Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PORANG DI

LAHAN YANG KERING DESA JULUMATE’NE


KECAMATAN BONTOLEMPANGAN
KABUPATEN GOWA

NASRULLAH
105961101318

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PORANG DI LAHAN YANG
KERING DESA JULUMATE’NE KECAMATAN
BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA.

NASRULLAH
105961101318

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PORANG DI


LAHAN YANG KERING DESA JULUMATE’NE
KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN
GOWA

Nama : Nasrullah

Stambuk : 105961101318

Program Studi : Agribsisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P. Muh.Ikmal Saleh S.P.,M.Si.


NIDN. 0911067001 NIDN. 0916069501

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis

Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. Nadir, S.,P., M.Si


NIDN. 0926036803 NIDN.

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT

atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta

para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Porang Di

Lahan Yang Kering DESA JULUMATE’NE KECAMATAN

BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA”. Skripsi ini merupakan tugas

akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis

sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak

yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menghadapi setiap

kendala.penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak terutama

pembimbing utama Bapak Dr. Mohammad Natsir, S.P.,M.P. dan Pak Muh Ikmal

Saleh, S.P., M.,Si. sebagai pembimbing pendamping yang bersedia meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis. Terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat: 1. Ibu Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah,M.Pd. selaku

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. 2. Bapak Nadir,

S.P., M.Si. selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar 19 Agustus 2022

Nasrullah

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….........ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………...……………………………...iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v

DAFTAR TABEL …………………………………………………..…………..vi

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...........vii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................…...1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….......4

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………,...6

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………..6

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Usahatani…..………………………………………………………....7

2.2 Tanaman Porang ………………..……………………………………12

2.3 Biaya Usahasatani …………..…………………………………….....13

2.4 Pendapatan …………………………………………………………..14

v
2.5 Kelayakan ..…………………………………………………………..15

2.6 Penelitian Terdahulu ………………………………………………..18

2.7 Karangka Pemikiran ………………………………………………………..21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………..22

3.2Teknik Penentuan Informan ………………………………………....22

3.3Jenis dan Sumber Data ………………...……………………………….22

3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….23

3.5 Teknik Analisis Data …………………………………………………..24

3.6 Definisi Opersional ………………………………………………........ 27

DAFTAR PUSRAKA …………………………………………………………. 28

LAMPIRAN …………………………………………………………………….30

vi
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Penelitian Terdahulu…….………………………………………...11

vii
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Rarangka Pikir ……………………………………………………… 13

viii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis memiliki potensi di

sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki

kelayakan yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia, salah satunya

umbi-umbian. Umbi-umbian merupakan salah satu komoditas pertanian yang

memberikan peluang cukup besar terhadap keanekaragaman pangan dan

kecukupan gizi masyarakat karena mengandung vitamin, mineral dan serat

(Komarayanti dalam Marita, 2019).

Indonesia bukanlah daerah asal tanaman umbi-umbian tapi hampir semua

jenis tanaman umbi-umbian terdapat di Indonesia, salah satunya yaitu tanaman

porang. Tanaman porang (Amorphophalus Muelleri) merupakan salah satu

tanaman umbi-umbian yang memiliki manfaat dari umbi yang lebih beragam dari

pada tanaman umbi-umbian yang lainnya. Tanaman porang mengandung

karbohidrat yang penting yaitu glukomanan. Glukomanan adalah zat yang

mengandung banyak serat larut yang berasal dari ekstrak akar tanaman.

Kandungan glukomanan pada tanaman porang paling tinggi dibandingkan dengan

tanaman umbi-umbi lainnya dan juga merupakan satu-satunya sumber

glukomanan bukan pohon yang cukup tinggi. Adanya glukomanan membuat

tanaman porang tidak hanya sebagai bahan pangan tetapi dapat digunakan sebagai

bahan ramah lingkungan menurut (Ramadhani, 2019).

9
Porang merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian berupa semak

(herba), yang dapat dijumpai tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Belum

banyak dibudidayakan dan ditemukan tumbuh liar di dalam hutan, dibawah

rumpun bambo, ditepi sungai dan lereng gunung (pada tempat yang lembab).

Porang dapat tumbuh di bawah naungan, sehingga cocok dikembangkan sebagai

tanaman sela diantara jenis tanaman kayu atau pepohonan yang dikelola dengan

sistem agroforestry.

Budidaya porang merupakan upaya diversifikasi bahan pangan serta

penyediaan bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai komoditi ekspor di

indonesia. Komposisi umbi porang bersifat rendah kalori, sehingga dapat berguna

sebagai makanan diet yang menyehatkan (sari, dkk, 2015).

Porang dapat tumbuh dengan baik pada tanah kering dan berumur dengan Ph 6-7,

umbi buahnya berada di dalam tanah dan umbi inilah yang diambil hasilnya.

Tanaman porang pada kawasan hutan kebanyakan dibudidayakan dibawah

tegakan tanaman jati dan sonokeling. Saat ini masih terdapat kerancuan dalam

membedakan antara tanaman porang (Amorphopallus oncophyllus prain). dengan

iles-iles ( Amorphopallus Variabilis).

Penelitian terbaru membuktikan bahwa dari keempat jenis umbi-umbian

tersebut porang memiliki kandungan glukomanan tertinggi (35%), untuk itu umbi

porang saat ini banyak dicari orang karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi

(Siswanto, 2016). Porang berpotensi untuk dikembangkan sebagai komoditi

ekspor karena beberapa negara seperti jepang, australia, srilanka, malaysia, korea,

selandia baru, pakistan, inggris dan italia membutuhkan makanan ini sebagai

10
bahan makanan maupun industri. Di indonesia permintaan porang dari negara

tersebut terus meningkat sebagai contoh, produksi porang jawa timur 2009 baru

mencapai 600-1000 ton chip kering sedangkan kebutuhan industri sekitar 3.400

ton chip kering. (Sulistiyo, dkk, 2015).

Data sistem otomasi Indonesia Full Automation System, di wilayah kerja

balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, menunjukkan dua tahun terakhir ekspor

konjac chips mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, 4,3 ton porang kering

senilai Rp. 61 miliar di ekspor keberbagai negara. Pada tahun 2018, jumlahnya

meningkat menjadi 5,5 ton dengan valuasi senilai Rp. 77 miliar. Sementara, pada

semester pertama 2019, ekspor porang kering sudah mencapai 3,7 ton dengan

nilai 51 miliar. Melebihi nilai ekspor porang kering pada semester pertama 2018,

yakni senilai Rp. 40 miliar (Daniarto, 2019).

Menurut data Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian per tahun 2020

dari bulan januari-september untuk ekspor porang baik dalam bentuk chip porang,

tepung, umbi baik dalam bentuk irisan atau tidak mencapai volume 10.931 ton

atau senilai US$ 31.427.394. Dengan ekspor terbesar pada bulan Mei dengan

volume mencapai 2.036 ton atau senilai US$ 8.118.847.

Sedangkan untuk ekspor terkecil terjadi pada bulan Februari dengan

volume mencapai 427 ton atau senilai dengan US$ 607.329. Kementrian pertanian

tengah mendorong potensi umbi porang untuk dikembangkan lagi, sehingga

volume ekspor terus meningkat. Dan hingga saat ini, salah satu keterbatasan

ekspor porang di indonesia terletak pada penyediaan bahan baku yang masih

11
terbatas, sehingga Kementrian Pertanian akan mendorong potensi pengembangan

porang.

Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah

tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau

sepanjang waktu (Dariah et al,. 2004). Kebanyakan lahan kering terletak pada

dataran rendah, yaitu lahan kering yang letaknya < 700 m dpl dan lahan kering

dataran tinggi yang terletak antara 700 dan 2500 m dpl (Santoso, 2003).

Selanjutnya Notohadinegoro (2000) dalam Nurdin (2011), menjelaskan bahwa

lahan kering adalah lahan yang berada di suatu wilayah yang berkedudukan lebih

tinggi yang diusahakan tanpa penggenangan air. Lahan kering di Indonesia telah

banyak dimanfaatkan oleh petani untuk penanaman tanaman pangan. Mulai dari

lahan yang bertopografi datar ataupun miring. Menurut BPS (2001) dalam Dariah

et al., (2004), sekitar 56 juta ha lahan kering di Indonesia (di luar Maluku dan

Papua) sudah digunakan untuk pertanian. Upaya pemanfaatan lahan kering secara

optimal merupakan peluang yang masih cukup besar, karena lahan kering

mempunyai luasan relatif lebih besar dibandingkan dengan lahan basah

(Abdurachman et al., 1999 dalam Brata, 2004). Namun pengembangan pertanian

lahan kering dihadapkan pada masalah ketersediaan air yang tergantung pada

curah hujan,serta pada rendahnya kesuburan tanah dan topografi yang relatif

miring (Brata, 2004).

12
Salah satu daerah yang banyak membudidayakan tanaman porang adalah

DESA JULUMATE’NE KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN

GOWA. Budidaya tanaman porang Di DESA JULUMATE’NE merupakan

potensi yang dapat dikembangkan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup

besar bagi petani porang. tanaman porang menjadi primadona saat ini khususnya

Di DESA JULUMATE’NE KECAMATAN BONTOLEMPANGAN

KABUPATEN GOWA.

Maka dari itu petani saat ini fokus dalam melakukan budidaya benih

porang Di DESA JULUMATE’NE KECAMATAN BONTOLEMPANGAN

KABUPATEN GOWA. Tanaman ini menjadi pilihan yang tepat untuk

dibudidayakan melihat harga jual tanaman porang yang cukup tinggi yaitu Rp.

10.000 kg. Untuk hasil porang yang masih basah dan yang kering (chips) senilai

Rp. 50.000 kg Dari uraian latar belakang diatas, penulis ingin melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Porang Di Lahan Yang

Kering DESA JULUMATE’NE KECAMATAN BONTOLEMPANGAN

KABUPATEN GOWA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dibahas adalah

sebagai berikut :

1.Berapa besar tingkat pendapatan usahatani porang di DESA JULUMATE’NE

KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA?

2. Apakah usahatani porang Di DESA JULUMATE’NE KECAMATAN

BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA layak untuk diusahakan ?

13
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis seberapa besar tingkat pendapatan usahatani porang Di

DESA JULUMATE’NE KECAMATAN BONTOLEMPANGAN

KABUPATEN GOWA?.

2. Untuk menganalisis kelayakan usahatani porang Di DESA JULUMATE’NE

KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA?.

1.4 Manfaat Penlitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Bagi Peneliti yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

penerapan disiplin ilmu yang telah di terima selama perkuliahan serta sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama tentang

Usahatani tanaman porang.

3. Bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan

minat untuk membuat usahatani porang

14
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Usahatani

Ilmu Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana

seorang petani mengkoordinasi dan mengorganisasikan faktor produksi seefisien

mungkin sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani (Suratiyah,

2015). Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani dalam

menentukan mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-

faktor produksi dengan efektif dan efesien sehingga usaha tersebut memberikan

pendapatan semaksimal mungkin.

Usahatani porang adalah upaya petani untuk memanfaatkan seluruh

sumberdaya dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat diperoleh

hasil berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal. Menurut

Suratiyah (2015) Faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan usahatani adalah

faktor alam. Faktor alam dibagi menjadi dua, yaitu: (1) faktor tanah. Tanah

merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan usahatani karena tanah

merupakan tempat tumbuhnya tanaman. Tanah merupakan faktor produksi yang

istimewa karena tanah tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat berubah tempat,

(2) faktor iklim. Iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan, baik

ternak maupun tanaman. Iklim dengan jenis komoditas yang akan diusahakan

harus sesuai agar dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dan manfaat yang

baik. Faktor iklim juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi 7 dalam

usahatani. Iklim di Indonesia, pada musim hujan khususnya memiliki pengaruh

15
pada jenis tanaman yang akan ditanam, teknik bercocok tanam, pola pergiliran

tanaman, jenis hama dan jenis penyakit.

2.1.1. Produksi

Sejumlah ahli ekonomi mengemukakan berbagai macam definisi tentang

produksi akan tetapi pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama.

Pengertian produksi secara ekonomi adalah menghasilkan sejumlah output.

Mengenai hal tersebut selanjutnya penulis mengemukakan pendapat para ahli

sebagai berikut: Menurut sari (2016) mendefinisikan produksi sebagai berikut:

Produksi adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah

kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga diartikan

sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah

nilai kegunaan atau manfaat suatu barang. Bagi kebanyakan orang produksi

diartikan sebagai kegiatan-kegiatan di dalam pabrik-pabrik atau kegiatan di

lapangan pertanian. Secara lebih luas, setiap proses yang menciptakan nilai atau

memperbesar nilai suatu barang adalah produki, atau dengan mudah dikatakan

bahwa produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya

guna barang. Produksi tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan

yang memungkinkan dilakukannya produksi itu sendiri. Faktor-faktor produksi itu

terdiri atas : a) tanah atau sumber daya alam; b) tenaga kerja atau sumber daya

manusia; c) modal, dan; d) kecakapan tata laksana atau skill. Sekalipun tidak ada

yang tidak penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang keempat

itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah mengorganisasikan ketiga faktor

produksi yang lain (Sari, 2016).

16
2.1.2. Faktor produksi

Menurut Soekartawi (2013) dalam faktor yang mempengaruhi produksi

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat

kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya.

2. Faktor sosial-ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan,

tersedianya kredit, dan sebagainya.

Faktor produksi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dan saling

terkait satu sama lain. Diantara faktor-faktor produksi tersebut yang menjadi 10

unsur pokok usahatani yang selalu ada dan penting untuk dikelola dengan baik

oleh pelaku usahatani yaitu tanah atau lahan pertanian, tenaga kerja, modal. Bila

salah satu faktor produksi tersebut tidak tersedia maka proses produksi tidak akan

berjalan optimal. Faktor produksi tersebut yaitu :

1. Lahan

Tanah menjadi faktor kunci dalam usahatani dan menjadi faktor yang

relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi yang lain sehingga

penggunaannya harus seefisien mungkin. Ukuran efisiensi penggunaan lahan

adalah perbandingan antara output dan input. Usaha-usaha untuk meningkatkan

efisiensi penggunaan lahan antara lain pemilihan komoditas cabang usahatani dan

pengaturan pola tanam. Lahan usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan,

sawah, kandang, kolam, dan sebagainya.

17
2. Tenaga

Kerja Ada tiga jenis tenaga kerja dalam usahatani yaitu tenaga kerja

manusia, ternak, dan mekanik. Tenaga kerja merupakan pelaku dalam usahatani

untuk menyelesaikan beragam kegiatan produksi. Tenaga kerja manusia terdiri

dari tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga ternak digunakan untuk

pengolahan lahan dan untuk pengangkutan. Tenaga mekanik bersifat substitusi,

yang menggantikan tenaga ternak atau manusia. Jika kekurangan tenaga kerja,

petani dapat memperkerjakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan memberi

balas jasa berupa upah.

3. Modal

Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor

produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan yang menghasilkan barangbarang

baru yaitu produksi pertanian. Berdasarkan sifatnya modal dibagi menjadi dua,

yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang tidak habis

pada satu periode produksi seperti tanah bangunan, mesin, pabrik, dan gedung.

Jenis modal tetap memerlukan pemeliharaan agar dapat berdaya guna dalam

jangka waktu lama. Jenis modal ini pun terkena penyusutan yang berarti nilai

modal menyusut berdasarkan jenis dan waktu. Modal bergerak adalah barang-

barang yang digunakan untuk sekali pakai atau barang-barang yang habis

digunakan dalam proses produksi seperti bahan mentah, pupuk, dan bahan bakar.

4.Pestisida

Pestisida adalah substansi (zat kimia) yang digunakan untuk membunuh

atau mengendalikan berbagai hama. Pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu

18
pest berarti hama dan eida berarti pembunuh. Yang dimaksud hama bagi petani

sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang

disebabkan oleh fungi (jamur), bakteri dan virus, nematode (cacing yag merusak

akar), siput, tikus, dan lain-lain. Pestisida yang digunakan dibidang pertanian

secara spesifik sering disebut produk perlindungan tanaman (crop protection

product).

5. Pupuk

Pupuk merupakan unsur hara yang terkandung pada setiap lahan untuk

melengkapi unsur hara yang ada pada tanaman. Tujuan penggunaan pupuk adalah

untuk mencakup kebutuhan makanan (hara). Pupuk yang biasanya digunakan oleh

12 petani berupa : a) Pupuk organik, merupakan pupuk alam yang berasal dari

kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman,baik yang berasal dari sisa tanaman padi

seperti jerami maupun sisa tanaman lainnya. b) Pupuk anorganik, pupuk ini

memang sengaja dibuat dari bahan-bahan kimia guna menambah dan

menggantikan unsur hara yang hilang terserap oleh tanaman sebelumnya.

6. Benih

Benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan

tanaman, atau berkaitan dengan perbanyakan tanaman. Batasan tentang pengertian

benih dapat dibedakan secara biologi, secara agronomi, dan secara fisiologis.

Secara agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk

keperluan dan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau

merupakan komponen agronomis. Komponen agronomis ini lebih berorientasi

pada penerapan norma-norma ilmiah, sehingga lebih bersifat teknologis untuk

19
mencapai produksi secara maksimal. secara biologi benih merupakan biji

tumbuhan yang digunakan untuk alat perkembangbiakan tanaman (sutopo, 2004).

2.2 Tanaman Porang

Porang merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian berupa semak

(herba), yang dapat dijumpai tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Belum

banyak dibudidayakan dan ditemukan tumbuh liar didalam hutan, dibawah

rumpun bambo, ditepi sungai dan lereng gunung (pada tempat yang lembab).

Porang dapat tumbuh di bawah naungan, sehingga cocok di kembangkan sebagai

tanaman sela diantara jenis tanaman kayu atau pepohonan yang dikelola dengan

sistem agroforestry.

Budidaya porang merupakan upaya diversifikasi bahan pangan serta

penyediaan bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai komoditi ekspor

di indonesia. Komposisi umbi porang bersifat rendah kalori, sehingga dapat

berguna sebagai makanan diet yang menyehatkan (sari, dkk, 2015).

Porang (Amorphophallus Oncophyllus P.) mengandung karbohidrat

berbentuk polisakarida. Turunan karbohidrat ini dinamakan glukomanan dimana

glukomanan memiliki sifat dapat difermentasi dan dapat larut dalam air

(Purwanto, 2014). Glukomanan disini mempunyai berbagai macam sifat istimewa,

yaitu dapat mengembang serta dapat mencair seperti agar sehingga dapat

digunakan untuk media pertumbuhan mikroba (Koswara, 2013).

Keladi porang (Amorphophallus Oncophyllus P.) Di dalamnya terdapat

glukomanan yang terdiri dari 15 % - 64 % dalam porang kering, digunakan untuk

kesehatan, bahan baku industri pangan (Faridah, et al., 2012). Porang berpotensi

20
untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor karena beberapa negara seperti

jepang, australia, srilanka, malaysia, korea, selandia baru, pakistan, inggris dan

italia membutuhkan makanan ini sebagai bahan makanan maupun industri. Di

indonesia permintaan porang dari negara tersebut terus meningkat sebagai contoh,

produksi porang jawa timur 2009 baru mencapai 600-1000 ton chip kering

sedangkan kebutuhan industri sekitar 3.400 ton chips kering. (Sulistiyo, dkk,

2015).

2.3 Biaya Usahatani

Biaya merupakan komponen utama dalam aktivitas produksi karena tanpa

adanya biaya, maka proses produksi tidak akan berjalan. Biaya dapat dikatakan

sebagai pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh pihak produsen untuk

menghasilkan produk (Nirwana, 2003). Biaya produksi tidak dapat terpisahkan

dari proses produksi karena biaya produksi adalah hasil kali dari input dengan

harga produk. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran atau semua beban

yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang

dan jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2013).

2.3.1. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha yang

jumlahnya relatif tidak mengalami perubahan, sampai dengan tingkat kapasitas

produksi tertentu (Prianto, 2016). Biaya tetap menurut (Tain, 2016) yaitu

pengeluaran yang besarnya tidak tergantung atau tidak ada kaitannya dengan

besarnya produksi. Biaya tersebut bisa berbentuk tunai maupun tidak tunai.

21
Tunaiyaitu sewa tanah atau pajak bumi dan bunga uang, sedangkan yang

diperhitungkan yaitu penyusutan alat-alat.

2.3.2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dapat berubah sesuai dengan jumlah

barang yang diproduksinya. Semakin banyak sebuah barang diproduksi, maka

biaya variabel yang dikeluarkan juga semakin besar (Prianto, 2016). Biaya

variabel adalah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung, sebanding

dengan perubahan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang

lain. Biaya bahan baku adalah contoh biaya variabel yang berubah sebanding

dengan perubahan volume produksi.

2.4 Pendapatan

Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari

suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya

seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan

efesiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani

berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan sehari-hari

dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor

ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang

diterima petani juga berubah (Soekartawi, 2006).

Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua pengertian yaitu : pendapatan

kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang

diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan

dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah

22
berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, sedangkan

pendapatan bersih adalah seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu

tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi, dimana biaya

produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya rill sarana produksi (Gustiyana,

2004)

Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai

penerimaan yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan

usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka

waktu tertentu. Penerimaan merupakan hasil dari jumlah produksi total dan harga

jual per satuan. Sedangkan pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana

produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang

bersangkutan.

2.5 Kelayakan

Usaha Studi kelayakan (feasibility study) pada akhir-akhir ini telah banyak

dikenal oleh masyarakat. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada

dalam dunia usaha telah menuntut untuk menilai sejauh mana peluang tersebut

dapat memberikan manfaat (benefit) apabila dilaksanakan. Kegiatan menilai

sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha

disebut dengan studi kelayakan bisnis. Selanjutnya Kasmir dan Jakfar (2003)

mengatakan bahwa suatu studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang

mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan

dijalankan, dalam rangka menentukan layak tidaknya usaha yang dijalankan.

23
 NPV ( Net Present Value )

NPV atau Net Present Value merupakan nilai dari usahatani porang yang

bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang

dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan (Dina A.2010)

Suatu proyek dikatakan layak untuk diusahakan dan dapat menghasilkan

keuntungan jika NPV > 0. Jika nilai NPV< 0 berarti suatu usahatani porang

atau usaha dapat menimbulkan kerugian, dan nilai tidak layak untuk

dilaksanakan. Nilai NPV= 0 berarti suatu usahatani porang tidak menghasilkan

keuntungan serta tidak menimbulkan kerugian bagi usahatani porang atau

usaha, apabila suatu usahatani porang memperoleh nilai NPV sama dengan 0

maka usahatani porang tersebut dapat dilaksanakan yang berarti dapat

mengurangi efisiensi dan efektivitas usahatani porang karena tidak

menjalankan usahatani porang tidak akan memperoleh kerugian.

 IRR (Internal Rate Of Return)

IRR atau Internal Rate Of Return adalah analisis manfaatyang

memperhitungkan tingkat pengembalian dari suatu investasi. IRR

memperhitungkan tingkat suku bunga terkait nilai sekarang investasi

dibandingkan dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di massa

mendatang. Suatu rencana investasi dikatakan layak jika memiliki nilai IRR

lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku ( Minimum Attractive

Rate of Return/MARR). Jika terjadi sebaliknya, maka rencana investasi

tersebut di anggap tidak layak untuk direalisasikan. Dengan memperhatikan

rumus Present Worth (PW), IRR adalah 1% pada nilai ini, (Purwana dkk).

24
Menilai dan meneliti sejauh mana kegiatan usaha tersebut memberikan

keuntungan sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki dalam

pemilihan investasi. Oleh karena sumber-sumber yang tersedia bagi kegiatan

usaha adalah terbatas, maka perlu diadakan pemilihan dari berbagai macam

alternatif

yang ada. Kesalahan dalam memilih usaha dapat mengakibatkan pengorbanan dari

sumber-sumber yang langka. Untuk itu perlu diadakan analisis terhadap berbagai

alternatif kegiatan yang tersedia sebelum, sedang dan sudah melaksanakannya

dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang diharapkan dari kegiatan

tersebut. R/C rasio adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan

biayabiaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan

produk. Usahatani porang akan menguntungkan apabila nilai R/C > 1.

Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan

diperoleh dari usaha tersebut. Sedangkan Benefit Cost Ratio (B/C) ratio adalah

perbandingan antara present value manfaat dengan present value biaya, dengan

demikian benefit cost ratio menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap

penambahan satu rupiah pengeluaran. B/C akan menggambarkan keuntungan dan

layak dilaksanakan jika mempunyai B/C> 1. Apabila B/C = 1, maka usaha

tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil

keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR < 1 maka usahatani porang

tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Utari,2015).

25
2.6 Penelitian Terdahalu Yang Relevan

Untuk menunjang data dalam penelitian ini, peneliti menyertai beberapa

hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian ini.

No Judul Tujuan Hasil Pembahasan


1 Analisis Pendapatan dan untuk menganalisis menunjukkan bahwa
Kelayakan Usaha besarnya pendapatan besarnya pendapatan
Penyulingan Minyak Daun yang diperoleh pada usaha penyulingan
Cengkeh di Kelurahan usaha penyulingan minyak daun cengkeh
Borongrappoa Kecamatan minyak daun cengkeh di Kelurahan
Kindang Kabupaten dan tingkat kelayakan Borongrappoa
Bulukumba usaha pada usaha Kecamatan Kindang
penyulingan minyak Kabupaten Bulukumba
daun cengkeh di pada tahun 2011 yaitu
Kelurahan sebesar
Borongrappoa Rp.281.019.617,33,
Kecamatan Kindang pada tahun 2012 yaitu
Kabupaten Bulukumba. sebesar
Rp.91.886.467,33 dan
pada tahun 2013 yaitu
sebesar
Rp.11.277.967,33. Hal
ini menunjukkan bahwa
pendapatan usaha
penyulingan minyak
daun cengkeh setiap
tahunnya mengalami
penurunan. Dan
kelayakan usaha
penyulingan minyak
daun cengkeh di
Kelurahan
Borongrappoa
Kecamatan Kindang
Kabupaten bulukumba
yaitu R/C Racionya
pada tahun 2011
sebesar 2,50, pada
tahun 2012 sebesar 1,22
dan pada tahun 2013
sebesar 1,03. Hal ini
menunjukkan bahwa
R/C Racio lebih dari
satu, berarti usaha

26
penyulingan minyak
daun cengkeh di
Kelurahan
Borongrappoa
Kecamatan Kindang
Kabupaten bulukumba
layak untuk diusahakan.
2 Analisi Kelayakan Finansial Menganalisi Kelayakan 1). Memberikan
Usahatani Penyulingan Finansial Usaha informasi bagi pihak-
Minyak Daun Cengkeh Di Penylingan Minak pihak dalam
Desa Lumbu Tarombo Daun Cengkeh Di Desa pengambilan keputusan
Kecamatan Banawa Selatan Lumbu Torambo dalam mengambil
Kabupaten Donggala Kecamatan Banawa kebijakan untuk
Selatan Kabupaten pengembangan usaha
Donggala kecil, menegah (UKM)
yang ada di kabupaten
donggala.
2). Memberikan
Masukan bagi semua
pihak dan utamanya
referensi toeritis serta
pengalaman faktual di
lapangan

3 Analisis pendapatan usaha 1).Untuk mengetahui 1). Menunjukan total


penyulingan minyak daun berapa besar pendapatan usaha
cengkeh di desa buntu pendapatan produksi penyuligan minyak
barana kecamatan curio penyulingan minyak daun cengkeh di desa
kabupaten enrekang daun cengkah dalam di buntu barana kecamatan
desa buntu barana curio kabupaten
kecamatan curio enrekang adalah Rp.
kabupaten enrekang 22.586.000 selama
2). Untuk mengetahui enam bulan produksi.
bagaimana tingkat 2). Kelayakan usaha
kelayakan usaha penyulingan minak
penyulingan minyak daun cengkeh yang
daun cengkeh di desa diperoleh sebesar 1,42
buntu barana kecamatan bahwa usaha termasuk
curio kabupaten kategori layak dengan
enrekang hasil R/C Ratio > 1,42
maka usaha termasuk
layak untuk
dikembangkan.

4 Analisi Nilai Tambah Dan 1). Menganalisis nilai Menunjukan bahwa

27
Efesiensi Usaha tambah dari rata-rata nilai tambah
Angroindustri Minyak agroindustri minyak agroindustri minyak
Cengkeh Di Kecamatan cengkeh skala kecil di cengkeh dalam satu kali
Sawahan Kabupaten kecamatan sawahan proses produksi yaitu
Nganjuk kabupaten nganjuk selama 24 jam adalah
2). Menganalisi sebesar Rp. 904,76,- per
kelayakan usaha dari kilogram bahan baku
agroindustri minyak daun cengkeh krng atau
cengkeh skala kecil di 39,86% dari nilai
kecamatan sawahan produksi. Nilai R/C
kabupaten nganjuk lebih dari 1 yakni
sebesar 1,23. Namun
nilai NPMx/Px alokasi
bahan baku daun
cengkeh kering dan
tenaga kerja kurang dari
1 yakni sebesar 0,691
dan 0,943. Hal ini
berarti agroindustri
minyak cengkeh layak
untuk dikembangkan
namun penggunaan
faktor produksi bahan
baku dan tenaga kerja
belum efisien dan
keuntungan
yangdiperoleh belum
optimal.
5 Analisis pendapan industri Untuk mengetahui Menunukkan bahwa
rumah tangga penyulingan pendapan yang di rata rata pendapatan per
minyyak daun cengke di peroleh dari pendapatan bulan industri rumah
Desa Palau Kecamatan industri rumah tangga tangga minyak daun
Balaesang Tanjung penyulingan minyak cengkeh selama 5 bulan
Kabupaten Donggala daun cengkeh di Desa proses produksi di Desa
Dalau. Palau sebesar Rp.
5,450,654.Rata rata
produki minyak per
bulan sebanyak 287,8
Kg.

28
2.7 Kerangka Pemikiran

Untuk kerangka pikir dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Petani

Usahatani

Produksi Biaya
produksi

Penerimaan

Pendapatan

Kelayakan

Layak Tidak Layak

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kelayakan Usahatani Porang Di


DESA JULUMATE’NE KECAMATAN BONTOLEMPANGAN
KABUPATEN GOWA

29
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian iniakan dilaksanakan di DESA JULUMATE’NE

KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA. Lokasi

penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa tersebut

memiliki usahatani porang. Waktu penelitian mulai bulan Juni sampai Agustus

tahun 2022.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Dalam Penelitian ini populasi petani usahatani porang di desa julumate’ne

kecamatan botolempangan kabupaten gowa berjumlah 25 orang. Maka seluruh

populasi dalam penelitian ini diambil sebanyak 25 orang dengan metode sensus.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang di peroleh dari hasil wawancara

langsung dengan petani, dan data kuantitatif yaitu data yang berupa jumlah

pendapatan, biaya penerimaan, biaya peyusutan alat, biaya tenaga kerja, biaya

pestisida, bibit, pupuk dan biaya total.

3.3.2 SumberData

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

30
a) DataPrimer

Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari lapangan baik

melalui observasi maupun wawancara langsung dengan petani, adapun data

primer berasal dari sumber asli yang dikumpul untuk menjawab persoalan kajian.

Data primer berujuk pada sumber data yang tidak tersedia dalam bentuk file atau

laporan data-data ini boleh dikumpulkan daripada individu, kumpulan fokus atau

melalui panenpakar.

b) DataSekunder

Data sekunder adalah perlengkapan dari data primer yaitu data yang

diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi yang telah di kumpulkan oleh pengkaji

lain. Bahan terbitan pengkaji lain boleh digunakan untuk menciptakan formula

atau informasi baru umtuk meyelesaikan masalah yang timbul saat ini dan masa

yang akan datang. Data ini berupa laporan data misalnya data dari BPS atau

kantor dinas pertaniansetempat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Observasi

Observasi merupakan tehnik pengumpulan data dimana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang

diteliti (Surakhmad, 1994).

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung kepada responden untuk memperoleh informasi dari sumber yang

31
diwawancarai. Teknik wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu informasi yang bisa di peroleh melaui fakta yang tersimpan

dalam bentuk surat, catatan harian, foto, hasil wawancara, cendra mata, jurnal

kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa di pake untuk

menggali informasi yang telah terjadi dimasasilam.

3.5 Teknik Analisis Data

a. Keuntungan

Menghitung keuntungan, digunakan rumus :

𝜋= TR –TC

Keterangan:

𝜋 = Pendapatan(Keuntungan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total cost (Total Biaya)

Menghitung kelayakan, digunakan rumus:

R/C = TR/TC

Dimana :

R/C < 1, usahatani porang

R/C = 1, usahataniporang tidak untung dan tidak rugi

32
R/C > 1, usahatani porang untung

b. Menghitung Biaya Tetap

c. Menghitung Biaya Variabel

 NPV (Net Present Value)

Menurut Sofyan (2003), NPV adalah nilai neto sekarang dari dana yang di

investasikan selama umur porang.NPV mencerminkan besarnya tingkat

pengembalian dari usulan usahatani porang , oleh karena itu usulan porang yang

layak di terima haruslah memimiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka porang itu

akan merugi.

Rumus yang digunakan dalam NPV adalah sebagai berikut :

 IRR (Internal Rate of Return)

IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas

modal yang di investasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari

OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat

layak dilaksanakan (Sofyan 2003). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah

sebagai berikut :

33
Keterangan:
IRR = Tingkat pengembalian internal i1 = Discount faktor (tingkat

bunga) yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount faktor (tingkat

bunga) yang menghasilkan negatif

NPV+ = Nilai sekarang yang positif

NPV- = Nilai sekarang yang negatif

Kriteria:
a. IRR > r, usahatani porang layak/untung

b. IRR < r, usahatani porang tidak layak/rugi

c. IRR = r, usahatani porang berada pada titik impas.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk

memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan tujuan

penelitian.

1. Usahatani porang adalah upaya untuk memanfaatkan seluruh sumberdaya

dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat diperoleh hasil

berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal.

2. Luas lahan adalah besarnya areal lahan yang akan ditanam dan sebagai

tempat aktivitas usahatani porang.

3. Jumlah produksi Usahatani adalah total porang yang dihasilkan dalam

jangka waktu satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan

kilogram/hektar (kg/ha).

34
4. Penerimaan adalah nilai produksi yang merupakan harga jual (Rp)

dikalikan dengan produksi (Kg) porang.

5. Pendapatan usahatani porang adalah total penerimaan dikurang biaya

produksi porang.

6. Tingkat keuntungan adalah suatu tolak ukur yang menyatakan suatu

kelayakan usaha dengan perhitungan pembagian antara penerimaan

(revenue) dengan biaya total produksi (total cost). Yang mana hasil

pembagian tersebut R/C>1, maka usaha tersebut dapat keuntungan

(Rp/bulan).

35
1.

36
IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM KONDISI DESA

1. Sejarah Desa Julumate’ne


Desa Julumate’ne merupakan daerah pegunungan/lereng yang
terletak di Wialayah Kecamatan Bontolempangan kabupaten Gowa. Desa
Julumate’ne berbatasan sebelah Utara dengan Kel. Sapaya (Kec.
Bungaya), Sebelah Timur dengan Desa Bontolempangan, Sebelah selatan
dengan Kec. Biringbulu, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Ulujangang. Dengan luas wilayah +16,18 Km², jarak dari Ibukota
Kecamatan Bontolempangan : 8 Km.
Desa Julumate’ne sebelumnya hanya sebuah wilayah RK/RW
dengan nama Bontomate’ne yang merupakan wilayah dari Dusun Lemoa
desa Bontolempangan pada tahun 1967 s/d 1988. Kemudian dibentuk
menjadi dusun/Lingkungan yang membawahi 3 (Tiga) RW/RK yaitu : RK
Bontomate’ne, RK Barua dan RK Pammolongang.
Pada tahun 1989 kampung Gallarran Ulujangang juga dipisahkan
dari Desa Sapaya sehingga pada Tanggal 28 Desember 1989 dibentuklah
Desa Persiapan Julumate’ne yang membawahi 3 Wilayah Dusun yakni
Dusun Bontomate’ne, Dusun Barua dan Dusun Ulujangang, pusat
pemerintahan Desa Julumate’ne berpusat di Dusun Bontomate’ne sebagai
ibukota Desa.
Pada tahun 1992 Desa Persiapan Julumate’ne resmi jadi Desa
Defenitif melalui pemilihan langsung dengan Kepala Desa pertama hasil
pemilihan pada waktu itu adalah : Muhammad. S. Yang memerintah
sampai pertengahan tahun 2003. Yang kemudian pada pemilihan kedua
digantikan oleh Kepala Desa yang terpilih : M. Basri Madi sampai denga
tahun 2014 dan kemudian dijabat oleh Pelaksana Tugas Kepala Desa : H.
Sadar Ahdar, S.Sos, M.Si sampai dengan 29 Januari tahun 2017. Pada
Tahun 2016 Pemilihan Kepala Desa Serentak dilaksanakan di Kabupaten

37
Gowa yang diikuti sebanyak 53 Desa. Kepala Desa Julumate’ne Terpilih
Periode 2017 – 2023 adalah Irwan, S.H Putra Desa Julumate’ne yang
memenangkan pesta demokrasi lokal yang diikuti Tiga pasangan calon.
Pada tanggal 02 Pebruari Tahun 2017 Irwan, S.H resmi dilantik oleh
Bapak Bupati Gowa masa bakti 2017 – 2023.
Pada tahun 2003 juga wilayah Desa julumate’ne yakni Dusun Ulujangang juga
dipisahkan dari desa induk menjadi Desa Persiapan Ulujangang, sehingga RK
Pammolongang juga dijadikan sebuah wilayah Dusun dengan nama
Dusun Bontomarannu. Pada tahun 2008 diadakan pemilihan Kepala Desa
yang ke-3 di Desa Julumate,ne dan yang terpilih adalah M. Basri Madi
kembali. pada awal pemerintahan tahun 2008 tersebut, terbentuk lagi satu
dusun yaitu Dusun Bajiminasa yang sebelumnya merupakan bagian dari
Dusun Bontomate’ne. Sehingga saat ini Desa Julumate’ne memiliki 4
wilayah Dusun sebagaiamana tersebut diatas.

4.2 Kondisi Geografis


Desa Julumate’ne berada 144 KM dari Ibu Kota Provinsi atau 135 KM dari
Kota sungguminasa Ibukota Kabupaten Gowa atau 3 KM Ibukota Kecamatan
Bontolempangan. Desa Julumate’ne dengan Luas wilayah 9,33 KM².
Batas-batas wilayah Desa Julumate’ne :
o Sebelah Utaraberbatasan dengan Kelurahan Sapaya Utara Kec. Bungaya
o Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bontolempangan Kec.
Bontolempangan
o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Biringbulu
o Sebelah Barat berbatasan dengan Desa UlujangangKec. Bontolempangan
4.3 Iklim
Desa Julumate’ne memiliki ikilim dengan tipe D4 (3,032) dengan
ketinggian 200-700 dari permukaan laut dan dikenal 2 (Dua) musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau dimulai
pada bulan Juni hingga September dan Musim Hujan dimulai pada
bulan Desember hingga bulan Maret. Keadaan seperti itu berganti

38
setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan (musim
Pancaroba) sekitar bulan April – Mei dan bulan Oktober – Nopember.
Jumlah curah hujan di Desa Julumate’ne tertinggi pada bulan Januari
mencapai 1.182 M ( hasil pantauan beberapa stasiun/Pos pengamatan)
dan terendah pada bulan Agustus – September.

4.4 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan Desa Julumate’ne dibedakan menjadi lahan untuk


Sawah, Ladang, Perkebunan Cacao, Pemukiman dll.
Tabel 2.1.2.1. Penggunaan Lahan

No. Peruntukan Luas Keterangan


1 Sawah 418 Ha
2 Ladang 826 Ha
3 Perkebunan Cacao 18 Ha
4 Permukiman 132 Ha
5 Lain-lain 474 Ha

4.5 Keadaan Statistik sosial Budaya Desa


Desa Julumate’ne dengan Jumlah Penduduk 2.112 Jiwa berdasarkan sensus
Penduduk dari data Statistik tahun 2010, yang terdiri dari laki-laki 1.026
Jiwa, perempuan 1.086 jiwa denganjumlah Kepala keluarga (KK) 525 KK
dengan penyebaran penduduk ...... Jiwa/ KM³ dengan penganut Agama Islam
100 %. Adapun Keadaan Statistik Sosial Budaya desa antara lain
sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 2.3.1. Keadaan dan Jumlah Penduduk

Wilayah ( Dusun
No. Laki-laki Perempuan Jumlah
/Lingkungan)
1 Dusun Bontomate’ne 412 435 847
2 Dusun Bajiminasa 161 164 325

39
3 Dusun Barua 239 255 494
4 Dusun Bontomarannu 224 232 456
Jumlah 1.026 1.086 2.112

Tabel 2.3.2. Komposisi Jumlah Kepala Keluarga (KK)

Wilayah ( Dusun Jumlah


No. Ket
/Lingkungan) KK
1 Dusun Bontomate’ne 189
2 Dusun Bajiminasa 74
3 Dusun Barua 133
4 Dusun Bontomarannu 131
Jumlah 525

Tabel 2.3.3. Komposisi Tingkat Kemiskinan

Jumlah Miski Sangat


No Lokasi Kaya Sedang Ket
KK n Miskin
1 Dusun 189 5 40 67 77
Bontomate’ne
2 Dusun 74 1 7 32 34
Bajiminasa
3 Dusun Barua 133 - 23 42 68
Dusun 131 2 29 37 63
Bontomarannu
Jumlah 525 8 99 178 242

. Keadaan Jumlah Penduduk Desa Julumate’ne menurut Golongan Umur

No Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah


(jiwa) (jiwa)
1. 0 – 3 Tahun 110 78 188
2. 4 – 6 Tahun 123 138 261
3. 7 – 12 Tahun 111 144 255
4. 13 – 15 Tahun 116 112 228
5. 16 – 22 Tahun 110 123 233
6. 23 – 45 Tahun 191 257 448
7. 46 – 60 Tahun 206 177 383
8. 61 tahun keatas 59 57 116

40
Jumlah 1.026 1.086 2.112

Tabel 2.3.5. Prasarana Pendidikan Formal

No Prasarana Jumlah Kondisi


.
1 SPAS 1 Unit
2 TK 1 Unit
3 SD 2 Unit
4 TKA/TPA 5 Unit

Tabel2.3.6. Keadaan Tingkat Pendidikan Desa

No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan


.
1 Tamat SD 315
2 Tamat SLTP 238
3 Tamat SLTA 186
4 Tamat Perguruan Tinggi 9
5 Tidak Tamat Sekolah 316
6 Sementara SD 241
7 SementaraSLTP 103
8 Sementara SLTA 84
9 Sementara Kuliah 27
10 Belum Sekolah 218
11 Tidak Pernah Sekolah 295
Jumlah 2.112

41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

42
DAFTAR PUSTAKA

Daniarto, Rizki. 2019. Ekspor Porang dari Jawa Timur Terus Meningkat.
Surabaya: Surabaya Inside

Hermanto. 1994. Ilmu Usahatani. Jakarta: Bumi Aksara.

Iza Ari Arafiah, Ir. Farida Syakir, MP dan Ir. Zainul Arifin. MP (2020)
Kelembagaan Pemasaran dan Usahatani Porang di Kecamatan Saradan
Kabupaten Madiun. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (SEAGRI)
Vol.1 No.4. 111-239.

Kashmir, dan Jakfar.(2003). Studi kelayakan bisnis. Jakarta: Predana Media Grou.

Koswara, S. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-umbian: Pengolahan Umbi


Porang. [Modul]. Institute Pertanian Bogor.

Marita, Marita  (2019) IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI JENIS


TANAMAN UMBI-UMBIAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER
KARBOHIDRAT ALTERNATIF DI WILAYAH JEMBER UTARA DAN
TIMUR. Undergraduate thesis, Universitas Muhammadiyah Jember.

Muh. Syahrul Padli. Bupati takalar lepas ekspor komoditas porang ke Vietnam,
https://makassar.tribunnews.com/amp/2019/04/16/.bupati-takalar--lepas--
ekspor-komoditas-porang-ke-vietnam.

Rahayuningsih, Y. (2021). ANALISIS USAHATANI PORANG


(Amorphophallus muelleri) DI KECAMATAN MANCAK, KABUPATEN
SERANG, PROVINSI BANTEN. Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah,
5(1), 47-56.

Rini Nofrida, Abas Zaini, Novia Rahayu 2020. Pelatihan cara pengolahan pangan
yang baik dan pengolahan chip umbi porang di desa gondang kabupaten
lombok utara. Jurnal Abdi Mas TPB Vol-3 No-1 p-ISSN 2655-7533 eISSN
2656-3592. Hal. 80-84.

43
Rofik, K, R. Setiahadi, , I. R. Puspitawati, M. Lukito., 2017. Potensi Produksi
Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri Blume) di kelompok tani
mpsdh Wono Lestari Desa Padas Kecamatan Dagangan Kabupaten Maduin.
AGRI-TEK: Jurnal ilmu pertanian, kehutanan dan agroteknologi. 17(2)
2017; ISSN : 1411-5336
Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Sari, Ramdana dan Suhartati. 2015. Tumbuhan Porang : Prospek Budidaya
Sebagai Salah Satu Sistem Agroforestry. Makassar : Balai Penelitian
Kehutanan.
Siswanto, Bambang dan Hidayati Karamina. 2016. Persyaratan Lahan Tanaman
Porang (Amarphopallus ancophillus). Malang : Fakultas Pertanian
Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Soekartawi.2013. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia: Jakarta.
Sulistiyo, Rico Hutama, Lita Soetopo dan Damanhuri.2015. Eksplorasi dan
Identifikasi Karakter Morfologi Porang (Amorphophallus Muelleri B.) Di
Jawa Timur. Malang : Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani: Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutopo, L.2004. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 238 Hlm

44
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan

Daftar Pertanyaan Penelitian Analisis Kelayakan Usahatani Porang Di Lahan


Yang Kering DESA JULUMATE’NE KECAMATAN
BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA.

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :………………………………

2. Umur : ………………………………

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan : ………………………………

5. Agama : ………………………………

6. Pekerjaan Utama : ………………………………

7. Pekerjaan Sampingan : ………………………………

8. Pendapatan rata-rata/bulan : .................................

9. Lama Berusahatani : ……………………..tahun

10. Jumlah Tanggungan Keluarga : ……………………..orang

11. Luas Lahan

B. PETANI TANAMAN PORANG

1. Berapa modal yang digunakan dalam menanam tanaman porang dalam 1


Ha ?

2. Berapa jumlah produksi yg di hasilkan pada saat sekali panen dalam 1 Ha ?

45
3. Hama apa saja yg dihadapi tehadap tanaman porang ?

4. Bagaimana cara pengendalian hama terhadap tanaman porang ?

5. Apakah bapak / ibu menggunakan tenaga kerja ?

6. Pupuk apa saja yg di gunakan pada tanaman porang ?

7. Alat apa saja yg di gunakan pada saat tanam porang ?

8. Apakah tanaman porang layak di tanam ?

9. Bulan berapa biasa melakukan penanaman porang ?

10. Apakah tanaman porang harus di tanam pada lahan yg kering ?

46

Anda mungkin juga menyukai