Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

VULNERABILITY ASSASMENT DI WILAYAH PESISIR PULAU NAMU,


DESA NAMU, KECAMATAN LAONTI, KABUPATEN KONAWE
SELATAN

OLEH :

KELOMPOK : XVI (ENAM BELAS)


PRAKTIKKAN : 1. ALMAN UKO
2. MUHAMMAD RAJA SUYUDI

PROGRAM STUDI BIOTEKNLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
MEI 2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iklim yang kurang bagus pada suatu daerah dapat menyebabkan

perubahan iklim yang signifikan. Perubahan iklim adalah berubahnya pola dan

intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat ditentukan. Perubahan dapat

berupa suatu perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam Iklim

adalah cuaca yang terjadi pada suatu tempat atau daerah tertentu. Iklim

merupakan karakter cuaca suatu tempat dan bukan hanya merupakan cuaca rata-

rata, kurun waktu yang sering digunakan untuk menentukan iklim rata-rata yaitu

30 tahun. distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya. Perubahan iklim

sebagai implikasi pemanasan global yang disebabkan oleh kenaikan suhu dan gas-

gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH2).

Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan

temperatur dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca yang

disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas, seperti karbondioksida, metana,

dinitrooksida dan Chloro Fluor Carbon (CFC) sehingga energi matahari

terperangkap dalam atmosfer. Dampak tersebut diperkirakan akan nampak pada

2100. Dampak-dampak ini antara lain meningkatnya temperatur atmosfer sekitar

1,5-4,50C, musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayat, meningkatnya

frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan dan banjir serta mencairnya es

dan gletser di kutub yang mengakibatkan kenaikan permukaan laut hingga

menyebabkan banjir yang luas. Tahun 2100, diperkirakan permukaan air laut naik

sekitar 15-95 cm, jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena
kekeringan yang berkepanjangan juga diprediksi akan meningkat, kenaikan suhu

air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang dan kerusakan terumbu karang

di seluruh dunia juga diperkirakan terjadi pada waktu yang sama. Beberapa

perubahan iklim ini sangat rentan dirasakan khususnya bagi daerah yang berada

disekitaran wilayah pesisir. Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara

daratan dan lautan, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi

oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan intrusi garam sedangkan ke

arah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang

ada di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar serta daerah yang dipengaruhi

oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.

Namu merupakan sebuah desa wisata yang terletak di konawe selatan

sulawesi tenggara. Fitur utama desa namu adalah pantai sehingga masyarakat

didaerah tersebut menamainya sebagai pulau namu, Desa namu memiliki banyak

jenis daya tarik yang tidak boleh dilewatkan, termaksud pantainya yang menawan,

budaya yang menarik dan pilihan kuliner lokal yang sangat beragam. Semua

keistimewaan ini memancing lebih banyak pengunjung dari waktu ke waktu,

termaksud dari mancanegara. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan

praktikum tentang adaptasi perubahan iklim.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana kerentanan

pulau Namu terhadap perubahan iklim?


C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang terdapat pada praktikum ini adalah untuk mengetahui

bagaimana kerentanan pulau Namu terhadap perubahan iklim.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mengetahui bagaimana kerentanan pulau Namu terhadap perubahan iklim.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pulau Namu

Desa namu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

administratif kecamayan laonti, kabupaten konawe selatan. Desa ini

merupakan hasil pemekaran desa sangi-sangi kecamatan moramo

kabupaten dati dua kendari. Kondisi alamnya masih terjaga kealamiannya

dan menarik, dimana ada perpaduan antara pemandangan alam laut dan

hutan, membuat desa ini di tahun 2017 dicanangkan sebagai salah satu

desa wisata. Hal tersebut sebagai tindak lanjut dari hasil kunjungan dewan

pertimbangan presiden (Watimpres) ke desa namu, sehingga memasukan

desa namu sebagai salah satu destinasi wisata nasional dan telah disetujui

oleh presiden RI. Desa wisata namu memiliki berbagai objek wisata yaitu

wisata pantai, wisata bawah air, wisata air terjun, dan wisata hutan (Palupi,

2019)

B. Adaptasi Perubahan Iklim

Adaptasi perubahan iklim adalah upaya mengurangi kerentanan

atas bahaya sekaligus meningkatkan kapasitas pada seluruh komponen dari

aset penghidupan. Perubahan iklim merupakan akibat adanya pemanasan

global yang memberikan dampak negatif pada wilayah pesisir terhadap

aktivitas kehidupan masyarakat nelayan. Dampak negatif perubahan iklim

antara lain kenaikan suhu permukaan air laut, intensitas cuaca ekstrim,

perubahan pola curah hujan dan gelombang besar. Dampak negatif


tersebut membawa dampak berkelanjutan dalam pola kehidupan

masyarakat nelayan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Pemenuhan

kebutuhan hidup terkait kehidupan sosial ekonominya yang bergantung

pada mata pencarian pokok sebagai nelayan, sehingga masyarakat nelayan

harus memiliki strategi bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari dengan modal sosial yang dimiliki (Ulfa, 2018).

C. Dampak Perubahan Iklim

Dampak perubahan iklim yang menjadi ancaman besar apabila

dikaitkan dengan kondisi geografis Indonesia adalah naiknya permukaan

air laut (sea level rise) dan ancaman terhadap tenggelamnya pulau-pulau

dan wilayah pesisir. Naiknya muka laut juga menyebabkan bermigrasinya

permukiman nelayan dari tepi pantai semula menjadi lebih ke hulu dan

akan membawa dampak sosial. Guna mengantisipasi ancaman dan dampak

perubahan iklim sekaligus mengurangi tingkat kerentanan, diperlukan

kebijakan dan strategi guna mengantisipasi potensi ancaman dan sebagai

bentuk rencana adaptasi dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Kebijakan antisipasi tersebut bisa direfleksikan dalam bentuk rencana aksi

adaptasi perubahan iklim. Tataran aksi inilah akan sangat diperlukan

kemampuan adaptasi sebagai fungsi dari sosial ekonomi, infrastruktur dan

juga teknologi (Indriatmoko, 2017).

D. Faktor penyebab perubahan iklim


Perubahan iklim pasti mengakibatkan variabilitas iklim seperti

frekuensi, intensitas, durasi dan waktu peristiwa cuaca dan iklim yang

ekstrim. Variabilitas iklim adalah fluktuasi unsur iklim yang terjadi secara

tiba-tiba namun tidak berlangsung lama. Perubahan iklim akan

memperbesar nilai variabilitas iklim dan mempercepat periode terjadinya

variabilitas iklim tersebut. Cuaca ekstrim muncul sebagai wujud dari

variabilitas iklim, di Indonesia terdapat variabilitas iklim musiman dan

nonmusiman. Variabilitas musiman dan tahunan di Indonesia dipengaruhi

oleh monsun dan ENSO. Monsun mempengaruhi iklim Indonesia melalui

pergerakan titik kulminasi matahari yang mengakibatkan Indonesia

mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Terjadinya variablilitas iklim memberikan dampak di berbagai

sektor kehidupan manusia yang berujung pada perekonomian. Sektor

lainnya juga yaitu perikanan tangkap juga merasakan dampak variabilitas

iklim dalam kegiatan operasional penangkapan ikan. Adapun dampak

perubahan iklim terhadap perikanan tangkap yaitu terjadinya peningkatan

frekuensi ombak besar yang menjadi tantangan bagi nelayan untuk

menjangkau fishing ground. Kondisi perairan yang tidak bersahabat

menyebabkan nelayan sering menunda waktu operasional penangkapan

ikan sehingga mempengaruhi pendapatan dari hasil tangkapan ikan

sedangkan pendapatan yang diterima nelayan dari hasil tangkapan

dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor yang mempengaruhi

pendapatan nelayan adalah lamanya waktu melaut serta pengalaman


sebagai nelayan sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

nelayan antara lain teknologi, sosio ekonomi, tata niaga, modal dan biaya

produksi, tenaga kerja serta jarak tempuh melaut (Azizi, 2017).

E. Pemanasan Global

Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan

bumi akibat peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer.

Pemanasan global merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi

secara global yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak

langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup

lain. Peningkatan temperatur bumi tersebut meliputi temperatur atmosfir,

laut dan daratan bumi. Hampir semua para ahli yang memiliki kepedulian

dan perhatian terhadap fenomena peningkatan temperatur bumi

mensinyalir atau menuding bahwa penyebab kenaikan temperatrur bumi

tersebut adalah aktivitas-aktivitas manusia yang mendorong timbulnya gas

efek rumah kaca. Berbagai aktivitas manusia yang memicu peningkatan

gas efek rumah kaca antara lain kegiatan industri, pembabatan dan

kebakaran hutan secara terus-menerus, asap pembakaran dari kendaraan

bermotor, aktifitas peternakan dan lain-lain (Harnani, 2018).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 11 Mei 2020 pukul 14.00

WITA sampai hari Selasa, 12 Mei 2020 pukul 08.30 WITA bertempat di Pulau

Namu, Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi

Sulawesi Tenggara.

E. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


NO. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Kapal nelayan Sebagai alat transportasi dari kota Kendari
menuju pulau Namu
2. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
3. Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan

F. Metode Praktikum

Metode yang digunakan pada praktikum lapangan ini adalah melakukan

survei dan wawancara secara online mengenai adaptasi perubahan iklim di pulau

Namu, Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Gambar 1. Peta Desa Pulau Namu Gambar 2. Desa Namu

G. Pembahasan

Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan signifikan dari iklim

maupun variabilitas iklim yang menetap dalam jangka waktu yang sangat lama

(satu dekade) atau seterusnya. Perubahan iklim dapat disebapkan oleh proses

perubahan alamiah internal (misalnya badai El Nino) maupun eksternal (seperti

perubahan pesisten yang diinduksi oleh aktivitas manusia, berupa perubahan

komposisi udara dan perubahan peruntukan tanah). Pola iklim yang terganggu

juga menyebapkan efek tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Efek

terhadap pola hujan yang meningkatkan bencana banjir dapat menyebapkan

berbagai penyakit. Efek perubahan iklim akan tidak sama di semua tempat,

misalnya tidak semua populasi penduduk mengalami resiko banjir di daerah

pantai (Keman, 2007)


Praktikum kali ini dilakukan dengan metode online di lapangan mengenai

kerentanan pulau dalam menghadapi perubahan iklim, dimana pulau yang

dikunjungi adalah pulau Namu. Pulau Namu atau Desa Namu merupakan salah

satu pulau yang ada di Sulawesi Tenggara yang memiliki penduduk kurang lebih

sekitar 91 kepala keluarga. Perjalanan dari Kendari menuju Desa namu dapat

dilalui 2 jalur yaitu, pertama dari kendari ke namu dengan menggunakan kapal

rakyat di pelabuhan batu selama kurang lebih dua jam. Kedua dengan jalur darat

dimana langsung menuju ke kolona timur dengan waktu tempuh satu setengah

jam, kemudian dilanjutkan dengan menaiki kapal dipelabuhan kolona timur

dengan waktu tempuh 41 menit. Mata pencaharian masyarakat di desa namu ialah

nelayan tetapi ada juga yang bertani, anak-anak didesa namu ini bersekolah di SD

15 La onti.

Berdasarkan hasil wawancara online pada salah satu warga yang ada

dipulau namu mata pencaharian di pulau namu itu ialah nelayan tetapi dengan

diubahnya desa namu menjadi destinasi wisata membantu meningkatkan

perekonomian masyarakat disitu, selain nelayan masyarakat di desa namu juga

memanfaatkan sektor pertanian dengan menanam jambu mete, pala, cengkeh dan

merica. Untuk kenaikan muka air laut di pulau namu sendiri tidak signifikan

bahkan tidak terasa, yang menjadi keluhan di desa namo itu ialah kalau musim

angin timur pada bulan 7-10 karena pada bulan itu angin sangat kencang sehingga

nelayan tidak melaut dan destinasi wisata menjadi sepi, sehingga masyarakat

hanya berharap pada hasil pertanian. Fitrianigsih (21) penduduk asli desa namu

mengutarakan tidak ada penyakit serius yang dialami oleh masyarakat Desa namo,
hanya terdapat penyakit musiman seperti demam. Masyarakat yang mendominasi

di Desa Namu adalah masyarakat yang berasal dari suku tolaki, muna, bajo, buton

dan orang wawonii yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Perekonomian

atau pembelanjaan masyarakat dilakukan di kolono timur karena di Desa namu

tidak ada pasar, satu kali dalam seminggu masyarakat berbelanja untuk keperluan

sandang dan pangan seperti sayur, buah dan pakaian.

Pulau Namu memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, diantaranya

yaitu kelebihan Desa Namu memiliki pemandangan yang indah serta laut yang

jernih sehingga masyarakat menjadikannya sebagai destinasi wisata,

masyarakatnya juga sangat menjaga kelestarian alamnya dengan melarang

pembuangan sampah disembarang tempat. Desa Namo juga memiliki beberapa

kekurangan seperti tidak adanya fasilitas kesehatan seperti puskesmas kemudian

tidak adanya tempat jual beli contoh pasar.untuk menanggulangi perubahan iklim

masyarakat disana membuat tanggul guna mengurangi dampak dari abrasi pantai.

Solusi bioteknologi yang kami tawarkan adalah bioteknologi modern

dimana dengan cabang ilmu bioteknologi hijau yang berfokus pada pertanian,

karena perannya jauh lebih bagus pada masyarakat pada saat tidak bisa ke laut.

Bioteknologi modern cabang pertanian ini dalam prakteknya lebih mengutamakan

Pendekatan bioteknologi melalui teknik kultur invitro (invitro culture) yang

paling umum dikenal saat ini adalah kultur jaringan (tissue culture). Metode ini

menggunakan bagian organ tanaman tertentu, seperti: daun, kulit batang, akar,

embrio, endosperm, anther dan atau kalus sebagai explant (bahan tanaman).

Explant yang bisa diproses untuk berkembang biak adalah bergantung pada jenis
tanaman, bagian organ tanaman, komposisi media tumbuh dan konsentrasi zat-zat

penghambat pertumbuhan tunas baru seperti fenol, terpen dan lain-lain. Sehingga

pendekatan kultur jaringan sangat cocok untuk membantu mempercepat proses

penyediaan bibit tanaman dalam jumlah dan waktu yang singkat.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang terdapat pada praktikum ini adalah kerentanan

perubahan iklim diklasifikasikan dalam tiga komponen yaitu keterpaparan,

sensitivitas dan kemampuan adaptasi. Perubahan iklim di pulau Namu tidak

memiliki kerentanan yang signifikan, hal ini karena di Pulau Namu tidak terjadi

tsunami, naiknya permukaan air laut dan banjir. untuk mencegah kemungkinan

naiknya air laut ke permukaan masyarakat membuat tanggul bebatuan sebagai

penahan abrasi atau ombak yang memungkinkan bisa sampai ke perumahan

warga. Solusi bioteknologi yang kami tawarkan adalah kultur jaringan untuk

membantu mempercepat proses penyediaan bibit, membantu tanaman tahan hama,

sehingga menjadi sumber mata pencaharian baru dan membantu mengurangi

dampak perubahan iklim.

H. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk praktikan agar lebih kompak lagi dalam tim dan lebih memperhatikan

berkas-berkas penting yang akan digunakan dalam penyusunan laporan.

2. Mungkin dalam pembuatan laporan ini tidak maksimal karena praktikan tidak

bisa melihat sendiri kondisi lingkungan maupunmasyarakat yang ada di daerah

pesisir
DAFTAR PUSTAKA

Azizi., Putri, E.I.K dan Fahrudin, A., 2017, Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perubahan Pendapatan Nelayan Akibat Variabilitas Iklim
(Kasus: Desa Muara Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang), Jurnal
Sosek KP, 12(2), 225-233

Harnani, S., 2018, Pengembangan LKPD Pemanasan Global Bervisi Sets untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis, Skripsi, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.

Indriatmoko, R.H dan Purwanta, W., 2017, Perubahan Lingkungan dan Strategi
Adaptasi Dampak Perubahan iklim di Bandar Udara Hasanuddin,
Makassar, Jurnal Teknologi Lingkungan, 18(1), 80-87

Keman, S., 2007, Perubahan Iklim Global Kesehatan Manusia dan Pembangunan
Berkelanjutan, Jurnal Kesehatan Limgkungan, 3(2), 195-204

Sayyidati, A., 2017, Isu Pemanasan Global dalam Pergeseran Paradigma


Keamanan pada Studi Hubungan Internasional, Jurnal Hubungan
Internasional, 6(1), 38-45

Ulfa, M., 2018, Persepsi Masyarakat Nelayan dalam Menghadapi Perubahan Iklim
(Ditinjau dalam Aspek Sosial Ekonomi), Jurnal Pendidikan Geografi,
23(1), 41-49

Palupi, R, D., Ira., Risfandi, 2019, Strategi Pengembangan Wisata Bahari Desa
Namu Guna Mendukung Perekonomian Masyarakat Sadar Wisata,
Jurnal Mpi, 14(1) 8-14

Anda mungkin juga menyukai