yang berpengaruh terhadap kondisi ekosistem yang ada di laut (Henson, 2016),
pergerakan musim (Lubis et al., 2017a). Setiap musim memiliki arah pergerakan
Suhu Permukaan Laut (SPL), klorofil-a, pasang surut air laut dapat digunakan
(Lubis, 2018).
meningkatnya suhu bumi dari tahun 1860 hingga saat ini dan kenaikan
gas rumah kaca (GRK), terutama gas karbondioksida (CO2) yang terdapat di
atmosfer. Hal ini sebagai akibat dari semakin meningkatnya aktivitas manusia,
penebangan hutan secara liar. Apabila hal ini terus dibiarkan akan berdampak
(Ardiansyah, 2015).
2.2. Dampak dari Perubahan Iklim
laut yang diakibatkan oleh mencairnya lapisan es utama dunia yaitu Kutub
Utara dan Kutub Selatan. Fenomena perubahan muka air laut ini
direpresentasikan dengan perubahan MSL (mean sea level). Efek dari kenaikan
muka air laut secara signifikan juga dirasakan oleh penduduk Indonesia yang
30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global
sebesar 1,5 - 2,5 oC. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena bertambahnya
Peningkatan suhu permukaan laut akibat pemanasan global yang terjadi dari
berdampak pada kondisi cuaca yang ekstrim sehingga nelayan tidak berani
untuk melaut. Tidak hanya berdampak pada kondisi cuaca, perubahan iklim
juga membuat sumber daya perikanan yang semakin berkurang oleh karena itu
nelayan memilih untuk mencari ikan dengan jarak yang lebih jauh. Menurut
masyarakat nelayan, saat ini perubahan iklim sudah tidak dapat ditentukan
dan diprediksi, oleh karena itu ketika terjadi mendung dan angin nelayan lebih
itu sendiri. Perubahan cuaca tersebut juga membuat nelayan berada pada
kesulitan untuk membeli bahan bakar keperluan dan tidak ada dana cadangan
secara fisik maupun social-ekonomi dan budaya hidup, serta dengan pola