“Global Warming”
( Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata pelajaran fisika semester 2 )
Disusun oleh :
XI MIPA 1
Guru pengampu :
2019
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan baik!
1. Apa yang dimaksud dengan ‘pemanasan global (global warming)’?
2. Apa bukti akurat yang diusulkan para ahli meteorologi yang menunjukkan bahwa
bumi ini mengalami peningkatan suhu global?
3. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pemanasan global?
4. Apa dampak buruk dari adanya pemanasan global?
5. Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca dan jelaskan mekanisme kejadiannya?
6. Apa fungsi dari laposan ozon di atmosfer dan apa dampaknya seandainya lapisan
ozon tersebut menipis? Lalu apa hal yang menyebabkan lapisan ozon menipis?
7. Salah satu hal yang berkontribusi terhadap meningkatkan suhu global adalah
‘deforestri’ atau perusakan hutan. a) Jelaskan mengapa hutan penting untuk menjaga
suhu global?, b) apa penyebab terjadinya ‘deforestri’?, c) Bagaimana usul Anda
untuk mengatasinya?
8. Jelaskan pengaruh pemanasan global terhadap : a) perubahan habitat, b) gangguan
kehidupan laut, c) gangguan cuaca, d) meningkatnya permukaan laut, e) kesehatan
manusia, f) hasil panen!
9. Apa solusi yang dapat Anda usulkan untuk menjaga bumi ini dari dampak buruk
pemanasan global?
10. Apa saran atau masukan Anda bagi pemerintah sebagai stake holder pengambil
kebijakan berkaitan dengan upaya menjaga pemanasan global?
Jawaban :
1. Berikut disajikan beberapa pengertian pemanasan global dari berbagai sumber :
a) Pemanasan global berasal dari dua kata yaitu “pemanasan” yang berarti proses,
cara, perbuatan memanasi atau memanaskan dan “global” yang berarti bersangkut
paut, mengenai, meliputi seluruh dunia. Maka secara harfiah, pemanasan global
berarti naiknya temperatur atmosfer bumi yang disebabkan oleh bertambahnya
gas polutan seperti karbon dioksida. ( KBBI V).
b) pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperature rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan bumi. Temperature bumi dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Peningkatannya rata-rata 0,60C, bahkan bisa lebih tinggi hingga 1,4
- 5,80C. saat ini temperatur permukaan bumi rata-rata sekitar 150°C (Susanta
dkk, 2007).
c) pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena
peningkatan temperature global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah
kaca (grrenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas
seperti karbondioksida (CO2), metana(CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC
sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. (Johannis).
d) pemanasan global adalah suatu kondisi dimana terjadinya suatu peningkatan suhu
pada permukaan bumi yang diakibatkan karena adanya suatu peningkatan pada
emisi gas karbon dioksida. Terjadinya peningkatan gas karbon dioksidan yang
mengakibatkan suatu pemanasan global ini adalah sebuah dampak dari kegiatan
manusia yang berlebih terhadap penggunaan bahan bakar. (Climatehotmap).
e) Menurut penulis, pemanasan global adalah suatu fenomena dimana temperatur
rata-rata permukaan bumi mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
sehingga terjadilah pemanasan di permukaan bumi yang bahkan pemanasan itu
dapat menyebabkan melelehnya es di kutub. Adapun peningkatan suhu itu
diakibatkan karena meningkatnya gas emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari
gas-gas buangan sisa pembakaran seperti asap knalpot kendaraan dan asap
pembuangan pabrik.
2. Bukti bumi mengalami peningkatan suhu.
a) Hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara yang tergabung
dalamIntergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menunjukkan
bahwa ternyata selama tahun 1990 – 2005 telah terjadi peningkatan suhu merata di
seluruh bagian bumi, yaitu antara 0,15 - 0,3°C. Hal ini menimbulkan berbagai
masalah, antara lain tenggelamnya pulau-pulau kecil akibat naiknya permukaan
air laut sebagai dampak dari mencairnya es di Greenland dan Antartika (± 1 meter
pertahun).
b) Berdasarkan penelitian para ilmuan yang tergabung dalam Lembaga Survei
Antartika (BIA) barubaru ini, lebih dari 1 juta hektar bongkahan es di wilayah
bagian barat antartika atau lingkar kutub selatan terancam meleleh atau pecah. Hal
ini merupakan indikator kondisi antartika yang berubah cepat, akibat peningkatan
suhu bumi.
c) Sejak akhir abad ke-19, rata-rata temperatur permukaan bumi sudah meningkat
sekitar satu derajat fahrenheit. Sedangkan kombinasi suhu laut dan daratan pada
tahun 2000 adalah sebesar 0,29°C di atas rata-rata suhu pada tahun 1961-1990
(Godish, 2004).
d) Green house effect terdiri dari CO2, gas metana, Nitrogen Oksida, CFC, dan
unsur-unsur kecil lainnya berulang-ulang memantulkan radiasi yang masuk ke
bumi sehingga mengakibatkan temperatur di bumi naik. Gas CO2 memiliki
kontribusi terbesar dalam pemanasan global yaitu sebesar 50%. Selanjutnya gas
CFC, metana, O3, dan Nitrogen Oksida berkontribusi sebesar kurang lebih 20%,
15%, 8%, dan 7%. Uap air juga termasuk greenhouseeffect. Namun, karena air
dianggap tetap (alami), maka air tidak dianggap sebagai penyebab perubahan
iklim oleh pemanasan global (Hidayati, R., 2001).
e) Data dari LAPAN menunjukkan bahwa suhu permukaan bumi telah memanas
sejak 150 tahun terakhir. Peningkatan suhu tersebut tidak konstan akan tetapi
siklus pemanasan dan pendinginan agak konsisten dalam beberapa dekade. Bukti-
bukti telah ditunjukan dengan adanya kenaikan muka air laut, pergeseran zona
iklim dan berkurangnya glatser pegunungan Alpen. Perubahan iklim
menimbulkan dampak pada Vegetasi, sumber air yang makin berkurang,
produktivitas bahan pangan menurun, kenaikan permukaan air laut, kesehatan
manusia terganggu.
3. Faktor-faktor penyebab terjadinya pemanasan global
a) Efek Rumah Kaca
Dalam beberapa kurun waktu ini, bumi menglami peningkatan suhu. Bahkan
dalam sebuah konferensi yang diadakan di Bali, akibat dari pemanasan ini es-es di
kutub bisa mencair dan bisa menenggelamkan pulau-pulau kecil tidak
berpenghuni di Indonesia akibat dari naiknya permukaan air laut. Bahkan bukan
hanya pulau-pulau kecil di Indonesia saja, beberapa pulau kecil di dunia seperti
Maladewa dan Vanuatu juga akan terdampak hal yang sama. Fenomena itu tidak
lain disebabkan karena meinngkatnya gas emisi sisa pembakaran seperti gas
karbon dioksida dari sisa pembakaran kendaraan bermotor dan asap pabrik. Gas
CO2 tersebut terperangkap di atmosfer bumi yang kemudian menjadi isolator
yang menahan lebih banyak panas dari sinar matahari yang dipancarkan ke bumi.
Kejadia tersebut disebut sebagai Greenhouseeffect atau disebut sebagai efek
rumah kaca.
Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata
1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang
akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun
2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan
semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap
atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
b) Penipisan Lapisan Ozon
Indikasi kerusakan lapisan ozon pertama kali ditemukan sekira tiga setengah
dekade yang lalu oleh tim peneliti Inggris, British Antarctic Survey (BAS), di
Benua Antartika. Beberapa tahun kemudian hasil pantauan menyimpulkan
kerusakan ozon di lapisan stratosfer menjadi begitu parah. Lapisan ozon
melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi ultraviolet Matahari. Namun, semakin
membesamya lubang ozon di kawasan kutub, bumi akhir-akhir ini sungguh
mengkhawatirkan. Bila hal tersebut tidak diantisipasi, bisa menimbulkan bencana
lingkungan yang luar biasa. Lapisan ozon sangat penting karena ia menyerap
radiasi ultra violet (UV) dari matahari untuk melindungi radiasi yang tinggi
sampai ke permukaan bumi. Radiasi dalam bentuk UV spektrum mempunyai jarak
gelombang yang lebih pendek daripada cahaya. Radiasi UV dengan jarak
gelombang adalah di antara 280 hingga 315 nanometer yang dikenali UV –B dan
ia merusak hampir semua kehidupan. Dengan menyerap radiasi UV-B sebelum ia
sampai ke permukaan bumi, lapisan ozon melindungi bumi dari efek radiasi yang
merusak kehidupan. Radiasi ultra ungu ini dapat membuat efek pada kesehatan
manusia, memusnahkan kehidupan laut, ekosistem, mengurangi hasil pertanian
dan hutan. Efek utama pada manusia adalah peningkatan penyakit kanker kulit
karena selain itu dapat merusak mata termasuk kataraks dan juga mungkin akan
melemahkan sistem imunisasi badan.
Bila penipisan lapisan ozon tetap berlanjut dengan laju seperti saat ini, suatu
bentuk bencana global yang menghancurkan kehidupan di Bumi hanyalah tinggal
menunggu waktu. Jika bahan-bahan yang merusak ozon dilarang penggunaannya,
berdasarkan perhitungan lubang pada lapisan ozon di atas kutub utara, tarnpaknya
belum akan menutup kembali sampai pertengahan abad ke-21 iniromida dan
bahan bakar hidrogen ternyata berpotensi merusak lapisan ozon.
c) Kerusakan Hutan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan terbesar,
yaitu 120,3 juta hektar (FWI/GFW, 2001). Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah
hutan konservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan
produksi (FWI/ GFW, 2001). Dari sisi keanekaragaman hayati, Indonesia
termasuk negara paling kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut situs web
Indonesian National Parks, Indonesia memiliki sekitar 10% spesies tanaman dari
seluruh tanaman di dunia, 12% spesies mamalia (terbanyak di seluruh dunia), 16%
reptil dan amfibi, 17% spesies burung dan lebih dari 25% spesies ikan di seluruh
dunia. Rampir seluruh spesies tersebut endemik atau tak terdapat di negara lain.
Padahal j ika hutan beserta keanekaragaman hayatinya dipelihara dengan baik,
maka sesungguhnya akan memberikan keuntungan bagi Indonesia, baik secara
sosial maupun ekonomi. Apalagi sektor-sektor seperti kehutanan, pertanian dan
perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan pariwisata, sesungguhnya
sangat bergantung pada keberadaan keanekaragaman hayati.
Selama ini yang terjadi justru sebaliknya. Sejak tahun I 970-an, kerusakan
hutan mulai menjadi isu penting, dimana penebangan hutan secara komersial
mulai dibuka secara besar-besaran. Menurut data Forest Watch Indonesia, laju
kerusakan hutan pada tahun 1985-1997 telah mencapai sebesar 2,2 juta per tahun
(FWI, 2001 ). Kerusakan hutan terutama disebabkan oleh penebangan liar,
kebakaran hutan (yang disengaja dan tidak disengaja), perkebunan skala besar
serta kerusakan- kerusakan yang ditimbulkan HPR (Rak Pengusahaan Rutan) dan
RTI (Rutan Tanaman Industri). Adapun jumlah C02 yang telah diserap oleh hutan
Indonesia pada tahun 1990 adalah sebesar 1500 MtC02 (Indonesia: The First
National Communication under UNFCCC, 1990). Sedangkan pada tahun 1994,
hutan Indonesia hanya menyerap sekitar 404 MtC02 (NET dan Pelangi, 2000).
Jadi, hanya dalam waktu 4 tahun, hutan Indonesia sudah "berhasil" melepaskan
emisi GRK ke atmosfer sebesar 1.096 MtC02.
4. Dampak negatif pemanasan global.
a) Perubahan cuaca
Gejala yang sangat jelas dari pemanasan global adalah berubahnya iklim,
contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki
bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Salah satu contoh di
Indonesia, misalnya kejadian banjir besar pada bulan Februari 2007 lalu yang
merendam lebih dari separuh DKI Jakarta. Menurut perkiraan, dalam 30 tahun
terakhir ini, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus bergeser. Musim
tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih
lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang
tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara ratarata, sekitar 1 persen untuk
setiap derajat Fahrenheit semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari
permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan
bumi menjadi meningkat. pemanasan. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu
air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi
lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.Saat sekarang
terutama 2-3 tahun ke belakang sangat sulit untuk memprediksi cuaca.
b) Perubahan tinggi permukaan air laut
Ketika atmosfer menghangat, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara
(Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi dan
lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, akibatnya gunung-gunung es di
kutub terutama sekitar Greenland akan mencair. Berdasarkan penelitian para
ilmuan yang tergabung dalam Lembaga Survei Antartika (BIA) barubaru ini, lebih
dari 1 juta hektar bongkahan es di wilayah bagian barat antartika atau lingkar
kutub selatan terancam meleleh atau pecah.
Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih
lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Perubahan tinggi ratarata permuka
laut ini diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Grafik. Perubahan Permukaan Air laut
Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai
berikut :
1. Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir
2. Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan manggove (hutan bakau)
3. Meluasnya intrusi air laut
4. Ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir
5. Berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil