Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRATIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN OBAT DAN REMPAH

PERTUMBUHAN TANAMAN 14 HARI SETELAH TANAM

MAULANA ISHAK
NIM. 1906156205

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022

i
LAPORAN PRATIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN OBAT DAN REMPAH

PERTUMBUHAN TANAMAN 14 HARI SETELAH TANAM

MAULANA ISHAK
NIM. 1906156205

Diajukan untuk memperoleh nilai pratikum


teknologi produksi tanaman obat dan rempah

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PERTUMBUHAN TANAMAN 14 HARI SETELAH TANAM

MAULANA ISHAK
NIM. 1906156205

Menyetujui

Asisten Pratikum Asisten Pratikum

RIKO LAZURIYANDA LUBIS ICHWAN ABDUL GHOVAR


1606123306 1606123681

Asisten Pratikum Asisten Pratikum

AHMAD MUTAKKIN ALDO SATRIA BADRUN


1706123166 1806124921

DAFTAR ISI

iii
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL......................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan…................................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3
2.1 Jahe Gajah............................................................................................................. 3
2.2 Bawang Merah...................................................................................................... 5
2.3 Sirih....................................................................................................................... 7
2.4 Serai....................................................................................................................... 8
III. METODOLOGI......................................................................................................... 11
3.1 Tempat dan Waktu................................................................................................. 11
3.2 Bahan dan Alat...................................................................................................... 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................. 12
4.1 Hasil...................................................................................................................... 12
4.2 Pembahasan.......................................................................................................... 13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................ 16
5.1 Kesimpulan........................................................................................................... 16
5.2 Saran..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 17
LAMPIRAN................................................................................................................... 19

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Serai 14 HST........................................ 12

2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah 14 HST......................... 12

3. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Sirih Hijau 14 HST................................ 12

4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Jahe 14 HST.......................................... 13

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis baik

domestik maupun internasional yang dinamis sehingga menuntut produk pertanian

yang mampu berdaya saing di pasar global. Peningkatkan daya saing dan nilai tambah

produk pertanian Indonesia, dibutuhkan efisiensi dalam sistem produksi, pengolahan

dan pengendalian mutu serta kesinambungan produk yang didukung dengan upaya

produksi dan pemasaran untuk peningkatan daya saing tersebut. Sub sektor pertanian

meliputi, perkebunan, peternakan, perikanan, hortikultura, dan tanaman pangan

(Departemen Pertanian 2012).

Tanaman obat dan rempah di Indonesia saat ini perkembangannya semakin

mendapat perhatian dari masyarakat dan praktisi pertanian. Masyarakat mulai sadar

tentang pola hidup sehat yang tidak terus bergantung pada obat-obatan kimia dan

mulai beralih ke obat-obatan alami dari alam. Permintaan obat herbal dunia yang

semakin meningkat, diperlukan usaha yang lebih intensif agar pasokan bahan baku

dapat terpenuhi. Indonesia memiliki potensi yang luas untuk pengembangan tanaman

obat-obatan, dengan didukung pandangan masyarakat yang berorientasi pada pola

hidup yang sehat serta fungsional (Kanaya dan Firdaus 2014).

Berkaitan dengan sektor hortikultura, terdapat perkembangan isu pertanian

saat ini yaitu “Back to Nature”. Perkembangan isu tersebut berdampak pada

eksistensi tanaman obat-obatan. Salah satu contoh tanaman biofarmaka yaitu jahe.

1
Jahe merupakan komoditi yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari,

antara lain sebagai bahan bumbu masakan (Suparman 2007).

Jahe merupakan salah satu tanaman yang multifungsi yaitu selain sebagai

bahan rempah juga digunakan sebagai bahan baku obat. Tanaman ini merupakan

empat besar tanaman obat yang banyak digunakan untuk jamu gendong, industri kecil

obat tradisional (IKOT), industri obat tradisonal (IOT), industri makanan/minuman,

bumbu, dan komoditas ekspor (Pribadi 2009).

Media tanam merupakan komponen utama yang diperlukan dalam budidaya

suatu tanaman. Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman

yang akan ditanam, termasuk pada tanaman lada yang merupakan jenis tanaman

perdu yang hidup secara liar.

Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke

lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di budidayakan.

Proses pemindahan ini tidak boleh di lakukan dengan sembarangan, perlu adanya

metode agar tanaman dapat belangsung hidup di media dan lingkunganya yang baru.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan pengamatan adalah untuk mengamati pertumbuhan dan

perkembangan tanaman sesuai parameter yang telah ditentukan. Perawatan tanaman

bertujuan untuk memberikan perlakuan terhadap tanaman dan lingkungannya agar

tanaman tumbuh sehat dan normal melalui penyiangan, penyulaman, pemupukan dan

pemberantasan hama dan penyakit.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jahe Gajah

Indonesia sangat kaya dengan sumber daya flora. Di Indonesia, terdapat

sekitar 30.000 spesies tanaman, 940 spesies di antaranya dikategorikan sebagai

tanaman obat dan 140 spesies di antaranya sebagai tanaman rempah. Dari sejumlah

spesies tanaman rempah dan obat, beberapa di antaranya sudah digunakan sebagai

obat tradisional oleh berbagai perusahaan atau pabrik jamu. Dalam masyarakat

Indonesia, pemanfaatan obat tradisional dalam sistem pengobatan sudah membudaya

dan cenderung terus meningkat. Salah satu tanaman rempah dan obat-obatan yang

ada di Indonesia adalah jahe (Rukmana, 2000).

Nama ilmiah jahe adalah Zingiber officinale Rosc. Kata Zingiber berasal dari

bahasa Yunani yang pertama kali dilontarkan oleh Dioscorides pada tahun 77 M.

Nama inilah yang digunakan Carolus Linnaeus seorang ahli botani dari Swedia untuk

memberi nama latin jahe

Menurut para ahli, jahe (Zingiber officinale Rosc.) berasal dari Asia Tropik,

yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu, kedua bangsa itu disebutsebut

sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan

minuman, bumbu masakan, dan obat-obatan tradisional. Belum diketahui secara pasti

sejak kapan mereka mulai memanfaatkan jahe, tetapi mereka sudah mengenal dan

memahami bahwa minuman jahe cukup memberikan keuntungan bagi hidupnya

(Santoso, 1994).

3
Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara

30 cm - 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 cm

– 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman

jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang dan berbunga.

Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis,

yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar,

berwarna muda atau kuning, berserat halus dan sedikit beraroma maupun berasa

kurang tajam; jahe putih kecil (jahe emprit) yang ditandai dengan ukuran rimpang

yang termasuk kategori sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat

lembut, dan beraroma serta berasa tajam; jahe merah yang ditandai dengan ukuran

rimpang yang kecil, berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa

sangat tajam (Rukmana, 2000).

Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien. Beberapa zat

yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin,

damar, asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar,

flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe mengandung

zingiberol, linaloal, kavikol, dan geraniol. Rimpang jahe kering per 100 gram bagian

yang dapat dimakan mengandung 10 gram air, 10-20 gram protein, 10 gram lemak,

40-60 gram karbohidrat, 2-10 gram serat, dan 6 gram abu. Rimpang keringnya

mengandung 1-2% gingerol (Suranto, 2004).

Jahe yang digunakan sebagai bumbu dapur ternyata juga dapat melindungi

tubuh dari berbagai bahan kimia, hal ini dapat dilihat bahwa jahe dapat menurunkan

kadar glukosa darah, kolesterol dan triasilglyserol pada mencit yang diinduksi oleh

4
streptozotocin dan juga menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi

oleh aloksan Rimpang jahe juga bersifat nephroprotektif terhadap mencit yang

diinduksi oleh gentamisin, dimana gentamisin meningkatkan reactive oxygen species

(ROS) dan jahe yang mengandung flavonoid dapat menormalkan kadar serum

kreatinin, urea dan asam urat pada tikus percobaan (Laksmi dan Sudhakar, 2010).

2.2 Bawang Merah

Tanaman bawang merah diduga berasl dari Asia Tengah, terutama Palestina

dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

Mediteranian. Pendapat lain menyatakan bawang merah berasal dari Iran dan

pegunungan sebelah Utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan bahwa

tanaman ini berasal dari Asia Barat, yang kemudian berkembang ke Mesir dan Turki

(Wibowo, 2005).

Klasifikasi bawang merah adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Divisi:

Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Liliales; Famili: Liliaceae; Genus:

Allium, Spesies: Allium ascalonicum L.

Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk ke

dalam sayuran rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan guna

menambah citarasa dan kenikmatan masakan. Di samping itu, tanaman ini juga

berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin, diabetes

melitus, disentri dan akibat gigitan serangga. Wibowo (2005) menyatakan bahwa,

bawang merah mengandung protein 1,5 g, lemak 0,3 g, kalsium 36 mg, fosfor 40 mg

5
vitamin C 2 g, kalori 39 kkal, dan air 88 g serta bahan yang dapat dimakan sebanyak

90%. Komponen lain berupa minyak atsiri yang dapat menimbulkan aroma khas dan

memberikan citarasa gurih pada makanan.

Pemanfaat bawang merah saat ini selain digunakan sebagai penyedap rasa,

bawang merah dapat digunakan sebagai berikut :

a. Sebagai antibakteri

Kandungan yang terdapat dalam bawang merah yang dimanfaatkan sebagai

antibakteri adalah kandungan flavonoid, saponin dan minyak atsiri. Mekanisme kerja

saponin sebagai antibakteri dengan cara menurunkan tegangan permukaan sehingga

mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan

senyawa intraseluler akan keluar (Ambarwaty, 2014). Mekanisme kerja flavonoid

sebagai antibakteri adalah dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein

ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti

dengan keluarnya senyawa intraseluler (Ambarwaty, 2014). Minyak atsiri dapat

menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu proses

terbentuknya membran atau dinding sel sehingga membran atau dinding sel tidak

terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Membran sel mempunyai fungsi

diantaranya mengendalikan masuk keluarnya berbagai zat dan merupakan lokasi

sistem transport zat aktif untuk itu terjadinya penghambatan terhadap perumbuhan

bakteri dapat disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural

membran sel bakteri (Ambarwaty, 2014). Bawang merah juga memiliki kandungan

senyawa kimia seperti allisin dan alliin yang berfungsi sebagai antiseptik dan

senyawa pektin yang mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri.

6
b. Sebagai antioksidan

Bawang merah mengandung kuersetin, antioksidan yang kuat yang bertindak

sebagai agen untuk menghambat sel kanker. Bawang merah juga banyak mengandung

flavonoid yang telah diketahui untuk mendeaktifkan banyak karsinogen potensial dan

pemicu tumor seperti menganggu pertumbuhan sel sensitif estrogen pada kanker

payudara.

2.3 Sirih

Tanaman sirih atau Piper betle Linn berasal dari ordo Piperales, famili

Piperaceae, dan genus Piper. Tanaman inimerupakan tanaman yang banyak tersebar

di daerah tropis dansubtropis di berbagai belahan dunia, (Chakraborty, 2011), seperti

Sri Lanka, India, Indonesia, Malaysia, Kepulauan Filipina dan Afrika Timur.

Meskipun diduga berasal dari Malaysia, tanaman ini paling banyak ditemukan di

India. Di India, kecuali di daerah bagian barat laut yang kering, dapat ditemukan 40

dari 100 varietas sirih yang ada di dunia.

Daun sirih atau nama ilmiahnya Piper Betle Linn, merupakan tumbuhan obat

yang banyak manfaatnya, sirih mengandung zat antiseptik hampir seluruh bagiannya,

daun sirih dikenal sebagai tanaman obat yang sudah ada sejak 600 SM ini karena

daun sirih mengandung zat antiseptic yang mampu membunuh kuman, daun sirih

merupakan tanaman rambat yang daunnya berwarna hijau dan bentuk daunnya mirip

jantung hati, diperkampungan tanaman daun sirih tumbuh begitu saja dipekarangan

rumah.

7
Dalam buku kuno india yunani disebutkan daun ini memiliki sifat styptic

(menahan pendarahan), vulnerary (menyembuhkan luka kulit), stomachic (obat

saluran pencernaan), menguatkan gigi, sebagai obat sariawan dan membersihkam

tenggorokan. Disebutkan bahwa daun sirih selain memiliki kemampuan antiseptik

juga mempunyai kekuatan sebagai anti oksidasi dan fungisida. Daun sirih memiliki

efek antibakteri terhadap streptococcus mutans, streptococcus sanguis, streptococcus

viridans, actinomyces, dan staphylococcus aureus.

Daun sirih merupakan tumbuhan obat tradisional disekitar kita yang dikenal

dengan nama ilmiah Piper Beter L. Sejak sekitar tahun 600 SM, masyarakat

tradisional asia dan india menggunakan daun sirih untuk berbagai keperluan mulai

dari tata cara adat hingga pengobatan. Masyarakat Indonesia sendiri telah mengenal

daun sirih sebagai bahan menginang dan keyakinan bahwa daun sirih dapat

menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di dalam mulut, menghilangkan bau

badan menghentikan pendarahan gusi dan sebagai obat kumur (Mutmainnah, 2014).

2.4 Serai

Klasifikasi tanaman serai adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae,

Subkingdom: Tracheobionta, Divisi: Magnoliophyta, Subdivisi: Angiospermae,

Kelas: Monocotyledonae, Subkelas: Commelinidae, Ordo: Poales, Famili :

Poaceae/Graminae, Genus: Cymbopogon Spesies: Cymbopogon citratus L. Rendle

(Suwarto, 2013).

8
Tanaman ini berupa rumputan menahun, dengan anakan membentuk rumpun

padat, dengan daun yang padat tumbuh dari rimpangnya yang pendek dan

membentuk batang semu. Helaian daunnya linier, melengkung ke bawah, panjang

sekitar 1 m, lebar 1-1,5 cm, berwarna hijau muda. Jika dibiarkan tumbuh, tanpa

dipangkas, serai jarang menghasilkan bunga. Tandan bunga panjang 30-60 cm, beruas

4-6. Spikelet yang fertile berbentuk linier, bentuknya lanceolate, bentuk pangkal

acuminate, panjang 5-6 mm, warna kemerahan.

Daun serai mengandung minyak atsiri yang mengandung geranial (trans-sitral,

α-sitral), neral (cis-sitral, β-sitral), geranil butirat, lomonen, eugenol, metileugenol

sitrat, sitronelol, a-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, felandren beta, p-simen, limonen,

cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen -4-ol, a-terpineol, geraniol, farnesol,

metilheptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptanenon, bornilasetat,

geranilformat, terpinil astet, sitronil asetat, geranil asetat, beta-elemen, beta-

kariofilen, beta-bergamoten, trans-metilsoeugenol, beta-kadinen, elemol, dan

kariofilen oksida. Senyawa geranial memiliki aroma lemon yang lebih kuat

sedangkan neral memiliki aroma lemon yang kurang kuat tetapi lebih manis,

merupakan senyawa yang memberi aroma khas serai. Sitral digunakan untuk

pembuatan vitamin A, namun sitral alami juga dapat diisolasi dari tanaman Litsea

cubeba. Sitral berperan sebagai antimikrob, antiinflamasi, mempunyai efek diuretik,

dan menstimulasi aktivitas sistem saraf pusat, antikanker dan menghambat tumor

kelenjar prostat. Efek farmakologi lain dari serai dapur adalah sebagai antioksidan,

antifungal, antibakteri, antipasmodik, analgesik, antirematik, Serai digunakan untuk

9
mengurangi rasa sakit, demam, sakit kepala, sakit perut, memperlancar menstruasi,

mengobati infeksi pada lambung, usus, saluran kemih dan luka, obat batuk, obat

kumur, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan

pereda kejang otot.

Serai dapur tumbuh di daerah tropis, pada dataran rendah sampai dataran

tinggi sekitar 1200 m dari permukaan laut. Curah hujan 2400- 3000 mm per tahun

tersebar merata sepanjang tahun. Di daerah dengan curah hujan tinggi akan

mempercepat pertumbuhan dan panen namun kandungan minyak atsiri lebih rendah.

Tanaman ini menghendaki sinar penuh namun dapat beradaptasi di bawah naungan,

suhu udara 24-27 oC, pH 4,5-7,5, tanah subur dengan drainase yang baik karena tidak

tahan terhadap genangan.

Untuk dijual sebagai bumbu, serai dapur dipanen pada umur 6-9 bulan dengan

membongkar rumpun atau mengambil secara bertahap. Untuk keperluan bahan

distilasi, serai dipanen dengan cara dipotong 5-10 cm dari permukaan tanah. Tanaman

akan tumbuh kembali dengan cepat sehingga dapat dipotong kembali setiap 3-4 bulan

terus berlangsung sampai umur 4 tahun. Serai Cymbopogon citratus segar

mengandung 0,2-0,3% minyak atsiri, dapat memproduksi serai segar 25-45 ton per

hektar dan dapat menghasilkan 50-120 kg minyak per hektar per tahun. Produksi

Cymbopogon flexuosus segar mencapai 65 ton per hektar dengan kadar minyak atsiri

0,4-0,5%.

10
III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Riau, kampus Bina Widya KM 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan.

Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at, 22 April 2022, pukul 14.00 WIB sampai

dengan selesai

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu bibit jahe, bawang merah,

sirih, lada, serta air. Sedangkan alat yang digunakan adalah media tanam polybag,

cangkul, parang, sepatu boot, alat pelindung diri, alat tulis, penggaris dan gembor.

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada pengamatan serai dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.


Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Serai 14 HST

Tanaman Serai Waktu Muncul Tunas Tinggi Tanaman (TT)

(TS) (WMT)

TS 1 1 HST 10 cm

TS 2 1 HST 3,5 cm

TS 3 1 HST 5 cm

Pengamtan bawang merah pada 14 HST dapat dilihat pada tabel 2 dibawah
ini.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah 14
HST

Tanaman Bawang Merah Tinggi Tanaman (TT) Jumlah Daun (JD)

(TBM)

TBM 1 0 cm 0

TBM 2 0 cm 0

TBM 3 0 cm 0

Hasil pengamatan tanaman sirih hijau dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Sirih Hijau 14 HST

Tanaman Sirih Hiajau (TSH) Jumlah Daun (JD) Luas Daun (LD)

12
TSH 1 1 0 cm

TSH 2 1 0 cm

TSH 3 0 0 cm

Pengamtan pertumbuhan jahe pada 14 HST dapat dilihat pada tabel 4 di


bawah ini.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Jahe 14 HST

Tanaman Jahe Awal Muncul Tinggi Tanaman Jumlah Tunas

Gajah (TJG) Tunas (AMC) (TT) (JT)

TJG 1 7 HST 1 cm 1

TJG 2 0 0 cm 0

TJG 3 0 0 cm 0

4.2 Pembahasan

Hasil pengamatan pada tanaman serai (Tabel 1) menunjukkan hasil dengan

parameter waktu muncul tunas (WST) seragam pada 1 HST, tinggi tanaman (TT) S1

10 cm; S2 3,5 cm; S3 5 cm. Pada tanaman s1 untuk tinggi tanaman paling unggul.

Beberapa faktornya adalah dipilih setek yang baik, berasal dari tanaman induk yang

sehat, serta berproduksi tinggi.

13
Hasil pengamtan tanaman bawah merah (Tabel 2) tidak menunjukkan

pertumbuhan atau eror. Penanaman bawang merah dengan menggunakan umbi

sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan

tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit harus

berasal dari tanaman yang sudah cukup tua umurnya, yaitu sekitar 70-80 hari setelah

tanam. Selain itu Faktor tidak terjadinya pertumbuahn bisa di sebabkan menanam

terlalu dalam, karena umbi mudah mengalami pembusukan. Serta kurangnya

penyiraman pada bibit di hari setelah tanam menyebabkan bibit kekurangan cadangan

air dan tanah mendia jadi mengeras.

Hasil pengamatan tanaman sirih hijau (Tabel 3) didapatkan data jumlah daun

t1 : 1 lembar, t2 : 1 lembar, dan t3 0. Penanaman sirih dapat dilakukan dengan stek

yang merupakan cara yang efesien untuk memperoleh bahan tanam lada yang

memiliki sifat unggul yang terwariskan oleh induknya. Kematian pada sampel diduga

akibat adanya kekeringan dan lingkungan yang tidak mendukung dalam proses

pembibitan awal karena radiasi mathari yang pnjang dan terik pada seminggu awal

penanaman sehingga terjadi over respirasi dan tanaman kehilangan banyak cadangan

air yang tersisa di tubuh tanaman dan tanaman mengering serta mati.

Keberhasilan penyetekan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor genetik terutama meliputi kandungan cadangan makanan dalam bahan stek,

ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk), hormon endogen dalam bahan stek,

dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan,

14
adalah media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan teknik penyetekan

(Sakai & Subiakto, 2007).

Hasil pengamatan pada tanaman jahe (Tabel 4) didapatkan data t1 muncul

tunas 7 hst, tinggi tunas 1 cm, dan jumlah tunas 1 pucuk. Untuk tanaman lainnya masi

belum ada perkembangan. Menurut Muhlisah (2003), penanaman jahe dengan

menanam rimpangnya. Rimpang yang digunakan adala rimpang yang sudah cukup

tua dan memiliki paling sdikit 2–3 mata tunas. Setiap rimpang dapat ditanam

langsung, namun jika mata tunasnya banyak, rimpang dapat dipotong–potong

menjadi beberapa bagian. Setiap potong memiliki paling sedikit 2 mata tunas. Hal-hal

diatas sudah dilakukan tetapi Permasalahan utama budidaya jahe adalah sulitnya

menjaga ketersediaan rimpang benih bermutu dalam jumlah cukup pada waktu

diperlukan oleh pengguna. Permasalahan tersebut antara lain disebabkan oleh

rendahnya mutu bahan tanaman, seperti umur panen yang tidak tepat serta bobot

benih cepat menyusut dan mudah bertunas saat di penyimpanan.

15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengamatan adalah untuk melihat kondisi tanaman tumbuh berkembang

dengan cara mengukur parameter tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun,

diameter batang, tinggi tunas, jumlah tunas, lebar daun pada tanaman jahe, bawang

merah, lada dan sirih.

Hasil pengamatan pada tanaman serai (Tabel 1) menunjukkan hasil dengan

parameter waktu muncul tunas (WST) seragam pada 1 HST, tinggi tanaman (TT) S1

10 cm; S2 3,5 cm; S3 5 cm. Hasil pengamatan tanaman sirih hijau (Tabel 3)

didapatkan data jumlah daun t1 : 1 lembar, t2 : 1 lembar, dan t3 0. Hasil pengamatan

pada tanaman jahe (Tabel 4) didapatkan data t1 muncul tunas 7 hst, tinggi tunas 1 cm,

dan jumlah tunas 1 pucuk.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya sampaikan sebaiknya sebelum pratikum dilaksanakan

pratikan mendengarkan dan memahami intruksi yang diberikan oleh asisten untuk

meminimalisir kesalahan pada saat pratikum dilaksanakan agar hasil yang didapat

maksimal. Dan praktikan memerhatikan tanaman yang mati dan praktikan diharapkan

merawat tanamannya dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwaty, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:


Dua Satria Offset.

Anonim. 2015. Petunjuk Lapangan (PETLAP) Penanaman. Badan Penyuluhan dan


Pengembangan SDM Pertanian, Pusat Pelatihan Pertanian. Jakarta

Amrulloh, I. 2008. Uji potensi ekstrak daun sirih (Piper betle L) sebagai antimikroba
terhadap bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan jamur Fusarium
oxysporum. Universitas Islam Negeri Malang.

Departemen Pertanian. 2012. Sub Sektor Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta

Hieronymus, Budi Santoso. 1994. Jahe Gajah. Jakarta: Kanisius.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan. Jakarta.

Ida,B,M.1986., Pengantar Studi Demografi. Nur Cahaya. Yogyakarta., dalam Vicky


R.B. Moniaga, 2011. Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian. Jurnal
Agroteknologi. 7(2).

Laksmi BVS dan Sudhakar M, 2010. Protective effect of Zingiber officinale on


Gentamicin- induced Nephrotoxicity in Rats, International Journal of
Pharmacology, 6(1): 58-62.

Mutmainnah, M. 2013. Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Ekstrak Daun Sirih
Dalam Mengurangi Plak Dan Gingivitis Pada Gingivitis Marginalis Kronis.
Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Skripsi.

Pribadi ER. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia serta Arah
Penelitian dan Pengembangannnya. Perspektif Review Penelitian Tanaman
Industri, 8 (1) : 32-40.

Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe. Kanisius. Jogjakarta.

Rahayu. Estu .,Berlian, Nur. 2006. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Robert, J., Syarief, R., 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sumarni, N., Rosliani R., Basuki. R. S.,dan Hilman Y. 2012. Pengaruh Varietas
Tanah, Status K-Tanah Dan Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan

17
Hasil Umbi, Dan Serapan Hara K Tanaman Bawang Merah. Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. J-hort 22 (3) : 233- 241.

Suparman. 2007. Biofarmaka. Azka Press. Jakarta.

Suranto, A. 2004. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Suwarto. 2013. Serai. Jakarta : Penebar Swadaya.

Wibowo, S. 2005. Budi Daya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Jakarta: Penebar
Swadaya. hal: 17-23.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Cara Kerja

a. Pengamatan Jahe Gajah

Pengamatan jahe dilakukan dengan mengukur tinggi tunas dan diameter

tunas.Cara pengamatan tinggi tunas dilakukan dengan menggunakan

penggaris, yaitu dengan mengukur tempat tumbuhnya tunas sampai pucuk .

untuk mengukur diameter tunas menggunakan benang yang dililitkan

ditunas lalu panjang lilitan tersebut diukur menggunakan penggaris . lalu

catat hasil pengukurannya.

b. Pengamatan Bawang Merah

Pengamatan bawang merah dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman,

jumlah tunas dan jumlah daun. Cara pengamatan tinggi tanaman dilakukan

dengan menggunakan penggaris, yaitu dengan mengukur tempat tumbuhnya

tunas sampai pucuk, lalu catat hasil pengukurannya.

c. Pengamatan Lada

Pengamatan lada dilakukan dengan mengukur jumlah daun dan lebar daun.

Cara pengamatan lebar daun dilakukan dengan menggunakan penggaris,

yaitu dengan mengukur lebar daun, lalu catat hasil pengukurannya.

d. Pengamatan Sirih

Pengamatan sirih dilakukan dengan mengukurjumlah daun dan lebar daun .

Cara pengamatan lebar daun dilakukan dengan menggunakan penggaris,

19
yaitu dengan mengukur lebar daun, lalu catat hasil pengukurannya.

Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar 1. Dythane Gambar 2. Pemotongan umbi

Gambar 3. Pemberian Dithane Gambar 4. Pemotongan serai

Gambar 5. Tunas jahe gajah Gambar 6. Tunas sirih

20
Gambar 7. Pengukuran tinggi serai Gambar 8. Pengukuran diameter

Gambar 8. Penyiangan gulma

21

Anda mungkin juga menyukai