Anda di halaman 1dari 25

RESPONS PEMBERIAN LIMBAH CANGKANG TELUR AYAM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI


TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

MUHAMMAD RISQI FADHILLAH


2018610018

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala , berkat izin, ridho dan

rahmat-Nya penulis diberikan kesempatan, kesehatan, serta kemampuan untuk

menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi

Wassalam, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang

penuh dengan ilmu.

Tema penelitian ini adalah Pemberian Pupuk Cangkang Telur Ayam dengan

judul “Respons Pemberian Limbah Cangkang Telur Ayam terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.).

Penulisan proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta, Daike Arkeman (Ibu), Ario Dillah (Ayah), Nurul Aisyah

(Kakak), yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama penyusunan

proposal penelitian.

2. Ibu Ir. Helfi Gustia, M.Si, Dosen pembimbing skripsi penulis yang telah

mendidik dan memberikan bimbingan selama penyusunan proposal penelitian.

3. Bapak Ir. Sularno, M.Si., Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Jakarta.

4. Ibu Dr. Meisanti, M.P dan Bapak Ir. Sudirman, M.Si., Wakil Dekan Fakultas

i
Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta.

5. Bapak Dr. Naswandi Nur M.Si., Ketua Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

6. Teman-teman angkatan 2018 yang telah berjuang bersama-sama selalu

memberikan dukungan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih

terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Jakarta, 24 Mei 2022

Muhammad Risqi Fadhillah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................. 3
C. Hipotesis .......................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4


A. Sejarah dan Klasifikasi Tanaman Sawi ............................................. 4
B. Morfologi Tanaman Sawi................................................................. 5
C. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi ........................................................ 6
D. Budidaya Tanaman Sawi.................................................................. 7
E. Pupuk Organik ................................................................................. 8
F. Pupuk Anorganik ............................................................................. 9
G. Cangkang Telur Ayam ..................................................................... 10

III. METODE PENELITIAN .................................................................... 12


A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 12
B. Alat dan Bahan ................................................................................ 12
C. Rancangan Penelitian ....................................................................... 12
D. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 13
E. Parameter Pengamatan ..................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17


LAMPIRAN ................................................................................................ 20

iii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian ......................................................... 19


2. Denah Penelitian ....................................................................................... 20

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020 produksi telur ayam di

Indonesia mencapai 5.044.394,99 ton. Angka tersebut akan terus bertambah pada

tahun 2021-2022 seiring kebutuhan telur ayam di masyarakat, maka bertambah pula

potensi limbah cangkang telur ayam dari tingginya angka produksi tersebut (BPS

2020).

Jika limbah cangkang telur ayam tidak dapat dikendalikan, akan terjadi

pencemaran lingkungan skala besar. Pencemaran tersebut diantaranya adalah polusi

udara (kulit telur mengandung sisa-sisa zat kompleks dari isinya yang memiliki bau

tidak sedap), pencemaran air (saat terjadi hujan dan kulit telur terbawa oleh air, maka

air akan terkontaminasi oleh sisa-sisa isi telur yang masih menempel dikulitnya), dan

dapat juga menjadi tempat bertumbuhnya bakteri maupun bibit penyakit (Rahmadina

dan Tambunan, 2017).

Salah satu alternatif untuk mengatasi limbah cangkang telur ayam yang

tergolong limbah organik adalah dengan memanfaatkannya sebagai pupuk cangkang

telur ayam untuk nutrisi dalam budidaya tanaman. Dalam penelitian ini peneliti

memilih sawi sebagai tanaman yang akan diberikan perlakuan pupuk cangkang telur

ayam. Hal ini dikarenakan kandungan organik dalam cangkang telur ayam berupa :

Protein, Zinc, Fosfor, Magnesium, Kalium, Kalsium Karbonat, Natrium, dan Mangan

(Mn) (Nurjanah et.al., 2017). Menurut Umar (2000), cangkang telur mengandung

hampir 95,1% terdiri atas garam organik, 3,3% bahan organik (terutama protein),

1
1,6% air. Sebagian besar bahan organiknya terdiri atas senyawa Kalsium Karbonat

sekitar 98,5% dan Magnesium Karbonat sekitar 0,85%. Kandungan kulit telur ini

terdiri atas Kalium, Kalsium, Fosfor, dan Magnesium, masing-masing sebesar 0,121;

8,997; 0,394; 10,541% (Putu et.al., 2019).

Sawi (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayuran yang masih banyak

digemari masyarakat Indonesia. Tanaman ini dibudidayakan di iklim sub-tropis

namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Pada saat ini kebutuhan

sawi semakin lama semakin meningkat seiring dengan peningkatan populasi manusia,

dan manfaat mengkonsumsi sawi bagi kesehatan (Jannah et al., 2018).

Kandungan yang terdapat pada sawi adalah Protein, Lemak, Karbohidrat, Ca,

P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Selain itu manfaat sawi sangat baik

untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh

sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki dan memperlancar pencernaan

(Fahrudin, 2009). Sawi memiliki rasa yang enak, serta sistem budidayanya yang

cukup mudah dan mempunyai nilai ekonomis yang dapat bersaing dengan tanaman

sayuran lainnya (Jannah et.al., 2018).

Setiap 100 g sawi mengandung gizi sawi berupa 2,3 g protein ,0,4 g lemak,

4,0 g karbohidrat , 220 mg kalsium, 38,0 mg fosfor, 2,9 mg besi, vitamin A 1.940,0

mg, vitamin B 0,09 mg, vitamin C 102 mg, dan energi 22,0 kal. Di samping itu sawi

juga mengandung serat 0,7 g, air 92,2 g, natrium 20,0 mg.(Direktorat Gizi

Departemen Kesehatan RI, 2012).

2
B. Tujuan

Mengetahui respons pemberian limbah cangkang telur ayam terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.).

C. Hipotesis

Limbah cangkang telur ayam memberikan respons yang sama terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.).

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah dan Klasifikasi Tanaman Sawi

Sawi termasuk tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi

berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina tanaman ini

telah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina

dan Taiwan. Masuknya sawi ke Indonesia diduga pada abad XI bersamaan dengan

lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya. Daerah pusat penyebarannya

antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang dan Pangalengan (Rukmana, 2007).

Tanaman sawi tumbuh dan beradaptasi pada semua jenis tanah, baik pada

tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah bertekstur liat berat dan juga

tanah organik seperti tanah gambut. Kemasaman (pH) tanah yang optimal pada

tanaman sawi antara 6 - 6,5 dan temperatur yang optimum adalah 15 - 20 ˚C (Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2015).

Klasifikasi tanaman sawi menurut (Haryanto et.al., 2003);

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

4
B. Morfologi Tanaman Sawi

Sistem perakaran tumbuhan sawi memiliki akar tunggang (radix primaria)

dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua

arah menggunakan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain

mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang

tumbuhan (Heru dan Yovita, 2003).

Batang tumbuhan sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak

kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun

(Rukmana, 2002). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu serta tidak berkrop.

Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk

krop (Sunarjono, 2004).

Tumbuhan sawi umumnya mudah berbunga serta berbiji secara alami baik di

dataran tinggi maupun pada dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun pada

tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) serta bercabang

banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai

daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu butir

putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).

C. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi

Sawi (Brassica junceae L.) termasuk famili Brassicaceae, daunnya panjang,

halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik pada daerah yang berhawa

panas maupun berhawa dingin, sebagai akibatnya dapat diusahakan asal dataran

rendah sampai dataran tinggi, tetapi lebih baik pada dataran tinggi. Wilayah

penanaman yang cocok artinya mulai dari ketinggian 5 m sampai menggunakan 1.200

5
m di atas permukaan laut (dpl). Namun umumnya dibudidayakan pada daerah

ketinggian 100-500 m dpl, dengan syarat tanah gembur, banyak mengandung humus,

subur dan drainasenya baik (Edi dan Yusri, 2010).

1. Iklim

Daerah penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah

mulai dari ketinggian 5 m sampai 1200 mdpl. Namun, biasanya tanaman ini

dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 mdpl. Sebagaian besar daerah-daerah

di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto, et.al., 2003).

Kondisi iklim yang diinginkan untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah

wilayah dengan suhu malam hari 15,6 0C dan 21,1 0C pada siang hari dan sinar

matahari 10 hingga 13 jam sehari. Namun, beberapa varietas tahan panas, dapat

tumbuh dengan baik dan berproduksi di daerah dengan suhu berkisar antara 27 0C

hingga 32 0C (Rukmana, 2007).

2. Tanah

Tanaman sawi cocok ditanam pada tanah yang gembur, mengandung humus

dan mempunyai drainase yang baik dengan pH antara 6-7 (Haryanto,2003). Sawi

dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, tanaman sawi lebih cocok di tanam pada

tanah lempung berpasir seperti jenis tanah andosol. Sifat biologis tanah yang baik

untuk pertumbuhan sawi adalah tanah yang mengandung banyak unsur hara. Tanah

yang memiliki banyak organisme pengurai dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman (Cahyono, 2003).

6
Tanaman sawi dapat dibudidayakan pada berbagai ketinggian tempat. Sawi

juga memiliki toleransi yang baik terhadap lingkungannya. Namun kebanyakan

daerah penghasil sawi berada diketinggian 100-500 mdpl (Zulkarnain, 2013).

D. Budidaya Tanaman Sawi

Penyemaian benih sawi diawali dengan merendamnya selama kurang lebih 2

jam, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang, namun yang tenggelam

digunakan. Media semai sebaiknya menggunakan pupuk kompos. Benih sawi

berumur 7 - 14 hari setelah semai (HSS) dipindahkan ke dalam polybag dan siap

ditanam di kebun pada saat sawi berumur 14 - 21 hari setelah tanam (HSS) (Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2015).

Penanaman dilakukan dengan menanam bibit langsung di lapangan,

penjarangan tanaman dilakukan 10 hari setelah tanam atau bersamaan dengan waktu

penyiangan gulma pertama. Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman sampai

waktu panen dengan frekuensi penyiraman tergantung kondisi (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hortikultura, 2015).

Panen dapat dilakukan setelah sawi berumur 45 - 50 hari dengan cara

mencabut atau memotong pangkal batangnya. Produksi optimal dapat mencapai 1 - 2

ton/ha. Terlambat panen dapat menyebabkan tanaman berbunga, batang keras, dan

tidak layak konsumsi. Sortasi dilakukan dengan memisahkan bagian yang tua, busuk

atau sakit. Penyimpanan hasil panen bisa mengggunakan wadah berupa keranjang

bambu, plastik atau karton yang sudah dilubangi untuk menjaga sirkulasi udara

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2015).

7
Serangan hama tiap kali menjadi salah satu faktor penyebab penurunan

kualitas dan kuantitas pada tanaman hortikultura, salah satu hama yang menyerang

tanaman sawi adalah ulat grayak (Spodoptera litura F.) dari ordo Lepidoptera dan

Famili Noctuidae. Serangan ulat grayak saat hasil panen dapat mencapai 85%,

bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen. Ulat grayak bersifat polifag

(mempunyai banyak jenis tanaman inang). Siklus hidupnya dapat ditemukan pada

semua tanaman hortikultura. Hama ini dapat menyebabkan kerusakan pada daun

sayuran sehingga daun menjadi sobek, terpotong-potong, dan berlubang (Nurhidayah,

2017).

E. Pupuk Organik

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan menambah zat hara di dalam

tanah. Pemupukan bertujuan untuk menjaga tanah supaya tetap mempunyai taraf

produktivitas yang tinggi. Pupuk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur

hara menggunakan dosis yang tepat. Pupuk organik ialah akibat dekomposisi bahan-

bahan organik yang diuraikan oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan

unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

(Supartha et.al, 2012).

Penggunaan pupuk organik adalah untuk menambah unsur hara tanah

memperbaiki sifat-sifat tanah baik fisika, kimia maupun biologi tanah yang penting

bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk organik harganya murah, mudah didapat dan

ramah lingkungan (Pranata, 2010).

Pupuk kandang kambing merupakan salah satu pupuk organik yang cukup

tersedia di lingkungan kita, dan kandungan haranya pun cukup tinggi. Pupuk kandang

8
kambing memiliki kandungan hara 0.70% N, 0.40% P2O5, 0.25% K2O, C/N 20-25,

dan bahan organik 31% (Simanungkalit et al.2006). Oleh sebab itu pupuk kandang

kandang kampbing cukup baik untuk diaplikasikan ke tanah dalam meningkatkan

kesuburan. Menurut Tan (1993), pupuk kandang kambing memiliki keunggulan

dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya, yaitu memiliki unsur makro Nitrogen

(N), Fosfor (P), serta Kalium (K) lebih tinggi.

Pupuk organik berfungsi untuk meminimalisir efek residu (endapan) yang

disebabkan oleh pupuk anorganik serta mampu menambah unsur hara makro dan

mikro juga memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisika tanah. ( Lingga dan Marsono

2006). Pupuk organik dapat berasal dari pelapukan residu tanaman, hewan dan

manusia. Salah satu sumber pupuk organik berasal dari kotoran ternak kambing.

Kotoran kambing cukup mudah diperoleh sebagai sumber utama unsur hara dalam

budidaya organik. Kebutuhan pupuk kandang sangat besar karena kandungan haranya

yang rendah (Hartatik dan Widowati 2006).

F. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang

mengandung satu atau lebih senyawa anorganik. Fungsi utama pupuk anorganik

adalah menjadi penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Pada aplikasinya, sering

dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anorganik. Beberapa manfaat

serta keunggulan pupuk anorganik diantaranya mampu menyediakan hara dalam

waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman,

kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis serta mudah

diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga yang cukup

9
mahal serta mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah jika

diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai pada pupuk

anorganik merupakan unsur N, P, dan K (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Penggunaan pupuk anorganik yang tidak terkendali menjadi salah satu

penyebab penurunan kualitas kesuburan fisik serta kimia tanah. Keadaan ini semakin

diperparah oleh aktivitas pertanian secara terus menerus, sedangkan pengembalian ke

tanah pertanian hanya berupa pupuk kimia. Hal ini mengakibatkan terdegradasinya

daya dukung serta kualitas tanah pertanian sehingga produktivitas lahan semakin

menurun. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya memiliki

unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung

unsur hara mikro. Kandungan hara dalam pupuk anorganik terdiri atas unsur hara

makro utama (Lingga dan Marsono, 2013).

G. Cangkang Telur Ayam

Cangkang telur ayam diperoleh dengan cara mengumpulkan kulit telur yang

berasal dari limbah tukang nasi goreng dan martabak telur serta warmindo. Kemudian

dibersihkan dengan air terlebih dahulu lalu dijemur hingga kering selama kurang

lebih 2-3 hari, setelah itu ditumbuk dan diblender hingga kulit cangkang telur ayam

benar-benar halus. Setelah halus (tepung) dapat dipergunakan menjadi pupuk organik

dengan menaburinya ke tanah di sekitar tanaman atau di dalam polybag, dan lebih

baik lagi dicampurkan dengan media tanam agar pertumbuhan tanaman lebih

maksimal.

Selain itu, tepung cangkang telur ayam juga bermanfaat untuk menangkal

hama tanaman seperti bekicot. Kandungan gizi kulit telur yang tak kalah tinggi dari

10
telurnya, yang saat ini belum mendapat banyak perhatian. Para pakar kimiawi telah

melakukan uji coba terhadap cangkang telur ayam, sehingga kandungan dari

cangkang telur ayam telah terbukti. Bahwa cangkang telur ayam tersusun oleh bahan

anorganik 95,1%, protein 3,3% dan air 1,6%. Komposisi kimia dari kulit telur terdiri

dari protein 1,71%, lemak 0,36%, air 0,93%, serat kasar 16,21%, abu 71,34%

(Nursiam, 2011). Selain itu, rata-rata dari kulit telur mengandung 3% fosfor dan 3%

terdiri atas Magnesium, Natrium, Kalium, Seng, Mangan, Besi dan Tembaga

(Butcher dan Miles, 1990).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Miles, serbuk kulit telur ayam

mengandung 39% Kalsium, dalam bentuk Kalsium Karbonat. Cangkang telur ayam

kering mengandung sekitar 95% Kalsium Karbonat dengan berat 5,5 g (Butcher dan

Miles, 1990).

Hasil analisis kandungan kulit telur di laboratorium menunjukkan kandungan

kalsium terdiri atas Kalium, Kalsium, Fosfor dan Magnesium, masing-masing sebesar

0,121 %, 8,977 %, 0,394 % dan 10,541 %. Kalsium (Ca) pada cangkang telur ayam

berperan untuk merangsang pembentukan bulu akar, mengeraskan batang tanaman

dan merangsang pembentukan biji. (Lingga dan Marsono, 2000).

11
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2022, yang berlokasi di

kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, beralamat

di Jalan Poncol Indah VII, RT. 01, Cirendeu, Ciputat Timur. Lokasi penelitian berada

pada ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut (dpl), dengan jenis tanah Latosol.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, polybag (40 x 40 ) cm,

gembor 10 L, blender,ember,sekop mini, saringan, paranet, meteran, timbangan

analitik , kertas mika,thinwall cup puding 100 ml, kamera, sarung tangan dan alat

tulis (binder dan pulpen). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih

sawi Shinta®, NPK Mutiara 16:16:16 ,tepung limbah cangkang telur ayam, pupuk

kandang kambing,kompos, arang sekam, rodentisida,insektisida.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian Rancangan

Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan perlakuan limbah cangkang telur ayam

yaitu :

P0 = Cangkang telur ayam 25 g/polybag (Putu.et.al,2019)

P1 = Cangkang telur ayam 30 g/polybag + NPK 5gr

P2 = Cangkang telur ayam 35 g/polybag + NPK 5gr

P3 = Cangkang telur ayam 40 g/polybag + NPK 5gr

P4 = Cangkang telur ayam 45 g/polybag + NPK 5gr

12
Adapun model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Yij = μ + τi + βj + εij

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan dosis cangkang telur ayam ke-i pada

kelompok ke-j

μ = Rata-rata populasi

τi = Pengaruh perlakuan dosis cangkang telur ayam dari perlakuan ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

εij= Pengaruh acak dari perlakuan dosis cangkang telur ayam ke-i pada kelompok

ke-j

i = Perlakuan (0, 1, 2, 3, dan 4,)

j = Ulangan (1, 2, 3, 4, dan 5 )

Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan dengan lima ulangan sehingga

terdapat 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 tanaman

sehingga terdapat 75 tanaman dengan 1 tanaman/polybag. Uji lanjut yang digunakan

ialah Uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan POP cangkang telur ayam

Setelah menyiapkan cangkang telur dan membersihkannya, langkah

selanjutnya masukkan cangkang telur yang sudah kering dan bersih ke dalam kresek

besar dan hancurkan dengan alat penumbuk atau blender hingga menjadi tepung lalu

di timbang sesuai dengan dosis perlakuan. Dalam proses penghancuran tidak perlu

13
menambahkan air atau apapun yang bersifat cair. Hal ini untuk mencegah kulit telur

menjadi lengket dan untuk mendapatkan pupuk yang menyerupai tepung sehingga

mudah digunakan. Secara langsung hanya perlu mencampurkannya pada media

tanam atau taburkan ke tanaman secara rata.

2. Persiapan media tanam

Benih sawi disebar di thinwall cup puding 100ml selama 14 hari. Perawatan

terus dilakukan pada benih sawi hingga menjadi benih yang siap dipindahkan ke

polybag besar ukuran 40 x 40 cm. Pemindahan dilakukan pada saat benih berumur 14

hari. Media tanam yang digunakan adalah tanah, pupuk kandang kambing, arang

sekam dan NPK Mutiara 16:16:16 , media tersebut kemudian diberikan perlakuan

dengan penambahan tepung cangkang telur ayam dengan variasi dosis.

Limbah cangkang telur ayam diberikan satu kali yaitu satu minggu sebelum

pindah tanam sesuai dengan perlakuan.

3. Penanaman

Bibit yang telah berumur 14 hari dipindahkan ke media tanam dalam polybag

ukuran 40 x 40 cm. Media dalam polybag diberi lubang sedalam 5 cm untuk

pembenaman. Bibit yang dipilih adalah bibit yang sehat, baik dan seragam. Jarak

tanaman per polybag adalah 30 × 30 cm.

4. Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal.

Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 2 MST.

5. Pemberian perlakuan

14
Pemberian perlakuan sebanyak satu kali yaitu pada umur 2 MST setelah sawi

dipindahkan ke polybag ukuran 40 x 40 cm.

6. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan dengan air pada polybag secara hati-hati tanpa

membuat tanah dari polybag tumpah atau keluar, penyiraman dilaksanakan saat pagi

dan sore hari (tergantung kondisi) dengan menggunakan gembor kapasitas 10 L.

Penyiangan gulma dan pembumbunan dilakukan dengan cara manual, penyiangan di

lakukan dengan mencabut gulma yang ada di dalam polybag dan ditaruh ditoples,

pembumbunan di lakukan dengan cara mengambil tanah yang sudah disiapkan.

7. Pemanenan

Pemanenan akan dilakukan pada saat tanaman sawi telah berumur 5 MST.

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya dari polybag

dan membersihkannya dari tanah yang menempel pada bagian akar tanaman.

E. Parameter Pengamatan dan Analisis Data

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman sawi dilakukan dengan menggunakan penggaris

atau meteran. Pengukuran dimulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman.

Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST- 5 MST.

2. Jumlah Daun (helai)

Pengukuran jumlah daun yang dihitung adalah daun yang sudah membuka

sempurna, dengan cara manual dengan menghitung satu persatu pada tanaman.

Perhitungan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST- 5 MST.

3. Panjang Daun (cm)

15
Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun terpanjang dengan

menggunakan penggaris yaitu mulai dari pangkal daun sampai ujung daun.

Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST- 5 MST.

4. Lebar Daun (cm)

Pengukuran daun terlebar dilakukan dengan cara mengukur daun tanaman

sawi terlebar yaitu mulai dari pinggiran daun sampai pinggiran daun lainnya.

Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST- 5 MST.

5. Bobot Kotor (gram)

Penimbangan bobot kotor tanaman sawi akan dilakukan pada saat tanaman

berumur 5 MST (pemanenan). Proses pengamatan dilakukan dengan cara menimbang

tanaman sawi beserta akarnya dan ditimbang menggunakan timbangan analitik.

6. Bobot Konsumsi (gram)

Penimbangan bobot konsumsi akan dilakukan pada saat tanaman berumur 5

MST (pemanenan). Proses perhitungan bobot konsumsi dilakukan dengan cara

menimbang tanaman sawi yang telah dibuang akarnya dan telah disortir dari daun-

daun yang tidak layak konsumsi. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan

analitik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2020. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan
Provinsi. Jakarta.
Butcher, G.D. and Miles R. 1990. Concepts of Eggshell Quality. [Online].
(http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/VM/ VM01300. PDF 1990. [10 maret 2022]
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pet-Sai). Yayasan
Pustaka Nusantara.Yogyakarta. Hal 117.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 2012. Komposisi Kimia Sawi Hijau.
Depkes RI. Jakarta.
Edi dan Yusri. 2010. Budidaya Sawi Hijau. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jambi, Jambi.
Estu R, Tina S, Haryanto E. 2003. Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar Swadaya.
Fahrudin. 2009. Budidaya Caisim Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk
Kascing.Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Solo.
Haryanto, W ; T. Suhartini dan E . Rahayu. 2003. Sawi dan Selada. Edisi Revisi
Penebar Swadaya, Jakarta.
Heru, P dan Yovita, H., I. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan
Bisnis. Gramedia, Jakarta
http://intan nursiam.wordpress.com/2011/02/26/uji-kualitas-telur/[10maret
2022]
Jannah, N. K., Yuliani, Y., dan Rahayu, Y. S. 2018. Penggunaan Pupuk Cair
Berbahan Baku Limbah Air Cucian Beras dengan Penambahan Serbuk
Cangkang Telur terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea
L.). LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi, Vol. 7 No. 1, Januari 2018: 15–19.
Leiwakabessy, F. M, dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lingga dan Marsono. 2000. Pupuk dan Pemupukan. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurhidayah, T. 2017. Uji Ekstrak Daun Mara Tunggal (Clausena excavate Burm F.)
sebagai Hama Spodoptera litura pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L).
Jurnal Prodi Biologi, 6: 298 - 306.
Nurjanah. Rahmi Susanti, Khoiron Nazip. 2017. Pengaruh Pemberian Tepung
Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) terhadap Pertumbuhan
Tanaman Caisim (Brassica juncea L.) dan Sumbangannya pada Pembelajaran
Biologi SMA Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 2017 STEM Untuk
Pembelajaran SAINS Abad 21. Palembang, 23 September 2017.
Nursiam, Intan. 2011. Uji Kualitas Telur. [Online].
Pranata, A.S. 2010. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka, Jakarta
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2015. Budidaya Tanaman Caisim.
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/teknologi-detail-
49.html.[10November

17
Putu, Ni Ulan, R.P., Ketut Srie, M., J. Ni Putu Sri, R. D., 2019. Variasi Dosis Tepung
Cangkang Telur Ayam Meningkatkan Jumlah Daun dan Berat Kering
Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir var. mahar).
Rahmadina, R., dan Tambunan, E. P. S. (2017). Pemanfaatan limbah cangkang telur,
kulit bawang dan daun kering melalui proses sains dan teknologi sebagai
alternatif penghasil produk yang ramah lingkungan. Klorofil: Jurnal Ilmu
Biologi dan Terapan, 1(1), 48–55.
Rukmana, 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.
Simanungkalit, R.D.M., Saraswati, R., Hastuti, R.D, dan E. Husen. 2006. Bakteri
penambat nitrogen, dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R.
Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Ed.). Pupuk organik dan pupuk
hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Hlm 113-140
Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supartha, I Nyoman, Wijaya. Gede. Aneka, Adnyana. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk
Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. E-Jurnal
Agroteknologi Tropika. Vol 1 (2): 98-106.
Tan, K. H. 1993. Environmental soil science. Marcel Dekker. Inc, New York.
Umar, 2000, Kualitas Fisik Telur Ayam Kampung di Pasar Tradisional, Swalayan
dan Peternak di Kotamadya Bogor, Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Zulkarnain. 2013. Budidaya Sayuran Tropis. Bumi Aksara. Jakarta.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Rencana Kegiatan

BULAN
KEGIATAN JUNI JULY
1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan POP
X
cangkang telur ayam
Penyemaian X X
Persiapan media tanam X
Penanaman X
Pemberian Perlakuan X X
Penyulaman X
Pemeliharaan X X X X X
Parameter pengamatan X X X X
Pemanenan X
Pengolahan data X X X X

19
Lampiran 2. Denah Penelitian

I II III IV V

P0 P4 P3 P2 P1

P1 P3 P2 P1 P0

P2 P2 P1 P0 P4

P3 P1 P0 P4 P3

P4 P0 P4 P3 P2

Keterangan :

P0 : Cangkang Telur Ayam 25g/tanaman (Putu.et.al,2019)

P1 : Cangkang Telur Ayam 30g/tanaman + NPK 5gr

P2 : Cangkang Telur Ayam 35g/tanaman + NPK 5gr

P3 : Cangkang Telur Ayam 40g/tanaman + NPK 5gr

P4 : Cangkang Telur Ayam 45g/tanaman + NPK 5gr

I-V : Ulangan

20

Anda mungkin juga menyukai