Anda di halaman 1dari 2

 Perubahan Iklim

Iklim sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim dan pemanasan global. Perubahan iklim merupakan
suatu keadaan yang ditandai dengan perubahan pola iklim dunia yang mengakibatkan terjadinya
fenomena iklim yang tidak stabil. Perubahan iklim terjadi karena perubahan variabel iklim (seperti suhu
dan curah hujan), dan perubahan ini terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama antara
50 dan 100 tahun. Perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil, seperti curah
hujan yang tidak stabil, sering terjadi badai, suhu yang ekstrim dan perubahan arah angin yang drastis.
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2004).

Pengertian perubahan iklim menurut berbagai sumber :

a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Iklim dan Geofisika, perubahan
iklim adalah perubahan iklim yang secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh
aktivitas manusia, aktivitas manusia menyebabkan perubahan komposisi atmosfer global, dan
perubahan iklim alami telah diamati dalam jangka waktu yang cukup lama.
b. Pemahaman petani tentang perubahan iklim adalah bahwa musim hujan dan kemarau sering
terjadi secara tidak teratur, yang akan mengganggu kebiasaan petani (cara tanam) dan
menurunkan hasil panen.
c. Pengertian nelayan perubahan iklim adalah karena perubahan kebiasaan sehari-hari, sulitnya
membaca simbol alam (angin, suhu, astronomi, biota, arus laut), sehingga menyulitkan nelayan
untuk memprediksi wilayah, waktu dan jenis penangkapan.
d. Pemahaman publik tentang perubahan iklim adalah pelanggaran musiman.

Pengertian perubahan iklim adalah perubahan kondisi fisik atmosfer bumi, termasuk sebaran suhu dan
curah hujan yang berdampak luas pada berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak
hanya terjadi sementara, tetapi akan berlanjut dalam waktu yang lama. Menurut LAPAN (2002),
perubahan iklim diartikan sebagai perubahan nilai rata-rata dari satu atau lebih unsur cuaca di suatu
wilayah. Istilah perubahan iklim global mengacu pada perubahan iklim di seluruh planet. Menurut IPCC
(2001), perubahan iklim mengacu pada perubahan kondisi iklim rata-rata di suatu tempat atau
perubahan yang signifikan secara statistik dalam jangka panjang (biasanya puluhan tahun atau lebih).
Selain itu, dengan jelas ditunjukkan bahwa perubahan iklim dapat disebabkan oleh proses alami internal
dan kekuatan eksternal, atau karena perubahan terus menerus dalam komposisi atmosfer dan
penggunaan lahan oleh manusia.. (Sumampouw, O. J. (2019)

Perubahan iklim merupakan fenomena global yang ditandai dengan perubahan suhu dan pola curah
hujan. Faktor terbesar penyebab perubahan iklim adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer, seperti karbondioksida (CO), metana (CH) dan nitrogen oksida (NO). Gas rumah kaca ini
menyerap radiasi termal gelombang panjang, dan seiring dengan meningkatnya gas rumah kaca, suhu
permukaan bumi meningkat. Kenaikan suhu global akan mempengaruhi pola iklim global, mengubah
distribusi curah hujan, arah dan kecepatan angin. Semua ini secara langsung akan mempengaruhi
berbagai bentuk kehidupan di permukaan bumi, misalnya berkembangnya berbagai penyakit manusia,
hewan dan tumbuhan; dampaknya terhadap produktivitas pabrik; kekeringan, banjir, dll.. (Murdiyarso
dan Suryadiputra, 2004).
Sumampouw, O. J. (2019). Perubahan Iklim Dan Kesehatan Masyarakat. Deepublish.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2004). Perubahan iklim global. Diakses pada 9 Desember 2020, dari:
http:/climatechange.menlh.go.id.

Murdiyarso, D. dan I.N.N Suryadiputra. 2004. Paket Informasi Praktis: Perubahan iklim dan peranan
lahan gambut. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International-
Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor.

 Mitigasi
Pengertian mitigasi merupakan rangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana melalui
pembangunan alam, peningkatan kesadaran dan peningkatan kemampuan dalam merespon ancaman
bencana (UU No. 23 Tahun 2007). Langkah-langkah mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44c
dilaksanakan untuk mengurangi risiko bencana pada masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana.
Pelaksanaan langkah-langkah mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15C adalah untuk
mengurangi risiko dan dampak bencana terhadap masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
(Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008). Secara umum mitigasi diartikan sebagai pengurangan,
pencegahan, atau dapat dikatakan proses mencari berbagai tindakan pencegahan untuk meminimalkan
dampak negatif dari suatu bencana. Mitigasi bencana geologi adalah proses mengurangi, mencegah atau
mengupayakan berbagai tindakan pencegahan untuk meminimalkan dampak negatif bencana alam
geologi. Sedangkan yang dimaksud dengan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. ( Noor, D. (2014). 

Mitigasi bencana dibagi menjadi dua (dua) mode: (1) Mitigasi struktural: melalui pembangunan berbagai
infrastruktur fisik dan penggunaan metode teknis (misalnya, pembangunan kanal khusus untuk
pengendalian banjir, alat deteksi aktivitas vulkanik, bangunan tahan bencana) Upaya meminimalkan
bencana. Gempa atau sistem peringatan dini digunakan untuk memprediksi terjadinya tsunami (2)
Mitigasi non-struktural: Selain upaya praktis seperti mitigasi struktural, upaya mengurangi dampak
bencana juga harus dilakukan. Mitigasi non struktural dapat dicapai melalui pengembangan penataan
ruang kota, peningkatan kapasitas masyarakat, peraturan perundang-undangan, perencanaan wilayah
dan asuransi. Intinya, kebijakan mitigasi struktural dan non struktural harus terintegrasi satu sama lain.
Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu
bencana harus diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat peraturan yang memadai yang
didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai. ( Faturahman, B. M. (2018)

Faturahman, B. M. (2018). Konseptualisasi mitigasi bencana melalui perspektif kebijakan publik. Publisia


(Jurnal Ilmu Administrasi Publik), 3(2), 121.
Noor, D. (2014). Pengantar Mitigasi Bencana Geologi. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai