanasan global?

C. Tujuan

Makalah mini riset ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui penyebab dan pengaruh dari
pemanasan global yang terjadi pada saat ini, serta untuk mengetahui solusi untuk mengurangi
pemanasan global.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pemanasan Global

Bumi merupakan tempat hidup manusia dan matahari sebagai salah satu sumber energi
kehidupan. Konsekuensinya manusia wajib menggunakan secara bijak agar kelestarian lingkungan
dapat dijamin demi kelangsungan hidup manusia.

Kenyataan yang tampak sekarang, sebagian di antara manusia telah memanfaatkan bumi dan
isinya secara bebas dan tak terbatas, dan telah berakibat pada terjadinya perubahan lingkungan
menuju kerusakan dunia yang berkelanjutan, salah satunya telah dirasakan dampak pemanasan
global dan akibatnya.

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan
daratan Bumi yang di sebabkan oleh terperangkapnya gelombang panjang matahari (gelombang
panas atau infra merah) yang di Pancarkan ke bumi oleh gas gas rumah kaca.Ada enam jenis gas
rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global, yaitu Karbondioksida ( CO² ), Metana
( CH4 ), Nitrous oksida ( N2O ), Hydroperfluorokarbon ( HFCs ), Perfluorokarbon ( CFCs ), Sulfur
Heksaflorida ( SF6).

Hasil pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan antara lain gas C02 dalam skala global
berjumlah miliaran ton setiap tahun, disemburkan ke atmosfir Bumi. Akibatnya, sinar matahari
yang tiba ke permukaan Bumi tidak Ieluasa dipancarkan kembali ke ruang angkasa. Panas tersebut
terperangkap dekat permukaan Bumi, menghasilkan gejala seperti di rumah kaca yang digunakan
untuk menyemaikan tanaman.

Selain disebabkan oleh gas gas rumah kaca, pemanasan global juga terjadi akibat makin
menipisnya lapisan ozon di atmosfer.Karena makin tipis lapisan-lapisan teratas atmosfer, maka
matahari semakin leluasa memancarkan gelombang pendeknya (termasuk ultraviolet) memasuki
bumi.Selanjutnya radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panjang atau
gelombang panas matahari (infra merah).

Temperatur rata-rata permukaan Bumi sekitar l5°C (59°F). Selama seratus tahun terakhir, rata-
rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit).
Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4 - 5,8 derajat Celsius (2,5 - 10,4
derajat Fahrenheit) pada tahun 2100. Kenaikan temperatur ini akan mengakibatkan mencaimya es
di kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta
menaikkan permukaannya sekitar 9 - 1 00 em ( 4 - 40 inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai,
bahkan dapat menenggelamkan pulaupulau. Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan
menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering.Kekeringan
tanah ini akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di
dunia. Hewan dan tanaman akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak
mampu berpindah akan musnah. Potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini
sangat besar sehingga ilmuan-ilmuan temama dunia menyerukan perlunya kerjasama intemasional
serta reaksi yang cepat untuk mengatasi masalah perubahan iklim global ini.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah sebagai lawannya adalah eksperimen.Metode
penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan mendalam dan
dilakukan dengan mengumpulkan data sedalam-dalamnya.

B. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka.Metode studi pustaka
adalah metode dengan pengumpulan data dengan cara memahami dan mempelajari teori-teori
dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian.

BAB IV

HASIL
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa penyebab utama pemanasan global adalah gas-gas
rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca.Gas-gas rumah kaca ini setiap tahunnya semakin
meningkat.Efek gas-gas rumah kaca ini diakibatkan oleh tingkah laku manusia sendiri yang
menggunakan energi bahan bakar fosil yang berlebihan.

BAB V

PEMBAHASAN
A. Penyebab terjadinya pemanasan global

Sekarang ini pemanasan global telah menjadi masalah bersama negara-negara di dunia, di
mana pemanasan global ini telah menimbulkan dampak pada perubahan iklim dan memicu
terjadinya bencana alam yang membahayakan kehidupan manusia di muka Bumi.

Planet Bumi telah menghangat juga mendingin berkali-kali selama 4,65 milyar tahun
sejarahnya. Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, para ilmuan beranggapan hal
ini disebabkan oleh aktifitas manusia.Indonesia adalah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia
setelah Cina sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan
gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Belum lagi polusi udara yang
ditimbulkan dari asap kendaraan bermotor di kota-kota besar, asap pabrik dari negara-negara
industri. Bukan hanya itu, penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil,
seperti batu bara,minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida (CO²) dan gas-gas
lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer, yang menyebabkan Efek Rumah
Kaca.Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insolator yang
menahan lebih banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi. Bumi memanas akibat dari
sinar matahari yang sudah masuk ke bumi tidak bisa keluar karena gas-gas rumah kaca ini
membentuk lapisan di atmosfer yang memantulkan sinar matahari. Hal ini terjadi akibat
peningkatan jumlah gas ini melebihi kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengadsorpsinya.

Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila
kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan
peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya
konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan
dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi
menjadi meningkat.

Berikut ini akan dipaparkan aktivitas manusia yang bisa menyebabkan efek rumah kaca semakin
meningkat, di antaranya:

1.Pembuatan Energi listrik


Pembuatan energi listrik dengan membakar bahan bakar fosil akan menghasilkan emisi
global dalam jumlah besar. Sebagian besar energi listrik masih dihasilkan dengan membakar batu
bara, minyak, atau gas. Pembakaran ini akan menghasilkan karbon dioksida dan dinitrogen oksida,
yakni gas rumah kaca berbahaya yang menyelimuti Bumi dan memerangkap panas matahari.
Hanya sekitar seperempat dari energi listrik global yang dihasilkan dari angin, tenaga surya, dan
sumber daya terbarukan lainnya. Tidak seperti bahan bakar fosil, sumber daya terbarukan hanya
sedikit atau tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau polusi udara.

2.Manufaktur Barang dan Industri

Manufaktur dan industri menghasilkan emisi, yang sebagian besar berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi guna membuat berbagai hal seperti
semen, besi, baja, elektronik, plastik, pakaian, dan barang lainnya. Pertambangan dan proses
industri lainnya juga menghasilkan gas, begitu pula industri konstruksi. Mesin yang digunakan
dalam proses manufaktur sering kali beroperasi dengan batu bara, minyak, atau gas. Selain itu,
sejumlah bahan baku seperti plastik juga terbuat dari bahan kimia yang berasal dari bahan bakar
fosil. Industri manufaktur merupakan salah satu kontributor emisi gas rumah kaca terbesar di
seluruh dunia.

3.Penebangan Hutan

Penebangan hutan untuk membuat lahan pertanian atau peternakan, ataupun untuk
alasan lainnya, akan menghasilkan emisi, karena pohon yang ditebang akan melepaskan karbon
yang tersimpan di dalamnya. Sekitar 12 juta hektar hutan dihancurkan setiap tahunnya. Karena
hutan menyerap karbon dioksida, penghancurannya juga akan membatasi kemampuan alam dalam
mengurangi emisi di atmosfer. Penggundulan hutan dan perubahan fungsi lahan lainnya,
merupakan penyumbang sekitar seperempat dari emisi gas rumah kaca global.

4.Penyupalian Energi Untuk Bangunan

Bangunan tempat tinggal dan komersial memakai lebih dari setengah energi listrik
global. Seiring dengan berlanjutnya penggunaan batu bara, minyak, dan gas alam untuk sistem
penghangat dan pendingin, bangunan tempat tinggal dan komersial menghasilkan jumlah emisi gas
rumah kaca yang signifikan. Naiknya permintaan energi untuk sistem penghangat dan pendingin
dengan bertambahnya jumlah orang yang memiliki AC, serta meningkatnya pemakaian energi
listrik untuk penerangan, peralatan, dan perangkat terhubung, telah berkontribusi pada
peningkatan emisi karbon dioksida terkait energi dari bangunan dalam beberapa tahun terakhir.

5.Produksi Makanan

Produksi makanan menghasilkan emisi karbon dioksida, metana, dan gas rumah kaca
lainnya dengan berbagai cara, termasuk melalui penggundulan hutan dan pembersihan lahan
untuk pertanian dan penggembalaan, gas dari sapi dan domba, produksi dan penggunaan pupuk
dan pupuk kandang untuk bercocok tanam, serta penggunaan energi untuk menjalankan peralatan
pertanian atau perahu nelayan yang biasanya menggunakan bahan bakar fosil. Semua hal tersebut
menjadikan produksi makanan sebagai kontributor utama bagi perubahan iklim. Selain itu,
pengemasan dan pendistribusian makanan juga menghasilkan emisi gas rumah kaca.

6.Penggunaan Transportasi

Sebagian besar mobil, truk, kapal, dan pesawat beroperasi menggunakan bahan
bakar fosil. Hal ini menjadikan sektor transportasi sebagai kontributor utama gas rumah kaca,
terutama emisi karbon dioksida. Kendaraan darat menghasilkan emisi paling banyak karena adanya
pembakaran produk berbahan dasar minyak bumi, seperti bensin, dalam mesin pembakaran
internalnya. Namun, emisi dari kapal dan pesawat terus meningkat. Transportasi menyumbang
hampir seperempat dari emisi karbon dioksida global terkait energi. Selain itu, tren menunjukkan
bahwa akan terjadi peningkatan signifikan dalam penggunaan energi untuk transportasi pada
tahun-tahun mendatang.

B. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Lingkungan

Sejak revolusi industri, konsentrasi gasgas rumah kaca telah meningkat, terutama dalam
kaitannya dengan aktivitas manusia.Sepanjang lima puluh tahun terakhir penetrasi gas-gas rumah
kaca (GRK) ke atmosfer.Efek gas-gas rumah kaca diibaratkan suatu kaca yang menaungi Bumi
seperti kaca pada atap rumah kaca yang digunakan untuk peoelitian suatu tanaman.Efek gas-gas
rumah kaca memantulkan berulang-ulang radiasi yang masuk ke Bumi sehingga mengakibatkan
temperatur di Bumi naik.

Kenaikan temperatur di Bumi yang di akibatkan pemanasan global, mempengaruhi lingkungan


dalam beberapa hal, di antaranya:

1. Cuaca.

Gejala yang sangat jelas dari pemanasan global adalah berubahnya iklim, contohnya, hujan
deras yang masih sering datang saat musim kemarau.Salah satu contoh di Indonesia, misalnya
kejadian banjir besar pada bulan Februari 2007 lalu yang merendam lebih dari separuh DKI Jakarta.
Menurut perkiraan, dalam 30 tahun terakhir ini, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus
bergeser. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena
lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah
hujan, secara ratarata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Badai akan
menjadi lebih sering. Selain itu airbakan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa
daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar.Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa
periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih
ekstrim.Saat sekarang terutama 2-3 tahun ke belakang sangat sulit untuk memprediksi cuaca.

2. Suhu.

Seiring dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, suhu permukaan global juga
meningkat. Dekade terakhir, 2011-2020, adalah dekade terpanas yang pernah tercatat. Sejak 1980-
an, setiap dekade menjadi lebih panas dari dekade sebelumnya. Hampir semua area daratan
mengalami lebih banyak hari-hari panas dan gelombang panas. Suhu yang lebih tinggi
meningkatkan jumlah kasus penyakit terkait panas dan mempersulit pekerjaan luar ruangan.
Kebakaran hutan lebih mudah terjadi dan lebih cepat menyebar saat kondisi lebih panas. Suhu di
Arktik telah meningkat setidaknya dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

3. Kekeringan.
Perubahan iklim mengubah ketersediaan air, sehingga menjadikannya semakin langka di
lebih banyak wilayah. Pemanasan global memperburuk kekurangan air di wilayah yang sudah
mengalami kesulitan air. Pemanasan global juga menyebabkan peningkatan risiko kekeringan
pertanian yang akan memengaruhi tanaman, serta kekeringan ekologis yang akan meningkatkan
kerentanan ekosistem. Kekeringan juga dapat memicu badai pasir dan debu destruktif yang dapat
memindahkan miliaran ton pasir melintasi benua. Gurun menjadi semakin luas, sehingga lahan
untuk bercocok tanam berkurang. Kini banyak orang menghadapi ancaman kekurangan air secara
berkala.

4. Peningkatan Volume dan Suhu Lautan.

Apabila kenaikan temperatur global terjadi, permukaan laut akan naik akibat peleburan
gletser-gletser dan gunung-gunung es di daerah kutub, yang pada gilirannya mengakibatkan
permukaan laut lebih tinggi.Kenaikan Permukaan laut mempunyai dampak langsung pada garis
pantai dan bahkan dapat membanjiri pulau-pulau kecil atau kawasan kota yang rata dengan
pantai.Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama
abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi)
pada abad ke-21. Lautan menyerap sebagian besar panas dari pemanasan global, akibatnya suhui
di lautan menjadi meningkat.Peningkatan suhu lautan terjadi jauh lebih cepat selama dua dekade
terakhir, di seluruh kedalaman laut.

5. Rusaknya Terumbu Karang.

Selain bisa menyerap sebagian besar dari pemanasan global, lautan juga menyerap
karbon dioksida, sehingga mengurangi jumlahnya di atmosfer. Namun, semakin banyaknya karbon
dioksida membuat lautan menjadi lebih asam, sehingga membahayakan biota laut dan terumbu
karang.

Pemanasan global telah menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati laut. Salah


satunya terjadi pada komunitas terumbu karang dari jenis hermatifik (hermatypic coral), yaitu
hewan karang pembentuk bangunan/kerangka karang dari tumpukan kapur (CaCO3) sebagai hasil
fotosintesis jutaan alga zooxanthellae yang hidup bersimbiosis dalam jaringan tubuh hewan karang
tersebut.
6. Kepunahan Spesies.

Perubahan iklim menimbulkan risiko bagi kelangsungan hidup spesies di darat dan di
laut. Risiko ini meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Dengan diperburuk oleh perubahan
iklim, dunia kehilangan spesies 1.000 kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya dalam sejarah
manusia. Satu juta spesies terancam akan punah dalam beberapa dekade mendatang. Perubahan
iklim menimbulkan banyak ancaman, antara lain kebakaran hutan, cuaca ekstrem, serta hama dan
penyakit yang invasif. Spesies tertentu akan dapat berpindah tempat dan bertahan hidup, tetapi
yang lainnya tidak akan dapat bertahan.

C. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Kesehatan

Pemanasan global yang mengakibatkan pola iklim terganggu, juga menyebabkan efek
tidaklangsung terhadap kesehatan manusia. Efek terhadap pola hujan yang meningkatkan bencana
banjir dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit perut seperti diare karena efeknya pada
sumber air dan penyediaan air bersih.

Penyakit diare merupakan penyebab signifikan kesakitan dan kematian secara global. Dua juta
anak-anak meninggal setiap tahunnya di negara dengan penduduk berpenghasilan menengah ke
bawah walaupun sudah ada peningkatan penggunaan oralit untuk terapinya. Kesakitan dan
kematian tersebut berhubungan dengan pemakaian air yang tidak memenuhi syarat kesehatan
serta higienedan sanitasi lingkungan yang tidak memadai. Walaupun demikian,diare juga masih
menjadi masalah di negara dengan penduduk berpenghasilan menengah ke atas, karena diare
tidak hanya berhubungan dengan higiene dan sanitasi lingkungan, tetapi juga berhubungan
dengan praktek higiene dan keamanan pangan.

Selain diare, wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang
diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka
dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Anopheles misalnya
adalah jenis nyamuk vektor utama penyakit malaria yang selama ini dianggap hanya mampu
berkembang biak pada daerahdaerah tropis saja dengan suhu tidak kurang dari 16 derajat celcius
dan pada ketinggian kurang dari 1000 m. Namun laporan terakhir menunjukkan nyamuk ini telah
ditemukan juga di daerah-daerah subtropis dan pada ketinggian yang sebelumnya tidak ditemukan
anopheles seperti di Afrika Tengah dan Ethiopia. Saat ini 45% penduduk dunia tinggal di daerah di
mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit. Persentase ini akan meningkat
menjadi 60% jika temperature meningkat.

Perubahan temperatur, kelembaban udara, dan curah hujan yang ekstrem mengakibatkan
nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor yang tertularkan penyakitpun bertambah. Penyakit-
penyakit tropis lainnya yang dapat menyebar melalui nyamuk ini yatu seperti Malaria, Demam
Berdarah Dengue (DBD), demam kuning, dan cikungunya

Terdapat sejumlah penyakit yang diprediksi prevalensinya akanmeningkat sebagai akibat


perubahan iklim. WHO (2004) telahmengidentifikasi beberapa penyakit yang sangat besar
kemungkinankarena perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya wabah.
Telahdirekomendasikan memasang sistem peringatan dini untuk memonitorperubahan distribusi
penyakit.

Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi, penyakit pernafasan dan radang
selaput otak ((encephalitis),karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora
mold dan serbuk sari. Akibat Pemanasan Global yang berdampak pada bencana alam seperti banjir
juga akan memicu masalah kesehatan masyarakat lain, termasuk juga jenis penyakit lainnya seperti
Diare, Leptospirosis, Asma, Kanker Kulit dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (COPD).

D. Solusi Pemanasan Global

Isu pemanasan global ini bukanlah isu baru bagi dunia, dimana gagasan dan program
menurunkan emisi secara internasional telah dilakukan sejak tahun 1979 dalam bentuk perjanjian
internasional, yaitu United Nation Framework Convention on Climate Change ( UNFCC )/ Konvensi
Kerangka Kerja PBB Tentang Perubahan Iklim atau lazim disebut Konvensi Perubahan Iklim.
Konvensi ini disahkan di Rio de Janeiro pada 14 Mei 1992 sebagai salah satu komitmen dalam KTT
Bumi, dan mulai berlaku 21 Maret 1994.
Efek rumah kaca dan akibat-akibatnya yang mungkin ditimbulkan telah mendorong lahimya
Protokol Kyoto. Protokol Kyoto, adalah sebuah traktat internasional yang memperpanjang
Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB untuk mengurangkan emisi gas rumah kaca. Ia
berdasarkan konsensus ilmiah yang menyatakan bahwa pemanasan global disebabkan oleh emisi
CO₂ pada atmosfer Bumi. Protokol ini telah disepakati pada Konferensi ke-3 Negara-negara pihak
dalam Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang tanggal 11
Desember 1997. Dan terbuka untuk ditandatangani dari tanggal 16 Maret 1998 sampai 15 Maret
1999 di Markas Besar PBB, New York. Pada waktu itu Protokol telah ditandatangani oleh 84 negara
penandatangan. Namun demikian, bagi negara pihak yang belum menandatanganinya dapat
mengaksesi protokol tersebut setiap saat.

Pemerintah dunia mulai melakukan berbagai upaya penegakan hukum terhadap unit
usahalkegiatan yang tidak melalukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dengan baik, karena
upaya pengelolaan lingkungan hidup sebagai bagian yang integral dari upaya pembangunan yang
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Penegakan hukum lingkungan secara konsekuen
tentunya perlu keseriusan dari seluruh lepisan masyarakat sehingga permasalahan lingkungan
dapat diminimalisasikan.

Pada skala kecil masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengurangi akibatnya, antara lain
dengan :

1. Menghemat energi di rumah

Sebagian besar listrik dan panas kita ditenagai oleh batu bara, minyak, dan gas. Gunakan lebih
sedikit energi dengan menurunkan pemanasan dan pendinginan, beralih ke bola lampu LED dan
peralatan listrik hemat energi, mencuci cucian dengan air dingin, atau menggantung barang-
barang hingga kering daripada menggunakan pengering.

2. Melestarikan Keanekaragaman hayati

Sumber daya hayati dengan segala keanekaragamannya mempunyai peranan yang besar dalam
menjamin kelestarian peradaban sesuatu bangsa.Kemampuan mengelola pengekspliotannya
secara terlanjutkan, kemahiran dalam mendapatkan altematif bagi sesuatu komoditas yang mulai
langka, pengembangan potensinya yang belum terungkap, pengetahuan mengembangkan melalui
perakitan dan teknologi pemanfaatan lainnya harus dikuasai.

Kekayaan alam meliputi sumber sumber tak terhabiskan seperti sinar matahari, angin, dan air.
Sumber daya alam tak terpulihkan adalah mineral, minyak dan teknologi dan sumberdaya manusia
yang menguasainya.

BAB VI

KESIMPULAN

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan


temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang
disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),
dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi.
Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada
kisaran 1,5 – 40 °C pada akhir abad 21.

Pemanasan global yang setiap tahunnya semakin tinggi, mempengaruhi lingkungan. Di antaranya
seperti, cuaca yang tidak menentu, meningkatnya temperatur suhu di Bumi, kekeringan yang
berkepanjangan, peningkatan volume dan suhu lautan. Selain mempengaruhi lingkungan,
pemanasan global juga mempengaruhi kesehatan seperti, penyakit diare, Malaria, demam
berdarah (DBD), dan juga cikungunya.
Pemerintah Dunia telah memberlakukan undang-undang untuk mengurangi pemanasan global.
Salah satu undang-undang yang di berlakukan pemerintah Dunia adalah Protokol Kyoto.
Sementara itu hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mengurangi pemanasan global adalah
menghemat energi seperti, beralih ke kendaraan listrik, menggunakan lampu LED, menggunakan
transportasi umum daripada kendaraan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai