Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH KONSENTRASI PGPR TERHADAP HASIL DAN

PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT

Usulan Penelitian untuk Skirpsi

Oleh:
Reiski Reikardo Febriyanto
190110016

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022
PENGARUH KONSENTRASI PGPR TERHADAP HASIL DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT

Usulan Penelitian sebagai salah satu syarat


melaksanakan penelitian pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Oleh:
Reiski Reikardo Febriyanto
190110016

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022

ii
PENGARUH KONSENTRASI PGPR TERHADAP HASIL DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT

Dususun Oleh :
Reiski Reikardo Febriyanto
190110016

Menyetujui

Pembimbing Pembahas

Dra. Umul Aiman, M.Si. Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P.


NIDN. 00-1203-6502 NIDN. 05-1603-6401

Yogyakarta, 14 Juli 2022

Mengetahui
Dekan Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Dr. Chatarina Lilis Suryani, S.TP., M.P


NIDN. 0529036201

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa


karena atas karunia-Nya penulis dapat menyusun proposal penelitian yang
berjudul “Pengaruh Konsentrasi PGPR Terhadap Hasil dan Pertumbuhan
Tanaman Cabai Rawit” sebagai syarat mengikuti mata kuliah wajib di
Program Studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Umul Aiman, M.Si selaku dosen pembimbing utama
penelitian yang telah membimbing pembuatan proposal penelitian ini
sampai selesai.
2. Bapak Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P selaku dosen pembahas peneliti
an yang telah memberikan pengarahan dalam pembuatan proposal.
3. Seluruh dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan terkait pembuatan proposal.
4. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan yang
cukup.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan.

Yogyakarta, 14 Juli 2022

Reiski Reikardo Febriyanto

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................i
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................v
I.PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A.Latar Belakang...........................................................................................................1
B.Rumusan Masalah......................................................................................................3
C.Tujuan Penelitian........................................................................................................3
II.TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
A. Klasifikasi Tumbuhan Cabai Rawit...........................................................................4
B.Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).........................................................4
C. Fungsi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)............................................5
D. Efek Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)...............................................6
E. Pupuk Kandang Kambing..........................................................................................7
G. Karakteristik Cabai Rawit.........................................................................................8
H. Kandungan Pada Tanaman Cabai Rawit...................................................................8
I. Jenis Tanaman Cabai Rawit........................................................................................9
J. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit.....................................................................10
III.HIPOTESIS.................................................................................................................13
IV.MATERI DAN METODE PENELITIAN..................................................................14
A. Waktu dan Tempat..................................................................................................14
B. Alat dan Bahan........................................................................................................14
D. Pelaksanaan Penelitian............................................................................................15
E. Analisis Varian........................................................................................................16
F. Analisis Data............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
LAMPIRAN.....................................................................................................................19
I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Cabai rawit merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia

dan memiliki nilai jual yang tinggi. Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki

potensi besar untuk membudidayakan cabai rawit. Tanaman cabai selain sebagai

penyedap makanan, juga mengandung zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh

untuk menjaga kesehatan manusia. Potensi hasil cabai selain dipengaruhi oleh

lingkungan juga dipengaruhi oleh varietasnya. Untuk varietas unggul hasil yang

diperoleh bisa mancapai 30 ton/Ha (Prajnanta, 2012).

Produksi cabai yang bersifat musiman, dimana harga turun pada musim

panen dan harga naik di luar musim panen, maka perlu stabilitas pasokan dan

harga cabai dengan perbaikan teknologi dan manajemen produksi. Selain fluktuasi

harga, fluktuasi pasokan juga sangat berpengaruh karena distribusi produksi antar

wilayah sebagian besar di pulau Jawa dan Bali (55%), Sumatra (34%) dan hanya

11% dari produksi total terdistribusi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku

dan Papua (BPS, 2013).

Benih Cabai Pelita F1 adalah salah satu benih cabai rawit hibrida

berkualitas unggul yang memiliki keunggulan berbuah lebat dan genjah. Tanaman

cabe Pelita F1 ini cocok untuk dibudidayakan pada dataran rendah maupun tinggi.

Dalam budidaya tanaman cabai, ada beberapa faktor yang memegang peranan

penting untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang maksimal yaitu lingkungan,

media tanam, pemupukan dan lain-lain.


Media tanam adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan karena

media tanam yang baik biasanya menggunakan campuran pasir, tanah dan pupuk

kandang. Penggunaan pasir sangat baik untuk perbaikan sifat fisik tanah terutama

tanah liat (Hayati, 2012). Disamping itu menggunakan pupuk kimia anorganik

memiliki kelemahan yaitu akan berdampak buruk terhadap kesehatan, mengurangi

cemaran bahan kimia ke dalam tubuh manusia dan lingkungan (Lestari, 2010).

Plant Growth Promoting Rhizobakteri (PGPR) merupakan kelompok

bakteri menguntungkan yang secara aktif mengkolonisasi rhizosfer. PGPR

berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan

kesuburan lahan (Rahni, 2012).

Sebagai kumpulan bakteri tanah, PGPR mempengaruhi tanaman secara

langsung melalui kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau

memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan

mengubah konsentrasi fithohormon pemacu tumbuh tanaman sehingga memiliki

ketahanan terhadap serangan penyebab penyakit. Sedangkan secara tidak langsung

berkaitan dengan kemampuannya menekan aktivitas pathogen dengan

menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik bagi penyebab

penyakit terutama pathogen tular tanah (Nelson, 2004).

Khususnya bagi tanaman hortikultura yang dikonsumsi dalam keadaan

tidak dimasak seperti cabai bagi masyarakat Indonesia selalu menjadi bahan

utama karena dibutuhkan dalam jumlah banyak. Formula PGPR yang diintroduksi

ke pertanaman budidaya dapat bersumber dari perakaran bambu, rumput gajah

atau putri malu. Dalam penggunaan produk ini ditentukan dosis penggunaan, guna
memaksimalkan penggunaan PGPR yang berlebihan (Mulyaman, 2008 dan

Murphy, 2003).

Lingkungan rhizosfer yang dinamis dan kaya akan sumber energi dari

senyawa organik yang dikeluarkan oleh akar tanaman (eksudat) merupakan

habitat bagi berbagai jenis mikroba untuk berkembang, sebagai tempat pertemuan

dan persaingan mikroba. Setiap tanaman mengeluarkan eksudat akar dengan

komposisi yang berbeda-beda sehingga berperan juga sebagai penyeleksi mikroba,

meningkatkan perkembangan mikroba tertentu dan menghambat perkembangan

mikroba lainnya (Husen, 2007).

B.Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengaruh PGPR terhadap hasil dan pertumbuhan tanaman cabai

rawit?

b. Bagaimana cara membuat PGPR dari bahan alami dengan mudah?

c. Berapa dosis PGPR terbaik untuk mempercepat pertumbuhan tanaman cabai

rawit ?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Hasil dan pertumbuhan tanaman cabai rawit dengan PGPR

b. Cara membuat PGPR dari bahan alami.

c. Dosis PGPR terbaik untuk mempercepat pertumbuhan tanaman cabai rawit


II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tumbuhan Cabai Rawit

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memiliki beberapa nama daerah

antara lain : di daerah jawa menyebutnya dengan lombok japlak, mengkreng,

cengis, ceplik, atau cempling. Dalam bahasa Sunda cabai rawit disebut cengek.

Sementara orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan nama lada limi

dan pentek. Secara internasional, cabai rawit dikenal dengan nama thai pepper

(Tjandra, 2011).

Klasifikasi cabai rawit adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum frutescens L.

B.Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)

Rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman yang lebih popular disebut Plant

Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan mikroba tanah yang

terdapat pada akar tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan

perlindungan terhadap patogen tertentu (Van Loon, 2007). PGPR berperan

penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen, kesuburan lahan


dan mampu menghasilkan hormon tumbuhan seperti auxin, giberellin dan

sitokinin, sebagai pelarut fosfat dan fiksasi nitrogen.

C. Fungsi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)

Secara umum, fungsi PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman

dibagi dalam tiga kategori, yaitu :

 Sebagai pemacu/perangsang pertumbuhan (biostimulan) dengan mensintesis

dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti

IAA, giberelin, sitokinin dan etilen dalam lingkungan akar

 Sebagai penyedia hara (biofertilizer) dengan menambat N2 dari udara secara

asimbiosis dan melarutkan hara P yang terikat di dalam tanah

 Sebagai pengendali pathogen berasal dari tanah (bioprotectans) dengan cara

menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit anti pathogen seperti

siderophore, kitinase, antibiotik dan sianida (Husen dan Hastuti. 2008).

Mekanisme PGPR dalam meningkatkan kesuburan tanaman dapat terjadi

melalui 3 cara, yaitu:

 Menekan perkembangan hama/penyakit (bioprotectant): mempunyai pengaruh

langsung pada tanaman dalam menghadapi hama dan penyakit.

 Memproduksi fitohormon (biostimulant): IAA (Indole Acetic Acid), sitokinin,

giberellin dan penghambat produksi etilen yaitu dapat menambah luas

permukaan akar-akar halus.

 Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer): bila

penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi tercukupi, maka

menyebabkan kebugaran tanaman juga semakin baik, sehingga akan semakin


meningkatkan ketahanan tanaman terhadap tekanan-tekanan, baik tekanan

biologis (OPT) maupun non biologis (iklim) (Amalia, 2007).

D. Efek Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)

Efek PGPR pada tanaman yang diinokulasi dikelompokkan menjadi dua,

yaitu mendukung pertumbuhan tanaman dan pengendali secara biologis

(biokontrol). Meskipun secara konseptual kedua efek ini sangat berbeda, dalam

prakteknya sangat sulit bahkan hampir tidak mungkin untuk menentukan

perbedaan dan batas antara keduanya. Growth promotion yang terjadi pada

kondisi tanah lapang berkaitan dengan reduksi populasi rizoplan asli, yaitu fungi

dan bakteri (Gandanegara, 2007).

Biokontrol pada beberapa kasus diperkirakan muncul akibat dari penyakit

yang terbebaskan. Akar menunjukkan pemanjangan atau percabangan yang

berlebih akibat perlakuan PGPR (Amalia, 2007).

Berikut adalah kelebihan dari PGPR :

 Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang-kacangan

 Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas

 Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan

tembaga

 Memproduksi hormon tanaman

 Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan

 Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan

Sedangkan untuk kekurangan dalam produksi PGPR, diantaranya :


 Kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di Laboratorium dengan di lapangan

terkadang berbeda

 Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang

optimum, baik vialibilas maupun biologinya selama diaplikasikan di lapangan.

 Tantangan lainnya berkaitan dengan regulasi/kebijakan suatu negara. Di

beberapa negara kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat.

Walaupun produk tersebut tidak berefek negatif pada manusia.

E. Pupuk Kandang Kambing

Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang

peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik

dan biologi tanah. Kadar hara pupuk kandang sangat bervariasi, hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis dan umur hewan, jenis

makanannya, alas kandang dan penyimpanan atau pengelolaan.

Kandungan hara dalam pupuk kandang sangat menentukan kualitas pupuk.

Kandungan unsur-unsur hara di dalam pupuk tidak hanya tergantung dari jenis

ternak, tetapi juga tergantung dari makanan dan air yang diberikan, umur dan

bentuk fisik dari ternak (Hartatik dan Widowati, 2006).

Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk

butiranbutiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh

terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N

pupuk kandang kambing umumnya masih diatas 30. Pupuk kandang yang baik

harus mempunyai rasio C/N.

G. Karakteristik Cabai Rawit


Cabai rawit adalah tanaman perdu yang tingginya hanya sekitar 50-135

cm. tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas. Akar cabai rawit merupakan akar

tunggang. Akar tanaman ini umumnya berada dekat dengan permukaan tanah dan

melebar sejauh 30-50 cm secara vertikal, akar cabai rawit dapat menembus tanah

sampai kedalaman 30-60 cm. Batangnya kaku dan tidak bertrikoma. Daunnya

merupakan daun tunggal yang bertangkai. Helaian daun bulat telur memanjang

atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal runcing dan ujung yang

menyempit. Letaknya berselingan pada batang dan membentuk pola spiral

(Tjandra, 2011).

Bunga cabai rawit terletak di ujung atau nampak di ketiak, dengan tangkai

tegak Hal ini juga didukung oleh pernyataan Tjandra (2011), yang mengatakan

bahwa bunga cabai rawit keluar dari ketiak daun. Warnanya putih atau putih

kehijauan, ada juga yang berwarna ungu. Mahkota bunga berjumlah 4-7 helai dan

berbentuk bintang. Bunga dapat berupa bunga tunggal atau 2-3 letaknya

berdekatan. Bunga cabai rawit ini bersifat hermaprodit (berkelamin ganda). Buah

buni bulat telur memanjang, buah warnanya merah, rasanya sangat pedas, dengan

ujung yang mengangguk 1,5-2,5 cm. Buah cabai rawit tumbuh tegak mengarah ke

atas. Buah yang masih muda berwarna putih kehijauan atau hijau tua. Ketika

sudah tua menjadi hijau kekuningan, jingga, atau merah menyala.

H. Kandungan Pada Tanaman Cabai Rawit

Cabai rawit merupakan tanaman yang mempunyai banyak kandungan.

Kandungan-kandungan tersebut meliputi kapsaisin, kapsantin, karotenid, alkaloid,


resin, dan minyak atsiri. Selain itu, cabai ini juga kaya akan kandungan vitamin A,

B, C (Tjandra, 2011).

Selain mempunyai banyak kandungan, buah cabai rawit ini juga

mempunyai banyak manfaat terutama sebagai bumbu masakan untuk memberikan

sensasi pedas. Selain itu, buah tanaman ini juga berkhasiat untuk menambah nafsu

makan, menguatkan kembali tangan dan kaki yang lemas, melegakan hidung

tersumbat pada penyakit sinusitis, serta mengobati migrain (sakit kepala sebelah).

Sebagai obat luar, cabai rawit juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit

rematik, sakit perut, dan kedinginan. Selain sebagai bahan makanan dan obat,

cabai rawit sering digunakan sebagai tanaman hias disejumlah pekarangan

(Tjandra, 2011).

I. Jenis Tanaman Cabai Rawit

Menurut Wahyudi (2011), cabai rawit dapat dibedakan menjadi beberapa

kultivar sebagai berikut :

 Taruna, merupakan kultivar cabai rawit yang cocok untuk ditanam di dataran

rendah hingga tinggi, cabai jenis ini mempunyai batang tegak, dengan warna

buah mudah putih gading, sedangkan warna buah matang merah oranye.

Panjang buah 3-4 cm dan mempunyai diameter 1,0-1,2 cm. Bentuk buah

kerucut dan bisa dipanen pada umur 100 hari setelah penanaman. Potensi

produksi pertanaman adalah 300-400 g.

 Pelita F-1, merupakan kultivar yang cocok untuk ditanam di dataran rendah

maupun di dataran tinggi. Batang tanaman ini semi-tegak memayung, warna

buah muda hijau mengkilap dan saat matang berwarna merah tua mengkilap.
Panjang buah 3-4 cm, bentuk buah ramping dan lancip di ujungnya. Panen

pertama bisa dilakukan pada umur 115 hari setelah penanaman. Potensi

produksi pertanaman adalah 500-700 g.

 Bara, merupakan jenis kultivar cabai rawit yang mempunyai adaptasi yang

luas, bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi, batang tanaman

tegak dengan banyak cabang. Warna buah hijau mudah mengkilap, ketika

matang berwarna merah mengkilap. Panjang buah 3-4 cm dan bentuk buah

ramping dan melancip di ujung buah. Dapat dipanen pada umur 115 hari

setelah penanaman. Potensi produksi pertanaman adalah 400-500 g.

J. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit

Faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman harus tersedia dalam jumlah yang

optimum. Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan

faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap

individu tanaman dan untuk mengoptimasi penggunaan faktor lingkungan yang

tersedia.

Tanaman cabai rawit sebagai tanaman hortikultura membutuhkan Syarat

pertumbuhan dalam kondisi tertentu agar bisa tumbuh subur dan berbuah rimbun.

Menurut Wahyudi (2011), syarat tumbuh yang harus dipenuhi ketika

membudidayakan cabai rawit adalah :

1. Tipe tanah

Cabai rawit tumbuh baik di tanah bertekstur lempung, lempung berpasir,

dan lempung berdebu. Namun, cabai ini masih bisa tumbuh baik pada tekstur

tanah yang agak berat, seperti lempung berliat. Beberapa kultivar cabai rawit lokal
bahkan bisa tumbuh dengan baik pada tekstur tanah yang lebih berat lagi, seperti

tekstur liat berpasir atau liat berdebu.

Menurut Tjandra (2011), tanah yang tidak baik untuk penanaman cabai

rawit adalah tanah yang strukturnya padat dan tidak berongga. Tanah semacam ini

akan sulit ditembus air pada saat penyiraman sehingga air akan tergenang. Selain

itu, tanah tidak akan memberikan keleluasan bagi akar tanaman untuk bergerak,

karena sulit ditembus akar tanaman. Akibatnya, tanaman sulit menyerap air dan

zat hara pada tanah. Jenis tanah yang tidak baik untuk pertumbuhan cabai rawit

antara lain : tanah liat, tanah berkaolin, tanah berbatu, dan tanah berpasir.

2. Ketinggian tempat penanaman

Karena sifat adaptasinya paling luas diantara jenis cabai, maka sebagian

besar cabai rawit bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun,

cabai rawit yang ditanam di dataran tinggi akan mengalami umur panen dan masa

panen yang lebih lama, tetapi hasil panennya masih relatif sama dibandingkan

dengan jika kultivar yang sama ditanam di dataran rendah.

3. pH tanah optimum

Cabai rawit menghendaki tingkat kemasaman tanah optimal, yaitu tanah

dengan nilai pH 5,5 – 6,5. Jika pH tanah kurang dari 5,5, tanah harus diberi kapur

pertanian. Pada pH rendah, ketersediaan beberapa zat makanan tanaman sulit

diserap oleh akar tanaman, sehingga terjadi kekurangan beberapa unsur makanan

yang ahirnya akan menurunkan produktivitas tanaman.

Gardner dkk. (1991), mengatakan bahwa pH tanah merupakan faktor

utama yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersediaan nutrien


tanaman. Kebanyakan nutrien lebih banyak tersedia dalam nilai pH antara 6,0 dan

7,0. Ca, Mg, K, dan Mo lebih banyak tersedia dalam tanah yang basa, dan Zn,

Mn, B kurang tersedia. Fe, Mn, dan Al mungkin dapat larut sampai ketingkat

beracun dalam tanah yang sangat asam.

4. Intensitas cahaya dan sumber air

Sama seperti tanaman hortikultura buah lainnya, tanaman cabai rawit juga

memerlukan lokasi lahan yang terbuka agar memperoleh penyinaran cahaya

matahari dari pagi hingga sore. Selain itu tanaman ini menyukai lahan dengan

sistem drainase yang lancar, terutama pada musim hujan.


III.HIPOTESIS

1. Konsentrasi pemberian PGPR yang berbeda berpengaruh terhadap


pertumbuhan cabai rawit.
2. Media tanam yang sesuai dan ditambah konsentrasi PGPR pada cabai
rawit menghasilkan buah yang sehat.
IV.MATERI DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di UPT Kebun Percobaan UMBY, yang

terletak di Dusun Gunung bulu, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten

Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan

yaitu dari bulan September sampai November 2022.

B. Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit cabai rawit

varietas pelita F1, tanah, air, NPK (16:16:16), pupuk kandang, pupuk urea 200-

300, SP-36, KCl, pestisida nabati dan larutan PGPR.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya cangkul,

parang, tali, meteran, plastik mulsa, patok, label, jangka sorong, ember,

timbangan, gembor, gelas ukur, polybag, alat dokumentasi dan alat tulis.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)

secara faktorial yaitu 1 faktor (konsentrasi PGPR) dengan 5 perlakuan (P0 = 0

ml/liter air, P1 = 10 ml /liter air, P2 = 10ml/liter air, P3 = 15ml/liter air dan P4 =

20ml/liter air).

Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 25

unit percobaan pada lahan petak seluas 2m x 2m.


D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan PGPR

Benih yang dibeli dari toko dicuci dahulu sampai bersih. Benih direndam dalam

larutan PGPR sesuai perlakuan selama 10 menit. Kemudian dikering anginkan di

tempat yang teduh sebelum dilakukan penanaman/persemaian.

2. Teknik Pembibitan

Persemaian :

Persemaian dibuat dalam bedengan/rak yang diberi naungan plastik trasparan.

Buat campuran media semai :

2x ember tanah + 1 ember pupuk kandang) + 150 gr SP 36

Benih ditanam dalam polybag atau plastik semai ukuran 4x6 cm, dibuat lubang

semai 0,5 cm dan ditutup tanah halus atau abu.

Bibit dapat dipindah ke lapang setelah 17- 21 hari.

Perawatan bibit :

Semprot bibit dengan pestisida nabati secukupnya.

3. Persiapan Lahan

Disiapkan 40 hari sebelum masa tanam. Bajak dengan cangkul, kedalamannya 30-

40 cm, serta gulma dibersihkan. Taburkan pupuk kandang 20-30 Ton/ Ha.

Buat bedengan dengan lebar 110-120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedeng

60-70 cm. Panjang bedeng disesuaikan dengan panjang lahan. Beri pupuk dasar

Urea, SP-36, KCL, lalu tabur per meter kurang lebih 100 gr dan diaduk rata.

4. Penanaman
Tanam pada pagi atau sore hari, sehari sebelumnya lahan diairi bersamaan dengan

pembuatan lubang tanam pada mulsa (plastik), Lepaskan polybag tanpa merusak

akar, lalu tanam dan siram secukupnya.

5. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari dan pada waktu sore hari. Frekuensi penyiraman

selanjutnya disesuaikan dengan keadaan tanah dan tanaman, tidak terlalu becek

atau kering.

Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati, tanaman diganti dengan

bibit yang baru. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah

tanam.

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali tergantung keadaan pertumbuhan gulma,

pembersihan gulma dilakukan dengan menggunakan parang atau tangan.

Pengendalian dilakukan dengan memperhatikan tingkat serangan, pengendalian

dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara mengambil secara langsung setiap

hama yang menyerang serta dengan menggunakan pestisida.

6. Pemanenan

Tanaman cabai rawit varietas pelita f1 bisa mulai dipanen ketika memiliki ciri-ciri
tumbuh buah cabai, ukuran cabai sudah layak panen atau dapat dipanen pada 75
HST.
E. Analisis Varian

1. Tinggi Tanaman

Pengamatan dilakukan pada umur 75 HST atau pada masa panen cabai.

Pengukuran tinggi tanaman cabai dilakukan dari leher akar sampai ujung bagian

tanaman tertinggi.

2. Diameter Batang
Pengukuran diameter batang cabai menggunakan jangka sorong . Pengukuran

lingkar batang ini dilakukan pada akhir penelitian.

3. Lebar Daun

Pengukuran lebar daun diukur menggunakan penggaris dari ujung tajuk ke tajuk

terlebar di setiap tanaman ketika tanaman siap panen.

4. Hari Muncul Bunga

Penghitungan ini dilakukan ketika tanaman cabai mulai berbunga pada setiap unit

percobaan.

5. Jumlah Buah/tanaman

Penghitungan dilakukan buah yang ada setiap tanaman

6. Bobot buah/tanaman

Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung bobot buah yang ada pada setiap

tanaman pada masa panen.

7. Bobot Buah/ha

Penimbangan dilakukan pada semua buah hasil panen tanaman cabai rawit.

F. Analisis Data

Data dari seluruh parameter dianalisis dengan menggunakan Analisis

Varians Tunggal 5% dan jika ada beda nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) 5%.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., 2007. Pengaruh Perlakuan Benih Menggunakan RPPT. Bogor, IPB.
Ayun Q, K. T. H. d. M., 2013. Pengaruh penggunaan PGPR. s.l., s.n.
BPS, 2013. Survei ekonomi nasional. ID, s.n.
Gardner, F. P. R. B. P. d. R. L. M., 1991. Fisiologi Tanaman. Jakarta, UI Press.
Mulyaman, 2008. Bagaimana menanggulangi penyakit sayur dan buah. s.l., Sinar
Tani.
Murphy, 2003. Rhizobacteria mediated growth promotion of tomato leads to
protection againt cucumber mosaic virus. s.l., Phytopathology.
Nelson, L. M., 2004. Plant growth promoting rhizobacteria. s.l., Crop
management.
Prajnanta, F., 2011. Mengatasi Permasalahan Cabai. Jakarta, Penebar Swadaya.
Rahni, N., 2012. Efek Fitohormon Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. s.l.,
Artikel Dosen Universitas Haluoleo.
Sutariati, G. A. K., 2006. Perlakuan Benih dengan Agens Biokontrol untuk
Pengendalian. Bogor, s.n.
Tjandra, E., 2011. Panen Cabai Rawit Di Polybag. Yogyakarta, Cahaya Atma
Pustaka.
Wahyudi, A. T., 2009. Rhizobacteria Pemacu Pertumbuhan
Tanaman :Prospeknya sebagai Agen. ID, www.nuance.com.
Widodo, 2006. Peran mikroba bermanfaat dalam pengolahan terpadu hama dan
penyakit. Nganjuk, s.n.
Wiguna, J., 2011. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan
Pengajiran Terhadap Mentimun. Bandung, UWM.
LAMPIRAN

Denah rancangan sesudah proses pengacakan untuk RAK dengan 5 perlakuan dan
5 ulangan :

K1 K2 K3 K4 K5

P0 P4 P2 P0 P1

XXX XXX XXX XXX XXX

P2 P0 P1 P4 P3

XXX XXX XXX XXX XXX

P4 P3 P4 P2 P0

XXX XXX XXX XXX XXX

P1 P2 P0 P3 P4

XXX XXX XXX XXX XXX

P3 P1 P3 P1 P2

XXX XXX XXX XXX XXX

Jumlah unit percobaan sebanyak 25 unit.

Anda mungkin juga menyukai