ANGGOTA MAHASISWA:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
RINGKASAN KEGIATAN
ii
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya laporan KKN-PPM yang berjudul “Inventarisasi Tanaman
sekitar sebagai Bahan untuk Produk Minuman Herbal Industri Rumah Tangga”.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan memerlukan
perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran membangun guna
laporan ini menjadi lebih baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN KEGIATAN..................................................................................ii
PRAKATA.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................5
METODE PELAKSANAAN................................................................................5
HASIL.....................................................................................................................6
iv
4.9 Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)...............................................................29
4.10 Asam Jawa (Tamarindus indica L.)...............................................................32
4.11 Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)........................................................35
4.12 Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees).................37
4.13 Kunyit Putih (Curcuma zedoria)..................................................................39
4.14 Daun Sirsak (Annona muricata)...................................................................41
4.15 Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.)...............................................44
4.16 Daun Pegagan (Centella asiatica)..................................................................47
4.17 Jahe (Zingiber officinale)...............................................................................50
4.18 Sirih (Piper betle)............................................................................................53
4.19 Pepaya (Carica Papaya L)..............................................................................56
4.20 Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)................................59
4.21 Daun Salam (Eugenia polyantha)...............................................................61
4.22 Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)...................................................................64
4.23 Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinansis)....................................................67
4.24 Saga Rambat (Abrus precatorius)..................................................................70
4.25 Seruni (Wedellia trilobata)..............................................................................73
4.26 Putri Malu (Mimosa pudica)..........................................................................74
BAB IV..................................................................................................................77
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................77
5.2 Saran.....................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................78
FOTO KEGIATAN..............................................................................................90
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kalangan masyarakat. Walaupun begitu, pangsa pasar industri jamu masih tetap
rendah dibandingkan dengan industri farmasi tetapi pertumbuhan pangsa pasar
industri jamu jauh lebih baik dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan industri
farmasi yang malah mengalami penurunan (Lestari, 2007). Adanya tren back to
nature menjadi sebab hal tersebut dan menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya penggunaan bahan alami terhadap segala aktivitas kehidupan,
terutama yang menyangkut kesehatan. Tren back to nature tidak hanya semata-
mata karena tuntutan zaman, tetapi sebagai bentuk suatu kehidupan yang
mengedepankan sesuatu yang alami dan dipercaya sehingga dapat menghasilkan
manfaat yang cukup besar dan risiko buruk yang dapat diminimalisir.
Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan herbal
menjadi nilai yang penting sebagai obat tradisional. Senyawa metabolit sekunder
tidak hanya berperan penting bagi tumbuhan, salah satunya sebagai bentuk
pertahanan dari herbivor dan patogen, tetapi senyawa tersebut juga dapat berperan
penting bagi manusia. Senyawa aktif yang dikandung pada suatu tumbuhan dapat
menjadi cara untuk mengklasifikasikan tumbuhan tersebut.
Oleh karena banyaknya tumbuhan herbal yang terdapat diindonesia dan
masih banyaknya yang belum identifikasi maka diperlukan eksplorasi tanaman
herbal yang dapat menggantikan obat modern yang memiliki khasiat yang lebih
baik dan meminimalisir efek samping yang ditimbulkan oleh obat modern..
2
BAB II
3
Tabel 1 Tahapan Kegiatan PKM
4
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3. 3. Sasaran Kegiatan
Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat, khususnya industri rumah tangga.
3. 5. Output Kegiatan
Output/keluaran dari kegiatan ini berupa laporan dan video mengenai
tanaman herbal sebagai inventarisasi baham produk minuman herbal.
5
BAB IV
HASIL
Merupakan tanaman pohon yang tumbuh pada daerah tropis, sensitif terhadap
udara dingin, dan tumbuh pada daerah yang mendapatkan sinar matahari langsung
dan lingkungan yang lembab. Tingginya mencapai 5 – 10 m. Batang berwarna
putih, pendek dan bercabang. Daunnya mengumpul pada ujung percabangan,
berukuran panjang 30 – 60 cm. Daun berbentuk bulat atau bujur dengan ujung
runcing. Memiliki bunga kecil, harum, dan berwarna hijau kekuningan atau
keunguan. Buah berbentuk elips, obovoid, atau silindris dengan panjang 4 – 10
cm. Saat matang, buah akan berubah warna menjadi hijau kekuningan, putih
gading, atau putih. Bagian luarnya mengkilap dengan daging buah berwarna hijau,
tekstur seperti jeli, berair, dan sangat asam.
Nama Daerah
Averrhoa bilimbi memiliki merupakan tumbuhan asal Indonesia dan
memiliki berbagai nama lain bergantung pada daerah, seperti: limeng, selimeng
(Aceh), Selemeng (Gayo), asom belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias),
balimbieng (Minangkabau), belimbing asam (Melayu), balimbing (Lampung),
belimbing wuluh (jawa), calincing wulet (Sunda), bhalingbhing bulu (Madura).
6
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Superdivisio: Spermatophyta
Divisio: Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Ordo: Geraniales
Familia: Oxalidaceae
Genus: Averrhoa
Spesies: Averrhoa bilimbi L
Aktivitas Bahan
Belimbing wuluh diketahui memiliki efek anti-diabetik dan anti-
hiperlipidemi. Fraksi semi-purified dari ekstrak etanol daun Averrhoa bilimbi
(Abe) diketahui dapat menurunkan kadar glukosa darah, kadar trigliserida, serta
meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL).
7
Lebih lanjut, ekstraksi buah belimbing wuluh yaitu hexane, chloroform,
dan methanol yang memiliki efek anti-mikroba dan berefek pada bakteri berikut:
Aeromonas hydrophila, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Saccharimyces
cerevisiae, Straphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, dan Bacillus
subtilis.
Selain itu, tanaman ini berperan dalam pencegahan terhadap kanker dan
penyakit kardiovaskular karena adanya kandungan beta karoten (vitamin A) dan
vitamin C. Selain itu, terdapat komponen phenolic berupa tannin dan flavonoid
yang berperan dalam anti-oksidan dan adanya efek sitotoksik dari ekstraksi
metanol yang mencegah kanker.
Kandungan Fitokimia
Ekstraksi buah belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin, dan
triterpenoid yang berperan sebagai anti mikroba dengan cara merusak membran
sitoplasma bakteri, mengganggu komponen penyusun sel bakteri, dan
mengganggu permeabilitas sel bakteri. Selain efek anti mikroba, komponen
phenol pada belimbing wuluh juga berperan dalam anti oksidan sebagai
pencegahan dan pengobatan penyakit yang berhubungan dengan oksidan dan
radikal bebas.
8
4.2 Lidah Buaya (Aloe vera)
Merupakan tanaman hias yang berasal dari Afrika Selatan, dan Arab. Di
Indonesia, tumbuhan ini sering ditemukan di pekarangan rumah. Ciri-ciri
tumbuhan ini merupakan tanaman seperti kaktus dengan daun hijau, berbentuk
memanjang dan meruncing ke ujung yang berdaging, lentik, berduri, dan berisi
gel yang berlendir. Tanaman lidah buaya merupakan tanaman sukulen dan
menyukai lingkungan yang panas dan terbuka.
Nama Daerah
Aloe vera atau lidah buaya memiliki nama daerah yaitu ilat baya (Jawa),
letah buaya (Sunda), lidah buaya (Melayu).
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Monocotyledoneae
Bangsa: Liliflorae
Suku: Liliaceae
Marga: Aloe
Jenis: Aloe barbadensis Miller atau Aloe vera
9
Kegunaan dan Manfaat
Terdapat dua tipe sekret eksudat yang disekresikan oleh daun tanaman
lidah buaya, pertama yaitu sekret kuning kemerahan pahit yang terkandung dalam
sel pericyclic yang terletak di bawah epidermis daun yang sudah dipotong. Cairan
ini biasanya digunakan sebagai laksatif. Kedua, yaitu eksudat transparan, lendir
atau gel licin yang dihasilkan oleh sel tubular berdinding tipis di parenkim daun.
Pada zaman dahulu, cairan lendir ini diaplikasikan pada kulit radang dan pada
abad ke-20, dijadikan sebagai obat luka bakar akibar radiasi.
Kandungan bioaktif dari lidah buaya efektif sebagai astringen, hemostatik,
antidiabetik, antiulcer, anti-septik, antibakteri, antiinflamasi, antioksidan dan agen
antikanker. Selain itu, efektif dalam mengobati penyakit perut, masalah
pencernaan, penyakit kulit, sembelit, cedera radiasi, penyembuhan luka, luka
bakar, disentri, diare dan dalam pengobatan penyakit kulit. Saat ini tanaman ini
banyak digunakan dalam perawatan kulit, kosmetik dan sebagai nutraceuticals.
Kandungan Kimia
Lidah buaya memiliki 75 kandungan aktif berupa:
- Vitamin:
Antioksidan: vitamin A (beta karoten), C, dan E
Vitamin B12, folic acid, dan choline
- Enzim:
aliiase, alkaline phosphatase, amylase, bradykinase, carboxypeptidase,
catalase, cellulase, lipase, dan peroxidase
- Mineral: calcium, chromium, copper, selenium, magnesium, manganese,
potassium, sodium dan zinc
- Monosaccharides (glucose dan fructose) dan
polysaccharides(glucomannans/polymannose)
- Anthraquinones: komponen phenolic. 12 jenis, diantaranya flavonoid,
terponoid, lectin
- Asam lemak: 4 plant steroids; cholesterol, campesterol, β-sisosterol dan
lupeol
- Hormon: Auxins and gibberellins
10
4.3 Mengkudu (Morinda citrifolia)
Gambar 3 Mengkudu
(Sumber : ugm.ac.id)
Nama Daerah
Morinda citrifolia L mempunyai nama daerah : Eodu, mengkudu,
bengkudu, (Sumatera) ; kudu, cengkudu, kemudu, pace (Jawa); wangkudu,
manakudu, bakulu (Nusa tenggara); dan di Kalimantan di kenal dengan nama
mangkudu, wangkudu, dan labanan (Wijayakusuma, 1995). Tumbuhan ini
berbentuk pohon dengan tinggi 4-8 m. Batang berkayu, bulat, kulit kasar,
percabangan monopoidal. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing.
Panjang 10-40 cm. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai, benang sari 5.
Buah bongkol, permukaan tidak teratur, berdaging, panjang 5-10 cm, hijau
kekuningan (Syamsul hidayat dan Hutapea,1991).
Klasifikasi:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
spesies : Morinda citrifolia L.
11
Kegunaan dan Manfaat :
Tanaman mengkudu terutama buahnya memiliki banyak kegunaan antara
lain: untuk obat tekanan darah tinggi, beri-beri, melancarkan kencing, radang
ginjal, radang empedu, radang usus, disentri, sembelit, nyeri limpa, limpa
bengkak, sakit lever, liur berdarah, kencing manis (diabetes melitus), cacingan,
cacar air, kegemukan (obesitas), sakit pinggang (lumbago), sakit perut (kolik), dan
perut mulas karena masuk angin, kulit kaki terasa kasar (pelembut kulit),
menghilangkan ketombe, antiseptik, peluruh haid (emenagog), dan pembersih
darah. Air perasan buah masak yang diparut digunakan untuk kumur-kumur
(gargle) pada difteri atau radang amandel. Godogan buah, kulit batang atau akar
digunakan untuk mencuci luka dan ekzema (Wijayakusuma dkk.,1996).
Buah mengkudu dapat menghambat pertumbuhan tumor dengan
merangsang sistem imun yang melibatkan makrofag dan atau limfosit (Hirazumi
et al., 1994). Ekstrak buah ini juga terbukti paling efektif menghambat sel RAS
yang menyebabkan kanker di antara 500 ekstrak yang diuji (Hirazumi et al.,
1994).
Aktivitas Bahan
Aktivitas antioksidan yang dimiliki ekstrak etanol buah mengkudu
disebabkan kandungan flavonoid yang dimiliki (Sjabana dan Nahalwan, 2002).
Senyawa Flavonoid yang termasuk dalam polifenol dapat berfungsi sebagai
antioksidan karena adanya gugus hidroksil yang terikat pada strukturnya. (Dewi
dkk., 2014). Senyawa Flavonoid mampu menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas (Anwar dan
Triyasmono, 2016). Younos et al. (1990) melakukan studi mengenai efek
analgesik dan sedatif ekstrak tanaman mengkudu dan menyatakan bahwa ekstrak
mengkudu mempunyai aktivitas analgesik secara konsisten, tidak toksik, dan
tergantung pada dosis.
12
Kandungan Fitokimia
Analisis fitokimia adalah salah satu cara untuk mengetahui kandungan
metabolit sekunder pada suatu tanaman. Analisis fitokimia dilakukan dua kali,
yaitu terhadap ekstrak kasar dan fraksi teraktif buah dan daun mengkudu.
Berdasarkan hasil uji fitokimia terhadap ekstrak dan fraksi buah
mengkudu, menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu mengandung
flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, kuinon, dan triterpenoid.
Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak dan fraksi daun mengkudu menunjukan
bahwa ekstrak daun mengkudu mengandung flavonoid, alkaloid, dan steroid.
Hasil uji negatif pada analisi fitokimia dapat disebabkan oleh rusaknya
senyawa ekstrak atau memang kandungan fitokimia yang terdapat dalam contoh
sangat kecil. Hasil positif analisis fitokimia menunjukan bahwa kemungkinan
golongan senyawa yang aktif sebagai antioksidan pada buah dan daun mengkudu
adalah golongan senyawa flavonoid, alkaloid, dan terpenoid (Utami, 2010).
13
4.4 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Gambar 4 Temulawak
(Sumber : republika.co.id)
Nama Daerah
Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede,
sedangkan di Madura disebut temu labak. Temulawak termasuk salah satu jenis
tumbuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tenggara.
Temulawak sudah lama dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan,
antara lain sebagai rempah-rempah di obat tradisional. Curcuma berasal dari kata
Arab, kurkum yang berarti kuning. Xanthorrhiza berasal dari kata Yunani,
xanthos yang berarti kuning dan rhiza berarti umbi akar. Jadi, Curcuma
xanthorrhiza Roxb. berarti akar kuning (Hayati, 2003).
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
14
Kegunaan dan Manfaat
Tumbuhan temulawak memiliki banyak kandungan senyawa kimia,
dimana pati merupakan salah satu kandungan terbanyak yang terdapat pada
tumbuhan temulawak. Temulawak umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa
sebagai bahan utama obat tradisional yang bermanfaat untuk memelihara
kesehatan tubuh, mengobati penyakit dan meningkatkan kesehatan. Temulawak
menduduki peringkat pertama di Jawa Timur dan peringkat kedua di Jawa Tengah
setelah jahe berdasarkan kebutuhan untuk industri obat tradisional dan industri
kecil obat tradisional. Temulawak juga banyak digunakan oleh masyarakat
tradisional seperti di Donggala, Sulawesi Tengah memanfaatkan batang dan
rimpang temulawak sebagai obat dengan nilai kegunaan sebesar 8%. Penggunaan
temulawak dalam pengobatan tradisional banyak digunakan dalam pengobatan
gangguan pencernaan, sakit kuning, keputihan, meningkatkan daya tahan tubuh
serta menjaga kesehatan.
Aktivitas Bahan
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa rimpang temulawak
mempunyai efek antioksidan. Temulawak memiliki kandungan antioksidan seperti
fenol, flavonoid dan kurkumin yang akan menangkap radikal bebas dalam tubuh.
Flavonoid juga memiliki fungsi lain seperti menstabilisasi membran sel serta
menginhibisi peroksidasi lipid, meningkatkan kandungan prostaglandin mukosa
dan mukus di mukosa lambung dengan menstimulasi cyclooxygenase-1 (COX-1),
mengurangi sekresi asam dan pepsinogen dalam lambung. Minyak atsiri dari
rimpang temulawak berkhasiat dalam memperlancar produksi empedu,
menurunkan kolesterol, analgesik dan antipiretik serta sebagai antibakteri
(Syamsudin dkk., 2019)
Kandungan Kimia
15
Penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa apa
yang terkandung di dalam ekstrak teraktif, ekstrak teraktif adalah ekstrak etanol
96% dengan metode maserasi. Berdasarkan hasil penapisan fitokimia terhadap
serbuk dan ekstrak maserasi menunjukkan bahwa ekstrak positif kuat
mengandung senyawa kuinon, positif sedang mengandung senyawa triterpenoid,
dan positif lemah mengandung steroid, alkaloid dan flavonoid, tetapi tidak
ditemukan adanya saponin dan tannin.
16
4.5 Kunyit (Curcuma longa L.)
Gambar 5 Kunyit
Nama Daerah
1. Sumatra: Kakunye (Enggano), Kunyet (Adoh), Kuning (Gayo), Kunyet
(Alas), Hunik (Batak), Odil (Simalur), Undre, (Nias), Kunyit (Lampung),
Kunyit (Melayu)
2. Jawa: Kunyir (Sunda), Kunir (Jawa Tengah), Temo koneng (Madura)
3. Kalimanta: Kunit (Banjar), Henda (Ngayu), Kunyit (Olon Manyan), Cahang
(Dayak Panyambung), Dio (Panihing), Kalesiau (Kenya), Kunyit (Tidung)
4. Maluku: Kurlai (Leti), Lulu malai (Babar), Ulin (Tanimbar), Tun (Kayi),
Unin (Ceram), Kunin (Seram Timur), Unin, (Ambon), Gurai (Halmanera),
Garaci (Ternate)
5. Irian: Rame (Kapaur), Kandeifa (Nufor), Nikwai (Windesi), Mingguai
(Wandamen), Yaw (Arso).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa
17
Kegunaan dan Manfaat
Menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat sakit perut,
memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik.
Kurkuminoid pada kunyit berkhasiat sebagai antihepatotoksik (Kiso et al., 1983)
enthelmintik, antiedemik, analgesic. Sebagai anti inflamasi dan antioksidan
(Masuda et al., 1993). Menurut Supriadi, kurkumin juga berkhasiat mematikan
kuman dan menghilangkan rasa kembung karena dinding empedu dirangsang
lebih giat untuk mengeluarkan cairan pemecah lemak.
Minyak atsiri pada kunyit dapat bermanfaat untuk mengurangi gerakan usus
yang kuat sehingga mampu mengobati diare. Untuk meredakan batuk dan anti
kejang. Senyawa Curcumin dapat mengganggu siklus sel kanker paru A549 dan
menekan pertumbuhan sel. Efek penekanan tergantung pada konsentrasi. Efek
tidak hanya bergantung dari sitotoksik nonspesifik, tetapi juga dari induksi
apoptosis (Zhang, et al., 2004).
Aktivitas Bahan
Aktivitas Curcumin pada funsi anti Inflamasi yaitu, dapat menghambat
sejumlah molekul yang terlibat dalam peradangan termasuk fosfolipase,
lipooxigenase, COX-2, leukotrien, tromboksan, prostaglandin, oksida nitrat,
kolagenase, elastase, hyaluronidase, MCP-1, interferon-inducible protein, faktor
nekrosis tumor, dan interleukin-12. Curcumin menurunkan kegiatan katalitik
fosfolipase A2 dan fosfolipase C g1, dengan demikian mengurangi pelepasan
asam arakhadonat dari selular fosfolipid. Curcumin mempunyai efek
penghambatan pada aktivitas fosfolipase D. Curcumin dapat menghambat ekspresi
cyclo-oxygenase-2 (COX-2).
Kandungan Kimia
Zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4%
yang terdiri dari Curcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan
18
bisdesmetoksikurkumin. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan
turunan fenilpropana turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron),
kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen,
humulen. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar. Mineral yaitu
magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng, kobalt,
aluminium dan bismuth (Sudarsono et.al, 1996).
19
4.6 Sereh (Chymbopogon citratus)
Gambar 6 Sereh
Nama Daerah
Sereh, sere (Jawa), serai, sorai, atau sange-sange (Sumatera), belangkak,
senggalau, atau salai (Kalimantan), see, nau sina, bu muke (Nusa Tenggara), tonti
atau sare (Sulawesi), dan hisa atau isa (Maluku).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Ordo : Poale
Family : Poaceae
Genus : Cympogon
Speseies : C. citratus
20
Kegunaan dan Manfaat
21
Aktivitas Bahan
Ekstrak sereh salah satu hasil penelitian menunjukan potensi besar sebagai
zat antibakteri yang dapat menekan aktivitas Bacillus cereus, Salmonella
typhimurium dan Staphylococcus aureus, hal ini mengindikasikan kemungkinan
penggunaan tanaman obat sebagai agen antibakteri alami (Ibrahim, dkk., 2013).
Kandungan Kimia
Serai kaya akancitral, yang biasa digunakan oleh industri pengharum dan
farmasi, dan senyawa-senyawa bioaktif (senyawa flavonoid dan vitamin C).
Senyawa flavonoid alami ini lebih harum dan lebih menarik perhatian tidak hanya
karena bahan-bahan antioksidan, tetapi juga agen anti kanker dan anti iflamasi
karena efek dari anti oksidasi lemak serai (Martin,dkk.,2002).Senyawa yang ada
dalam serai selain flavonoid adalah licochacone A dan licochaconeB yang
memiliki aktivitas antioksidanyang sama dengan glaberen dan tiga kali lebih aktif
dibandingkan dengan vitamin E (Abd-El Fattah, dkk., 2010).
22
4.7 Cincau (Cyclea barbata Miers.)
Gambar 7 Cincau
(Sumber : Wikipedia.ac.id)
Daun cincau hijau yang bernama latin Cyclea barbata L. Miers banyak
ditemui di berbagai tempat di Indonesia, mulai dari pasar tradisional sampai
supermarket.Ada empat jenis cincau yang dikenal masyarakat yaitu cincau hijau,
cincau hitam dan cincau minyak serta cincau perdu. Bentuk fisik keempat
tanaman ini sangat berbeda satu sama lainnya. Namun masyarakat Indonesia lebih
menggemari jenis cincau hijau, hal ini karena fisik daun cincau hijau tipis dan
lemas sehingga lebih mudah diremas untuk dijadikan gelatin atau agar-agar.
Tanaman ini dikenal dengan nama camcao (Jawa), camcauh (Sunda), juju,
kepleng, krotok, tarawalu, tahulu (Melayu).
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Ranales
Suku : Menispermae
Marga : Cyclea
Spesies : Cyclea barbata Miers.
23
Kegunaan dan Manfaat
Menurunkan tekanan darah
Sebuah penelitian membuktikan salah satu manfaat cincau hijau yang
paling mengagumkan adalah dapat menurunkan tekanan darah sehingga
sangat baik dikonsumsi oleh Anda yang menderita hipertensi. Senyawa
bioaktif pada cincau hijaulah yang memiliki peran sebagai penurun
hipertensi ini.
Menyehatkan pencernaan
Berdasarkan studi yang dipublikasikan di Procedia Chemistry, cincau
hijau mengandung manfaat untuk menyehatkan pencernaan. Hal ini
didasarkan atas kandungan flavonoid pada daun cincau hijau itu sendiri.
Secara spesifik, manfaat cincau hijau ini adalah mencegah terjadinya diare.
Selain itu, mengonsumsi cincau hijau juga akan menyehatkan usus,
mengatasi asam lambung, dan mempercepat kesembuhan sariawan.
Menangkal radikal bebas
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada menunjukkan
bahwa cincau hijau mengandung zat metabolit sekunder. Zat yang
dimaksud, yakni terpenoid, flavonoid, tanin, dan fenolik yang berfungsi
sebagai antioksidan alami bagi tubuh.
Aktivitas Bahan
Senyawa bioaktif memiliki peran penting dalam mekanisme antihipertensi.
Cara kerja senyawa bioaktif langsung menuju ke pusat jaringan, seperti jantung,
vascular, dan sistem syaraf. Kenaikan tekanan darah akan menyebabkan
vasokonstriksi pada pembuluh darah. Senyawa bioaktif langsung bekerja pada
sistem syaraf melalui mekanisme simpatolitik dan atau parasimpatomimetik, yaitu
relaksasi otot atau melalui syaraf pusat. Kerja simpatolitik yaitu dengan cara
menurunkan tekanan darah melalui penurunan curah jantung melalui
penghambatan reseptor β1, mendilatasi pembuluh darah melalui penghambatan
reseptor α1 atau β2. Bisa juga dengan cara menghambat pelepasan
neurotransmitter andregenik.
24
Kandungan
Secara umum kandungan daun cincau hijau adalah karbohidrat, lemak,
protein dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid serta mineral-
mineral dan vitaminvitamin, di antaranya kalsium, fosfor, dan vitamin A serta
vitamin B.20,21 Penelitian lain menyatakan bahwa daun cincau mengandung serat
pektin dan aktivitas antioksidan yang sangat tinggi.22 Kandungan bioaktif daun
cincau salah satunya fenol yang dalam sebuah penelitian baru-baru ini
mengandung 217.80 μg/ml.23Dalam peranannya sebagai penurun hipertensi,
senyawa bioaktif berperan dalam 3 peran. Yang pertama sebagai angiostensin
receptor blocker (ARB), sebagai senyawa yang membantu mempercepat
pembentukan urin (diuretik), dan juga menjadi antioksidan dalam proses stress
oksidatif
25
4.8 Daun Ungu (Graptophyllum pictum Griff.)
Nama Daerah
Daun ungu merupakan tumbuhan perdu, berumur menahun, dengan tinggi
sekitar 2 m. Tumbuhan ini berbatang aerial dan berbatang tegak, berkayu,
berbentuk silindris, dengan warna ungu kehijauan, bagian dalam solid, memiliki
permukaan licin dan percabangan simpodial (batang utama tidak tampak jelas)
dengan arah cabang miring ke atas (Graptophyllum pictum) atau biasa disebut
juga daun wungu adalah tumbuhan obat dari Papua Nugini dan Polinesia yang
kemudian menyebar ke Indonesia. Spesies ini memiliki nama daerah sebagai
berikut: demung, tulak, wungu (Jawa), daun temen-temen, handeuleum (Sunda),
karotong (Madura), temen (Bali), kadi-kadi, kobi-kobi (Ternate), dan daun putri
(Ambon).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Graptophylum
Spesies : Graptophylum pictum.
26
Kegunaan dan Manfaat
Obat antiradang termasuk wasir
Ekstrak etanol daun ungu yang telah diteliti menunjukkan efek antiradang dan
antinyeri. Suatu penelitian mengenai daun ungu menyatakan bahwa kandungan
flavonoid dalam daun ungulah yang berperan dalam aktivitas tersebut.
Menghambat pertumbuhan plak gigi
Plak gigi dapat terbentuk karena adanya asupan glukosa yang bereaksi dengan
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Suatu penelitian karya peneliti dari
UGM menunjukkan bahwa kandungan tanin dan flavonoid pada daun ungu
terbukti dapat menghambat penyerapan glukosa sehingga pertumbuhan bakteri
menjadi terhambat dan plak pun tidak terbentuk.
Menurunkan kadar kolesterol
Aktivitas Bahan
Ekstrak daun ungu mengandung alkaloid non toksik, flavonoid, steroid,
saponin dan tannin. Alkaloid merupakan senyawa organic bahan alam yang
terbesar jumlahnya baik dari segi jumlah maupun sebarannya. Alkaloid dapat
27
didefinisikan sebagai kelompok senyawa yang bersifat basa (alkalis), karena
mengandung atom nitrogen yang berasal dartumbuhan maupun hewan, alkaloid
dalam daun ungu mempunyai kemampuan sebagai anti inflamasi (anti radang) dan
sebagai analgesik (mengurangi rasa sakit). Satu contoh yang sederhana adalah
nikotina yang dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paruparu, kanker
mulut, tekanan darah tinggi dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Kandungan Kimia
Kandungan daun ungu adalah senyawa alkaloid nontoksik, flavonid,
steroid, saponin, tannin yang mempunyai kemampuan sebagai anti-inflamasi dan
juga sebagai analgesik sehingga mempunyai sifat melunakan tinja, namun tidak
menyebabkan diare dan menurunkan nilai ambang nyeri.
28
4.9 Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Rhamnaceae
Genus : Ziziphus
Spesies : Ziziphus mauritiana
Daerah Persebaran
29
Bidara tumbuh liar di seluruh Jawa dan Bali pada ketinggian di bawah 400
meter dari permukaan laut. Tanaman ini tumbuh pada daerah dengan suhu ekstrim
dan tumbuh subur pada daerah dengan kondisi kering.
30
31
Kandungan Kimia
32
4.10 Asam Jawa (Tamarindus indica L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Tamarindus
Species : Tamarindus indica L.
Daerah Persebaran
33
Tamarindus indica adalah tanaman yang berasal dari Afrika, namun kemudian
juga berkembang di India, Sudan Pakistan, Filipina, Spanyol, Meksiko, dan juga
di Indonesia.
34
Aktivitas Bahan
35
36
4.11 Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
Nama Daerah
Tumbuhan Orthosiphon stamineus atau Orthosiphon aristatus dikenal
oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan kumis kucing karena bentuk bunganya
yang mirip dengan bentuk kumis kucing. Berdasarkan warna bunganya, kumis
kucing dapat dibagi menjadi dua varietas, varietas ungu dan varietas putih. Kedua
varietas tersebut mengandung senyawa bioaktif yang bervariasi, dimana varietas
ungu memiliki kandungan bioaktif yang lebih tinggi (Lee, 2004).
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon Benth.
spesies : Orthosiphon aristatus
37
Tanaman ini telah umum digunakan oleh masyarakat indonesia sebagai
obat diuretik atau saluran kemih dan juga sebagai obat diabetes mellitus. Selain
itu, tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, serta
sebagai obat hepatitis.
Selain sebagai obat tradisional, tumbuhan ini juga kerap digunakan
sebagai tanaman hias karena struktur bunganya yang menarik dan memiliki pola
cabang yang rapat, sehingga ia cocok digunakan sebagai pagar hidup.
Aktivitas Bahan
Kumis kucing dapat menjadi obat diabetes mellitus karena memiliki
kandungan yang bersifat hipoglikemik dan anti hiperglikemik pada bagian
daunnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mohamed et al. (2013), disebutkan
bahwa bagian dari ekstrak kloroform daun kumis kucing dapat menurunkan kadar
gula darah pada mencit yang telah diberikan streptozotosin.
Tumbuhan ini juga memiliki kandungan senyawa phenolic yang menjadi
sumber aktivitas antioksidani. Aktivitas antioksidan ini mencegah terjadinya
kerusakan jaringan-jaringan tubuh serta mencegah penyakit-penyakit seperti
arteriosclerosis, penyakit jantung, dan kanker.
Kegunaan lain dari kumis kucing ini adalah sebagai pengobatan dari
hepatitis dan penyakit kuning, yang disebabkan oleh adanya kandungan ethanol.
Selain itu, pertumbuhan mikroba-mikroba, seperti bakteri dan jamur dapet
dihambat oleh tumbuhan ini. Aktivitas antimicrobial terbaik oleh ekstrak air O.
staminus ini adalah terhadap bakteri S. aureus.
Kandungan Kimia
Secara umum, O. stamineus menghasilkan senyawa seperti terpenoid dan
fenol (isopimaran, flavonoid, benzokromen) yang merupakan metabolit sekunder
untuk digunakan sebagai bahan obat, serta derivat asam organik Senyawa-
senyawa fenolik aktif yang dikandungnya contohnya adalah flavonoid (Almatar et
al., 2013). Flavonoid yang ditemukan pada O. stamineus di antaranya sinensetin,
eupatorin, dan 30-hydroxy-5,6,7,40-tetrametoksiflavon yang merupakan zat-zat
38
bioaktif. Pada penelitian lain, ditemukan bahwa sebagian kloroform dari rebusan
daun kumis kucing mengandung senyawa dihydrogen tipe isopimaran. Selain itu,
senyawa-senyawa kimia seperti monoterpene, diterpen, triterpene, dan saponin
juga ditemukan pada tumbuhan ini.
4.12 Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees)
Gambar 12 Sambiloto
Nama Daerah
Andrographis paniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees dikenal oleh masyarakat
Indonesia sebagai sambiloto. Di luar negeri, seperti di negara-negara Skandinavia,
tumbuhan ini dinamai “green chiretta”. Tumbuhan ini merupakan bagian dari
family Acanthaceae dan sudah digunakan sebagai obat tradisional di India, Sri
Lanka, Cina, dan negara-negara Asia Tenggara. Sambiloto terkenal akan
khasiatnya untuk mengobati infeksi saluran pernapasan atas karena aktivitas
antiinflamasi yang tinggi
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees
39
Kegunaan dan Manfaat
Sambiloto memiliki banyak kegunaan dalam dunia pengobatan. Tumbuhan
ini telah digunakan sebagai obat penurun demam, immunostimulan, antimalaria,
antibakteri, dan antivirus. Sambiloto juga digunakan sebagai obat untuk aktivitas
hepatoprotektifnya. Kandungan andrografolid dari tumbuhan ini juga ditemukan
memiliki efek antidiabetes dan antitumor.
Aktivitas Bahan
Kandungan andrografolid dari sambiloto telah ditemukan dapat
menurunkan inflamas. Andrografolid juga dilaporkan memiliki aktivitas
antikanker, dimana senyawa tersebut ditemukan dapat menghambat proliferasi
sel-sel leukemia, kanker payudara, kanker paru, dan juga sel-sel melanoma.
Senyawa ini juga menyebabkan aktivitas imunomodulator, dimana ia memicu
produksi antibody dan juga respon imun. Andrografolid juga ditemukan dapat
memulihkan hepar yang mengalami jejas dan juga menghambat apoptosis dari
hepar.
Tumbuhan ini dilaporkan memiliki efek antibakteri terhadap Salmonella,
shigella, E. coli, gram A streptococci, dan S. aureus. Selain itu, ia juga memiliki
efek antivirus terhadap HSV, HIV, flavivirus, dan pestivirus.
Sambiloto juga memiliki khasiat antioksidan, dimana ekstrak cairan A.
paniculata ini secara signifikan meningkatkan aktivitas enzim-enzim pertahanan
antioksidan seperti katalase, superoksida dismutase, dan glutathione-S-transferase.
Kandungan Kimia
Daun dari A. paniculata ini memiliki banyak senyawa bioaktif seperti
lakton diterpen), diterpen glukosida, dan flavonoid. Pada tahun 1951, detemukan
bahwa bahan aktif utama pada tumbuhan ini bernama andrografolid (C20H30O5)
40
yang merupakan sebuah diterpen lakton dan menyebabkan rasa tumbuhan ini
pahit. Andrografolid ini memiliki aktivitas biologis dengan rentang yang luas,
sehingga sambiloto dapat digunakan sebagai obat berbagai penyakit.
Kunyit putih atau temu putih (Curcuma zedoria) merupakan tanaman yang
banyak tumbuh diindonesia seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera,
Ambon, dan Irian. Kunyit putih memiliki ciri khas yaitu memiliki daun berbentuk
lanset memanjang berwarna merah lembayung disepanjang tulang tengahnya,
rimpang yang berwarna putih atau kuning muda dengan rasa pahit (Windono dan
Parfiani, 2002).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
41
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : C. zedoaria
Kandungan Kimia
42
4.14 Daun Sirsak (Annona muricata)
.
43
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Class : Magnoliids
Ordo : Magnoliales
Family : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : A. muricata
Kandungan Kimia
Daun sirsak merupakan bagian dari tanaman sirsak yang memiliki manfaat
lebih yaitu daun sirsak mengandung acetogenin yang biasa digunakan sebagai
senyawa toksik atau racun. Daun sirsak merupakan daun yang kaya minyak dan
protein serta toksisitas (tanin, fitat, dan sianida) dan oleh karena itu dapat
dimanfaatkan pada manusia dan hewan. Daun sirsak (Annona muricata L) adalah
tanaman yang mengandung senyawa flavonoid, tanin, fitosterol, kalsium oksalat,
dan alkaloid. 18 Antioksidan yang terkandung dalam daun sirsak antara lain
adalah vitamin C (Kumiadhi, 2008).
Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, minyak esensial, reticuline,
loreximine, coclaurine, annomurine, dan higenamine. Selain mengandung
senyawa tadi, daun sirsak juga mengandung beberapa senyawa yang berperan
44
sebagai antioksidan seperti kaempferol, asam oktadekanoat, metil 9oksononanoat,
propil 2,3-dihidroksi 9-oktadekenoat, dan beberapa senyawa lainnya (asbanu et
al., 2019).
45
Gambar 15 Mahkota Dewa
Nama daerah
makuto rojo, makuto ratu, makuta dewa (Jawa), simalakama (Melayu),
boh anggota dewan (Aceh)
46
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili :Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa Boerl.
Aktivitas bahan
Daun mahkota dewa mengandung: alkaloid, saponin, dan polifenol
(lignan). Kulit buah mengandung: alkaloid, saponin, dan flavonoid.
Alkaloid bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh.
Saponin bermanfaat sebagai anti bakteri dan anti virus, serta meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula dalam darah,
juga mengurangi penggumpalan darah. Flavonoid melancarkan peredaran darah
ke seluruh tubuh, mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah,
mengurangi kandungan kolesterol, mengurangi penimbunan lemak pada dinding
pembuluh darah, mengurangi kadar risiko penyakit jantung koroner, mengandung
47
antiinflamasi (antiradang), dan berfungsi sebagai anti-oksidan, serta membantu
mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan Polifenol :
berfungsi sebagai anti histamin (anti alergi)
48
4.16 Daun Pegagan (Centella asiatica)
Nama daerah
Peugaga (Aceh), jalukap (Banjar), daun kaki kuda (Melayu), ampagaga
(batak), antanan, dulang sontak(Sunda), gagan-gagan, rendeng, cowek-cowekan,
pane gowang (Jawa), piduh (Bali), bebele (Lombok), sandanan (Irian) broken
copper coin, semanggen (Indramayu,Cirebon), pagaga (Makassar), daun tungke
(Bugis), pigago (Minang), daun tapak kudo (solok), jelukap/jalukap
(Kutai/Borneo)
49
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledonae
Ordo : Umbellales
Family : Umbelliferae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica.
Aktivitas bahan
Pegagan mengandung beberapa senyawa aktif seperti:
1. Triterpenoid berfungsi meningkatkan fungsi mental dan memberi efek
menenangkan. Senyawa ini juga dapat merevitalisasi pembuluh darah
sehingga memperlancar peredaran darah menuju otak. Kandungan zat aktif
dalam pegagan yang termasuk gol. Triterpenoid:
50
Asiatikosida merupakan bagian dari triterpenoid yang berfungsi
menguatkan sel-sel kulit dan meningkatkan perbaikannya, menstimulasi
sel darah dan sistem imun, dan sebagai antibiotik alami.
Brahmosida adalah senyawa yang berfungsi memperlancar aliran darah
dan merupakan protein penting bagi sel otak.
Glikosida dan madekosida pada bagian daun dan tangkai daun memiliki
efek antiinflamasi dan antikeloid.
2. Pegagan juga mengandung kalsium, magnesium, fosfor, seng, tembaga,
betakaroten, serta vitamin B1, B2, B3, dan C
3. Pegagan juga mengandung resin, tanin, minyak atsiri, sitosterol yang terdiri
atas gliserida, asam oleat, linoleat, palmitat, stearat, sentoat dan sentelat yang
berguna untuk meningkatkan sistem imun tubuh.
4. Senyawa vallerin (gol. Saponin) terdapat dalam daun memberikan rasa pahit
atau mengandung asam pekat
51
4.17 Jahe (Zingiber officinale)
Gambar 17 Jahe
Nama Daerah
Di Indonesia jahe memiliki berbagai nama daerah. Di Sumatra disebut
halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing (Karo), pege (Toba), sipode (Mandailing),
lahia (Nias), sipodeh (Minangkabau), page (Lubu), dan jahi (Lampung). Di Jawa,
jahe dikenal dengan jahe (Sunda), jae (Jawa), jhai (Madura), dan jae (Kangean)
(Setiawan, 2015). Jahe merupakan komoditas pertanian yang memiliki peluang
dan prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Pembudidayaan
jahe hampir dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data Dirjenbun
(2010-2019) pada tahun 2013, produktivitas jahe tertinggi di Indonesia berada di
wilayah Sumatera dengan produktivitas mencapai 27.4 ton (Aryanti dkk., 2015).
52
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale
(Rukmana, 2000)
Kegunaan dan Manfaat
Jahe banyak dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masakan dan bahan obat
tradisional sejak ribuan tahun yang lalu (Aryanta, 2019). Di Indonesia, tiga jenis
jahe (jahe sunti/jahe merah, jahe gajah dan jahe emprit) banyak dibudidayakan
secara intensif di daerah Rejang Lebong (Bengkulu), Bogor, Magelang,
Yogyakarta, dan Malang dimanfaatkan untuk bumbu masakan, bahan obat herbal
dan untuk minuman (Santoso, 2008). Sebagai bumbu masakan, kandungan zat
gizi dalam jahe dapat melengkapi zat-zat gizi pada menu utama dan membantu
melancarkan proses pencernaan (Aryanta, 2019). Sebagai bahan obat tradisional,
jahe dapat digunakan secara tunggal ataupun dipadukan dengan bahan obat herbal
lainnya yang mempunyai fungsi saling menguatkan dan melengkapi. Jahe tidak
hanya digunakan sebagai bahan rempah dan obat, tetapi juga sebagai bahan
makanan, minuman dan juga kosmetika. Jahe juga memiliki khasiat untuk
mencegah dan mengobati berbagai penyakit dari yang ringan sampai berat, seperti
masuk angin, batuk, kepala pusing, pegal-pegal, rematik, mual-mual, mabuk
perjalanan, impoten, Alzheimer, kanker, dan penyakit jantung (Santoso, 2008).
Aktivitas Bahan
Jahe memiliki kemampuan mempertahankan kualitas pangan yaitu sebagai
antimikrobia. Selain itu, jahe juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan
sehingga jahe bermanfaat sebagai komponen bioaktif anti penuaan (Uhl, 2000).
Aktivitas antimikroba jahe terhadap mikroba perusak dan patogen menunjukkan
53
bahwa jahe memiliki kemampuan mengawetkan, sehingga tidak perlu lagi
menambahkan bahan pengawet kimia (Kawiji dkk., 2011).
Kandungan Kimia
Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe
terdiri dari golongan fenol, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri (Purwani,
2013). Jahe memiliki berbagai kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh,
kandungan zat tersebut antara lain zingiberon, zingiberin, zingibetol, barneol,
kamfer, folandren, sineol, gingerin, damar (resin), serta asam asam organik
(malat, oksalat) (Hasyim, 2009). Menurut Aryanta (2019), beberapa senyawa
kimia aktif dalam jahe yang berefek farmakologis terhadap kesehatan antara lain,
minyak atsiri dengan kandungan zat aktif zingiberin, kamfena, lemonin, borneol,
shogaol,sineol, fellandren, zingiberol, gingerol, dan zingeron.
54
4.18 Sirih (Piper betle)
Gambar 18 Sirih
Nama Daerah
Nama daerah tanaman sirih yaitu suruh, sedah (jawa), seureuh (Sunda),
ranub (Aceh), cambai (Lampung), base (Bali), nahi (Bima), mata (Flores), gapura,
donlite, gamjeng, perigi (Sulawesi) (Mardiana, 2004). Sirih merupakan salah satu
jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Tumbuhan ini
merupakan famili Piperaceae. Bagian dari sirih (Piper betle) seperti akar, biji, dan
daun berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang paling sering dimanfaatkan adalah
bagian daun. Tanaman sirih hijau (Pipper betle) tumbuh subur disepanjang Asia
tropis hingga Afrika Timur menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia,
Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India hingga Madagaskar. Di Indonesia, tanaman
ini dapat ditemukan di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan
Papua (Carolia dan Noventi, 2016). Tempat tumbuh yang disukai adalah pada
ketinggian 200-1000 m dpl yang mempunyai curah hujan 2250 –4750 mm per
55
tahun. Tanaman ini tumbuh di daerah hutan agak lembab dengan keadaan tanah
yang lembab, daerah yang teduh dan terlindung dari angin (Dalimartha, 2006).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle
(Tjitrosoepomo, 1993)
Aktivitas Bahan
Daun sirih dimanfaatkan sebagai antisariawan, antibatuk, astrigent, dan
antiseptik (Carolia dan Noventi, 2016). Ekstrak daun sirih yang diperoleh dengan
pelarut etanol mempunyai aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri Gram
positif dan Gram negatif yang salah satunya adalah Escherichia coli, yang
hasilnya pelarut etanol dapat menghambat pertumbuhan sebesar 14 mm dan untuk
56
konsenterasi minimum penghambatan (Minimum Inhibitory Concentracion)
didapatkan sebesar 1% (Syahrinastiti dkk., 2015).
Kandungan Kimia
Sirih merupakan tanaman yang memiliki ciri khas mengandung senyawa
metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak
dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan
tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Senyawa metabolit sekunder
yang dihasilkan oleh tanaman sirih berupa saponin, flavonoid, polifenol dan
minyak atsiri triterpenoid, minyak atsiri (yang terdiri atas khavikol, chavibetol,
karvakrol, eugenol, monoterpena,estragol), seskuiterpen, gula, dan pati (Hutapea,
2000). Menurut Widiyastuti dkk. (2013), daun sirih mengandung minyak atsiri
0,8-1,8 % yang terdiri atas kavikol, kavibetol (betel fenol), alilpirokatekol
(hidroksikavikol). Kandungan senyawa lain adalah alilpirokatekol mono dan
diasetat, karvakrol, eugenol, eugenol metileter, p-simen, sineol, kariofilen,
kadinen, estragol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, tanin, karoten, tiamin,
riboflavin, asam nikotianat, vitamin C, gula, pati, dan asam amino. Kavikol
menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri lima kali lebih
kuat daripada fenol serta imunomodulator. Kandungan minyak atsiri yang terdapat
pada daun sirih juga berkhasiat sebagai insektisida alami (Dalimartha, 2006).
57
4.19 Pepaya (Carica Papaya L)
Gambar 19 Pepaya
Klasifikasi
Kingdom : Plantae Famili : Caricaceae
Divisi : Spermatophyta Genus : Carica
Class : Dicotyledoneae Spesies : Carica papaya
Ordo : Cistales L.
58
Kegunaan dan Manfaat
Selain sebagai makanan, daun pepaya memiliki segudang manfaat dan
khasiat yang luar biasa bagi kesehatan. Daun pepaya sering digunakan sebagai
obat tradisional karena mengandung enzim papain (Tim Karya Tani Mandiri,
2011). Secara tradisional daun pepaya dimanfaatkan oleh masyarakat bukan hanya
untuk menghilangkan nyeri perut saat menstruasi, daun pepaya juga dapat
membantu pencegahan kanker , tekanan darah tinggi ,dan meningkatkan tenaga
bagi ibu hamil yang baru saja melahirkan. Selain itu, daun papaya juga dipercaya
dapat meningkatkan nafsu makan baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
Dalam sebuah jurnal berjudul, daun papaya juga berguna untuk mempercepat
penyembuhan luka pada luka sayat pada kulit mencit.
Aktivitas Bahan
Antibakteri dan Antioksidan. Dalam sebuah penelitian, diketahui bahwa
ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli pada konsentrasi 20% sampai 100%. Sedangkan terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, daun pepaya dapat menghambat pertumbuhan pada
konsentrasi 30% sampai 100%. Selain sebagai anti-bakteri, Mahmood dalam
penelitiannya juga menyatakan bahwa daun papaya juga memiliki aktivitas berupa
antioksidan.
Antimalaria. Dalam sebuah uji aktivitas ekstrak daun papaya, hasil
pengujian in vitro ekstrak etanol jauh lebih kecil dari batas ideal, sehingga dapat
dikatakan ekstrak etanol daun pepaya secara in vitro aktif sebagai antimalaria.
Anti-Cacing. Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya) mengandung alkaloid,
saponin, dan tanin menunjukkan efek anticacing, namun potensinya di bawah
piperazin sitrat.
Anti-tumor. Aktivitas anti-tumor yang dimiliki daun papaya dilakukan
dengan menginduksi apoptosis pada sel tumor.
59
Kandungan Kimia
Daun papaya mengandung senyawa alkaloid karpain, caricaksantin,
violaksantin, papain, saponin, flavonoida, politenol, dan saponin.Selain itu, daun
pepaya juga mengandung protein tinggi, lemak, vitamin, kalsium (Ca) dan zat bes
(Fe) yang berfungsi sebagai pembentukan hemoglobin (Tietze 1997).
60
4.20 Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
61
Kegunaan dan Manfaat
Sugeng Haryanto dalam Ensiklopedia 2012 menuliskan bahwa daun
pandan wangi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Ia menyebutkan bahwa
daun pandan wangi memiliki khasiat untuk mengobati lemah saraf, rematik dan
pegal linu,gelisah,rambut rontok, menghitamkan rambut, mengurangi ketombe,
menurunkan tekanan darah tinggi, dan mengatasi tidak nafsu makan (Haryanto,
Sugeng. 2012).
Aktivitas Bahan
Antibakteri. Hal ini diperkuat dengan melihat hasil penelitian dari
Universitas Lampung yang menyatakan bahwa kandungan kimia pada daun
pandan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Antidiabetes. Penelitian membuktikan bahwa ekstrak etil asetat dari daun
pandan wangi mengandung senyawa terpenoid serta senyawa steroid dengan
potensi antidiabetes yaitu daya hambat sebesar 0,79% pada konsentrasi 3,12 ppm
(Sukandar, 2009).
Antikanker. Berdasarkan hasil penelitian, daun pandan wangi mengandung
senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan kanker. Selain aktivitas diatas,
daun pandan wangi juga memiliki aktivitas yaitu sebagai antioksidan.
Kandungan Kimia
Daun pandan memiliki kandungan kimia, yaitu :alkaloid, saponin, flavonoid,
tanninpolifenol, dan zat warna. Adapun kandungan tersebut sangat bermanfaat
bagi kesehatan. Dari beberapa kandungan kimia yang terkandung didalam daun
pandan tersebut, hanya flavonoid dan tannin yang dapat larut dalam air dan stabil
setelah dipanaskan (Santoso, Hieronymus Budi. 2008)
62
4.21 Daun Salam (Eugenia polyantha)
Gambar 21 Salam
Nama Daerah
Tumbuhan salam tersebar di hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi
pantai hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1000m (Jawa), 1200m (Sabah),
dan 1300m (Thailand). Pohon salam ini berasal dan banyak tumbuh di daerah
Asia Tenggara seperti Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya,
Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Di Indonesia juga pohon salam tumbuh di
kebun, perkarangan warga, serta lahan wanatani lainnya untuk diambil daunnya.
Batang daun dalam tumbuh dengan tinggi sekitar 18 meter sampai dengan 27
meter. Tumbuhan ini biasanya hidup secara liar di hutan dengan arah
pertumbuhan batang tegak lurus. Daun salam berbentuk lonjong, elips, ataupun
bulat telur yang tumbuh secara sungsang. Panjang daun salam berkisar antara 50
mm sampao 150 mm dengan lebar 35 mm hingga 65 mm. Pohon salam
mempunyai bunga yang bersifat ‘banci’, artinya memiliki dua jenis kelamin
sekaligus, yaitu jantan dan betina. Jumlah kelopak bunga salam 4 sampai 5 helai
dengan mahkota bunga yang berjumlah sama. Buah salam mempunyai tekstur dan
bentuk yang menyerupai buah buni, yakni dalam pengertian botani merupakan
buah berdaging yang terbentuk dari bakal buah (ovarium) tunggal.
63
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : S. polyanthum
Tanaman salam ini dikenal sebagai salah satu tanaman yang sering
dimanfaatka masyarakt untuk pengobatan alternative. Menurut beberapa
penelitian yang telah dilakukan oleh Dorlan (2002), Boyer dan Liu (2004),
Hardhani (2008), Pidrayanti (2008), dan Muhtadi (2010) daun salam memiliki tiga
manfaat yaitu mengurangi dislipidemia khususnya hipertrigliseridemia, lalu dapat
menurunkan kadar LDL (low density lipoprotein), dan dapat menurunkan kadar
asam urat. Selain itu, daun salam juga dapat digunakan untuk penyedap masakan.
Aktivitas Bahan
64
Kandungan Kimia
65
4.22 Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Gambar 22 Rosella
(Sumber: https://www.indozone.id)
Nama Daerah
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
66
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L
Tanaman rosella ini memiliki manfaat yaitu dapat menurunkan asam urat,
menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh, menghancurkan lemak, melangsingkan
tubuh, mengurangi kecanduan merokok, mencegah stroke dan hipertensi,
memperbaiki pencernaan, menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula,
mencegah kanker, tumor, kista, dan sejenis lainnya, migrain, dan mampu
meningkatkan gairah sexsual.
Aktivitas Bahan
Kandungan Kimia
Kandungan kimia tanaman ini adalah alohidroksi asam sitrat lakton, asam
malat dan asam tartrat. Antosianin yang menyebabkan warna merah pada tanaman
ini mengandung delfinidin-3-siloglukosida, delfinidin-3-glukosida, sianidin-3-
siloglukosida, sedangkan flavonoidnya mengandung gosipetin dan mucilage
(rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan) (Gruenwald et al., 2004).
Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah pigmen
antosianin yang merupakan bagian dari flavonoid yang berperan sebagai
antioksidan. Flavonoid kelopak bunga rosella terdiri flavanol dan pigmen
antosianin (Sirajuddin,2012). Flavonoid adalah antosianin yang merupakan zat
pewarna alami dari tumbuhan yang memiliki sifat sebagai antioksidan yang tinggi
67
yang terkandung dalam tanaman rosella.dalam ekstrak kering rosella mengandung
1,7-2,5% antosianin (Ali,wabel,dan Bluden ,2005). Kandungan antosianin yang
terdapat pada kelopak bunga rosella bersifat polar, maka dipilih pelarut etanol
yang kepolarannya ditingkatkan dengan memilih etanol 70%. Dari hasil
penentuan aktivitas antioksidan peredaman radikal bebas DPPH ekstrak etanol
kelopak bunga rosella diperoleh IC50 sebesar 38,44 ppm (Nursalam et al, 2014).
68
4.23 Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinansis)
Gambar: bagian dari kembang sepatu: (i) bunga; (ii) daun; (iii) batang; (iv) tanaman dengan
tinggi 2 m. (Diambil oleh Sabrina).
Nama Daerah
Kembang sepatu memiliki nama daerah : Bungong roja (Aceh), bunga-
bunga (Batak Karo), Soma soma (Nias), Bekeju (Mentawai), Kembang sepatu
(Betawi), Kembang wera (Sunda) Bung Rebong (Madura), Waribang (Bali),
Embuhanga (Sangir), Bunga cepatu (Timor), Ulange (Gorontalo), Kulango
(Buol), Bunga sepatu (Makasar), bunga bisu (Bugis), Ubu-ubu (Ternated), dan
Bala bunga (Tidore) (Muhammad Iqbal, Endang Sulistryorini,
ccrc.farmasi.ugm.ac.id).
Tanaman ini dapat mencapai tinggi 3 m dengan batang bulat, berkayu dan
keras dengan diameter kurang lebih 9 cm, berwarna ungu ketika tanaman masih
muda dan putih kotor setelah tua. Daunnya tunggal, tepinya beringgit, ujungnya
runcing dan pangkalnya tumpul. Panjang bisa mencapai 10 sampai 16 cm dengan
lebar 5 sampai 11 cm. Bunga dari kembang sepatu berbentuk terompet,
kelopaknya berbentuk lonceng berbagi lima. Akarnya berjenis tunggang dengan
69
warna cokelat muda (Muhammad Iqbal, Endang Sulistryorini,
ccrc.farmasi.ugm.ac.id).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa sinensis L.
Aktivitas Bahan
Ekstrak kembang sepatu memiliki aktivitas sebagai obat untuk mengatasi
gangguan jantung, hipertensi, diabetes mellitus, antioksidan, antifertilitas, anti
ulcer, dan gangguan ginjal (Marina 2019). Anti fertilitas adalah senyawa yang
mencegah atau menghambat kesuburan dan berhubungan dengan sistem
reproduksi. Berbagai organ dari kembang sepatu telah digunakan sejak lama
sebagai obat tradisional untuk kontrasepsi oleh masyarakat lokal India (Murthy et
al. 1997) dan juga di Brasil (Afiune 2017). Ekstrak etanol dari akar tanaman ini
memiliki aktivitas antifertilitas dan aktivitas estrogenik (Afiune 2017).
70
Kandungan Kimia.
Bunga kembang sepatu memiliki beberapa kandungan kimia pada tiap
bagian tanamannya. Pada bunga, terdapat kandungan Glucoside, Hibiscin, Peptin,
Gossy, Anthocyanin dan Asam amino. Pada daun dan akarnya terdapat protein
peroxidase, calcium oksalat dan lemak. Pada tanaman kembang sepatu itu sendiri,
terdapat mineral asam seperti asam sitrat, asam tartarat, asam malat, dan allo
hidroksisitrat lakton asam (Hamara, 2019).
71
4.24 Saga Rambat (Abrus precatorius)
gambar : bagian tanaman saga rambat : (i) daun; (ii) batang; (iii) bunga; (iv) merambat sampai
ketinggian +2 m. (Diambil oleh Sabrina).
Nama Daerah
Tanaman saga dikenal di beberapa daerah dengan nama yang beragam,
mulai dari thaga (Aceh), seugeu (Gayo), hasebo (Batak), kendari atau kundari
(Lampung dan Minangkabau), saga telik atau saga manis (Jawa), taning bajang
(Dayak dan Gorontalo), walipopo (Sulawesi) (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991).
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan rambat yang tumbuh liar di hutan
belukar atau terkadang dikembangkan di pekarangan rumah sebagai tanaman obat.
Tinggi yang dapat dicapai oleh tanaman saga dapat mencapai 1 sampai 1000 m.
Saga sendiri merupakan pohon yang memiliki biji berukuran kecil berwarna
72
merah dengan batang pohon yang tinggi dan daun kecil berkarakter majemuk, dan
berbentuk bulat telur. Jumlah daunnya bersirip ganjil dan memiliki rasa agak
manis. Bunga dari saga berwarna ungu muda dengan bentuk seperti kupu-kupu
(Sarah, 2020).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : resales
Suku : Leguminosae
Marga : Abrus
Spesies : Abrus precatorius Linn
Aktivitas Bahan
Daun saga mengandung senyawa flavonoid, saponin, alkaloid dan steroid
yang memiliki efek farmakologi yang salah satunya sebagai antibakteri. Hasil
penelitian juga menyatakan bahwa ekstrak etanol pada daun saga memiliki daya
hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus pneumoniae (Misrahanum, Cut
Intan, Cut Yulvizar 2017).
73
Kandungan Kimia
Hasil uji fitokimia menyatakan bahwa ekstrak metanol daun saga
menunjukkan adanya kandungan metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, dan
saponin (Misrahanum, Cut Intan, Cut Yulvizar 2017). Daun maupun akar dari
daun saga mengandung protein, Vitamin A, B1, B6 dan C, juga mengandung
bermacam kalsium seperti kalsium oksalat, glisirizin, flisirizinat, plygalacturomic
acid dan pentosan. Daun, batang, juga bijij dari tanaman ini memiliki kandungan
saponin dan flavonoid. Batangnya memiliki kandungan polifenol, bijinya
memiliki kandungan tannin, sedangkan akarnya memiliki unsur alkaloid, saponin,
dan polifenol. Tidak hanya itu, kandungan kimia lainnya yang ada pada tanaman
daun saga juga bermacam, terdapat luteolin, Isoorientin, L-Abrine, Precatorin I, II,
III, Abruquinone D, E, F, Abrussaponin I, II (Sarmoko. ccrc.farmasi.ugm.ac.id).
74
4.25 Seruni (Wedellia trilobata)
Gambar 25 Seruni
Nama daerah
Di Sunda, ia dikenal dengan nama saruni laut. Sementara orang Ternate
menyebutnya cinga-cinga, dan orang Jawa mengenalnya dengan sebutan wedelia.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Wedelia
Spesies : Wedelia trilobata
Aktivitas bahan
Laporan farmakologis mengungkapkan bahwa tanaman ini memiliki
antioksidan, analgesik, antiinflamasi, antimikroba, penyembuhan luka, larvicidal,
trypanocidal, kontraksi uterus, antitumor, hepatoprotektif, digunakan dalam
pengobatan diabetes, nyeri haid dan masalah reproduksi pada wanita (Balekar et
al., 2014).
Kandungan Kimia
75
Tanin, saponin, flavonoid, fenol, terpenoid merupakan kandugan utama dari
tanaman ini (Balekar et al., 2014).
4.26 Putri Malu (Mimosa pudica)
Nama daerah
Nama daerah tumbuhan putri malu di berbagai daerah putri malu
(Indonesia); Jabe-jabe (Bugis dan Makassar), sihirput, sikerput (Batak); padang
getap (Bali); daun kaget-kaget (Manado); rebah bangun (Minangkabau); kucingan
(Jawa); rondo kagit (Sunda); todusan (Madura) (Wahyuni, 2017).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Marga : Mimosa L
Spesies : Mimosa pudica (L.)
76
Aktivitas bahan
Kandungan Kimia
Mimosa pudica kaya akan metabolit sekunder yang penting secara medis,
termasuk karbohidrat, protein, asam amino, tanin, fenolik, steroid, flavonoid,
saponin, lendir, alkaloid, dan fixed oil. Pada table dibawah ini terdapat kandungan
ilmiah yang dapat diisolasi dari tanaman
77
BAB IV
5.1 Kesimpulan
Kegiatan KKN dilaksanakan secara online (daring) dimulai pada tanggal 1
Juli 2020 – 30 Juli 2020, kegiatan ini berupa penumbuhan kesadaran berperilaku
hidup sehat melalui pemanfaatan tanaman obat serta menambah pengetahuan
mengenai minuman herbal dengan mencari berbagai jenis tanaman yang dapat
ditemukan dilingkungan sekitar peserta KKN yang dapat digunakan sebagai
tanaman obat serta manfaatnya untuk kesehatan dan pengunaannya sebagai
produk minuman herbal industri rumah tangga. Tanaman obat yang ditemukan
diantaranya belimbing wuluh, lidah buaya, mengkudu, temulawak, kunyit, sereh,
cincau, daun ungu, daun bidara, asam jawa, kumis kucing, sambiloto, kunyit
putih, daun sirsak, mahkota dewa, daun pegagan, jahe, sirih, daun papaya, daun
pandan wangi, daun salam, rosella, kembang sepatu, saga rambat, seruni, dan putri
malu. Metode yang digunakan adalah studi pustaka (study research) dan
dokumentasi. Selain itu, akan dilakukan penyuluhan secara virtual mengenai
tanaman obat melalui video dan media sosial. Luaran yang ditargetkan lainnya
yaitu tumbuhnya kreativitas dalam berkebun tanaman obat.
78
5.2 Saran
Dari kegiatan KKN yang telah dilaksanakan dapat disarankan bahwa
kegiatan serupa perlu dilakukan kembali secara berkesinambungan untuk
menambah atau menyegarkan kembali pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA
79
Aryanta, I.W.R. 2019. Manfaat Jahe Untuk Kesehatan. Jurnal Widya Kesehatan.
Vol. 1(2) : 39-43.
Aryanti, I., Bayu, E.S dan Kardhinata, E.H. 2015. Identifikasi Karakteristik
Morfologis dan Hubungan Kekerabatan pada Tanaman Jahe (Zingiber
officinale Rosc.) di Desa Dolok Saribu Kabupaten Simalungun. Jurnal
Online Agroekoteaknologi. Vol. 3(3) : 963-975.
Asbanu, Y.W.A., Wijayati, N., Kusumo, E. 2019. Identifikasi senyawa kimia
ekstrak daun Sirsak (Annona muricata L.) dan uji aktivitas Antioksidannya
dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrasil). Indonesian Journal of
Chemical Science. Vol. 8(3).
Ashima Bagaria, A., Surendranath, K., Ramagopal, U.A., Ramakumar, S.,
Karande, A.A., 2006, Structure-Function Analysis and Insights into the
Reduced Toxicity of Abrus precatorius Agglutinin I in Relation to Abrin.
The Journal of Biological Chemistry. Vol. 281, 34465-74.
Balekar, N., Nakpheng, T., & Srichana, T. (2014). Wedelia trilobata L.: A
phytochemical and pharmacological review. Chiang Mai Journal of
Science. Vol. 41(3), 590–605.
Cantika Tara Sabilla, T. U. S., 2016. Manfaat Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea
Barbata L.Miers) sebagai Alternatif Terapi Hipertensi. Vol. 5(4).
Carolia, N dan Noventi, W. 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle
L.) Sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris. Majority. Vol. 5(1) : 140-145.
Chusniatun, K. H. (2016). PEMANFAATAN DAUN SALAM (Eugenia
polyantha) SEBAGAI OBAT HERBAL DAN REMPAH PENYEDAP
MAKANAN. 19, 110–118.
Devy, L dan Sastra, D. R. 2006. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap Kultur
In Vitro Tanaman Jahe. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol. 8(1) :
7-14.
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Pustaka Bunda. Jakarta.
Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Trubus Agriwidya.
Jakarta.
80
Dasuki, U.D. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Dewi, N. W., Puspawati, N. M., Swantara, I. M., Asih, I. A., Rita, W. S. 2014.
Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Biji
Terong Belanda (Solanum betaceum, Syn) dalam Menghambat Reaksi
Peroksidasi Lemak Pada Plasma Darah Tikus Wistar. Cakra Kimia. Vol.
2(1): 7-16.
Edy Suwandi dan Sugito, Efektivitas Air Rebusan Daun Pandan (Pandanus
Amaryllifolius) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Salmonella
Typhi dengan Metode Dillution Test. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa,
Vol I, Nomor 1, 2017, hlm 43. Lihat Juga: Haryanto, Sugeng. (2012).
Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia Edisi 2 PALMALL,Yogyakarta.
Edy Suwandi dan Sugito, hlm 41, Lihat juga: Murhadi, et all. 2007. Jurnal
Kesehatan Hasil Penelitian.Jurusan Teknologi Pertanian Universitas,
Lampung
81
Ghosh D, Maiti TK., 2007, Immunomodulatory and anti-tumor activities of native
and heat denatured Abrus agglutinin, Immunobiology. Vol. 212(7):589-99
Hamara, Subagja. 25 Desember 2019. Manfaat Kembang Sepatu Tak Hanya
untuk Hiasan Tapi Ampuh Atasi Penyakit.
https://www.harapanrakyat.com/2019/12/manfaat-kembang-sepatu/.
Hariana, A. 2015. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Penerbit Swadaya. Cet 2.
Jakarta.
Harmanto, N., 2001, Mahkota Dewa : Obat Pusaka Para Dewa, Agromedia
Pustaka, Jakarta
82
Penyembuhan Luka Sayat pada Kulit Mencit (Mus musculus). MKB. Vol
42(2):76-81.
Jayakumar, T., Hsieh, C. Y., Lee, J. J., & Sheu, J. R. (2013). Experimental and
clinical pharmacology of andrographis paniculata and its major bioactive
phytoconstituent andrographolide. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, 2013(Figure 1).
https://doi.org/10.1155/2013/846740
Joseph B, Raj SJ. Pharmacoghostic And Phytochemical Properties Of Aloe vera
Linn- an Overview Taxonomy : Enzymes : October. 2010. Vol 4 (2):106–
10.
Kawiji., Utami, R dan Himawan, E.N. 2011. Pemanfaatan Jahe (Zingiber
officinale Rosc.) Dalam Meningkatkan Umur Simpan dan Aktivitas
Antioksidan “Sale Pisang Basah”. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. Vol.
4(2) : 113-119.
Kulsoom Zahara, Yamin Bibi and Shaista Tabassum. Clinical and therapeutic
benefits of Centella asiatica.Pure and Applied Biology. Vol. 3, Issue 4,
2014, pp 152-159
Kumiadhi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Airlangga. Jakarta.
Kurniawati, N. 2010. Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur.
Penerbit Qanita. Bandung.
L Apriyanti, M. 2012. 10 Tanaman Obat Paling Berkhasiat & Paling Dicari.
Pustaka Baru Press. Jakarta.
Lara Syakhila, “Manfaat Ekstrak Daun Pepaya Untuk Menghilangkan Sakit Perut
Saat Haid”. ,Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Padang,
Indonesia.
83
Lestari, E.D. 2007. Analisis Daya Saing, Strategi dan Prospek Industri Jamu di
Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Instituti Pertanian Bogor. Bogor
Lobo, R., Prabhua, K.S., Shirwaikara, A., Shirwaikarb, A. 2009. Curcuma zedoria
rosc. (White tumeric): A Review of its Chemical, Pharmacological and
Ethnomedicinal Properties. Journal of Pharmacy and Pharmacology.
61:13-21.
M. Iqbal dan Sulistyorini, Endang. Ensiklopedia Tanaman Anti Kanker CCRC:
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L).
https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=217#.
Mahmood, A.A., Sidik, K., dan Salmah, I. 2005. Wound Healing Activity of
Carica Papaya Leaf Extract in Rats. Int J. Molc Med. and Adv Sci. Vol.
1(4):398-401.
Mardiana, L. 2004. Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman Obat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Misrahanum, Cut Intan Annisa Puteri, Yulvizar, Cut. 2017. Activity Test of Abrus
precatorius Leaf Extract Against Clinical Streptococcus pneumonia
Growth. https://doi.org/10.24815/jn.v17i1.7260.
84
Mooryati, S. 1998. Alam Sumber Kesehatan. Balai Pustaka. Jakarta.
Muhammad, Gulzar & Hussain, Muhammad & Jantan, Ibrahim & Bukhari,
Associate Prof. Dr. Syed Nasir Abbas. (2015). Mimosa pudica L., a High-
Value Medicinal Plant as a Source of Bioactives for Pharmaceuticals.
Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. Just Accpeted.
10.1111/1541-4337.12184.
Mulyani., Hesti., dkk. 2016. Tumbuhan Herbal sebagai Jamu Pengobatan
Tradisional terhadap Penyakit dalam Serat Primbon Jampi Jawi jilid I.
Jurnal Penelitian Humaniora. 21(II): 73-91
85
Nasution, R.E. 1992. Prosiding Seminar dan Loka Karya Nasional Etnobotani.
Departement Pendidikan dan Kebudayaan RI-LIPI. Perpustakaan
Nasional RI. Jakarta.
Otsuki, Dang, Kumagai, Kondo, Iwata, Morimoto. 2010. Aqueous extract of
Carica papaya leaves exhibits anti-tumor activity and immunomodulatory
effects. J. Ethnopharmacol. Vol 127(3):760-7.
http://www.genomics.agilent.com/GenericA.aspx?PageType=Science&Su
bPageType=Paper&PaperID=29&PageID=24&CurrentPageType=Science
&Cu rrentSubPageType=ScienceMain, diakses pada 11 Juli 2020.
R. Megumi, Sarah. 2019. Saga, Tanaman Tropis Antibakteri.
https://www.greeners.co/flora-fauna/saga-tanaman-tropis-antibakteri/.
Parthasarathy, V.A., Chempakan, B., Zachariah, T.J. 2008. Chemistry of Spices.
CABI: Oxford.
Prakash, O. & Singh, R. A panoramic view on phytochemical , nutritional , and
therapeutic attributes of Ziziphus mauritiana Lam .: A comprehensive
review. 1–15 (2020) doi:10.1002/ptr.6769.
Prasetyorini, Wiendarlina, I. Y., dan Peron, A. B. 2011. Toksisitas Beberapa
Rimpang Cabang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Pada
Larva Udang (Artemia Salina Leach). Fitofarmaka. Vol. 1 (2) : 14-21.
Purwani, E. 2013. Modul Praktikum Mikrobiologi Pangan. Program Studi Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
86
Rina Widiastuti1, Ana Mardiyaningsih , Yunisa Djayanti Putri, “Uji Aktivitas
Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Waktu Kematian
Cacing Ascaridia galli Schrank Secara In Vitro”, The 2nd University
Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189 , Poltekkes Bhakti Setya
Indonesia Yogyakarta.
Rita, W.S., Swantara, I.M.D., Sughita, I.M., Puspawati, N.M. 2011. Uji Toksisitas
dan Analisis Kandungan Senyawa Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih
(Curcuma zedoria (Berg.) Rosc). The Excellence Research Universitas
Udayana. 97-102.
Rukmana R, 2000. Usaha Tani Jahe Dilengkapi Dengan Pengolahan Jahe Segar.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Roy, Anitha & Geetha, Rajagopalan & Lakshmi, Dr. 2011. Averrhoa bilimbi
Linn-Nature’s Drug Store- A Pharmacological Review. International
Journal of Drug Development and Research. Vol 3. 101-106.
Sabiha, Sultana & Chowdhury, Sabiha & Uddin, Golam Mezbah & Mumtahana,
Nazia & Hossain, Mokarram & Hasan, Raquibul. 2012. Invitro
antioxidant and cytotoxic potential of hydromethanolic extract of
Averrhoa bilimbi L. fruits. Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research. Vol 3. 2263-2268.
Santoso, H.B. 2008. Ragam & Khasiat Tanaman Obat. PT Agromedia Pustaka.
Yogyakarta.
87
Setiawan, B. 2015. Peluang Usaha Budidaya Jahe. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Shan, C. Y., & Iskandar, Y. (2018). Studi Kandungan Kimia Dan Aktivitas
Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.). Farmaka, 549.
88
crocatum Ruiz & Pav) terhadap Pertumbuhan Escherichia coli. Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol 4(2) : 421-424.
Syamsudin, R. A. M. S., Perdana, F., Mutiaz, F. S., Galuh, V., Rina, A. P. A.,
Cahyani, N. D., Apriliya., Yanti, R., dan dan Khendri, F. 2019.
Temulawak Plant (Curcuma xanthorrhiza Roxb) as Traditional
Medicine. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari. Vol. 10 (1) : 51-65
Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
edisi kedua. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Tika Pangesti. dkk, “Sweet Papaya Seed Candy, Antibacterial Eschercia Coli
Candy With Papaya Seed”. PELITA. Vol. VIII ( 2), Agustus 2013,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Tietze HW. 1997. Tempi Pepaya, buah Terapi Makanan yang Aman dan Murah.
Prestasi Pustaka Raya. Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhani (Spermatophyta). Cetakan ke-8.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tripatmasari, M., C. Wosonowati, dan W.R. Alianti. 2010. Pemanfaatan naungan
dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan kandungan
triterpenoid pegagan (Centela asiaticosida L.). Journal Agrovigor. Vol
3(2): 137-145.
Uhl, S.R. 2000. Handbook of Spices, Seasonings and Flavoring. Technomic
Publishing Co Inc. USA.
Utami, A. M. 2010. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Dan Daun Mengkudu.
Skripsi. Departemen Kimia. IPB. Bogor
Utamiwati, N. P. M. Identifikasi Komponen Fitokimia Ekstrak Bidara ( Zizipus
mauritiana ). Progr. Stud. Sarj. Farm. STIKes Citra Husada Mandiri
Kupang, NTT (2013).
Wahyuni, A. S. (2017). Agroprimatech IDENTIFIKASI JENIS-JENIS
TUMBUHAN SEMAK DI AREA KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN DAN
89
SEKITARNYA Mahasiswa Sarjana Biologi UIN Alauddin Makassar
Dosen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
Vol. 1(1), 32–39.
Widiyastuti, Y., Haryanti, S dan Subositi, D. 2013. Karakterisasi Morfologi dan
Kandungan Minyak Atsiri Beberapa Jenis Sirih (Piper sp.). Jurnal
Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. 6(2) : 87-93.
Wijayakusuma, H.M.H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Wijayakusuma, H., dan Dalimartha, S. 1995. Ramuan Tradisional Untuk
Pengobatan Darah Tinggi. Penebar Swadaya. Jakarta
Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., dan Wirian, A. 1996. Tanaman Berkhasiat
Obat di Indonesia, Jilid ke-4. Pustaka Kartini, Jakarta.
Wijayanti, R. K., Dwi, W., Putri, R., Ida, N. & Nugrahini, P. PENGARUH
PROPORSI KUNYIT ( Curcuma longa L . ) DAN ASAM JAWA
( Tamarindus indica ) TERHADAP KARAKTERISTIK LEATHER
KUNYIT ASAM Effect Proportion of Turmeric ( Curcuma longa L .)
and Tamarind ( Tamarindus indica ) on Leather Tamarind-Turmeric
Characteristic. 4, 158–169 (2016).
Wijayanti, P. 2010. Budidaya Tanaman Obat Rosella Merah ( Hibiscus sabdariffa
L .) dan Pemanfaatan Senyawa Metabolisme Sekundernya di PT.Temu
Kencono Semarang. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Windono, M.S., Parfiani, N. 2002. Curcuma zedoria Rosc., Kajian Pustaka
Kandungan Kimia dan Aktivitas Farmakologik. Artocarpus. 2(1):1-10
Younos, C., Rolland, A., Fluerentin, J., Lanchers, M., Misslin, R., and Mortier, F.
1990. Analgetic and behavioral effects of Morinda citrifolia, L. Plant
Medica. Vol. 56 : 430-434
90
FOTO KEGIATAN
91
3. Pepaya (Carica papaya)
92
5. Kunyit Putih (Curcuma zedoria)
93
6. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
94
9. Jahe (Zingiber officinale)
95
10. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
96
12. Daun Salam (Eugenia polyantha)
97
13. Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
98
15. Kunyit (Curcuma longa L.)
99