OLEH:
KATA PENGANTAR
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 1
Latar Belakang............................................................................... 1
A.1 Penyakit................................................................................... 1
A.2 Hama....................................................................................... 2
A.3 Pengendalian OPT................................................................... 3
Tujuan............................................................................................ 5
B.1 Penyakit................................................................................... 5
B.2 Hama....................................................................................... 5
B.3 Pengendalian OPT................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................... 6
Penyakit.......................................................................................... 6
A.1 Jamur....................................................................................... 6
A.2 Bakteri..................................................................................... 7
A.3 Virus........................................................................................ 8
A.4 Nematoda................................................................................ 9
A.5 Gulma...................................................................................... 10
Hama.............................................................................................. 11
Pengendalian OPT......................................................................... 12
BAB III BAHAN DAN METODE................................................ 14
Waktu dan Tempat......................................................................... 14
Alat dan Bahan............................................................................... 14
Cara Kerja...................................................................................... 14
C.1 Penyakit................................................................................... 14
C.2 Hama....................................................................................... 14
C.3 Pengendalian OPT................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................... 15
Hasil............................................................................................... 15
Pembahasan.................................................................................... 15
B.1 Penyakit................................................................................... 15
B.1.1 Jamur.................................................................................... 15
B.1.2 Bakteri.................................................................................. 17
B.1.3 Virus..................................................................................... 17
B.1.4 Nematoda............................................................................. 18
B.1.4 Gulma................................................................................... 19
B.2 Hama....................................................................................... 19
B.3 Pengendalian OPT................................................................... 21
BAB V KESIMPULAN................................................................. 23
Kesimpulan.................................................................................... 23
Saran.............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 24
B.1.1 Jamur.................................................................................... 15
B.1.2 Bakteri.................................................................................. 17
III
B.1.3 Virus..................................................................................... 17
B.1.4 Nematoda............................................................................. 18
B.1.4 Gulma................................................................................... 19
B.2 Hama....................................................................................... 19
B.3 Pengendalian OPT................................................................... 21
BAB V KESIMPULAN................................................................................... 23
A.Kesimpulan................................................................................. 23
B. Saran........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 24
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat
dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat dan terdapat di lingkungan tanaman yang
dapat menyebabkan kerusakan tanaman baik secara kualitas dan kuantitas sehingga
menyebabkan kerugian ekonomis. Hama yang mengganggu tanaman seperti filum
yang anggotanya diketahuberpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes
(nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan
Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain).
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya
yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis.
Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara
ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama.Secara garis besar hewan
yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung,
atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun
di daerah lain belum tentu menjadi hama.
Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh
berbagai sistem organ pada tumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan karena
kelainan genetis, kondisi lingkungan yang tidak sesuai, atau karena serangan hama
dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit dalam skala besar pada tanaman
budidaya dapat mengganggu persediaan bahan pangan bagi manusia.
3
B. TUJUAN PRATIKUM
B.1 Penyakit Tanaman
Adapun tujuan dari pratikum materi penyakit pada tanaman yaitu untuk
mengetahui dan mengidentifikasi penyebab penyakit yang ada pada tanaman, baik
yang disebabkan oleh virus, jamur, bakteri, maupun nematoda.
B.2 Hama Tanaman
Adapun tujuan dari pratikum untuk materi hama pada tanaman yaitu untuk
mengidentifikasi jeis-jenis hama yang menyerang pada tanaman.
B.2 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Adapun tujuan pratikum materi pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman yaitu untuk mengetahui cara-cara mengendalikan hama dan penyakit pada
tanaman.
5
A. Penyakit
a.1 Jamur
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang
berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang
memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan.
Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung
kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya
memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti
tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi .Jamur
mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang
sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas
selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus
amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh
tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari
spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya.
Banyak jamur yang sudah dikenal peranannya, yaitu jamur yang tumbuh di
roti, buah, keju, ragi dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab,
serta beberapa jenis cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi
antibiotik yang digunakan dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri.Diantara
semua organisme, jamur adalah organisme yang paling banyak menghasilkan enzim
yang bersifat degradatif yang menyerang secara langsung seluruh material oganik.
Adanya enzim yang bersifat degradatif ini menjadikan jamur bagian yang sangat
penting dalam mendaur ulang sampah-sampah alam, dan sebagai dekomposer dalam
siklus biogeokimia.
Semua unsur kimia di alam akan beredar melalui jalur tertentu dari
lingkungan ke organisme atau makhluk hidup dan kembali lagi ke lingkungan.
Semua bahan kimia dapat beredar berulang-ulang melewati ekosistem secara tak
6
terbatas. Jika suatu organisme itu mati, maka bahan organik yang terdapat pada
tubuh organisme tersebut akan dirombak menjadi komponen abiotik dan
dikembalikan lagi ke dalam lingkungan. Peredaran bahan abiotik dari lingkungan
melalui komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan dikenal sebagai siklus
biogeokimia..Tubuh suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya
yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan
lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk
dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu
jenis jamur.
Beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme
yang tidak memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit.
Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa
disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual. Secara alamiah
jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan
fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel
anakan. Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk
individu baru, pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah
membentuk hifa yang selanjutnya berkembang menjadi miselium.
Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel.
Proses reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami
dan meiosis. Plasmogami merupakan proses penyatuan antara dua protoplasma yang
segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis
menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan
masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid.
Klasifikasi Jamur
Setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi,
dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-
kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan
7
b.Zygomycetes
mikroskopis,hanya sebagian kecil yang memiliki tubuh buah. Pada umumnya hifa
terdiri atas sel-sel yang berinti banyak.
d.Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut
basidiospora. Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur
payung dan cendawan berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora
seksualnya menyebar di udara dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging
lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari dua hifa haploid
hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel yang memiliki kedua inti yang
disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang diploid
membelah secara meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid. Basidiospora
dilepaskan dari cendawan, menyebar dan berkecambah menjadi hifa vegetatif yang
haploid. Proses tersebut berlanjut terus. Kelas basiodiomycetes ditandai dengan
adanya basidiokarp yang makroskopik kecuali yang hidup sebagai parasit pada daun
dan pada bakal buah.
e.Deuteromycetes
Ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi seksualnya
(disebut fase sempurna). Jamur ini tidak sempurna‖ karena belum ada spora seksual
mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan
klamidospora, arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes
juga memiliki hifa yang bersekat .
a.2 Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih
tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.
Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki
9
ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah
organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil.
Ciri-ciri bakteri yaitu :Organisme multiselluler,Prokariot (tidak memiliki
membran inti sel ) Umumnya tidak memiliki klorofil Memiliki ukuran tubuh yang
bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5
mikron.,Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam hidup bebas atau parasit yang
hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas, kawah atau gambut dinding
selnya tidak mengandung peptidoglikan yang hidupnya kosmopolit .
Struktur dasar bakteri yaitu Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu
gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi
bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila
peptidoglikannya tipis). Membran plasma adalah membran yang menyelubungi
sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.Sitoplasma adalah cairan
sel.Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan
RNA.Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang
dibutuhkan.
Struktur tambahan bakteri memiliki Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan
di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan
bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas
polisakarida dan air.Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang
atau spiral yang menonjol dari dinding sel.Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk
seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum
tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan
hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi
lebih pendek daripada pilus.Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah
membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses
fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan
fotosintesis.Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan
berfotosintesis.Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri
gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi
10
Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur
berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum
memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan
dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya.Flagellum
memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula
yaitu :Monotrik adalah bila hanya berjumlah satu,Lofotrik yaitu bila banyak
flagellum disatu sisi,Amfitrik yaitu bila banyak flagellum dikedua
ujung,Peritrikadalah bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri.
a.3 Virus
Ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk virus disebut dengan Virologi.
Virus berarti zat lendir yang dapat menimbulkan penyakit tumbuhan, mempunyai
satu tipe asam nukleat yang dikenal sebagai RNA atau DNA dengan mantel protein.
Sedangkan viroid adalah makromolekul asam nukleat telanjang yang sangat kecil.
Gejala yang ditimbulkan dengan berupa perubahan warna dari hijaun menjadi
kuning (klorosis) secara setempat atau menyeluruh.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi selsel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Virus sering
diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan
fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena
karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada
manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung),
11
atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV). Virus tidak mempunyai alat
untuk bergerak. Oleh karena itu untuk berpindah dia membuthkan bantuan dari
vektornya seperti serangga, manusia, hewan, air, dan angin.
a.4 Nematoda
B. Hama
dapat dilihat secara langsung. Hama yang menyerang organ tumbuhan umumnya
adalah hewan. Secara garis besar, hama tanaman dikelompokkan menjadi tiga
kelompok sebagai berikut:Kelompok hewan menyusui (mamalia), seperti
tikus,kelompok serangga (insekta) seperti belalang dan kelompok burung (aves),
seperti burung pipit.Penanggulangan hama perlu dilakukan demi meingkatkan
produksi dan hasil panen secara maksimal. Upaya pengelolaan hama harus dilakukan
berdasarkan pertimbangan kestabilan ekosistem (Rahmi et al., 2019). Upaya
penanggulangan hama telah banyak dilakukan demi mencapai kestabilan produksi
tanaman. Namun hal tersebut menimbulkan dampak lingkungan yang cukup serius
seperti pencemaran bahan kimia oleh pestisida sintetis, terjadinya peledakan hama
dan munculnya biotipe baru. Keadaan yang seperti ini, sangat memerlukan
pengendalian yang bersifat ramah lingkungan. Pegendalian yang terintegrasi akan
menekan serangan hama pada tanaman utama (Hadiastono et al., 2015).
pengganggu tanaman.
Menurut Kardinan (2010), didalam tumbuhan ada zat metabolit sekunder
yang berfungsi untuk melindungi diri dari pesaingnya. Zat inilah yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida nabati. Zat ini mempunyai karakterisitik
rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas
sehingga tumbuhan ini tidak diserang oleh hama (Hasyim, 2010).Cara kerja pestisida
nabati yaitu merusak perkembangan telur, larva, pupa, menghambat pergantian kulit,
mengganggu komunikasi serangga, menyebabkan serangga menolak makanan,
mengusir serangga, dan menghambat perkembangan patogen. Kelemahan pestisida
nabati adalah daya kerja relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara
langsung, tidak tahan terhadap sinar matahari, dan tidak dapat disimpan lama jadi
harus sering disemprotkan berulang-ulang. Walaupun begitu ada pestisida nabati
yang bersifat reaksi cepat seperti bunga piretrum yang mengandung bahan aktif
pirethrin, tanaman Nimba yang bahan aktifnya azadirachtin, kedua jenis tanaman ini
mengganggu proses metamorfosa serangga dimana kematian terjadi saat pergantian
kulit atau instar sehingga waktu yang diperlukan untuk membunuh tiga hari
(Kardinan, 2010).Untuk menghasilkan pestisida nabati dapat dibuat secara sederhana
yaitu: a. penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk
menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta b. rendaman untuk mendapatkan
ekstrak c. rebusan bagian tanaman atau tumbuhan misalnya akar, batang, umbi, daun,
biji, dan buah.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest
Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam melakukan
pengendalian terhadap Organisme pengganggu tanaman (OPT) yang ramah
lingkungan. Banyak faktor internal dan eksternal yang menjadi pendorong penerapan
PHT dalam rangka menerapkan prinsip dan program pembangunan nasional
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.Pengendalian hayati merupakan tindakan
pengendalian yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan
musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama.
BAB III. BAHAN DAN METODE
16
A. Hasil
B. Pembahasan
b.1 Penyakit
b.1.1 Jamur
Gejala yang tampak pada tanaman yang terserang oleh penyakit yaitu Pada daun
terdapat bercak coklat yang berukuran kecil, namun pada satu helai daun terdapat
lebih dari satu bercak kecil. Bercak ini berwarna coklat tua dan tepi bercak berwarna
coklat muda..
Pendapat lain juga gejala awal penyakit ini adalah munculnya bercak kecil
berwarna coklat merata, selanjutnya di tengah bercak terdapat titik abuabu namun
tepi bercak berwarna coklat kemerahan. Gejala umumnya terdapat pada daun, dapat
pula terjadi pada pelepah daun, ketiak daun dan kulit gabah .
bagian tajuk berupa daun dan pucuk tanaman. Daun terkulai atau menggulung ke
bawah seperti tanaman dalam cekaman kekeringan. Gejala pada akar dan batang
berupa kerusakan pada berkas pengangkut yang ditunjukkan dengan warna
kecoklatan. Kerusakan atau nekrosis pada akar dan batang dapat menyebar secara
vertikal dan horizontal. Nekrosis yang menyebar horizontal pada berkas pengangkut
terjadi melingkar pada batang sedangkan pada persebaran vertikal nekrosis terjadi
sepanjang akar dan batang. Tanaman tomat yang terinfeksi akan membentuk akar
adventif disekitar pangkal batang. Jaringan pembuluh batang dan akar akan
mengalami pembusukan, berwarna coklat sampai hitam. Apabila bagian batang
dipotong , dari jaringan pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lender berwarna
putih susu dan lender lebih banyak keluar bila potongan batang ditaruh ditampat
lembab. Jika potongan batang sakit dimasukkan kedalam gelas berisi air jernih,
selama beberapa menit akan terlihat benang-benang putih halus yang akan putus-
putus bila gelas digoyang dan air berubah menjadi keruh. Benang putih tersebut
merupakan massa bakteri.
b.1.3 Virus
Penyakit ―Kriting‖ atau dikenal juga sebagai penyakit Virus kuning atau
virus Gemini atau penyakit bulai. Adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus
GeminiP yang ditularkan melalui serangga vektor yaitu kutu daun ( Thrips dan Kutu
kebul ). Dan biasanya menyerang tanaman Cabai, Tomat, Tembakau dan lain lain.
Gejala serangan adalah ditemui nya daun muda atau pucuk tanaman berubah jadi
kuning, tulang daun menebal, daun menggulung, daun mengecil dan tidak
berimbang. Pengendalian penyakit ini cara terbaik adalah dengan mengendalikan
kutu daunnya sehingga tidak bisa menularkan virus ke tanaman dan selamat dari
serangan Kriting atau Virus gemini‖ .Namun, kita harus lebih hati-hati dengan
penyakit ini, karena bisa juga ditemui gejala seperti serangan awal virus Gemini ini
mirip dengan gejala kekurangan beberapa unsur hara sekaligus seperti kekurangan
S, Cu, Ca dan B. Oleh Karena itu kita harus mengamati tanaman nya lebih teliti.
b.1.4 Nematoda
20
Serangan pada tanaman tomat terutama terjadi pada tanah yang bertekstur
kasar atau berpasir. Disamping memperlemah tanaman, nematoda ini dapat juga
menurunkan produksi. Pada populasi yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan
hasil.Tanaman tomat yang terserang oleh Meloidogyne spp. menimbulkan gall
pada akarnya. Ukuran dan bentuk gall tergantung pada spesies nematoda, jumlah
nematoda di dalam akar, dan umur tanaman. Serangan berat pada akar
menyebabkan pengangkutan air dan unsur hara terhambat, tanaman mudah layu,
khususnya dalam keadaan panas dan kering, pertumbuhan tanaman terhambat atau
kerdil, dan daun mengalami klorosis akibat defisiensi unsur hara. Infeksi pada
akar oleh nematoda pada tanaman stadia generatif menyebabkan produksi bunga
dan buah tomat berkurang .
Pada gejala tanaman di atas permukaan tanah menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, daunnya pucat dan layu. Pada musim panas tanaman yang
21
b.1.5 Gulma
Berdasarkan hasil sidik ragam kondisi lahan dan kedalaman tanah tidak
memberikanpengaruh nyata terhadap waktu tumbuh gulma.Hal ini diduga kondisi
lingkungan dan ketersediaan air, suhu, dan cahaya pada setiap kedalaman tanah dan
kondisi lahan terpenuhi. Waktu tumbuh gulma dipengaruhi oleh faktor curah hujan,
suhu rata-rata harian, kelembaban harian dan intensitas cahaya matahari. Adanya air
yang cukup akan mempercepat proses tumbuhnya seed bank, tetapi tidak mutlak
mempercepat waktu tumbuhnya gulma, karena kecepatan tumbuh seed bank juga
dipengaruhi oleh viabilitas biji dan cadangan makanan yang terdapat dalam biji
gulma.Simpanan makanan ini menentukan daya hidupnya dan kemampuan untuk
muncul ke permukaan tanah.
Menurut Menurut Hamid (2010), pertumbuhan gulma dan luas
penyebarannya di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat
tumbuh, praktek-praktek bercocok tanam dan juga jenis lahan perkebunan yang ada.
Dormansi pada jenis tertentu mengakibatkan biji gulma tidak berkecambah di dalam
tanah. Tetapi tetap hidup ketika kondisi lingkungan memenuhi faktor penting dalam
perkecambahannya. Biji gulma yang berada di dalam tanah mempunyaitingkat
dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi
bijigulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji gulma di
dalamtanah akan tetap menjadi masalah selama biji masih ada. Hasanuddin Erida
dan Safmaneli (2012), mengatakan bahwa spesies yang berbeda mempunyai
kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik morfologi dan fisiologi
yang berbeda. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang
tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis.
b.2 Hama
23
BAB. V PENUTUP
A. Kesimpulan
A. Kesimpulan
B. Saran
Agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dari praktikumdapat
tercapai, maka diharapkan kepada praktikan agar lebih serius dan teliti lagidalam
melaksanakan praktikum
25
DAFTAR PUSTAKA