Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah praktikum Manajemen Agribisnis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada asisten mata kuliah


praktikum manajemen agribisnis yang sudah memberikan kepercayaan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan yang telah
membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis menerima
adanya kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ISI HALAMAN
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................... 2

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 3


2.1 Pentingnya Pengamatan dari Sisi Produksi dan Konsumsi .............. 3
2.1.1 Pentingnya Pengamatan dari Sisi Produksi .................................... 3
2.1.2 Pentingnya Pengamatan dari Sisi Konsumsi .................................. 9
2.2 Prospek Komoditi dari Sisi Permintaan .................................................. 9
2.2.1 Prospek komoditi dari sisi permintaan ekspor ...........................10
2.2.2 Prospek komoditi dari sisi permintaan impor ............................10
2.2.3 Prospek komoditi dari sisi daya saing ............................................11
2.3 Permasalahan Komoditi dari Sistem Agribisnis .................................12
2.3.1 Agribisnis hulu........................................................................................12
2.3.2 Agribisnis on farm .................................................................................12
2.3.3 Agribisnis hilir ........................................................................................13
2.3.4 Pemasaran ...............................................................................................14
2.3.5 Penunjang.................................................................................................14
2.4 Subsistem yang Paling Berperan..............................................................15
2.5 Permasalahan Pada Subsistem Pemasaran, Upaya Perbaikan Pada
Subsistem Agribisnis Hulu dan On Farm Untuk Mengatasi Masalah
Serta Strategi Bauran Pemasaran Untuk Mengatasi Masalah ...............15
2.6 Resiko dalam Agribisnis Komoditi ..........................................................16
2.7 Teknologi Alternatif dalam Upaya Pengemabangan Komoditi ......17
2.8 Kelembagaan Pendukung dalam Pengembangan Komoditi ...........18

iii
BAB III PENUTUP ......................................................................................................20
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................20
3.2 Saran ..................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajeman agribisnis merupakan salah satu komponen ketika kita


akan melakukan suatu usaha. Manajemen agribisnis akan bergerak dari awal
terjadinya produksi hingga berakhirnya produksi berada di tangan
konsumen. Sehingga dalam menjalankan suatu usaha manajemen agribisnis
tidak lepas dalam membahas tentang menganalisis suatu usaha. Dalam hal
manajemen agribisnis bidang pertanian yang tentunya sangat dibutuhkan
guna keberlanjutan usaha tersebut misalnya saja dalam bidang perkebunan.

Sub sektor perkebunan merupakan salah satu potensi penting dalam


upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Peran strategis sub sektor
perkebunan dalam meningkatkan perekonomian nasional ini digambarkan
melalui kontribusinya dalam berbagai hal salah satunya sebagai penyumbang
Produk Domestik Bruto (PDB) (Ditjenbun, 2019). Setiap daerah memilki
karakteristik tanah yang berbeda serta kebutuhan yang berbeda sehingga
setiap daerah memiliki komoditi unggulan mereka. Komoditi unggulan dapat
dijadikan sebagai salah satu bibit unggul daeah tersebut seperti Kelapa Sawit.

Salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting


dalam perekonomian Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman
perkebunan penting penghasil minyak makanan,minyak industri maupun
bahan bakar nabati (biodiesel). Kelapa sawit memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Sebagai salah satu komoditas
ekspor pertanian terbesar Indonesia, membuat kelapa sawit mempunyai
peran penting sebagai sumber penghasil devisa maupun pajak yang besar.
Dalam proses produksi maupun pengolahan industri, perkebunan kelapa
sawit juga mampu menciptakan kesempatan dan lapangan pekerjaan
khususnya bagi masyarakat pedesaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.(Ditjenbun, 2019).

1
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah yaitu untuk mengetahui pentingnya


pengamatan dari sisi produksi dan konsumsi serta mengetahui prospek
komoditi kelapa sawit dari sisi permintaan baik ekspor maupun impor dan
daya saing.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca dapat
mengetahui bagaimana perkembangan dari komoditi kelapa sawit ini sebagai
salah satu komoditi yang cukup membantu perekonomian masyarakat
Kabupaten Siak.

2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Pengamatan dari Sisi Produksi dan Konsumsi

Pada Tahun 2018, luas areal perkebunan kelapa sawit tercacat


mencapai 14.326.350 hektar. Dari luasan tersebut, sebagian besar
diusahakan oleh perusahaan besar swasta (PBS) yaitu sebesar 55,09% atau
seluas 7.892.706 hektar Luas areal Kelapa Tahun 2018 mencapai 3.417.951
hektar, dari luasan tersebut sekitar 99% atau seluas 3.385.085
hektar.Perkebunan Rakyat (PR) menempati posisi kedua dalam
kontribusinya terhadap total luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia
yaitu seluas 5.818.888 hektar atau 40,62% sedangkan sebagian kecil
diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) yaitu 614.756 hektar atau
4,29% (Ditjenbun, 2019).

Tahun 2019 dan 2020 luas areal PR dan PBS kelapa sawit
diperkirakan kembali meningkat dari tahun 2018 dengan laju pertumbuhan
sekitar 2,3%. Luas areal perkebunan kelapa sawit diperkirakan akan terus
meningkat dikarenakan semakin pesatnya perkembangan industri minyak
kelapa sawit saat ini dan kebutuhan minyak nabati dunia yang cukup besar
dan semakin bertambah.

2.1.1 Pentingnya Pengamatan dari Sisi Produksi

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggul yang


berada di Kabupaten Siak, sehingga proses produksi sangat diperhatikan.
Tahap produksi pada kelapa sawit yaitu :

1. Kesesuaian lahan

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah, pada
kawasan khatulistiwa 12°LU-12°LS. Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah

3
pada elevasi 1 000 m di atas permukaan laut (mdpl). Pertumbuhan dan
produktivitas optimal pada lahan berelevasi antara 0-500 mdpl. Tanaman
kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada di wilayah dengan curah hujan
1 500-3 500 mm/tahun dan optimum pada kisaran curah hujan 2 000- 2 500
mm/tahun. Lama penyinaran matahari yang dibutuhkan kelapa sawit
minimum sekitar 1 600 jam/tahun atau 4.3 jam/hari dan optimum sekitar 6-
7 jam/hari, dengan temperatur udara 24°C-28°C, serta kelembapan udara
nisbi sekitar 80%. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis
tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4.0-6.5, sedangkan pH
optimumnya adalah 5-5.5.

2. Pegolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma


dan menyiapkan tanah yang cocok untuk perakaran dan mendukung
pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Pengolahan tanah yang dilakukan untuk
budidaya kelapa sawit sebaiknya menggunakan traktor yang dilakukan
sebanyak dua kali. Pertama traktor untuk membajak yang kedua traktor
untuk penggarukan. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan batang kayu
yang tertimbun di dalam tanah karena tanah yang digunakan berupa tanah
gambut.

Pada pengolahan tanah dilakukan juga pembuatan jalan. Ada


beberapa jenis jalan pada areal perkebunan sawit. Pertama ada jalan utama
yang menghubungkan afdeling satu dengan yang lainnnya dan
menghubungkan pabrik. Kedua jalan produksi, jalan yang menghubungkan
afdeling dengan jalan koleksi. Ketiga jalan koleksi merupakan jalan yang
terdapat di dalam blok-blok penanam guna menggumpulkan hasil produksi.
Keempat ada jalan control guna mengontrol kegiatan di kebun. Perkebunan
kelapa sawit juga terdapat parit-parit yang mengalir menuju bawah ke
daerah pembuangan. Apabila contur tanah yang miring, maka dilakukan
pembuatan teras. Tipe teras ada dua yaitu teras contur dan teras individu.

4
3. Penanaman

Sebelum dilakukannya penanam dilakukan pembuatan lubang tanam


dengan ukuran 60 x 40 x 60. Umur bibit yang digunakan berusia 9-12 bulan
di pembibitan utama. Sehari sebelum penanaman bibit sudah diedarkan ke
masing-masing blok dengan pupuk TSP dan Meister. Lubang tanam harus
ditimbun dengan lapisan tanah bawah dan dipadatkan agar penanam bibit
tidak terlalu dalam. Kemudian letakkan bibit di lubang tanam dengan posisi
arah daun harus menghadap kearah tiga jurusan (sistem matalima). Setelah
itu tutup lubang tanam hingga sejajar dengan leher akar dan tanaman berdiri
tegak.

4. Pemupukan

Pelaksanaan pemupukan harus meliputi empat fungsi. Empat fungsi


manajemen tersebut ialah perencanaan (planning), organisasi (organizing),
pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) . Pemupukan efektif
jika sebagian besar hara pupuk diserap oleh tanaman (Limbong 2011).
Pemupukan harus efektif karena biaya pemupukan tergolong tinggi, kurang
lebih 30% dari total biaya produksi atau 40- 60 % dari biaya pemeliharaan.
Oleh karena itu, dalam pemupukan menuntut pihak praktisi perkebunan
menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan secara tepat. Jadi
mengelolanya mulai dari pengadaan hingga aplikasinya di lapangan baik
secara teknis maupun manajerial.
Pemupukan pada tanaman menghasilkan merupakan hal penting
ditinjau dari kegunaannya ataupun biaya yang dipakai. Pemupukan
perkebunan kelapa sawit harus mengacu pada efisiensi dan keefektifan yang
maksimum, maka perlu diperhatikan dari segi teknis dan segi manajerial
pemupukan (Pahan 2013). Selain itu, perlu memperhatikan konsep 5T yaitu
tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat tempat.
Pemupukan tepat jenis artinya pada saat pemupukan harus tepat dalam
menentukan jenis pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman. Secara teknis,
strategi menentukan jenis pupuk sebaiknya dilakukan dengan cara memilih

5
kombinasi jenis pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama dan unsur
hara tambahan, memilih jenis pupuk berdasarkan sifat kelarutannya.
Pemupukan tepat dosis artinya pupuk harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dosis
pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan semakin
tinggi, tetapi juga merugikan tanaman. Dosis pemupukan untuk setiap lokasi
selalu berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan umur
tanaman.
Pemupukan tepat cara artinya cara menempatkan pupuk yang
diaplikasikan akan diserap akar tanaman. Cara pemupukan yang umum
digunakan yaitu di sebar di atas tanah, di dalam rorak-rorak, dibenamkan,
dimasukan ke dalam tanah dalam bentuk cairan, langsung dimasukan ke
dalam batang dan follat spray melalui daun. Cara aplikasi pupuk dapat
berpengaruh terhadap hasil TBS. Cara yang direkomendasikan oleh Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yaitu dengan menebar (P, K, Mg) di piringan
pada jarak 1.5 m dari pangkal batang, sedangkan N dibenamkan dalam tanah.
Pemupukan tepat waktu artinya waktu pemberian pupuk sesuai dengan
jadwalnya, agar tanaman dapat tumbuh dan menyerap pupuk sesuai dengan
porsinya. Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan),
sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis dan
antagonis antar-unsur hara. Salah satu faktor yang berpengaruh penting
dalam keefektifan pemupukan adalah curah hujan. Hal tersebut sangat
menentukan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan
kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching),
aliran permukaan (run off) dan erosi (Saputra 2011). Pemupukan tepat
tempat artinya setiap jenis pupuk memiliki tempat aplikasi yang berbeda.
Pupuk dapat diaplikasikan di dalam piringan, di sekitar piringan, maupun di
luar piringan. Candra (2012) menyatakan bahwa keefektifan tanaman dalam
menyerap unsur hara dipengaruhi oleh tempat.
5. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan kelapa sawit setelah penanam meliputi :

6
a. Penyulaman, dilakukan untuk mengganti kelapa sawit yang
tumbuh kurang baik seta rusak oleh serangan hama dan penyakit.
Biasanya dilakuakn pada musim hujan. Bibit yang digunakan
untuk mengganti seharusnya berumur sama.

b. Penanaman Leguminose Cover Crop (LCC), dilakukan setelah


persiapan lahan selesai.

c. Membuat piringan, memiliki diameter 2-3 meter guna


membersihkann gulma.

d. Pemangkasan daun/pelepah, dilakukan berdasarkan umur dan


tingkat pertumbuhan kelapa sawit, yaitu pemangkasan pasir,
pemangkasan produksi, dan pemangkasan pemeliharaan.

6. Panen dan pasca panen

Tanaman kelapa sawit dapat berbuah pada umur 2,5 tahun. Buah
masak 5,5 tahun setelah penyerbukan. Ciri-ciri kelapa sawit yang telah
matang yaitu sedikitnya ada lima buah yang jatuh dari tandan.
Pemanenan dapat dilakuakan setiap dua minggu sekali. Hasil dari
kelapa sawit dapat berupa Crude Palm Oil (CPO) yang selanjutnya
dapat diolah menjadi bio solar, minyak makan, dan kebutuhan lainnya.

Kondisi kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2015-2020 yaitu


Provinsi Riau menjadi Provinsi dengan produksi CPO rata-rata tertinggi
sebesar 8.540.182 ton atau sebesar 21,47% yang kemudian disusul oleh
Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 15%, Sumatera Utara sebesar 14%,
Sumatera Selatan sebesar 9%, Kalimantan Timur sebesar 8%, Kalimantan
Barat 7%, Jambi 6%, Kalimantan Selatan 4%, Sumatera Barat 3%, dan lainnya
sebesar 13% (Ditjenbun,2019).

Beberapa PT perkebunan kelapa sawit yang berada di daerah Siak


serta komoditinya (Kementeria Pertanian, 2016). Tabel 1.
Table 1. Nama peusahaan kelapa sawit di Kabupaten Siak serta komoditinya

7
Nama perusahaan Komoditi

PT ANEKA INTI PERSADA CPO dan Karnel

PT IVOMAS TUNGGAL/ LIBO CPO (Crude Palm Oil)

PT IVOMAS TUNGGAL/ SAM-SAM CPO (Crude Palm Oil)

PT IVOMAS TUNGGAL/ UJUNG TANJUNG CPO (Crude Palm Oil)

PT PERSADA NUSA NABATI INDONESIA CPO dan Karnel

PTP NUSANTARA V SEI BUATAN CPO (Crude Palm Oil)

PT SIAK PRIMA SAKTI CPO dan Karnel

PT SIR PKS CPO (Crude Palm Oil)

PT TEGUH KARSA WANA LESTARI CPO (Crude Palm Oil)

PT MARIDAN SEJATI SEJATI SURYA Minyak Sawit dan CPO

PT GUNA AGUNG SEMESTA CPO (Crude Palm Oil)

PT SWASTISIDI AMAGRA (SSA) CPO (Crude Palm Oil)

PT MUTIARA UNGGUL LESTARI CPO (Crude Palm Oil)

PT AIR KEHIDUPAN / AEK NATIO CPO (Crude Palm Oil)

PT KIMIA TIRTA UTAMA CPO (Crude Palm Oil)

PT PN V LUBUK DALAM CPO (Crude Palm Oil)

PT BERLIAN INTI MUTIARA CPO (Crude Palm Oil)

PT KAMPARINDO AGRO INDUSTRI CPO (Crude Palm Oil)

PT LIBO SAWIT PERKASA CPO (Crude Palm Oil)

8
PT INTI INDO SAWIT SUBUR CPO (Crude Palm Oil)

2.1.2 Pentingnya Pengamatan dari Sisi Konsumsi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat


konsumsi minyak sawit menurun 1,6 persen menhadi 1,38 juta ton. Bagian
konsumsi oleokimia naik 31,4% dan konsumsi biodiesel naik 23,2% yang
didorong kebijakan pemerintah dalam mengiplementasikan mandatory B30
(Mukti, 2020).

Hasil olahan produksi kelapa sawit dapat kita gunakan dalam


kehidupan sehari-hari, seperti shampoo, minyak goreng yang berasal dari
kelapa sawit, lipstick, margarin dan selai mentega, sabun, mie instan,
biodiesel, detergen, serta beberapa makanan seperti cokelat.

Limbah kelapa sawit yang berada di sekitar perkebunan dapat


dimanfaatkan seperti pemanfaatan limbah sabut kelapa sawit sebagai salah
satu asap cair. Pemanfaatan limbah pertanian menjadi Pupuk Kompos-Tricho
yang dapat menggantikan pemakaian pupuk kimia. Selain itu dapat
masyarakat juga memanfaatkan limbah kelapa sawit untuk kerajinan seperti
pemanfaatn lidi sawit dan rotan selain itu sabut kelapa sawit dapat juga
menghasilkan kerajinan seperti sapu sabut, keset kaki, piring dari jalinan
pelepah kelapa sawit, dll.

2.2 Prospek Komoditi dari Sisi Permintaan

Kegiatan ekspor dan impor kelapa sawit dibagi menhadi dua yaitu
dalam betuk Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) baik dalam
wujud primer maupun manufaktur (Ditjenbun, 2019).

9
2.2.1 Prospek komoditi dari sisi permintaan ekspor
Ekspor cangkang sawit dan Crude Palm Oil menopang pendapatn
negara berupa bea keluar yang tercatat di Dektorat Jenderal Bea Cukai
Kantor Wilayah Riau. Sehingga realisasi penerimaan negara sampai akhir
September 2020 mencapai Rp. 319.24 Miliar atau 97.7% dari target Rp. 326.4
Miliar (Info sawit, 2020).
Permintaan Jepang terhadap cangkang sawit tanpa batas kuota.
Cangkang sawit sangat ramah lingkungan dibandingkan dengan energy fosil.
Permintaan cangkang sawit oleh Jepang naik 40%. Cangkang sawit yang telah
diekspor ke Jepang sebanyak 227 ton setara dengan Rp. 770 miliar.
Selain itu Kabupaten Siak juga mengeskpor produk turunan kelapa
sawit berupa RBD Palm Olein, RBD Palm Stearin, RBD Palm Kernel, dan RBD
Coconut Oil sebanyak 77 ribu ton atau senilai Rp. 788 miliar dengan negara
tujuan Rusia, Aljazair, dan Turki. Pada awal tahun 2019 ekspor kelapa sawit
mencapai 1,9juta ton dengan nilai Rp. 19,5 triliun (Darmono, 2019).

2.2.2 Prospek komoditi dari sisi permintaan impor

Prospek komoditi kelapa sawit memiliki peranan penting dalam


perekonomian Indonesia yaitu penggunaan olahan dari tanaman kelapa
sawit yang terus mengalami peningkatan. (Pusdatin,2017).
Kegiatan impor kelapa sawit di daerah Siak tidak terjadi antar negara
melainkan terjadi antar satu daerah. Impor ini terjadi antar anak cabang yang
terdapat di satu daerah. Tetapi kegiatan dari impor yang dilakukan oleh
Negara India dapat membantu menaikkan harga TBS di Kabupaten Siak.

10
2.2.3 Prospek komoditi dari sisi daya saing
Di kutip dari surat kabar Musim Mas (2019) Pemerintah Kabupaten
Siak, bersama dengan koalisi perusahaan yang terdiri dari Cargill, Danone,
Musim Mas, Neste, PepsiCo, Sinar Mas Agribusiness and Food, dan Unilever,
serta Daemeter dan Proforest, berkolaborasi untuk mengimplementasikan
program lanskap baru yang berkelanjutan. Khusus ditujukan pada daya saing
daerah kabupaten dalam kesiapan untuk mencapai Target Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Kabupaten Siak Hijau untuk mencapai produksi Minyak kelapa


sawit berkelanjutan, dengan menyelaraskan perwujudan komitmen
sumber minyak kelapa sawit dengan target-target pembangunan Kabupaten.
Tujuan khusus dari kolaborasi ini adalah pembangunan platform para
pemangku kepentingan melalui mekanisme diskusi dan penyelarasan antar
pihak, serta mendorong rantai pasokan bebas-deforestasi untuk mendukung
masyarakat lokal dan memberdayakan petani kecil sejalan dengan visi dan
kerangka kerja kebijakan Kabupaten Siak Hijau.

Perusahaan yang memproduksi dan membeli minyak kelapa


sawit dari wilayah tersebut akan semakin tergerak untuk mengejar rantai
pasok bebas-deforestasi yang menghargai pekerja dan hak asasi manusia,
dan berkontribusi untuk meningkatkan mata pencaharian petani kecil .
Komitmen ini sering disebut sebagai NDPE: nol deforestasi, nol pembukaan
gambut, dan nol eksploitasi. Perusahaan dengan komitmen NDPE telah mulai
bekerja dengan para pemasok mereka untuk menelusuri sumber pasokan di
tingkat petani, mengidentifikasi resiko di lapangan, dan mengambil tindakan
untuk mengurangi resiko ini. Namun, hingga saat ini sebagian besar
hambatan keberlanjutan dialami oleh banyak pemasok dan tidak dapat
diselesaikan hanya oleh perusahaan. Hal ini membuat perusahaan menyadari
bahwa kolaborasi dengan pemerintah dan pihak lain amat dibutuhkan untuk
mencapai produksi sawit yang bertanggung jawab dalam skala besar.

11
Selain itu dalam mendukung komoditas unggulan tersebut,
pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah menggandeng Badan Standardisasi
Nasional melalui Kantor Layanan Teknis BSN Riau untuk turut
mengembangkan potensi dari daerah tersebut. Peran BSN disini
dimaksudkan untuk pembinaan IKM pande besi agar menghasilkan produk
sesuai standar yang bermutu sesuai SNI 8205:2016 Alat Panen Kelapa Sawit.

2.3 Permasalahan Komoditi dari Sistem Agribisnis

2.3.1 Agribisnis hulu

Subsitem agribisnis hulu menurut Maulidah (2012), merupakan


subsistem yang menyediakan sarana produksi pertanian mulai dari benih,
bibit, pakan ternak, pupuk, obat untuk memberantas organisme pengganggu
tanaman, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat pertanian, mesin, serta
peralatan produksi pertanian. Masalah komiditi kelapa sawit di daerah siak
ditinjau dari subsistem agribisnis hulu yaitu masyarakat di daerah siak masih
belum bisa mendapatkan benih maupun bibit yang memiliki kualitas yang
baik , serta masih banyak masyarakat di siak yang belum menggunakan alat
alat pertanian yang modern demi menunjang hasil komoditi kelapa sawit.

2.3.2 Agribisnis on farm

Arah kebijakan pada sisten on-farm adalah terwujudnya suatu


kondisi dimana ketersediaan sarana produksi, spesialisasi subsistem on-
farm terletak pada produktivitas hasil kelapa sawit. Masalah utama yang
dihadapi oleh petani dalam sistem ini ketersediaan bahan baku yang tidak
kontinue. Permasalahan lain yang sering dihadapi oleh perusahaan kelapa
sawit adalah sarana dan prasarana. Dalam proses pemanenan alat yang

12
digunakan masih berupa alat sederhana seperti egrek, karung, dan kampak.
Selain alat panen alat pelindung diri juga penting digunakan pekerja pada
saat di lapang.
Tetapi terkadang masih ada pekerja di lapang yang melupakan alat
pelindung diri, hal tersebut tentu dapat membahayakan keselamatan
pekerja dan keselamatan pekerja merupakan tanggung jawab dari
perusahaan. Permalasahan yang sering terjadi pada sarana dan prasarana
transportasi. Kebun kelapa sawit di Indonesia rata-rata berada di hutan atau
daerah yang jauh dari perkotaan. Hal ini menimbulkan permasalahan dalam
hal proses pengangkutan hasil panen. Berada di daerah yang dari jauh pusat
kota membuat kondisi jalan sangat rusak. Untuk menuju ke perkebunan
biasanya membutuhkan kendaraan khusus agar dapat melewati jalan yang
rusak tersebut. Hal tersebut membuat perusahaan harus mengeluarkan
modal kembali untuk memperbaiki jalan dan membeli alat transportasi
yang mendukung.

2.3.3 Agribisnis hilir

Subsistem agribisnis hilir merupakan suatu subsistem yang


didalamnya terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk
usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Masalah yang dihadapi
yaitu masih adanya potensi gangguan terhadap kinerja ekspor, pasokan
untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri, termasuk untuk pengembangan
industri hilir non-BBN seperti surfactant, deterjen atau komiditi lain yang
berbasis oleo chemical.
Rendahnya daya saing produk-produk industri minyak sawit
Indonesia bila dibandingkan dengan produsen lain terutama di china. Adanya
penurunan terhadap areal perkebunan, dan terjadinya kebanjiran TBS
membuat permintaan pasokan berkurang karena kebutusan sudah
terpenuhi. Dan pada saat terjadi trek TBS dengan kebutuhan yang
meninggkat membuat permintaan tidak terpenuhi. Bahkan isu negatif yang
ditimbulkan tentang kerusakan lingkungan akibat dibukanya hutan tropis

13
guna perluasan perkebunan kelapa sawit yang pada akhirnya akan
mengganggu bagi pemasaran minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunan
lainnya.

2.3.4 Pemasaran

Subsistem ini mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran hasil


usahatani dan agroindustri baik pasar domestik maupun untuk pasar luar
negeri atau ekspor. Masalah utama yang dihadapi petani adalah dalam
sistem pemasaran TBS dimana masih terbatasnya akses ke PKS dan tidak
adanya akses petani terhadap informasi harga. Hal ini menyebabkan
meningkatnya peran agen dan pedagang perantara, yang menyebabkan
semakin panjangnya rantai pemasaran TBS petani.
Dalam proses pemasaran tandan buah kelapa sawit dimana terdapat
dua saluran pemasaran yaitu ada saluran pemasaran pertama, petani
menjual tandan buah segar (TBS) kepada agen kecil, lalu agen kecil menjual
kepada RAM atau agen besar, dan RAM menjualnya kembali tandan buah
segar (TBS) kepada pabrik kelapa sawit (PKS). Petani menjual TBS ke agen
kecil karena jarak antara kebun dan RAM atau agen besar yang jauh, maka
petani merasa lebih baik menjual kepada agen kecil, selain itu juga petani
tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi yang terlalu besar. Pada saluran
kedua, petani langsung menjual tandan buah segar (TBS) nya kepada pabrik
kelapa sawit (PKS). Hal ini dikarenakan petani memiliki lahan yang cukup
luas. Selain itu, keuntungan yang lebih besar dirasakan oleh petani karena
tidak melalui agen kecil dan agen besar ataupun RAM. Dimana dalam
pemasarannya terajadi permasalahan jarak tempuh penjualan TBS

2.3.5 Penunjang

Masalah yang dihadapi yaitu masih kurangnya koperasi di daerah Siak


dimana koperasi berfungsi untuk melakukan kerjasama penjualan TBS secara

14
langsung ke PKS, sehingga saluran pemasaran TBS perkebunan rakyat lebih
pendek, yang berarti juga bahwa. biaya pemasaran akan semakin rendah
sehingga harga jual TBS perkebunan rakyat dapat lebih tinggi. Selain
berfungsi dalam sistem pemasaran TBS, koperasi juga dapat mendirikan PKS
mini, sehingga petani memperoleh harga yang cukup tinggi dari TBS,
sekaligus petani dapat memperoleh bagian dari harga CPO, karena petani
sebagai anggota koperasi juga sebagai pemilik PKS yang dikelola koperasi.

2.4 Subsistem yang Paling Berperan


Salah satu subsistem yang paling berperan dalam agribisnis adalah
subsistem usaha tani. Adiwilaga (1992) mengartikan subsistem usahatani
sebagai kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnnya dengan
maksud untuk memperolah hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan
berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkuan untuk memperoleh hasil
selanjutnya.

2.5 Permasalahan Pada Subsistem Pemasaran, Upaya Perbaikan Pada


Subsistem Agribisnis Hulu dan On Farm Untuk Mengatasi Masalah Serta
Strategi Bauran Pemasaran Untuk Mengatasi Masalah
Permasalahan yang terdapat pada subsistem pemasaran adalah harga
tandan buah segar (TBS) yang tidak stabil karena ditentukan oleh harga dari
Crude Palm Oil (CPO). Akibat dari yang harga TBS yang tidak stabil ini
berakibat kepada petani yang mengalami fluktuasi harga TBS.

Upaya perbaikan pada subsistem agribisnis hulu dan on farm dengan


meningkatkan pengetahuan petani akan untuk mengetahui perbedaan benih
yang bagus dan tidak bagus. Sehingga dengan begitu petani dapat
mendapatkan modal untuk membeli benih yang unggul. Dengan begini

15
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1992 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 Tentang Pembenihan.

Strategi bauran pemasaran untuk mengatasi fluktuasi harga TBS


dimulai dengan membuat produk dengan hasil TBS. Produk merupakan
bauran utama dari pemasaran. Sehingga produk dengan mudah untuk dapat
di pasarkan. Dalam memasarkan produknya diperlukan dengan kualitas yang
baik sehingga harga yang tinggi sejalan dengan kualitas yang bagus. Harga
merupakan elemen yang fleksibel yang dapat berubah dengan cepat. Dalam
penentuan tentu ada yang namanya distribusi yang bertujuan untuk
menciptakan nilai tambah dan promosi.

2.6 Resiko dalam Agribisnis Komoditi


Menurut Fahmi (2013), resiko adalah bentuk ketidakpastian tentang
suatu keadaan yang terjadi (future) dengan keputusan yang diambil
berdasarkan beragai pertimbangan.

1. Resiko Produksi

Resiko produksi yang dialami oleh perkebunan kelapa sawit di


Siak khushsnya dilahan gambut yaitu factor teknis dan factor
sosial. Factor teknik terdiri dari luas lahan, tenaga kerja,
penggunaan pupuk dan pestisida. Factor sosial meliputi
pendidikan petani dan umur petani.

2. Resiko cuaca

Adanya ketidaksatbilan cuaca yang terjadi yang menyebabkan


pertumbuhan pada kelapa sawit yang tidak serentak.

3. Resiko keuangan

16
Adanya kekurangan dalam permodalan membuat petani harus
meminjam modal kepada tengkulak, maupun toke, serta koperasi
yang ada.

4. Pasar dan harga

Dalam hal pemasaran para petani kesulitan untuk memasarkan


hasil panennya karena harga yang berbeda tiap para tauke serta
harga yang berubah-ubah.

5. Manusia

Tenaga kerja merupakan salah satu factor produksi yang


mengalami penyusutan hal ini disebabkan karena umur serta
produktivitas. Usia yang tidak produktif

6. Kebijakan

Tidak adanya kebijakan pemerintah dalam membantu petani-


petani kecil membuat para petani kekurangan akan ilmu
pengetahuan serta kesulitan dalam melakukan pemasaran.

2.7 Teknologi Alternatif dalam Upaya Pengemabangan Komoditi

Perkembangan teknologi dari masa ke masa membuat pekerjaan


manusia menjadi mudah. Salah satu sector yang terdampak dengan adanya
kecanggihan teknologi ini adalah sector pertanian. Sector pertanian
terkhususnya bagian perkebunan melirik kemajuan ini sebagai suatu peluang
memudahkan dalam pekerjaan. Pekerjaan yang di kerjakan oleh banyak
orang dalam kegiatan pembibitan, penanaman, serta dalam hal mengontrol
kelapa sawit kini telah dapat dipermudah menggunakan kecanggihan
teknologi.

Banyak sekali teknologi pada perkebunan kelapa sawi yang


membantu dalam memudahkan pekerjaan. Beberapa teknologi yang

17
digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu Precipalm (Precision
Agriculture Platform for Oil Palm) yang digunakan untuk memberi informasi
menentukan rekomendasi pemupukan presisi dengan menggunakan satelit
untuk mengidentifikasi, menganalisis, serta mengolah informasi keragaman
spasial dan temporal pada lahan kebun sawit (Anggita, 2020). Sedangkan
pada salah satu perkebunan kelapa sawit di Siak yaitu PT PN V juga
menggunakan teknologi terbarukan yang bernama Faltfombot.

Salah satu teknologi yang dapat digunakan yaitu melalui smartphone.


PT PN V Sei Buatan serta PT PN V Lubuk Dalam menerapkan Teknologi 4.0
dalam perkebunan kelapa sawit. Pandora (2020) memaparkan bahwa para
pekerja di perkebunan PT PN V menggunakan gadget smartphone untuk
mempermudah dalam ppekerjaan. Para pekerja mengambil dan mencatat
setiap jengkal tanaman sawit yang mulai berbuah, kemudian dianalisa dalam
landasan mengambil keputusan. Yang disebut dengan Block Score Card
(BSC).

Selain itu, digunakan pula pesawat tanpa awak. Kombinasi data dari
tim darat pencitraan melalui skema pemetaan geospasial kembali dianalisa
yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan tepat dan meningkatkan
produktivitas. Pada ruangan juga telah terpajang kombinasi LED untuk
memaparkan informasi seluruh aktivitas dari produksi hingga transportasi
produk.

Sistem integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA) adalah salah satu
teknologi yang diintroduksikan kepada petani di Provinsi Riau sejak tahun
2007 (Edwina et al., 2019).

2.8 Kelembagaan Pendukung dalam Pengembangan Komoditi

Kelembagaan adalah suatu system norma khusus yang menata suatu


rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu kebutuhan khusus

18
dari manusia dalam kehidupan (Koentjaraningrat, 2011). Penelitian yang
dilakukan oleh Nursianti (2018) mengelompokkan lembaga penunjang pada
produksi kelapa sawit, yaitu :

1. Koperasi

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang


atau badan hukum yang berlandaskan asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

2. Bank

Merupakan lembaga keuangan yang menyediakan jasa keuangan


kepada nasabahnya melalui program-program kerja guna mendukung
perekonomian masyarakat sekitar seperti program pinjaman lunak.

3. Tauke

Merupakan orang yang membeli atau mengumpulkan hasil panen


kebun kelapa sawit petani untuk selanjutnya dijual ke pabrik kelapa
sawit (PKS).

4. Pabrik

Merupakan perusahaan perkebunan yang melakukan usaha


pengolahan hasil perkebunan atau pabrik kelapa sawit (PKS).

5. RAM

RAM merupakan sebutan masyarakat local untuk timbangan jembatan


elektronik. RAM ini buka setiap hari terkecuali tanggal merah dan
hari-hari tertentu. RAM membeli dengan sistem harga dibedakan
dengan kualitas sawit, dan ada juga dengan sistem chong (timbang
semua) tetapi persen dinaikkan. RAM selalu mengikuti harga dunia
karena sertiap hari RAM selalu berinteraksi dengan pabrik-pabrik
resmi. RAM karena timbangan menggunakan timbangan elektrik tidak
timbangan besi/kayu.

19
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada pengamatan produksi ada beberapa hasil kelapa sawit yaitu berupa
CPO maupun kernel sedangkan pada bagian konsumsi para masyarakat banyak
menggunakan hasil dari CPO dan kernel berupa minyak goreng, biodiesel, dll.
Permintaan eskpor kelapa sawit sangat tinggi di Kabupaten Siak terutama dalam
segi permintaan cangkang kelapa sawit. Pada segi impor kelapa sawit hanya
terjadi antar perusahaan di satu daerah/kawasan.

Permasalahan yang terjadi pada subsistem hulu, yaitu belum bisa


mendapatkan benih maupun bibit yang memiliki kualitas yang baik. Pada
subsistem on farm yaitu ketersediaan bahan baku yang tidak kontinue. Pada
bagian subsistem hilih yaitu adanya potensi gangguan terhadap kinerja ekspor,
pasokan untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri, termasuk untuk
pengembangan industri hilir non-BBN. Masalah pemasaran, yaitu terbatasnya
akses ke PKS dan tidak adanya akses petani terhadap informasi harga. Pada
bagian penunjang kurang nya koperasi di daerah Siak

Subsistem yang paling berperan yaitu subsistem on farm/usaha tani.


Sehingga muncul masalah pemasaran yang tidak stabil sehigga dilakukannya
upaya pada subsistem agribisnis hulu dan on farm dalam mengatasi bauran
pemasaran dengan membuat produk dengan hasil yang lebih tinggi daripada
penghasilan dari TBS. Resiko yang terjadi pada agribisnis kelapa sawit ini yaitu,
resiko produksi, cuaca, keuangan, pasar dan harga, manusia dan kebijakan.
Dengan begitu dilalukan penggunaan teknologi alternative salah satunya yang
digunakan oleh PT PN V yaitu Flatfombot dan sistem integrasi sapi dan kelapa
sawit (SISKA). Dalam menunjang pengembangan produksi maka terdapat
beberapa lembaga pendukung seperti koperasi, bank, tauke, pabrik, dan RAM.

20
3.2 Saran
Dari permasalahan yang terdapat pada petani kelapa sawit diharapkan
kepada pemerintah untuk dapat membantu masyarakat dengan kebijakan-
kebijakan yang dapat mendukung pengembangan komoditi unggul di Kabupaten
Siak.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1992. Ilmu Usaha Tani. Alumni. Bandung.

Anggita, Vinna. 2020. Inovasi Teknologi Pertanian Kelapa Sawit. Kalimantan.


SWA.

Darmono, Laksito Adi. 2019. Siak Terus Meraup Banyak Yen Lewat Ekspor
Cangkang Sawit. https://m.suarakarya.id. Diakses tanggal 27 Oktober
2020.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia


Komoditas Kelapa Sawit 2018-2020. http://ditjenbun.pertanian.go.id.
Diakses tanggal 27 Oktober 2020.

Edwina, Susi. Yusri, Jum’atri. Yusmini. Maharani, Evi. 2018. Kajian perbandingan
produktivitas dan pendapatan perkebunan pola system integrasi sapid
an kelapa sawit (SISKA) dengan perkebunan tanpa pola SISKA di
Kabupaten Siak. Jurnal PemikiranMasyarakat Ilmiah Berwawasan
Agribisnis. 5(1); 90-103

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2016. Portal Epublikasi Pertanian.


http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-outlook/75-outlook-
perekbunan/421-outlook-kelapa-sawit.216. Diakses tanggal 28 Oktober
2020.

Koentjaraningrat. 2011. Peran Kelembagaan Agribisni.


https://kukuhprakoso.wordpress.com/2012/02/29/peran-
kelembagaan -agribisnis. Diakses tanggal 11 November 2020.

Mukti. 2020. Gapki Sebut Konsumsi Minyak Sawit Domestik Masih Positif.
Halloriau. https://m.halloriau.com. Diakses tanggal 27 Oktober.

22
Musimmas. 2019. Pelaku Industri Pertama dan Pemerintah Mengumumkan
Kolaborasi Untuk Mendorong Produksi Minyak Kelapa Sawit
Berkelanjutn di Kabupaten Siak, Riau, Indonesia. MUSIM MAS.
https://www.musimmas.com. Diakses tabggal 29 Oktober 2020.

Nursianti, Kurnia. 2018. Jaringan pemasaran tandan buah segar (TBS) Kelapa
sawit di Kecamatan Sabak Auh Kabupaten Siak. JOM FISIP Vol.5 Edisi 1.

Pandora, Arya. 2020. PTPN V Terapkan Teknologi 4.0 dalam Perkebunan Kelapa
Sawit. Raiu. Sariagri.

Saputra, Agus. 2011. Trik dan Solusi Jitu Pemograman PHP. Elex Media
Komputindo. Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai