Proposal Praktikum
Ilmu Hama Tumbuhan
Proposal Efek Perbedaan Suhu Terhadap Perkembangan Populasi Sitophilus
Oryzae Terhadap Parameter Suhu Ruang, Suhu kulkas dan Luar ruang
OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
PADANG
2022
ii
KATA PENGANTAR
(kelompok V)
iii
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP...........................................................................................14
Lampiran...........................................................................................................14
Daftar pustaka...................................................................................................26
Daftar tabel
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beras adalah salah satu jenis bahan pangan pokok penting di Indonesia.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (2016), pada tahun 2015
beras menempati urutan pertama sebagai bahan pangan pokok dengan jumlah
produksi terbesar di Indonesia, yaitu mencapai 75.397.841 ton atau 62,3% dari
vi
total produksi bahan pangan pokok di Indonesia. Jumlah produksi beras yang
besar perlu adanya upaya pasca panen yang tepat guna mempertahankan pasokan
beras tetap tersedia untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional. Tahapan pasca
panen beras yang penting dilakukan salah satunya adalah penyimpanan. Dalam
penyimpanan beras sering ditemui adanya kendala, salah satunya adalah
serangan hama beras Sitophilus oryzae (Yudansha, 2013).
Klasifikasi Kutu Beras (Sitophilus oryzae L.)
Kingdom : Animalia,
Filum : Arthropoda,
Kelas : Insekta,
Ordo : Coleoptera,
Famili : Curculionidae,
Genus : Sitophilus,
Spesies : Sitophilus oryzae.
Sitophilus oryzae mengalami metamorfosis sempurna (holometabola).
Beberapa tahap perkembangannya antara lain adalah telur, larva, pupa, dan imago.
Larva Sitophilus oryzae berwarna putih dan tidak berkaki. Stadium larva
berangsung selama 7 – 10 hari hingga kemudian membentuk pupa. Coleoptera
adalah serangga yang memiliki seludang pada sayapnya. Ordo coleopteran sering
disebut kumbang karena kebanyakan didominasi oleh kelompok kumbang, dan
memiliki sayap depan yang keras, tebal dan merupakan penutup bagi sayap
belakang dan tubunya. Sayap depan disebut elitron. Ketika terbang sayap depan
kumbang tidak berfungsi hanya sayap belakang yang digunakan untuk terbang.
Sayap belakang berupa selaput dan pada waktu istirahat dilipat di bawah elytra.
Tipe alat mulut kumbang yaitu tipe penggigit dan pengunyah, kumbang juga
memiliki kepala yang bebas dan kadang memanjang ke depan atau ke bawah
sehingga berubah menjadi moncong imago muda berwarna coklat merah dan
umur tua berwama hitam. Pada kedua sayap depannya terdapat 4 bintik kuning
kemerah-merahan (masing-masing sayap terdapat 2 bintik) (Khan et al., 2014).
Kumbang ini mempunyai moncong panjang, warna cokelat kehitaman dan
kadang-kadang ada 4 bercak kemerahan pada elytranya, umur dapat mencapai 5
bulan. Jika akan bertelur, kumbang betina membuat liang kecil dengan
vii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kutu beras (Sitophilus oryzae L.) merupakan salah satu hama yang dapat
menyerang berbagai komoditas sereal maupun kacang-kacangan yang disimpan.
Sitophilus oryzae dapat menyerang tanaman seperti gandum), jaguung maupun
beras Serangan Sitophilus oryzae akan menyebabkan butir menjadi berlubang,
hancur hingga membentuk tepung serta dapat menurunkan nilai gizi produk dan
nilai komersialnya (Anggara, A.W., 2010).
Sitophilus oryzae termasuk ke dalam kelas insecta yang jumlah spesiesnya
paling besar. Serangga ini memiliki sayap yang kokoh, sehingga digolongkan
kedalam ordo Coleoptera. Sitophilus oryzae mengalami metamorfosis sempurna
(holometabola). Beberapa tahap perkembangannya antara lain adalah telur,
larva,pupa, dan imago. Larva Sitophilus oryzae berwarna putih dan tidak
berkaki.Stadium larva berangsung selama 7 – 10 hari hingga kemudian
membentuk pupa. Lama stadium pupa berlangsung 7 – 12 hari hingga selanjutnya
membentuk imago. Saat imago tubuh Sitophilus oryzae berwarna hitam cerah atau
kecoklatan dengan panjang tubuh antara 3,5 – 5 mm dan pada kedua buah sayap
bagian depan masing-masing terdapat dua buah bercak berwarna kuning agak
kemerahan (Manueke et al., 2015).
Morfologi dan biologi Sitophilus oryzae L. imago muda berwarna coklat
merah dan umur tua berwarna hitam. Pada kedua sayap depannya terdapat 4 bintik
kuning kemerah-merahan (masing-masing sayar terdapat 2 bintik). Kumbang ini
mempunyai moncong panjang, warna cokelat kehitaman dan kadang-kadang ada 4
bercak kemerahan pada elytranya, umur dapat mencapai 5 bulan. Jika akan
bertelur, kumbang betina membuat liang kecil dengan moncongnya sedalam
kurang lebih 1 mm. Kumbang betina menggerek buturan beras dengan
moncongnya dan meletakkan sebutir telur lalu lubang itu ditutup dengan sekresi
yang keras. Masa kovulasi relatif lebih lama dibandingkan dengan hama gudang
lainnya. Telur kutu beras berbentuk oval berwarna kuning lunak dan licin bentuk
ujung telur agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Kutu beras meletakkan
xi
oleh kumbang bubuk beras dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas
beras menurun. Biji-bijan hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat
serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produk beras
rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikomsumsi. Akibat dari
serangan kumbang bubuk beras menyebapkan butir – butir beras menjadi
borlubang kecil – kecil, sehingga mengakibatkan beras menjadi mudah pecah dan
remuk menjadi tepung. Hal ini sering kita temukan pada butiran beras yang
terserang, dalam keadaan rusak dan bercampur tepung dipersatukan oleh air liur
larva sehingga kualitas beras menjadi rusak sama sekali (Parinduri, 2010).
xiii
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
A. Hasil
perlakuan mortalitas ± SD
larva sithopilus
sebanyak 2 buah
Mortalitas
2 0% 0% 0% 87,89 0
3 0% 0% 0% 21,52 0
xvi
4 0% 0% 0% 38,04 0
4 0% 0% 0% 22,79 0
B. Pembahasan
Oryzae tidak dapat beraktivitas normal dimana serangga tidak aktif lagi bergerak
karna suhu dingin kulkas dan menyebabkan matinya Sitophilus oryzae.
Begitu pula pada sidik ragam kerusakan beras diman terbagi menjadi tiga
kelompok yaitu A B dan AB. Dimana artinya yaitu pada A kerusakan beras yang
sangat tinggi, B kerusakannya cukup tinggi sedangkan AB tidak terjadi kerusakan
beras yang tinggi akibat suhu yang menyebabkan matinya Sitophilus oryzae.
xix
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
pada praktikum pengamatan perkembangan sitophyllus oryzae pada perlakuan
suhu ruang, suhu kulkas dan suhu luar ruangan yang dapat disaran adalah untuk
praktikun kedepannya agar lebih baik lagi, dan mengamati lebih teliti.
xx
Lampiran
Source DF SS MS F P
V001 2 23550.0 11775.0 385 0.0000
Error 9 275.0 30.6
Total 11 23825.0
Kerusakan beras
Source DF SS MS F P
V001 2 2826.50 1413.25 4.37 0.0473
Error 9 2913.75 323.75
Total 11 5740.25
Dokumentasi
No Gambar Keterangan
xxi
No Gambar Keterangan
2 Beras ditimbang
sebanyak 100gr/cup
untuk 12 cup.
3 Beras dimasukkan
kedalam setiapm cup
dengan berat yang
sama rata.
4 Pemilihan sitophilus
oryzae dewasa
sebanyak 10 ekor lalu
dimasukkan kedalam
setiap cup.
6 Perlakuan didalam
suhu ruang ditaruh
didalam lemari
xxiv
7 Perlakuan didalam
suhu kulkas.
No Gambar keterangan
Pada pengamatan
minggu pertama
dilakukan perhitungan
jumlah sitophyllus
yang sudah mati dan
yang masih hidup.
Berikut gambar
sitophyllus yang sudah
mati, kemudian
sitophyllus yang pura-
pura mati ditunggu
dan diganggu hingga
bergerak kembali,
setelah bergerak
kembali dimasukkan
kedalam cup
percobaan sesuai
perlakuan.
Setelah dipisahkan
sitophyllus yang masih
hidup dimasukan
kembali kedalam cup
beserta berasnya,
Gamabar ini
merupakan bentuk
dari beras yang masih
utuh, beras di katakan
utuh juka tidsak ada
bagian dari beras yang
patah pada saat
melakukan
pengamatan.
xxviii
Keterangan hasil
penimbangan kerusakan
No Gambar beras (gr)
(1) 68, 53 gr
(2) 31,16 gr
(3) 21,52 gr
xxix
(4) 38,04 gr
(1) 17,36 gr
(2) 16,20 gr
(3) 12,45 gr
xxx
(4) 27,38 gr
(1) 34,5 gr
(2) 31,16 gr
(3) 21, 14 gr
(4) 22, 79 gr
xxxi
DAFTAR PUSTAKA
Ashamo, M.O. 2006. Relative susceptibility of some local and elite rice varieties
to the rice weevil, Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae).
Journal of Food, Agriculture & Environment 4(1): 249–252.
Khan, K., Khan, G.D., Din, S., Khan, S.A., & Ullah, W. 2014. Evaluation of
different wheat genotypes against rice weevil (Sitophilus oryzae (L.)
(Coleopteran: Curculionidae). Journal of Biology, Agriculture and
Healthcare 4(8): 85–89
Osman, A.Z., Magda, B.E., Hossam, F.E., Salwa, M.S.A., & Marwa, I.M. 2012.
Biological and genetical studies on the rice weevil, Sitophilus oryzae
(L.) (Curculionidae: Coleoptera) in Egypt. Research Journal of
Agriculture and Biological Sciences 8(2): 92–97.
Phillips, T.W. & Throne, J.E. 2010. Bio- rational approaches to managing stored
product. Annual Review of Entomology 55: 375–397
Sousa, A.H., Faroni, L.R.D.A., Rezende, F., Pimentel, M.A.G., & Silva, G.N.
2009. Population growth of Cathartus quadricollis (Guerin
Meneville) (Coleoptera: Silvanidae) in products stored at different
temperatures. African Journal of Food Science 3(11): 347–351.
xxxii
Yudansha, A., Himawan, T., & Astuti, L.P. 2013. Perkembangan dan
pertumbuhan Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) pada
beberapa jenis beras dengan tingkat kelembaban lingkungan yang
berbeda. Jurnal HPT 1(3): 1–8.
Anggara, A.W., 2010, Hama Gudang Penyimpanan Padi, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, halaman 14-20, Puslitbangtan, Jawa
Barat.