Oleh:
Reiski Reikardo Febriyanto
190110016
Oleh:
Reiski Reikardo Febriyanto
190110016
ii
PENGARUH KONSENTRASI PGPR TERHADAP HASIL DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT
Dususun Oleh :
Reiski Reikardo Febriyanto
190110016
Menyetujui
Pembimbing Pembahas
Mengetahui
Dekan Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................i
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................v
I.PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A.Latar Belakang...........................................................................................................1
B.Rumusan Masalah......................................................................................................3
C.Tujuan Penelitian........................................................................................................3
II.TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
A. Klasifikasi Tumbuhan Cabai Rawit...........................................................................4
B.Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).........................................................4
C. Fungsi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)............................................5
D. Efek Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)...............................................6
E. Pupuk Kandang Kambing..........................................................................................7
G. Karakteristik Cabai Rawit.........................................................................................8
H. Kandungan Pada Tanaman Cabai Rawit...................................................................8
I. Jenis Tanaman Cabai Rawit........................................................................................9
J. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit.....................................................................10
III.HIPOTESIS.................................................................................................................13
IV.MATERI DAN METODE PENELITIAN..................................................................14
A. Waktu dan Tempat..................................................................................................14
B. Alat dan Bahan........................................................................................................14
D. Pelaksanaan Penelitian............................................................................................15
E. Analisis Varian........................................................................................................16
F. Analisis Data............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
LAMPIRAN.....................................................................................................................19
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
dan memiliki nilai jual yang tinggi. Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki
potensi besar untuk membudidayakan cabai rawit. Tanaman cabai selain sebagai
penyedap makanan, juga mengandung zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
untuk menjaga kesehatan manusia. Potensi hasil cabai selain dipengaruhi oleh
lingkungan juga dipengaruhi oleh varietasnya. Untuk varietas unggul hasil yang
Produksi cabai yang bersifat musiman, dimana harga turun pada musim
panen dan harga naik di luar musim panen, maka perlu stabilitas pasokan dan
harga cabai dengan perbaikan teknologi dan manajemen produksi. Selain fluktuasi
harga, fluktuasi pasokan juga sangat berpengaruh karena distribusi produksi antar
wilayah sebagian besar di pulau Jawa dan Bali (55%), Sumatra (34%) dan hanya
berkualitas unggul yang memiliki keunggulan berbuah lebat dan genjah. Tanaman
cabe Pelita F1 ini cocok untuk dibudidayakan pada dataran rendah maupun tinggi.
Dalam budidaya tanaman cabai, ada beberapa faktor yang memegang peranan
penting untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang maksimal yaitu lingkungan,
media tanam yang baik biasanya menggunakan campuran pasir, tanah dan pupuk
kandang. Penggunaan pasir sangat baik untuk perbaikan sifat fisik tanah terutama
tanah liat (Hayati, 2012). Disamping itu menggunakan pupuk kimia anorganik
cemaran bahan kimia ke dalam tubuh manusia dan lingkungan (Lestari, 2010).
memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan
tidak dimasak seperti cabai bagi masyarakat Indonesia selalu menjadi bahan
utama karena dibutuhkan dalam jumlah banyak. Formula PGPR yang diintroduksi
atau putri malu. Dalam penggunaan produk ini ditentukan dosis penggunaan, guna
memaksimalkan penggunaan PGPR yang berlebihan (Mulyaman, 2008 dan
Murphy, 2003).
Lingkungan rhizosfer yang dinamis dan kaya akan sumber energi dari
habitat bagi berbagai jenis mikroba untuk berkembang, sebagai tempat pertemuan
B.Rumusan Masalah
rawit?
rawit ?
C.Tujuan Penelitian
cengis, ceplik, atau cempling. Dalam bahasa Sunda cabai rawit disebut cengek.
Sementara orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan nama lada limi
dan pentek. Secara internasional, cabai rawit dikenal dengan nama thai pepper
(Tjandra, 2011).
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
terdapat pada akar tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi tercukupi, maka
(biokontrol). Meskipun secara konseptual kedua efek ini sangat berbeda, dalam
perbedaan dan batas antara keduanya. Growth promotion yang terjadi pada
kondisi tanah lapang berkaitan dengan reduksi populasi rizoplan asli, yaitu fungi
tembaga
terkadang berbeda
Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang
beberapa negara kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat.
peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik
dan biologi tanah. Kadar hara pupuk kandang sangat bervariasi, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis dan umur hewan, jenis
Kandungan unsur-unsur hara di dalam pupuk tidak hanya tergantung dari jenis
ternak, tetapi juga tergantung dari makanan dan air yang diberikan, umur dan
butiranbutiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh
terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N
pupuk kandang kambing umumnya masih diatas 30. Pupuk kandang yang baik
cm. tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas. Akar cabai rawit merupakan akar
tunggang. Akar tanaman ini umumnya berada dekat dengan permukaan tanah dan
melebar sejauh 30-50 cm secara vertikal, akar cabai rawit dapat menembus tanah
sampai kedalaman 30-60 cm. Batangnya kaku dan tidak bertrikoma. Daunnya
merupakan daun tunggal yang bertangkai. Helaian daun bulat telur memanjang
atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal runcing dan ujung yang
(Tjandra, 2011).
Bunga cabai rawit terletak di ujung atau nampak di ketiak, dengan tangkai
tegak Hal ini juga didukung oleh pernyataan Tjandra (2011), yang mengatakan
bahwa bunga cabai rawit keluar dari ketiak daun. Warnanya putih atau putih
kehijauan, ada juga yang berwarna ungu. Mahkota bunga berjumlah 4-7 helai dan
berbentuk bintang. Bunga dapat berupa bunga tunggal atau 2-3 letaknya
berdekatan. Bunga cabai rawit ini bersifat hermaprodit (berkelamin ganda). Buah
buni bulat telur memanjang, buah warnanya merah, rasanya sangat pedas, dengan
ujung yang mengangguk 1,5-2,5 cm. Buah cabai rawit tumbuh tegak mengarah ke
atas. Buah yang masih muda berwarna putih kehijauan atau hijau tua. Ketika
B, C (Tjandra, 2011).
sensasi pedas. Selain itu, buah tanaman ini juga berkhasiat untuk menambah nafsu
makan, menguatkan kembali tangan dan kaki yang lemas, melegakan hidung
tersumbat pada penyakit sinusitis, serta mengobati migrain (sakit kepala sebelah).
Sebagai obat luar, cabai rawit juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
rematik, sakit perut, dan kedinginan. Selain sebagai bahan makanan dan obat,
(Tjandra, 2011).
Taruna, merupakan kultivar cabai rawit yang cocok untuk ditanam di dataran
rendah hingga tinggi, cabai jenis ini mempunyai batang tegak, dengan warna
buah mudah putih gading, sedangkan warna buah matang merah oranye.
Panjang buah 3-4 cm dan mempunyai diameter 1,0-1,2 cm. Bentuk buah
kerucut dan bisa dipanen pada umur 100 hari setelah penanaman. Potensi
Pelita F-1, merupakan kultivar yang cocok untuk ditanam di dataran rendah
buah muda hijau mengkilap dan saat matang berwarna merah tua mengkilap.
Panjang buah 3-4 cm, bentuk buah ramping dan lancip di ujungnya. Panen
pertama bisa dilakukan pada umur 115 hari setelah penanaman. Potensi
Bara, merupakan jenis kultivar cabai rawit yang mempunyai adaptasi yang
luas, bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi, batang tanaman
tegak dengan banyak cabang. Warna buah hijau mudah mengkilap, ketika
matang berwarna merah mengkilap. Panjang buah 3-4 cm dan bentuk buah
ramping dan melancip di ujung buah. Dapat dipanen pada umur 115 hari
optimum. Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan
faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap
tersedia.
pertumbuhan dalam kondisi tertentu agar bisa tumbuh subur dan berbuah rimbun.
1. Tipe tanah
dan lempung berdebu. Namun, cabai ini masih bisa tumbuh baik pada tekstur
tanah yang agak berat, seperti lempung berliat. Beberapa kultivar cabai rawit lokal
bahkan bisa tumbuh dengan baik pada tekstur tanah yang lebih berat lagi, seperti
Menurut Tjandra (2011), tanah yang tidak baik untuk penanaman cabai
rawit adalah tanah yang strukturnya padat dan tidak berongga. Tanah semacam ini
akan sulit ditembus air pada saat penyiraman sehingga air akan tergenang. Selain
itu, tanah tidak akan memberikan keleluasan bagi akar tanaman untuk bergerak,
karena sulit ditembus akar tanaman. Akibatnya, tanaman sulit menyerap air dan
zat hara pada tanah. Jenis tanah yang tidak baik untuk pertumbuhan cabai rawit
antara lain : tanah liat, tanah berkaolin, tanah berbatu, dan tanah berpasir.
Karena sifat adaptasinya paling luas diantara jenis cabai, maka sebagian
besar cabai rawit bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun,
cabai rawit yang ditanam di dataran tinggi akan mengalami umur panen dan masa
panen yang lebih lama, tetapi hasil panennya masih relatif sama dibandingkan
3. pH tanah optimum
dengan nilai pH 5,5 – 6,5. Jika pH tanah kurang dari 5,5, tanah harus diberi kapur
diserap oleh akar tanaman, sehingga terjadi kekurangan beberapa unsur makanan
7,0. Ca, Mg, K, dan Mo lebih banyak tersedia dalam tanah yang basa, dan Zn,
Mn, B kurang tersedia. Fe, Mn, dan Al mungkin dapat larut sampai ketingkat
Sama seperti tanaman hortikultura buah lainnya, tanaman cabai rawit juga
matahari dari pagi hingga sore. Selain itu tanaman ini menyukai lahan dengan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit cabai rawit
varietas pelita F1, tanah, air, NPK (16:16:16), pupuk kandang, pupuk urea 200-
parang, tali, meteran, plastik mulsa, patok, label, jangka sorong, ember,
timbangan, gembor, gelas ukur, polybag, alat dokumentasi dan alat tulis.
C. Rancangan Penelitian
20ml/liter air).
1. Persiapan PGPR
Benih yang dibeli dari toko dicuci dahulu sampai bersih. Benih direndam dalam
2. Teknik Pembibitan
Persemaian :
Benih ditanam dalam polybag atau plastik semai ukuran 4x6 cm, dibuat lubang
Perawatan bibit :
3. Persiapan Lahan
Disiapkan 40 hari sebelum masa tanam. Bajak dengan cangkul, kedalamannya 30-
40 cm, serta gulma dibersihkan. Taburkan pupuk kandang 20-30 Ton/ Ha.
Buat bedengan dengan lebar 110-120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedeng
60-70 cm. Panjang bedeng disesuaikan dengan panjang lahan. Beri pupuk dasar
Urea, SP-36, KCL, lalu tabur per meter kurang lebih 100 gr dan diaduk rata.
4. Penanaman
Tanam pada pagi atau sore hari, sehari sebelumnya lahan diairi bersamaan dengan
pembuatan lubang tanam pada mulsa (plastik), Lepaskan polybag tanpa merusak
5. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari dan pada waktu sore hari. Frekuensi penyiraman
selanjutnya disesuaikan dengan keadaan tanah dan tanaman, tidak terlalu becek
atau kering.
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati, tanaman diganti dengan
bibit yang baru. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah
tanam.
dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara mengambil secara langsung setiap
6. Pemanenan
Tanaman cabai rawit varietas pelita f1 bisa mulai dipanen ketika memiliki ciri-ciri
tumbuh buah cabai, ukuran cabai sudah layak panen atau dapat dipanen pada 75
HST.
E. Analisis Varian
1. Tinggi Tanaman
Pengamatan dilakukan pada umur 75 HST atau pada masa panen cabai.
Pengukuran tinggi tanaman cabai dilakukan dari leher akar sampai ujung bagian
tanaman tertinggi.
2. Diameter Batang
Pengukuran diameter batang cabai menggunakan jangka sorong . Pengukuran
3. Lebar Daun
Pengukuran lebar daun diukur menggunakan penggaris dari ujung tajuk ke tajuk
Penghitungan ini dilakukan ketika tanaman cabai mulai berbunga pada setiap unit
percobaan.
5. Jumlah Buah/tanaman
6. Bobot buah/tanaman
Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung bobot buah yang ada pada setiap
7. Bobot Buah/ha
Penimbangan dilakukan pada semua buah hasil panen tanaman cabai rawit.
F. Analisis Data
Varians Tunggal 5% dan jika ada beda nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Amalia, R., 2007. Pengaruh Perlakuan Benih Menggunakan RPPT. Bogor, IPB.
Ayun Q, K. T. H. d. M., 2013. Pengaruh penggunaan PGPR. s.l., s.n.
BPS, 2013. Survei ekonomi nasional. ID, s.n.
Gardner, F. P. R. B. P. d. R. L. M., 1991. Fisiologi Tanaman. Jakarta, UI Press.
Mulyaman, 2008. Bagaimana menanggulangi penyakit sayur dan buah. s.l., Sinar
Tani.
Murphy, 2003. Rhizobacteria mediated growth promotion of tomato leads to
protection againt cucumber mosaic virus. s.l., Phytopathology.
Nelson, L. M., 2004. Plant growth promoting rhizobacteria. s.l., Crop
management.
Prajnanta, F., 2011. Mengatasi Permasalahan Cabai. Jakarta, Penebar Swadaya.
Rahni, N., 2012. Efek Fitohormon Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. s.l.,
Artikel Dosen Universitas Haluoleo.
Sutariati, G. A. K., 2006. Perlakuan Benih dengan Agens Biokontrol untuk
Pengendalian. Bogor, s.n.
Tjandra, E., 2011. Panen Cabai Rawit Di Polybag. Yogyakarta, Cahaya Atma
Pustaka.
Wahyudi, A. T., 2009. Rhizobacteria Pemacu Pertumbuhan
Tanaman :Prospeknya sebagai Agen. ID, www.nuance.com.
Widodo, 2006. Peran mikroba bermanfaat dalam pengolahan terpadu hama dan
penyakit. Nganjuk, s.n.
Wiguna, J., 2011. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan
Pengajiran Terhadap Mentimun. Bandung, UWM.
LAMPIRAN
Denah rancangan sesudah proses pengacakan untuk RAK dengan 5 perlakuan dan
5 ulangan :
K1 K2 K3 K4 K5
P0 P4 P2 P0 P1
P2 P0 P1 P4 P3
P4 P3 P4 P2 P0
P1 P2 P0 P3 P4
P3 P1 P3 P1 P2