Anda di halaman 1dari 34

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard) TERHADAP


PEMBERIAN POC LIMBAH BUAH BUAHAN
DI LAHAN GAMBUT

PROPOSAL

SANDRO JHON WIKS SIBUEA


CAA 117 084

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard) TERHADAP
PEMBERIAN POC LIMBAH BUAH BUAHAN
DI LAHAN GAMBUT

SANDRO JHON WIKS SIBUEA


CAA 117 084
Program Studi Agroteknologi
Jurusan Budidaya Pertanian

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Hastin Ernawati N.C.C,SP,MP Dr.Ir.Susi Kresnatita, MP


NIP.197104162005012001 NIP. 196607181994012001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Budidaya
Pertanian

Dr. Ir Sosilawati, MP Ir. Robertho Imanuel, MP


NIP. 1996603261993032008 NIP. 196403081989031002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmatNya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
proposal penelitian dengan judul ‘Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Semangka (Citrullus vulgaris Schard) Terhadap Pemberian POC Limbah
Buah Buahan di Lahan Gambut‘ dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, untuk itu
diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Hastin Ernawati N.C.C SP, MP selaku dosen pembimbing I yang
sudah memberikan dukungan, nasihat, saran serta bimbingan dalam
penyusunan proposal penelitian ini.
2. Ibu Dr.Ir. Susi Kresnatita, MP selaku dosen Pembimbing II yang sudah
memberikan dukungan, nasihat, saran serta bimbingan dalam penyusunan
proposal penelitian ini.
3. Ibu Dr. Ir Sosilawaty, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Palangkaraya.
4. Bapak Ir. Robertho Imanuel, M.P selaku ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya.
5. Ibu Wahyu Widyawati, SP., M.Si selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Palangkaraya.
6. Orangtua penulis yaitu Bapak Harlon Sibuea dan Ibu Norma Sirait, beserta
saudari penulis yaitu Priscilla Sibuea, Stephani Sibuea dan Sandre Sibuea
yang telah memberikan dukungan moril dan materi yang sangat
dibutuhkan oleh penulis.
7. Teman-teman DPP Bukit Raya yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.

iii
Palangkaraya, September 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 2
1.4 Hipotesis......................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Semangka.............................. 4
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Semangka ............................................. 6
2.3 Peranan Limbah Buah Buahan........................................................ 7
2.4 Lahan Gambut................................................................................. 9
2.5 Karakteristik Varietas Semangka.................................................... 10
BAB III. METODE PENELITAN............................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................... 12
3.2 Bahan dan Metode.......................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian........................................................................... 12
3.4 Pelaksanaan Penelitian.................................................................... 13
3.5 Variabel Pengamatan...................................................................... 17
3.6 Analisis Data................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) merupakan salah satu buah yang
sangat digemari dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Selain
rasa buah yang manis, renyah, kandungan airnya tinggi, merupakan sumber
mineral dan vitamin. Budidaya tanaman semangka dapat meningkatkan
pendapatan petani dalam luasan perhektar dapat menghasilkan 24 – 25 ton, jika
harga semangka ditingkat petani Rp 7000 per kilogram maka menghasilkan ± Rp
65 juta/ha. (Mawardi, 2018).
Produksi semangka di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia pada tahun
2020 mengalami peningkatan dibandingkan dari lima tahun sebelumnya mencapai
13,975 ton, sedangkan produksi rata-rata dari tahun 2016 hingga tahun 2020
mencapai 8,158,4 ton (BPS, 2020).
Terdapat puluhan varietas atau jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi
hanya beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas
yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu semangka lokal
(semangka hitam dari Pasuruan, semangka Batu Sengkaling dan semangka
Bojonegoro) dan semangka hibrida impor (dari hasil silangan hibridasi) yang
mempunyai keunggulan tersendiri. Semangka tersebut diklasifikasikan menurut
benih murni negara asalnya (Samadi, 1996).
Budidaya tanaman semangka di Indonesia masih terbatas untuk memenuhi
pasaran dalam negeri. peluang yang sangat luas bahwa semangka dapat diekspor
ke luar negeri, sebab kondisi alam Indonesia sesungguhnya lebih menguntungkan
dari pada kondisi alam negara produsen lain di pasaran Internasional. Permintaan
pasar dunia akan semangka mencapai 1.506.000 ton. Sampai saat ini Indonesia
mendapat peluang ekspor semangka cukup besar yaitu 1.144 ton per tahun. Untuk
memenuhi permintaan yang terus meningkat, sedangkan produksi masih rendah,
maka jalan keluar yang dapat dilakukan adalah meningkatkan produksinya
(Sunarjono, 2000).

1
Permasalahan lingkungan hidup mulai lebih banyak mendapatkan perhatian
dari berbagai kalangan, baik akademisi pemerhati lingkungan, politisi maupun
masyarakat umum. Hal ini diakibatkan semakin memburuknya kondisi
lingkungan dalam beberapa dekade terakhir. Diantaranya adalah permasalahan
pengelolaan limbah/sampah yang dihasilkan akibat dari aktifitas manusia, baik
dari aktifitas perindustrian, pertanian, maupun aktivitas rumah tangga (Nur,
2016).
Buah-buahan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. Pada
umumnya, masyarakat hanya memanfaatkan daging buahnya saja sebagai jus,
selai, salad, dan sirup. Sejauh ini pemanfaatan kulit buah sangat jarang ditemukan
dan kulit buah-buahan tersebut hanya dibuang dan menjadi sampah. Pemanfaatan
sampah organik selama ini lebih banyak berupa pupuk organik dalam bentuk
padat. Masyarakat masing jarang memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk
organik cair, padahal pupuk organik dalam bentuk cair memiliki kelebihan bila
dibandingkan pupuk organik dalam bentuk padat yaitu lebih mudah diserap oleh
tanaman karena unsur-unsur yang terdapat di dalamnya sudah terurai dan
pengaplikasiannya lebih mudah (Marjenah et al. 2017).
Pupuk oganik cair (POC) merupakan pupuk organik yang mengandalkan
organisme lokal. Pupuk organik cair juga sering disebut juga mikroorganisme
lokal (MOL). POC dapat menjadi alternatif lain sebagai usaha dalam
membebaskan tanaman dari pengaruh yang tidak baik yaitu residu kimia yang
selama ini digunakan oleh masyarakat untuk menyuburkan tanaman (Nisa, 2016).
Banyak pupuk organik cair yang cocok untuk tanaman semangka, beberapa nya
yaitu bioboost, eco fresh, dan limbah buah dan limbah sayur yang merupakan
bahan yang bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair setelah dilakukan
proses fermentasi terlebih dahulu.
Menurut hasil penelitian Satriawi et al., (2019), pupuk organik cair limbah
kulit nenas dosis 30 mL/1 liter air/tanaman dapat meningkatkan bobot buah per
tanaman pada tanaman mentimun. Ditambahkan oleh Mahyuddin (2019), pupuk
organik cair kulit pisang dan papaya dosis 75 mL/1 liter air/tanaman

2
mempengaruhi tinggi tanaman dan menghasilkan produksi bobot buah terberat
pada tanaman semangka.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah terdapat interaksi pada pertumbuhan dan hasil varietas semangka
dan pupuk organik cair di lahan gambut?
b. Apakah jenis/macam varietas semangka menunjukkan pertumbuhan dan
hasil semangka yang berbeda di lahan gambut?
c. Apakah konsentrasi pupuk organik cair mempengaruhi pertumbuhan dan
hasil semangka di lahan gambut?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi pada pada pertumbuhan dan
hasil varietas semangka dan pupuk organik di lahan gambut.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil macam varietas semangka di
lahan gambut.
3. Untuk mengetahui konsentrasi pupuk organik cair yang sesuai pada
pertumbuhan dan hasil tanaman semangka di lahan gambut.
1.4. Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara varietas semangka dan pupuk organik cair di
lahan gambut.
2. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan hasil pada jenis varietas semangka
di lahan gambut.
3. Pupuk organik cair berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
semangka di lahan gambut.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi terutama bagi petani
yang ingin membudidayakan tanaman semangka pada lahan gambut serta
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia secara bertahap dalam budidaya
tanaman semangka.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Semangka


Klasifikasi tanaman semangka menurut Syukur (2014), adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Spesies : Citrullus vulgaris

Tanaman semangka (Citrullus vulgaris) merupakan tanaman yang berasal


dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika. Tanaman ini mulai dibudidayakan
sekitar 4000 tahun SM sehingga tidak mengherankan bila konsumsi buah
semangka telah meluas ke semua belahan dunia khususnya di indonesia.
Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) dan
memiliki sekitar 750 jenis (Syukur, 2014)
a. Akar dan Batang
Perakaran tanaman semangka merupakan akar tunggang yang terdiri dari akar
utama dan akar lateral. Dari akar lateral ini keluar serabut-serabut akar tersier
Panjang akar utama sampai akar batang berkisar 15 sampai 20 m, sedangkan akar
lateral menyebar sekitar 35 sampai 45 cm (Prajnanta, 2004). Panjang batang
antara 1,5-5,0 m dan tanamannya bercabang menjalar di permukaan tanah atau
dirambatkan pada turus dari bilah bambu (Supriadi, 2016). Syukur (2014)
menambahkan batang tanaman ditumbuhi bulu-bulu halus yang panjang, tajam
dan berwarna putih, mempunyai sulur yang bercabang 2 sampai 3 cabang yang
disebut dengan cabang lateral. Daun tanaman berbentuk cuping, terletak

4
berseberangan beraturan sepanjang sulur tanaman. Panjang sulur dapat mencapai
5-6 m atau lebih, tergantung kondisi di sekeliling tanaman itu sendiri/kesuburan
tanah (Wihardjo, 1993).
b. Bunga dan Daun
Bunga tanaman semangka muncul pada ketiak tangkai daun, Bunga jantan
berbentuk terompet, sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk
bulat sebesar kelereng berwarna hijau (Prajnanta, 1996). Semangka memiliki tiga
jenis bunga, yaitu bunga jantan (staminate), bunga betina (pistillate) dan bunga
sempurna (hermaphrodite). Pada perkembangan bunga semangka, yang pertama
kali muncul adalah bunga betina. Hal ini ditandai dengan adanya bulatan kecil
yang terdapat di bawah kelopak bunga tersebut. Yanng merupakan ovariumnya
(Kalie, 1999).
Rukmana (2004) menjelaskan bahwa helaian daun semangka bercangap atau
seperti takuk pada permukaan ujung atau pangkal galah) menjari/menyirip kecil-
kecil, permukaannya berbulu, bentuk daun mirip dengan jantung di bagian
pangkal, ujung meruncing, tepi daun bergelombang dan berwarna hijau Helaian
daun menyirip kecil-kecil, permukaannya berbulu, bentuknya mirip jantung
dibagian pangkalnya, ujungnya meruncing, tepinya bergelombang dan berwarna
hijau tua. Letak daun bersebrangan satu sama lain dan tersusun dalam tangkai
berukuran relatif panjang (Rukmana, 2006).
c. Buah dan Biji
Menurut Duljapar et al (2000) buah semangka ada yang berbentuk bola dan
ada juga yang berbentuk bulat memanjang. Besar buah bervariasi dengan panjang
20-30 cm dan 6 berdiameter 15-20 cm. Secara umum buah semangka
dikelompokkan menjadi 3 golongan, yakni buah berbentuk bulat,bulat tinggi dan
bulat panjang (torpedo). Ketiga bentuk buah tersebut mempunyai kulit buah
bergaris memanjang atau polos, tergantung varietasnya. Begitu pula ukuran besar
buah. Menurut permintaan pasar saat ini, ukuran buah dikelompokkan menjadi:
1. Klas A : buah berukuran 4 kg ke atas dengan diameter 25-35 cm, kondisi
fisik buah tidak cacat.
2. Klas B : buah berukuran 2-4 kg dengan diameter 15-25 cm.

5
3. Klas C : buah berukuran kurang dari 2 kg dengan diameter 10-15 cm.

4. Klas BS : buah yang kurang layak dijual, akibat bentuk yang kurang sempurna
atau sebab lainnya, tanpa memandang berat buah tanaman itu sendiri.
Kulit buah berwarna hijau, saat muda garis buah/lurik kurang jelas dan hijau
tua kehitaman saat tua dengan warna garis buah/lurik hijau kehitaman. Kulit
semangka kaya akan zat sitrulin. Warna kulit buah bermacam-macam, seperti
hijau tua, kuning agak putih, atau hijau muda bergaris putih. Daging buahnya
renyah, mengandung banyak air dan rasanya manis dan sebagian besar berwarna
merah, walaupun ada yang berwarna jingga dan kuning. Buah semangka
mempunyai berat 2,5-3,5 kg/buah
Berdasarkan bentuk bijinya, biji semangka berbentuk memanjang dan pipih,
ada yang berwarna hitam, putih, kuning, atau coklat kemerahan. Biji semangka
digunakan untuk perbanyakan tanaman semangka (Rukmana, 2006).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Semangka


a. Iklim
Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka
adalah 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari
sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan
terjadinya kemunduran waktu panen. Tanaman semangka akan dapat tumbuh
berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu ± 25oC (siang hari)
(Soedarya, 2009).
b. Suhu
Suhu udara yang ideal bagi pertumbuhan tanaman semangka adalah suhu
harian rata-rata yang berkisar 20–30oC. Kelembaban udara cenderung rendah bila
sinar matahari menyinari areal penanaman, berarti udara kering yang miskin uap
air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di
daerah asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang
berhawa kering. Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong
tumbuhnya jamur perusak tanaman (Prihatman,2000). Untuk proses
perkecambahan benih semangka berbiji memerlukan suhu antara 25oC sampai

6
35oC, sedangkan semangka non biji antara 28oC sampai 30oC. Pertumbuhan dan
perkembangan semangka di lapangan memerlukan suhu optimum 25 oC serta
pengisian air ini mutlak terutama pada awal pertumbuhan tanaman (Rukmana,
2004).
c. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat tumbuh tanaman semangka berkisar 0-300 m dpl.
Walaupun idealnya demikian, pada kenyataannya tanaman semangka dapat juga
ditanam didaerah dekat pantai yang ketinggiannya kurang dari 100 m di atas
permukaan laut. Demikian juga di daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 300
m diatas permukaan laut masih dapat ditanam semangka (Kalie, 2004)
d. Tanah
Tanaman semangka menyukai lahan yang gembur dan subur, mengandung
banyak bahan organik, serta mempunyai drainase yang baik. Tanah berpasir atau
tanah lempung berpasir yang banyak mengandung banyak nitrogen cocok untuk
tanaman ini. Pada lahan yang demikian, semangka akan menghasilkan buah yang
sangat cepat masak. Sebaliknya, pada tanah padat, buah semangka akan lambat
masak. Air hujan yang menggenang tidak hanya merusak akar, tetapi juga seluruh
tanaman. Tanama semangka memiliki toleransi yang cukup besar terhadap
keasaman lahan, dapat tumbuh pada pH 5 – 7. Pertumbuhan semangka akan baik
pada pH 6 – 6,7. Pada lahan yang bersifat alkalis, serangan penyakit fusarium
pada tanaman semangka agak berkurang, Agar tanah masam dapat ditanami dan
menghasilkan buah semangka yang baik harus dinaikkan terlebih dahulu pH
tanahnya (Kalie, 2003).
2.3 Peranan Limbah Buah Buahan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah padat lebih dikenal sebagai
sampah. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah itu sendiri terdiri dari senyawa
organik dan senyawa anorganik. Kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan terhadap limbah tergantung pada
karakteristik dan jenis limbah. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat

7
bahaya limbah adalah volume limbah, frekuensi pembuangan limbah, dan
kandungan bahan pencemar (Jalaluddin, 2016).
Salah satu jenis limbah yang kurang dimanfaatkan adalah limbah buah-
buahan. Limbah buah-buahan merupakan bahan buangan yang biasanya dibuang
secara open dumping tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan menyebabkan
gangguan lingkungan dan bau tidak sedap. Limbah buah-buahan yang sebelum
diolah dan difermentasi menjadi POC mempunyai kandungan gizi rendah, yaitu
protein kasar sebesar 1-15% dan serat kasar 5-38% (Jalaluddin, 2016).
Keberadaan sampah buah-buahan yang melimpah memiliki potensi yang
besar sebagai sumber bahan baku untuk pembuatan pupuk organik cair.
Tumpukan limbah buah-buahan ini jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, karena
sudah tidak layak untuk makanan ternak. Biasanya sampah buah-buahan hanya
dibiarkan saja, sehingga menimbulkan aroma yang kurang sedap bagi kebersihan
lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan. Sebagai solusi dari dampak yang
ditimbulkan oleh sampah buah buahan ini, limbah kulit buah-buahan ini dapat
dijadikan sumber bahan baku alternatif yang potensial untuk menghasilkan pupuk
organik cair. Disamping itu, teknologi ini juga banyak keuntungan, yaitu bubur
sampah buah-buahan (slurry) air lindinya dapat digunakan sebagai pupuk organik
cair dan ampasnya dapat dijadikan media pertumbuhan (media sapih). Pupuk
organik yang dihasilkan adalah pupuk yang sangat kaya akan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, senyawa-senyawa tertentu seperti protein,
selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia (Bayuseno,
2009). Adapun manfaat dan keuntungan dari pupuk organik cair yaitu: a.
Merangsang pembentukan bunga, b). pembentukan buah dan umbi, c).
Meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas hasil panen berupa buah dan
umbi. d). Sangat cocok untuk semua jenis tanaman seperti padi, cabe, jeruk,
tomat, kol, kentang, semangka, melon, kacang kedelai dan kacang panjang e).
Merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru.
Menurut hasil penelitian Satriawi et al., (2019) pupuk organik cair limbah
kulit nenas dengan dosis 30 mL/1 liter air/tanaman meningkatkan bobot buah per
tanaman pada tanaman mentimun. Sedangkan pemberian pupuk organik cair kulit

8
pisang pada tanaman mentimun berpengaruh terhadap jumlah cabang produktif
yaitu 9.48 cabang pada perlakuan P3 (60 mL/tanaman) dan tidak berpengaruh
pada berat buah per sampel, dan berat buah per plot (Mahyuddin, 2019).
Hasil penelitian Darmawan (2018) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik cair kulit nanas 20 mL/1 liter air/tanaman pada tanaman melon memiliki
pertumbuhan tanaman yang lebih baik, sedangkan untuk produksi buah melon
cenderung lebih baik pada perlakuan pemberian 35 mL/ 1 liter air/ tanaman.
Penggunaan pupuk organik cair kulit pisang dan pepaya taraf M1 (75 mL/1
liter air/tanaman) menunjukkan tinggi tanaman dan bobot buah terberat pada
tanaman semangka, sedangkan bobot buah paling rendah terdapat pada perlakuan
M0 (control) (Puspita, 2017).

2.4 Lahan Gambut


Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh
adanya penimbunan atau akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal
dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini
terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan
organik di lantai hutan yang basah atau tergenang. Seperti gambut tropis lainnya,
gambut di Indonesia dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya
akan kandungan lignin dan nitrogen (Samosir, 2009). Menurut Chotimah (2009)
Gambut terbentuk dari seresah organik yang terdekomposisi secara anaerobik
dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi dari pada laju
dekomposisinya. Di dataran rendah dan daerah pantai, mula-mula terbentuk
gambut topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi
permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukan seresah tanaman yang
semakin bertambah menghasilkan pembentukan hamparan gambut ombrogen
yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen di Indonesia terbentuk dari
seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status
keharaannya rendah dan mempunyai kandungan kayu yang tinggi.
Menurut Nursanti & Rohim (2009) tingkat kematangan gambut dapat
dibedakan atas tiga macam, pertama fibrik yaitu bahan organik tanah yang sedikit
terdekomposisi yang memiliki serat sebanyak 2/3 volume, porositas tinggi, daya

9
memegang air tinggi. Kedua hemik yaitu bahan organik yang memiliki tingkat
kematangan antara fibrik dan saprik dengan kandungan seratnya 1/3-2/3 volume.
Ketiga saprik yaitu sebagian besar bahan organik telah mengalami dekomposisi
yang memiliki serat kurang dari 1/3 dengan bobot isi yang lebih besar dari fibrik.
Untuk membedakan ketiga tingkat kematangan gambut tersebut terdapat beberapa
cara salah satunya yaitu melalui mengamati warna tanah. Jenis tanah gambut
fibrik berwarna hitam muda, gambut hemik hitam agak gelap, dan gambut saprik
berwarna hitam gelap.

2.5 Karakteristik Varietas Semangka


Tingkat produksi suatu tanaman dapat ditentukan oleh dua faktor yaitu
interaksi antara faktor genetik tanaman dan lingkungan tumbuhnya, penggunaan
varietas yang unggul dan toleran terhadap lingkungan tumbuhnya akan
menentukan keberhasilan dan produksi dari suatu tanaman yang dibudidayakan.
Menurut Dane et al (2004) karakter semangka dibedakan berdasarkan
varietas dimana setiap varietas memiliki bentuk, ukuran dan rasa yang berbeda.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tentang karakter morfologi kultivar
semangka ciri khas dari masing-masing kultivar tersebut adalah Citrullus lanatus
‘Farmers Giant’ memiliki bentuk batang silinder dan berbulu Panjang, bentuk
buah lonjong dan warna daging merah memiliki bentuk bunga. Sedangkan
Citrullus lanatus ‘Bintang’ merupakan kultivar yang memiliki batang berbulu
panjang (±3 mm), bentuk buah bulat dan warna daging merah dan memiliki
kesamaan karakter panjang daun ≤ 15 cm, ujung daun runcing, pangkal daun
runcing, tepi daun bagian pangkal berbagi menjari, tepi daun bagian tengah
sampai ujung berbagi menyirip, dalam torehan daun ≥ 40 mm. Citrullus lanatus
‘Torpedo’ merupakan kultivar yang memiliki batang berbulu pendek (±1 mm),
bentuk buah lonjong dan warna daging merah. Perbedaan antara kultivar ini
dengan Citrullus lanatus ‘Farmers Giant’ yang juga memiliki bentuk buah
lonjong yaitu Citrullus lanatus ‘Torpedo’ memiliki corak bergaris yang lebih
jelas (Kusumastuti, 2017).
Varietas semangka merah hibrida F1 (Amara), No SK Kementan
1603/kpts/SR.120/5/2012 yang di produksi oleh PT East West Seed Indonesia

10
Semangka Amara F1 hibrida non biji ini memiliki tipe bulat agak lonjong sangat
cocok di dataran rendah, pembuahan mudah, warna kulit hijau dengan lorek hijau
tua, daging buah merah, rasa manis, cukup  tahan Fusarium, dapat di panen umur
58 - 65 HST dengan bobot 7 - 10 kg/buah, potensi hasil 33 - 38 ton/ha, daya
simpan lama.
Semangka kuning hibrida F1 (Garnis), No SK Kementan
492/Kpts/SR.120/2/2013 ini di produksi oleh PT East West Seed Indonesia cocok
di dataran rendah, tipe lonjong kecil, tanaman vigor, toleran terhadap penyakit
Fusarium, Gummy Stem Blight (GSB) adalah penyakit busuk pada pangkal
batang, dan penyakit bulai (Downy mildew). Warna kulit buah hijau agak tua,
warna daging kuning, bobot 7- 9 kg/buah, tahan pecah, manis dan renyah. Umur
panen 58 - 62 HST dengan potensi hasil 33 - 39 ton/ha.

11
lll. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan September sampai dengan
Desember 2021. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kalampangan, Kota
Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
3.2. Bahan dan Metode
Bahan - bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih semangka
merah varietas Amara F1 dan semangka kuning varietas Garnis F1. Limbah kulit
buah buahan (nenas, pisang), dolomit, pupuk kotoran ayam, EM4, gula pasir,
bambu, babybag, plang, Fungisida Antracol 70WP, Insektisida Regen, Polibeg
serta bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat - alat yang akan digunakan yaitu cangkul, parang, meteran, gembor,
ember/tong dan penutup nya gunting, patok standar, sekop, gelas ukur, gergaji,
handsprayer, tong plastik, timbangan, alat tulis serta alat lain yang mendukung
penelitian ini.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan dua faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I Jenis Varietas (V), terdiri dari 2 taraf yaitu:
V1 = Varietas Amara F1
V2 = Varietas Garnis F1
Faktor II Pupuk Organik Cair Kulit Buah (P), terdiri dari empat taraf yaitu:
P0 : tanpa perlakuan (kontrol)
P1 : 30 mL/liter air/tanaman
P2 : 60 mL/liter air/tanaman
P3 : 90 mL/liter air/tanaman
Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, maka
terdapat 24 satuan petak percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat
pada tabel berikut.

12
Tabel. Kombinasi perlakuan dosis pupuk organik cair (P) dan varietas
tanaman semangka (V)
P/V P0 P1 P2 P3

V1 P0 V1 P1 V1 P2 V1 P3 V1 Model
V2 P0 V2 P1 V2 P2 V2 P3 V2 linear aditif
yang
digunakan dalam penelitian ini menurut Yitnosumarto (1993) adalah sebagai
berikut:
Yijk =  + i + Kj + Vk + (KV)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor dosis pupuk kandang taraf ke-j,
faktor varietas taraf ke-k dan ulangan ke-i
 = Nilai tengah umum
i = Pengaruh ulangan ke-j ( i = 1,2 dan 3)
Kj = Pengaruh faktor dosis poc ke-k ( j = 1,2, 3 dan 4)
Vk = Pengaruh faktor varietas ke-i ( k = 1, 2 )
(KV)jk = Interaksi faktor dosis poc dan varietas pada taraf pupuk poc ke-
k, dan taraf varietas ke-j
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor dosis poc taraf ke-j,
faktor verietas taraf ke-k
3.4. Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar, kemudian tanah diolah dengan
cangkul. Pembersihan lahan bertujuan agar tidak terjadi persaingan antara
tanaman utama dengan gulma dan menghindari sarang hama dan penyakit karena
sebagian gulma merupakan inang penyakit.
b. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan setelah bersih dari rumput – rumput liar, dengan
menggunakan cangkul sedalam 30 cm. Pengolahan tanah dilakukan selama dua
kali yaitu hari pertama dengan mencangkul tanah sedalam 30 cm, dan hari kedua

13
dengan cara menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah yang besar, agar
diperoleh tanah yang gembur dan mudah dalam pembuatan plot penelitian.
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah serta mencegah
pertumbuhan gulma.
c. Pembuatan Bedengan
Pembuatan plot dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah kedua.
Pembuatan bedengan penelitian dilakukan dengan ukuran 200 cm x 180 cm
dengan tinggi 30 cm. Jarak antar ulangan 100 cm dan jarak antar bedengan 50 cm.
d. Perkecambahan Benih
Benih semangka yang baik adalah tidak keriput, tidak mengapung jika
direndam. Ada dua jenis benih semangka yang biasa ditanam yaitu benih
semangka berbiji dan benih semangka tidak berbiji (triploid). Jenis semangka
yang dipakai penelitian ini adalah semangka tanpa biji dan berbiji. Sebelum
disemai, ujung benih semangka dipotong (untuk semangka tanpa biji) terlebih
dahulu menggunakan gunting. Untuk mempercepat proses perkecambahan,
selanjutnya benih direndam dalam air selama ± 20 menit, kemudian diangkat dan
ditiriskan selanjutnya siap dikecambahkan pada polibag kecil satu persatu dengan
kedalaman sekitar 1,5 cm. Media yang digunakan berupa campuran tanah dan
pupuk kotoran ayam. Lama penyemaian sekitar 14 hari. (Sunarlim et al. 2012).
e. Pengaplikasian Dolomit
Setelah menyelesaikan pembuatan bedengan, selanjutnya yaitu
pengaplikasian kapur dolomit dengan dosis 2 ton/ha yang bertujuan untuk
meningkatkan pH tanah serta menetralkan kadar keasaman tanah. Kapur dolomit
ditabur secara merata di area bedengan percobaan.
f. Pengaplikasian Pupuk Kandang Ayam
Setelah 7 hari pengaplikasian kapur dolomit, pada setiap bedengan di
aplikasikan pupuk kandang ayam pada awal tanam dengan cara disebar di
permukaan tanah, setiap bedengan diberi dosis 20 ton/ha yang bertujuan untuk
menambah unsur hara di dalam tanah.

14
g. Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair
Proses pembuatan pupuk organik cair menurut Pradika (2021), adalah sebagai
berikut:
1. Proses penimbangan limbah buah buahan 10 kg untuk masing masing jenis
limbah kulit buah pisang dan kulit nanas. Kemudian dipotong-potong
menggunakan pisau menjadi berkisar 2 cm bertujuan agar lebih mudah untuk
diolah oleh mikroorganisme perombak pada proses fermentasi
2. Limbah kulit buah pisang dan nanas yang sudah di haluskan dimasukan ke
dalam drum plastik, kemudian ditambahkan 250 ml EM-4, 10 L air, dan 250 gr
gula pasir ke dalam drum plastik tersebut.
3. Setelah semua bahan sudah dimasukan lalu diaduk sampai tercampur dengan
merata, kemudian drum plastik ditutup dan didiamkan selama dua minggu
hingga bahan- bahan tersebut terfermentasi dengan baik.
4. Akhir proses fermentasi ditandai dengan timbulnya gas, terdapat tetes-tetesan
air di tutup wadah, terdapat bau aroma seperti tape, warna larutan keruh
tampak bergelembung gas kecil-kecil di dalam larutan, terdapat lapisan
keputihan baik dipermukaan larutan maupun dinding drum.
5. Hasil fermentasi disaring sehingga ampas kulit buah dan cairan terpisah
6. Selanjutnya dilakukan pengukuran pH dan suhu pada pupuk organik cair
tersebut.

h. Penanaman
Penanaman dilakukan pada sore hari. Jarak tanam yang digunakan adalah 70
cm x 70 cm. Sebelum ditanam tanah dipermukaan polybag dipadatkan, kemudian
polybag disobek perlahan dan dilepas agar tanah tidak lepas, bibit diletakkan di
telapak tangan kiri kemudian bibit dimasukkan kedalam lubang tanam pada posisi
tegak. Setelah itu tanah disekitar lubang dipadatkan kearah bibit agar tanahnya
tidak berongga selanjutnya bibit disiram.
i. Pemberian POC Buah-buahan
Pemberian Pupuk Organik Cair diaplikasikan ke tanaman sebanyak 4 kali
dengan interval waktu 10 hari sekali. Pemberian pertama dan kedua pada saat fase

15
vegetatif yaitu pada 7 HST dan 17 HST, sedangkan pemberian ke 3 dan ke 4
dilakukan pada fase generatif yaitu umur 27 HST dan 37 HST (Balitbang, 2006).
Pemberian pupuk diberikan ke tanah di sekitar tanaman sesuai dengan perlakuan.
Sebelum diberikan masing-masing pupuk dilarutkan dengan air berdasarkan dosis
yang telah di tentukan. Setelah dilarutkan, pupuk organik cair siap diberikan pada
tanaman. Pemupukan dilakukan pada pagi hari.
j. Pemeliharaan
- Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali yaitu pagi dan sore hari
kecuali kondisi hujan.
- Penyisipan
Penyisipan dilakukan pada awal penanaman hingga tanaman berumur ± 2
minggu, biasanya pada umur tersebut bibit sudah mulai beradaptasi dan dipastikan
adanya bibit yang tidak sehat atau mati. Hal ini dapat disebabkan oleh serangan
hama penyakit atau gangguan fisik. Waktu penyisipan dilakukan sore hari.
- Pemangkasan
Pemangkasan mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST, dengan
menggunakan gunting, yaitu dengan memangkas atau memotong semua cabang
yang tumbuh dan hanya meninggalkan 2 cabang primer yang pertumbuhannya
baik sebagai cabang utama, dilanjutkan pemangkasan pada cabang sekunder,
dengan cara memotong cabang lateral yang terletak dibawah ruas ke-14 dan
disisakan hanya 2 helai daun saja.
- Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma ataupun
tumbuhan pengganggu lainnya di sekeliling tanaman semangka di lahan tanam
(setiap bedengan percobaan). Penyiangan dapat dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu
sekitar 2 sampai 3 minggu sesudah pindah tanam. Penyiangan juga dapat dilakukan
menyesuaikan dengan frekuensi pertumbuhan gulma.
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sejak pembibitan sampai tanaman
akan panen dengan memperhatikan tingkat serangan.

16
k. Seleksi Buah
Seleksi buah dilakukan sebelum buah menjadi besar yaitu pada saat buah
sebesar telur ayam. Buah yang dipelihara adalah buah yang pertumbuhan dan
bentuknya baik. Menurut hasil penelitian tanaman semangka yang mempunyai 2
cabang 1 buah menghasilkan buah terpanjang dan terberat. Hal ini disebabkan
karena pada perlakuan 2 cabang 1 buah mempunyai cadangan makanan, fotosintat
dan jumlah daun lebih banyak serta daun lebih luas dari pada tanaman yang
mempunyai 1 cabang (Meyco, 2019). Jumlah buah yang dipertahankan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat buah, hal ini disebabkan
fotosintat yang dihasilkan oleh daun hanya berkosentrasi kepada buah yang tidak
terlalu banyak, sehingga berat buah akan meningkat serta mengurangi persaingan
penggunaan fotosintat antara buah dan bunga (Nawawi, 2015).
l. Panen
Penentuan saat panen penting artinya sebab berpengaruh langsung terhadap
kualitas buah dan produksi. Buah yang akan dipanen mempunyai ciri - ciri tangkai
buahnya telah mengering. Panen dilakukan saat tanaman umur 55-60 HST, Untuk
kriteria buah yang telah siap panen ini dapat diketahui dengan melihat tangkai
buah yang telah mengering atau sulur pengikat sudah mengering dan juga suara
bila diketuk terdengar bunyi berat berisi air.

2.5. Variabel Pengamatan


a). Panjang Tanaman (cm)
Panjang tanaman diukur dari pangkal batang tanaman yang berada di
permukaan tanah sampai titik tumbuh batang utama. Pengukuran panjang tanaman
dilakukan setiap minggu mulai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST)
dengan interval waktu 1 minggu sekali pada setiap sampel tanaman sampai umur
4 MST. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat pengukur meteran.
b). Jumlah Daun
Dengan menghitung semua daun yang telah tumbuh pada tanaman sampel,
dilakukan pada umur 2, 3 dan 4 MST.

17
c). Waktu Berbunga (hari)
Umur berbunga dicatat pada saat pertama kali tanaman mengeluarkan bunga
pada tanaman sampel pada setiap bedengan.
d). Bobot Buah per Tanaman (kg)
Penimbangan bobot buah per tanaman dilakukan dengan cara menimbang
seluruh buah setiap tanaman yang ada dalam satu plot kemudian dirata-ratakan.
e). Diameter Buah (cm)
Diameter buah diukur saat buah dipanen dengan terlebih dahulu mengukur
keliling lingkaran buah, lalu dihitung dengan rumus.
Keliling lingkaran = 2𝜋 r
(r = 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛2 𝜋)
Dimana r adalah jari-jari
Jadi diameter buah = r x 2.
Pengukuran diameter dapat juga dilakukan setelah buah di panen menggunakan
meteran dengan cara mengukur tepat pada bagian tengah buah dengan dua arah
yang berbeda, pengukuran dilakukan pada 3 buah semangka tanaman sampel
kemudian dirata-ratakan.
f). Panjang Buah (cm)
Pengukuran panjang buah dilakukan setelah buah dipanen menggunakan
meteran dengan cara mengukur tepat pada bagian pangkal buah dengan dua arah
yang berbeda, pengukuran dilakukan pada seluruh buah pada tanaman sampel
kemudian dirata-ratakan.
g). Tingkat Kemanisan Buah/ Kadar Gula pada Buah (Brix)
Tingkat kemanisan buah dilakukan setelah panen dengan menggunakan alat
Refractometer.
- Pengamatan Penunjang Penelitian
Kandungan Unsur Hara POC
Untuk analisis kandungan hara POC buah-buahan, dilakukan uji sampel di
Laboratorium Analitik Universitas Palangka Raya, dimana sampel POC diambil
ketika sudah matang atau sudah siap untuk diaplikasikan.

18
3.6. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam (uji F) pada
taraf α = 5% dan α = 1 %. Apabila terdapat pengaruh perlakuan dilanjut dengan
Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf α = 5%, untuk mengetahui perbedaan dari
setiap perlakuan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian Tanaman Buah Tropika. 2006. Inovasi Teknologi Tanaman


Buah Mendukung Primatani: Petunjuk Teknis Budidaya Semangka.
litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 2 agustus 2021. 22 hlm
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. 2020. Produksi Tanaman
Semangka 2016-2020 Provinsi Kalimantan Tengah.
Bayuseno, A.P. 2009. Penerapan dan Pengujian Teknologi Anaerob Digester
Untuk Pengolahan Sampah Buah-buahan dari Pasar Tradisional.
Rotasi, Volume 11 No.2.
Duljapar, K. dan Setyowati, N.R. 2000. Petunjuk Bertanam Semangka Sistem
Turus. Penebar Swadaya. Jakarta
Ferawati, 2006. Karakterisasi Sifat Hortikultura Beberapa Genotipe Semangka
[Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai]. Skripsi. Fakultas
Pertaian IPB: Bogor.
Jalaluddin, Nazrul, Z. A & Syafrina, R. 2016, Pengolahan Sampah Organik Buah-
buahan Menjadi Pupuk dengan Menggunakan Effective
Microorganism. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Aceh.
Kalie, M. B. 1999. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kalie, M. B. 2003. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kalie, M. B. 2004. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kusumastuti, D., U., Sukarsa, dan Widodo, P. 2017. Keanekaragaman Kultivar
Semangka [Citrullus Lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai] Di Sentra
Semangka Nusawungu Cilacap. Jurnal Scripta Biologica Vol. 4 No. 1
hal 15-19
Mahyuddin, Purwaningrum, Y. dan Sinaga, A.T.R. 2019. Aplikasi Pupuk Organik
Cair Kulit Pisang dan Pupuk Kandang Ayam Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.).
Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatera Utara. Jurnal Agriland
Vol. 7 No. 1 hal 1-8
Marjenah, Kustiawan, W., Nurhiftiani, I., Sembiring, M. H. K. & Ediyono. P. R.
2017. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah-Buahan Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Pupuk Organik Cair. Fakultas Kehutanan Universitas
Mulawarman, Indonesia. Jurnal Hut Trop 1 (2): 120-127
Meyco, E. 2019. Pengaruh Pemangkasan Cabang dan Bakal Buah Terhadap
Produksi Tanaman Semangka (Citrullus Vulgaris Schard). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi. Manado

20
Musnamar, dan Ismawati, E. 2003. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan
Aplikasi, Jakarta: Penebar Swadaya
Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. PT
Penebar Swadaya. Jakarta. 142 hal.
Nisa, K. 2016. Memproduksi Kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL).
Jakarta: Bibit Publisher.
Nur, dan Muhammad. 2016.Faktor-faktor Penentu Tingkat Partisipasi Masyarakat
dan Perspektif Islam Tentang Pengelolaan Sampah Di KotaPasir
Pengaraian,URL:http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!
@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_911340806934.pdf Diakses 02
Febuari 2021,
Pradika, A. W. 2021. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paprika Terhadap
Pemberian Arang Sekam Padi dan POC kulit Pisang di Tanah Aluvial.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Palangka Raya. Palangka
Raya
Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Semangka Non–biji. Penebar Swadaya. Jakarta
Prajnanta, F. 2004. Kiat Bertanam Semangka Biji. Penebar Swadaya. Jakarta
Prihatman, K. 2000. Semangka (Citrullus Vulgaris). BAPPENAS. Jakarta.
Puspita, D.E. dan Basri. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Semangka
(Citrullus vulgaris S.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair (POC)
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Gunung
Leuser Serambi Saintia: Vol. V, No. 1.
Rubatzky, dan Yamaguchi. 1998. Plant Physiology. Springer. Jepang .629 p
Rukmana, R. 1993. Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, R.2004. Bertanam Buah Semangka. Kanisius. Jakarta
Rukmana, R. 2006. Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
Samosir, R. 2009. Identifikasi Fungi Dekomposer Jaringan Kayu Mati Yang
Berasal Dari Tegakan Di Lahan Gambut. Skripsi Sarjana. Fakultas
Pertanian USU. Medan : Universitas Sumatra Utara.
Saparinto, C. 2013. Grow Your Own Vegetables-Panduan Praktis Menanam 14
Sayuran Konsumsi Populer di Pekarangan. Penebar Swadaya.
Yogyakarta. 180 hlm.
Satriawi, W. Tini, W.E. & Iqbal, A. 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk Limbah
Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun
(Cucumis sativus L.). Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan Vol. 19(2):115-120

21
Soedarya, A.P. 2009. Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Semangka.: Pustaka
Gravita. Bandung
Sunarjono. 2003. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. 428 Hal.

Sunarlim, N., Zam. S.I. & Purwanto, J. 2012. Perlukaan Benih dan Perendaman
Dengan Antonik Pada Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan
Tanaman Semangka Non Biji. Jurnal Agroteknologi. 2(2):29-32.
Sumekto, R. 2006. Pupuk-Pupuk Organik. PT. Intan Sejati. Klaten
Syukur M. 2014. Budidaya Semangka dengan Penggunaan Beberapa Jenis Pupuk
N P dan K. j. Pertanian Modern, Vol. 23 No. 3 : 78 - 93
Wihardjo, S. F. A. 1993. Bertanam Semangka. Kanisius. Yogyakarta.
Zamzami, M. & Nawawi 2015. Pengaruh Jumlah Tanaman Per Polibag dan
Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun
Kyuri (Cucumis sativus L.). Jurnal Produksi Tanaman. 3: 113 – 119.

Lampiran 1. Bagan Sampel Petak Penelitian

P1V2 P2V1 P0V1 P3V1


\
Ulangan 1
P0V1 P3V2 P1V2 P2V2

22
P3V2 P0V1 P2V1 P1V2
Ulangan 2
P1V1 P3V2 P0V1 P2V2

P2V2 P0V1 P3V2 P1V1

Ulangan 3
P0V2 P2V1 P1V2 P3V1

Ket : a. Jarak antar petakt 50 cm


b. Jarak anatar ulangan 100 cm
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah petak : 24 plot
Jumlah tanaman per petak : 6 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman
Jumlah tanaman sampel per petak : 3 tanaman
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 72 tanaman
Jarak antar petak : 50 cm
Jarak antar ulangan : 100 cm
Jarak antar tanaman : 70 cm x 70 cm

Lampiran 2. Bagan Sampel Plot Penelitian

c 40 cm

23
b

Biasanya tanaman border/pinggir tidak boleh sbg tanaman sampel


pengamatan (coba browsing biar paham)
Keterangan:
A: Jarak antar tanaman 70 cm x 70 cm
B: Jarak dalam barisan Tanaman 100 cm
C: Lebar 180 cm
D: Panjang plot 200 cm
: Lubang tanam

Lampiran 3. Deskripsi Semangka Varietas Amara F1

Asal : PT. East West Seed Indonesia


Silsilah : SE 8919 x SE 10383

24
Golongan varietas : hibrida silang tunggal
Bentuk penampang batang : bulat
Diameter batang ruas ke-10 : 8,5 – 10,5 mm
Warna batang : hijau
Warna daun : hijau
Bentuk daun : segitiga menjari
Ukuran daun : panjang 19,2 – 22,3 cm, lebar 17,9 – 20,5
cm
Bentuk bunga : seperti bintang
Warna kelopak bunga : hijau
Warna mahkota bunga : kuning
Warna kepala putik : kuning
Warna benangsari : kuning muda
Umur mulai berbunga : 23 – 26 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 58 – 65 hari setelah tanam
Tipe buah : tidak berbiji
Bentuk buah : bulat lonjong
Ukuran buah : panjang 22,50 – 25,75 cm, diameter 22,13 –
23,70 cm
Warna kulit buah : hijau tua dengan lurik hijau tua
Ketebalan kulit buah : 1,3 – 1,6 cm
Warna daging buah : merah
Tekstur daging buah : renyah
Rasa daging buah : manis
Bentuk biji : lonjong melebar pipih
Warna biji : coklat
Berat 1.000 biji : 61,2 – 70,5 g
Kandungan air : 90,00 – 91,52 %
Kadar gula : 10,50 – 12,47 0brix
Kandungan vitamin C : 7,8 – 8,2 mg/100 g
Berat per buah : 7,07 – 8,32 kg
Persentase bagian buah yang dapat
dikonsumsi : 78 – 84 %

25
Daya simpan buah pada suhu kamar
(29 – 31 0C siang, 25 – 27 0C malam) : 7 – 10 hari setelah panen
Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap serangan busuk batang
berlendir dan layu fusarium
Hasil buah per hektar : 33,41 – 38,57 ton
Populasi per hektar : 4.762 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 291,4 – 335,7 g
Penciri utama : warna kulit buah hijau gelap dan warna alur
pada kulit buah hijau tua
Keunggulan varietas : bobot per buah lebih tinggi, jumlah biji
rudiment lebih sedikit, kadar gula lebih
tinggi, agak tahan terhadap layu Fusarium
Wilayah adaptasi : beradaptasi dengan baik di dataran rendah
dengan
ketinggian 50 – 100 m dpl
Pemohon : PT. East West Seed Indonesia
Pemulia : Marno (PT. East West Seed Indonesia)
Peneliti : Marno, Fatkhu Rokhman (PT. East West
Seed Indonesia)

Lampiran 4. Deskripsi Semangka Varietas Garnis F1

Asal : PT. East West Seed Indonesia


Silsilah : SE 12504 (F) x SE 14685 (M)
Golongan varietas : hibrida silang tunggal

26
Bentuk penampang batang : bulat
Diameter batang : 7,9 – 10,5 mm
Warna batang : hijau
Warna daun : hijau
Bentuk daun : segitiga menjari
Ukuran daun : panjang 19,2 – 22,3 cm, lebar 17,9 – 20,5
cm
Bentuk bunga : seperti bintang
Warna kelopak bunga : hijau
Warna mahkota bunga : kuning
Warna kepala putik : kuning
Warna benangsari : kuning muda
Umur mulai berbunga : 23 – 25 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 58 – 65 hari setelah tanam
Tipe buah : berbiji
Bentuk buah : bulat lonjong agak oval
Ukuran buah : panjang 29,68 – 30,89 cm, diameter
14,56 – 15,15 cm
Warna kulit buah : hijau tua agak cerah
Ketebalan kulit buah : 1,3 – 1,6 cm
Warna daging buah : kuning
Tekstur daging buah : renyah
Rasa daging buah : manis
Bentuk biji : lonjong melebar pipih
Warna biji : coklat kehitaman
Berat 1.000 biji : 61,2 – 70,5 g
Kandungan air : 90,23 %
Kadar gula : 10,7 – 13,6 0brix
Kandungan vitamin C : 8,78 mg/ 100 g
Berat per buah : 3,80 – 4,35 kg
Persentase bagian buah yang dapat
dikonsumsi
: 78 – 84 %

27
Daya simpan buah pada suhu kamar
(29 – 31 0C siang, 25 – 27 0C : 7 – 10 hari setelah panen
malam)
Hasil buah per hektar : 14,4 – 17,4 ton
Populasi per hektar : 4.762 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 291,4 – 335,7 g
Penciri utama : warna kulit hijau tua terang
Keunggulan varietas : rasa manis, bobot per buah dan produksi
per satuan
luas tinggi, warna daging buah kuning
cerah seragam tidak ada semburat merah
Wilayah adaptasi : beradaptasi dengan baik di dataran
rendah dengan ketinggian 50 – 150 m dpl
Pemohon : PT. East West Seed Indonesia
Pemulia : Marno, Fatkhu Rokhman (PT. East West
Seed
Indonesia)
Peneliti : Tukiman Misidi, Abdul Kohar (PT.
East West Seed Indonesia)

28

Anda mungkin juga menyukai