Anda di halaman 1dari 37

TUGAS PENGETAHUAN KEBENCANAAN

Perubahan Iklim

Oleh :
Marlitha Nusa Prashayu
2009200140014

Dosen Pembimbing
Dr. Teuku Budi Aulia, S.T.Dipl,lng

JURUSAN ILMU KEBENCANAAN


FAKULTAS MAGISTER ILMU KEBENCANAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan fenomena global dimana kondisi alam yang
mengalami pergeseran atau anomaly terhadap kebiasaannya (rata-ratanya) dalam
rentang wajtu yang panjang (puluhan atau ratusan tahun). Pengertian perubahan iklim
adalah perubahan besar dalam suhu, curah hujan, pola angina, di antara efek-efek lain,
yang terjadi selama beberapa decade atau lebih.
Pada umumnya orang sering menyatakan kondisi iklim sama saja dengan
kondisi cuaca, pada kenyataan nya kedua hal ini merupakan kondisi yang berbeda atau
tidak sama. Adapun definisi perubahan iklim menurut Kementrian Lingkungan hidup
yakni berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah
hujan yang membawa dampak luas terhadap sector kehidupan manusia.
Istilah perubahan iklim sering digunakan sebagai istilah “pemanasan global”,
padahal fenomena pemansan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim,
karena parameter perubahan iklim tidak hanya temperature saja, melainkan ada
parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angina, maupun radiasi
matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan ratra-rata temperature atmosfer
yang dekat dengan permukan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada
perubahan pola iklim glonal. Namun, pemanasan global hanya mewakili satu aspek
dari fenomena perubahan iklim.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Iklim
2.1 1 Penertian Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan penting dunia saat ini,
artinya hal ini tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain di
seluruh dunia. Hal ini menyebabkan dampak negative pada berbagai sector kehidupan.
Beberapa dampak perubahan iklim yang dirasakan antara lain, terjadinya peningkatan
suhu rata-rata serta peningkatan intensitas curah hujan dab bergesernya musim hujan.
IPCC (2013) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi ratarata
kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk
jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas
bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan
eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata
guna lahan,
Istilah perubahan iklim sering digunakan secara tertukar dengan istilah
’pemanasan global’, padahal fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian
dari perubahan iklim, karena parameter iklim tidak hanya temperatur saja, melainkan
ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun radiasi
matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer
yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada
perubahan pola iklim global.
Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Meskipun pemanasan global hanya merupakan satu
bagian dalam fenomena perubahan iklim, namun pemanasan global menjadi hal yang
penting untuk dikaji. Hal tersebut karena perubahan temperatur akan memberikan
dampak yang signifikan terhadap aktivitas manusia (IPPC, 2007).

2.1 2 Faktor Perubahan Iklim


Penyebab perubahan iklim dan pemanasan global terdiri dari berbagai faktor
yang berbeda. Iklim yang berubah secara terus-menerus, serta interaksi antar
komponen-komponen dan faktor eksternal (erupsi vulkanik, variasi sinar matahari,
perubahan lahan, dan penggunaan bahan bakar fossil.
Ada beberapa faktor penyebab perubahan iklim (indonesiabaik.id) :
a. Efek gas rumah kaca
b. Pemanasan global
c. Kerusakan lapisan ozon
d. Kerusakan fungsi hutan
e. Penggunaan Cloro Flour Carbon (cfc) yang tidak terkontrol
f. Gas buang industry
Dari beberapa perubahan iklim yang terjadi maka dapat dibedakan menjadi dua
faktor yakni fakrot manusaia dan faktor alam. Menurut IPCC fifth assesment report,
faktor yang memberi kontribusi terbesar terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini
adalah faktor-faktor penggerak perubahan iklim yang berasal dari aktifitas manusia.
Bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (utamanya karbondioksida) memberi
dampak paling signifikan.

2.1 3 Dampak Perubahan Iklim


Dampak dari perubahan iklim dan pemansan global dapat menyerang berbagai
sector kehidupan. Manusia telah beradaptasi dengan iklim yang relatif stabil sejak
zaman es terakhir, kira-kira berakhir beberapa ribu tahun lalu. Sebuah pemanasan iklim
akan membawa perubahan besar dalam mempengaruhi pasokan air, pertanian, listrik,
sistem transportasi, lingkungan alam, kesehatan, bahkan keselamatan manusia. Hal ini
yang menyebabkan manusia bergantung terhadap iklim bumi.
 Dampak Pada Cuaca dan Muka Air Laut
Meningkatnya temperature permukaan global memiliki serangkaian pengaruh yang
rumit terhadap pola cuaca yang kemudian berakibat pada kurang akurat nya
perkiraan cuaca. Dampak yang terjadi mencakup, kekeringan akan lebih lama,
musim hujan menjadi lebih panjang, dan meningkatnya intensitas siklon tropis.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara tidak langsung berkesinambungan dan
menimbulkan masalah-masalah lainnya (Fred Pearce, 2003).
 Dampak Pada Manusia
Dampak yang terjadi terhadap manusia sanagt banyak mulai dari kesehatan(cuaca
yang hangat akan membuat siklus hidup hama dan penyakit lebih cepat),
pemukiman (beberapa wilayah yang rentan terhadap naiknya muka air laut dan
rusaknya hutan mengakibatkan tanah longsor), pengairan (dampak pada sector
pengairan akan mengakibatkan beberapa daerah mengalami pengurangan suplai air
dan peningkatan di wilayah lain), energi & industry (ciaca hangat pada musim panas
akan mengakibatkan berkurangnya suplai air pada mesin tenaga air dan
menghambat kegiatan industry/ekonomi), pertanian (peningkata suhu juga
mempengaruhi kondisi pertaniandi wilayah lintang tengah mengakibatkan
penurunan produktivitas pertanian), kehutanan (perubahan pola cuaca dan
ketersediaan air di kawasan hutan akan mengancam kelangsungan flora & fauna dan
dapat mengkibatkan kebkaran hutan), dan perikanan (perubahan iklim mengancam
produktivitas nelayan).
 Dampak pada ekosistem
Mengancam kelangsungan hidup dan penyimpangan hewan-hewan karena tidak
dapat beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi.
 Dampak regional
Model iklim yang berbeda memperkirakan dampak global yang sama, tapi dapat
bervariasi dalam perkiraan untuk regional. Perubahan iklim dalam eraglobalisasi
ekonomi, harus ditangani Bersama sebab peningkatan hubungan dan globalisasi
ekonomi dapat dirasakan semua pihak.
Beberapa perubahan pada iklim memang tidak dapat dihindari. Karbon
dioksida apat menetap di atmosfer selama hampir satu abad. Sehingga bumi akan terus
memanas dalam beberapa dekade mendatang. Semakin panas bumi, maka semakin
besar, parah risiko perubahan pada sistem iklim dan bumi. Meski sulit memprediksi
dampak secara tepat dan rinci akibat dari berubahnya iklim bumi, namun jelas bahwa
iklim dimana kita terbiasa hidup, beraktifitas, tidak akan dapat diandalkan, menjadi
panduan di masa depan.

2.1 4 Menanggulangi Perubahan Iklim


Sejak abad 18 hingga awal abad 19 dimana terjadinya revolusi industri berhasil
menyebabkan perubahan iklim terus terjadi dengan sangat pesat. Tindakan yang
sebelumnya dilakukan oleh manusia selama masa revolusi industri seperti penebangan
hutan hingga menciptakan berbagai mesin industri yang berukuran masif sangatlah
mempengaruhi perubahan iklim hingga menyebabkan terjadinya pemanasan global
seperti yang kita tahu saat ini.
Salah satu upaya dalam mengatasi perubahan iklim adalah dengan pengelolaan
lingkungan agar dapat mengurangi dampak dari perubahan iklim tersebut. Pengelolaan
lingkungan tersebut harus melibatkan semua pihak. Atas dasar kerjasama tersebut
tujuan mengurangi dampak perubahan iklim akan tercapai. Aspek yang panting dalam
pengelolaan lingkungan adalah dengan melibatkan seluruh masyarakat dalam seluruh
aspek kegiatan pengelolaan lingkungan tersebut.
Masyarakat menjadi aktor utama yang terlibat secara langsung dalam
pengelolaan lingkungan tersebut. Pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat
dilakukan untuk mengelola lingkungan bersama masyarakat dengan meletakkan
pemahaman terhadap lingkungan sebagai hal yang utama. Pengelolaan lingkungan
berbasis masyarakat dapat dijalankan melalui pendekatan pemberdayaan. Strategi
pemberdayaan masyarakat salah satunya adalah dengan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk dapat berperan untuk perbaikan lingkungan dimana masyarakat itu
tinggal (Freeman dkk, 2001).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan iklim merupakan fenomena global dimana kondisi alam yang
mengalami pergeseran atau anomaly terhadap kebiasaannya (rata-ratanya) dalam
rentang wajtu yang panjang (puluhan atau ratusan tahun). Perubahan iklim yang terjadi
mengakibatkan manusia bergantung terhadap iklim bumi. Perubahan iklim akan
memberikan dampak pada kehidupan di masa mendatang. Adaptasi dapat mengurangi
risiko yang disebabkan oleh perubahan iklim. Strategi adaptasi dapat dilakukan dengan
mengeluarkan landasan hukum.
Tindakan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia selama masa revolusi
industri seperti penebangan hutan hingga menciptakan berbagai mesin industri yang
berukuran masif sangatlah mempengaruhi perubahan iklim hingga menyebabkan
terjadinya pemanasan global seperti yang kita tahu saat ini. Aspek yang panting dalam
pengelolaan lingkungan adalah dengan melibatkan seluruh masyarakat dalam seluruh
aspek kegiatan pengelolaan lingkungan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Freeman, P., & Warner, K. (2001). Vulnerability of infrastructure to climate


variability: How does this affect infrastructure lending policies?

IPCC. (2007). Climate Change 2007 The Physical Science Basis The. Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

IPCC. (2013). Climate Change 2013: The Physical Sciences Basis. Contributing of
Working Group I to the Fitfth Assessment Report of The Intergovernmental
Panel on Climate Change. Cambrdige, United Kingdom and New York,
NY,USA, 1535 pp: Cambridge University Press

Pearce, Fred. 2003. Pemanasan Global Alih Bahasa oleh Wibowo Mangunwardoyo.
Jakarta : Erlangga
TUGAS PENGETAHUAN KEBENCANAAN
Gempa Bumi

Oleh :
Marlitha Nusa Prashayu
2009200140014

Dosen Pembimbing
Dr. Teuku Budi Aulia, S.T.Dipl,lng

JURUSAN ILMU KEBENCANAAN


FAKULTAS MAGISTER ILMU KEBENCANAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di
Indonesia. Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan struktur bangunan, sarana
infrastruktur seperti jalan, pemukiman penduduk, gedung–gedung pemerintahan dan
kerugian lainnya bagi masyarakat di wilayah yang terkena dampak gempa bumi.

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang sangat aktif terhadap gempa
bumi, karena terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dan satu lempeng
tektonik kecil. Ketiga lempeng tektonik itu adalah lempeng tektonik Indo-Australia,
lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta lempeng kecil Filipina. Lempeng Indo-
Australia bergerak menyusup dibawah lempeng Eurasia, demikian pula lempeng
Pasifik bergerak kearah barat. Pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia
berada di laut merupakan sumber gempa dangkal dan menyusup kearah utara sehingga
di bagian darat berturut-turut ke utara di sekitar Jawa – Nusa tenggara merupakan
sumber gempa menengah dan dalam.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GEMPA BUMI


2.1 1 Penertian Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi dan dirasakan
dipermukaan bumi yang berasal dari dalam struktur bumi. Pergeseran tersebut terjadi
sebagai akibat adanya peristiwa pelepasan energi gelombang seismik secara tiba-tiba
yang diakibatkan atas adanya deformasi lempeng tektonik yang terjadi pada kerak bumi
(Joko Christanto, 2011).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 4 (empat)


lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia; lempeng Australia; lempeng Pasifik;
dan lempeng Filipina. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis
lempeng samudera yang bersifat lentur, sedangkan lempeng Eurasia berjenis lempeng
benua yang bersifat rigid dan kaku. Pertemuan lempeng tektonik tersebut menyebabkan
terjadinya penunjaman serta patahan aktif di dasar lautan dan di daratan. Aktifitas zona
tumbukan dan patahan-patahan tersebut berpotensi memicu terjadinya gempa bumi
(Pribadi, dkk, 2008).

Gempa bumi juga bisa diartikan sebagai suatu peristiwa bergetarnya bumi
akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya
lapisan batuan pada kerak bumi. Frekuensi gempa bumi di suatu wilayah mengacu pada
jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa bumi diukur
dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling
umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala
yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala
besarnya lokal 5 magnitudo. Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka
valid. Gempa 3 magnitudo atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besarnya
7 kali lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung
pada kedalaman gempa.

2.1 2 Penyebab Gempa Bumi


Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan. Gempa
bumi yang paling parah biasa terjadi di lempengan kompresional dan translasional.
Pada batas lempeng kita dapat melihat cara bergerak lempengan tersebut. Lempeng-
lempeng tersebut dapat saling mnejauh, saling bertumbukan, atau saling menggeser ke
samping.

Apabila dua buah lempeng bertumbukan maka daerah batas antara dua lempeng
akan terjadi tegangan (stress). Tegangan tersebut terjadi secara terus-menerus dan
sedemikian besar sehingga melampaui kekuatan kulit bumi. Hal itu mengakibatkan
terjadinya patahan pada kulit bumi di daerah terlemah. Kulit bumi yang patah tersebut
akan melepaskan energi untuk kembali ke keadaan semula. Peristiwa pelepasan energi
ini disebut gempabumi.

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma
didalam gunung berapi. Gempa seperti itu dapat menjadi gejala terjadinya letusan
gunung berapi. Beberpa gempa bumi juga dapat terjadi akibat dari menumpuknya
massa air yang sangat besar di balik dam. Sebagian lagi juga dapat terjadi akibat dari
injeksi atau atraksi cairan dari/kedalam bumi. Gempa bumi juga dapat terjadi dari
peledakan bahan ledak. Beberapa gempa bumi diatas merupakan gempa bumi akibat
dari aktifitas manusia, yang disebut dengan seismitas terinduksi (Nartyas dkk, 2013)

2.1 3 Macam-macam Gempa Bumi


Gempa bumi yang terjadi akibat dari fenomena alam maupun non bersifat
merusak dan menimbulkan bencana dapat di golongkan menjadi empat jenis, yakni :

a. Gempa Bumi Vulkanik (gunung Api)


Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum
gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa
bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
b. Gempa Bumi Tektonik
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang
sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu
menjalar keseluruh bagian bumi.
c. Gempa Bumi Runtuhan
Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
d. Gempa bumi Buatan.
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari
manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan
bumi.

Sedangkan berdasarkan kedalamannya gempa bumi dibedakan menjadi tiga,


yakni :

a. Gempa bumi dalam


Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya (pusat gempa) berada
lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi
dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
b. Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60
km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada
umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
c. Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari
60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan
yang besar.
2.1 4 Dampak Gempa Bumi
Akibat utama gempa bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena
goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan
bangunan, terkena longsor, dan kebakaran. Jika sumber gempabumi berada di dasar
lautan maka bisa membangkitkan gelombang tsunami yang tidak saja menghantam
pesisir pantai di sekitar sumber gempa tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan.

Akibat gempa bumi ada enam yang utama. Dua yang pertama adalah akibat
guncangan perukaan tanah dan pergeeseran mengakibatkan kerusaakan secara
langsung, sedanglkan empat lainnya secara tidak langsung.

 Bergeraknya tanah akibat gempa, terutama gelombang permukaan, di lapisan-


lapisan batuan di permukaan dan regolith. Goncangannya dapat merusak bahkan
menghancurkan bangunan.
 Bila permukaan tanah tersesarkan, banhuna-bangunanterbelah, jalan terputus dan
segala sesuatu yang dilalui atau diatas sesar terbelah.
 Efek kedua, yang sering kali lebi merusak dari tanah yang bergerak adalah
kebakaran. Goncangan menumpahkan kompor, mematahkan saluran gas,
memutuskan kabel listriuk, sehingga terjadi kebakaran.
 Pada daerah lereng curam, terjadi regolith meluncur ke bawah, tebing- tebing
ambruk dan gerak tanah atau longsor, menghancurkan rumah, jalan, dan struktur
bangunan lainnya.
 mendadak dan gangguan terhadap sedimen dan regolith yang jenuh air dapat
mengubah tanah yang padat menjadi seperti disebut liquefaction, yang massa cair
quicksand. Prosesnya menyebabkan amblasnya bangunan.
 Terakhir adalah gelombang laut seismik atau tsunami (berasal dari bahasa Jepang
yang berarti gelombang pelabuhan). Gempa pada lantai samudera menyebabkan air
laut bergerak dengan sangat cepat (sampai 950 km/jam). Di laut terbuka
gelombangnya tidak tampak, karena amplitudonya hanya beberapa meter, tetapi
panjang gelombangnya hanya 200 km. Setelah mencapai tempat yang dangkal
membentuk gelombang yang sangat tinggi, sampai 30 meter. Gelombang sangat
besar ini menyapu segala sesuatu di daratan dan menyeretnya kembali ke laut.
Dampak gempa bumi langsung yang dapat mengakibatkan perubahan struktur
tanahsehingga menimbulkan kerusakan sarana dan prasarananyang terdapat di atas
tanahb tersebut. Seperti bangunan gedungamblas, jembatan patah, pipa minyak dan gas
terputus sehingga dapat menimbulkan ledakan kebakaran.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gempa bumi merupakan sebuah bencana alam yang senantiasa mengintai dan
tidak dapat dihindari pada banyak daerah di Indonesia, karena keunikan posisi dan
sejarah geologi kawasan ini. Meski demikian perlu kita ingat bersama pernyataan para
ahli gempabumi dunia yang sering muncul di media massa, bahwa gempabumi tidak
dapat membunuh, bangunan lah yang dapat membunuh. Kenyataan ini menuntut agar
kita mau belajar dan memahami gempabumi.

Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar. Akibat utama
gempa bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jika
sumber gempabumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan gelombang
tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber gempa tetapi juga
mencapai beberapa km ke daratan. Akibat gempa bumi ada enam yang utama.

Bergeraknya tanah akibat gempa, terutama gelombang permukaan, di lapisan-


lapisan batuan di permukaan dan regolith. Gempa pada lantai samudera menyebabkan
air laut bergerak dengan sangat cepat . Dampak gempa bumi langsung yang dapat
mengakibatkan perubahan struktur tanahsehingga menimbulkan kerusakan sarana dan
prasarananyang terdapat di atas tanahb tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Nartyas, Ardin Wido. (2013). Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi


Bencana Gempa Bumi Di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Tesis.
Surakarta:UMS

Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi, Kerusakan Lingkungan, Kebijakan dan Strategi
Pengelolaan. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta

Pribadi, Khrisna S, dkk. 2008. Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga Bencana.

Bandung : Pusat Mitigasi Bencana ITB


TUGAS PENGETAHUAN KEBENCANAAN
Tanah Longsor

Oleh :
Marlitha Nusa Prashayu
2009200140014

Dosen Pembimbing
Dr. Teuku Budi Aulia, S.T.Dipl,lng

JURUSAN ILMU KEBENCANAAN


FAKULTAS MAGISTER ILMU KEBENCANAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam geologi yang dapat
menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti terjadinya
pendangkalan, terganggunya jalur lalu lintas, rusaknya lahan pertanian, permukiman, jembatan,
saluran irigasi dan prasarana fisik lainnya. Tanah longsor terjadi kerena ada gangguan kestabilan
pada tanah/ batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng tersebut dapat dikontrol oleh
kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng), kondisi batuan/tanah penyusun lereng, dan
kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.
Potensi terjadinya pada lereng tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusunannya,
struktur geologi, curah hujan dan penggunaan lahan. Tanah longsor umumnya terjadi pada musim
hujan dengan curah hujan yang tinggi. Tanah yang kasar akan lebih berisiko terjadi longsor karena
tanah tersebut mempunyai kohesi agregat tanah yang rendah.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan
faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mepengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanah Longsor
2.1 1 Definisi Tanah Longsor
Bencana tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah semakin sering terjadi di
Indonesia dari tahun ketahun. Tanah longsor merupakan salah satu kejadian alam yang terjadi di
wilayah peggunungan, terutama di musim hujan. Kondisi tektonik di Indonesia yang membentuk
morofolagi tinggi, patahan, batuan vulkanik yang mudah rapuh serta ditunjang dengan iklim di
Indonesia yang berupa tropis basah, sehingga menyebabkan potensi tanah longsor menjadi tinggi.
Hal ini ditunjang dengan adanya degradasi perubahan tataguna lahan akhir-akhir ini, menyebabkan
kejadian tanah longsor menjadi semakin meningkat. Kombinasi faktor antropogenik dan alam
sering merupakan penyebab terjadinya longsor yang memakan korban jiwa dan kerugian harta
benda.(Naryanto, 2017)
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan
faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
2.1 2 Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Banyak faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng yang megakibatkan terjadinya
longsoran. Faktor - faktor tersebut semacam kondisi-kondisi geologi dan hidrografi, topografi,
iklim dan perubahan cuaca. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan
dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air,
beban serta berat jenis tanah batuan.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab tanah longsor, yaitu :
a. Jenis Tanah
Jenis tanah juga mempengaruhi penyebab terjadinya longsor. Tanah yang mempunyai
tekstur renggang, lembut yang sering disebut tanah lempung atau tanah liat dapat
menyebabkan longsoran. Apa lagi ditambahan pada saat musin penghujan kemungkinan
longsor akan lebih besar pada tanah jenis ini. Hal ini dikarenakan ketebalan tanah tidak
lebih dari 2,5 m dengan sudut lereng 22 derajat. Selain itu kontur tanah ini mudah pecah
jika udara terlalu panas dan menjadi lembek jika terkena air yang mengakibatkan rentan
pergerakan tanah.
b. Curah Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya
pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Pada
saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang
kembali. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah
yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral.
c. Kemiringan Lereng
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kemiringan lereng
dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan
kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curam lereng
juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan itu memperbesar energi angkut air.
d. Penggunaa Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap
lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian, dan
permukiman. Permukiman yang menutupi lereng dapat mempengaruhi penstabilan yang
negatif maupun positif. Sehingga tanaman yang disekitarnya tidak dapat menopang air dan
meningkatkan kohesi tanah, atau sebaliknya dapat memperlebar keretakan dalam
permukaan baruan dan meningkatkan peresatan.
e. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,getaran mesin, dan
getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan,
lantai, dan dinding rumah menjadi retak.

f. Surut Muka Air Danau atau Bendungan


Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang,
dengan sudut kemiringan waduk 220ᵒ mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang
biasanya diikuti oleh retakan.
g. Adanya Beban Tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada
daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke arah lembah.
h. Pengikisan atau Erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan
hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
i. Adanya Material Timbunan Pada Tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum
terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan
akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
j. Bekas Longsoran Lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material
gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit
bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :
• Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
• Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena
tanahnya gembur dan subur.
• Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
• Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
• Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama.
• Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil
Tanah Longsor terjadi jika dipenuhi tiga keadaan, yaitu kelerengan curam, terdapat
bidang peluncur di bawah permukaan tanah yang kedap air, terakhir terdapat cukup air (dari
hujan) di dalam tanah di atas lapisan kedap yang mengakibatkan tanah menjadi jenuh air.
2.1 3 Pencegahan Terjadinya Bencana Tanah Longsor
Untuk menghindari dari tanah longsor, kita wajib mengetahui cara dan upaya yang harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Memang kita sebagai manusia tidak bisa
menghentikan terjadinya bencana secara 100 persen, namun setidaknya dengan melakukan upaya
preventif sejak dini akan mengurangi resiko dan dampak yang akan ditimbulkan. Berikut beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mencegah tanah longsor.
a. Jangan Membuat Kolam Atau Sawah Di Atas Lereng
b. Tidak Mendirikan Rumah Di Bawah Tebing
c. Jangan Menebang Pohon Di Sekitar Lereng
d. Jangan Memotong Tebing Secara Tegak Lurus
e. Tidak Mendirikan Bangunan Di Sekitar Sungai
f. Membuat Terasering
g. Memberikan Penyuluhan Kepada Masyarakat
Upaya untunk mencegah tanah longsor tidak hanya dapat dilakukan oleh masyarakt yang
terdampak bencana langsung saja, melainkan harus terintegrasi dengan pemerintah daerah juga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam geologi yang dapat
menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti terjadinya
pendangkalan, terganggunya jalur lalu lintas, rusaknya lahan pertanian, permukiman, jembatan,
saluran irigasi dan prasarana fisik lainnya.
Tanah longsor terjadi kerena ada gangguan kestabilan pada tanah/ batuan penyusun
lereng. Gangguan kestabilan lereng tersebut dapat dikontrol oleh kondisi morfologi, kondisi
batuan/tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.
Tanah Longsor terjadi jika dipenuhi tiga keadaan, yaitu kelerengan curam, terdapat bidang
peluncur di bawah permukaan tanah yang kedap air, terakhir terdapat cukup air di dalam tanah di
atas lapisan kedap yang mengakibatkan tanah menjadi jenuh air.
Untuk menghindari dari tanah longsor, kita wajib mengetahui cara dan upaya yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya tanah longsor.
DAFTAR PUSTAKA

Naryanto, H.S. (2017). Analisis Kejadian Bencana Tanah Longsor di Dusun Jemblung, Desa
Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
tanggal 12 Desember 2014. Jurnal Alami, Vol. 1 No. 1 tahun 2017: pp. 1-10.

Nugroho, Kharisma, dkk. 2009. PASTI (Perangkat Diagnosa Kesiapsiagaan Bencana


di Indonesia). Jakarta: UNESCO Office

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gerakan_Tanah.pdf

http://bpbd.wonogirikab.go.id/upaya-penanggulangan-bencana-longsor/
TUGAS PENGETAHUAN KEBENCANAAN

Tsunami

Oleh :

Marlitha Nusa Prashayu

2009200140014

Dosen Pembimbing
Dr. Teuku Budi Aulia, S.T.Dipl,lng

JURUSAN ILMU KEBENCANAAN


FAKULTAS MAGISTER ILMU KEBENCANAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terletak di antara dua Benua yakni Asia dan

Australia dan antara dua Samudera yakni Pasifik dan Hindia sehingga menjadi zona

pertemuan lempeng dunia. Hal ini yang menjadi penyebab kenapa Indonesia memiliki

banyak gunung terutama yang berstatus masih aktif. Setiap tahun lempeng terus

bergerak aktif, saling menjauhi ataupun saling menabrak satu sama lain dan terus

terjadi dalam kurun waktu jutaan tahun.

Tsunami biasanya berhubungan dengan gempa bumi. Gempa bumi ini

merupakan proses terjadinya getaran tanah yang merupakan akibat dari sebuah

gelombang elastis yang menjalar melalui massa bumi. Gelombang ini dapat bersumber

dari ledakan besar gunung berapi atau gempa vulkanik, tanah longsor, atau pergeseran

lempeng bumi atau gempa tektonik (Setyonegoro, 2009). Yang menjadi fokus dalam

penulisan ini adalah gempa dari jenis tektonik, pada umumnya gempa inilah yang

paling banyak menjadi penyebab terjadinya gelombang tsunami.

.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TSUNAMI

1.1.4 Pengertian Tsunami

Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu

kemunculannya, namun jika terjadi dapat menimbulkan kerusakan dan dampak yang

besar, Daya rusak bencana tsunami sangat dahsyat terutama di wilayah pesisir dan

dapat menjangkau wilayah yang cukup luas hingga puluhan kilometer dari garis pantai.

Daerah yang masih mempunyai potensi mendapat kerusakan karena terpaan

gelombang tsunami disebut dengan daerah rawan bencana tsunami (LAPAN, 2015).

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan

kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang

terjadi di dasar laut. Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut.

Di laut dengan kedalaman 7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9

km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian

tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebih dari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang

sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami.

Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang

antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-

puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai
yang dangkal, teluk, atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun

tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak

1.1.3 Penyebab Tsunami

Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang

dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat

jatuhnya meteor jarang terjadi. Berikut penjelasannya :

 Tsunami akibat gempa bumi

Tidak semua gempabumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya

tsunami akibat gempabumi adalah: 1. Pusat gempa terjadi di dasar laut 2.

Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km Pada tanggal 26 Desember 2004,

gempabumi dengan kekuatan 9 Skala Richter di kedalaman 30 km dasar laut sebelah

baratdaya Aceh membangkitkan gelombang tsunami dengan kecepatan awal sekitar

700 km/jam. Gelombang ini menjalar ke segala arah dari pusat tsunami dan

menyapu wilayah Aceh dan Sumatera Utara dengan kecepatan antara 15 - 40 km

per jam dan tinggi gelombang 2 hingga 48 meter. Korban jiwa mencapai 250.000

orang lebih. Dalam 3 jam setelah gempabumi, negara-negara di kawasan Samudera

Hindia juga terkena tsunami (Hajar, 2006).

 Tsunami akibat letusan gunung api

Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang

dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira

5000 kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi
12 lantai gedung ini, kirakira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan

menewaskan lebih dari 36000 orang.

 Tsunami akibat tanah Longsor

Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke Teluk Lituya di Alaska tahun 1958.

Longsoran ini terjadi karena guncangan gempabumi sebelumnya. Gelombang

tsunami yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi

gelombangnya mencapai 350-500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan

menyapu pepohonan dan semak belukar. Ajaibnya, hanya dua orang pemancing

ikan yang tewas.

 Tsunami akibat hantaman meteor

Penyebab yang satu ini memang jarang sekali terjadi dan bahkan belum ada

dokumentasi yang menyebutkan adanya tsunami akibat hantaman meteor. Namun,

hal ini mungkin saja terjadi Squad. Sebuah simulasi dari komputer canggih

menampilkan bahwa apabila ada meteor besar dengan diameter lebih dari 1 km,

maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat. Efeknya sama seperti saat

bola atau benda berat menghantam air yang berada di sebuah kolam atau bak air.

Terjadinya tsunami juga dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda seperti air laut

yang surut, perilaku hewan yang tidak biasa atau aneh, hingga suara gemuruh dari

dasar laut (UNESCO, 2007)


2.1.3 Dampak Tsunami

 Hancurnya apa pun yang diterjang

Jumlah energi dan air yang terkandung dalam tsunami besar dapat menyebabkan

kehancuran ekstrem ketika menyerang daratan.Gelombang awal tsunami besar

sangat tinggi; Namun, sebagian besar kerusakan tidak ditopang oleh gelombang ini.

Sebagian besar kerusakan disebabkan oleh massa air yang sangat besar di belakang

front gelombang awal, karena ketinggian laut terus meningkat dengan cepat dan

banjir dengan kuat ke daerah pantai. Itu adalah kekuatan di balik ombak, air deras

tak berujung yang menyebabkan kehancuran dan hilangnya nyawa. Ketika raksasa

yang memecahkan gelombang tsunami menghantam garis pantai, mereka dapat

menghancurkan semua yang ada di jalan mereka. Penghancuran disebabkan oleh

dua mekanisme: kekuatan penghancuran dinding air yang melaju dengan kecepatan

tinggi, dan kekuatan destruktif dari sejumlah besar air yang mengalir dari tanah dan

membawa semuanya, bahkan jika ombaknya tidak terlihat besar. Benda dan

bangunan dihancurkan oleh beratnya air, sering direduksi menjadi fondasi kerangka

dan batuan dasar yang terbuka. Benda-benda besar seperti kapal dan batu-batu besar

dapat dibawa beberapa mil ke daratan sebelum tsunami mereda. Gelombang

tsunami menghancurkan kapal, bangunan, jembatan, mobil, pohon, saluran telepon,

kabel listrik - dan apa saja yang menghalangi jalan mereka. Setelah gelombang

tsunami merobohkan infrastruktur di pantai, mereka dapat melanjutkan perjalanan

beberapa mil ke daratan, menyapu lebih banyak pohon, bangunan, mobil, dan
peralatan buatan manusia lainnya. Pulau-pulau kecil yang dilanda tsunami dibiarkan

tidak bisa dikenali.

 Kematian

Salah satu dampak terbesar dan terburuk dari tsunami adalah biaya hidup manusia

karena sayangnya melarikan diri dari tsunami hampir tidak mungkin. Ratusan dan

ribuan orang terbunuh oleh tsunami. Sejak 1850 saja, tsunami bertanggung jawab

atas hilangnya lebih dari 430.000 jiwa. Hanya ada sedikit peringatan sebelum

tsunami menghantam daratan. Saat air mengalir ke darat, sangat sedikit waktu untuk

memetakan rencana pelarian. Orang-orang yang tinggal di daerah pantai, kota dan

desa tidak punya waktu untuk melarikan diri. Kekuatan kekerasan dari tsunami

menghasilkan kematian instan, paling umum dengan tenggelam.

Bangunan runtuh, sengatan listrik, dan ledakan dari gas, tank yang rusak dan puing-

puing mengambang adalah penyebab kematian lainnya. Tsunami pada bulan

Desember 2004 yang melanda Asia Tenggara dan Afrika Timur menewaskan lebih

dari 31.000 orang di Sri Lanka saja, menyebabkan 23.000 terluka.

 Penyakit

Gelombang tsunami dan air surut sangat merusak struktur di zona run-up. Daerah

yang dekat dengan pantai dibanjiri air laut, merusak infrastruktur seperti saluran

pembuangan dan pasokan air bersih untuk minum.

Banjir dan kontaminasi air minum dapat menyebabkan penyakit menyebar di

daerah-daerah yang dilanda tsunami. Penyakit seperti malaria muncul ketika air
mandek dan terkontaminasi. Dalam kondisi ini sulit bagi orang untuk tetap sehat

dan penyakit diobati, sehingga infeksi dan penyakit dapat menyebar dengan sangat

cepat, menyebabkan lebih banyak kematian.

 Dampak lingkungan

Tsunami tidak hanya menghancurkan kehidupan manusia, tetapi memiliki dampak

buruk pada serangga, hewan, tumbuhan, dan sumber daya alam. Tsunami mengubah

lanskap. Ini mencabut pohon dan tanaman dan menghancurkan habitat hewan

seperti tempat bersarang burung.

Hewan darat terbunuh karena tenggelam dan hewan laut terbunuh oleh polusi jika

bahan kimia berbahaya tersapu ke laut, sehingga meracuni kehidupan laut.

Dampak tsunami terhadap lingkungan tidak hanya berkaitan dengan bentang alam

dan kehidupan hewan, tetapi juga dengan aspek lingkungan buatan manusia.

Sampah padat dan puing-puing bencana adalah masalah lingkungan paling kritis

yang dihadapi oleh negara yang dilanda tsunami. Daur ulang dan pembuangan

limbah ini dengan cara yang peka terhadap lingkungan bila memungkinkan

(menghancurkan beton, batu bata, dll. Untuk menghasilkan agregat untuk

pembangunan kembali dan rekonstruksi jalan) sangat penting.

 Biaya

Biaya besar-besaran melanda komunitas dan negara ketika terjadi tsunami. Para

korban dan penyintas tsunami membutuhkan bantuan segera dari tim penyelamat.

Pemerintah di seluruh dunia dapat membantu dengan biaya membawa bantuan ke


daerah-daerah yang hancur. Lembaga-lembaga nasional, Perserikatan Bangsa-

Bangsa, organisasi internasional lainnya, kelompok masyarakat dan LSM, dan

berbagai entitas lain berkumpul untuk menyediakan berbagai jenis bantuan dan

layanan.

Mungkin juga ada permohonan dan sumbangan dari orang-orang yang telah melihat

foto-foto area tersebut di media. Rekonstruksi dan pembersihan setelah tsunami

adalah masalah biaya yang sangat besar. Infrastruktur harus diganti, bangunan tidak

aman dihancurkan dan sampah dibersihkan. Kehilangan pendapatan dalam ekonomi

lokal dan kerugian di masa depan dari kehancuran infrastruktur akan menjadi

masalah untuk beberapa waktu mendatang.

Total biaya finansial dari tsunami bisa jutaan atau bahkan milyaran dolar dari

kerusakan struktur dan habitat pantai. Sulit untuk memberikan angka pasti pada

biaya moneter tetapi biaya tersebut dapat mewakili bagian penting dari PDB suatu

negara.

 Efek psikologis

Para korban peristiwa tsunami sering kali menderita masalah psikologis yang dapat

berlangsung berhari-hari, bertahun-tahun, atau seumur hidup.

Orang yang selamat dari tsunami Sri Lanka pada Desember 2004 ditemukan

menderita PTSD (gangguan stres pasca trauma) ketika diperiksa oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO, 2015): 14% hingga 39% di antaranya adalah anak-anak,
40% remaja dan 20% ibu. dari para remaja ini ditemukan memiliki PTSD 4 bulan

setelah tsunami.

Orang-orang ini menderita kesedihan dan depresi ketika rumah, bisnis, dan orang-

orang terkasih mereka diambil dari mereka. Banyak yang masih menderita PTSD.

Desa Periliya menghitung 2.000 meninggal dan 400 keluarga menjadi tunawisma.

Orang-orang ini ditemukan masih memiliki masalah psikologis 2 tahun setelah

tsunami.

2.1.4 Penanggulangan Tsunami

Sampai saat ini para ilmuwan tidak dapat meramalkan terjadinya gempabumi

dan tsunami. Namun dengan melihat catatan sejarah para ilmuwan dapat mengetahui

tempat-tempat yang rawan tsunami. Pengukuran tinggi gelombang dan batas landaan

dari kejadian tsunami masa lalu akan berguna untuk memperkirakan dan mengurangi

dampak tsunami di masa depan.

 Batu-batu pemecah gelombang. Selain batu-batu buatan, kita bisa memanfaatkan

hutan bakau.

 Pembuatan bangunan tempat menyelamatkan diri.

 Pembangunan dinding penahan laju tsunami. Diperlukan kerjasama dengan ahli

sipil untuk mengukur kekuatannya. Efek sampingnya, jika tidak kuat, dinding itu

akan roboh terbawa arus dan lebih membahayakan masyarakat.

 Pembangunan rumah dengan tiang-tiang kokoh diatas batas tinggi gelombang

tsunami.
 Selain batu-batu buatan, untuk mengurangi laju tsunami dapat diupayakan juga

dengan memanfaatkan hutan bakau (Mangrove).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia merupakan negara yang terletak di antara dua Benua yakni Asia dan

Australia dan antara dua Samudera yakni Pasifik dan Hindia sehingga menjadi zona

pertemuan lempeng dunia. Setiap tahun lempeng terus bergerak aktif, saling menjauhi

ataupun saling menabrak satu sama lain dan terus terjadi dalam kurun waktu jutaan

tahun. Jumlah energi dan air yang terkandung dalam tsunami besar dapat menyebabkan

kehancuran ekstrem ketika menyerang daratan.

Gelombang awal tsunami besar sangat tinggi. Namun, sebagian besar

kerusakan tidak ditopang oleh gelombang ini. Tsunami tidak hanya menghancurkan

kehidupan manusia, tetapi memiliki dampak buruk pada serangga, hewan, tumbuhan,

dan sumber daya alam. Tsunami mengubah lanskap. Ini mencabut pohon dan tanaman

dan menghancurkan habitat hewan seperti tempat bersarang burung.


DAFTAR PUSTAKA

Hajar, M. 2006. Pemetaan Tingkat Kerawanan Bencana Tsunami Menggunakan Data


Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) Studi Kasus: Kota
Padang. Skripsi Institut Pertanian Bogor.

LAPAN. 2015. Pedoman Pengolahan Data Penginderaan Jauh Landsat 8. Jakarta:


PUSFATJA

Setyonegoro, W., 2015, Teori Dasar dan Panduan Menjalankan Pemodelan Tsunami
L-2008, BMKG., Jakarta.

UNESCO, 2007, Rangkuman Istilah Tsunami, (diterjemahkan oleh: Jakarta Tsunami


Information Center (JTIC)), UNESCO House, Jakarta

World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report 2015. Switzerland.


2015

Anda mungkin juga menyukai