Anda di halaman 1dari 6

PAPER

ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Ekologi
Kesehatan Dan Perubahan Iklim Global

Dosen Pengajar

Astri Getriana SKM., MKM.

Kelompok 1 :

1. Lesi Navanca 1513201002


2. Vianita Eka Putri 1513251005

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA

JAKARTA, 2019
1. Perubahan iklim
Perubahan iklim merupakan salah satu topik yang sedang hangat dibicarakan
baik pada tataran praktis hingga pada ranah politis. Terlepas dari panjangnya diskusi
permasalahan ini, perubahan iklim telah, sedang dan akan terus terjadi.
Dalam hubungan tersebut dan berhubungan dengan letak geografis, maka
Indonesia sangat rentan untuk menerima dampak pemanasan global dan perubahan
iklim. Sebagai negara beriklim tropis dikelilingi oleh laut dan memiliki peran hutan
yang penting sebagai paru paru dunia, maka tanggung jawab untuk menjaga
kelestarian lingkungan dari dampak perubahan iklim menjadi meningkat.
Perubahan iklim adalah berubahnya pola dan intensitas unsur iklim pada
periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap ratarata 30 tahun).
Perubahan iklim dapat merupakan suatu perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau
perubahan dalam distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya. Sebagai
contoh, kejadian cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi atau malah berkurang
frekuensinya, pola musim yang berubah, dan meluasnya daerah rawan kekeringan.
Dengan demikian, fluktuasi yang periodenya lebih pendek dari beberapa dekade atau
30 tahun, seperti kejadian El Nino, tidak dapat dikatakan sebagai perubahan iklim.
Hukum Fisika tentang kekekalan energi menjelaskan, energi yang terkumpul
tersebut akan tetap bertahan di atmosfer dan hanya dapat berubah bentuk menjadi
jenis energi lainnya. Ada tiga perubahan bentuk energi yang terjadi, yakni:
a. Energi panas atau kalor dalam bentuk peningkatan suhu Bumi dan
mencairnya es di daratan yang menyebabkan peningkatan muka air laut.
b. Energi gerak atau kinetis dalam bentuk angin puting beliung, badai, topan,
dan siklon tropis.
c. Energi berat atau potensial dalam bentuk turunnya hujan air dan es yang
lebih deras.
Peran Indonesia dalam mengatasi isu pemanasan global dan perubahan iklim
bukan hanya sebagai kontribusi nasional untuk tingkat Internasional tetapi juga
sebagai bentuk warisan untuk generasi mendatang sebagai bentuk survival sebagai
bangsa. Hal ini dikarenakan dampak perubahan iklim akan menggerus kapasitas
dukung lingkungan sehingga terus menurun dan pada akhirnya mengancam
kesinambungan pembangunan berkelanjutan.
Peran serta masyarakat juga harus didukung oleh kebijakan publik oleh
berbagai instansi pemerintah yang berhubungan dalam penanganan isu perubahan
iklim. Pembahasan diperlukan juga untuk melihat peran berbagai institusi dan
bagaimana koordinasi dan sinergi yang diharapkan. Manajemen kebijakan perubahan
iklim pada tataran nasional dan internasional perlu dikenalkan kepada masyarakat
sehingga dapat menjadi acuan untuk hal hal yang selama ini sering dipertanyakan dan
diberitakan di media masa. Pada akhirnya sosialisasi kepada masyarakat diperlukan
untuk memahami peran institusi yang memberikan pelayanan informasi perubahan
iklim pada tingkat dasar. Informasi tersebut merupakan informasi utama yang
menunjukkan apa benar perubahan iklim sudah terjadi di bumi Indonesia.

2. Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim


Jika dicermati secara mendalam maka gejala yang diakibatkan dari perubahan
bentuk energi tersebut sebenarnya adalah perubahan dari berbagai parameter iklim
yaitu suhu, angin, dan hujan. Atau dengan kata lain, terjadi perubahan siklus air di
muka Bumi. Selain suhu, angin, dan hujan, parameter iklim lainnya yang ikut berubah
adalah penguapan, kelembaban, dan tutupan awan. Singkat kata, perubahan energi
akibat pemanasan global telah mengakibatkan perubahan siklus air yang mengarah
pada perubahan iklim. Secara umum, perubahan iklim berlangsung dalam waktu lama
(slow pace) dan berubah secara lambat (slow onset). Perubahan berbagai parameter
iklim yang berlangsung perlahan tersebut dikarenakan berbagai peristiwa ekstrem
yang terjadi pada variabilitas iklim yang berlangsung secara terus-menerus.
Upaya adaptasi yang dilakukan manusia terhadap lingkungan di sekitarnya,
termasuk iklim, bukanlah hal baru. Pada musim dingin di kawasan Eropa misalnya,
masyarakat di sana telah lama beradaptasi dengan mengenakan pakaian tebal agar
tubuh mereka tidak menggigil kedinginan diterpa suhu udara yang rendah. Hal serupa
juga dilakukan masyarakat Indonesia yang bermukim di dataran tinggi atau
pegunungan. Untuk menghadapi suhu udara yang dingin di malam hari, mereka
menyesuaikan diri dengan mengenakan jaket atau baju tebal agar tubuh tetap dalam
kondisi hangat. Sebaliknya bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir atau
pantai. Pakaian yang mereka kenakan biasanya terbuat dari kain tipis agar mudah
menyerap keringat di siang hari.
Tak ada catatan yang pasti kapan upaya-upaya adaptasi semacam itu
dilakukan. Namun yang jelas, disadari atau tidak, kebiasaan beradaptasi tersebut
sudah berlangsung sangat lama. Dari beberapa contoh tersebut, jelas bahwa adaptasi
adalah suatu usaha mahluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi
lingkungan yang ada. Dalam konteks perubahan iklim, upaya adaptasi dilakukan
untuk mengelola permasalahan yang tidak dapat dihindari. Singkat kata, adaptasi
adalah upaya untuk mengatasi akibat yang ditimbulkan.
Seluruh masyarakat, apapun profesinya, sebenarnya dapat berkontribusi dalam
usaha adaptasi perubahan iklim. Semakin serius kita melakukan upaya adaptasi, kian
terasa nyaman dalam menghadapi perubahan iklim. Berikut ini hal-hal praktis yang
bisa dilakukan masyarakat luas dalam upaya melakukan adaptasi terhadap perubahan
iklim.
a. Memanfaatkan informasi iklim dan cuaca untuk optimalisasi aktivitas dan
peningkatan kapasitas adaptif.
b. Melakukan program pengurangan risiko bencana terkait iklim seperti
penghutanan kembali (reboisasi) dan penghijauan terutama di kawasan
hutan/lahan yang kritis, baik di hulu maupun di hilir (kawasan pesisir)
dengan melibatkan peran serta masyarakat luas.
c. Meningkatkan ketahanan tubuh menghadapi pergeseran musim.
d. Membangun infrastruktur dengan menyesuaikan risiko dampak perubahan
iklim.
e. Membangun dam (tanggul) untuk penahan banjir dan membuat drainase
untuk pengelolaan air.
f. Memperbaiki manajemen pengelolaan air, termasuk sistem dan jaringan
irigasi.
g. Mengembangkan teknologi panen air, seperti membangun embung, dam
parit, dan lain sebagainya.
h. Perbaikan kualitas Lingkungan.

3. Mitigasi Perubahan Iklim


Beberapa upaya praktis yang dapat Anda lakukan untuk melakukan mitigasi
agar laju perubahan iklim dan pemanasan global dapat direm adalah sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi barang berdasarkan kebutuhan, bukan menuruti kemauan.
b. Menanam pohon.
c. Melestarikan keanekaragaman hayati.
d. Hemat air.
e. Hemat energi (kurangi penggunaan listrik dan BBM).
f. Menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan.
g. Memanfaatkan sumber listrik tenaga nonfosil seperti PLTA, biogas,
biofuel, biodiesel, geothermal, arus laut, angin, dan surya.
h. Beralih menggunakan sumber energi rendah emisi. Contohnya dari kayu
bakar atau minyak tanah menjadi gas elpiji.
i. Hindari posisi stand by pada alat-alat elektronik (televisi, AC, DVD, tape,
radio, dan lain-lain). Karena itu cabut saja kabel yang menghubungkan
alat-alat tersebut dengan sumber listriknya.
j. Menggunakan moda transportasi massal (seperti bis dan kereta api) atau
moda transportasi tanpa BBM seperti sepeda. Kalaupun menggunakan
kendaraan pribadi (mobil), jangan sendirian. Ajaklah penumpang lain
dalam satu mobil.
k. Menggunakan moda transportasi dengan mesin yang memiliki standar
emisi rendah, misalnya berstandar Euro.
l. Jangan membakar sampah.
m. Hindari pembakaran hutan dan lahan.
DAFTAR PUSTAKA

Aldrian, E., Meteorologi Laut Indonesia, 2008, ISBN 978-979-1241-19-9, Puslitbang


BMG.

Boer, R., Sutardi, Hilman, D., 2007, Indonesia Country Report: Climate Variability
and climate changes, and their implication. Ministry of Environment, 68pp. ISBN 878-878-
8362-82-1.

Kementrian Lingkungan Hidup, Rencana Aksi Nasional dalam menghadapi


Perubahan Iklim (National action Plan to coupe Climate Change, 2007, 108pp.

Anda mungkin juga menyukai