TANAMAN/PERTANIAN
Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di seluruh
daerah. Bukan hal yang aneh lagi jika mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.
Bertani boleh dikatakan sebagai tatacara hidup sebagain besar rakyat Indonesia, yang telah
memiliki latar belakang sejarah yang cukup lama. Menurut perkiraan kasar pada tahun 1973, dari
45.000.000 tenaga kerja di Indonesia, kurang lebih 30.000.000 adalah petani. Maka dari itu,
Peran para petani Indonesia sangatlah besar bagi kelangsungan hidup rakyat. Walaupun
Indonesia masih selalu mengimpor beras dari luar negeri karena dengan kesediaan pangan yang
dihasilkan para petani tidaklah mencukupi kebutuhan rakyat. Dalam pertanian tak lepas dari
faktor-faktor penyebab kelangsungan pertanian. Perubahan iklim merupakan salah satu dari
faktor yang mempengaruhi berlangsungnya pertanian. Cuaca yang selalu berubah tiap waktu
sangat mempengaruhi proses pertanian. Pengaruh udara pun mempengaruhi kesejahteraan
tanaman dalam pertanian, baik berpengaruh langsung maupun tak langsung.
Dalam makalah ini akan dipaparkan berbagai macam perubahan iklim yang ikut andil dalam
proses berlangsungnya pertanian, dampak beserta antisipasi dari dampak yang disebabkan
perubahan iklim dalam bidang pertanian. Cuaca dan iklim sama-sama mengacu pada keadaan
atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu. Cuaca dan iklim berbeda dalam rentang waktu
dan luas tempat. Cuaca didefinisikan sebagai keadaan atmosfer pada daerah dan waktu tertentu.
Iklim adalah keadaan atmosfer pada daerah yang lebih luas dalam kurun waktu yang panjang.
Dengan kata lain iklim adalah rata-rata cuaca dalam periode waktu yang panjang dan daerah
yang lebih luas. Untuk mengetahui cuaca di suatu tempat maka dapat diukur langsung keadaan
cuaca di tempat tersebut. Namun, untuk mengetahui iklimnya kita memerlukan rekaman data
keadaan atmosfer di tempat tersebut puluhan tahun yang lalu. Alat-alat ini harus tahan setiap
waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya tidak berubah.
Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula sehingga pengukuran dapat
dipercaya. Hasil pertanian selain dipengaruhi oleh faktor tanah juga ditentukan oleh faktor iklim.
Kompleksnya karakteristik dan perilaku cuaca serta iklim mengakibatkan kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam mengendalikan iklim sangat terbatas. Hal itu bisa terjadi
karena iklim merupakan kondisi alam dalam wilayah yang luas sehingga manusia tidak dapat
mengendalikan iklim maupun cuaca yang akan terjadi. Namun manusia dapat mensiasati hal itu
dengan menanam jenis tanaman yang sesuai misalnya bawang merah dan bawang putih ditanam
pada musim kemarau, padi di tanam pada musim penghujan dan lain sebagainya. 1.2 Pengaruh
iklim dalam produksi tanaman. Hasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor
genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan
teknologi. Dari faktor lingkungan, maka faktor tanah merupakan modal utama. Keadaan tanah
sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh itu
kadang menguntungkan tapi tidak jarang pula merugikan. Adapun adaptasi perubahan iklim
merupakan suatu upaya yang benar untuk mengurangi dampak negatif dengan melakukan suatu
penyesuaian atau perubahan. Beberapa pilihan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan
iklim diantaranya peningkatan sistem teknologi seperti meningkatkan keamanan laut atau
melindungi kawasan pemukiman di sekitar pesisir pantai, merubah pola pikir seseorang untuk
melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, mengurangi penggunaan air pada saat terjadi
kekeringan, dan menggunakan insektsida pembasmi hama. Upaya perbaikan sistem informasi
mengenai kondisi iklim yang terjadi di suatu wilayah mperlu dilakukan dalam rangka
memperkuat perencanaan dan koordinasi, melakukan investasi pada pengembangan teknologi
dan menciptakan sistem keuangan yang efektif dalam upaya antisipasi perubahan iklim.
Iklim adalah rata-rata jangka panjang dari kondisi atmosfer (cuaca) di suatu tempat.
Secara singkat iklim dapat dikatakan sebagai rata-rata dari cuaca. Cuaca suatu daerah akan
berfluktuasi dalam rentang waktu detik sampai harian. Nilai rataan dari kondisi unsur-unsur
cuaca pada jangka panjang merupakan gambaran dari kondisi iklim daerah tersebut. Kemajuan
teknologi informasi, mmperkirakan perubahan iklim disebabkan oleh perubahan komposisi
atmosfer atau faktor-faktor lainnya, secara umum, relatif dapat dilakukan (Handoko et
al.)9/11/12.
Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah
hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai
100 tahun (inter centenial). Perubahan iklim tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia
(anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna
lahan. Kegiatan manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan
konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4),
dan nitrous oksida (N2O). Gas-gas inilah yang selanjutnya menentukan peningkatan suhu udara,
karena sifatnya yang seperti kaca, yaitu dapat meneruskan radiasi gelombang-pendek yang tidak
bersifat panas, tetapi menahan radiasi gelombang-panjang yang bersifat panas. Akibatnya
atmosfer bumi makin memanas denganlaju yang setara dengan laju perubahan konsentrasi GRK.
Secara umum, perubahan iklim akan membawa perubahan pada parameter parameter cuaca,
yaitu temperatur, curah hujan, tekanan, kelembaban udara, laju serta arah angin, kondisi awan,
dan radiasi matahari (Aliadi et al.2008). 11/11/12
Peningkatan suhu yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan
menimbulkan perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi
vegetasi alami, dan keanekaragaman hayati. Daerah tropis atau lintang rendah akan terpengaruh
dalam hal produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit tanaman dan manusia.
Peningkatan suhu pada gilirannya akan mengubah pola distribusi dan curah hujan.
Kecenderungannya adalah bahwa daerah kering akan menjadi makin kering dan daerah basah
menjadi semakin basah sehingga kelestarian sumberdaya air akan terganggu
(Salim,2003).11/11/12.
Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif dengan situasi yang
terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya infrastruktur dan lain-lain melalui:
1. Reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air,
3. Penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis,terutama pola tanam, jenis tanaman dan
varietas, dan sistem pengolahan tanah daptasi terhadap perubahan iklim merupakan suatu
proses yang masyarakat memiliki kemampuan dari dalam dirinya sendiri dalam
menghadapi ketidakpastian iklim di masa mendatang.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mampu mengembangkan cara-cara tertentu yang
dapat mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim dengan melakukan penyesuaian dan
perubahan secara tepat pada aktivitas mereka. Hal ini dapat berupa penyesuaian teknologi hingga
perubahan tingkah laku individual, seperti perubahan jenis tanaman ketika ketersediaan air mulai
menipis. adaptasi merupakan suatu proses dimana masyarakat membuat dirinya menjadi lebih
baik menghadapi ketidakpastian hasil panen di masa mendatang.
Adaptasi perubahan iklim merupakan suatu upaya yang benar untuk mengurangi dampak
negatif dengan melakukan suatu penyesuaian atau perubahan. Beberapa pilihan untuk melakukan
adaptasi terhadap perubahan iklim diantaranya peningkatan sistem teknologi seperti
meningkatkan keamanan laut atau melindungi kawasan pemukiman di sekitar pesisir pantai,
merubah pola pikir seseorang untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, mengurangi
penggunaan air pada saat terjadi kekeringan, dan menggunakan insektsida pembasmi hama.
Upaya perbaikan sistem informasi mengenai kondisi iklim yang terjadi di suatu wilayah mperlu
dilakukan dalam rangka memperkuat perencanaan dan koordinasi, melakukan investasi pada
pengembangan teknologi dan menciptakan sistem keuangan yang efektif dalam upaya antisipasi
perubahan iklim. ( Menurut World Bank, 2008 dalam Handoko et al. (2008),12/11/12.
2. Keadaan variable atmosfer secara keseluruhan disuatu tempat dalam selang waktu yang
pendek.
Keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara lain suhu,
tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, disuatu tempat atau wilayah
selama kurun waktu yang pendek (menit, jam, hari, bulan, musim, tahun). Ilmu yang
mempelajari seluk beluk tentang cuaca disebut meteorologi. Sedangkan iklim
didefinisikan sebagai berikut :Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang,
yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda
dengan keadaan pada setiap saatnya.
Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu
daerah selama kurun waktu yang panjang.
Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban,
yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Adapun ayat yang Al-
qur’anyang menjelaskan kerusakan akibat perbuatan manusia.
عظعهعر املعفعسِساهد ِمف ي املعبرر عواملعبمحِمر ِمبعمِسا عكعسعبمت أعمقيِمد ي اللنِساِمس ِملهيِمذقيعقههم عبمع ع
ض اللِمذ ي ععِممهلاوا علععللهمم
عقيمرِمجهعاون
Telah tampak kerusakan di darat disebabkan terhentinya hujan dan menipisnya tumbuh-
tumbuhan dan di laut.
Maksudnya di negeri-negeri yang banyak sungainya menjadi kering disebabkan perbuatan
tangan manusia berupa perbuatan-perbuatan maksiat supaya Allah merasakan kepada mereka
dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami
merasakan kepada mereka,sebagian dari akibat perbuatan mereka sebagai hukumannya agar
mereka kembali supaya mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan maksiat. Berdasarkan ayat di
atas, telah jelas bahwa jauh sebelum kerusakan lingkungan yang terjadi seperti saat ini, Allah
melalui firman – Nya dalam Al – Qur’an telah memfirmankan bahwa kerusakan lingkuangan
akan terjadi akibat dari ulah tangan – tangan manusia.
Maha Besar Allah dengan segala firman – Nya. Menurut undang - undang nomer 23 tahun
1997 Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahkuk hidup
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
iklim memiliki arti keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan dan sinar matahari) pada
suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama (30 tahun).
Iklim sendiri memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan di bumi baik bagi hewan,
tumbuhan, dan manusia. Bagi dunia pertanian, iklim sangat menentukan keberhasilan usaha
pertanian. Pentingnya iklim bagi pertanian memang tidak dapat dipungkuri. Seperti yang
disebutkan di atas, iklim berperan bagi keberhasilan pertanian itu sendiri. Namun, sayangnya,
keadaan iklim saat ini sangat berbeda dengan keadaan pada masa dahulu. Saat ini, perubahan
iklim sangat tidak bisa diprediksi. Perubahan iklim sendiri memiliki makna berubahnya suatu
keadaan cuaca pada daerah tertentu yang tidak seharusnya terjadi pada saat itu. Perubahan ini
sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam hal yang akan dibahas pada materi bahasan
berikutnya.
1. Seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara, dengan laju yang lebih
rendah dibanding wilayah subtropis;
2. Wilayah selatan Indonesia mengalami penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara
akan mengalami peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan tersebut menyebabkan
berubahnya awal dan panjang musim hujan.
1. Standard Operating Procedure (SOP) tentang informasi perubahan iklim serta mekanisme
penyampaiannya kepada para pelaku pertanian (terutama petani).
2. Sekolah Lapang Pertanian (SLP) yang terintegrasi untuk berbagai aspek seperti
pengelolaan informasi iklim atau air, pengendalian hama terpadu, agribisnis, dan lain-
lain.
Di bidang pertanian, prosedur yang umum adalah lebih ditekankan adanya upaya mengatur
iklim dari pada mengubahnya. Modifikasi temperature juga dapat dilakukan. Hanya saja, biaya
yang dibutuhkan sangat mahal. Sehingga pilihan penanggulangan melalui modifikasi
temperature pun tidak begitu diminati. Perubahan Iklim dan Sistem Pertanian Perubahan iklim
global tida lagi dapat dihindari dan telah mengganggu se-gala bidan kegiatan termasuk bidang
per tanian.
Manusia sebagai makhluk ciptaan tertinggi dituntut untuk mencari cara yang tepat guna
mengurangi dan bahkan meng-hilangkan dampak negatif dari perubahan iklim tersebut dengan
bertindak secara bi-jak saat memanfaatkan sumberdaya alam.
PENUUP
4.1 Kesimpulan
Bacalah Q.S. Al-A’raf ayat 56-58 berikut dengan bacaan yang benar! Artinya :
“ Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah
kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat
kepada orang yang berbuat kebaikan. Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar
gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu telah
membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerh yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di
daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil
pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya subur dengan izin Tuhan; dan tanah
yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan
berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Al-
A’raf (7) : 56-58).
Berdasar surah di atas, maka jelas bahwa Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia – sia.
Semua yang diciptakan – Nya pasti bermanfaat bagi manusia. Dan kita sebagai khalifah di bumi,
sudah sepantasnya menjaga dan menfaatkan semua alam semesta ini dengan bijak. Kerusakan
alam atau perubahan iklim yang terjadi saat ini telah difirman kan oleh Allah jauh sebelum hal
tersebut terjadi. Kerusakan dan perubahan alam ini pun juga akibat oleh ulah tangan
manusia.Dalam mengantisipasi perubahan iklim ini dapat dilakukan dengan berbagai macam hal.
Antara lain dengan menbuat dan menggunakan tanaman transgenic dalam pertanian. Sehingga
meski perubahan iklim telah terjadi, hal ini tidak lah berpengaruh pada pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke - 3. Jakarta: Balai Pustaka.11/11/12
Sastrawijaya, A. Tresna, M.Sc. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
13/11/12
Yulipriyanto, Hieronymus. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengolahannya. Yogyakarta: Graha
Ilmu.16/11/12
Anonim_ http://a-rauf.blogspot.com/2012/05/al-quran-dan-ilmu-pengetahuan-
modern.html.16/11/12
Anonim - http://subhanmedia.blogspot.com/2010/03/qs-ar-rum-41-42.html.21/11/12
Anonim_http://lapan.or.id/index.phpoption=com_content&view=article&id=79.21/11/12
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERTANIAN
Sektor pertanian perlu beradaptasi terhadap perubahan iklim karena seiring dengan semakin
tingginya suhu bumi dan berubahnya pola presipitasi terjadi juga: perubahan zona iklim dan
pertanian, perubahan pola produksi pertanian, makin meningkatnya produktivitas karena
pertambahan CO2 di atmosfer dan bertambahnya kerentanan orang-orang yang tidak memiliki
tanah dan miskin. Dampak perubahan iklim terhadap Indonesia dapat positif maupun negatif. Di
beberapa daerah, konsentrasi CO2 di atmosfer dan radiasi matahari dapat berakibat positif untuk
proses fotosintesis. Namun demikian, penelitian pemodelan yang dilakukan Amin (2004, dalam
PEACE, 2007) menyimpulkan bahwa pemanasan global menyebabkan penurunan hasil panen di
Jawa Barat dan Jawa Timur. Sementara konsentrasi CO2 yang dilipatgandakan akan
mempengaruhi hasil panen di benua Asia antara -22% hingga +28% pada tahun 2100 (Reilley,
1996 dalam PEACE, 2007). Dampak perubahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Salah satu sektor yang paling terpengaruh dengan perubahan iklim adalah sektor pertanian.
perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim
hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami
pergeseran. Disamping itu kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang
tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin.
Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Salah satunya adalah serangan
wereng cokelat di pantura jawa telah memporakporandakan sedikitnya 10.644 ha tanaman padi
di Kabupaten Cirebon. Seluas 419 ha diantaranya telah dinyatakan puso alias gagal panen
(Sumber: Pikiran Rakyat, 2005). Serangan hama dan penyakit tanaman padi di beberapa tempat
mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Total serangan organisme
pengganggu tanaman secara nasional pada periode Januari-Juni 2006 mencapai 135.988 hektar
dengan puso 1.274 hektar. Luas serangan ini lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Luas sawah yang terkena serangan 129.284 hektar pada Januari-Juni 2005.
Beberapa jenis hama yang ditemukan antara lain penggerek batang padi, wereng batang coklat,
tikus, dan tungro (sumber: Kompas,2006). menurunnya kesejahteraan ekonomi petani. Dua hal
diatas jelas merugikan petani dan sektor pertanian karena akan semakin menyusutkan dan
menurunkan hasil pertanian yang berefek pada menurunnya pendapatan petani. Sebab
perekonomian petani bergantung pada keberhasilan panen, jika terjadi kegagalan maka petani
akan merugi. Lha wong sukses panen saja masih merugi, apalagi jika gagal panen.
Pembuatan waduk untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan
memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekurangan air (kekeringan).
Pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir. Embung ini dapat dimanfaatkan untuk :
3. mencegah erosi
4. menampung sedimen dan sedimen tersebut mudah diangkut karena ukuran embung
yang relatif kecil.
5. sebagian air embung dapat digunakan sebagai cadangan pada musim kemarau.
Memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini dan
rekomendasi pada masyarakat.
Memetakan daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan untuk penyusunan pola
tanam dan memilih jenis tanaman yang sesuai.
Memilih tanaman yang sesuai dengan pola hujan, misal: menggunakan tanaman atau
varietas yang tahan genangan, tahan kering, umur pendek dan persemaian kering;
kombinasi tanaman, sehingga kalau sebagian tanaman mengalami puso, yang lainnya
tetap bertahan dan memberikan hasil.
Pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah, air permukaan, air bendungan atau
checkdam, dan air daur ulang dari saluran pembuangan.
Efisiensi penggunaan air seperti gilir iring dan irigasi hemat air.
3. Upaya-upaya khusus lain seperti gerakan percepatan tanam dan pengolahan tanah.
Meningkatkan kesiapan dan peran serta masyarakat dalam upaya antisipatif bencana alam
banjir sehingga mereka beranggapan bahwa upaya itu adalah untuk kepentingan mereka
dan dilaksanakan secara bersama-sama dalam koordinasi yang baik dengan pihak lain.
Syahri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
Jl. Kol H. Barlian No. 83 Km. 6 Palembang
Email: bptp-sumsel@litbang.deptan.go.id
Abstrak
Perubahan iklim karena pemanasan global telah mengubah kondisi
iklim global, regional, maupun lokal. Pertanian merupakan salah satu sektor
yang sangat rentan terhadap perubahan iklim yang berdampak pada
produktivitas tanaman dan pendapatan petani. Dampak tersebut bisa secara
langsung maupun tidak langsung melalui serangan OPT, fluktuasi suhu dan
kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan OPT merupakan beberapa pengaruh
perubahan iklim yang berdampak buruk terhadap pertanian di Indonesia.
Perubahan iklim juga berimplikasi terhadap munculnya ras, strain, biotipe,
genome baru dari hama dan penyakit yang mempengaruhi tanaman, ternak
dan manusia dan berdampak menimbulkan risiko baru terhadap ketahanan
pangan. Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk
mengantisipasi perubahan iklim di antaranya pemantauan terhadap
dinamika serangan OPT, identifikasi faktor-faktor iklim yang berpengaruh
terhadap perkembangan dan distribusi serangan OPT, membuat model
prediksi dan validasi model prediksi serangan OPT, membangun sistem
peringatan dini, adanya kelembagaan yang tepat dan akurat,
mengembangkan penelitian tentang prediksi iklim dan permodelannya, serta
penerapan sistem budidaya tanaman yang sehat yang diintegrasikan dalam
teknologi pengelolaan hama dan penyakit tanaman secara terpadu.
PENDAHULUAN
Perhatian masyarakat nasional dan internasional semakin meningkat
terhadap isu lingkungan global, khususnya perubahan iklim yang telah
muncul sebagai isu utama lingkungan global. Iklim global telah mengalami
perubahan sejak revolusi industri, diperkirakan konsentrasi CO 2 telah
meningkat 30% (Iwantoro, 2008). Menurut laporan IPPC tahun 2007, rata-
rata temperatur global akan meningkat antara 0,9-3,5 oC pada tahun 2100
(Campbell, 2007). Peningkatan emisi gas rumah kaca diketahui telah
menimbulkan adanya pemanasan global.
Perubahan iklim karena pemanasan global (global warming) telah
mengubah kondisi iklim global, regional, maupun lokal. Hal ini karena iklim
merupakan unsur utama yang berpengaruh dalam sistem metabolisme dan
fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global akan berdampak buruk
terhadap keberlanjutan ketahanan tanaman. Perubahan iklim global akan
mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat
erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (a) naiknya suhu udara yang juga
berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika
atmosfer, (b) berubahnya pola curah hujan, (c) makin meningkatnya
intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El- Nino dan La-Nina,
dan (d) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub.
Pemanasan global juga dapat menyebabkan peningkatan intensitas
kejadian iklim ekstrim (el-nino dan la-nina) dan ketidakteraturan musim.
Selama 30 tahun terakhir terjadi peningkatan suhu global secara cepat dan
konsisten sebesar 0,2oC per dekade, 10 tahun terpanas terjadi pada periode
setelah tahun 1990. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat
rentan terhadap perubahan iklim yang berdampak pada produktivitas
tanaman dan pendapatan petani. Dampak tersebut bisa secara langsung
maupun tidak langsung melalui serangan OPT, fluktuasi suhu dan
kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan OPT merupakan beberapa pengaruh
perubahan iklim yang berdampak buruk terhadap pertanian di Indonesia
(Iwantoro, 2008).
Organisme Penganggu Tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas
produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun
perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi
menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan
tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata,
moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada
tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, nematoda
dan tumbuhan tingkat tinggi. Perkembangan hama dan penyakit sangat
dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada
musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit
tanaman, sementara pada musim kemarau banyak masalah hama.
Dampak dari perubahan iklim adalah meningkatnya kejadian iklim
ekstrim, berubahnya pola hujan, bergesernya awal musim, banjir,
kekeringan, dan naiknya permukaan air laut. Perubahan itu otomatis
merubah pola tanam padi di Indonesia dan juga memicu perubahan pola
hidup OPT (organisme penganggu tanaman) yang dapat menyebabkan
ledakan hama penyakit tanaman. Perubahan iklim juga berimplikasi terhadap
munculnya ras, strain, biotipe, genome baru dari hama dan penyakit yang
mempengaruhi tanaman, ternak dan manusia dan berdampak menimbulkan
risiko baru terhadap ketahanan pangan. Oleh sebab itu, subsektor tanaman
pangan merupakan salah satu yang menerima dampaknya.
Direktorat Perlindungan Tanaman (2010) melaporkan bahwa
kekeringan, kebanjiran, dan OPT telah menyebabkan sekitar 380 ribu ha
sawah terganggu, dan 48 ribu ha di antaranya gagal panen. Sebagai contoh,
selama MH 2010-1011 periode Oktober-Desember, serangan berat wereng
batang coklat (WBC) seluas 9.961 ha, serangan sedang seluas 1.261 ha,
serangan berat 278 ha, dan puso 12 ha. Selama periode Januari-Desember
2010, serangan WBC diduga mencapai 132.322 ha dan puso 4.586 ha.
Serangan terluas terjadi di Jawa Barat (60.735 ha), Jawa Tengah (30.872 ha),
Jawa Timur (27.066 ha), dan Banten (9.265 ha).
Fakta tersebut menunjukkan adanya kaitan perubahan iklim seperti
peningkatan suhu dengan masalah hama dan penyakit di Indonesia. Namun,
untuk memahami masalah secara menyeluruh perlu pengkajian khusus dan
dalam tentang dampak iklim terhadap perubahan hama dan penyakit.
Sehingga dapat dirumuskan langkah antisipasi yang tepat, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai pengaruh iklim terhadap perkembangan OPT serta
bagaimana upaya yang telah dan sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi
permasalah tersebut.
PENUTUP
Perubahan iklim global berpengaruh nyata terhadap sistem pertanian
termasuk di Indonesia, meluasnya kisaran jenis invasif baik dari golongan
serangga, cendawan, bakteri, nematoda dan gulma. Untuk menghadapi
perubahan iklim global tersebut diperlukan kajian terhadap pengaruh
perubahan iklim terhadap dinamika populasi dan sebaran OPT, kajian
mengenai adaptasi tanaman terhadap perubahan iklim serta penggunaan
varietas/kultivar tanaman yang tahan terhadap OPT maupun dampak
perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Inovasi Padi Menghadapi Perubahan Iklim. Sinar Tani Edisi 5-11
Januari 2011 No. 3387 Tahun XLI.
Baehaki, SE. 2011. Inovasi Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Padi. Disampaikan pada Workshop Dukungan Inovasi dalam Penyiapan
Strategi Pengendalian OPT Padi Nasional. Cipayung, 4-6 Desember 2011.
Garrett, KA et al. 2006. Climate Change Effects on Plant Disease: Genomes to
Ecosystems. Annu. Rev. Phytopathol. 44:489–509.
Garrett, KA et al. 2009. Plant Pathogens as Indicators of Climate Change.
Iwantoro, S. 2008. Pengaruh Perubahan Iklim Global terhadap Eksistensi Spesies
Invasif dan Perdagangan Global. Prosiding Seminar Nasional PEI dan PFI
Komda Sumsel. Palembang, 18 Oktober 2008.
Natawidjaja, H. dan H.T. Widarto. 2008. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap
Dinamika Populasi OPT. Prosiding Seminar Nasional PEI dan PFI Komda
Sumsel. Palembang, 18 Oktober 2008.
Petzoldt, C and A. Seaman. 2010. Climate Change Effects on Insects and
Pathogens.
Roja, A. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu (PHT) pada Padi
Sawah. BPTP Sumatera Barat.
Sebenarnya efek rumah kaca (ERK) adalah alamiah dan tidak berbahaya. Sebab, jika tidak ada
ERK seperti ini maka suhu bumi sangat dingin, ada yang menyebutkan suhu bumi 30oC lebih
rendah dari sekarang (Munawir, 2010). Energi dari matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta
memanasi permukaan bumi. Sebaliknya bumi mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas
rumah kaca pada atmosfer menyaring sejumlah energi yang dipancarkan, menahan panas seperti
rumah kaca. Tanpa ERK ini maka suhu udara akan lebih rendah dari yang ada sekarang dan
kehidupan mungkin tidak ada. Jadi gas rumah kaca menyebabkan sudu udara di permukaan
bumi menjadi lebih nyaman sekitar 60oF atau 15oC (KKPG, 2002).
Komposisi kimiawi dari atmosfer sedang mengalami perubahan sejalan dengan penambahan gas
rumah kaca, terutama karbon dioksida, metan dan asam nitrat. Atmosfer yang seharusnya dapat
menahan dan melindungi kehidupan bumi dari serangan radiasi sinar matahari dan meredam
perbedaan suhu secara ekstrim pada siang dan malam, mengalami kerusakan atau perubahan gas-
gas penyusunnya.
Faktor utama yang menyebabkan meningkatnya ERK antara lain adalah akibat berbagai aktivitas
manusia, terutama proses industri dan transportasi yang meningkatkan emisi ke
atmosfer. Rusaknya tatanan atmosfer menyebabkan gas-gas (pancaran radiasi matahari) tersebut
tidak seimbang komposisinya, sehingga mengakibatkan perubahan iklim di bumi (Prima,
2010). Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar
70% dipakai oleh Negara-negara maju dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar
fosil. Sedangkan penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon,
menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20% dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus
hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah (KKPG, 2002).
Menurut Ahli Biologi, laut mempunyai peranan penting dalam siklus karbon karena siklus
karbon sebagian besar terjadi di laut, yaitu sekitar 90%. Terganggunya siklus karbon di laut
menyebabkan terjadinya peningkatan suhu permukaan laut sehingga semakin rendah proses
penyerapan karbon di udara oleh laut. Hal tersebut menyebabkan peningkatan pemanasan
global dan salah satu akibatnya adalah fenomena iklim El Nino dan La Nina (As-Syakur, 2007).
Kondisi tersebut yang akan menyebabkan perubahan iklim di wilayah Indonesia. Fenomena El
Nino menyebabkan meningkatnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur-Tengah, berkurangnya
curah hujan (CH) di wilayah Indonesia, dan meningkatnya CH di wilayah Pasifik dan AS bagian
timur. Sedangkan fenomena La-Nina menyebabkan mendinginnya suhu permukan laut di Pasifik
Tengah/Timur dan meningkatnya CH di wilayah Indonesia (Prima, 2010).
Kondisi Aktual Iklim di Indonesia pada bulan November 2010 suhu permukaan laut diatas
perairan Indonesia lebih panas dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Adanya daerah
tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah barat Bengkulu dan di Laut Cina Selatan
mempengaruhi peningkatan aktifitas pertumbuhan awan hujan terutama di wilayah Indonesia
bagian barat. Fenomena La Nina diprediksi terus dominan hingga Maret-April 2011 dan
selanjutnya menuju kondisi netral pada bulan Mei 2011.
Dampak perubahan iklim bisa secara langsung maupun tidak langsung melalui serangan OPT,
fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan OPT merupakan beberapa pengaruh perubahan iklim yang
berdampak buruk terhadap pertanian di Indonesia. Peningkatan kejadian iklim ekstrim yang
ditandai dengan fenomena banjir dan kekeringan, perubahan pola curah hujan yang berdampak
pada pergeseran musim dan pola tanam, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin
meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan OPT merupakan
beberapa pengaruh perubahan iklim yang berdampak buruk terhadap pertanian di Indonesia.
Pengaruh kejadian iklim ekstrim tersebut seringkali menstimulasi ledakan (outbreak) beberapa
hama dan penyakit utama tanaman. (www.balitklimat.litbang.deptan.go.id, 2011).
Dampak kekeringan akan menyebabkan populasi ulat pemakan daun kelapa sawit seperti ulat
api Setothosea asigna dan ulat kantong Mahasena corbetii, juga dapat meningkat karena kondisi
kering mendukung perkembangannya. Selain itu, kerusakan kelapa sawit karena hama tikus
pada musim kering cukup tinggi dan penyakit busuk pangkal batang Ganoderma boninense
cenderung menjadi lebih cepat berkembang (Ditjen Binprobun, 2004).
Sebaliknya pada musim penghujan serangan penyakit yang disebabkan oleh cendawan lebih
dominan, seperti penyakit antraknosa dan bercak daun pada kapas. Penyakit antraknosa dapat
menyebabkan boll busuk sampai kehilangan hasil 70% atau dapat menyebabkan kerugian pada
benih rata-rata 45%.
Pengelolaan terhadap berbagai perubahan iklim diperlukan untuk mengelola perubahan iklim,
dan secara simultan untuk antisipasi yang komfrehensif terhadap dampak perubahan iklim bumi
dalam jangka panjang. Perubahan iklim bumi dapat ditanggulangi melalui penyusunan kebijakan
adaptasi dan mitigasi. Adaptasi adalah penyesuaian sistem sosial dan alam dalam mengatasi
dampak negatif perubahan iklim, sedangkan mitigasi adalah upaya mengurangi sumber maupun
peningkatan rosat (penyerap) gas rumah kaca sehingga proses pembangunan tidak terhambat dan
tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai. (Ditjenbun, 2007).
Adaptasi dilakukan melalui pengunaan varietas tanaman yang dianjurkan, seperti tahan terhadap
serangan hama dan penyakit dan kebijakan rotasi penanaman sesuai prakiraan iklim yang
berkaitan dengan perubahan iklim tersebut. Pola tanam tumpang sari
(intercropping) mempunyai potensi terjadinya gangguan hama yang kompleks. Untuk itu
pemilihan jenis tanaman sangat penting, yaitu tanaman yang dipilih bukan merupakan inang
alternatif dari hama utama tanaman perkebunan.
Usaha mitigasi dapat dilakukan dengan implementasi pengendalian hama terpadu, melalui:
konservasi musuh alami, peningkatan keanekaragaman (diversity) tanaman,
mengintensifkan pest surveillance yang berkelanjutan, dan penggunaan pestisida secara
selektif. Selain itu, pemanfaatan informasi iklim untuk sistem peringatan dini (Early Warning)
dengan menerapkan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) atau Sekolah
lapang Iklim (SL-Iklim) bagi petani dan kelompok tani.
Antisipasi serangan OPT di masa yang akan datang, sistem peringatan dini tersebut perlu
dibangun. Perlu ditunjang dengan kelembagaan yang tepat dan
kuat. Berbagai stakeholder terkait seperti Dirat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon, Balai
Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,
Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota, BMKG, kelompok tani, dan pelaku agribisnis lainnya perlu
dilibatkan. Selain itu, penelitian dan pengembangan tentang prediksi iklim serta permodelannya
harus terus dilakukan untuk mendukung peningkatan akurasi prediksi serangan OPT di masa
yang akan datang, paparnya.