Anda di halaman 1dari 27

Tugas Fisika

“Global Warming”
( Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata pelajaran fisika semester 2 )

Disusun oleh :

Elis Nisa Amalia (171810112 / 0025352831)

XI MIPA 1

Guru pengampu :

Dede Saepudin, M.Pd., M.Si

SMA NEGERI 1 GARUT


Jln. Merdeka No. 91, Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat

2019
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan baik!
1. Apa yang dimaksud dengan ‘pemanasan global (global warming)’?
2. Apa bukti akurat yang diusulkan para ahli meteorologi yang menunjukkan bahwa
bumi ini mengalami peningkatan suhu global?
3. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pemanasan global?
4. Apa dampak buruk dari adanya pemanasan global?
5. Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca dan jelaskan mekanisme kejadiannya?
6. Apa fungsi dari laposan ozon di atmosfer dan apa dampaknya seandainya lapisan
ozon tersebut menipis? Lalu apa hal yang menyebabkan lapisan ozon menipis?
7. Salah satu hal yang berkontribusi terhadap meningkatkan suhu global adalah
‘deforestri’ atau perusakan hutan. a) Jelaskan mengapa hutan penting untuk menjaga
suhu global?, b) apa penyebab terjadinya ‘deforestri’?, c) Bagaimana usul Anda
untuk mengatasinya?
8. Jelaskan pengaruh pemanasan global terhadap : a) perubahan habitat, b) gangguan
kehidupan laut, c) gangguan cuaca, d) meningkatnya permukaan laut, e) kesehatan
manusia, f) hasil panen!
9. Apa solusi yang dapat Anda usulkan untuk menjaga bumi ini dari dampak buruk
pemanasan global?
10. Apa saran atau masukan Anda bagi pemerintah sebagai stake holder pengambil
kebijakan berkaitan dengan upaya menjaga pemanasan global?
Jawaban :
1. Berikut disajikan beberapa pengertian pemanasan global dari berbagai sumber :
a) Pemanasan global berasal dari dua kata yaitu “pemanasan” yang berarti proses,
cara, perbuatan memanasi atau memanaskan dan “global” yang berarti bersangkut
paut, mengenai, meliputi seluruh dunia. Maka secara harfiah, pemanasan global
berarti naiknya temperatur atmosfer bumi yang disebabkan oleh bertambahnya
gas polutan seperti karbon dioksida. ( KBBI V).
b) pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperature rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan bumi. Temperature bumi dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Peningkatannya rata-rata 0,60C, bahkan bisa lebih tinggi hingga 1,4
- 5,80C. saat ini temperatur permukaan bumi rata-rata sekitar 150°C (Susanta
dkk, 2007).
c) pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena
peningkatan temperature global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah
kaca (grrenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas
seperti karbondioksida (CO2), metana(CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC
sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. (Johannis).
d) pemanasan global adalah suatu kondisi dimana terjadinya suatu peningkatan suhu
pada permukaan bumi yang diakibatkan karena adanya suatu peningkatan pada
emisi gas karbon dioksida. Terjadinya peningkatan gas karbon dioksidan yang
mengakibatkan suatu pemanasan global ini adalah sebuah dampak dari kegiatan
manusia yang berlebih terhadap penggunaan bahan bakar. (Climatehotmap).
e) Menurut penulis, pemanasan global adalah suatu fenomena dimana temperatur
rata-rata permukaan bumi mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
sehingga terjadilah pemanasan di permukaan bumi yang bahkan pemanasan itu
dapat menyebabkan melelehnya es di kutub. Adapun peningkatan suhu itu
diakibatkan karena meningkatnya gas emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari
gas-gas buangan sisa pembakaran seperti asap knalpot kendaraan dan asap
pembuangan pabrik.
2. Bukti bumi mengalami peningkatan suhu.
a) Hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara yang tergabung
dalamIntergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menunjukkan
bahwa ternyata selama tahun 1990 – 2005 telah terjadi peningkatan suhu merata di
seluruh bagian bumi, yaitu antara 0,15 - 0,3°C. Hal ini menimbulkan berbagai
masalah, antara lain tenggelamnya pulau-pulau kecil akibat naiknya permukaan
air laut sebagai dampak dari mencairnya es di Greenland dan Antartika (± 1 meter
pertahun).
b) Berdasarkan penelitian para ilmuan yang tergabung dalam Lembaga Survei
Antartika (BIA) barubaru ini, lebih dari 1 juta hektar bongkahan es di wilayah
bagian barat antartika atau lingkar kutub selatan terancam meleleh atau pecah. Hal
ini merupakan indikator kondisi antartika yang berubah cepat, akibat peningkatan
suhu bumi.
c) Sejak akhir abad ke-19, rata-rata temperatur permukaan bumi sudah meningkat
sekitar satu derajat fahrenheit. Sedangkan kombinasi suhu laut dan daratan pada
tahun 2000 adalah sebesar 0,29°C di atas rata-rata suhu pada tahun 1961-1990
(Godish, 2004).
d) Green house effect terdiri dari CO2, gas metana, Nitrogen Oksida, CFC, dan
unsur-unsur kecil lainnya berulang-ulang memantulkan radiasi yang masuk ke
bumi sehingga mengakibatkan temperatur di bumi naik. Gas CO2 memiliki
kontribusi terbesar dalam pemanasan global yaitu sebesar 50%. Selanjutnya gas
CFC, metana, O3, dan Nitrogen Oksida berkontribusi sebesar kurang lebih 20%,
15%, 8%, dan 7%. Uap air juga termasuk greenhouseeffect. Namun, karena air
dianggap tetap (alami), maka air tidak dianggap sebagai penyebab perubahan
iklim oleh pemanasan global (Hidayati, R., 2001).
e) Data dari LAPAN menunjukkan bahwa suhu permukaan bumi telah memanas
sejak 150 tahun terakhir. Peningkatan suhu tersebut tidak konstan akan tetapi
siklus pemanasan dan pendinginan agak konsisten dalam beberapa dekade. Bukti-
bukti telah ditunjukan dengan adanya kenaikan muka air laut, pergeseran zona
iklim dan berkurangnya glatser pegunungan Alpen. Perubahan iklim
menimbulkan dampak pada Vegetasi, sumber air yang makin berkurang,
produktivitas bahan pangan menurun, kenaikan permukaan air laut, kesehatan
manusia terganggu.
3. Faktor-faktor penyebab terjadinya pemanasan global
a) Efek Rumah Kaca
Dalam beberapa kurun waktu ini, bumi menglami peningkatan suhu. Bahkan
dalam sebuah konferensi yang diadakan di Bali, akibat dari pemanasan ini es-es di
kutub bisa mencair dan bisa menenggelamkan pulau-pulau kecil tidak
berpenghuni di Indonesia akibat dari naiknya permukaan air laut. Bahkan bukan
hanya pulau-pulau kecil di Indonesia saja, beberapa pulau kecil di dunia seperti
Maladewa dan Vanuatu juga akan terdampak hal yang sama. Fenomena itu tidak
lain disebabkan karena meinngkatnya gas emisi sisa pembakaran seperti gas
karbon dioksida dari sisa pembakaran kendaraan bermotor dan asap pabrik. Gas
CO2 tersebut terperangkap di atmosfer bumi yang kemudian menjadi isolator
yang menahan lebih banyak panas dari sinar matahari yang dipancarkan ke bumi.
Kejadia tersebut disebut sebagai Greenhouseeffect atau disebut sebagai efek
rumah kaca.
Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata
1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang
akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun
2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan
semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap
atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
b) Penipisan Lapisan Ozon
Indikasi kerusakan lapisan ozon pertama kali ditemukan sekira tiga setengah
dekade yang lalu oleh tim peneliti Inggris, British Antarctic Survey (BAS), di
Benua Antartika. Beberapa tahun kemudian hasil pantauan menyimpulkan
kerusakan ozon di lapisan stratosfer menjadi begitu parah. Lapisan ozon
melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi ultraviolet Matahari. Namun, semakin
membesamya lubang ozon di kawasan kutub, bumi akhir-akhir ini sungguh
mengkhawatirkan. Bila hal tersebut tidak diantisipasi, bisa menimbulkan bencana
lingkungan yang luar biasa. Lapisan ozon sangat penting karena ia menyerap
radiasi ultra violet (UV) dari matahari untuk melindungi radiasi yang tinggi
sampai ke permukaan bumi. Radiasi dalam bentuk UV spektrum mempunyai jarak
gelombang yang lebih pendek daripada cahaya. Radiasi UV dengan jarak
gelombang adalah di antara 280 hingga 315 nanometer yang dikenali UV –B dan
ia merusak hampir semua kehidupan. Dengan menyerap radiasi UV-B sebelum ia
sampai ke permukaan bumi, lapisan ozon melindungi bumi dari efek radiasi yang
merusak kehidupan. Radiasi ultra ungu ini dapat membuat efek pada kesehatan
manusia, memusnahkan kehidupan laut, ekosistem, mengurangi hasil pertanian
dan hutan. Efek utama pada manusia adalah peningkatan penyakit kanker kulit
karena selain itu dapat merusak mata termasuk kataraks dan juga mungkin akan
melemahkan sistem imunisasi badan.
Bila penipisan lapisan ozon tetap berlanjut dengan laju seperti saat ini, suatu
bentuk bencana global yang menghancurkan kehidupan di Bumi hanyalah tinggal
menunggu waktu. Jika bahan-bahan yang merusak ozon dilarang penggunaannya,
berdasarkan perhitungan lubang pada lapisan ozon di atas kutub utara, tarnpaknya
belum akan menutup kembali sampai pertengahan abad ke-21 iniromida dan
bahan bakar hidrogen ternyata berpotensi merusak lapisan ozon.
c) Kerusakan Hutan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan terbesar,
yaitu 120,3 juta hektar (FWI/GFW, 2001). Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah
hutan konservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan
produksi (FWI/ GFW, 2001). Dari sisi keanekaragaman hayati, Indonesia
termasuk negara paling kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut situs web
Indonesian National Parks, Indonesia memiliki sekitar 10% spesies tanaman dari
seluruh tanaman di dunia, 12% spesies mamalia (terbanyak di seluruh dunia), 16%
reptil dan amfibi, 17% spesies burung dan lebih dari 25% spesies ikan di seluruh
dunia. Rampir seluruh spesies tersebut endemik atau tak terdapat di negara lain.
Padahal j ika hutan beserta keanekaragaman hayatinya dipelihara dengan baik,
maka sesungguhnya akan memberikan keuntungan bagi Indonesia, baik secara
sosial maupun ekonomi. Apalagi sektor-sektor seperti kehutanan, pertanian dan
perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan pariwisata, sesungguhnya
sangat bergantung pada keberadaan keanekaragaman hayati.
Selama ini yang terjadi justru sebaliknya. Sejak tahun I 970-an, kerusakan
hutan mulai menjadi isu penting, dimana penebangan hutan secara komersial
mulai dibuka secara besar-besaran. Menurut data Forest Watch Indonesia, laju
kerusakan hutan pada tahun 1985-1997 telah mencapai sebesar 2,2 juta per tahun
(FWI, 2001 ). Kerusakan hutan terutama disebabkan oleh penebangan liar,
kebakaran hutan (yang disengaja dan tidak disengaja), perkebunan skala besar
serta kerusakan- kerusakan yang ditimbulkan HPR (Rak Pengusahaan Rutan) dan
RTI (Rutan Tanaman Industri). Adapun jumlah C02 yang telah diserap oleh hutan
Indonesia pada tahun 1990 adalah sebesar 1500 MtC02 (Indonesia: The First
National Communication under UNFCCC, 1990). Sedangkan pada tahun 1994,
hutan Indonesia hanya menyerap sekitar 404 MtC02 (NET dan Pelangi, 2000).
Jadi, hanya dalam waktu 4 tahun, hutan Indonesia sudah "berhasil" melepaskan
emisi GRK ke atmosfer sebesar 1.096 MtC02.
4. Dampak negatif pemanasan global.
a) Perubahan cuaca
Gejala yang sangat jelas dari pemanasan global adalah berubahnya iklim,
contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki
bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Salah satu contoh di
Indonesia, misalnya kejadian banjir besar pada bulan Februari 2007 lalu yang
merendam lebih dari separuh DKI Jakarta. Menurut perkiraan, dalam 30 tahun
terakhir ini, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus bergeser. Musim
tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih
lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang
tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara ratarata, sekitar 1 persen untuk
setiap derajat Fahrenheit semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari
permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan
bumi menjadi meningkat. pemanasan. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu
air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi
lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.Saat sekarang
terutama 2-3 tahun ke belakang sangat sulit untuk memprediksi cuaca.
b) Perubahan tinggi permukaan air laut
Ketika atmosfer menghangat, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara
(Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi dan
lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, akibatnya gunung-gunung es di
kutub terutama sekitar Greenland akan mencair. Berdasarkan penelitian para
ilmuan yang tergabung dalam Lembaga Survei Antartika (BIA) barubaru ini, lebih
dari 1 juta hektar bongkahan es di wilayah bagian barat antartika atau lingkar
kutub selatan terancam meleleh atau pecah.
Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih
lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Perubahan tinggi ratarata permuka
laut ini diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Grafik. Perubahan Permukaan Air laut

Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai
berikut :
1. Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir
2. Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan manggove (hutan bakau)
3. Meluasnya intrusi air laut
4. Ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir
5. Berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil

c) Rusaknya lahan pertanian


Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di
lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju)
musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Seperti kita ketahui para petani memakai cuaca
sebagai patokan penanaman mereka, jadi jika salah prediksi cuaca para petani bisa
tidak panen atau hasil panennya tidak bagus sehingga akan mengalami kerugian.
d) Punahnya beberapa jenis tumbuhan dan hewan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan
ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh
kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies
yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan
musnah. Sedangkan tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.
e) Timbulnya wabah penyakit
Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang
diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas
karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi
mereka. Anopheles misalnya adalah jenis nyamuk vektor utama penyakit malaria
yang selama ini dianggap hanya mampu berkembang biak pada daerahdaerah
tropis saja dengan suhu tidak kurang dari 16 derajat celcius dan pada ketinggian
kurang dari 1000 m. Namun laporan terakhir menunjukkan nyamuk ini telah
ditemukan juga di daerah-daerah subtropis dan pada ketinggian yang sebelumnya
tidak ditemukan anopheles seperti di Afrika Tengah dan Ethiopia. Saat ini 45%
penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk
pembawa parasit. Persentase ini akan meningkat menjadi 60% jika temperature
meningkat. Perubahan temperatur, kelembaban udara, dan curah hujan yang
ekstrem mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor yang
tertularkan penyakit pun bertambah. Penyakit-penyakit tropis lainnya yang dapat
menyebar melalui nyamuk ini yatu seperti Malaria, Demam Berdarah Dengue
(DBD), demam kuning, dan cikungunya.
5. Efek rumah kaca (Greenhouse Effect)
Efek rumah kaca merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit
(terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan
atmosfernya.(Fourier, 1824). Efek rumah kaca (Greenhouse Effect) merupakan istilah
yang pada awalnya berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang
yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan menyimpan sayur mayur dan
bunga-bungaan di musim dingin. Para petani tersebut menggunakan rumah kaca
karena sifat kaca yang mudah menyerap panas dan sulit melepas panas, di dalam
rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, karena cahaya
matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam
ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas berupa gelombang sinar infra merah,
tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak
bercampur dengan udara dingin di luar ruangan. Sejak saat itulah dikenal adanya efek
rumah kaca.
Efek rumah kaca disebabkan oleh adanya gas-gas rumah kaca yang terdiri dari
Karbon dioksida (CO2), uap air (H2O), gas Metana (CH4), nitrogen oksida (NOX),
dan CFCs. Gas-gas yang membentuk atmosfer seperti uap air dan gas rumah kaca
relatif transparan terhadap radiasi-radiasi bergelombang pendek, tetapi tidak terlalu
transparan terhadap radiasi bergelombang panjang. Oleh karenanya, gas-gas tersebut
membiarkan setengha radiasi matahari masuk ke permukaan bumi, tetapi menjebak
80-90% radiasi di dalam atmosfer.
Mekanisme kerja gas rumah kaca adalah sebagai berikut, lapisan atmosfir
yang terdiri dari, berturut-turut: troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan
terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca.
Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir
seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap
oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke
ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke
dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas
tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini,
37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difusi yang telah mengalami
penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi
yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap
dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas
yang antara lain berupa uap air atau H2O, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar
panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu
udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik, terjadilah efek rumah kaca.

6. Fungsi dan penipisan lapisan Ozon


a) Fungsi lapisan ozon
 Melindungi makhluk hidup yang ada di bumi dengan cara menyerap
hampir 90% radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari.
Telah diketahui bahwa Sinar UV sangat berbahaya dan dapat
menyebabkan penyakit kanker kulit, katarak dan kerusakan genetik pada
sel-sel manusia, hewan maupun tumbuhan, menurunkan sistem kekebalan
hewan, tumbuhan dan organisme yang hidup di air.
 Ozon stratospheric juga memberi efek pada suhu atmosfer yang
menentukan suhu dunia.
 Di Jerman, ozon digunakan dalam bidang medis sebagai pengobatan kulit
terbakar.
 Dalam bidang perindustrian, ozon digunakan untuk mengenyahkan kuman
sebelum dibotolkan (antiseptik), menghapuskan pencemaran dalam air
(besi, arsen, hidrogen sulfida, nitrit, dan bahan organik kompleks yang
dikenal sebagai warna), membantu proses flokulasi (proses pengabungan
molekul untuk membantu penapis menghilangkan besi dan arsenik),
mencuci, dan memutihkan kain (dipaten), membantu mewarnakan plastik
atau menentukan ketahanan getah.
 Melindunngi bumi dari benda-benda langit yang jatuh. Ketika benda langit
(meteor) jatuh, maka meteor tersebut akan melewati lapisan atmosfer
bumi, salah satunya akan melewati lapisan ozon. Ketika melewati lapisan
atmosfer, meteor tersebut akan terbakar dan tiidak akan sampai ke
permukaan bumi. Apabila meteor tersebut tidak terbakar di atmosfer dan
langsung menuju permukaan bumi, maka hal ini akan mengakibatkan
bahaya yang besar bagi bumi dan penghuninya. Untuk itu, begitu besar
peranan ozon dan lapisan atmosfer lainnya bagi bumi ini. Maka, jagalah
kelestariannya agar bumi dan seisinya juga bisa dapat lestari.
b) Dampak penipisan ozon
 Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar radiasi ultra
ungu memasuki bumi. Radiasi ultra ungu ini dapat membuat efek pada
kesehatan manusia, memusnahkan kehidupan laut, ekosistem, mengurangi
hasil pertanian dan hutan.
 Pada bidang pertanian, penerimaan sinar ultra violet pada tanaman dapat
memusnahkan hasil tanaman utama dunia. Hasil kajian menunjukkan hasil
tanaman seperti ‘barli’ dan ‘oat’ menunjukkan penurunan karena
penerimaan sinar radiasi yang semakin tinggi. Tanaman diperkirakan akan
mengalami kelambatan pertumbuhan, bahkan akan cenderung kerdil,
sehingga merusak hasil panen dan hutan-hutan yang ada.
 Radiasi penuh ini juga dapat mematikan anak-anak ikan, kepiting dan
udang di lautan, serta mengurangi jumlah plankton yang menjadi salah
satu sumber makanan kebanyakan hewan-hewan laut.
 Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan
bumi yang sering disebut sebagai “efek rumah kaca”.
 Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi
penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia,
merusak tanaman pangan tertentu, mempengaruhi plankton yang akan
berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida
(lihat pemanasan global) akibat berkurangnya tanaman dan plankton.
 Efek utama pada manusia adalah peningkatan penyakit kanker kulit karena
selain itu dapat merusak mata termasuk kataraks dan juga mungkin akan
melemahkan sistem imunisasi badan.
c) Penyebab menipisnya lapisan ozon
 CFC (chlorofluorocarbon). Ancaman yang diketahui terhadap
keseimbangan ozon adalah chlorofluorocarbon (CFC) buatan manusia yang
meningkatkan kadar penipisan ozon menyebabkan kemerosotan berangsur-
angsur dalam tingkat ozon global. Chlorofluorocarbon (CFC) dan
Hydrochlorofl uorocarbons (HCFC). CFC dapat melepaskan atom
Chlorine dan dapat merusak lapisan ozon. CFC digunakan oleh masyarakat
di dunia dengan cara yang tidak terkira banyaknya, misalnya dengan
penggunaan Freon pada alat AC, lemari es, dan alat pendingin lainnya
merupakan salah satu bentuk yang turut andil dalam pengrusakan lapisan
ozon, karena alat ini menggunakan CFC-11, CFC-12, CFC 114 dan HCFC-
22 dalam proses kerjanya. Masa hidup CFC berarti 1 molekul yang
dibebaskan hari ini bisa ada 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum
dihapuskan. Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan
perlahan ke dalam stratosfer (10 sampai 50 km). Di atas lapisan ozon
utama, pertengahan julat ketinggian 20 sampai 25 km, kurang sinar UV
diserap oleh ozon. Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan UV, dan
membebaskan atom klorin. Atom klorin ini juga berupaya untuk
memusnahkan ozon dan menghasilkan lubang ozon. Setiap satu molekul
CFC mampu menghancurkan hingga 100.000 molekul ozon.
 Penggunaan CFC-11, CFC-12 dan CFC-114 secara luas juga digunakan
pada produk dengan alat kerja penyemprot atau disebut aerosol spray
seperti kaleng semprot untuk pengharum ruangan, penyemprot rambut (hair
spray), minyak wangi/parfum, insektisida, pembersih kaca (jendela),
pembersih oven, produk-produk farmasi, cat, minyak pelumas dan oli.
Penggunaan CFC-113 sebagai cairan pembersih (cleaning solvent) pada
proses pembuatan peralatan elektronik, penghilangan lemak (degreasing)
logam selama proses fabrikasi. Selain itu CFC-113 digunakan untuk dry-
cleaning dan spot-cleaning pada industri tekstil. Haloncarbon yang
digunakan dalam zatcair pemadam kebakaran (aerosol fire extinguiser)
seperti Methyl Bromide,Carbon Tetrachloride,dan Methyl Chloroform.
Penggunaan methyl chloroform dan carbon tetrachloride sebagai bahan
pelarut (solvent). Penggunaan zat-zat tersebut juga dapat merusak lapisan
ozon di atmosfer.
 Banyaknya volume kendaraan yang ada di bumi sangat berakibat negatif
pada lapisan ozon. Karbon monoksida yang dihasilkan oleh kendaraan
dapat merusak lapisan ozon. Semakin lama, volume kendaraan semakin
banyak, semakin banyak pula gas karbon monokida yang di keluarkan, bisa
dibayangkan keadaan lapisan ozon beberapa tahun kedepan bila volume
kendaraan semakin hari semakin bertambah.
 Penggundulan hutan. Penggundulan hutan secara besar- besaran sangat
berakibat buruk pada kualitas udara yang ada di bumi. Gas-gas karbon yang
merusak lapisan ozon tidak lagi diserap oleh tumbuhan. Sehingga tingkat
gas karbon dioksida di bumi semakin banyak dan meningkatkan potensi
terjadinya efek rumah kaca yang dapat merusak ozon.
 Polusi pabrik. Asap yang dihasilkan oleh pabrik juga amat sangat
berpengaruh dalam memperparah kerusakan lapisan ozon. Sama hal nya
seperti asap kendaraan. Gas sisa pembuangan pabrik yang dikeluarkan
dapat merusak lapisan ozon, amat mencemari udara, belum lagi limbah cair
dan limbah padat yang dihasilkan pabrik, dapat merusak lingkungan.
7. Perusakan hutan (Deforestri)
a) Pentingnya hutan
Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya
dalam menunjang perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya
dukung lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem dunia. Salah satu fungsi
hutan sendiri adalah sebagai penyerap emisi GRK (biasa juga disebut emisi
karbon). Hutan dapat menyerap dan mengubah karbondioksida (C02), salah
satu jenis GRK, menjadi oksigen (02) yang merupakan kebutuhan utama bagi
mahluk hidup. Manfaat hutan juga sebagai tempat penyimpanan karbon.
Hutan mengurangi jumlah karbondioksida (CO2) di atmosfer melalui proses
fotosintesis, karbon (C) yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk
gula atau pati pada daun, buah, umbi, batang dan akar, sedangkan oksigen
(O2) akan dilepaskan kembali ke udara (Anonymous, 2005).
Hutan telah berjasa dalam keseimbangan iklim, mengurangi polusi,
mereduksi, menyerap CO2 dan mengurangi pemanasan global. Hutan
mempengaruhi cuaca dengan mengontrol curah hujan dan penguapan air dari
tanah. Hutan membantu menstabilkan iklim dunia dengan menyimpan karbon
dalam jumlah besar yang jika tidak tersimpan akan berkontribusi pada
perubahan iklim.
Peranan hutan yang dapat menyerap karbon dioksida yang merupakan
komponen terbanyak penyebab efek rumah kaca sangat membantu dalam
menjaga suhu global tetap stabil dengan berkurangnya karbon dioksida yang
membantu adanya efek rumah kaca, sehingga suhu bumi tidak akan begitu
ekstrim akibat pemanasan global karena peranan hutan. Maka, jagalah hutan
tetap lestari agar kelangsungan hidup manusia juga tetap terjamin dan tidak
punah karena bahaya pemansan global.
b) Penyebab ‘deforestri’
 Lemahnya penegakan hukum terhadap pembalakan liar (illegal logging)
dan penyelundupan kayu. Tingginya biaya pengelolaan hutan, lemahnya
pengawasan dan penegakan hukum mengakibatkan perencanaan kehutanan
kurang efektif atau bahkan tidak berjalan. Kasus tebang berlebih (over
cutting), pembalakan liar (illegal logging), penyelundupan kayu ke luar
negeri, dan tindakan illegal lainnya banyak terjadi. Diperkirakan kegiatan-
kegiatan illegal tersebut saja telah menyebabkan hilangnya hutan seluas
1,2 juta hektar per tahun, melebihi luas hutan yang ditebang berdasarkan
ijin Departemen Kehutanan. Selain penegakan hukum yang lemah, juga
disebabkan oleh aspek penguasaan laban (land tenure) yang sarat masalah,
praktik pengelolaan hutan yang tidak lestari, dan terhambatnya akses
masyarakat terhadap sumber daya hutan.
 Rendahnya kapasitas pengelola kehutanan. Sumber daya manusia,
pendanaan, sarana-prasarana, kelembagaan, serta insentif bagi pengelola
kehutanan sangat terbatas hila dibandingkan dengan cakupan luas kawasan
yang harus dikelolanya. Hal ini mempersulit penanggulangan masalah
kehutanan seperti pencurian kayu, kebakaran hutan, pemantapan kawasan
hutan, dan lain-lain. Sebagai contoh, jumlah polisi hutan secara nasional
adalah 8.108 orang. Hal ini berarti satu orang polisi hutan harus menjaga
sekitar 14.000 hektar hutan. Dengan pendanaan, sarana dan prasarana yang
terbatas, jumlah tersebut jelas tidak memadai karena kondisi yang ideal
satu polisi hutan seharusnya menangani 100 hektar (untuk kawasan
konservasi di Jawa), sementara untuk kawasan konservasi di luar Jawa
sekitar 5.000 hektar. Di samping itu, partisipasi masyarakat untuk ikut
serta mengamankan hutan juga sangat rendah.
 Deforestasi tahunan tercepat di dunia adalah Indonesia. Dengan 1,8 juta
hektare hutan hancur per tahun antara tahun 2000 hingga 2005. Tingkat
kehancuran hutan sebesar 2% setiap tahunnya atau setara 51 kilometer
persegi per hari. Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan akibat
dari suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap
sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa
dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Di
Indonesia, deforestasi sering terjadi antara lain karena adanya program-
program pembangunan tertentu, misalnya pembukaan hutan untuk lahan
pemukiman dan pertanian di areal transmigrasi. Selain itu juga banyak
terjadi alih fungsi hutan untuk kegiatan pertambangan dan perindustrian
yang seringkali hal ini memunculkan konflik baik antara masyarakat
dengan pengusaha maupun antara pengusaha dengan berbagai lembaga
swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang penyelamatan
lingkungan. Tingkat deforestasi yang masih tetap tinggi adalah karena
sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumberdaya
alam khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi
untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi (FWI dan GFW, 2001).
Sementara itu Badan Perencanaan Nasional (BAPPENAS) pada tahun
2010 menyatakan dalam hasil analisisnya bahwa tata kelola yang buruk,
penataan ruang yang tidak sejalan antara pusat dan daerah, ketidakjelasan
hak tenurial, serta lemahnya kapasitas dalam manajemen hutan (termasuk
penegakan hukum) menjadi permasalahan mendasar dalam pengelolaan
hutan di Indonesia.
c) Cara mengatasi ‘deforestri’
 Pemerintah harus mengambil langkah yang tegas bagi para pelaku
pengrusakan hutan dengan memberikan sanksi atau denda yang sesuai
dengan perbuatannya sebagai efek jera bagi para pelaku pengrusakan
hutan.
 Pemerintah harus membuat undang-undang yang lebih ketat tentang
pemeliharaan lingkungan hidup agar hutan di Indonesia tidak punah dan
demi menyelamatkan keadaan dunia yang sedang terancam kehancuran
akibat pemanasan global.
 Pengeloaan hutan harus jelas dan rasional. Hutan dipakai untuk
kepentingan bersama bukan hanya untuk kepentingan salah satu pihak
saja. Keegoisan seperti inilah yang menyebabkan terjadinya degradasi
hutan di Indonesia. Para pemilik usaha dengan seenaknya membakar
hutan dan menebang pohon demi membuka lahan untuk usahanya.
 Masyarakat juga harus turut serta dalam menjaga dan memelihara hutan
demi elangsungan hidup bersama dan untuk masa depan anak cucu kita
kelak nanti agar mereka juga bisa merasakan betapa besarnya manfaat
hutan yang memberikan kebutuhan makanan, air, dan kebutuhan oksigen
bagi kita.
 Di perlukan beberapa program untuk mengembalikan hutan seperti sedia
kala. Contohnya dengan melakukan penanaman kembali (reboisasi),
melakukan sistem tebang pilih, dan melakukan program menanam pohon
agar setiap orang dapat menanam minimal dua pohon selama hidupnya
demi kelangsungan kelesstarian hutan kita. Selain itu masyarakat juga
harus pintar-pintar dalam mengelola dan memperlakukan hutan. Seperti
tidak melakukan illegal logging dan pembalakan liar untuk pembukaan
lahan.
8. Pengaruh pemanasan global
a) Perubahan habitat
Perubahan suhu yang ekstrim menyebabkan pergeseran bagi makhluk hidup di
bumi. Pergeseran secara luas terjadi pada habitat-habitat tanaman dan binatang.
Beberapa spesies sangat sulit untuk dapat bertahan di habitatnya sekarang.
Beberapa tanaman bunga tidak dapat berbunga tanpa mengalami musim dingin
yang benar-benar dingin. Dan kegiatan manusia telah mempersulit tumbuhan dan
binatang untuk mencapai habitat barunya bahkan tidak memungkinkan bagi
tumbuhan dan binatang untuk mencari habitat baru. Kecepatan kenaikan
temperatur akan berarti bagi ekosistem-ekosistem untuk menyesuaikan dan
banyak jenis umbuhan dan binatang akan musnah. (GW U.K, 2001).
b) Gangguan kehidupan laut
Dengan adanya pemanasan global suhu permukaan air !aut menjadi lebih
hangat, sehingga meningkatkan tekanan bagi ekosistem laut seperti batu karang
yang menjadi putih. Pada proses ini karang-karang melepaskan ganggang yang
memberikan wama dan makanan pada karang, sehingga karang menjadi putih dan
mati. Penin'gkatan suhu air juga membantu menyebarkan penyakit-penyakit yang
sangat mempengaruhi kehidupan mahkluk-mahkluk di dalam laut.
c) Gangguan cuaca
Kondisi cuaca yang ekstrim bisa sering terjadi sehingga lebih menambah daya
rusak. Perubahan pola hujan dapat meningkatkan banjir dan kekeringan di
beberapa daerah. Angin ribut dan badai tropis bisa muncul dengan kekuatan yang
lebih besar. Apabila kenaikan temperatur terjadi, akan memungkinkan kejadian
cuaca ekstrim yang akan memunculkan badai-badai yang lebih hebat, musim
kering, banjir, angin topan dan gejala cuaca lain yang mempunyai dampak
langsung pada kehidupan sosial dan ekonomi manuasia. (GW U.K, 2001).
d) Meningkatnya permukaan laut
Peningkatan suhu global selama berabad-abad telah mencairkan sejumlah
besar es yang melapisi sebagian besar antartika. Akibatnya tinggi permukaan air
laut menjadi naik di seluruh dunia. Banyak wilayah pantai yang kebanjiran, erosi,
hilangnya daratan dan masuknya air !aut ke wilayah air tawar. Peningkatan
permukaan air laut yang tinggi dapat menenggelamkan kota-kota pantai, negara
kepulauan kecil, dan wilayahwilayah yang tidak dihuni lainnya. Apabila terjadi
kenaikan karbon dioksida sebesar dua kali dan empat kali dari tahun 1990 dalam
rentang 100 tahun akan menaikkan permukaan laut sekitar 0,25 m (Latif, 1996).
e) Kesehatan manusia
Akibat dari menipisnya lapisan ozon, sinar UV makin besar yang sampai ke
bumi. Penyakit-penyakit tropis seperti malaria dan demam dapat menyebar
kewilayah yang lebih luas. Penderita kanker kulitjuga meningkat. Gelombang
panas yang terus menerus dapat menyebabkan penyakit dan kematian. Banjir dan
kekeringan meningkatkan kelaparan dan kekurang gizi. Guru Besar Tetap Ilmu
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD), Ridad
Agoes mengungkapkan : “Pemanasan global mengakibatkan arbovirus seperti
dengue dan parasit protozoa seperti malaria sudah menyebar ke daerah-daerah
yang sebelumnya tidak ada, nyamuk yang menjadi vektor tersebut mampu untuk
berkembang biak di daerah yang sebelumnya dianggap terlalu dingin untuk
mampu bertahan dan mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk
dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa lebih singkat, sehingga jumlah
populasinya akan cepat sekali naik, saat ini setidaknya 270 juta penduduk dunia
menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki
risiko terkena malari.” Fenomena pemanasan global yang berpengaruh terhadap
keganasan penyakit. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi,
penyakit pernafasan dan radang selaput otak (encephalitis),karena udara yang
lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari. Akibat
Pemanasan Global yang berdampak pada bencana alam seperti banjir juga akan
memicu masalah kesehatan masyarakat lain, termasuk juga jenis penyakit lainnya
seperti Diare, Leptospirosis, Asma, anker Kulit dan Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (COPD).
f) Hasil panen
Kanada dan sebagian rusia bisa jadi lebih diuntungkan dengan meningkatnya
hasil panen, tetapi peningkatan yang terjadi tidak sebanding dengan kerugian yang
disebabkan oleh kekeringan dan kenaikan suhu terutama apabila melebihi
beberapa derajad celsius. Panen di wilayah tropis menurun drastis karena suhu
sedemikian tingginya sehingga tidak dapat ditolerir oleh tanaman. Perubahan
cuaca yang ekstrim menyebabkan sektor-sektor pertanian di beberapa wilayah
mengalami kerusaka karena tdak cocoknya suhu untuk tanaman. Sehingga para
petani beberapa komoditi pertanian mengalami gagal panen dan mengalami
kerugian yang cukup besar.
9. Solusi
a) Pembangunan berkelanjutan
Pembangunan mempunyai tujuan jangka panjang dalam arti kita tidak hanya
membangun untuk kita, generasi yang sekarang, melainkan juga untuk anak cucu
kita, generasi yang akan datang. Haruslah ada jaminan tidak akan terjadi
kerusakan karena lingkungan tidak dapat lagi mendukung pembaitgunan. Inilah
hakekatnya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang
manaikkan mutu hidup dan sekaligus menjaga dan memperkuat lingkungan untuk
mendukung pembangunan yang berkesinambungan.
Daya dukung terlanjutkan ditentukan oleh banyak faktor, baik faktor biofisik
maupun sosial budaya ekonomi. Kedua faktor itu sating mempengaruhi. Faktor
biofisik penting yang menentukan daya dukung yang terlanjutkan ialah proses
ekologi yang merupakan sistem pendukung kehidupan dan keanekaragaman jenis
yang merupakan sumberdaya genetis. Faktor sosial budaya mempunyai peranan
yang penting, bahkan menentukan daya dukung pembangunan. Sebab manusialah
yang menentukan apakah pembangunan akan berjalan terus, atau terhenti.
b) Keanekaragaman hayati
Sumber daya hayati dengan segala keanekaragamannya mempunyai peranan
yang besar dalam menjamin kelestarian peradaban sesuatu bangsa. Kemampuan
mengelola pengekspliotannya secara terlanjutkan, kemahiran dalam mendapatkan
altematif bagi sesuatu komoditas yang mulai langka, pengembangan potensinya
yang belum terungkap, pengetahuan mengembangkan melalui perakitan dan
teknologi pemanfaatan lainnya harus dikuasai.
Kekayaan alam meliputi sumber sumber tak terhabiskan seperti sinar matahari,
angin, dan air. Sumber daya alam tak terpulihkan adalah mineral, minyak dan
teknologi dan sumberdaya manusia yang menguasainya. Kesemuanya merupakan
unsur pembentukan lingkungan hidup yang melahirkan fenomena alam berupa
ekosistem yang unik, tetapi beraneka ragam. Inilah yang dimanfaatkan secara
bijaksana guna menunjang kehidupan bersama.
Dalam era pembangunan sekarang segala sumber daya ingin dimanfaatkan.
Karena itu konsep sebidang laban yang tidak dijamah sukar untuk diterima. Hal
ini semakin terasa agar eagar alampun ingin dieksploitasi. Kesepakatan yang
harus diambil dalam strategi pencagaran dunia mempunyai tujuan:
 Memelihara proses ekologi yang esensial dan sistem pendukung
kehidupan,
 Mempertahankan keanekaan genetis,
 Menjamin pemanfaatan jenis dan ekosistem secara terlanjutkan.
Ini berarti kepunahan jenis dan kerusakan ekosistem tidak boleh terjadi.
Dengan terjaganya keanekaan jenis, proses ekologi yang esensial dalam sistem
kehidupan akan dapat terpelihara pula. Terjaganya ekosistem dari kerusakan
tidak hanya melindungi keanekaan jenis, melainkan juga menjaga proses
ekologi yang esensial antara lain fungsi oro-hidrologi.
c) Protokol Kyoto
Efek rumah kaca dan akibat-akibatnya yang mungkin ditimbulkan telah
mendorong lahimya Protokol Kyoto. Protokol ini telah disepakati pada Konferensi
ke-3 Negara-negara pihak dalam Konvensi Perubahan Iklim (The United Nations
Frame Work Convention on Climate Change/the UNFCCC) yang diselenggarakan
di Kyoto, Jepang tanggal 11 Desember 1997. Dan terbuka untuk ditandatangani
dari tanggal 16 Maret 1998 sampai 15 Maret 1999 di Markas Besar PBB, New
York. Pada waktu itu Protokol telah ditandatangani oleh 84 negara
penandatangan. Namun demikian, bagi negara pihak yang belum
menandatanganinya dapat mengaksesi protokol tersebut setiap saat.
Protokol Kyoto mewajibkan negara pihak pada the UNFCCC untuk meratifikasi,
akseptasi, memberikan approval ataupun aksesi, serta berlaku mengikat pada hari
kesembilan setelah tidak kurang dari 55 negara pihak pada the UNFCCC,
termasuk negara yang disebut dalam ANNEX I the UNFCCC di mana negara-
negara yang masuk dalam kelompok tersebut memiliki kewajiban untuk
mengurangi tingkat emisi GHGs-nya minima15,5 % dari tingkat emisi tahun
1990, telah mendepositkan instrumen ratifikasi, aksptasi, approval atau aksesi-
nya. Adapun isi Protokol Kyoto pada pokoknya mewajibkan negara-negara
industri maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (Green House
Gases/GHGs)- C02, CH4, N20, HFCS, PFCS dan SF6- minimal 5,5% dari tingkat
emisi tahun 1990, selama tahun 2008 sampai tahun 2012. Protokol Kyoto juga
mengatur mekanisme teknis pengurangan emisi gas rumah kaca (GHGs) yang
dikenal dengan Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development
Mechanism/CDM).
d) Mekanisme pembangunan bersih
CDM adalah suatu mekanisme di bawah Protokol Kyoto yang dimaksudkan
untuk mambantu negara maju/industri memenuhi sebagian kewajibannya
menurunkan emisi GHGs serta membantu negara berkembang dalam upaya
menuju pembangunan berkelanjutan dan kontribusi terhadap pencapaian tujuan
the UNFCCC. Mekanisme ini menawarkan win-win solution antara negara maju
dengan negara berkembang dalam rangka pengurangan emisi GHGs, dimana
negara maju menanamkan modalnya di negara berkembang dalam proyek-proyek
yang dapat menghasilkan pengurangan emisi GHGs dengan imbalan CER
(Certified Emission Reduction). ·
Perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan dan meinenuhi persyaratan
dalam aspek berkesinambungan dari proyek CDM, dan telah mengikuti proses
validasi dan verifikasi, akan mendapatkan sertifikat penurunan emisi (CERs).
CDM adalah satu-satunya mekanisme di bawah Protokol Kyoto yang
mengikutsertakan negara berkembang (Negara nonAnnex 1) dalam aksi
penurunan emisi GHG global guna mencegah perubahan iklim. Pelaksanaan CDM
diatur dan diawasi oleh Dewan Eksekutif CDM (CDM EB) serta di bawah
bimbingan rapat tahunan seluruh negara yang meratifikasi Protokol Kyoto
(COP/MOP) UNFCCC.
e) Undang-Undang Lingkungan Hidup
Pemerintah dunia mulai melakukan berbagai upaya penegakan hukum
terhadap unit usahalkegiatan yang tidak melalukan upaya pengelolaan lingkungan
hidup dengan baik, karena upaya pengelolaan lingkungan hidup sebagai bagian
yang integral dari upaya pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan. Penegakan hukum lingkungan secara konsekuen tentunya perlu
keseriusan dari seluruh lepisan masyarakat sehingga permasalahan lingkungan
dapat diminimalisasikan.
Riyanto ( 1999) mengatakan bahwa "Selama ini pemerintah Indonesia, banyak
melakukan penegakan hukum melalui penerapan sanksi administrasi terhadap
perusahaan yang melakukan membuang limbah melampaui mutu. Sanksi
administrasi merupakan suatu upaya hukum yang harus dikatakan sebagai
kegiatan preventif oleh karena itu sanksi administrasi perlu ditempuh dalam
rangka melakukan penegakan hukum lingkungan. Di samping sanksisanksi
lainnya yang dapat diterapkan seperti sanksi pidana".
Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah secara ketat dan
konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan
hukum, dalam rangkan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan
dengan hal ini, maka penegakan sanksi administrasi merupakan garda terdepan
dalan penegakan hukum lingkungan (primum remedium). Jika sanksi administrasi
dinilai tidak efektif, berulang dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata
pamungkas (ultimum remedium).
Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum pidana terhadap suatu tindak
pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila:
 Aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi administrasi dan telah
menindak pelanggar degan menjatuhkan suatu sanksi administrasi tesebut,
namun temyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau
 Antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat
yang menjadi korban akibat terjadi pelanggaran, sudah diupayakan
penyelesaian sengketa melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan
dalam bentuk musyawarahlperdamaian!negoisasi/mediasi, namun upaya
yang dilakukan menemui jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan
pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat digunakan
instrumen penegakan hukum pidana lingkungan hidup.

Pada skala kecil masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengurangi akibatnya,


antara lain dengan :
 Menghemat pemakaian air
 Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
 Menggunakan bahan pembersih, sabun yang aman bagi lingkungan.
 Mengurangi pembakaran bahan yang tak dapat didaur ulang
 Menghijaukan lingkungan sekitar dengan penanaman pohon
 Memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar
 Membuat kompos
 Mendorong usaha kerajinan dengan bahan sisa yang bisa didaur ulang
 Menggunakan lampu hemat energi
 Hemat dalam menggunakan air, dan energi listrik,
 Mengurangi pembakaran barang-barang yang tidak dapat didaur ulang
 Mengurangi emisi CFC dan emisi pengganti CFC dengan tidak
menggunakan aerosol dan menggunakan energi efisien.
 Mengurangi penggunakan listrik dengan menggunakan lampu hemat
energi.
10. Saran bagi pemerintah
 Pemerintah setempat akan komitmen mereka untuk mendaur ulang dan
mengurangi pemborosan serta mempertahankan hukum daur ulang dan
pemborosan agar tetap relevan
 Mendorong pengusaha setempat agar mengurangi produk-produk paket.
 Mengingatkan otoritas setempat untuk memelihara listrik dan
menggunakannya dalam system yang efisien
 Mengingatkan pemerintah akan komitmen mereka pada deklarasi dan
protokol-protokol demi lingkungan hidup
 Mengingatkan siapa saja agar hid up sederhana di bumi ini dan mengingatkan
agar selalu menggunakan dan mendaur ulang barang yang digunakan.
 Memulihkan hutan/penghijauan kembali
 Menata Pembangunan yang berwawasan lingkungan,
 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis, Pencagaran rosot karbon: Taman nasional,
cagar alam dan hutan lindung,
 Reduksi Emisi bersertifikat (RES)
 Melaksanakan Protokol Kyoto
 Menerapkan dan melaksanakan Clean Development Mechanism (CDM).
Clean Development Mechanism (CDM) atau Mekanisme Pembangunan
Bersih, memungkinkan kerjasama yang dapat sating menguntungkan antara
negara maju dengan negara berkembang. CDM memperbolehkan negara
berkembang menjual emisinya yang masih rendah kepada negara maju yang
kelebihan emisi.
 Bagi industri dalam bidang energi, membangun kilang LPG untuk
memberdayakan gas yang terasosiasi dengan minyak yang diproduksi dari
.lapangan yang san gat banyak jumlahnya, yang sebelumnya selalu dibakar
dan memperburuk pemanasan global.
 Memasuki industri pembangkit listrik tenaga gas merupakan pembangkit
listrik yang ramah lingkungan.
 Memulai pembangunan kilang Etanol yang akan menggunakan tanaman
(singkong, jarak, dll) sebagai bahan bakar dan menggunakan biogas yang
diproduksi dari fasilitas pembuangan untuk menjalankan kilang tersebut.
Etanol dapat dicampur dengan bahan bakar fosil untuk memproduksi bio-fuel,
sehingga lebih sedikit bahan bakar fosil yang dipergunakan dan pada saat
yang sama juga menciptakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
(Fadliah, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Vivi Triana. 2008. Pemanasan Global. Jurnal Kesehatan Masyarakat.


II (2) : 1-5. Tersedia di http://www.academia.edu (Diakses tanggal
4 Mei 2019)
Mohammad Ramlan. 2002. Pemanasan Global (Global Warming). Jurnal
Teknologi Lingkungan. 3 (1): 31-32. Tersedia di http://www.academia.edu
(Diakses tanggal 4 mei 2019).
Waluyo Eko Cahyono. 2007. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap
Lingkungan Bumi. Jurnal LAPAN. 8 (2) : 28-29. Tersedia
di http://jurnal.lapan.go.id (Diakses tanggal 4 Mei 2019).
Arif, Anggraeni 2016. Analisis Yuridis Pengrusakan Hutan (Deforestasi)
dan Degradasi Hutan Terhadap Lingkungan, 3 (1) : 34-35.
Makassar : Universitas Muslim Indonesia Press
Mufti Fathul Barri, dkk. 2018. Deforestasi Tanpa Henti. Bogor : Forest
Watch Indonesia (FWI).
Istik Laila Sari. 2017. Tugas Efek Rumah Kaca. Makalah.
Arie Syahputra, dkk. 2014. Peran Sektor Kehutanan Terhadap Pemanasan
Global. Makalah. Tersedia di http://www.academia.edu (Diakses tanggal
5 Mei 2019).
Larince Radulima Febriyanti Silalahi. 2016. Penipisan Lapisan Ozon. Makalah.
Ardinda Avicenna. 2006. Peranan Senyawa Ozon serta Analisa Akibat dari
Kerusakan Lapisan Ozon dan Penanggulangannya. Jurnal Lapisan Ozon.
1 (1) : 2-4.
Fadliah. 2007. Pemanasan Global, Faktor Penyebab, Dampak dan Solusi.
Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo press. Tersedia
di http://ejurnal.ung.ac.id (Diakses tanggal 5 Mei 2019).
Djamal Irwan, Zoer’aini. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan
Kota, Jakarta: Bumi Aksara.
Darsono, Valentino. Pengantar Ilmu Lingkungan. Edisi revisi. Yogyakarta:
Jhamtani, H. 1993. Pemanasan Global. Yayasan Obor Indonesia,
Kophalindo, Panos. Jakarta.
Irawan Zoer'aini Djaman. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi,
Ekosistem Komu-nitas & Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Iden Wildensyah.2007. Majalah Mimbar (Sisi Lain dari Ozon dan Efek
RumahKaca).
Eggi Sudjana Riyanto, 1999 Penegakan Hukum Lingkungan dan Perspektig
Etika Bisnis di Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soemarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
UNEP, 1989. Implications of Climate Changes in the Wider Carribean
Region. A Report By the Task Team of Expert. Meksiko: Karibea.
Godish, T. 2004. Air Quality. Lewis Publisher. London: A CRC
Press Company.
Ginoga, K.L, Gintings, A.N., dan Wibowo, A., 2007. Isu pemanasan global,
UNFCCC, Kyoto Protocol, dan peluang aplikasi A/R CDM di Indonesia.
BPPK, Jakarta.
Bruce Mitchell, 2003, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Yogyakarta :
Gajah Mada University Press .
Supriadi, 2006, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika.
Soerjani,dkk, 1987, Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan. Jakarta :
UI Press.
Ahmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Andi Ofset.
Anonim. http://www.greenfacts.org/airpollution/ozone-o3/index.html

Barry, R. G. & Chorley, R. J. 1976. Atmosphere, Weather, and Climate.


University Paperback Published: London.
Brimblecombe, Peter. 1986. Air Composition and Chemistry. Great
Britain: Cambridge.
Ariwibowo dan Rufii. 2009. Peran Sektor Kehutanan Di Indonesia Dalam
Perubahan Iklim. Tekno Hutan Tanaman Vol. 1. No. 1, November 2009.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan
Litbang Departemen Kehutanan Hal : 23-32.

Anda mungkin juga menyukai