Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Hari/tanggal : 25 November 2019

Pertanian Organik Kelas/Prak/Kel : A/2/5


Dosen : Yoscarini S.Hut, M.Si
Asisten : Dea Tiara A, A.Md.
Saiful Daulay, A.Md.

UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA BOTANIS DARI SEREH


(Cymbopogon nardus L.)

SOEBOWO ADJINEGORO
(J3M217200)

PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019

1
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN.................................................................................3
1.1. Latar Belakang...............................................................................3
1.2. Tujuan.............................................................................................3
1.3. Manfaat...........................................................................................4
II. METODOLOGI....................................................................................4
2.1. Alat dan Bahan...............................................................................4
2.2. Metode Kerja..................................................................................4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................5
3.1. Pembahasan....................................................................................5
IV. PENUTUP.............................................................................................8
4.1. Kesimpulan.....................................................................................8
4.2. Saran...............................................................................................8
V. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................9
VI. LAMPIRAN........................................................................................10

2
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam usaha tani tanaman pangan di Indonesia terdapat beberapa


hambatan, antara lain serangan hama dan patogen penyakit atau sering disebut
Organisme Penggangu Tanaman (OPT). Serangan hama dan patogen
mengakibatkaan terjadinya kehilangan hasil panen dan menurunkan kualitas hasil
panen serta menurunkan kualitas hasil, sehingga perlu dikendalikan. Salah satu
pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan adalah dengan aplikasi pestisida.
Menurut Sumartini (2016) Pemberian pestisida kimia dapat menimbulkan resistensi
terhadap hama dan penyakit, berkembang hama atau penyakit baru (resurgensi),
dan mencemari lingkungan. Alternatif dalam menanggulangi dampak negative
penggunaan pestisida yaitu dengan mengaplikasikan pestisida botani/nabati yang
dapat disebut Biopestisida.
Biopestisida didefinisikan sebagai bahan yang berasal dari mahkluk hidup
(tanaman, hewan atau mikroorganisme) yang berkhasiat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan atau mematikan hama atau organisme penyebab penyakit
(Sumartini 2016). Kandungna biopestisida sendiri memiliki senyawa organic
sehingga mudah untuk terdegradasi di alam. Penggunaan biopestisida diutamakan
untuk pencegahan. Menurut Rita Harni (2016), biopestisida yang banyak
dimanfaatkan untuk pengendalian penyakit tanaman pada saat ini adalah serai
wangi. Penggunaan biopestisida pada dasarnya merupakaan sistem pertanian yang
memanfaatkan seluruh sumber daya hayati dalam suatu ekosistem untuk
kesejahteraan masyarakat.
Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) merupakan tanaman dengan habitus
terna perennial, serai wangi merupakan tanaman dari suku Poaceae yang sering
disebut dengan suku rumput-rumputan (Sefrinus MD 2018). Tanaman ini batang
dan daunnya mengandung zat-zat seperti Geraniol, Metil Heptenon, terpen-terpen,
Terpen-Alkohol, Asam-asam Organik dan terutama Sitronelal. (Sefrinus MD
2018). Kutu Putih (Paracoccus marginatus) merupakan serangga asli Amerika
Tengah dengan catatan tanaman yang dapat dijadikannya inang ialah mangga,
jambu, jagung, sirsak, akasia dsb. Hama ini menyebar dengan sangat mudah dan
cepat, serta pada serangan berat menyebabkan kematian pada tanaman (M. Abu
2014).

3
1.2. Tujuan

1. Praktikum ini bertujuan untuk :


2. Mengetahui kandungan yang terdapat pada ekstrak daun Sereh Wangi
3. Mengetahui cara pembuatan pestisida botanis/nabati dari Sereh Wangi
4. Menguji efektivitas ekstrak daun sereh sebagai pestisida botanis/nabati.

1.3. Manfaat

Praktikum ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan secara teori


maupun praktis akan penggunaan biopestisida serta mempelajari pembuatan
biopestisda berbahan daun sereh wangi. Sehingga diketahui keefektivitasannya
sebagai biopestisida dan diharapkan dapat digunakan lebih luas khususnya dalam
sistem pertanian di Indonesia.

II. METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan

Berdasarkan praktikum biopestisida alat yang digunakan yaitu blender,


gunting saringan, botol spray dan baskom. sedangkan bahan yang digunakan yaitu
air dan satu ikat serai.

2.2. Metode Kerja

Pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan biopestisida menggunakan


daun sirih yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Tanaman serai yang
digunakan yaitu batang sereh yang masih segar. Setelah itu, memotong batang serai
dengan gunting atau pisau menjadi bagian-bagian kecil agar serai mudah ditumbuk.
Setelah tanaman serai diblender sampai batang serai menjadi halus dilanjutkan
dengan merendam serai dengan air bersih selama 24 jam. Setelah 24 jam, saring
ekstrak serai dan masukan ke dalam botol spray. Perbandingan air dan ekstrak air
yaitu 1: 50. Cara pengaplikasian biopestisida tanaman serai yaitu disemprotkan
langsung ke bagian tanaman yang terkena hama atau penyakit selama seminggu.
Disemprotkan 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari. Pengamatan dilakukan
selama 2 minggu.

4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung

Kondisi Tanaman sebelum diberikan Kondisi Tanaman sesudah diberikan


pestisida botanis pestisida botanis

Tidak ada hama yang ditemukan sehingga Tidak ada hama ditemukan yang sehingga
tidak diberikan biopestisida. Kondisi tidak diberikan biopestida. Kondisi tanaman
tanaman segar dan hijau. segar dan hijau.

3.1. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah praktikan lakukan, menunjukan tidak ada


perubahan spesifik maupun umum terhadap kondisi tanaman uji coba. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: tidak ada target hama (Kutu Putih)
yang diharapkan berada pada tanaman uji coba yang sesuai dengan jurnal acuan
utama: ada kemungkinan terjadinya pencegahan terhadap aktivitas hama ketika
pemberian ekstrak sereh pada tanaman uji: hingga kurang nya jangka waktu
percobaan. Secara pengertian Biopestisida ialah bahan yang berasal drai mahluk
hidup (tanaman, hewan atau mikroorganisme) yang berkhasiat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan atau mematikan hama atau organisme penyebab
penyakit (Sumartini 2016).
Salah satu biopestisida yang kerap digunakan ialah tanaman sereh
(Cymbopogon nardus L.). Sefrinus (2018) menjelaskan bahwa Serai merupakan
tanaman yang sering disebut dengan suku rumput-rumputan. Tanaman ini batang
dan daunnya mengandung zat-zat seperti geraniol, metil heptenon, terpen-terpen,
terpen-alkohol, asam-asam organik dan terutama sitronelal. Fahruddin (2018) juga

5
menyatakan yang sama bahwa tanaman serai mengandung senyawa Sitronela yang
tidak disukai nyamuk dan berbagai serangga dengan demikian serai dapat
digunakan sebagai Pestisida Alami.
Biopestisida memiliki berbagai tujuan dalam target penggunaannya.
Terdapat jenis Bakterisida, Nematisida, Insektisida, Fungisida, Herbsida, dan
Rodentisida dalam biopestisida sedang, sereh tergolong mampu untuk mengatasi
permasalahn bakterisida, insektisida dan nematisida. Hal ini disebabkan oleh
kandungan Minyak Atsiri yang banyak pada sereh. Bakterisida ialah jenis pestisida
yang dibuat dan digunakan secara spesifik untuk mengendalikan penyakit pada
tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Insektisida merupakan pestisida untuk
memberantas serangga, seperti nyamuk, kecoak, kutu busuk, rayap, semut,
belalang, wereng, ulat, dan sebagainya. Nematisida adalah pestisida untuk
memberantas hama cacing. Hama ini sering merusak akar atau umbi tanaman.
Contoh nematisida adalah oksamil dan natrium metam.
Kutu Putih (Paracoccus marginatus) merupakan serangga asli Amerika
Tengah dengan catatan tanaman yang dapat dijadikannya inang ialah mangga,
jambu, jagung, sirsak, akasia dsb. Hama ini menyebar dengan sangat mudah dan
cepat, serta pada serangan berat menyebabkan kematian pada tanaman (M. Abu
2014). Tidak adanya kehadiran hama Kutu Putih pada areal Sekolah Vokasi Institut
Pertanian Bogor menjadi kendala dalam pembuktian keefektivan ekstrak daun
Sereh dalam menangani sebaran hama Kutu Putih.
Biopestisida memiliki senyawa organik yang mudah terdegradasi oleh alam
dan lebih utama digunakan untuk pencegahan. Penggunaan ekstrak Sereh dengan
cara penyemprotan menjadikan ekstrak lebih mudah untuk menguap dan
kehilangan khasiatnya. Kutu Putih tergolong dalam hama serangga sehingga cara
kerja pestisida termasuk pada jenis Insektisida. Cara kerja insektisida dalam
menghambat atau mematikan hama adalah sebagai berikut: (1) merusak
perkembangan telur, larva, dan pupa dari serangga hama; (2) menggganggu
komunikasi serangga hama; (3) menyebabkan serangga hama menolak makan; (4)
menghambat reproduksi serangga hama betina; (5) mengurangi nafsu makan
serangga hama; (6) memblokir kemampuan makan serangga hama; dan (7)
mengusir serangga hama (Sumartini 2016).
Serai wangi sebagai pestisida nabati mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya adalah aktivitas biologinya berspektrum luas (dapat dimanfaatkan
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman), tidak toksik, sistemik,
kompatibel dengan teknik pengendalian lain (seperti pengendalia dengan agens
hayati), mudah terurai dan lebih ramah lingkungan. Serai wangi tidak bersifat
toksik terhadap mamalia, burung, dan ikan. Di samping itu serai wangi juga
bersifat tidak persisten karena mudah terurai secara alami sehingga tidak tahan
lama dalam air, udara, di dalam tanah dan tubuh mamalia (Hartati dalam Rita
2016).

6
Kelemahan dari pestisida berbahan aktif minyak serai wangi adalah (1)
keefektifannya kurang meyakinkan, terutama apabila dibuat pada skala rumah
tangga; (2) sulitnya standarisasi mutu produk akibat besarnya keragaman genetik
tanaman dan tempat tumbuhnya, serta pemanenan yang masih dilakukan secara
tradisional; (3) kesulitan dalam pendaftaran dan paten; (4) nilai usaha tani belum
pasti karena pengaruh musim, sumber bahan baku, dan tingkat keefektifannya; (5)
stabilitas bahan aktif rendah karena bahan aktifnya bersifat volatil, yaitu tidak
tahan terhadap sinar matahari (mudah terdegradasi oleh sinar ultraviolet); (6) tidak
kompetitif terhadap pestisida sintetis (harga dan spektrum kerja); dan (7)
terbatasnya data keamanan terhadap mamalia dan lingkungan (Rita 2016).

7
IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa,


Ekstrak Daun Sereh belum dapat dikatakan ada pengaruh pencegahan ataupun
pengobatan daari penggunaan ekstrak daun sereh. Tanaman serai memiliki
kandungan senyawa aktif dipentena, farnesol, geraniol, mirsena, metal heptenol,
nerol dan sitronella. Cara pengaplikasiannya pada tanaman yang terkena hama
yaitu disemprotkan langsung pada bagian tanaman tersebut. dipentena, farnesol,
geraniol, mirsena, metal heptenol, nerol dan sitronella.

4.2. Saran

Diharapkan selanjutnya dapat mempraktikan pengamatan secara In-situ


dengan kontrol dan objek pengamatan yang dapat diamati secara lebih intensif.

8
V. DAFTAR PUSTAKA

Abu M, Rattaningsih R dan Jaya AI. 2014. Pengendalian Penyebaran Haama Kutu Putih
(Paracoccus marginatus). Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan (JIMT). Vol 11.
No 1. Hal 48-61.
Fahruddun A. 2018. Pengendalian Kutu Putih (Bemisa tabaci) Pada Buah Sirsak Dengan
Menggunakan Pestisida Nabati Ekstrak Serai (Cymbopogon nardus L.). Fakultas
Pertanian dan Kehutanan Program Studi Argoteknologi : Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya. Vol 5. No 1. Hal 17-26.
Rita Harni. 2016. Serai Wangi Sebaagai Pestisida Nabati Pengendalian Penyakit Vascular
Streak Dieback Untuk Mendukung Industri Kakao. Balai Penelitian Taanaman
Industri dan Penyegar (ID) : Sukabumi.
Sefrinus M D, dkk. 2018. Aktivitas Biolarvasida Ekstrak Daun Sirsak dan Serai Wangi
Terhadap Larva Nyamuk (Aedes aegypti). Jurnal Saintek Lahan Kering (JSLK) 1
(1). Hal 13-16.
Sumartini. 2016. Biopestisida untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi. IPTEK Tanaman Pangan. Vol 11. No 2.

9
VI. LAMPIRAN

Dokumentasi Pembuatan Biopestisida Daun Sirih

10

Anda mungkin juga menyukai