Anda di halaman 1dari 8

Tugas Individu

Dasar Dasar Perlindungan Tanaman

Nama : Nurfauziyah
NIM : G111 16 316
Kelas : Dasar Dasar Perlindungan Tanaman D
Dosen Pengajar : Dr. Sri Nur Aminah Ngatimin, SP.,M.Si.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
A. Nama Umum, Nama Daerah Dan Sistematikanya (Kingdom - Spesies).

Menurut Semangun (2007), jamur Alternaria porri (Ell.) Cif. Jamur ini
dulunya sering disebut Macrosporium porri Ell. Miselium, konidiofor, dan
konidium jamur ini tidak dapat di bedakan dengan Alternaria solani penyebab
bercak kering pada kentang. A. solani hanyalah salah satu varietas dari A. porri,
meskipun jamur dari bawang tidak dapat menginfeksi kentang, dan sebaliknya.
Berikut klasifikasi dari Alternaria porii:

Kingdom : Fungi

Philum : Ascomycota

Kelas : Dothideomycetes

Subklas : Pleosporomycetidae

Ordo : Pleosporales

Famili : Pleosporaceae

Genus : Alternaria

Spesies : Alternaria porri

B. Bioekologi.

Alternaria porii merupakan penyebab dari timbulnya penyakit bercak ungu.


Keadaan yang lembap sangat cocok untuk kehidupan jamur ini, sehingga keadaan
kebun yang lembap dapat menyebabkan penyebaran jamur ini dapat menyebar
dengan begitu cepat (Samadi, 2000).
Perkembangan penyakit sangat dipengaruhi oleh angin, curah hujan, pengairan
dan penyemprotan. Sporulasi terjadi pada malam hari dengan kelembaban relatif
tinggi. Ketika jaringan bawang rentan, spora jamur berkecambah, tabung
kecambah menembus stomata dan secara langsung bergerak terus sampai ke
epidermis (Semangun, 1994).
Penyebaran cendawan ini dapat melalui peralatan pertanian yang tercemar
spora jamur, tanah, air, pekerja atau terbawa oleh angina (Samadi, 2000).

C. Inang utama dan inang alternatif.

Tanaman inang dari Alternaria porii adalah bawang merah, bawang putih dan
bawang daun (Liferdi dan Saparinto, 2016).

Penyakit bercak ungu tersebut disebabkan oleh jamur Alternaria porri (Ell.)
Cif. Jamur A. porri kecuali menyerang bawang merah juga menyerang bawang
putih (Allium cepa L.), bawang Bombay (Allium cepavar. Cepa L.), bawang prei
(Allium ampeloprasium var. porrumL.) dan bawang daun (Allium fistulosum L.)
Jamur tersebut umumnya menyerang tanaman bawang-bawangan pada saat
tanaman membentuk umbi, namun pada keadaan yang mendukung perkembangan
penyakit, seperti misalnya pada saat musim penghujan, tanaman yang masih muda
pun dapat terserang. Pada keadaan terakhir ini tanaman akan gagal membentuk
umbi, sehingga panenan tidak dapat diharapkan (Nirwanto, 2008).

D. Mekanisme merusak dan gejala serangan.

Cendawan ini menginfeksi tanaman melalui luka luka atau mulut kulit,
menyerang tanaman pada segala umur, tetapi lebih banyak menyerang tanaman
yang telah memasuki fase pembentukan umbi. Tanaman yang telah terinfeksi akan
menunjukkan gejala bercak bercak kecil berwarna putih keabu abuan. Bercak
bercak tersebut lama kelamaan akan melebar dan berubah warna menjadi ungu
yang bagian tengahnya terdapat bercak warna hitam yang dilingkari warna
kuning. Bercak yang berwarna hitam tersebut merupakan masa spora dari jamur.
Kemudian bercak bercak akan berubah warna lagi menjadi coklat tua yang
merupakan badan buah dari jamur tersebut. Serangan yang parah dapat
menyebabkan daun dan batang semu tanaman bawang akan mengering, kemudian
tanaman rebah dan mati (Samadi, 2000).
Gejala pertama dapat dilihat 1 4 hari setelah penetrasi, jika cuaca yang
menguntungkan terus berlangsung pengulangan siklus penyakit yang kedua dapat
terjadi dengan begitu cepat. Konidia ini bisa dikatakan tidak dapat bertahan lama,
setelah konidia jatuh dari batang konidiofornya. Miselium dapat juga ditemukan
pada tanaman yang sakit yang dapat bertahan dari musim ke musim, lalu ketika
kondisi menguntungkan konidia diproduksi pada debris. Penyakit muncul pada
daun daun yang rentan. Dari daun jamur berkembang sampai umbi menjadi tua.
Tidak dapat dipastikan apakah jamur terbawa benih setiap beberapa bulan
ditempat penyimpanan (Semangun, 1994).
Tanda dari penyakit yng ditimbulkan oleh Alternaria porii, yakni adanya
bercak kecil putih sampai kelabu. Jika membesar bercak tersebut tampak
bercincin cincin yang dikelilingi oleh zona berwarna kuning, yang kemudian
dapat meluas agak jauh di atas atau bisa juga di bawah bercak. Bila cuaca lembap,
bercak tersebut akan tertutup oleh jamur yang berwarna cokelat sampai hitam.
Infeksi pada umbi lapis terjadi pada saat panen atau sesudahnya. Umbi yang
membusuk tampak berair (Liferdi dan Saparinto, 2016).
Gejala serangan ditunjukan pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna
putih atau kelabu. Ukuran bervariasi tergantung pada tingkat serangan. Pada
serangan lanjut,bercak bercak menyerupai cincin, warna agak keunguan dengan
tepi agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi oleh zona berwarna kuning
yang dapat meluas kebagian atas atau bawah bercak, dan ujung daun mengering,
bisa juga berwarna cokelat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab.
Infeksi pada umbi biasanya dapat terjadi pada saat panen atau setelah panen.
Umbi tampak membusuk dan berair dimulai dari bagian leher. Umbi yang
membusuk berwarna kuning atau merah kecokelatan (Semangun, 1994).
E. Cara Pengendalian

Pemberantasan penyakit berck ungu dapat dilakukan secara mekanis yakni


memangkas daun yang telah terinfeksi, kemudian membakarnya. Sedangkan
pemberantasan penyakit bercak ungu secara kimiawi dapat dilakukan dengan
fungisida, misalnya Daconil, Defolatan 4F, Dithane M 45 (Samadi, 2000).

Menurut Foeh (2000), pengendalian penyakit bercak ungu biasa dilakukan


dengan menggunakan fungisida, namun pengendalian tersebut menimbulkan
dampak negatif seperti tercemarnya lingkungan, residu yang tertinggal pada
tanaman sehingga berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya,
meningkatkan biaya usaha tani, timbul ketahanan hama dan penyakit terhadap
pestisida serta munculnya hama sekunder.

Maka dari itu diperlukan cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan
dengan menggunakan bakteri agens hayati. Salah satu bakteri agens hayati yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendali organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang bersifat ramah terhadap lingkungan adalah bakteri Serratia
marcescens. Bakteri S. marcescens dilaporkan memproduksi prodigiosin yang
bersifat antifungi, antibakteri, algicidal, antiprotozoal, aktivitas antimalaria,
immunosuppressif dan aktivitas antikanker. Serratia marcescens juga merupakan
salah satu organisme yang dapat menghasilkan enzim kitinase dan menjadi salah
satu dari bakteri yang paling efektif untuk mendegradasi kitin. Sebagaimana yang
telah diketahui bahwa struktur dinding sel dari cendawan adalah tersusun dari
kitin, dengan demikian, maka kitinase dari S. marcescens dapat menjadi
biopestisida untuk mengontrol organisme pengganggu tanaman yang disebabkan
oleh cendawan seperti Alternaria porii ini (Samrot et al., 2011).

F. Gambar Organisme Target Secara Utuh


Gambar Cendawan Alternaria porii

Sumber: http://fungi.myspecies.info/all-fungi/alternaria-porri

Gambar Penyakit Bercak Ungu pada Bawang Daun

Sumber: https://images.bugwood.org/series.cfm?
coll=84003&color=transparent
DAFTAR PUSTAKA

Foeh RH, 2000. Pengujian Efek Fungisidal Beberapa Ekstrak Tanaman terhadap
Alternaria porri (Ell) Cif. Secara In-Vitro. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Bogor. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Liferdi, L. dan Saparinto, C. 2016. Vertikultur Tanaman Sayur. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Nirwanto, Herry. 2008. Kajian Aspek Spasial Penyakit Bercak Ungu (Alternaria
porri Cif. (Ell) Pada Tanaman Bawang Merah. Jurnal Pertanian Mapeta.
Vol. 10 No. 3.
Samadi, Budi. 2000. Usaha Tani Bawang Putih. Yogyakarta: Kanisius.
Samrot AV, Chandana K, Senthilkumar P, Kumar N, 2011. Optimization of
Prodigiosin Production by Serratia marcescens SU-10 and Evaluation of
Its Bioactivity. International Research Journal of Biotechnology. 2(5):128-
133.
Semangun, Haryono. 1994. Penyakit - Penyakit Tanaman Hortikutura di
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Semangun, Haryono. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia
(Edisi Kedua). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai