Anda di halaman 1dari 133

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA JAMUR

TIRAM PUTIH PADA PERUSAHAAN P99 DI KECAMATAN


PACET KABUPATEN CIANJUR

ADIANTHI PUTRI HARDJOKO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan


Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih pada Perusahaan P99 di Kecamatan
Pacet Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016

Adianthi Putri Hardjoko


NIM H34110071
ABSTRAK
ADIANTHI PUTRI HARDJOKO. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Jamur Tiram Putih pada Perusahaan P99 di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA

Jamur tiram putih merupakan salah satu komoditas pertanian yang cocok
diusahakan di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih. Metode
kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan.
Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis kriteria investasi seperti NPV,
IRR, Net B/C, Payback Period, analisis sensitivitas dan switching value. Seluruh
aspek non finansial menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih layak
dijalankan. Analisis finansial pada skenario pertama menghasilkan NPV sebesar
Rp 1 miliar, Net B/C 5.51, IRR 95 persen, dan PP selama 2.66 tahun. Pada
skenario kedua menghasilkan NPV sebesar (Rp 169 juta), Net B/C 0.47, IRR -
8.33 persen, dan PP selama 14.80 tahun. Pada skenario ketiga menghasilkan NPV
sebesar Rp 2.6 miliar, Net B/C 11.39, IRR 203.43 persen, dan PP selama 1.40
tahun. Hasil analisis finansial dapat disimpulkan bahwa usaha pada skenario
pertama dan skenario ketiga layak dijalankan. Hasil analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih tidak sensitif terhadap peningkatan
harga dedak ataupun penurunan produksi jamur tiram.

Kata kunci : IRR, jamur tiram putih, baglog, NPV, sensitivitas, studi kelayakan

ABSTRACT
ADIANTHI PUTRI HARDJOKO. Feasibility Analysis of P99 Company White
Oyster Mushroom Business Development in, Pacet, Cianjur. Supervised by
NETTI TINAPRILLA
White oyster mushroom is one of agricultural commodity that can be
cultivated in Pacet, Cianjur. This research aims to analyze the feasibility of white
oyster mushroom business development. Qualitative method is used to analyze the
aspects of market, technical, management and legal, social, economy, culture and
environmental. Quantitative method is used to analyze the investment criteria such
as NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, sensitivity analysis and switching value.
All aspects of non-financials show that business is feasible to operate. Financial
analysis in the first scenario results in NPV is for Rp 1 billion, Net B/C 5.51, IRR
95 percent, and PP is for 2.66 years. In the second scenario results NPV is for (Rp
169 millions), Net B/C 0.47, IRR -8.33 percent, and PP is for 14.80 years. In the
third scenario results NPV is for Rp 2.6 billions, Net B/C 11.39, IRR 203.43
percent, and PP is for 1.40 years. From financial analysis can be concluded that
the business in the first scenario and the third scenario are feasible. The results of
the sensitivity analysis show that the white oyster mushroom business is not
sensitive to the increasing of bran price nor to the decreasing of production.

Keywords : baglog, feasibility study, IRR, NPV, white oyster mushroom,


sensitivity
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA JAMUR
TIRAM PUTIH PADA PERUSAHAAN P99 DI KECAMATAN
PACET KABUPATEN CIANJUR

ADIANTHI PUTRI HARDJOKO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2015 ini ialah
kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur
Tiram Putih pada Perusahaan P99 di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku
pembimbing, Dr Ir Burhanuddin, MM selaku pembimbing akademik, Ibu Yanti
Nuraeni Muflikh, SP. M.Agribuss selaku penguji utama serta Ibu Eva Yolynda
Aviny, SP. MM selaku penguji komisi pendidikan. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Feryawan selaku pemilik Usaha Jamur Tiram
Putih P99, dan Bapak Haris Pribadi selaku pengelola Usaha Jamur Tiram Putih
P99. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta keluarga
besar atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

Adianthi Putri Hardjoko


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Analisis Kelayakan Non Finansial 7
Analisis Kelayakan Finansial 8
Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu 11
KERANGKA PEMIKIRAN 11
Kerangka Pemikiran Teoritis 11
Studi Kelayakan Bisnis 11
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 12
Arus Kas (Cahsflow) 15
Analisis Laporan Laba Rugi 16
Analisis Kriteria Investasi 16
Analisis Sensitivitas dan Switching Value 18
Kerangka Pemikiran Operasional 18
METODE 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 21
Jenis dan Sumber Data 21
Metode Pengumpulan Data 21
Metode Pengolahan dan Analisis Data 22
Analisis Kelayakan Non Finansial 22
Analisis Kelayakan Finansial 23
Asumsi Dasar 26
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27
Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum 27
Sejarah Singkat dan Perkembangan Usaha 28
Sumber Daya Manusia 29
HASIL DAN PEMBAHASAN 29
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 29
Aspek Pasar 29
Hasil Analisis Aspek Pasar 31
Aspek Teknis 31
Hasil Analisis Aspek Teknis 35
Aspek Manajemen dan Hukum 36
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum 36
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 36
Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 37
Aspek Lingkungan 37
Hasil Analisis Lingkungan 37
Analisis Kelayakan Aspek Finansial 39
Analisis Aliran Kas (Cash Flow) 40
Analisis Laba Rugi 55
Analisis Kelayakan Finansial 56
Analisis Sensitivitas dan Switching Value 60
SIMPULAN DAN SARAN 63
Simpulan 63
Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN 67
DAFTAR TABEL
1 Nilai PDB Hortikultura Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun
2009-2011 1
2 Perbandingan kandungan gizi beberapa jenis jamur (per 100 gram berat
kering) 3
3 Produksi jamur di Pulau Jawa tahun 2013 4
4 Rangkuman Analisis Kelayakan Aspek-Aspek Non Finansial 38
5 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2015 pada
skenario I 41
6 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2016-2022
pada skenario I 41
7 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2015 pada
skenario II 42
8 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2016-2022
pada skenario II 42
9 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2015 pada
skenario III 43
10 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2016-2022
pada skenario III 44
11 Laba bersih usaha jamur tiram putih P99 55
12 Hasil perhitungan kriteria investasi skenario I 57
13 Hasil perhitungan kriteria investasi skenario II 58
14 Hasil perhitungan kriteria investasi skenario III 60
15 Perbandingan analisis kelayakan finansial jamur tiram putih P99 60
16 Analisis sensitivitas skenario I 61
17 Analisis sensitivitas skenario III 61
18 Hasil switching value skenario I dan III 62

DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan antara NPV dengan IRR 17
2 Kerangka pemikiran operasional 20
3 Bangunan usaha jamur tiram putih P99 28
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alur proses produksi baglog dan jamur tiram putih 67
2 Layout usaha jamur tiram putih P99 68
3 Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan
Skenario I 69
4 Biaya Variabel Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada skenario I 70
5 Biaya Tetap Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario I 71
6 Rincian Gaji Karyawan Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II 71
7 Laporan Laba Rugi Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario I 72
8 Cash Flow Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario I 74
9 Analisis Sensitivitas Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap
Peningkatan Harga Dedak Sebesar 25% saat Musim Hujan pada
Skenario I 77
10 Analisis Sensitivitas Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Penurunan
Produksi Jamur Tiram Putih Sebesar 30% saat Musim Panas pada
Skenario I 80
11 Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Peningkatan
Harga Dedak saat Musim Hujan pada Skenario I 83
12 Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Penurunan
Produksi Jamur Tiram Putih saat Musim Panas pada Skenario I 86
13 Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan
Skenario II 89
14 Biaya Variabel Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II 90
15 Biaya Tetap Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II 91
16 Rincian Gaji Karyawan Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II 91
17 Laporan Laba Rugi Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II 92
18 Cash Flow Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II 94
19 Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan
Skenario III 97
20 Biaya Variabel Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada skenario III 98
21 Biaya Tetap Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario III 99
22 Rincian Gaji Karyawan Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario III 99
23 Laporan Laba Rugi Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario III 100
24 Cash Flow Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario III 102
25 Analisis Sensitivitas Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap
Peningkatan Harga Dedak Sebesar 25% saat Musim Hujan pada
Skenario III 105
26 Analisis Sensitivitas Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Penurunan
Produksi Jamur Tiram Putih Sebesar 30% saat Musim Panas pada
Skenario III 108
27 Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Peningkatan
Harga Dedak saat Musim Hujan pada Skenario III 111
28 Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Penurunan
Produksi Jamur Tiram Putih saat Musim Panas pada Skenario III 114
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang memiliki


keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal tersebut salah satunya dapat ditunjukkan
melalui banyaknya potensi dari sektor pertanian yang dapat dikembangkan di
Indonesia. Dari sekian banyaknya produk pertanian yang ada di Indonesia, salah
satu subsektor yang potensial dan memberikan kontribusi yang besar dalam
menggerakkan perekonomian nasional serta berperan penting dalam hal
penyerapan tenaga kerja dan perdagangan adalah subsektor hortikultura.
Komoditas tanaman hortikultura di Indonesia terbagi menjadi empat
kelompok besar, yaitu buah-buahan, sayuran, tanaman hias, serta tanaman
biofarmaka. Besarnya kontribusi subsektor hortikultura terhadap perekonomian
nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) produk
hortikultura menunjukkan bahwa kontribusi komoditas hortikultura secara
nasional yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun
2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa subsektor hortikultura berperan penting
dalam pembangunan ekonomi nasional.

Tabel 1 Nilai PDB Hortikultura Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku


Tahun 2009-2011

No Nilai PDB (Milyar Rp)


Perlakuan Tahun % Tahun Tahun %
%
2009 2010 2011
1 Sayuran 30 506 34.54 31 244 36.09 31 969 33.22
2 Buah- 48 437 54.84 55.54
45 482 52.54 53 437
buahan
3 Tanaman 5 494 6.21 7.59
6 174 7.13 7 302
hias
4 Biofarmaka 3 897 4.41 3 665 4.23 3 512 3.65
Total 88 334 100 86 565 100 96 220 100
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)

Tabel 1 menunjukkan bahwa kontribusi subsektor hortikultura terhadap


PDB Indonesia secara umum mengalami peningkatan pada tahun 2009 hingga
tahun 2011. Total nilai PDB hortikultura pada tahun 2009 sebesar Rp 88 334
milyar, pada tahun 2010 sebesar Rp 86 565 milyar dan pada tahun 2011 sebesar
96 220 milyar. Peningkatan PDB tersebut terjadi karena adanya peningkatan
produksi di berbagai sentra produksi dan kawasan hortikultura. Selain itu, dengan
adanya peningkatan harga berbagai produk pertanian, terjadi juga pengaruh positif
pada PDB yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai PDB pada tahun-
tahun berikutnya.
2

Salah satu kelompok yang menunjukkan peningkatan adalah kelompok


sayuran. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa komoditas sayuran menempati urutan
kedua setelah komoditas buah-buahan sebagai komoditas hortikultura yang
menyumbang PDB terbesar dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hal ini
memberikan indikasi bahwa komoditas sayuran dapat memberikan prospek yang
baik di masa mendatang dalam memajukan perekonomian nasional.
Potensi komoditas sayuran untuk dikembangkan tersebut tidak terlepas dari
adanya kecenderungan pola pikir masyarakat yang mengarah kepada gaya hidup
sehat dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi (Direktorat Jenderal
Hortikultura, 2007). Saat ini masyarakat semakin banyak yang mengonsumsi
sayuran untuk menjaga kesehatan sehingga beraneka ragam sayuran dikonsumsi
termasuk jamur. Apabila dilihat dari budidayanya, jamur merupakan tanaman
sayuran yang tergolong unik karena substrat (media tanam) jamur tidak berasal
dari tanah tetapi berasal dari campuran serbuk gergaji, dedak, kapur, dan gips.
Media tanam jamur tergolong ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah
kayu dan sisa media tanam tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.
Berdasarkan hal tersebut, maka jamur tergolong tanaman sayuran yang sehat
untuk dikonsumsi. Jamur merupakan tanaman sayuran yang cukup mudah untuk
dibudidayakan sehingga banyak masyarakat yang mencoba untuk terjun dalam
usaha budidaya jamur. Ketersediaan media tanam jamur seperti serbuk gergaji,
dedak, kapur, dan gips yang cukup banyak dan mudah ditemukan di banyak lokasi
menjadi faktor pendorong semakin banyaknya masyarakat yang berminat
mengusahakan jamur. Selain itu, jamur merupakan tanaman yang dapat
dibudidayakan sepanjang tahun dengan perlakuan tertentu selama proses budidaya
terutama menyangkut suhu dan kelembaban sehingga jamur dapat dibudidayakan
di tempat dengan beragam suhu dan iklim (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009).
Umumnya jamur termasuk salah satu jenis sayuran yang diproduksi tanpa
menggunakan pupuk buatan dan pestisida sehingga aman untuk dikonsumsi. Hal
ini yang membedakan jamur dengan tanaman sayuran lain yang masih banyak
menggunakan pestisida dan bahan-bahan kimia sejenis dalam proses budidayanya.
Keunggulan lain dari jamur yaitu memiliki kandungan protein yang dapat
mengimbangi daging. Apabila dilihat dari sisi harga, jamur lebih murah
dibandingkan daging sehingga dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang
memiliki pendapatan menengah ke bawah. Masyarakat sangat memerlukan
alternatif pangan yang lebih beragam karena sebagian besar masyarakat Indonesia
tergolong masyarakat berpenghasilan rendah sehingga golongan masyarakat ini
memerlukan alternatif pangan yang mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga
yang seimbang namun dengan harga yang relatif terjangkau dan mudah diakses di
pasar. Kelebihan lain komoditas jamur dibandingkan dengan komoditas sayuran
lainnya adalah jamur memiliki tingkat produktivitas yang relatif tinggi
dibandingkan dengan tanaman sayuran lain yang dibudidayakan di Indonesia. Hal
ini menunjukkan jamur memiliki potensi ekonomi yang dapat dikembangkan
sebagai salah satu sumber pemasukan nonmigas bagi negara jika dikelola dengan
baik.
Secara umum jamur dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu jamur
konsumsi dan jamur untuk kebutuhan obat-obatan. Namun yang akan dibahas
adalah jamur konsumsi karena produksinya lebih besar dibandingkan jamur obat-
obatan. Selain itu, jamur konsumsi juga sudah banyak dikenal masyarakat
3

Indonesia sebagai kebutuhan pangan sehari-hari (Direktorat Jenderal Hortikultura,


2006). Saat ini terdapat empat jenis jamur konsumsi yang diminati pembeli jamur
dari luar negeri yaitu tiram, shitake, kuping dan merang. Masyarakat Belanda
menyukai jenis jamur kalengan seperti Boletus edolism, Pleurotus ostreatus dan
Chantherellus cibarus. Sementara masyarakat Perancis lebih suka mengonsumsi
jamur kancing atau champignon. Sedangkan di Amerika Serikat jenis jamur kayu
menempati peringkat atas menu-menu restoran dan rumah tangga.
Tradisi mengonsumsi jamur sudah berjalan lebih dari seribu tahun yang lalu.
Jamur berguna untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh dan tidak mengandung
kolesterol serta berguna untuk kesehatan, seperti mencegah timbulnya penyakit
darah tinggi, penyakit jantung, mengurangi berat badan dan sebagai obat anti
tumor (Suriawiria, 2000). Selain itu, Semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat mengenai peran penting gizi dan pola hidup back to nature bagi
kesehatan dapat menjadi peluang yang baik bagi pengembangan budidaya jamur
(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007). Jamur memiliki kandungan gizi yang
baik untuk dikonsumsi bagi kesehatan seperti protein, karbohidrat dan serat.
Selain itu, jamur memiliki kandungan lemak yang relatif rendah (Tabel 2).

Tabel 2 Perbandingan kandungan gizi beberapa jenis jamur (per 100 gram berat
kering)

Spesies Jamur Protein Lemak (%) Karbohidrat Serat (%)


(%) (%)
Jamur Tiram Putih 27 1.6 58 7.5-8.7
Jamur Kuping 8.4 0.5 82..8 19.8
Jamur Shiitake 13.4-17.5 4.9 78 7.8-8
Jamur Kancing 23.9-34.8 1.7 62.5 8-10,4
Jamur Merang 25.9 0.3 4 9.3
Sumber : Chang and Miles (2004) dalam Piryadi (2013)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Jamur Tiram Putih terdiri dari protein


sebesar 27 persen, lemak sebesar 1.6 persen, karboidrat sebesar 58 persen dan
serat sebesar 7.5-8.7 persen. Kandungan lemak dan karbohidrat yang rendah
namun kandungan protein yang tinggi menjadikan jamur tiram putih digemari
para vegetarian yang memanfaatkannya sebagai pengganti daging ayam. Serat
yang terkandung pada jamur tiram putih baik pada sistem pencernaan.Jamur tiram
putih pun mengandung mineral-mineral yang dibutukan oleh tubuh seperti Zat
Besi (Fe), Fospor (P), Kalium (K), Zinc (Zn), Natrium (Na) dan Kalsium (Ca).
Asam amino essential yang tidak dapat disintesis oleh tubuh pun terkandung
dalam jamur tiram putih seperti isoleusin, lisin, metholin, cistein, penilalanin,
tirosin, treonin, triptopan, valin, arginin, histidin, alanin,asam aspartat, asam
glutamat, gilisin, prolin,dan serin.
Seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya jamur tiram putih sebagai
bahan makanan lezat dan bergizi, maka dapat diketahui bahwa peluang bisnis
jamur tiram putih di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa peluang pasar untuk mengembangkan industri jamur tiram putih memiliki
prospek yang cerah. Saat ini, industri jamur tiram putih sudah semakin
berkembang sehingga prospek bisnis tidak hanya sekedar menghasilkan jamur
4

tiram putih segar saja. Pada subsistem hulu telah berkembang bisnis pembibitan
jamur, media tanam jamur dan penghasil jamur segar siap konsumsi sedangkan
pada subsistem hilir perkembangan berupa bisnis olahan dan kuliner. Budidaya
jamur tiram putih di Indonesia dapat semakin berkembang diantaranya karena
kondisi agroklimat Indonesia yang mendukung untuk pertumbuhan jamur tiram
putih, daya tahan fisiologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur
lainnya sehingga jamur tiram dapat tumbuh di dataran tinggi atau dataran rendah,
kemudahan tersedianya bahan baku yang diperlukan, produktivitas yang relatif
tinggi, teknologi budidaya yang relatif mudah untuk dipelajari, skala usaha yang
dapat disesuaikan dengan modal awal, serta permintaan pasar yang tinggi dan
cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Tabel 3 Produksi jamur di Pulau Jawa tahun 2013

No Provinsi Produksi (Kg)


1 DKI Jakarta 124 005
2 Jawa Barat 32 683 883
3 Banten 94 127
4 Jawa Tengah 2 469 706
5 DI. Yogyakarta 1 636 509
6 Jawa Timur 6 336 838
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2014) (diolah)

Pulau Jawa masih mendominasi penghasil jamur terbanyak di Indonesia.


Berdasarkan Tabel 3 menujukkan bahwa Jawa Barat merupakan penghasil jamur
terbanyak di Pulau Jawa dengan produksi jamur sebanyak 32 683 883 ton pada
tahun 2013. Jawa Barat memiliki beberapa kawasan yang dikenal sebagai sentra
penghasil jamur tiram putih diantaranya yaitu Karawang, Subang, Purwakarta,
Cianjur, Indramayu, Cirebon, Bandung Barat, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Bogor
dan Sumedang. Di Kabupaten Cianjur terdapat beberapa pelaku usaha yang
membudidayakan jamur tiram putih. Usaha jamur tiram putih P99 merupakan
salah satu tempat usaha budidaya jamur tiram putih yang berada di Kabupaten
Cianjur. P99 ini memiliki fokus usaha dalam hal produksi media tanam (baglog)
jamur tiram putih. Selain itu P99 juga memproduksi jamur tiram putih segar untuk
pemanfaatan baglog yang tidak dapat dijual.

Perumusan Masalah

P99 merupakan usaha pembudidayaan jamur tiram putih milik Bapak


Feryawan dan dikelola oleh Bapak Haris Pribadi. P99 terletak di Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pada awalnya, Bapak Haris memiliki usaha
bibit jamur tiram putih serta pengolahan jamur tiram putih dengan nama Rumah
Jamur 99 yang sudah beroperasi sekitar 10 tahun. Seiring dengan berjalannya
waktu, kebutuhan untuk jamur tiram putih sebagai bahan baku dari produk olahan
jamur tiram putih pun bertambah. Selain itu, kebutuhan usaha budidaya jamur
tiram putih di sekitar Kecamatan Pacet akan baglog (media tanam jamur) pun
semakin bertambah. Banyak pengusaha budidaya jamur tiram putih yang lebih
memilih untuk membeli baglog, dibandingkan memproduksinya sendiri.
5

Kemudian, dengan melihat adanya prospek untuk pengembangan usaha, serta


adanya investasi dari Bapak Feryawan, berdirilah P99 sejak tahun 2013 yang
berfokus dalam menghasilkan baglog atau media tanam jamur tiram putih.
Setelah melihat usaha baglog jamur tiram putih lain yang sudah berdiri
terlebih dahulu, diketahui bahwa setiap kali memproduksi baglog, selalu terdapat
baglog yang terkontaminasi. Kontaminasi tersebut disebabkan oleh bakteri serta
organisme lain yang tentu saja dapat mengurangi produktivitas jamur tiram putih
yang dihasilkan. Selain itu, baglog yang terkontaminasi juga tidak akan terjual
karena konsumen (pembudidaya jamur tiram putih) menginginkan baglog dengan
kualitas terbaik, yang tidak terkontaminasi. Oleh karena itu, pada saat membangun
usaha P99, Bapak Haris juga memutuskan untuk membangun kumbung tempat
penanaman (growing) jamur tiram putih. Hal ini dilakukan sebagai pemanfaatan
baglog yang terkontaminasi agar tidak terbuang. Meski begitu, P99 juga
menggunakan baglog berkualitas baik untuk growing jamur tiram putih. Tidak
hanya itu. jamur tiram putih yang dihasilkan pun selain dapat dijual, juga dapat
disalurkan ke usaha pengolahan jamur tiram putih Rumah Jamur 99.
Setelah berjalan selama 2 tahun, pengelola merasa permintaan untuk baglog
jamur tiram putih cenderung menurun. Hal ini disebabkan beberapa konsumen,
yaitu petani budidaya jamur tiram putih yang lebih memilih untuk memproduksi
baglog nya sendiri, daripada membeli baglog dari P99. P99 juga belum memiliki
tenaga kerja marketing, sehingga pemasaran produk kurang dapat berkembang.
Selain itu, P99 juga mengalami kendala, yakni baglog jamur tiram putih yang
berada di bangunan inkubasi sudah mengalami pertumbuhan akibat tidak segera
disalurkan ke konsumen. Hal ini menyebabkan baglog-baglog yang telah tumbuh
tersebut harus segera dipindahkan ke bangunan budidaya (kumbung). Padahal
bangunan budidaya tersebut memiliki keterbatasan dalam hal kapasitas
penampungan baglog.
Oleh karena itu, P99 memutuskan untuk melakukan pengembangan dalam
hal pembangunan kumbung growing jamur baru. Selain untuk memanfaatkan
baglog yang memang tidak terjual, permintaan akan jamur tiram putih sendiri
memang belum dapat dipenuhi oleh P99. Penjualan jamur tiram putih juga
dianggap lebih menguntungkan dibandingkan penjualan baglog, meskipun omzet
yang didapat secara bertahap. Hal inilah yang membuat P99 memutuskan untuk
melakukan pengembangan usahanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih P99 ditinjau
dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan usaha jamur tiram putih P99 ditinjau dari aspek
finansial?
3. Bagaimana tingkat kepekaan usaha jamur tiram putih P99 berdasarkan
analisis sensitivitas dan switching value terhadap kemungkinan terjadinya
kenaikan harga input dan penurunan penjualan output?
6

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:


1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih P99
ditinjau dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek
lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih P99
ditinjau dari aspek finansial.
3. Menganalisis tingkat kepekaan usaha jamur tiram putih P99 terhadap
kemungkinan terjadinya kenaikan harga input dan penurunan penjualan
output.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi


berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam
pengaplikasian pengetahuan yang telah diperoleh selama kegiatan kuliah.
2. Bagi usaha jamur tiram P99, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dan informasi yang bermanfaat dalam pengembangan usaha jamur
tiram putih.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
dan informasi mengenai kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih
serta menjadi pembanding untuk penelitian berikutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada analisis kelayakan usaha jamur tiram putih di
Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilakukan pada usaha jamur tiram putih P99
yang berada di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur karena akan
dilakukannya pengembangan usaha oleh P99 dalam hal pendirian bangunan
pembudidayaan (kumbung) jamur baru. Aspek yang dikaji meliputi aspek
finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period) dan aspek non-finansial yang
meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan
ekonomi, serta aspek lingkungan. Analisis sensitivitas dan switching value
digunakan untuk melihat adanya kemungkinan perubahan pada variabel input dan
output produksi.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Nurmalina et al. (2009) studi kelayakan bisnis merupakan


analisis dasar penilaian layak atau tidaknya suatu kegiatan investasi atau bisnis
untuk dijalankan dengan melihat manfaat atau hasil dari kegiatan apabila
dilaksanakan. Analisis kelayakan terhadap rencana investasi perlu dilakukan
7

untuk meminimalkan risiko dan mengetahui besarnya manfaat yang akan


diperoleh apabila investasi dijalankan. Besarnya manfaat yang diperoleh haruslah
sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan untuk investasi.

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha yaitu


yang pertama jika dia merupakan suatu usaha baru dan yang kedua apabila
terdapat investasi baru pada usaha tersebut (Hastriratna 2014). Pengembangan
usaha tersebut dilakukan karena adanya permintaan pasar yang belum terpenuhi
karena keterbatasan kapasitas produksi yang ditunjukkan oleh penelitian
Hastriratna (2014) atau disebabkan produktivitas yang rendah akibat teknologi
yang digunakan masih sederhana (Herbowo 2011). Pengembangan usaha yang
dilakukan adalah penambahan alat produksi maupun peningkatan kapasitas
produksi (Herbowo 2011, Hastriratna 2014, Qohar 2014). Peningkatan kapasitas
produksi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi sesuai dengan
kapasitas mesin yang dimiliki (Herbowo 2011), meningkatkan intensitas kegiatan
produksi (Hastriratna 2014), maupun penambahan alat produksi (Herbowo 2011,
Hastriratna 2014, Qohar 2014). Pengembangan usaha juga dapat terjadi dengan
adanya pembelian peralatan produksi maupun barang-barang investasi baru
seperti yang ditunjukkan dalam penelitian Qohar (2014) atau menambah variasi
dari ukuran produk yang dihasilkan (Hastriratna 2014). Pengkajian kelayakan
pengembangan usaha pada umumnya dilakukan penilaian terhadap dua aspek
yang terdiri dari kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial dan kelayakan
usaha berdasarkan aspek non finansial. Pada aspek non finansial, aspek-aspek
yang diteliti meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek ekonomi, sosial, dan budaya, serta aspek lingkungan. Setiap aspek untuk
dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu dan penilaian tidak hanya
dilakukan pada satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus
didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai. Dengan kata lain, masing-
masing aspek tidak berdiri sendiri melainkan saling berkaitan satu sama lain.

Analisis Kelayakan Non Finansial

Aspek pasar dapat diukur berdasarkan beberapa hal di antaranya


permintaan, penawaran, ketersediaan pemasok, dan strategi pemasaran. Masruri
(2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram
Putih (Studi Kasus: Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor) menunjukkan bahwa analisis aspek pasar perlu
dikaji secara deskriptif meliputi permintaan dan penawaran pasar, harga serta
produk jamur tiram putih segar. Produk yang ditawarkan meliputi baglog dan
jamur tiram putih segar. Penelitian Rahmawati (2012) yang berjudul Analisis
Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Kasus: Usaha
Jamur Mandiri, Kabupaten Bogor) juga menyatakan bahwa perlu diketahui juga
potensi pasar jamur tiram putih serta bauran pemasaran yang bertujuan untuk
memperoleh laba yang optimal dengan mengkombinasikan variabel-variabel
8

seperti produk, harga, promosi, dan distribusi. Aspek pasar dinyatakan layak jika
terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih oleh pelaku usaha
dalam melakukan pengembangan usaha jamur tiram putih segar.
Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis
dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Pada penelitian
Rahmawati (2012) menyatakan bahwa usaha layak secara aspek teknis jika lokasi
usaha, teknologi, proses produksi, dan kesediaan tenaga kerja dapat menghasilkan
produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam
memperoleh laba. Analisis aspek teknis dilakukan secara kualitatif untuk
mengetahui apakah usaha secara teknis dapat dilaksanakan dengan baik dan layak
(Masruri 2010).
Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan usaha.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk usaha yang
digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan
lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan, struktur
organisasi yang digunakan dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan
(Mulyawati 2012). Herbowo (2011) mengatakan bahwa analisis aspek hukum
dilakukan untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha, mulai
dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki seperti izin mendirikan
bangunan, izin usaha, dan sebagainya. Aspek manajemen dan hukum dinyatakan
layak jika kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam
hal pembagian pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan serta usaha
telah memiliki legalitas dalam menjalankan operasionalnya di daerah usaha
berlangsung.
Analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya dikaji secara deskriptif untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan dengan adanya usaha terhadap
penambahan kesempatan kerja atau pengangguran, peningkatan pendapatan
masyarakat, dan pengaruh kegiatan usaha pada budaya masyarakat sekitar. Aspek
sosial, ekonomi, dan budaya dinyatakan layak jika kegiatan pengembangan usaha
memberikan manfaat pada masyarakat sekitar usaha seperti dalam membuka
lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta tidak
mengganggu budaya masyarakat sekitar (Herbowo 2011).
Analisis aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui
dampak adanya usaha terhadap lingkungan di sekitarnya. Aspek lingkungan
umumnya berhubungan dengan adanya pencemaran terhadap lingkungan sekitar
lokasi usaha atau tidak yang berasal dari limbah usaha berupa baglog jamur yang
telah digunakan untuk budidaya. Aspek lingkungan dinyatakan layak jika kegiatan
usaha tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan
mengganggu masyarakat sekitar (Mulyawati 2012).

Analisis Kelayakan Finansial

Kelayakan usaha dari segi keuangan dapat dilihat menggunakan analisis


finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian
investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan analisis Switching Value.
Aspek finansial pada usaha yang akan atau sedang dijalankan dinyatakan layak
9

apabila telah memenuhi 4 kriteria investasi yaitu NPV > 0, IRR diatas discount
rate, Net B/C > 1, dan payback periode yang kurang dari umur proyek.
Mulyawati (2012) pada penelitiannya membandingkan kondisi Kumbung
Jamur D & D sebelum pengembangan usaha (skenario I), dan setelah
pengembangan usaha baik membangun kumbung menggunakan bahan bambu
(skenario II) maupun menggunakan bahan kayu (skenario III). Dari setiap
skenario akan dikaji analisis biaya dan manfaat, laba rugi serta kriteria
investasinya. Berdasarkan analisis kriteria investasi yang telah dilakukan dengan
umur usaha lima tahun, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 160 907 357.82.
Nilai ini menunjukkan keuntungan yang diperoleh pelaku usaha selama lima
tahun dengan tingkat diskonto 6.813 persen. Nilai ini lebih besar dari nol,
sehingga berdasarkan kriteria NPV usaha Kumbung Jamur D & D saat ini
sebelum adanya pengembangan (skenario I) layak untuk dijalankan. Perhitungan
Net B/C menghasilkan nilai 1.87 satuan rupiah. Angka ini menunjukkan bahwa
Kumbung Jamur D & D mendapatkan keuntungan Rp 1.87 untuk setiap Rp 1 yang
dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih besar dari 1, sehingga menurut kriteria Net B/C
usaha Kumbung Jamur D & D layak untuk dijalankan. Sementara itu nilai IRR
Kumbung Jamur D & D pada skenario I sebesar 32 persen. Hal ini menunjukkan
tingkat pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 32 persen. Nilai
ini lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan, yaitu 6.813 persen, sehingga
usaha Kumbung Jamur D & D dengan kriteria IRR layak untuk dijalankan, karena
setiap investasi yang ditanamkan pada usaha ini akan mendapatkan tingkat
pengembalian yang lebih besar dibandingkan menyimpan dana investasi untuk di
tabung atau didepositokan. Nilai Payback Period (PP) usaha ini selama 2.38 tahun.
Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam
usaha Kumbung Jamur D & D sebelum adanya pengembangan akan dapat
dikembalikan pada tahun kedua, bulan keempat, hari ke tujuh belas. Hasil ini
menunjukkan DPP Kumbung Jamur D & D pada skenario I masih kurang dari
lima tahun, sehingga masih dikatakan layak untuk dijalankan. Dilihat dari
keempat kriteria kelayakan investasi yakni NPV, Net B/C, IRR, dan PP maka
usaha Kumbung Jamur D & D layak secara finansial.
Pada penelitian milik Herbowo (2011) dilakukan analisis kelayakan
finansial dengan tiga skenario. Pada skenario I, yaitu menjual log jamur tiram
putih menggunakan tingkat discount rate 6.75% yang ditentukan berdasarkan
rata-rata tingkat BI rate bulan Februari sampai Mei 2011. Berdasarkan
perhitungan kriteria investasi yang telah dilakukan dengan umur usaha selama
lima tahun, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 708 104 697.01 yang
menunjukkan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh pelaku usaha
selama lima tahun dengan tingkat diskonto 6.75 persen sebesar Rp 708 104
697.01. Nilai tersebut lebih besar dari nol, sehingga berdasarkan kriteria NPV,
usaha jamur tiram putih dengan skenario I layak untuk dijalankan. Perhitungan
Net B/C menghasilkan nilai sebesar 2.32 yang menunjukkan bahwa setiap satu
satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha penjualan log jamur tiram putih ini
akan memberikan keuntungan yang nilainya sebesar 2.32 satuan. Nilai Net B/C ini
lebih besar dari satu maka pada kriteria ini, untuk usaha jamur tiram putih dengan
skenario I layak untuk dijalankan. Sementara itu, nilai IRR dari usaha jamur tiram
putih dengan skenario I sebesar 45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian investasi yang ditanamkan pada usaha jamur tiram putih dengan
10

skenario I sebesar 45 persen. Nilai ini lebih besar dari tingkat diskonto yang
digunakan, yaitu 6.75 persen. Maka, dapat dikatakan bahwa usaha jamur tiram
putih dengan skenario I berdasarkan kriteria IRR layak untuk dijalankan. Nilai
Payback Period (PP) dari usaha ini adalah selama 3 tahun, 6 bulan, 29 hari. Nilai
ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam usaha
jamur tiram putih dengan skenario I akan dapat dikembalikan pada tahun ketiga,
bulan ketujuh, hari kedua puluh sembilan. Payback period memiliki periode yang
lebih kecil dibandingkan dari umur usaha jamur tiram putih yang berlangsung
selama lima tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha jamur tiram putih
dengan skenario I layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria pengembalian
investasinya.
Pada skenario II, yaitu budidaya jamur tiram putih dengan cara membeli log
jamur tiram putih menggunakan tingkat discount rate 6.75% yang ditentukan
berdasarkan rata-rata tingkat BI rate bulan Februari sampai Mei 2011.
Berdasarkan perhitungan kriteria investasi yang telah dilakukan dengan umur
usaha selama lima tahun, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 403 502 827.98
yang menunjukkan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh pelaku
usaha selama lima tahun dengan tingkat diskonto 6.75 persen sebesar Rp 403 502
827.98. Nilai tersebut lebih besar dari nol, sehingga berdasarkan kriteria NPV,
usaha jamur tiram putih dengan skenario II layak untuk dijalankan. Perhitungan
Net B/C menghasilkan nilai sebesar 1.69 yang menunjukkan bahwa setiap satu
satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih dengan
membeli log ini akan memberikan keuntungan yang nilainya sebesar 1.69 satuan.
Nilai Net B/C ini lebih besar dari satu maka pada kriteria ini, untuk usaha jamur
tiram putih dengan skenario II layak untuk dijalankan. Sementara itu, nilai IRR
dari usaha jamur tiram putih dengan skenario II sebesar 27 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan pada usaha
jamur tiram putih dengan skenario II sebesar 27 persen. Nilai ini lebih besar dari
tingkat diskonto yang digunakan yaitu 6.75 persen. Maka, dapat dikatakan bahwa
usaha jamur tiram putih dengan skenario II berdasarkan kriteria IRR layak untuk
dijalankan. Nilai Payback Period (PP) dari usaha ini adalah selama 4 tahun, 3
bulan, 11 hari. Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang
ditanamkan dalam usaha jamur tiram putih dengan skenario II akan dapat
dikembalikan pada tahun keempat, bulan keempat, hari kesebelas. Payback period
memiliki periode yang lebih kecil dibandingkan dari umur usaha jamur tiram
putih yang berlangsung selama lima tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa
usaha jamur tiram putih dengan skenario II layak untuk dijalankan berdasarkan
kriteria pengembalian investasinya.
Pada skenario III, yaitu menjual log dan jamur tiram putih segar
menggunakan tingkat discount rate 6.75% yang ditentukan berdasarkan tingkat
rata-rata BI rate bulan Februari sampai Mei 2011. Berdasarkan perhitungan
kriteria investasi yang telah dilakukan dengan umur usaha selama lima tahun, nilai
NPV yang diperoleh sebesar Rp 2 095 013 894.70 yang menunjukkan bahwa
manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh pelaku usaha selama lima tahun
dengan tingkat diskonto 6.75 persen sebesar Rp 2 095 013 894.70. Nilai tersebut
lebih besar dari nol, sehingga berdasarkan kriteria NPV, usaha jamur tiram putih
dengan skenario III layak untuk dijalankan. Perhitungan Net B/C menghasilkan
nilai sebesar 2.77 yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang
11

dikeluarkan untuk usaha penjualan log dan jamur tiram putih segar ini akan
memberikan keuntungan yang nilainya sebesar 2.77 satuan. Nilai Net B/C ini
lebih besar dari satu maka pada kriteria ini, untuk usaha jamur tiram putih dengan
skenario III layak untuk dijalankan. Sementara itu, nilai IRR dari usaha jamur
tiram putih dengan skenario III sebesar 59 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan pada usaha jamur tiram putih
dengan skenario III sebesar 59 persen. Nilai ini lebih besar dari tingkat diskonto
yang digunakan yaitu 6.75 persen. Maka, dapat dikatakan bahwa usaha jamur
tiram putih dengan skenario III berdasarkan kriteria IRR layak untuk dijalankan.
Nilai Payback Period (PP) dari usaha ini adalah selama 2 tahun, 10 bulan, 6 hari.
Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam
usaha jamur tiram putih dengan skenario III akan dapat dikembalikan pada tahun
kedua, bulan kesebelas, hari keenam. Payback period memiliki periode yang lebih
kecil dibandingkan dari umur usaha jamur tiram putih yang berlangsung selama
lima tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha jamur tiram putih dengan
skenario III layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria pengembalian
investasinya.

Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian di atas digunakan sebagai bahan ilmu dan pembanding


hasil penelitian dengan topik yang sama, meski secara nyata perbedaan utama
yang tampak antara lokasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan dan
pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun
kesamaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya tentang analisis
pengembangan usaha yaitu jenis pengembangan usaha yang akan dilakukan
berupa penambahan investasi berupa peningkatan kapasitas produksi. Selain itu,
metode analisis yang digunakan juga sama yakni analisis aspek non finansial,
analisis aspek finansial, dan analisis switching value. Pada aspek finansial, kriteria
investasi yang digunakan pun sama dengan penelitian sebelumnya, yakni Net
Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return
(IRR), dan Payback Periode (PP). Sementara perbedaan terdapat pada
penggunaan analisis sensitivitas pada penelitian ini, yang tidak digunakan oleh
penelitian terdahulu.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis


Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut
dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2003). Bisnis adalah suatu kegiatan yang
mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil/benefit dan
12

secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan,


pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit (Nurmalina et al. 2009). Sehingga
studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam
tentang suatu usaha yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau
tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2003).
Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2009) mengungkapkan bahwa
kegiatan pertanian merupakan suatu kegiatan investasi uang mengubah sumber-
sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan
keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu.
Senada hal itu, Gray et al (1992) dalam Nurmalina et al. (2009) menyatakan
kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan
dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk
mendapatkan benefit. Sumber-sumber tersebut dapat berbentuk barang-barang
modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan
waktu. Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar,
penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan dan
perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur.
Menurut Suliyanto (2010) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang
bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilakasanakan
atau tidak. Sebuah ide bisnis dikatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut
mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stakeholeder)
dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan. Dalam arti sempit, keberhasilan
ini ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Jika penelitian dari investasi yang
dilakukan memberikan manfaat bagi pelaku investasi maka pelaku akan
menjalankan kegiatan investasi tersebut. Sebaliknya, jika kerugian yang
dihasilkan dari investasi ini, maka kegiatan ini akan ditinggalkan (Husnan dan
Muhammad 2000). Tujuan dilakukannya analisis usaha adalah 1) untuk
mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu usaha,
2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari
pelaksanaan usaha yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap
peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif usaha yang
paling menguntungkan, 4) menentukan prioritas investasi (Husnan dan
Muhammad 2000).

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis


Menurut Nurmalina et al. (2009) secara umum aspek-aspek yang diteliti
dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek ekonomi, sosial, dan budaya, aspek lingkungan
serta aspek finansial (keuangan). Setiap aspek untuk dikatakan layak harus
memiliki suatu standar tertentu dan penilaian tidak hanya dilakukan hanya pada
satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada
seluruh aspek yang akan dinilai. Dengan kata lain, masing-masing aspek tidak
berdiri sendiri tetapi saling ebrkaitan satu sama lain. Bila suatu bisnis ada salah
satu aspek yang kurang memenuhi kriteria maka perlu diberikan beberapa saran
perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Selain menganalisis kriteria
investasi yang telah disebutkan di atas, dalam pengeloalaan bisnis juga dianalisis
mengenai kriteria tambahan. Kriteria tersebut yaitu analisis switching value.
13

Aspek pasar
Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek
yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
proyek tersebut dan jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek usaha ke depan pun
tidak jelas, maka risiko kegagalan usaha menjadi besar. Menurut Nurmalina et al.
(2009) aspek pasar mempelajari tentang:
a. Permintaan
Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk
membeli (Umar 2005). Hal ini berarti bahwa permintaan akan terjadi
apabila didukung oleh daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk
membeli serta adanya akses untuk memperoleh barang dan jasa yang
ditawarkan. Dalam permintaan juga perlu merinci secara total mengenai
daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan
tentang proyeksi permintaan tersebut (Nurmalina et al. 2009).
b. Penawaran
Secara umum, penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan
produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor
yang dapat mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain
harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan
substitusi atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan,
atau akses (Umar 2005).
c. Harga
Harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertai dengan pemberian
jasa (Suliyanto 2010). Menurut Nurmalina et al. (2009) menjelaskan bahwa
perlu dilakukannya perbandingan dengan barang-barang impor, produksi
dalam negeri lainnya sehingga dapat terlihat adanya kecenderungan pola
perubahan harga dan bentuk polanya.
d. Program pemasaran
Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing
mix) yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi
(promotion). Selain itu, adanya identifikasi siklus kehidupan produk
(product life cycle) sehingga perusahaan dapat mengetahui pada tahap apa
produk yang akan dibuat (Nurmalina et al. 2009).
e. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan.
Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar
potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan.
Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk
yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu periode tertentu.
Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor,
yaitu marketing mix, dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel
yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Muhammad
2000).

Aspek Teknis
Analisis secara teknis berhubungan dengan input (penyediaan) dan output
(produksi) berupa barang dan jasa. Kerangka kerja proyek harus dibuat secara
14

jelas agar analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek-aspek lain
dari analisis proyek hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat
dilakukan (Gittinger 1986). Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan
dengan pembangunan bisnis secara teknis dan pengorganisasiannya setelah bisnis
tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Aspek ini bertujuan untuk
meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi perencanaan yang telah
dilakukan dapat dilaksanakan secara layak atau tidak (Husnan dan Muhammad,
2000). Adapun beberapa faktor yang diperlukan dalam menilai aspek teknis ini
yaitu lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, tata letak (layout) (Nurmalina
et al. 2009)
Lokasi usaha untuk perusahaan indsutri mencakup dua pengertian yakni
lokasi dan lahan pabrik serta lokasi untuk bukan pabrik. Pengertian kedua
menunjuk pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan
dengan proses produksi, yakni meliputi lokasi bangunan administrasi perkantoran
dan pemasaran. Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi
untuk mencapai keuntungan yang optimal. Penentuan luas produksi sangatlah
penting apabila perusahaan menghasilkan berbagai macam produk dan
berproduksi untuk pasar. Sementara untuk perusahaan yang terbakukan produk
karena peralatan dan mesin menjadi tidak penting dalam penentuan luas produksi.
Tata letak (layout) atau disebut juga tata ruang merupakan keseluruhan proses
penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu
perusahaan yang mencangkup layout site (layout lahan lokasi bisnis), layout
pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitasnya. Proses produksi
memiliki tiga jenis proses yaitu 1) proses produksi yang terputus-putus, 2) kontinu,
dan 3) kombinasi (Nurmalina et al. 2009).

Aspek Manajemen dan Hukum


Husnan dan Muhammad (2000) menyebutkan pengkajian aspek manajeman
pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada.
Bisnis yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang
profesional mulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai dengan
mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan
struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya.
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan
bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al. 2009).
a. Manajemen dalam Masa Pembangunan Bisnis
Manajemen bisnis harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek
dengan mengkoordinasikan berbagai aktivitas atau kegiatan proyek dan
penggunaan sumberdaya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa
pembangunan proyek, yaitu pelaksana bisnis tersebut, jadwal penyelesaian
bisnis, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek.
b. Manajemen dalam Operasi
Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,
struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan
tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.
15

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar
bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat
keseluruhan (Nurmalina et al. 2009). Pada aspek sosial yang dipelajari adalah
penambahan kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Berkaitan dengan hal tersebut, Umar (2005) menyatakan hendaknya usaha juga
memiliki manfaat seperti melaksanakan alih teknologi, meningkatkan mutu hidup,
dan pengaruh positif terhadap masyarakat sekitar.
Sementara dari aspek ekonomi suatu usaha dapat memberikan peluang
peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, pendapatan asli daerah (PAD),
pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Perubahan dalam
teknologi atau peralatan mekanis dalam usaha dapat secara budaya mengubah
jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat (Nurmalina et al. 2009).

Aspek Lingkungan
Aspek ini mempertimbangkan tentang dampak yang terjadi terhadap
lingkungan sekitar apabila adanya suatu bisnis. Analisis terhadap aspek
lingkungan berkenaan dengan implikasi yang lebih luas, apakah usaha
menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin rusak (Nurmalina et al.
2009).
Umar (2005) studi aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan
apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, dan air, rencana usaha
diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Misalnya adanya
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) agar kualitas lingkungan
tidak rusak dengan berdirinya sebuah usaha.

Aspek Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan dan Muhammad 2000). Penelitian dalam aspek finansial
dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar
biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga meneliti seberapa besar
pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi
lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan
tingkat suku bunga yang berlaku.
Menurut Umar (2005), analisis aspek keuangan bertujuan untuk menentukan
rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti halnya ketersediaan
dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut
dalam waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah proyek akan dapat
berkembang terus. Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan besarnya
dana yang diperlukan, sumber pendanaan keuntungan yang didapatkan dan
dampaknya bagi perekonomian (Nurmalina et al. 2009).

Arus Kas (Cahsflow)


Aliran kas (cash flow) merupakan istilah dari aliran penerimaan dan
pengeluaran dalam usaha. Menurut Nurmalina et al. (2009) aliran kas (cash flow)
yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu
16

periode tertentu dan cash flow menjadi bagian penting yang harus diperhatikan
oleh manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk
memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Laporan ini
juga menyediakan dasar untuk menilai kemapuan perushaan membayar utangnya
yang jatuh tempo (Carl et al. 2006). Menurut Carl et al. (2006) laporan arus kas
melaporkan arus kas melalui tiga jenis aktivitas, yakni :
1. Arus kas dari aktivitas operasi
Arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Contoh-contoh
semacam itu mencakup pembelian dan penjualan barang dagangan oleh
pengecer.
2. Arus kas dari aktivitas investasi
Arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak
lancar. Contoh-contoh transaksi meliputi penjualan dan pembelian aktiva
tetap, seperti peralatan dan bangunan.
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan
Arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan utang perusahaan.
Contoh-contoh transaksi seperti itu meliputi penerbitan atau penarikan
sekuritas atau efek ekuitas dan utang.
Suatu arus kas menurut Nurmalina et al. (2009) terdiri atas beberapa unsur,
yakni :
1. Inflow atau arus penerimaan, untuknya dimasukkan setiap komponen yang
merupakan pemasukan dalam usaha. Komponen tersebut t=yang masuk ke
dalam inflow terdiri dari a) Nilai produksi total, b) Penerimaan pinjaman, c)
Grants (Bantuan-bantuan), d) Nilai sewa, dan e) Salvage value.
2. Outflow merupakan aliran yang menunjukkan pengurangan kas, akibat
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha baik pada
saat di awal pendirian maupun pada saat tahun berjalan. Komponen-
komponen yang terdapat dalam outflow, diantaranya adalah: biaya investasi,
biaya produksi, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, tanah, bahan-bahan,
debt service (bunga dan pinjaman pokok), dan pajak.
3. Manfaat bersih merupakan selisih antara nilai inflow dengan outflow.

Analisis Laporan Laba Rugi


Menurut Nurmalina et al. (2009) laporan laba rugi merupakan gambaran
kinerja perusahaan dengan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode
tertentu. Laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan
kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi
atau produksi. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran.
Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan
potongan penjualan, barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran
tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk
memproduksi output, diantaranya adalah biaya operasional-variabel dan biaya
operasional-tetap.

Analisis Kriteria Investasi


Menurut Nurmalina et al. (2009) studi kelayakan bisnis pada dasarnya
bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha berdasarkan kriteria investasi.
Penerapan kriteria investasi yang tepat untuk usaha di Indonesia adalah NPV, Net
17

B/C, IRR dan PP (Gray et al. 1992). Meskipun beberapa investor ataupun ada
yang menggunaka Gross B/C dan Profitability Ratio (PV/K). Berikut penjelasan
4 kriteria tersebut sebagai berikut :
1. Nilai Kini Manfaat Bersih (Net Present Value = NPV)
Net present value adalah selisih antara total present value manfaat dengan
total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan
selama umur usaha . Suatu usaha dikatakan layak jika NPV lebih besar dari nol
yang artinya usaha menguntungkan atau memberikan manfaat (Nurmalina et al.
2009).
2. Rasio Manfaat Biaya (Net Benefit-Cost Ratio = Net B/C)
Rasio manfaat biaya adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih
yang menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian
dari usaha tersebut. kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah :
x Net B/C > 0, maka NPV > 1, usaha layak atau menguntungkan
x Net B/C < 0, maka NPV < 1, usaha tidak layak atau merugikan
x Net B/C = 1, maka NPV = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi
3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR)
Menurut Nurmalina et al. (2009) IRR adalah tingkat discount rate (DR)
yang menghasilkan NPV sama dengan nol dan besaran yang dihasilkan dalam
perhitungannya dalam satuan persentase (%). Perhitungan IRR pada umumnya
dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate
yang lebih rendah yang menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount rate
yang lebih tinggi yang menghasilkan NPV negatif. Hubungan antara NPV dengan
IRR dapat terlihat pada Gambar 1.

NPV

NPVocc

IRR
NPV+

i = Discount Rate
NPV-
OCC i1 i2

Gambar 1 Hubungan antara NPV dengan IRR

Sumber: Nurmalina et al. 2009 (diolah)


4. Jangka Waktu Pengembalian Modal Investasi (Payback Period = PP)
Metode ini digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi modal
kembali, dilihat dari keuntungan bersih usaha sesudah diperhitungkan pajak
perusahan. Semakin cepat modal itu dapat kembali maka semakin baik suatu
usaha untuk diusahakan. Menurut Nurmalina et al. (2009) masalah utama dari
18

metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang


diisyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Selain itu, metode
PP ini memeliki beberapa kelemahan, yaitu : 1) diabaikannya nilai waktu uang
(time value of money), 2) diabaikannya cash flow setelah payback period .

Analisis Sensitivitas dan Switching Value


Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap
ketidakpastian (Gittinger 1986). Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari
suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan.
Penentuan persentase perubahan variabel-variabel penting diketahui berdasarkan
data historis perusahaan. Analisis switching value merupakan perhitungan untuk
mengukur tingkat maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau
perubahan komponen outflow yang masih ditoleransi agar usaha masih tetap layak
(Nurmalina et al. 2009). Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2009)
menyatakan bahwa analisis switching value merupakan suatu variasi pada analisis
sensitivitas. Namun, perbedaan yang mendasar adalah pada analisis sesitivitas
besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik sementara pada perhitungan
switching value justru perubahan tersebut dicari sampai nilai NPV bernilai sama
dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan di dalam
komponen inflow atau outflow, maka perubahan tersebut tidak boleh melebihi
batas nilai switching value. Dengan kata lain apabila melebihi nilai pengganti
tersebut, maka usaha menjadi tidak layak atau NPV<0.

Kerangka Pemikiran Operasional

Jamur tiram merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura yang sedang
berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya pelaku usaha
budidaya jamur tiram. Jenis jamur tiram yang sedang banyak dikembangkan di
Indonesia adalah jenis jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram putih
ini memiliki banyak manfaat dalam hal kesehatan. Oleh karena itu tak heran jika
usaha budidaya jamur tiram semakin berkembang.
Usaha budidaya jamur tiram putih ini tidak terbatas pada penanaman
(growing) jamur tiram putih saja. Terdapat beberapa kegiatan usaha yang bisa
dilakukan oleh satu perusahaan ataupun beberapa perusahaan yang saling terkait.
Kegiatan tersebut terdiri dari usaha bibit jamur tiram putih, usaha media tanam
(baglog) jamur tiram putih, usaha penanaman (growing) jamur tiram putih, hingga
usaha pengolahan jamur tiram putih. Pembagian kegiatan seperti ini menyebabkan
jamur tiram putih dapat memiliki nilai tambah yang tinggi sehingga semakin
prospek usahanya pun semakin tinggi.
Salah satu penghasil jamur tiram putih terbanyak di Indonesia adalah
provinsi Jawa Barat. Di Jawa Barat sendiri ada beberapa tempat yang memang
dijadikan kawasan sentra penghasil jamur tiram putih. Di antaranya adalah
Karawang, Subang, Purwakarta, Cianjur, Indramayu, Cirebon, Bandung Barat,
Garut, CIamis, Tasikmalaya, Bogor dan Sumedang. P99 merupakan salah satu
usaha yang bergerak dalam pembudidayaan jamur tiram di Kabupaten Cianjur.
P99 didirikan pada tahun 2013 dan berlokasi di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur. P99 bergerak dalam usaha produksi baglog dan jamur tiram
19

putih. Selama berjalannya usaha terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan


usaha. Kendala utama yang dihadapi oleh P99 adalah tidak adanya tenaga kerja
bagian pemasaran. Hal ini menyebabkan P99 tidak bisa memasarkan produknya
sehingga sulit bagi P99 untuk mendapat konsumen baru. Akibatnya, usaha P99
yang utamanya memproduksi baglog jamur tiram putih sulit untuk berkembang.
Selain itu, kapasitas kumbung untuk penanaman (growing) jamur yang digunakan
sebagai pemanfaatan baglog jamur yang terkontaminasi dan tidak terjual juga
terbatas. Akibatnya banyak baglog siap tanam yang tumbuh di bangunan bagian
inkubasi baglog. Oleh karena itu, P99 memutuskan untuk mengembangkan
usahanya dengan menambah satu kumbung baru untuk growing jamur tiram putih.
Penambahan kumbung baru ini memerlukan investasi sehingga perlu diketahui,
layak atau tidak dilakukannya usaha ini.
Kelayakan pengembangan usaha ditentukan berdasarkan aspek non finansial
maupun aspek finansial, Analisis mengenai kelayakan usaha dari aspek non
finansial bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha pada aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajamen dan hokum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta
aspek lingkungan. Analisis berdasarkan aspek finansial menggunakan kriteria
investasi yang terdiri dari: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Analisis
finansial yang dilakukan terdiri dari dua skenario yaitu skenario I pada kondisi
aktual sebelum adanya pengembangan usaha dan skenario II pada kondisi
pengembangan usaha berupa pembangunan kumbung jamur. Setelah melakukan
kegiatan analisis aspek finansial serta didapatkan hasil mengenai kelayakan usaha
pada kondisi saat ini, maka dilakukan analisis switching value untuk melihat
dampak dari suatu keadaan yang berubah pada variabel terkait. Variabel yang
akan dianalisis dapat mempengaruhi biaya dan manfaat pada usaha jamur tiram
putih P99 dalam menjalankan operasionalnya adalah peningkatan pada harga
input yaitu serbuk gergaji dan penurunan penjualan output.
Hasil dari seluruh analisis kelayakan usaha yang meliputi analisis aspek non
finansial dan aspek finansial, akan digunakan untuk menentukan apakah usaha
jamur tiram putih P99 layak untuk dijalankan atau tidak. Jika hasil analisis adalah
layak, maka direkomendasikan usaha jamur tiram putih P99 untuk melakukan
pengembangan. Akan tetapi, jika hasil dari analisis adalah tidak layak, maka
perusahaan perlu melakukan adanya perbaikan usaha. Ringkasan kerangka
operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
20

Peluang dan prospek budidaya


jamur tiram putih

Usaha jamur tiram putih P99


Di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur

Kendala :
1. Tidak adanya tenaga kerja pemasaran
2. Sulit untuk mendapatkan konsumen baru
3. Baglog jamur siap panen banyak yang sudah tumbuh
4. Kapasitas kumbung growing jamur terbatas

Pengembangan usaha dengan pembangunan


kumbung jamur baru

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Aspek Non Finansial : Aspek Finansial :


1. Aspek Pasar 1. Net Present Value (NPV)
2. Aspek Teknis 2. Internal Rate of Return (IRR)
3. Aspek Manajemen dan 3. Net Benefit-Cost (Net B/C)
Hukum 4. Payback Period (PP)
4. Aspek Sosial, Budaya dan
Ekonomi
5. Aspek Lingkungan Analisis Sensitivitas

Analisis Switching Value

Layak Tidak layak

Saran dan rekomendasi untuk Saran dan perbaikan


pengembangan usaha
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
21

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian analisis kelayakan usaha ini dilakukan di usaha jamur tiram putih
P99 yang berlokasi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa produk baik baglog
maupun jamur tiram putih segar merupakan produk yang sedang diminati
mengingat berkembangnya juga usaha budidaya jamur tiram putih yang tentunya
memerlukan baglog jamur tiram putih sebagai media tanamnya. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2015 dengan tahapan persiapan
penelitian, pengambilan data, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan laporan
penelitian.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer serta data sekunder, baik yang
berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui
pengamatan langsung dan wawancara dengan pengelola dan karyawan P99
maupun pihak eksternal P99. Sedangkan data sekunder yang digunakan sebagai
data pelengkap dari penelitian ini diperoleh dari studi literatur, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Cianjur, Direktorat Jenderal Hortikultura, Perpustakaan Lembaga
Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, serta informasi dari media internet.

Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung, pengisian kuesioner,


serta observasi lapang. Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara
penentuan beberapa responden yang relevan memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti secara sengaja (mengunakan teknik purposive sampling).
Responden tersebut terdiri dari pihak internal dan eksternal usaha jamur tiram
putih P99. Dari pihak internal, yaitu pengelola serta tenaga kerja P99, diperoleh
informasi mengenai aspek finansial serta sebagian aspek non finansial. Di
antaranya adalah aspek pasar, aspek teknis, serta aspek manajemen dan hukum.
Sedangkan dari pihak eksternal, yaitu warga sekitar lokasi usaha jamur tiram putih
P99, diperoleh informasi mengenai aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek
lingkungan. Penggunaan data sekunder bersumber dari studi literatur berbagai
buku, skripsi, dan artikel elektronik, serta beberapa instansi terkait seperti Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Cianjur dan Direktorat Jenderal Hortikultura.
22

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif


disajikan dalam bentuk deskriptif mengenai aspek-aspek non finansial pada usaha
jamur tiram putih P99 yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan
metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial yang meliputi
data penjualan, biaya-biaya operasional dan investasi diolah dengan
memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2010 dan disajikan dalam
bentuk deskriptif maupun tabulasi untuk dapat mempermudah pemahaman.

Analisis Kelayakan Non Finansial

Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan yang akan
digunakan dalam analisis kelayakan usaha jamur tiram P99.

Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan urutan pertama dalam studi kelayakan. Analisis
aspek pasar dilakukan secara deskriptif meliputi analisis permintaan, penawaran,
serta bauran pemasaran. Usaha jamur tiram putih dikatakan layak bila terdapat
potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih oleh pengusaha jamur tiram
serta terpenuhinya bauran pemasaran, yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi.
Potensi pasar dapat diprediksi dari analisis jumlah pelanggan baglog serta jamur
tiram putih, wilayah pemasarannya, serta bagaimana saluran distribusi dari produk
baglog dan jamur tiram putih.

Aspek Teknis
Aspek teknis meliputi pengoperasian dalam pengembangan usaha jamur
tiram putih P99. Usaha tersebut dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila
lokasi perusahaan mampu mendukung kegiatan usaha dalam hal kemudahan akses
bahan baku dan akses pasar, luas produksi yang optimal, layout perusahaan yang
sesuai sehingga mampu mempermudah proses produksi, serta pemilihan teknologi
yang tepat seperti pada sterilisasi baglog ataupun pasca panen jamur tiram putih.

Aspek Manajemen dan Hukum


Aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan manajemen pada usaha jamur tiram putih P99 seperti struktur organisasi,
pembagian tugas, dan wewenang karyawan. Aspek manajemen dalam usaha jamur
tiram putih P99 dapat dikatakan layak bila pengelolaan sumberdaya manusia yang
terdapat pada usaha tersebut telah dikelola dengan baik, serta kesiapan tenaga
kerja dalam menjalankan usaha tersebut.
Pada aspek hukum sebuah usaha jamur tiram putih layak dilaksanakan bila
telah memiliki izin persetujuan dari pihak Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga
(RW), ataupun pihak Desa serta mendapatkan surat izin usaha.
23

Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi


Usaha jamur tiram putih P99 dikatakan layak pada aspek sosial dan
ekonomi bila mampu meningkatkan kesempatan kerja atau mengurangi
pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, serta meningkatkan
aktivitas ekonomi. Selain itu, pengembangan usaha jamur tiram putih P99 juga
diharapkan tidak bertentangan dengan budaya lingkungan sekitar yang
memberikan dampak yang merugikan.

Aspek Lingkungan
Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh dari lingkungan alam sekitar
apakah dengan adanya usaha jamur tiram putih P99 menyebabkan lingkungan
semakin baik atau semakin rusak, misalnya dengan pengelolaan limbah
perusahaan yang kurang baik sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar yang
menghasilkan eksternalitas negatif terhadap masyarakat.

Analisis Kelayakan Finansial

Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal
Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).
Analisis kuantitatif dikaji untuk memperoleh data tentang finansial pada usaha
jamur tiram putih P99. Selain itu dilakukan juga analisis switching value untuk
mengkaji tingkat kepekaan usaha jamur tiram putih P99 terhadap kemungkinan
terjadi kenaikan harga input dan penurunan penjualan output. Berikut adalah
pemaparan mengenai kriteria investasi yang digunakan.

Net Present Value (NPV)


NPVatau nilai kini manfaat bersih adalah keuntungan yang diperoleh dari
hasil selisih penerimaan (benefit) dan pengeluaran (cost) selama umur proyek
tersebut. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatif yang dapat dipilih
apabila terdapat kendala biaya modal dimana usaha ini memberikan NPV biaya
yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahunnya (Umar,
2005). Menurut Nurmalina et al. (2009) dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
Bt -Ct
NPV=
(1+i)t
t=1

dimana :
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga/Discount Rate (%)
t = Tahun (1,2,,10)
n = Umur ekonomis proyek

Pada kelayakan investasi dengan menggunakan metode NPV terdapat tiga


kriteria, yaitu :
a. NPV > 0, artinya suatu usaha dinyatakan menguntungkan dan layak untuk
dilaksanakan.
24

b. NPV < 0, artinya usaha dinyatakan tidak menghasilkan manfaat sebesar


biaya yang digunakan maka usaha merugikan dan tidak layak untuk
dilaksanakan.
c. NPV = 0, artinya suatu usaha mampu mengembalikan sebesar biaya yang
dikeluarkan yang artinya usaha tidak untung atau rugi.

Internal Rate of Return (IRR)


IRR atau tingkat pengembalian investasi mengukur tingkat keuntungan
internal atas investasi yang telah ditanam. Menurut Nurmalina et al. (2009), IRR
menunjukkan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan
nol dengan satuan persentase. Perhitungan dapat dilakukan dengan metoda
interpolasi antara tingkat DR yang lebih rendah (NPV positif) dengan tingkat DR
yang lebih tinggi (NPV negatif). Rumus IRR yang digunakan adalah sebagai
berikut :

NPV1
IRR=i1 + (i -i )
NPV1 -NPV2 2 1

Keterangan:
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif

Pada kelayakan investasi dengan menggunakan metode NPV terdapat dua


kriteria, yaitu :
a. IRR > discount rate (DR), artinya suatu usaha dinyatakan layak untuk
dilaksanakan
b. IRR < discount rate (DR), artinya suatu usaha dinyatakan tidak layak untuk
dilaksanakan

Net Benefeit-Cost Ratio (Net B/C)


Net B/C atau rasio biaya manfaat merupakan rasio antara total nilai sekarang
dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari
penerimaan bersih yang bersifat negatif. Secara matematis, rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :

n B -C
B t=0/1 (1+i)t
t t
Bt -Ct >0
Net = dimana
C n Bt-Ctt Bt -Ct <0
t=0/1 (1+i)

Keterangan :
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga (discount rate)
t = Tahun (1,2,,10)
n = Jumlah Tahun
25

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan metode Net B/C terdapat tiga


kriteria, yaitu :
a. Net B/C > 1, artinya suatu usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan secara
finansial.
b. Net B/C < 1, artinya suatu usaha dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan
secara finansial.
c. Net B/C = 1, artinya suatu usaha mengeluarkan biaya yang sama dengan
keuntungan yang didapatkan.

Payback Period (PP)


Kriteria ini mengukur jangka waktu dari pengembalian yang diharapkan atas
modal/investasi yang telah ditanam. Jika payback period lebih cepat dibandingkan
dengan umur maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Menurut Nurmalina
et al. (2009) metode ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Rumus
yang digunakan dalam payback period adalah :

1
PP=
Ab

Keterangan :
I = Jumlah Modal Investasi
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya

Analisis Sensitivitas dan Switching Value


Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap
ketidakpastian (Gittinger 1986). Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari
suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan.
Penentuan persentase perubahan variabel-variabel penting diketahui berdasarkan
data historis perusahaan. Analisis switching value merupakan perhitungan untuk
mengukur tingkat maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau
perubahan komponen outflow yang masih ditoleransi agar usaha masih tetap layak
(Nurmalina et al. 2009). Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2009)
menyatakan bahwa analisis switching value merupakan suatu variasi pada analisis
sensitivitas. Namun, perbedaan yang mendasar adalah pada analisis sesitivitas
besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik sementara pada perhitungan
switching value justru perubahan tersebut dicari sampai nilai NPV bernilai sama
dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan di dalam
komponen inflow atau outflow, maka perubahan tersebut tidak boleh melebihi
batas nilai switching value. Dengan kata lain apabila melebihi nilai pengganti
tersebut, maka usaha menjadi tidak layak atau NPV<0.
26

Asumsi Dasar

Analisis kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih P99 memuat


beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam perhitungan, yaitu:
1. Pada skenario I, II, maupun III, umur bisnis usaha jamur tiram putih P99
ditentukan selama 8 tahun berdasarkan umur ekonomis bangunan sebagai
aset yang paling berpengaruh dalam usaha.
2. Produk yang dianalisis adalah baglog jamur tiram putih dan jamur tiram
putih.
3. Seluruh modal yang digunakan untuk pengembangan usaha jamur tiram
putih di usaha jamur tiram putih P99 merupakan modal sendiri dan bukan
dari pinjaman bank.
4. Harga input dan output yang digunakan dalam analisis ini merupakan harga
yang berlaku berdasarkan wawancara pada saat penelitian dilakukan di
usaha jamur tiram putih P99 dan harga diasumsikan konstan hingga akhir
tahun usaha.
5. Penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada periode
pengambilan data pada bulan Agustus 2015.
6. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan dan satu bulan
diasumsikan terdiri dari 24 hari kerja.
7. Analisis finansial menggunakan tiga skenario. Skenario I merupakan
kondisi setelah dilakukan pengembangan terhadap usaha yang meliputi
pembangunan dua kumbung untuk budidaya jamur tiram putih sehingga
meningkatnya jumlah pendapatan dari penjualan jamur tiram. Pada skenario
I, pendapatan diperoleh dari hasil penjualan baglog jamur tiram putih
maupun jamur tiram putih segar. Skenario II merupakan kondisi setelah
dilakukannya pengembangan. Namun dalam hal ini, pengembangan
dilakukan melalui pembangunan satu kumbung untuk inkubasi baglog jamur
tiram putih saja. Pada skenario II, pendapatan diperoleh dari hasil penjualan
baglog jamur tiram putih saja. Skenario III merupakan kondisi setelah
dilakukannya pengembangan terhadap usaha yang meliputi pembangunan
sepuluh kumbung budidaya jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan, pada
skenario III, pendapatan diperoleh dari hasil penjualan jamur tiram putih
segar saja.
8. Harga jual baglog jamur tiram putih Rp 1 800 per baglog dan harga jual
jamur tiram putih Rp 11 000 per kilogram.
9. Kapasitas produksi untuk baglog sebanyak 6 400 baglog per minggu. Pada
skenario I, kapasitas total kumbung budidaya (growing) sebanyak 40 000
baglog. Pada skenario II, kapasitas kumbung inkubasi baglog baru sebanyak
10 000 baglog. Sedangkan pada skenario III, kapasitas total kumbung
budidaya sebanyak 100 000 baglog.
10. Pada analisis sensitivitas dan switching value, diasumsikan komponen lain
selain harga bahan baku dan volume penjualan tidak berubah (ceteris
paribus).
11. Total produksi adalah jumlah produk yang dihasilkan selama satu tahun.
Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual.
12. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu :
27

Nilai pembelian barang-penafsiran nilai sisa


Penyusutan=
umur ekonomis barang
13. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito
Bank BCA bulan Juli-Agustus 2015 sebesar 5.5 persen. Pemakaian suku
bunga deposito Bank BCA diasumsikan bahwa usaha jamur tiram putih P99
melakukan penyimpanan dana pada bank tersebut.
14. Besarnya pajak penghasilan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 46 tahun 2013 pasal 2 dan 3. Tarif pajak
penghasilan yang dikenakan kepada usaha jamur tiram putih P99
berdasarkan undang-undang tersebut adalah sebesar satu persen per tahun,
karena usaha jamur tiram P99 memiliki peredaran bruto (penghasilan) tidak
melebihi Rp 4 800 000 000 dalam satu tahun pajak. Tarif pajak tersebut
berlaku tetap hingga akhir usaha.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum

Usaha budidaya jamur tiram putih P99 terletak di Desa Ciputri, Kecamatan
Pacet. Lokasi tersebut sangat cocok untuk dijadikan tempat usaha jamur tiram
putih karena memiliki suhu yang berkisar antara 17-25 Celsius yang merupakan
suhu yang dibutuhkan untuk budidaya jamur tiram putih. Selain itu, lokasi
tersebut juga berdekatan dengan beberapa usaha budidaya (growing) dan
pengolahan jamur tiram putih yang memang merupakan konsumen utama dari
produk yang dihasilkan oleh usaha jamur tiram P99. Akses jalan yang telah
diaspal pun memudahkan proses distribusi produk maupun mobilitas usaha untuk
membeli bahan baku produksi. Saat ini di Kecamatan Pacet terdapat beberapa
pelaku usaha yang bergerak dalam usaha jamur tiram putih seperti usaha milik
Bapak Beni, SS Farm, dan P99. Di antara usaha jamur tiram putih tersebut, yang
memiliki skala usaha terbesar besar adalah P99 karena bangunannya lebih besar
serta lebih teratur penataannya dibandingkan usaha lainnya. Alamat lengkap P99
berada di RW 5 Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Adapun
bangunan usaha jamur tiram putih P99 dapat dilihat pada Gambar 3.
28

Gambar 3 Bangunan usaha jamur tiram putih P99

Sejarah Singkat dan Perkembangan Usaha

P99 berdiri sudah sejak tahun 2013. Bapak Firman Setyapermana selaku
pemilik perusahaan awalnya memang sudah memiliki tanah yang sekarang
menjadi lokasi usaha P99. Sebelum dialih-fungsikan menjadi usaha jamur tiram,
tanah tersebut memang sudah diusahakan untuk menanam berbagai jenis sayuran
seperti wortel, sawi, selada, bayam, dan sebagainya. Setelah mempertimbangkan
bahwa usaha jamur tiram memiliki prospek usaha yang baik serta lebih
menguntungkan dibandingkan usaha sayuran yang pernah dilakukan, akhirnya
Bapak Firman menunjuk Bapak Haris Pribadi untuk menjadi pengelola usaha
jamur tiram putih yang dinamakan P99 ini. Pemilihan pengelola usaha ini tidak
dilakukan secara sembarangan. Dengan pertimbangan pengetahuan yang dimiliki
oleh Bapak Haris yang pernah bekerja sebagai manajer di perusahaan yang
bergerak di bidang florikultura, serta modal yang dimiliki oleh Bapak Firman,
maka usaha jamur tiram putih P99 ini pun berdiri pada tahun 2013.
Awalnya usaha jamur tiram putih P99 mengutamakan pada produksi baglog
jamur tiram putih. Produksi jamur tiram putih awalnya hanya dilakukan sebagai
pemanfaatan baglog jamur tiram putih yang terkontaminasi dan tidak dapat dijual.
Namun seiring berjalannya waktu, konsumen baglog jamur tiram putih P99 yang
merupakan pelaku usaha budidaya jamur tiram putih, semakin berkembang
usahanya dan beberapa di antaranya lebih memilih untuk membuat baglog sendiri
dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram putihnya. Karena P99 tidak
memiliki tenaga kerja di bidang pemasaran, cukup sulit untuk mendapatkan
konsumen baglog jamur tiram putih yang baru. Selain itu, meskipun konsumen
baglog jamur tiram putih di sekitar Kecamatan Pacet berkurang, konsumen jamur
tiram putih terus meningkat. Bahkan konsumen jamur tiram putih P99 bersedia
membeli berapapun jamur tiram putih yang diproduksi oleh P99. Oleh karena itu
pengelola memutuskan untuk melakukan pengembangan usaha melalui
penambahan kumbung untuk pertumbuhan (growing) jamur tiram putih.
29

Sumber Daya Manusia

P99 merupakan unit usaha yang memiliki struktur organisasi yang tergolong
masih sederhana. Dalam mengelola perusahaan Bapak Firman Setyapermana
selaku pemilik usaha jamur tiram putih P99 menduduki jabatan sebagai pemilik
perusahaaan. Kemudian dalam bagian pengelolaan, dilimpahkan seluruhnya
kepada Bapak Haris Pribadi yang mengatur bagian produksi, bagian pemasaran,
maupun bagian keuangan. Pada bagian produksi tenaga kerja terbagi atas
karyawan tetap dan tenaga kerja borongan. Tenaga kerja borongan bertugas untuk
mengayak serta mengaduk bahan baku untuk baglog, serta membuat baglog itu
sendiri. Sedangkan karyawan tetap terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian
seterilisasi dan inkubasi, bagian inokulasi, serta bagian budidaya. Kegiatan
pemasaran serta pengelolaan administrasi dan keuangan masih dipegang
seluruhnya oleh Bapak Haris selaku pengelola usaha.
Dalam perekrutan tenaga kerja, P99 tidak melakukan persyaratan khusus
seperti syarat pendidikan. Peluang kerja tersedia hanya diinformasikan kepada
masyarakat sekitar. Umumnya tenaga kerja yang mendominasi dalam kegiatan
produksi adalah pada tenaga kerja borongan yang bertugas mengayak dan
mengaduk bahan baku serta membuat baglog. Jam kerja karyawan dimulai sekitar
pukul 06.30 WIB hingga selesai untuk tenaga kerja borongan dan pukul 07.30
WIB hingga selesai untuk karyawan tetap bagian inokulasi, pukul 07.30 WIB
hingga pukul 12.00 WIB karyawan tetap bagian budidaya, serta pukul 07.30 WIB
hingga pukul 16.00 WIB setiap harinya untuk karyawan tetap bagian sterilisasi
dan inkubasi. Dalam seminggu terdapat 6 hari kerja yaitu Senin hingga Sabtu
sehingga pada hari Minggu tidak dilakukan kegiatan produksi kecuali untuk
bagian budidaya yang harus melakukan kegiatan panen setiap hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai


sejauh mana usaha jamur tiram putih layak jika dilihat dari aspek-asepk non
finansial. Dalam penelitian ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial lingkungan dan budaya, serta aspek ekonomi.

Aspek Pasar
Analisis aspek pasar pada sebuah usaha perlu dilakukan karena tidak ada
suatu usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan dari suatu produk yang
dihasilkan baik berupa barang atau jasa. Aspek pasar yang dianalisis meliputi
analisis permintaan, penawaran, serta bauran pemasaran.
Potensi Pasar
Potensi pasar untuk baglog jamur tiram putih maupun jamur tiram putih
segar di P99 ini digambarkan melalui permintaan dan penawaran untuk produk
yang ada. Usaha jamur tiram putih merupakan usaha yang cukup diminati oleh
masyarakat, baik oleh usaha budidaya jamur tiram putih maupun usaha penjualan
30

ataupun pengolahan jamur tiram putih. Minat masyarakat yang meningkat ini
berpengaruh positif terhadap keberlangsungan usaha yang dilakukan di P99.
Produk yang dihasilkan oleh P99 yang berupa baglog jamur tiram putih dan jamur
tiram putih segar selalu habis terjual. Pada awal usaha produksi baglog jamur
tiram putih, baglog yang diminta oleh pelaku usaha budidaya jamur tiram putih
dapat mencapai 10 000 baglog per minggunya. Permintaan tersebut belum mampu
dipenuhi oleh pihak P99 karena kapasitas produksi usaha baglog adalah sebanyak
6 000 baglog per minggunya. Oleh karena itu P99 seringkali kewalahan
menghadapi permintaan konsumen. Namun permintaan untuk baglog seringkali
tidak menentu waktunya. Selain itu, saat ini banyak pelaku usaha budidaya jamur
tiram putih yang memilih untuk memproduksi baglog sendiri. Akibatnya,
permintaan terhadap baglog pun semakin menurun. Kini, permintaan untuk baglog
jamur tiram putih menurun hingga menjadi 5 500 baglog per minggunya.
Pada usaha budidaya (growing), jamur tiram putih yang dihasilkan selalu
habis terjual dan belum mampu juga dalam memenuhi permintaan 4 konsumen.
Total permintaan keempat konsumen tersebut adalah sebanyak 2 sampai 3 ton per
bulannya, sedangkan saat ini produksi terbanyak yang dihasilkan untuk jamur
tiram putih segar adalah sebanyak 1.4 ton per bulannya. Hal ini mengindikasikan
bahwa, potensi pasar usaha jamur tiram putih di P99 masih baik dan terdapat
adanya insentif pengusaha untuk menjalankan usahanya karena masih ada gap
permintaan yang belum terpenuhi.
Bauran Pemasaran
a. Produk (Product)
Bidang usaha yang dijalankan di P99 adalah usaha produksi baglog
dan budidaya (growing) jamur tiram putih. Pada usaha produksi baglog,
produk yang dihasilkan berupa baglog jamur tiram putih siap tumbuh yang
dikemas dalam plastik berukuran 1735 cm. Ukuran produk yang dihasilkan
ini ditetapkan berdasarkan permintaan konsumen yakni para pembudidaya
jamur tiram putih. Sedangkan pada budidaya (growing) jamur tiram putih,
produk yang dihasilkan berupa jamur tiram putih segar yang berukuran
sekitar 100 gram per buahnya dan dikemas dalam plastik berukuran 5085
cm dan sisanya berupa produk baglog yang terkontaminasi. Baglog
terkontaminasi ini tidak dijual melainkan dimanfaatkan kembali oleh P99
untuk budidaya (growing) jamur tiram putih.
b. Harga (Price)
Hasil usaha jamur tiram putih P99 yang berupa baglog dijual kepada
para pembudidaya jamur tiram putih di sekitar Kecamatan Pacet, Cipanas,
dan Cugenang. Sedangkan jamur tiram putih segar yang dihasilkan dijual
kepada konsumen yang merupakan penjual jamur tiram putih di pasar.
Produk yang ditawarkan ini bukan produk yang memiliki diferensiasi
dengan produk baglog maupun jamur tiram putih segar lainnya sehingga
perusahaan menjadi price taker dalam menentukan harga jual. Baglog jamur
tiram putih dijual dengan harga Rp 1 800/unit, sedangkan jamur tiram putih
segar dijual dengan harga Rp 11 000/kg.
c. Distribusi (Place)
Sistem pemasaran baglog dan jamur tiram putih segar yang dihasilkan
oleh P99 dimulai dengan menawarkan baglog dan jamur tiram putih segar
31

kepada para calon pembeli. Umumnya informasi mengenai calon pembeli


diperoleh dari rekan-rekan, petani, dan pengumpul yang melakukan usaha
sejenis. Untuk baglog, konsumen biasanya menghubungi P99 untuk
pemesanan baglog sejumlah yang diinginkan. Hal ini dikarenakan, baglog
tidak selalu ready stock karena dibutuhkan waktu satu bulan untuk
memproduksi baglog hingga siap pakai. Pihak P99 biasanya akan
mengantarkan baglog yang telah dipesan. Untuk pembayaran, biasanya
dilakukan pada saat pengantaran baglog tersebut atau melalui transfer lewat
bank. Sedangkan pada usaha budidaya (growing) jamur tiram putih, produk
yang dihasilkan langsung dijual kepada pengumpul. Berdasarkan sistem
transaksi yang seperti ini, pihak P99 tidak mengeluarkan biaya
pengangkutan ke lokasi penjualan karena pengumpul yang akan langsung
mengambil produk jamur tiram putih segar dari lokasi usaha jamur tiram
putih P99.
d. Promosi (Promotion)
Promosi yang dilakukan oleh perusahaan ini masih sederhana yakni
dengan cara word of mouth. Pada usaha baglog, word of mouth biasanya
dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu usaha baglog jamur tiram putih SS Farm
yang pemiliknya masih berkerabat dengan pengelola P99. Apabila SS Farm
tidak dapat memenuhi permintaan baglog dari konsumen, biasanya SS Farm
akan menawarkan kepada konsumennya tersebut untuk membeli baglog dari
P99. Sedangkan pada usaha budidaya (growing) jamur tiram putih, word of
mouth yang dilakukan hanya dengan menghubungi pihak pengumpul. Selain
itu, untuk menjaga hubungan baik dengan relasi bisnis, pada usaha baglog
ketika dilakukan transaksi maka diberikan bonus untuk pembelian baglog di
atas 3000 unit. Selain itu, pada saat pengantaran baglog juga karyawan P99
bertugas menyusun baglog tersebut di rak budidaya jamur tiram putih milik
konsumen. Sedangkan pada budidaya (growing) jamur tiram putih, saat
transaksi dilakukan, dari jumlah jamur tiram putih yang ada diberikan bonus
1 atau 2 kg jamur tiram putih.

Hasil Analisis Aspek Pasar


Aspek ini tidak bisa dikatakan layak secara keseluruhan. Permintaan jamur
tiram putih segar di P99 memang lebih besar dari penawaran perusahaan atau
dengan kata lain produk yang dihasilkan habis terjual. Selain itu tersedia bauran
pemasaran yang mendukung keberlangsungan usaha ini. Bauran pemasaran ini
tidak mengeluarkan biaya yang tidak begitu berarti namun manfaat yang diperoleh
sangat banyak, diantaranya kesediaan untuk pembelian ulang baglog ataupun
jamur tiram putih segar oleh konsumen. Namun permintaan terhadap baglog
jamur tiram putih lebih sedikit dibandingkan penawaran perusahaan. Oleh karena
itu, pengembangan usaha dalam hal pembangunan kumbung budidaya jamur tiram
putih yang baru perlu untuk dilakukan.

Aspek Teknis
Berikut ini akan dijelaskan tentang aspek teknis yang dianalisis pada usaha
jamur tiram putih P99:
32

Lokasi Usaha
Usaha jamur tiram putih ini terletak di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur. Alasan pemilihan lokasi ini berawal dari letak Desa Ciputri
yang merupakan tempat tinggal pengelola P99. Beberapa pertimbangan lain yang
dijadikan pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan Bahan Baku
Pada usaha produksi baglog, bahan baku yaitu bibit jamur tiram putih
yang digunakan oleh P99 didapatkan dari usaha Rumah Jamur 99 yang
dikelola oleh istri dari Bapak Haris, pengelola P99. Ketersediaan akan bibit
jamur tiram putih secara mudah menjadi salah satu pertimbangan. Selain itu
Rumah Jamur 99 juga sudah memproduksi bibit jamur sejak pertengahan
tahun 2000. Bibit jamur yang diproduksi juga berkualitas baik. Jumlah bibit
yang dibutuhkan oleh P99 untuk berproduksi tiap bulannya sekitar 460 bibit
dengan asumsi 1 bibit dapat digunakan untuk 15 baglog. Harga bibit jamur
tiram putih dari Rumah Jamur 99 adalah Rp 6 000 per botol. Sedangkan,
pada usaha budidaya (growing), baglog yang digunakan berasal dari baglog
P99 sendiri, baik baglog yang terkontaminasi (afkir) ataupun baglog kualitas
baik.
Bahan baku lainnya yang dibutuhkan untuk memproduksi baglog
jamur tiram putih adalah serbuk gergaji. Untuk serbuk gergaji diperoleh dari
distributor. Distributor serbuk gergaji ini mendatangi lokasi perusahaan
ketika akan menawarkan dan mengantarkan pesanan serbuk gergaji.
Distributor serbuk gergaji ini mampu memenuhi kebutuhan serbuk gergaji
pada jumlah berapapun tergantung pemesanan yang dilakukan. Selain itu
bahan baku lainnya untuk memproduksi baglog diperoleh dari berbagai
tempat di Kabupaten Cianjur.
b. Letak Pasar yang Dituju
Pada usaha produksi baglog, hasil produksinya dijual ke pembudidaya
jamur tiram putih yang berada di Kecamatan Pacet, Cipanas, dan Cugenang.
Sedangkan pada usaha budidaya (growing), hasil budidayanya berupa jamur
tiram putih segar dijual langsung kepada pengumpul. Transaksi penjualan
baglog dilakukan di lokasi konsumen dan untuk jamur tiram putih segar
dilakukan di lokasi perusahaan. Hal ini didasarkan pada kesepakatan
diantara kedua belah pihak yakni pihak P99 dan pembeli. Terkait dengan
daya beli konsumen, konsumen mampu dan mau membayar sejumlah harga
yang ditawarkan karena harga yang ditawarkan juga sesuai dengan harga
pasarnya (price taker).
c. Supply Tenaga Kerja (TK)
Tanpa adanya tenaga kerja usaha ini tidak dapat dijalankan karena
semua aset yang dimiliki adalah benda mati. TK di usaha jamur tiram putih
P99 berasal dari wilayah Kecamatan Pacet. TK yang dimiliki perusahaan
adalah sebanyak 7 orang karyawan tetap, yakni Rizal, Mirwan, dan Hari
yang bertugas pada bagian sterilisasi dan inkubasi, kemudian Ikha dan Uchu
yang bertugas pada bagian inokulasi (penanaman), serta Ramda dan Asep
yang bertugas pada bagian budidaya. P99 juga mempekerjakan 4 orang TK
borongan yang bertugas untuk mengayak dan mencampur bahan baku
baglog serta membuat baglog tersebut. Keempat orang tersebut di antaranya
Aten, Fajar, Ina, dan Ine. Selain itu Bapak Haris Pribadi selaku pengelola
33

P99 bertugas dalam hal pemasaran, distribusi, administrasi dan keuangan,


serta memantau kegiatan produksi. Sedangkan pemiliknya, Bapak Firman
terkadang hanya memantau via telepon.
Supply TK untuk wilayah Kecamatan Pacet sebenarnya masih banyak
jika dibutuhkan. Hanya saja kaum muda-mudi tidak banyak lagi yang mau
bekerja di bidang pertanian.
d. Fasilitas Transportasi
P99 berlokasi di RW 05 Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur. Lokasi usaha ini tepat berada pinggir jalan desa yang terbuat dari
aspal dan bisa dilalui oleh sepeda motor, mobil dan truk pengangkut barang.
P99 memiliki sebuah kendaraan yang digunakan selama menjalankan
operasional usaha yakni mobil pickup. Mobil pickup ini digunakan untuk
membeli bahan baku produksi, menjalin relasi bisnis, hingga memasarkan
hasil produksi.
Layout Usaha
Layout usaha jamur tiram putih P99 ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
bangunan bagian persiapan, bangunan inkubasi, dan kumbung budidaya. Layout
usaha jamur tiram putih P99 dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut adalah
penjabarannya:
a. Bangunan Bagian Persiapan
Bangunan bagian persiapan terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian terbuka
dan bagian tertutup. Bagian terbuka terdiri dari ruang penyimpanan bahan
baku (gudang), ruang pengadukan, ruang pembuatan baglog (ruang logging),
dan ruang sterilisasi yang memiliki 2 steamer yang masing-masing memiliki
kapasitas 1 000 baglog. Sedangkan bagian tertutup terdiri dari 2 ruang yang
berfungsi sekaligus untuk pendinginan dan inokulasi (penanaman). Luas
total bangunan bagian persiapan ini adalah 150 m2.
b. Bangunan Inkubasi
Di sini baglog yang telah ditanam (diinokulasi) bibit jamur tiram putih
disusun di rak-rak dengan teratur. Ruang inkubasi tidak boleh terlalu banyak
terpapar cahaya. Selain itu, kebersihan serta suhu dan kelembapan ruangan
juga harus dijaga dengan baik. Suhu yang baik untuk ruang inkubasi
berkisar antara 22-28 C. Apabila suhu ruang inkubasi mencapai 32 C
terdapat kemungkinan miselium jamur tidak dapat tumbuh dengan baik.
Selain itu, apabila kebersihan dan kelembapan ruang inkubasi tidak dijaga
dengan baik, tidak menutup kemungkinan baglog yang sedang tumbuh
terkontaminasi oleh jamur ataupun hama lain yang akan menghambat
pertumbuhan jamur tiram putih. Inkubasi dilakukan selama 21-30 hari. Luas
total bangunan bagian inkubasi ini adalah 100 m2.
c. Kumbung Budidaya
Setelah disimpan di ruang inkubasi, baglog jamur yang siap tumbuh
dipindahkan ke ruang budidaya jamur yang lebih dikenal dengan nama
kumbung jamur. Pada kumbung jamur terdapat rak-rak untuk menyusun
baglog seperti halnya di ruang inkubasi. Kumbung jamur juga perlu dijaga
kebersihan, suhu, serta kelembapannya. Oleh karena itu harus dilakukan
penyiraman untuk menjaga kelembapan ruangan serta suhu antara 16-24 C
hingga jamur tiram putih dapat dipanen dalam waktu 20 hari selama 1
34

musim (4 bulan). P99 memiliki dua kumbung jamur yang masing-masing


memiliki kapasitas 10 000 baglog. Adapun luas total dari dua kumbung
jamur ini adalah 126 m2.
d. Fasilitas Lainnya
Selain ruangan yang berfungsi untuk bagian produksi baglog dan
jamur tiram putih segar, terdapat beberapa ruangan dan fasilitas lain di P99.
Di antaranya adalah ruang kantor untuk administrasi dan keuangan, ruang
karyawan untuk karyawan beristirahat dan menyimpan barang-barang
pribadi, musholla, dan tempat parkir. Terdapat juga lahan terbuka yang
berfungsi untuk membuang dan membakar limbah dari baglog.
Proses Produksi
Proses produksi baglog dengan jamur tiram putih segar sebenarnya
merupakan proses yang berkelanjutan. Diagram alur proses produksinya dapat
dilihat pada Lampiran 1. Berikut adalah tahapan yang dilakukan pada proses
produksi baglog dan jamur tiram putih:
a. Penyiapan Bangunan, Peralatan, dan Bahan Baku
Pada tahapan ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan yakni
membersihkan semua bangunan dan ruangan yang akan digunakan untuk
proses produksi, mulai dari bangunan persiapan, ruang inokulasi, ruang
inkubasi, hingga kumbung budidaya (growing) jamur. Ruangan juga harus
disesuaikan suhu dan kelembapannya sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
Tidak hanya bangunan, peralatan dan bahan baku untuk memproduksi
baglog dan jamur tiram putih juga harus dipersiapkan. Peralatan utama yang
diperlukan untuk memproduksi baglog adalah ayakan, sekop atau cangkul,
dan steamer. Sedangkan bahan baku utama yang diperlukan adalah serbuk
gergajian kayu, dedak, kapur, dan bibit jamur tiram putih.
b. Pengayakan dan Pencampuran Bahan Baku
Bahan baku seperti serbuk gergaji, dedak atau bekatul, kapur (CaCO3),
TSP, tepung tapioka, dan tepung jagung diayak agar tidak tercampur dengan
benda asing seperti kerikil, pecahan gelas, dan potongan kayu. Setelah tidak
ada lagi benda asing, bahan baku tersebut dicampur dengan formula yang
terdiri dari serbuk gergaji 68.5%, dedak 13.6%, kapur (CaCO3) 3.4%, TSP
0.6%, tepung tapioka 6.8%, dan tepung jagung 6.8% serta air secukupnya
hingga kelembapan mencapai 65%. Bahan baku yang telah tercampur rata
(selanjutnya disebut substrat) didiamkan atau difermentasi selama minimal
12 jam.
c. Pengisian Bahan Baku
Substrat yang telah difermentasi kemudian dimasukkan ke dalam
kantong plastik poliprophylen tahan panas ukuran 1735cm dengan
ketebalan 0.04 mm. Pengisian substrat harus mampat (padat) agar
pertumbuhan jamur merata. Kemudian baglog diberi lubang pada bagian
tengah dan diberi cincin (ring) pralon dan disumbat dengan kapas penutup
dan ditutup dengan tutup plastik ring. Ketiga proses di atas biasanya
membutuhkan waktu 2 hari pengerjaan.
d. Sterilisasi Baglog
35

Pada hari berikutnya baglog (substrat) disterilisasi dengan steamer


berkapasitas 1 000 1 100 baglog dengan suhu 95 C selama 8 jam.
Steamer milik P99 menggunakan bahan bakar solar sehingga dalam
pengoperasiannya memerlukan peralatan lain seperti tangki minyak dan bata
api serta kompresor. Dalam pengerjaannya perlu pengontrolan setiap 2 jam
sekali untuk mengecek keadaan solar agar tidak sampai habis dan harus diisi
kembali.
e. Inokulasi (Penanaman)
Baglog yang telah mengalami proses sterilisasi kemudian didiamkan
atau didinginkan selama 1 hari di ruang inokulasi. Pada hari berikutnya
baglog yang telah steril tersebut dibuka penutup plastik serta kapasnya
untuk ditanami dengan bibit jamur tiram putih. Kemudian mulut baglog
ditutup dengan kertas koran dan diikat dengan karet gelang agar tidak ada
benda asing yang dapat masuk selama masa inkubasi.
f. Inkubasi
Baglog yang telah diinokulasi selanjutnya dipindahkan ke ruang
inkubasi dan ditata sesuai rak yang ada. Ruang inkubasi harus dijaga agar
tetap kering dan bersih, dengan suhu berkisar antara 22-28C tanpa cahaya.
Proses inkubasi berlangsung hingga miselia tumbuh merata menutupi
seluruh bagian baglog dan berlangsung selama 21-30 hari.
g. Budidaya dan Pemeliharaan
Apabila miselia telah menutup seluruh bagian baglog, itu artinya
baglog sudah siap untuk tumbuh atau dibudidayakan. Kemudian baglog
dipindahkan ke kumbung budidaya (growing) dan disusun sesuai rak yang
ada. Setelah 7 hari, penutup baglog dan ring dibuka. Setelah tumbuh bakal
tubuh buah, dilakukan penyiraman dengan air bersih agar jamur dapat
tumbuh. Suhu kumbung jamur ini harus dijaga antara 16-24 C dengan
kelembapan 80-90%.
h. Panen
Pertumbuhan jamur pertama memerlukan waktu sekitar 20 hari hingga
siap panen. Produktivitas baglog yang paling baik adalah selama 1 musim
atau sekitar 4 bulan. Dan panen dapat dilakukan 6 kali per musimnya.
Setiap baglog biasanya menghasilkan 350 gram jamur tiram putih per
musim panen nya. Untuk pengemasan jamur, P99 menggunakan plastik
berukuran 5085 cm.

Hasil Analisis Aspek Teknis


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, aspek teknis usaha jamur tiram
putih P99 layak untuk dijalankan. Hal ini terlihat dari penentuan lokasi usaha
yang sesuai dengan faktor lokasi yang berada dekat dengan bahan baku yaitu bibit
jamur tiram putih, faktor ketersediaan bahan baku serbuk gergaji dengan mudah,
faktor kedekatan dengan lokasi pasar yang dituju yang masih berada di sekitar
Kecamatan Pacet, faktor ketersedian tenaga kerja, serta faktor sarana dan
prasarana yang memadai. Berdasarkan infrastruktur dan fasilitas usaha, telah
mendukung aktivitas dalam usaha jamur tiram putih. Proses produksi juga telah
berjalan sesuai dengan prosedur mulai dari pencampuran substrat tanam sesuai
dengan formula yang ada hingga menghasilkan baglog dan jamur tiram putih
segar yang siap dipasarkan. Layout produksi yang ditata dan diatur dengan baik
36

untuk memudahkan dalam proses produksi. Hal ini sesuai dengan Petunjuk Teknis
Budidaya Jamur Tiram, Kuping dan Shiitake yang dikeluarkan oleh Balai
Penelitian Tanaman Sayuran Departemen Pertanian. Pada juknis tersebut
disebutkan mengenai kebutuhan akan kumbung atau rumah jamur maupun
formulasi serta proses pembuatan baglog jamur tiram hingga proses produksi
jamur tiram pasca panen. Selain itu, dalam hal produksi secara teknis, P99 juga
mengacu kepada literatur milik Suriawiria (2000) yang banyak dijadikan panduan
usaha oleh pelaku usaha jamur tiram.

Aspek Manajemen dan Hukum


Usaha jamur tiram putih P99 telah memiliki struktur manajemen yang
sederhana. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembagian jabatan dan pembagian
kerja. Jabatan tersebut hanya terbagi menjadi dua, yakni Pemilik dan Pengelola,
Pemilik yang juga investor hanya menanamkan modalnya saja pada perusahaan
tanpa terlibat aktif dalam menjalankan usaha. Terkadang pemilik melakukan
kontrol atau pengecekan mengenai berjalannya usaha melalui telepon. Pengelola
memiliki peran dalam mengontrol keseluruhan jalannya usaha mulai dari proses
produksi, kegiatan pemasaran, serta administrasi dan keuangan. Dalam hal
pembagian tugas, dibedakan untuk karyawan tetap dengan tenaga kerja borongan.
Karyawan tetap yang berjumlah 7 TK mendapat pembagian tugas, yakni Rizal,
Mirwan, dan Hari yang bertugas pada bagian sterilisasi dan inkubasi, kemudian
Ikha dan Uchu yang bertugas pada bagian inokulasi (penanaman), serta Ramda
dan Asep yang bertugas pada bagian budidaya. Sementara itu pembagian tugas
untuk TK borongan dibedakan untuk TK laki-laki dan TK perempuan. TK
perempuan, yaitu Ina dan Ine hanya bertugas untuk membuat baglog. Sedangkan
TK laki-laki, yaitu Aten dan Fajar tidak hanya bertugas membuat baglog, namun
juga bertugas untuk mengayak dan mengaduk bahan baku substrat tanam (baglog).
Pengelola usaha P99 juga terkadang menggantikan tugas karyawan yang tidak
masuk seperti mengaduk bahan baku ataupun panen jamur tiram putih.
Aspek hukum yang menjadi analisis dalam usaha jamur tiram putih P99 ini
terkait dengan bentuk badan usaha dan surat izin usaha. Usaha yang didirikan ini
mempunyai bentuk badan usaha yakni unit dagang dan telah memiliki izin
menjalankan usaha yang diterbitkan oleh pejabat RW 05 dan pejabat Desa Ciputri
Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum


Aspek manajemen dan hukum pada usaha jamur tiram putih P99 sudah
layak karena semua kategorinya seperti struktur jabatan, pembagian tugas atau
kerja, dan surat izin usaha telah terpenuhi, sehingga tidak ada gangguan dalam
melaksanakan usaha.

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Usaha jamur tiram putih P99 ini memberikan pengaruh baik dari aspek
sosial maupun ekonomi. Dari aspek sosial, adanya usaha jamur tiram putih ini
memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar karena dapat meningkatkan
peluang kerja dan dapat mengurangi pengangguran. Karyawan seluruhnya berasal
dari Desa Ciputri. Keberadaan usaha jamur tiram putih P99 ini tidak bertentangan
denan budaya yang telah berkembang di masyarakat. Hal ini dikarenakan,
37

sebagian besar warga Desa Ciputri berkecimpung di bidang pertanian. Menurut


pernyataan dari Nana Sumarna, Ketua RW 05 Desa Ciputri, usaha jamur tiram
putih P99 tidak mengganggu kebudayaan yang ada selama ini baik dari nilai,
norma sosial, maupun keagamaan yang ada di masyarakat. Bahkan usaha jamur
tiram putih P99 memiliki fasilitas musholla yang dapat digunakan untuk warga
sekitar untuk melaksanakan ibadah sholat. Selain itu meskipun masih berupa unit
usaha kecil, P99 juga sudah melakukan kegiatan CSR yaitu melalui donasi yang
diberikan kepada Madrasah Diniyah RW 05 setiap kurun waktu tertentu.
Aspek ekonomi usaha jamur tiram putih P99 ini dapat dilihat dengan
pendapatan masyarakat yang menjadi karyawan perusahaan. Karyawan P99 rata-
rata berpenghasilan Rp 20 000 hingga Rp 28 000 per harinya untuk karyawan
tetap. Seluruhnya ada tujuh karyawan yang merupakan tenaga kerja luar keluarga.
Perusahaan juga memiliki empat karyawan borongan dengan upah Rp 85 per
baglog yang dihasilkan serta Rp 40 000 untuk setiap kali proses pengayakan dan
pengadukan. Dan setiap tahunnya karyawan juga mendapatkan tunjangan hari
raya sebesar upah satu bulan gaji masing-masing.

Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, usaha jamur tiram putih P99
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. Hal ini terlihat dari adanya
kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
Selain itu, adanya usaha ini juga memberikan fasilitas tambahan bagi desa yaitu
musholla yang dapat digunakan sebagai tempat beribadah umat muslim. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa usaha jamur tiram putih P99 dari aspek sosial, budaya,
dan ekonomi layak untuk dijalankan karena memberikan pengaruh sosial yang
baik terhadap masyarakat sekitar.

Aspek Lingkungan
Usaha jamur tiram putih P99 ini memberikan pengaruh terhadap lingkungan
seperti menimbulkan asap sebagai akibat pembakaran limbah usaha, yaitu baglog
bekas pakai ataupun baglog afkir. Namun, asap yang ditimbulkan ini masih dapat
ditoleransi oleh masyarakat karena asap hanya akan timbul pada saat pembakaran
baglog saja. Pembakaran baglog ini pun tidak terjadi setiap hari, melainkan hanya
satu kali dalam seminggu. Bahkan usaha jamur tiram putih P99 telah
mendapatkan izin dari Ketua RW setempat mengenai pengelolaan limbah usaha,
dalam hal ini asap pembakaran, yang berlokasi tidak berdekatan dengan
pemukiman warga. Selain itu, abu hasil pembakaran baglog ini dimanfaatkan oleh
para petani sekitar untuk menambah zat hara tanah. Sehingga pembakaran baglog
tersebut tidak dilakukan secara percuma karena masih dapat bermanfaat bagi
warga sekitar.

Hasil Analisis Aspek Lingkungan


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada aspek lingkungan, usaha
jamur tiram putih P99 layak untuk dilakukan karena telah dapat melakukan
pemanfaatan dalam hal limbah usaha sehingga menjadi bermanfaat bagi warga
sekitar.
38

Rangkuman Analisis Kelayakan Aspek-Aspek Non Finansial


Rangkuman mengenai kelayakan aspek-aspek non finansial ditampilkan
pada Tabel X, berikut ini:

Tabel 4 Rangkuman Analisis Kelayakan Aspek-Aspek Non Finansial


Layak/
Aspek non finansial Indikator Hasil
tidak layak
Aspek Pasar
Potensi pasar Permintaan > penawaran
x Baglog 5 500 unit/minggu < 6 000 unit/ Tidak
minggu Layak
x Jamur tiram putih 3 ton/bulan > 1.4 ton/bulan Layak
Bauran Pemasaran
x Produk Spesifikasi produk Baglog jamur tiram putih (plastik Layak
ukuran 1 kg)
Jamur tiram putih (plastik ukuran Layak
5 kg)
x Harga Penentuan harga Price taker
Spesifikasi harga Baglog = Rp 1 800/ Layak
unit
Jamur tiram putih = Rp 11 000/ Layak
kg
x Distribusi Saluran distribusi
x Baglog Perusahaan  Usaha budidaya Layak
x Jamur tiram putih Perusahaan  Pengumpul Layak
x Promosi Sarana promosi Word of mouth Layak
Bonus pembelian Layak
Aspek Teknis
Lokasi usaha
x Ketersediaan x Baglog
bahan baku Bibit jamur Rumah Jamur 99 Layak
Serbuk gergaji Distributor Layak
Stok Tersedia Layak
Harga Kompetitif Layak
x Jamur tiram putih
Baglog P99 Layak
Stok Tersedia Layak
Harga Kompetitif Layak
x Letak pasar x Baglog Pembudidaya di sekitar Pacet, Layak
yang dituju Cipanas, dan Cugenang
x Jamur tiram putih Pengumpul Layak
x Supply TK Jumlah TK 11 orang Layak
Ketersediaan TK Tersedia Layak
x Fasilitas Kondisi jalan Mendukung (diaspal) Layak
Transportasi Fasilitas yang Mobil pickup Layak
dimilki
39

Lanjutan rangkuman analisis kelayakan aspek-aspek non finansial


Layak/
Aspek non finansial Indikator Hasil
tidak layak
Aspek Teknis
Layout usaha
x Bangunan x Jumlah ruangan 1 gudang bahan baku, 1 ruang Layak
bagian pengadukan, 1 ruang logging, 1
persiapan ruang sterilisasi, 2 ruang
inokulasi
xLuas bangunan 150 m2 Layak
x Bangunan xJumlah ruangan 1 ruang inkubasi Layak
inkubasi xLuas bangunan 100 m2 Layak
x Kumbung xJumlah ruangan 2 kumbung budidaya Layak
budidaya xLuas bangunan 126 m2 Layak
x Fasilitas xRuang kantor Tersedia Layak
lainnya xRuang karyawan Tersedia Layak
xMusholla Tersedia Layak
xTempat parkir Tersedia Layak
xPembuangan Tersedia Layak
limbah
Aspek Manajemen dan Hukum
Struktur organisasi Ada Ada Layak
Pembagian kerja Ada Ada Layak
Izin usaha Ada Ada Layak
Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya
Multiplier effect Ada Ada Layak
Penyerapan TK Ada Ada Layak
Tidak bertentangan Ya Ya Layak
dengan budaya
Kegiatan CSR Ada Ada Layak
Aspek Lingkungan
Laporan Tidak ada Tidak ada Layak
pencemaran limbah
usaha berupa asap
Pengelolaan limbah Ada Ada Layak
Izin pengelolaan Ada Ada Layak
limbah
Keterangan: TK (tenaga kerja); CSR (corporate social responsibility)

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Analisis aspek-aspek finansial dilakukan dengan menghitung keseluruhan


dana yang dibutuhkan dalam membangun dan menjalankan usaha atau dilakukan
penilaian keuangan secara keseluruhan. Hasil analisis ini dapat menjadi
rekomendasi apakah usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria kelayaan
usaha yang digunakan adalah NPV, IRR, Net B/C ratio, dan PP. Beberapa langkah
yang digunakan untuk melihat hasil analisis kriteria investasi adalah dengan
menyusun aliran kas (cash flow) dan laporan laba rugi usaha. Aliran kas pada
usaha jamur tiram putih P99 ini diproyeksikan delapan tahun ke depan
berdasarkan umur ekonomis aset yang paling berpengaruh pada usaha, yaitu
bangunan.
40

Penelitian ini menganalisis kegiatan produksi baglog dan jamur tiram putih
dengan menggunakan tiga skenario. Skenario pertama merupakan kondisi
perusahaan dengan adanya pengembangan usaha berupa pembangunan dua
kumbung budidaya (growing) jamur tiram putih baru. Pada skenario pertama,
pendapatan diperoleh dari penjualan baglog maupun jamur tiram putih segar.
Skenario kedua merupakan kondisi perusahaan dengan adanya pengembangan
usaha berupa pembangunan bangunan inkubasi tambahan untuk tempat tumbuh
baglog jamur tiram putih. Pada skenario kedua, pendapatan diperoleh dari
penjualan baglog jamur tiram putih saja. Skenario ketiga merupakan kondisi
perusahaan dengan adanya pengembangan usaha berupa pembelian tanah seluas
300 m2 serta pembangunan sepuluh kumbung budidaya (growing) jamur tiram
putih baru. Pada skenario ketiga, pendapatan diperoleh dari penjualan jamur tiram
putih segar saja. Skenario yang berbeda tersebut diberlakukan untuk mengetahui
produk usaha mana yang lebih menguntungkan.

Analisis Aliran Kas (Cash Flow)


Cash flow merupakan selisih antara aliran manfaat dengan aliran biaya.
Selisih antara aliran manfaat dengan aliran biaya ini menggambarkan manfaat
bersih yang diterima oleh perusahaan pada periode tertentu. Komponen penyusun
cash flow adalah aliran penerimaan (inflow) dan aliran pengeluaran (outflow).
Analisis Aliran Penerimaan (Inflow)
Pada usaha jamur tiram putih P99 ini, komponen inflow digambarkan
melalui nilai produksi total usaha. Nilai produksi total usaha ini merupakan
perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga jualnya. Pada
Skenario I, produk yang dihasilkan adalah baglog jamur tiram putih dan jamur
tiram putih segar yang dihasilkan kumbung budidaya (growing) berkapasitas total
40 000 baglog. Pada Skenario II, produk yang dihasilkan adalah baglog jamur
tiram putih saja yang dihasilkan oleh kumbung inkubasi berkapasitas total 30 000
baglog. Pada Skenario III, produk yang dihasilkan adalah jamur tiram putih segar
yang dihasilkan kumbung budidaya (growing) berkapasitas total 100 000 baglog.
Produk yang dihasilkan dijual dengan harga Rp 1 800/unit untuk baglog dan Rp
11 000/kg untuk jamur tiram putih segar.
Penerimaan pada tahun pertama berbeda dengan tahun-tahun berikutnya.
Pada tahun pertama, penerimaan hanya didapat selama delapan bulan. Hal ini
diasumsikan kegiatan produksi dimulai pada bulan kelima karena pada empat
bulan pertama digunakan untuk pembangunan awal usaha, yaitu pendirian
bangunan serta pembelian peralatan usaha. Selain itu produksi baglog jamur tiram
putih membutuhkan waktu satu bulan hingga siap tumbuh. Sementara itu kegiatan
produksi untuk baglog jamur tiram putih hanya dilakukan selama enam hari per
minggunya. Oleh karena itu pada tahun pertama produksi baglog jamur tiram
putih dilakukan selama 216 hari. Sedangkan kegiatan produksi untuk jamur tiram
putih segar dilakukan setiap hari. Hal ini dikarenakan waktu panen jamur tiram
putih yang berbeda-beda sehingga panen harus dilakukan setiap hari. Oleh karena
itu pada tahun pertama kegiatan produksi jamur tiram putih segar dilakukan
selama 8 bulan penuh atau 240 hari. Pada tahun kedua sampai tahun kedelapan,
penerimaan didapat selama 12 bulan penuh atau selama 288 hari produksi untuk
baglog dan 360 hari produksi untuk jamur tiram putih segar.
41

a. Skenario I (Usaha baglog dan jamur tiram putih)


Pada skenario I, total produksi baglog jamur tiram putih 6 400 unit per
minggu atau 25 600 unit per bulannya. Pada tahun pertama, panen jamur
tiram putih segar sebanyak 2 100 kilogram untuk bulan kelima. Untuk bulan
keenam hingga kedua belas, panen jamur tiram putih segar sebanyak 3 500
kilogram per bulannya. Harga jual untuk baglog jamur tiram putih adalah
Rp 1 800 per unit sedangkan harga jual untuk jamur tiram putih segar adalah
Rp 11 000 per kilogram. Berikut adalah rincian proyeksi penerimaan dari
usaha jamur tiram putih P99.

Tabel 5 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2015 pada
skenario I

Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Penerimaan (Rp)


Baglog jamur tiram putih 112 000
1 800 201 600 000
(unit)
Jamur tiram putih segar 26 600
11 000 292 600 000
(kg)
Total 494 200 000

Total penerimaan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 494 200 000.
Pada tahun pertama produksi untuk baglog jamur tiram putih dilakukan
selama 9 bulan dan total produksi sebanyak 216 hari. Sementara produksi
untuk jamur tiram putih segar dilakukan selama 8 bulan penuh dan total
produksi sebanyak 240 hari. Setiap produksi baglog per minggunya dalam 6
400 baglog biasanya terdapat 400 unit yang terkontaminasi sehingga tidak
dapat dijual maupun digunakan untuk budidaya. Sedangkan baglog dari
semua unit yang diproduksi, sebagian digunakan untuk budidaya jamur
tiram putih segar. Sehingga dari total 192 000 unit baglog bagus yang
diproduksi pada tahun 2015, baglog yang dijual sebanyak 112 000 unit dan
sisanya digunakan untuk budidaya. Dan total produksi jamur tiram putih
segar di tahun 2015 sebanyak 26 600 kilogram.

Tabel 6 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2016-2022 pada
skenario I

Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Penerimaan (Rp)


Baglog jamur tiram putih 168 000
1 800 302 400 000
(unit)
Jamur tiram putih segar 42 000
11 000 462 000 000
(kg)
Total 764 400 000

Total penerimaan pada tahun kedua adalah sebesar Rp 764 400 000.
Pada tahun kedua produksi untuk baglog jamur tiram putih dilakukan
selama 12 bulan dan total produksi sebanyak 288 hari. Sementara produksi
untuk jamur tiram putih segar dilakukan selama 12 bulan penuh dan total
42

produksi sebanyak 360 hari. Kondisi kontaminasi baglog diasumsikan sama


dengan tahun pertama untuk setiap kali produksi. Sehingga dari total 288
000 unit baglog bagus yang diproduksi pada tahun kedua, baglog yang
dijual sebanyak 168 000 unit dan sisanya digunakan untuk budidaya. Dan
total produksi jamur tiram putih segar di tahun kedua sebanyak 42 000
kilogram. Kondisi ini diasumsikan sama hingga tahun kedelapan.
Penerimaan lainnya dari jamur tiram putih P99 ini adalah dari nilai
sisa (salvage value) yang berada pada akhir tahun usaha. Nilai sisa ini
diperoleh dari barang-barang investasi yang tidak habis pakai dan yang
masih bernilai di akhir tahun usaha. Perhitungan nilai sisa ini diperoleh
dengan cara mengalikan sisa umur ekonomis dari barang investasi setelah
usaha selesai dengan penyusutan barang modal pertahun. Total penerimaan
dari nilai sisa usaha jamur tiram putih P99 pada skenario I adalah Rp 108
579 563. Barang investasi yang memiliki nilai sisa terbesar adalah tanah,
karena nilai tanah setiap tahunnya tidak mengalami penurunan harga dan
diasumsikan setiap tahunnya bernilai tetap. Nilai sisa tanah dengan luas
lahan 700 m2 sebesar Rp 81 718 000. Sedangkan rincian mengenai nilai sisa
seluruh barang modal dapat disajikan pada Lampiran 3.

b. Skenario II (Usaha baglog jamur tiram putih)


Pada skenario II, total produksi baglog jamur tiram putih sama seperti
pada skenario I, yaitu 6 400 unit per minggu atau 25 600 unit per bulannya.
Hal ini dikarenakan kapasitas produksi yang tetap. Namun terdapat
perbedaan dalam hal penerimaan karena hanya dari penjualan baglog jamur
tiram putih saja. Harga jual untuk baglog jamur tiram putih adalah Rp 1 800
per unit. Berikut adalah rincian proyeksi penerimaan dari usaha jamur tiram
putih P99.

Tabel 7 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2015 pada
skenario II

Penerimaan Jumlah (unit) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)


Baglog jamur tiram putih 192 000 1 800 345 600 000
Total 345 600 000

Total penerimaan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 345 600 000.
Pada tahun pertama produksi untuk baglog jamur tiram putih dilakukan
selama 9 bulan dan total produksi sebanyak 216 hari. Setiap produksi
baglog per minggunya dalam 6 400 baglog biasanya terdapat 400 unit yang
terkontaminasi sehingga tidak dapat dijual. Kondisi ini sama seperti pada
skenario I.

Tabel 8 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2016-2022 pada
skenario II

Penerimaan Jumlah (unit) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)


Baglog jamur tiram putih 288 000 1 800 518 400 000
43

Total 518 400 000

Total penerimaan pada tahun kedua adalah sebesar Rp 518 400 000.
Pada tahun kedua produksi untuk baglog jamur tiram putih dilakukan
selama 12 bulan dan total produksi sebanyak 288 hari. Kondisi kontaminasi
baglog diasumsikan sama dengan tahun pertama untuk setiap kali produksi.
Sehingga dari total 307 200 unit baglog yang diproduksi pada tahun kedua,
baglog yang dijual sebanyak 288 000 unit dan sisanya menjadi limbah
produksi dan dibakar. Kondisi ini diasumsikan sama hingga tahun
kedelapan.
Penerimaan lainnya dari jamur tiram putih P99 ini adalah dari nilai
sisa (salvage value) yang berada pada akhir tahun usaha. Nilai sisa ini
diperoleh dari barang-barang investasi yang tidak habis pakai dan yang
masih bernilai di akhir tahun usaha. Perhitungan nilai sisa ini diperoleh
dengan cara mengalikan sisa umur ekonomis dari barang investasi setelah
usaha selesai dengan penyusutan barang modal pertahun. Total penerimaan
dari nilai sisa usaha jamur tiram putih P99 pada skenario II adalah Rp 112
799 636. Barang investasi yang memiliki nilai sisa terbesar adalah tanah,
karena nilai tanah setiap tahunnya tidak mengalami penurunan harga dan
diasumsikan setiap tahunnya bernilai tetap. Nilai sisa tanah dengan luas
lahan 700 m2 sebesar Rp 81 718 000. Sedangkan rincian mengenai nilai sisa
seluruh barang modal dapat disajikan pada Lampiran 13.

c. Skenario III (Usaha jamur tiram putih segar)


Pada skenario III, total produksi baglog jamur tiram putih sama seperti
pada skenario I maupun II, yaitu 6 400 unit per minggu atau 25 600 unit per
bulannya. Hal ini dikarenakan kapasitas produksi baglog yang tetap. Namun
terdapat perbedaan dalam hal penerimaan karena penjualan jamur tiram
putih saja. Selain itu terdapat perbedaan dalam hal kapasitas produksi jamur
tiram putih segar. Pada kumbung budidaya terdapat pengembangan
sehingga memiliki kapasitas total 100 000 baglog. Harga jual untuk jamur
tiram putih segar adalah Rp 11 000 per kilogram. Berikut adalah rincian
proyeksi penerimaan dari usaha jamur tiram putih P99.

Tabel 9 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2015 pada
skenario III

Penerimaan Jumlah (kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)


Jamur tiram putih segar 54 600 11 000 600 600 000
Total 600 600 000

Total penerimaan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 600 600 000.
Pada tahun pertama produksi untuk jamur tiram putih dilakukan selama 8
bulan penuh dan total produksi selama 240 hari. Setiap produksi baglog per
minggunya dalam 6 400 baglog biasanya terdapat 400 unit yang
terkontaminasi sehingga tidak dapat digunakan untuk budidaya. Kondisi ini
sama seperti pada skenario I.
44

Tabel 10 Proyeksi penerimaan usaha jamur tiram putih P99 tahun 2016-2022
pada skenario III

Penerimaan Jumlah (kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)


Jamur tiram putih segar 100 800 11 000 1 108 800 000
Total 1 108 800 000

Total penerimaan pada tahun kedua adalah sebesar Rp 1 108 800 000.
Pada tahun kedua produksi untuk jamur tiram putih dilakukan selama 12
bulan dan total produksi sebanyak 360 hari. Kondisi kontaminasi baglog
diasumsikan sama dengan tahun pertama untuk setiap kali produksi.
Sehingga dari total 307 200 unit baglog yang diproduksi pada tahun kedua,
baglog yang digunakan untuk budidaya sebanyak 288 000 unit dan sisanya
menjadi limbah produksi dan dibakar. Kondisi ini diasumsikan sama hingga
tahun kedelapan.
Penerimaan lainnya dari jamur tiram putih P99 ini adalah dari nilai
sisa (salvage value) yang berada pada akhir tahun usaha. Nilai sisa ini
diperoleh dari barang-barang investasi yang tidak habis pakai dan yang
masih bernilai di akhir tahun usaha. Perhitungan nilai sisa ini diperoleh
dengan cara mengalikan sisa umur ekonomis dari barang investasi setelah
usaha selesai dengan penyusutan barang modal pertahun. Total penerimaan
dari nilai sisa usaha jamur tiram putih P99 pada skenario II adalah Rp 148
310 076. Barang investasi yang memiliki nilai sisa terbesar adalah tanah,
karena nilai tanah setiap tahunnya tidak mengalami penurunan harga dan
diasumsikan setiap tahunnya bernilai tetap. Nilai sisa tanah dengan luas
lahan 1 000 m2 sebesar Rp 116 740 000. Sedangkan rincian mengenai nilai
sisa seluruh barang modal dapat disajikan pada Lampiran 19.

Analisis Aliran Pengeluaran (Outflow)


Outflow didefinisikan sebagai aliran yang menunjukkan pengeluaran kas,
akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai aktivitas usaha, baik itu
untuk memulai menjalankan usaha (biaya investasi) maupun biaya untuk
menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu
siklus kegiatan produksi baglog dan jamur tiram putih segar (biaya operasional).
Biaya investasi selain dikeluarkan pada saat akan memulai menjalankan usaha
juga dapat dikeluarkan pada saat tertentu ketika usaha sedang berjalan (re-
investasi) untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Sedangkan biaya
operasional dikeluarkan per siklus produksi usaha jamur tiram putih. Biaya
operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.
a. Biaya Investasi
a. Skenario I (Usaha baglog dan jamur tiram putih)
Pada usaha jamur tiram putih P99 ini, sebagian besar biaya investasi
yang dikeluarkan pada awal membangun usaha juga keluarkan pada saat
usaha ini berjalan (re-investasi). Re-investasi dilakukan apabila umur
ekonomis dari barang tersebut kurang dari 8 tahun. Selain itu terdapat
pengembangan yaitu pada bangunan budidaya (kumbung jamur) sehingga
45

memiliki kapasitas total 40 000 baglog. Oleh karena itu besarnya biaya
investasi yang dikeluarkan pada tahun 2015 sebesar Rp 351 185 848
(Lampiran 3).
b. Skenario II (Usaha baglog jamur tiram putih)
Biaya investasi pada Skenario II berbeda dengan Skenario I. Hal ini
dikarenakan, sebagian biaya investasi yang harus dikeluarkan pada Skenario
I, tidak dikeluarkan pada Skenario II. Biaya investasi tersebut berupa alat
alat investasi untuk budidaya (growing) jamur tiram putih. Sedangkan pada
Skenario II hanya memproduksi baglog saja. Selain itu terdapat
pengembangan yaitu pada bangunan inkubasi sehingga memiliki kapasitas
total 30 000 baglog. Oleh karena itu besarnya biaya investasi yang
dikeluarkan pada tahun 2015 sebesar Rp 313 822 336 (Lampiran 13).
c. Skenario III (Usaha jamur tiram putih segar)
Biaya investasi pada Skenario III berbeda dengan Skenario I maupun
II. Hal ini dikarenakan, pada Skenario III terdapat pengembangan berupa
pembangunan kumbung budidaya (growing) jamur tiram putih menjadi
berkapasitas total 100 000 baglog. Selain itu, luas tanah pada Skenario III
juga menjadi 1 000 m2. Oleh karena itu besarnya biaya investasi yang
dikeluarkan pada tahun 2015 sebesar Rp 470 377 388 (Lampiran 19).

b. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya ditentukan oleh
jumlah outputnya. Biaya variabel pada ketiga skenario cenderung sama.
Hanya ada satu variabel saja yang berbeda.
a. Skenario I (Usaha baglog dan jamur tiram putih)
Pada skenario pertama, biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp
292 898 733, sedangkan biaya variabel tahun kedua hingga kedelapan
diasumsikan sama, yaitu sebesar Rp 392 927 200. Komponen biaya variabel
ini terdiri dari serbuk gergaji, dedak, TSP, kapur, tepung tapioka, tepung
jagung, plastik log, kapas, karet, pembakar spiritus, bibit jamur, solar,
karyawan borongan logging, karyawan borongan pengayakan dan
pencampuran, serta plastik panen. Komponen biaya variabel untuk setiap
periode produksinya diasumsikan sama harganya hingga akhir umur usaha.
Untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Lampiran 4 mengenai biaya
variabel yang digunakan perusahaan.
i. Serbuk gergaji
Serbuk gergaji merupakan bahan baku utama dalam pembuatan
baglog jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan, serbuk gergajian kayu
menjadi tempat tumbuh jamur tiram putih yang dapat mengurai dan
memanfaatkan komponen kayu sebagai sumber nutrisinya. P99
memperoleh serbuk gergaji dari seorang pemasok. P99 terlebih dahulu
menghubungi pemasok tersebut untuk melakukan pemesanan serbuk
gergaji sesuai jumlah yang dibutuhkan. Kemudian pemasok tersebut
akan mencari ke beberapa industri kayu di Cianjur yang menghasilkan
serbuk gergaji sebagai limbah usahanya. Setelah mendapatkan serbuk
gergaji sesuai pesanan yang diminta, pemasok akan mengantarkannya
langsung ke P99. Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan serbuk
46

gergaji sebanyak 300 karung per minggunya. Harga serbuk gergaji per
karungnya adalah Rp 4 000.
ii. Dedak
Dedak atau bekatul merupakan bagian untuk pertumbuhan dan
perkembangan miselia jamur serta menjadi pemicu pertumbuhan
tubuh buah jamur. Dedak kaya akan vitamin, terutama vitamin B
kompleks. P99 memperoleh serbuk gergaji dari daerah Gunteng,
Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, yang memang
terdapat beberapa tempat penggilingan padi. Untuk membeli dedak,
pihak P99 biasanya yang akan membeli langsung ke tempat
penggilingan padi di daerah Gunteng tersebut. Untuk produksi baglog,
P99 membutuhkan dedak sebanyak 396 kilogram per minggunya.
Harga dedak per kilogramnya adalah Rp 2 000.
iii. TSP
Pupuk TSP (Triple Super Phospate) berguna untuk
meningkatkan nutrisi substrat tanam sehingga meningkatkan
pertumbuhan miselia jamur. Untuk pupuk TSP, P99 biasanya membeli
langsung dari toko alat pertanian di Kabupaten Cianjur. Untuk
produksi baglog, P99 membutuhkan pupuk TSP sebanyak 1 karung
per minggunya. Harga pupuk TSP adalah Rp 17 500.
iv. Kapur
Kapur (CaCO3) berguna untuk mengatur pH substrat tanam agar
mendekati netral. Untuk kapur, P99 biasanya membeli langsung dari
toko alat pertanian di Kabupaten Cianjur. Untuk produksi baglog, P99
membutuhkan kapur sebanyak 90 kilogram per minggunya. Harga
kapur per kilogramnya adalah Rp 500.
v. Tepung tapioka
Tepung tapioka berguna untuk meningkatkan nutrisi substrat
tanam. Untuk tepung tapioka, P99 biasanya membeli langsung dari
toko alat pertanian di Kabupaten Cianjur. Untuk produksi baglog, P99
membutuhkan tepung tapioka sebanyak 36 karung per minggunya.
Harga tepung tapioka perkarungnya adalah Rp 5 500.
vi. Tepung jagung
Seperti halnya tepung tapioka, tepung jagung berguna untuk
meningkatkan nutrisi substrat tanam. Bahkan tidak jarang, tepung
jagung dapat menjadi substitusi untuk tepung tapioka. Untuk tepung
jagung, P99 biasanya membeli langsung dari toko alat pertanian di
Kabupaten Cianjur. Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan tepung
jagung sebanyak 36 karung per minggunya. Harga tepung jagung
perkarungnya adalah Rp 5 800.
vii. Plastik log
Plastik log digunakan sebagai wadah substrat tanam. Karena
substrat tanam dikemas menggunakan plastik (packaging), substrat
tanam ini disebut baglog. Plastik yang digunakan untuk baglog
berukuran 1735 cm atau ukuran 1 kilogram. Untuk plastik log, P99
biasanya membeli langsung dari toko plastik di Kabupaten Cianjur.
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan 6 400 helai atau sekitar
47

29.09 kilogram plastik log per minggunya. Harga plastik log per
kilogramnya adalah Rp 27 500.
viii. Kapas
Kapas digunakan untuk menutup mulut baglog jamur tiram
putih agar tidak terkontaminasi hama atau penyakit. Untuk kapas, P99
biasanya membeli langsung dari toko alat pertanian di Kabupaten
Cianjur. Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan kapas sebanyak
13 kilogram per minggunya. Harga kapas per kilogramnya adalah
Rp 8 000.
ix. Karet
Karet digunakan untuk mengencangkan tutup baglog jamur
tiram putih agar baglog dan kapas yang ada tidak terlalu banyak
mengandung air setelah proses penguapan (sterilisasi). Untuk karet,
P99 biasanya membeli langsung dari toko plastik di Kabupaten
Cianjur. Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan karet sebanyak 1
kilogram per minggunya. Harga karet per kilogramnya adalah Rp 45
000.
x. Pembakar spiritus
Pembakar spiritus digunakan untuk memanaskan kapas yang
akan digunakan untuk menutup baglog setelah diinokulasi bibit. Hal
ini bertujuan agar kapas steril dan tidak ada kontaminasi pada baglog
setelah dilakukan inokulasi. Untuk spiritus, P99 biasanya membeli
langsung dari toko bahan kimia di Kabupaten Cianjur. Untuk produksi
baglog, P99 membutuhkan spiritus sebanyak 1 liter per minggunya.
Harga pembakar spiritus per liternya adalah Rp 8 000.
xi. Bibit jamur
Bibit jamur merupakan salah satu bahan baku utama untuk
memproduksi baglog jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan, bibit
jamur merupakan cikal bakal dari tumbuh dan berkembangnya jamur
tiram putih. Untuk bibit jamur, P99 biasanya membeli langsung dari
usaha bibt jamur dan pengolahan jamur tiram putih Rumah Jamur 99
yang dikelola oleh istri dari Bapak Haris, pengelola P99. Oleh sebab
itu, dapat dikatakan Rumah Jamur 99 masih bermitra dengan P99.
Lokasi usaha Rumah Jamur 99 hanya berjarak 50 meter dari lokasi
usaha P99. Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan bibit jamur
sebanyak 400 botol per minggunya. Harga bibit jamur per botolnya
adalah Rp 6 000.
xii. Solar
Solar dibutuhkan sebagai bahan bakar untuk steamer. Steamer
digunakan oleh P99 untuk sterilisasi baglog. Untuk solar, P99
biasanya membeli langsung dari stasiun bahan bakar (pom bensin) di
Desa Ciputri. Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan solar
sebanyak 180 liter per minggunya. Harga solar per liternya adalah Rp
6 900.
xiii. Karyawan borongan pengayakan dan pencampuran
Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk mengayak dan mencampur
bahan baku baglog. Tenaga kerja borongan logging yang bekerja di
48

P99 berjumlah 2 orang. Upah total yang diberikan untuk sekali proses
pengayakan sekaligus pengadukan adalah Rp 40 000.
xiv. Karyawan borongan logging
Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk melakukan kegiatan logging
atau pembuatan baglog. Tenaga kerja borongan logging yang bekerja
di P99 berjumlah 4 orang. Tenaga kerja borongan logging ini dibayar
sesuai jumlah baglog yang dihasilkan. Total baglog yang diproduksi
per harinya sebanyak 1 066 hingga 1 067 baglog. Upah yang diberikan
untuk setiap baglog yang dihasilkan adalah Rp 85.
xv. Plastik panen
Plastik panen digunakan sebagai wadah packaging jamur tiram
putih segar. Plastik yang digunakan untuk jamur tiram putih segar
berukuran 5085 cm atau ukuran 5 kilogram. Untuk plastik panen,
P99 biasanya membeli langsung dari toko plastik di Kabupaten
Cianjur. Untuk panen jamur tiram putih, kebutuhan P99 akan plastik
panen berbeda antara bulan pertama periode panen jamur tiram putih
dengan bulan-bulan berikutnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
produksi jamur tiram putih pada bulan awal dengan bulan-bulan
selanjutnya. Pada bulan pertama panen jamur tiram putih, P99
membutuhkan 28 kilogram plastik panen. Pada bulan-bulan
berikutnya, P99 membutuhkan 46.66 kilogram plastik panen per
bulannya. Harga plastik panen per kilogramnya adalah Rp 27 500.

b. Skenario II (Usaha baglog jamur tiram putih)


Pada skenario kedua, biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp
283 145 400, sedangkan biaya variabel tahun kedua hingga kedelapan
diasumsikan sama, yaitu sebesar Rp 377 527 200. Komponen biaya variabel
pada skenario II sama seperti skenario I, yaitu terdiri dari serbuk gergaji,
dedak, TSP, kapur, tepung tapioka, tepung jagung, plastik log, kapas, karet,
pembakar spiritus, bibit jamur, solar, karyawan borongan logging, serta
karyawan borongan pengayakan dan pencampuran. Yang membedakan
antara Skenario I dengan Skenario II adalah tidak adanya komponen plastik
panen karena usaha pada Skenario II hanya menghasilkan baglog jamur
tiram putih. Komponen biaya variabel untuk setiap periode produksinya
diasumsikan sama harganya hingga akhir umur usaha. Perbedaan komponen
biaya variabel antara skenario I dan skenario II hanya pada komponen
plastik panen saja. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Lampiran 14
mengenai biaya variabel yang digunakan perusahaan.
i. Serbuk gergaji
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan serbuk gergaji
sebanyak 300 karung per minggunya. Harga serbuk gergaji per
karungnya adalah Rp 4 000.
ii. Dedak
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan dedak sebanyak 396
kilogram per minggunya. Harga dedak per kilogramnya adalah Rp 2
000.
iii. TSP
49

Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan pupuk TSP sebanyak


1 karung per minggunya. Harga pupuk TSP adalah Rp 17 500.
iv. Kapur
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan kapur sebanyak 90
kilogram per minggunya. Harga kapur per kilogramnya adalah Rp 500.
v. Tepung tapioka
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan tepung tapioka
sebanyak 36 karung per minggunya. Harga tepung tapioka
perkarungnya adalah Rp 5 500.
vi. Tepung jagung
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan tepung jagung
sebanyak 36 karung per minggunya. Harga tepung jagung
perkarungnya adalah Rp 5 800.
vii. Plastik log
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan 6000 helai atau
sekitar 27,27 kilogram plastik log per minggunya. Harga plastik log
per kilogramnya adalah Rp 27 500.
viii. Kapas
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan kapas sebanyak 13
kilogram per minggunya. Harga kapas per kilogramnya adalah
Rp 8 000.
ix. Karet
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan karet sebanyak 1
kilogram per minggunya. Harga karet per kilogramnya adalah Rp 45
000.
x. Pembakar spiritus
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan spiritus sebanyak 1
liter per minggunya. Harga pembakar spiritus per liternya adalah Rp 8
000.
xi. Bibit jamur
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan bibit jamur sebanyak
400 botol per minggunya. Harga bibit jamur per botolnya adalah Rp 6
000.
xii. Solar
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan solar sebanyak 180
liter per minggunya. Harga solar per liternya adalah Rp 6 900.
xiii. Karyawan borongan pengayakan dan pencampuran
Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk mengayak dan mencampur
bahan baku baglog. Tenaga kerja borongan logging yang bekerja di
P99 berjumlah 2 orang. Upah total yang diberikan untuk sekali proses
pengayakan sekaligus pengadukan adalah Rp 40 000.
xiv. Karyawan borongan logging
Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk melakukan kegiatan logging
atau pembuatan baglog. Tenaga kerja borongan logging yang bekerja
di P99 berjumlah 4 orang. Tenaga kerja borongan logging ini dibayar
sesuai jumlah baglog yang dihasilkan. Total baglog yang diproduksi
per harinya sebanyak 1 066 hingga 1 067 baglog. Upah yang diberikan
untuk setiap baglog yang dihasilkan adalah Rp 85.
50

c. Skenario III (Usaha jamur tiram putih segar)


Pada skenario ketiga, biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp
303 165 400, sedangkan biaya variabel tahun kedua hingga kedelapan
diasumsikan sama, yaitu sebesar Rp 414 487 200. Komponen biaya variabel
pada skenario III sama seperti skenario I, yaitu terdiri dari serbuk gergaji,
dedak, TSP, kapur, tepung tapioka, tepung jagung, plastik log, kapas, karet,
pembakar spiritus, bibit jamur, solar, karyawan borongan logging,
karyawan borongan pengayakan dan pencampuran, serta plastik panen.
Komponen biaya variabel untuk setiap periode produksinya diasumsikan
sama harganya hingga akhir umur usaha. Perbedaan komponen biaya
variabel antara skenario I dan skenario III hanya pada komponen plastik
panen saja. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Lampiran 20 mengenai
biaya variabel yang digunakan perusahaan.
i. Serbuk gergaji
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan serbuk gergaji
sebanyak 300 karung per minggunya. Harga serbuk gergaji per
karungnya adalah Rp 4 000.
ii. Dedak
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan dedak sebanyak 396
kilogram per minggunya. Harga dedak per kilogramnya adalah Rp 2
000.
iii. TSP
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan pupuk TSP sebanyak
1 karung per minggunya. Harga pupuk TSP adalah Rp 17 500.
iv. Kapur
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan kapur sebanyak 90
kilogram per minggunya. Harga kapur per kilogramnya adalah Rp 500.
v. Tepung tapioka
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan tepung tapioka
sebanyak 36 karung per minggunya. Harga tepung tapioka
perkarungnya adalah Rp 5 500.
vi. Tepung jagung
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan tepung jagung
sebanyak 36 karung per minggunya. Harga tepung jagung
perkarungnya adalah Rp 5 800.
vii. Plastik log
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan 6000 helai atau
sekitar 27,27 kilogram plastik log per minggunya. Harga plastik log
per kilogramnya adalah Rp 27 500.
viii. Kapas
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan kapas sebanyak 13
kilogram per minggunya. Harga kapas per kilogramnya adalah
Rp 8 000.
ix. Karet
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan karet sebanyak 1
kilogram per minggunya. Harga karet per kilogramnya adalah Rp 45
000.
51

x. Pembakar spiritus
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan spiritus sebanyak 1
liter per minggunya. Harga pembakar spiritus per liternya adalah Rp 8
000.
xi. Bibit jamur
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan bibit jamur sebanyak
400 botol per minggunya. Harga bibit jamur per botolnya adalah Rp 6
000.
xii. Solar
Untuk produksi baglog, P99 membutuhkan solar sebanyak 180
liter per minggunya. Harga solar per liternya adalah Rp 6 900.
xiii. Karyawan borongan pengayakan dan pencampuran
Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk mengayak dan mencampur
bahan baku baglog. Tenaga kerja borongan logging yang bekerja di
P99 berjumlah 2 orang. Upah total yang diberikan untuk sekali proses
pengayakan sekaligus pengadukan adalah Rp 40 000.
xiv. Karyawan borongan logging
Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk melakukan kegiatan logging
atau pembuatan baglog. Tenaga kerja borongan logging yang bekerja
di P99 berjumlah 4 orang. Tenaga kerja borongan logging ini dibayar
sesuai jumlah baglog yang dihasilkan. Total baglog yang diproduksi
per harinya sebanyak 1 066 hingga 1 067 baglog. Upah yang diberikan
untuk setiap baglog yang dihasilkan adalah Rp 85.
xv. Plastik panen
Plastik panen digunakan sebagai wadah packaging jamur tiram
putih segar. Plastik yang digunakan untuk jamur tiram putih segar
berukuran 5085 cm atau ukuran 5 kilogram. Untuk plastik panen,
P99 biasanya membeli langsung dari toko plastik di Kabupaten
Cianjur. Biaya variabel untuk plastik panen pada skenario III lebih
besar daripada skenario I. Hal ini dikarenakan, pada skenario III,
produksi jamur tiram putih segar lebih banyak dibandingkan dengan
skenario I. Oleh karena itu, plastik panen yang dibutuhkan pun lebih
banyak. Untuk panen jamur tiram putih, kebutuhan P99 akan plastik
panen berbeda pada 3 bulan awal periode panen jamur tiram putih.
Hal ini disebabkan adanya perbedaan produksi jamur tiram putih pada
3 bulan awal tersebut. Pada bulan kelima, P99 membutuhkan 28
kilogram plastik panen. Pada bulan keenam, P99 membutuhkan 56
kilogram plastik panen. Pada bulan ketujuh, P99 membutuhkan 84
kilogram plastik panen. Pada bulan kedelapan hingga kedua belas,
P99 membutuhkan 112 kilogram plastik panen per bulannya. Harga
plastik panen per kilogramnya adalah Rp 27 500.

c. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan untuk
kegiatan operasional yang besarnya pengeluaran tidak terpengaruhi oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu siklus atau tahun
produksi usaha jamur tiram putih. Biaya tetap pada ketiga skenario
cenderung sama. Hanya ada tiga variabel yang berbeda.
52

a. Skenario I (Usaha baglog dan jamur tiram putih)


Pada skenario pertama, biaya tetap pada tahun pertama sebesar Rp 96
980 000, sedangkan biaya tetap tahun kedua hingga tahun kedelapan
diasumsikan sama, yaitu sebesar Rp 124 695 000. Komponen biaya tetap ini
terdiri dari biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi, pajak
kendaraan, biaya perawatan kendaraan, gaji karyawan, tunjangan hari raya
karyawan, alat tulis kantor, serta peralatan lainnya yang memiliki umur
ekonomis kurang dari satu tahun seperti cutter, masker, dan sarung tangan
kain. Komponen biaya tetap untuk setiap periode produksinya diasumsikan
sama harganya hingga akhir umur usaha. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat
pada Lampiran 5 mengenai biaya tetap yang digunakan perusahaan.
i. Biaya listrik
Biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan setiap bulannya
adalah Rp 100 000. Penggunaan listrik dalam usaha jamur tiram putih
P99 hanya pada kompresor, lampu yang terdiri dari 6 buah, serta
pompa air.
ii. Biaya komunikasi
Biaya komunikasi ini digunakan untuk menghubungi pihak
supplier bahan baku seperti serbuk gergaji dan dedak. Selain itu
digunakan juga untuk menghubungi konsumen baglog maupun
konsumen jamur tiram putih. Setiap bulannya pengelola usaha
mengeluarkan biaya Rp 100 000.
iii. Biaya transportasi
Biaya transportasi ini dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengantarkan produk baglog kepada konsumen. Selain itu digunakan
juga untuk membeli bahan baku yang tidak diantarkan langsung oleh
supplier. Biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan setiap
harinya adalah Rp 40 000.
iv. Biaya perawatan dan pajak kendaraan
Kendaraan yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha
jamur tiram putih P99 ini adalah satu mobil pick up. Perawatan yang
rutin dilakukan adalah penggantian oli secara berkala, penggantian
suku cadang, serta service mesin. Total pengeluaran biaya perawatan
kendaraan operasional setiap tahunnya sebesar Rp 2 000 000.
Sementara itu, pajak untuk mobil pick up, sebesar Rp 800 000 per
tahunnya. Biaya perawatan dan pajak kendaraan diasumsikan sama
mulai tahun pertama hingga akhir umur usaha.
v. Gaji karyawan dan Tunjangan Hari Raya
Biaya tenaga kerja tetap yang dikeluarkan P99 terdiri dari gaji
karyawan dan THR untuk setiap tahunnya. Sistem gaji dibayarkan per
minggu dengan adanya absensi yang jelas mengenai jam kerja
karyawan pada minggu tersebut. Gaji yang diberikan kepada
karyawan sejumlah Rp 28 000 untuk satu hari kerja. Sementara itu,
gaji untuk pengelola sejumlah Rp 125 000 per hari. Hal ini
dikarenakan, selain melakukan pengawasan, pengelola juga harus
mengatur keseluruhan proses produksi baglog dan jamur tiram putih.
Selain itu, pengelola juga yang mengantarkan pesanan baglog dan
membeli bahan baku produksi. Hal ini dikarenakan, hanya pengelola
53

yang dapat mengemudi dan memiliki surat izin untuk mengendarai


mobil.
Dalam sistem pembayaran gaji karyawan juga terdapat THR.
THR diberikan kepada semua karyawan sebanyak satu bulan gaji. Tak
hanya itu, P99 juga memberikan THR kepada tenaga kerja borongan.
Banyaknya THR untuk tenaga kerja borongan disesuaikan dengan
rata-rata produksi masing-masing tenaga kerja per bulannya. Sehingga
setiap tahunnya biaya THR yang dikeluarkan sejumlah Rp 11 040 000.
Rincian gaji karyawan dapat dilihat pada Lampiran 6.
vi. Peralatan lainnya
Biaya untuk peralatan lainnya seperti alat tulis kantor, cutter,
masker, dan sarung tangan kain. Setiap tahunnya, usaha jamur tiram
putih P99 menggunakan 2 set alat tulis kantor untuk tahun pertama
dan 3 set alat tulis kantor untuk tahun kedua hingga kedelapan dengan
harga Rp 100 000 setiap set. Penggunaan cutter pada tahun pertama
membutuhkan 9 unit cutter dan pada tahun kedua hingga kedelapan
membutuhkan 12 unit cutter dengan harga Rp 5 000 setiap unit.
Penggunaan masker setiap tahunnya membutuhkan 2 box masker
dengan harga Rp 30 000 setiap box. Penggunaan sarung tangan kain
setiap tahunnya membutuhkan 1 lusin sarung tangan kain dengan
harga Rp 35 000 setiap lusinnya. Harga yang berlaku sekarang
diasumsikan sama hingga akhir umur usaha. Proyeksi biaya tetap
usaha jamur tiram putih P99 ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

b. Skenario II (Usaha baglog jamur tiram putih)


Pada skenario kedua, biaya tetap pada tahun pertama sebesar Rp 89
275 000 sedangkan pada tahun kedua hingga tahun kedelapan diasumsikan
sama, yaitu sebesar Rp 114 537 000. Komponen biaya tetap ini terdiri dari
biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi, pajak kendaraan, biaya
perawatan kendaraan, gaji karyawan, tunjangan hari raya karyawan, alat
tulis kantor, serta peralatan lainnya yang memiliki umur ekonomis kurang
dari satu tahun seperti cutter, masker, dan sarung tangan kain. Komponen
biaya tetap untuk setiap periode produksinya diasumsikan sama harganya
hingga akhir umur usaha. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Lampiran
15 mengenai biaya tetap yang digunakan perusahaan.
i. Biaya listrik
Pada skenario II, biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan
setiap bulannya adalah Rp 100 000.
ii. Biaya komunikasi
Pada skenario II, setiap bulannya pengelola usaha mengeluarkan
biaya komunikasi sebesar Rp 100 000.
iii. Biaya transportasi
Pada skenario II, biaya transportasi yang dikeluarkan
perusahaan setiap harinya adalah Rp 40 000.
iv. Biaya perawatan dan pajak kendaraan
Pada skenario II, total pengeluaran biaya perawatan kendaraan
operasional setiap tahunnya sebesar Rp 2 000 000. Sementara itu,
pajak untuk mobil pick up, sebesar Rp 800 000 per tahunnya. Biaya
54

perawatan dan pajak kendaraan diasumsikan sama mulai tahun


pertama hingga akhir umur usaha.
v. Gaji karyawan dan Tunjangan Hari Raya
Pada skenario II, biaya tenaga kerja tetap yang dikeluarkan P99
terdiri dari gaji karyawan dan THR untuk setiap tahunnya. Terdapat
perbedaan pada gaji yang diberikan. Jika sebelumnya ada pembedaan
gaji, pada skenario II ini semua karyawan tetap dibayar Rp 28 000 per
harinya. Hal ini dikarenakan, setelah adanya pengembangan usaha,
jam kerja untuk semua karyawan menjadi sama. Tidak ada lagi
karyawan yang bekerja setengah hari. Sementara itu, gaji untuk
pengelola tetap sejumlah Rp 125 000 per hari.
Dalam sistem pembayaran gaji karyawan juga terdapat THR.
THR diberikan kepada semua karyawan sebanyak satu bulan gaji.
Besarnya biaya THR setiap tahunnya pad askenario II sebesar Rp 10
704 000. Rincian gaji karyawan dapat dilihat pada Lampiran 16.
vi. Peralatan lainnya
Biaya untuk peralatan lainnya seperti alat tulis kantor, cutter,
masker, dan sarung tangan kain. Pada skenario II terdapat perbedaan
pada penggunaan cutter yang pada tahun pertama membutuhkan 4 unit
cutter dan tahun kedua hingga tahun kedelapan membutuhkan 6 unit
cutter dengan harga Rp 5 000 setiap unit. Sementara itu biaya untuk
alat tulis kantor, masker, dan sarung tangan kain tetap sama. Harga
yang berlaku sekarang diasumsikan sama hingga akhir umur usaha.
Proyeksi biaya tetap usaha jamur tiram putih P99 ini dapat dilihat
pada Lampiran 15.

c. Skenario III (Usaha jamur tiram putih segar)


Pada skenario ketiga, biaya tetap pada tahun pertama sebesar Rp 99
130 000 sedangkan pada tahun kedua hingga tahun kedelapan diasumsikan
sama, yaitu sebesar Rp 127 499 000. Komponen biaya tetap ini terdiri dari
biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi, pajak kendaraan, biaya
perawatan kendaraan, gaji karyawan, tunjangan hari raya karyawan, alat
tulis kantor, serta peralatan lainnya yang memiliki umur ekonomis kurang
dari satu tahun seperti cutter, masker, dan sarung tangan kain. Komponen
biaya tetap untuk setiap periode produksinya diasumsikan sama harganya
hingga akhir umur usaha. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Lampiran
21 mengenai biaya tetap yang digunakan perusahaan.
i. Biaya listrik
Pada skenario III, biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan
setiap bulannya adalah Rp 150 000.
ii. Biaya komunikasi
Pada skenario III, setiap bulannya pengelola usaha
mengeluarkan biaya komunikasi sebesar Rp 100 000.
iii. Biaya transportasi
Pada skenario III, biaya transportasi yang dikeluarkan
perusahaan setiap harinya adalah Rp 40 000.
iv. Biaya perawatan dan pajak kendaraan
55

Pada skenario III, total pengeluaran biaya perawatan kendaraan


operasional setiap tahunnya sebesar Rp 2 000 000. Sementara itu,
pajak untuk mobil pick up, sebesar Rp 800 000 per tahunnya. Biaya
perawatan dan pajak kendaraan diasumsikan sama mulai tahun
pertama hingga akhir umur usaha.
v. Gaji karyawan dan Tunjangan Hari Raya
Pada skenario III, biaya tenaga kerja tetap yang dikeluarkan P99
terdiri dari gaji karyawan dan THR untuk setiap tahunnya. Terdapat
perbedaan pada gaji yang diberikan. Jika sebelumnya ada pembedaan
gaji, pada skenario III ini semua karyawan tetap dibayar Rp 28 000
per harinya. Tidak ada lagi karyawan yang bekerja setengah hari.
Sementara itu, gaji untuk pengelola tetap sejumlah Rp 125 000 per
hari.
Dalam sistem pembayaran gaji karyawan juga terdapat THR.
THR diberikan kepada semua karyawan sebanyak satu bulan gaji.
Besarnya biaya THR setiap tahunnya pada skenario III sebesar Rp 11
208 000. Rincian gaji karyawan dapat dilihat pada Lampiran 22.
vi. Peralatan lainnya
Biaya untuk peralatan lainnya seperti alat tulis kantor, cutter,
masker, dan sarung tangan kain. Pada skenario II terdapat perbedaan
pada penggunaan cutter yang pada tahun pertama membutuhkan 13
unit cutter dan tahun kedua hingga tahun kedelapan membutuhkan 16
unit cutter dengan harga Rp 5 000 setiap unit. Sementara itu biaya
untuk alat tulis kantor, masker, dan sarung tangan kain tetap sama.
Harga yang berlaku sekarang diasumsikan sama hingga akhir umur
usaha. Proyeksi biaya tetap usaha jamur tiram putih P99 ini dapat
dilihat pada Lampiran 21.

Analisis Laba Rugi


Laporan laba rugi usaha ini berguna untuk mengetahui total penerimaan dari
pengeluaran yang telah dilakukan. Analisis dilakukan untuk mengetahui besarnya
keuntungan yang diperoleh selama siklus produksi atau tahun produksi
berlangsung. Analisis laba rugi dapat menggambarkan kinerja usaha jamur tiram
putih P99 selama periode tertentu. Komponen yang terdapat pada laporan laba
rugi ialah pendapatan dari penjualan baglog jamur tiram putih dan jamur tiram
putih segar, biaya operasional yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel,
penyusutan barang modal, serta beban pajak. Tarif pajak penghasilan yang
berlaku sesuai dengan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2013 pasal 2 dan 3,
yaitu sebesar 1 persen. Rincian laporan laba rugi ini akan berpengaruh terhadap
pajak penghasilan usaha sehingga akan berpengaruh juga pada cash flow. Hasil
perhitungan laba rugi dari usaha jamur tiram putih P99 terdapat dua skenario.
Adapun proyeksi laba bersih pada kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 11 Laba bersih usaha jamur tiram putih P99

Tahun Laba bersih (Rp)


56

Skenario I Skenario II Skenario III


1 57 167 315 (62 615 246) 128 213 496
2-8 198 199 283 (9 459 046) 493 037 604
Total 1 444 562 293 (128 828 564) 3 579 476 727

Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 11 bahwa pada skenario I dan skenario
III tersebut usaha jamur tiram putih P99 menguntungkan. Pada skenario I,
keuntungan bersih total yang didapat perusahaan lebih kecil dibandingkan
skenario III. Total keuntungan bersih pada skenario I sebesar Rp 1 444 562 293.
Sedangkan total keuntungan bersih pada skenario III sebesar Rp 3 579 476 727.
Sementara itu, skenario II menunjukkan total laba bersih yang bernilai minus
sebesar (Rp 128 828 564). Artinya, skenario II tidak layak untuk dijalankan.
Perbedaan di antara ketiga skenario ini dikarenakan, komponen penerimaan
(inflow) yang berbeda. Adapun rincian Laporan Laba Rugi masing-masing
skenario dapat dilihat pada Lampiran 7, Lampiran 17, dan Lampiran 23.

Analisis Kelayakan Finansial


Analisis kelayakan suatu usaha dapat dilihat berdasarkan pada kriteria
investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). P99 dalam menjalankan
usahanya menggunakan modal sendiri. Analisis kriteria investasi digunakan pada
kedua skenario. Pada setiap skenario usaha jamur tiram putih P99 tersebut
menggunakan cash flow dalam menganalisis kelayakan. Perhitungan lengkap
mengenai kriteria investasi untuk semua skenario ditampilkan pada Lampiran 8
dan Lampiran 18 tentang aliran kas (cash flow).

a. Skenario I (Usaha baglog dan jamur tiram putih)


i. Net Present Value (NPV)
NPV diperoleh melalui suatu perhitungan dengan
mengakumulasikan manfaat bersih kini. Manfaat bersih kini yang
diterima setiap tahunnya dari tahun 1 sampai tahun 8 adalah sebesar
(Rp 234 542 208), Rp 219 851 222, Rp 208 320 191, Rp 183 747 838,
Rp 149 650 630, Rp 150 581 307, Rp 150 246 236, Rp 230 196 503.
Sehingga akumulasi manfaat bersih kini (NPV) adalah sebesar Rp 1
058 051 719. Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya manfaat bersih
yang akan diterima pihak P99 selama 8 tahun menjalankan usaha
jamur tiram putih adalah sebesar Rp 1 058 051 719 atau sebesar 18.10
persen inflow usahanya. Berdasarkan indikator kriteria investasi,
usaha dikatakan layak jika NPV yang diperoleh lebih besar dari 0,
sehingga dengan perolehan NPV sebesar Rp 1 058 051 719, usaha
jamur tiram putih P99 dikatakan layak.
ii. Internal Rate of Return (IRR)
IRR diperoleh melalui teknik interpolasi yakni dengan
membandingkan cost of capital atau discount rate (DR). Tingkat DR
yang digunakan adalah sebesar 5.5 persen. Berdasarkan perhitungan
diperoleh nilai IRR sebesar 95.50 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengembalian internal atas investasi selama 8 tahun
menjalankan usaha jamur tiram putih ini adalah sebesar 95.50 persen.
57

Saat discount rate (DR) sebesar 5.5 persen diperoleh NPV sebesar Rp
1 058 051 719. Namun saat DR sebesar 95.50 persen NPV yang
diperoleh sebesar Rp 0, yang artinya pada tingkat suku bunga sebesar
95.50 persen adalah sama dengan internal investasinya. Berdasarkan
indikator kriteria investasi, usaha dikatakan layak jika IRR yang
diperoleh lebih besar dari DR, sehingga dengan perolehan IRR sebesar
95.50 persen, usaha jamur tiram putih P99 dikatakan layak.
iii. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C diperoleh melalui perbandingan antara PV positif
dengan PV negatif. Besarnya PV positif adalah Rp 1 292 593 927,
sedangkan besarnya PV negatif adalah (Rp 234 542 208). Sehingga
diperoleh nilai Net B/C Rasio sebesar 5.51. Hal ini mengindikasikan
bahwa setiap tambahan biaya sebesar Rp 1.00 dapat menghasilkan
tambahan manfaat bersih sebesar Rp 5.51. Sehingga ketika pihak P99
mengeluarkan sejumlah biaya tambahan maka nilai manfaat tambahan
yang diperolehnya menjadi lebih banyak. Berdasarkan indikator
kriteria investasi, usaha dikatakan layak jika Net B/C yang diperoleh
lebih besar dari 1, sehingga dengan perolehan Net B/C Rasio sebesar
5.51, usaha jamur tiram putih P99 dikatakan layak.
iv. Payback Period (PP)
Hasil perhitungan PP akan menggambarkan berapa lama
investasi yang ditanamkan akan kembali. PP dapat diperoleh dengan
membandingkan biaya investasi yang diperlukan dengan manfaat
bersih rata-rata yang diterima setiap tahunnya. Besarnya biaya
investasi selama umur usaha adalah Rp 481 191 598, sedangkan
manfaat bersih rata-rata yang diterima setiap tahunnya adalah Rp 132
256 465, sehingga diperoleh PP selama 2.66 tahun atau 2 tahun 7
bulan 27 hari. Berdasarkan indikator kriteria investasi, usaha
dikatakan layak jika PP yang diperoleh lebih pendek dari umur usaha
(8 tahun), sehingga dengan perolehan PP selama 2.66 tahun, usaha
jamur tiram putih P99 dikatakan layak. Secara ringkas mengenai
kelayakan finansial usaha jamur tiram putih P99 (Skenario I)
ditunjukkan pada Tabel 12, berikut ini:

Tabel 12 Hasil perhitungan kriteria investasi skenario I

Kriteria investasi Indikator Hasil Layak/Tidak Layak


NPV >0 Rp 1 058 051 719 Layak
IRR > DR (5.5 persen) 95.50% Layak
Net B/C >1 5.51 Layak
PP < umur usaha (8 tahun) 2.66 tahun Layak

b. Skenario II (Usaha baglog jamur tiram putih)


i. Net Present Value (NPV)
NPV diperoleh melalui suatu perhitungan dengan
mengakumulasikan manfaat bersih kini. Manfaat bersih kini yang
diterima setiap tahunnya dari tahun 1 sampai tahun 8 adalah sebesar
(Rp 322 884 110), Rp 23 593 288, Rp 22 293 714, Rp 13 317 088, Rp
58

18 243 405, (Rp 19 908 503), Rp 5 105 081, Rp 90 611 049. Sehingga
akumulasi manfaat bersih kini (NPV) adalah sebesar (Rp 169 628
988). Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya manfaat bersih yang
akan diterima pihak P99 selama 8 tahun menjalankan usaha jamur
tiram putih adalah sebesar (Rp 169 628 988). Berdasarkan indikator
kriteria investasi, usaha dikatakan layak jika NPV yang diperoleh
lebih besar dari 0, sehingga dengan perolehan NPV sebesar (Rp 169
628 988), usaha jamur tiram putih P99 dikatakan tidak layak.
ii. Internal Rate of Return (IRR)
IRR diperoleh melalui teknik interpolasi yakni dengan
membandingkan cost of capital atau discount rate (DR). Tingkat DR
yang digunakan adalah sebesar 5.5 persen. Berdasarkan perhitungan
diperoleh nilai IRR sebesar -8.33 persen. Berdasarkan indikator
kriteria investasi, usaha dikatakan layak jika IRR yang diperoleh lebih
besar dari DR, sehingga dengan perolehan IRR sebesar -8.33 persen,
usaha jamur tiram putih P99 dikatakan tidak layak.
iii. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C diperoleh melalui perbandingan antara PV positif
dengan PV negatif. Besarnya PV positif adalah Rp 153 255 121,
sedangkan besarnya PV negatif adalah (Rp 322 884 110). Sehingga
diperoleh nilai Net B/C Rasio sebesar 0.47. Berdasarkan indikator
kriteria investasi, usaha dikatakan layak jika Net B/C yang diperoleh
lebih besar dari 1, sehingga dengan perolehan Net B/C Rasio sebesar
0.47, usaha jamur tiram putih P99 dikatakan tidak layak.
iv. Payback Period (PP)
Hasil perhitungan PP akan menggambarkan berapa lama
investasi yang ditanamkan akan kembali. PP dapat diperoleh dengan
membandingkan biaya investasi yang diperlukan dengan manfaat
bersih rata-rata yang diterima setiap tahunnya. Besarnya biaya
investasi selama umur usaha adalah Rp 399 158 400, sedangkan
manfaat bersih rata-rata yang diterima setiap tahunnya adalah (Rp 21
203 624), sehingga diperoleh PP selama 14.80. Berdasarkan indikator
kriteria investasi, usaha dikatakan layak jika PP yang diperoleh lebih
pendek dari umur usaha (8 tahun), sehingga dengan perolehan PP
selama 14.80 tahun, usaha jamur tiram putih P99 dikatakan tidak
layak. Secara ringkas mengenai kelayakan finansial usaha jamur tiram
putih P99 (Skenario II) ditunjukkan pada Tabel 10, berikut ini:

Tabel 13 Hasil perhitungan kriteria investasi skenario II

Kriteria investasi Indikator Hasil Layak/Tidak Layak


NPV >0 (Rp 169 628 988) Tidak Layak
IRR > DR (5.5 persen) -8.33% Tidak Layak
Net B/C >1 0.47 Tidak Layak
PP < umur usaha (8 tahun) 14.80 tahun Tidak Layak

c. Skenario III (Usaha jamur tiram putih segar)


i. Net Present Value (NPV)
59

NPV diperoleh melalui suatu perhitungan dengan


mengakumulasikan manfaat bersih kini. Manfaat bersih kini yang
diterima setiap tahunnya dari tahun 1 sampai tahun 8 adalah sebesar
(Rp 259 116 468), Rp 504 712 600, Rp 478 330 976, Rp 428 279 858,
Rp 338 649 401, Rp 380 526 181, Rp 358 493 046, Rp 462 679 388.
Sehingga akumulasi manfaat bersih kini (NPV) adalah sebesar Rp 2
692 554 981. Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya manfaat bersih
yang akan diterima pihak P99 selama 8 tahun menjalankan usaha
jamur tiram putih adalah sebesar Rp 2 692 554 981 atau sebesar 32.20
persen inflow usahanya. Berdasarkan indikator kriteria investasi,
usaha dikatakan layak jika NPV yang diperoleh lebih besar dari 0,
sehingga dengan perolehan NPV sebesar Rp 2 692 554 981, usaha
jamur tiram putih P99 dikatakan layak.
ii. Internal Rate of Return (IRR)
IRR diperoleh melalui teknik interpolasi yakni dengan
membandingkan cost of capital atau discount rate (DR). Tingkat DR
yang digunakan adalah sebesar 5.5 persen. Berdasarkan perhitungan
diperoleh nilai IRR sebesar 203.43 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengembalian internal atas investasi selama 8 tahun
menjalankan usaha jamur tiram putih ini adalah sebesar 203.43 persen.
Saat discount rate (DR) sebesar 5.5 persen diperoleh NPV sebesar Rp
2 692 554 981. Namun saat DR sebesar 203.43 persen NPV yang
diperoleh sebesar Rp 0, yang artinya pada tingkat suku bunga sebesar
203.43 persen adalah sama dengan internal investasinya. Berdasarkan
indikator kriteria investasi, usaha dikatakan layak jika IRR yang
diperoleh lebih besar dari DR, sehingga dengan perolehan IRR sebesar
203.43 persen, usaha jamur tiram putih P99 dikatakan layak.
iii. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C diperoleh melalui perbandingan antara PV positif
dengan PV negatif. Besarnya PV positif adalah Rp 2 951 671 450,
sedangkan besarnya PV negatif adalah (Rp 259 116 468). Sehingga
diperoleh nilai Net B/C Rasio sebesar 11.39. Hal ini mengindikasikan
bahwa setiap tambahan biaya sebesar Rp 1.00 dapat menghasilkan
tambahan manfaat bersih sebesar Rp 11.39. Sehingga ketika pihak
P99 mengeluarkan sejumlah biaya tambahan maka nilai manfaat
tambahan yang diperolehnya menjadi lebih banyak. Berdasarkan
indikator kriteria investasi, usaha dikatakan layak jika Net B/C yang
diperoleh lebih besar dari 1, sehingga dengan perolehan Net B/C
Rasio sebesar 11.39, usaha jamur tiram putih P99 dikatakan layak.
iv. Payback Period (PP)
Hasil perhitungan PP akan menggambarkan berapa lama
investasi yang ditanamkan akan kembali. PP dapat diperoleh dengan
membandingkan biaya investasi yang diperlukan dengan manfaat
bersih rata-rata yang diterima setiap tahunnya. Besarnya biaya
investasi selama umur usaha adalah Rp 698 678 218, sedangkan
manfaat bersih rata-rata yang diterima setiap tahunnya adalah Rp 336
569 373, sehingga diperoleh PP selama 1.40 atau 1 tahun 4 bulan 24
hari. Berdasarkan indikator kriteria investasi, usaha dikatakan layak
60

jika PP yang diperoleh lebih pendek dari umur usaha (8 tahun),


sehingga dengan perolehan PP selama 1.40 tahun, usaha jamur tiram
putih P99 dikatakan layak. Secara ringkas mengenai kelayakan
finansial usaha jamur tiram putih P99 (Skenario III) ditunjukkan pada
Tabel 14, berikut ini:

Tabel 14 Hasil perhitungan kriteria investasi skenario III

Kriteria investasi Indikator Hasil Layak/Tidak Layak


NPV >0 Rp 2 692 554 981 Layak
IRR > DR (5.5 persen) 203.43% Layak
Net B/C >1 11.39 Layak
PP < umur usaha (8 tahun) 1.40 tahun Layak

Perbandingan Analisis Kelayakan Finansial


Usaha jamur tiram putih P99 dikatakan memberikan manfaat atas investasi
yang dilakukan. Kriteria kelayakan investasi pada semua skenario mampu dicapai.
Sehingga secara finansial usaha jamur tiram putih P99 dikatakan layak. Berikut
ini adalah Tabel 15 mengenai perbandingan analisis kelayakan finansial usaha
jamur tiram putih P99.

Tabel 15 Perbandingan analisis kelayakan finansial jamur tiram putih P99

Kriteria investasi Skenario I Skenario II Skenario III


NPV Rp 1 058 051 719 (Rp 169 628 988) Rp 2 692 554 981
IRR 95.50% -8.33% 203.43%
Net B/C 5.51 0.47 11.39
PP 2.66 tahun 14.80 tahun 1.40 tahun
Hasil analisis Layak Tidak Layak Layak

Berdasarkan tabel di atas, nilai NPV, IRR dan Net B/C paling tinggi berada
pada Skenario III (Usaha jamur tiram putih segar). Hal ini mengindikasikan
bahwa Skenario III menghasilkan pengembalian internal dan manfaat bersih yang
paling baik diantara skenario lainnya. Selain itu, jika dilihat dari besarnya nilai PP,
Skenario III juga paling kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha pada
Skenario III (Usaha jamur tiram putih segar) memiliki waktu pengembalian
investasi paling cepat. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Skenario III lebih baik
daripada skenario I maupun skenario II.

Analisis Sensitivitas dan Switching Value


Analisis sensitivitas merupakan suatu analisa yang dilakukan untuk melihat
dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis
kelayakan (Nurmalina et al. 2009). Sementara analisis switching value merupakan
perhitungan untuk mengukur seberapa besar perubahan maksimum dari suatu
komponen inflow atau perubahan maksimum dari komponen outflow yang masih
ditoleransi sehingga usaha masih layak dilaksanakan. Analisis ini merupaka
variasi dari analisis sensitivitas. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung
61

secara uji coba sehingga nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan discount
rate, dan Net B/C sama dengan satu. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi
batas yang ditentukan maka usaha tersebut tidak layak dijalankan.
Analisis sensitivitas dan analisis switching value yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan 2 variabel peubah, yaitu peningkatan harga dedak
serta penurunan volume produksi jamur tiram putih segar dengan asumsi ceteris
paribus. Penentuan kedua variabel ini disebabkan variabel tersebut yang memang
berubah-ubah kondisinya bergantung musim. Pada saat musim hujan, volume
dedak di pemasok lebih sedikit karena sulit untuk dilakukannya penggilingan padi
yang produk sampingannya adalah dedak tersebut. Oleh karena itu harga dedak
menjadi meningkat sebesar 25 persen pada saat musim hujan, yaitu bulan
September-Februari. Sementara itu, pada saat musim panas, yaitu bulan Maret-
Agustus produksi jamur tiram putih segar menurun sebesar 30 persen. Hal ini
disebabkan suhu musim panas yang lebih tinggi dibanding biasanya berakibat
pada sulitnya jamur tiram putih untuk tumbuh. Akibatnya, ukuran jamur tiram
putih yang dipanen pun lebih kecil sehingga produksi jamur tiram putih di musim
hujan menurun. Penentuan harga jual baglog maupun jamur tiram putih tidak
digunakan dalam analisis switching value karena harga tidak pernah mengalami
penurunan ataupun peningkatan karena sesuai harga pasar. Asumsi tersebut
berdasarkan fakta yang ada di lapang. Berikut analisis sensitivitas dapat dilihat
pada Tabel 16 dan Tabel 17.

Tabel 16 Analisis sensitivitas skenario I

Perubahan NPV IRR Net


Variabel (%) (%) B/C
(Rp)
Kondisi normal - 1 058 051 719 95.50 5.51
Peningkatan harga dedak pada 25 1 029 451 283 92.24 5.33
musim hujan
Penurunan produksi jamur pada 30 776 099 978 67.10 3.98
musim panas

Pada skenario I dengan asumsi ceteris paribus menggunakan 2 variabel


peubah, yaitu peningkatan harga dedak pada musim hujan penurunan produksi
amur pada musim panas. Hasil analisis sentivitas menunjukkan bahwa
peningkatan harga dedak pada musim hujan sebesar 25 persen tidak begitu
berpengaruh signifikan terhadap kelayakan usaha karena nilai NPV masih berada
di atas nol, yaitu Rp 1 029 451 283. Sedangkan pada penurunan produksi jamur
tiram putih pada musim panas sebesar 30 persen berpengaruh cukup signifikan
terhadap kelayakan usaha P99 karena nilai NPV menurun hingga menjadi Rp 776
099 978 namun masih tetap layak karena lebih besar dari nol. Rincian analisis
sensitivitas pada skenario I dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.

Tabel 17 Analisis sensitivitas skenario III

Perubahan NPV IRR Net


Variabel (%) (%) B/C
(Rp)
62

Kondisi normal - 2 692 554 981 203.43 11.39


Peningkatan harga dedak pada 25 2 663 954 545 199.31 11.16
musim hujan
Penurunan produksi jamur pada 30 1 763 005 482 114.09 6.46
musim panas

Pada skenario III dengan asumsi ceteris paribus menggunakan 2 variabel


peubah, yaitu peningkatan harga dedak pada musim hujan penurunan produksi
amur pada musim panas. Hasil analisis sentivitas menunjukkan bahwa
peningkatan harga dedak pada musim hujan sebesar 25 persen tidak begitu
berpengaruh signifikan terhadap kelayakan usaha karena nilai NPV masih berada
di atas nol, yaitu Rp 2 663 954 545. Sedangkan pada penurunan produksi jamur
tiram putih pada musim panas sebesar 30 persen berpengaruh cukup signifikan
terhadap kelayakan usaha P99 karena nilai NPV menurun hingga menjadi Rp 1
763 005 482 namun tetap layak karena masih berada diatas nol. Rincian analisis
sensitivitas pada skenario III dapat dilihat pada Lampiran 25 dan Lampiran 26.
Hasil analisis switching value usaha jamur tiram putih P99 pada skenario I
dan III dapat dilihat pada Tabel 18. Pada skenario I dan skenario III menggunakan
2 variabel peubah, yaitu peningkatan harga dedak pada musim hujan dan
penurunan produksi jamur tiram putih pada musim panas.

Tabel 18 Hasil switching value skenario I dan III

Variabel Skenario I Skenario III


Peningkatan harga dedak pada musim hujan 456.44 1 161.55
Penurunan produksi jamur pada musim panas 38.75 41.16

Berdasarkan hasil analisis switching value pada Tabel 18, skenario I


menunjukkan bahwa batas kelayakan usaha jamur tiram putih P99 apabila terjadi
peningkatan harga dedak pada musim hujan sebesar 456.44 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan harga dedak pada saat musim hujan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kelayakan usaha. Sedangkan batas kelayakan
usaha jamur tiram putih P99 pada variabel penurunan produksi jamur tiram putih
pada musim panas sebesar 38.75 persen. Artinya apabila pada saat musim panas
jamur tiram putih mengalami penurunan produksi di atas 38.75 persen, barulah
usaha menjadi tidak layak. Sehingga peubah penurunan produksi jamur pada
musim panas dapat dikatakan cukup berpengaruh signifikan terhadap kelayakan
usaha.
Hasil analisis switching value pada skenario III menunjukkan bahwa batas
kelayakan usaha jamur tiram putih P99 apabila terjadi peningkatan harga dedak
pada musim hujan sebesar 1 161.55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan harga dedak pada saat musim hujan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kelayakan usaha. Sedangkan batas kelayakan usaha jamur tiram putih
P99 pada variabel penurunan produksi jamur tiram putih pada musim panas
sebesar 41.16 persen. Artinya apabila pada saat musim panas jamur tiram putih
mengalami penurunan produksi lebih dari 41.16 persen, barulah usaha menjadi
tidak layak. Sehingga peubah penurunan produksi jamur pada musim panas dapat
dikatakan cukup berpengaruh signifikan terhadap kelayakan usaha. Rincian
63

analisis switching value pada skenario I dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12
serta Lampiran 27 dan 28 untuk skenario III.
Pada skenario II tidak diberlakukan analisis sensitivitas maupun analisis
switching value. Hal ini dikarenakan, pada analisis cashflow dan analisis
kelayakan finansial, skenario II sudah menunjukkan ketidaklayakan. Oleh karena
itu, perubahan dalam peubah-peubah pada analisis sensitivitas maupun analisis
switching value pada skenario II tentu saja akan memberikan hasil yang semakin
tidak layak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha jamur tiram
putih P99 di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjurmaka simpulan
yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek
lingkungan, usaha jamur tiram putih P99 sudah layak untuk dijalankan. Hal ini
dikarenakan, P99 sudah memenuhi semua kriteria kelayakan tersebut.
2. Skenario I menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih P99 layak untuk
dijalankan karena keempat kriteria mampu dicapai yaitu NPV sebesar Rp 1
miliar, IRR sebesar 95 persen, Net B/C sebesar 5.51, dan PP selama 2.66 tahun.
Skenario II menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih P99 tidak layak untuk
dijalankan karena keempat kriteria tidak mampu dicapai yaitu NPV sebesar
(Rp 169 juta), IRR sebesar -8 persen, Net B/C sebesar 0.47, dan PP selama
14.8 tahun. Skenario III menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih P99
layak untuk dijalankan karena keempat kriteria mampu dicapai yaitu NPV
sebesar Rp 2 miliar, IRR sebesar 203 persen, Net B/C sebesar 11.39, dan PP
selama 1.40 tahun.
3. Hasil analisis sensitivitas usaha jamur tiram putih P99 pada skenario I dan
skenario III menunjukkan peningkatan harga dedak di musim hujan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kelayakan usaha. Sedangkan penurunan
produksi jamur tiram putih pada musim panas berpengaruh cukup signifikan
pada kelayakan usaha namun masih memenuhi kriteria kelayakan. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa perubahan pada kedua peubah tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kelayakan usaha.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat direkomendasikan yaitu :


1. Berdasarkan hasil analisis non finansial usaha sudah layak menurut seluruh
aspek-aspek yang ada. Namun pada aspek manajemen dan hukum, meskipun
sudah layak, usaha jamur tiram putih P99 belum terdaftar sebagai UMKM dan
belum memiliki Surat Izin Pendirian Usaha. Akan lebih baik jika P99
mengurus izin usahanya agar terdaftar sebagai UMKM yang resmi.
64

2. Berdasarkan hasil analisis finansial, skenario ketiga yaitu pada kondisi usaha
jamur tiram putih segar menunjukkan hasil kelayakan yang paling tinggi. Oleh
karena itu disarankan untuk usaha melakukan pengembangan menjadi usaha
jamur tiram putih segar karena hasil analisis finansial pada skenario ketiga
menunjukkan pendapatan dan profit yang lebih tinggi. Namun untuk
melakukan pengembangan seperti pada skenario ketiga, pemilik usaha harus
memiliki modal yang lebih. Oleh sebab itu, apabila modal untuk
pengembangan usaha terbatas, pengembangan melalui skenario pertama pun
sudah memiliki tingkat kelayakan yang tinggi.
3. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dan analisis switching value, dapat
diketahui bahwa perubahan pada peningkatan harga dedak di musim hujan
maupun penurunan produksi jamur tiram putih pada musim panas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kelayakan usaha. Hal ini menunjukkan,
meskipun terjadi perubahan pada peubah tersebut, haruslah terjadi perubahan
yang besar, yang akan mengakibatkan usaha menjadi tidak layak. Artinya,
pengembangan usaha sangat layak untuk dijalankan.
65

DAFTAR PUSTAKA

Carl S. Warren, James M, Philip E. Fess. 2006. Pengantar Akuntansi. Ed ke-21.


Farahmita A, Amanugrahani, Hendrawan T, penerjemah. Jakarta (ID).
Salemba Empat. Terjemahan dari : Accounting.
Gittinger JP.1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Mangiri
K, Stomo S, penerjemah. Jakarta (ID). UI Pr. Terjemahan dari : Economic
Analysis of Agriculture Project.
Gray C, Sabur LK, Simanjuntak P, Haspaitella PFI. 1992. Pengantar Evaluasi
Proyek. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Hastriratna. 2014. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap pada CV
Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Herbowo AN. 2011. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) (Studi Kasus: Desa Tugu Selatan, Kecamatan
Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek Ed Ke-4. Yogyakarta
(ID): UPP AMP YKPN
Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Ed ke-2. Jakarta (ID): Prenada
Media Group.
[Kementan Ditjen Hortikultura] Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal
Hortikultura (ID). 2006. Profil Jamur. Jakarta (ID): Ditjen Hortikultura.
[Kementan Ditjen Hortikultura] Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal
Hortikultura (ID). 2007. Prosedur Operasional Standar Jamur Tiram. Jakarta
(ID): Ditjen Hortikultura.
[Kementan Ditjen Hortikultura] Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal
Hortikultura (ID). 2009. Profil Pengembangan Kawasan Sentra Produksi
Jamur Merang. Jakarta (ID): Ditjen Hortikultura.
[Kementan Ditjen Hortikultura] Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal
Hortikultura (ID). 2012. Nilai PDB Hortikultura Indonesia Tahun 2007-
2011. Jakarta (ID): Ditjen Hortikultura.
[Kementan Ditjen Hortikultura] Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal
Hortikultura (ID). 2014. Tabel Luas Panen, Produksi dan Hasil per Hektar
Jamur Menurut Provinsi. Jakarta (ID): Ditjen Hortikultura.
Masruri Nuning. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi
Kasus: Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mulyawati D. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus) (Studi Kasus: Kumbung Jamur D & D, Kecamatan Bojonggede,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Piryadi TU. 2013. Bisnis Jamur Tiram. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.
66

Qohar RA. 2014. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Beras Merah Organik
(Studi Kasus: UD Sirtanio, Banyuwangi, Jawa Timur) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati Juwita. 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya
Jamur Tiram Putih. (Kasus: Usaha Jamur Mandiri, Kabupaten Bogor)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi
Suriawiria. 2000. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu: Shiitake, Kuping, Tiram.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Ed ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama.
67

Lampiran 1 Diagram alur proses produksi baglog dan jamur tiram putih

Persiapan bahan baku Pengayakan Pengadukan

Sterilisasi Pemasangan ring Logging

Pendinginan Inokulasi Inkubasi

Pemanenan Growing Budidaya


68

Lampiran 2 Layout usaha jamur tiram putih P99

Rencana Pengolahan
Kumbung 3 Limbah

Kumbung Kumbung
2 1

Torn Mushol
Air la

Kolam
air Bangunan
Inkubasi

Bangunan
Inokulasi
Lahan Parkir
Steamer
adukan
Peng-

Logging

Gudang
Lampiran 3 Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan Skenario I
Komponen Biaya Jumlah Fisik Satuan Harga Satuan Jumlah Total Umur Ekonomis Nilai Penyusutan per Tahun Nilai Sisa Akhir Proyek Reinvestasi di tahun ke
tanah 700 m 116 740 81 718 000 - 81 718 000 -
bangunan persiapan 1 unit 67 843 276 67 843 276 8 8 480 409 - -
bangunan inkubasi 1 unit 34 221 747 34 221 747 5 6 844 349 13 688 699 6
rak inkubasi 1 unit 4 416 274 4 416 274 3 1 472 091 1 472 091 4, 7
bangunan budidaya 4 unit 11 674 000 46 696 000 4 11 674 000 - 5
rak budidaya 4 unit 2 334 800 9 339 200 3 3 113 067 3 113 067 4, 7
instalasi listrik 1 unit 1 751 100 1 751 100 10 175 110 350 220 -
steamer 1 1 unit 4 202 640 4 202 640 6 700 440 2 801 760 7
steamer 2 1 unit 4 786 924 4 786 924 6 797 821 3 191 282 7
kompresor 1 unit 1 019 140 1 019 140 3 339 713 339 713 4, 7
tangki minyak & bata api 1 unit 817 180 817 180 5 163 436 326 872 6
instalasi penyiraman 1 unit 1 167 400 1 167 400 3 389 133 389 133 4, 7
torn air 500lt 1 unit 583 700 583 700 5 116 740 233 480 6
selang air 15 meter 3 502 52 533 5 10 507 21 013 6
nozzle / sprayer 1 unit 64 207 64 207 5 12 841 25 683 6
cangkul 2 unit 38 524 77 048 5 15 410 30 819 6
sekop 2 unit 38 524 77 048 5 15 410 30 819 6
ayakan 1 unit 70 044 70 044 1 70 044 - 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
ember 2 unit 23 348 46 696 2 23 348 - 3, 5, 7
drum plastik 3 unit 116 740 350 220 5 70 044 140 088 6
ring 20 000 unit 117 2 334 800 4 583 700 - 5
dingklik 6 unit 17 511 105 066 3 35 022 35 022 4, 7
jas lab 2 unit 35 022 70 044 5 14 009 28 018 6
sapu ijuk 2 unit 17 511 35 022 2 17 511 - 3, 5, 7
sapu lidi 1 unit 5 837 5 837 1 5 837 - 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
pengki 1 unit 11 674 11 674 3 3 891 3 891 4, 7
pel 1 unit 17 511 17 511 3 5 837 5 837 4,7
timbangan 1 unit 408 006 408 006 5 81 601 163 203 6
keranjang baglog 20 unit 40 859 817 180 3 272 393 272 393 4, 7
keranjang panen 15 unit 11 674 175 110 3 58 370 58 370 4, 7
mobil pick up 1 unit 87 555 000 87 555 000 8 10 944 375 - -
meja dan kursi kantor 1 set 350 220 350 220 5 70 044 140 088 6
total 481 191 598 46 576 504 108 579 563
69
Lampiran 4 Biaya Variabel Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada skenario I
70

bahan baku per minggu Satuan harga/unit biaya/minggu biaya/tahun I biaya/tahun II s.d. VI
Serbuk gergaji 300 karung 4 000 1 200 000 43 200 000 57 600 000
Dedak 396 kg 2 000 792 000 28 512 000 38 016 000
Tsp 1 karung 17 500 17 500 567 000 756 000
Kapur 90 kg 500 45 000 1 620 000 2 160 000
Tepung Tapioka 36 karung 5 500 198 000 7 128 000 9 504 000
Tepung Jagung 36 karung 5 800 208 800 7 516 800 10 022 400
Plastik log 29.09 kg 27 500 800 000 28 800 000 38 400 000
Kapas 13 kg 8 000 104 000 3 801 600 5 068 800
Karet 1 kg 45 000 45 000 2 376 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 1 liter 8 000 8 000 288 000 384 000
Bibit Jamur 400 botol 6 000 2 400 000 86 400 000 115 200 000
Solar 180 liter 6 900 1 242 000 44 712 000 59 616 000
Borong loging 6 400 unit 85 544 000 19 584 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 6 kali 40 000 240 000 8 640 000 11 520 000
Plastik Panen 11.66 kg 27 500 320 787 9 753 333 15 400 000
Total 292 898 733 392 927 200
Lampiran 5 Biaya Tetap Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario I
Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan Biaya Tetap Tahun 1 Biaya Tetap Tahun 2-8
cutter 12 Unit 5 000 45 000 60 000
masker 2 box 30 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 1 lusin 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 3 set 100 000 200 000 300 000
biaya listrik 12 bulan 100 000 900 000 1 200 000
biaya komunikasi 12 bulan 100 000 900 000 1 200 000
biaya transportasi 288 hari 40 000 8 640 000 11 520 000
pajak pick up 1 tahun 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 1 tahun 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 1 tahun 11 040 000 11 040 000 11 040 000
Gaji Karyawan 12 bulan 8 040 000 72 360 000 96 480 000
Total 96 980 000 124 695 000

Lampiran 6 Rincian Gaji Karyawan Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II

Nama Jobdesk Gaji per Hari Gaji per Bulan Gaji per Tahun
Rizal M. F. Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Ikha Inokulasi 28 000 672 000 8 064 000
Uchu Inokulasi 28 000 672 000 8 064 000
Mirwan Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Ramda Budidaya 28 000 840 000 10 080 000
Hari H. R. Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Asep Budidaya 28 000 840 000 10 080 000
Haris Pribadi Pengelola 125 000 3 000 000 36 000 000
Total Gaji 321 000 8 040 000 96 480 000
71
72

Lampiran 7 Laporan Laba Rugi Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario I
Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog 201 600 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000
Jamur tiram putih 292 600 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000
TOTAL INFLOW 494 200 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000
B OUTFLOW
1 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 9 753 333 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 292 898 733 392 927 200 392 927 200 392 927 200 392 927 200 392 927 200 392 927 200 392 927 200
2 BIAYA TETAP
cutter 45 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000
Gaji Karyawan 72 360 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000
Penyusutan Alat Investasi 46 576 504 46 576 504 46 576 504 46 576 504 46 576 504 46 576 504 46 576 504 46 576 504
TOTAL BIAYA TETAP 143 556 504 171 271 504 171 271 504 171 271 504 171 271 504 171 271 504 171 271 504 171 271 504
TOTAL OUTFLOW 436 455 238 564 198 704 564 198 704 564 198 704 564 198 704 564 198 704 564 198 704 564 198 704
Laba Bersih Sebelum Pajak 57 744 762 200 201 296 200 201 296 200 201 296 200 201 296 200 201 296 200 201 296 200 201 296
pajak 1% 577 448 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013
Laba Bersih Setelah Pajak 57 167 315 198 199 283 198 199 283 198 199 283 198 199 283 198 199 283 198 199 283 198 199 283
total laba bersih 1 444 562 293
73
Lampiran 8 Cash Flow Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario I
74

Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog 201 600 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000
Jamur tiram putih 292 600 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000
Nilai Sisa 108 579 563
TOTAL INFLOW 494 200 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 872 979 563
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 81 718 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 46 696 000 - - - 46 696 000 - - -
rak budidaya 9 339 200 - - 9 339 200 - - 9 339 200 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 175 110 - - 175 110 - - 175 110 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 351 185 848 75 881 157 599 17 144 436 49 188 399 37 147 835 26 215 718 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 9 753 333 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 292 898 733 392 927 200 392 927 200 392 927 200 392 927 200 392 927 200 392 927 200 392 927 200
3 BIAYA TETAP
cutter 45 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000
Gaji Karyawan 72 360 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000
TOTAL BIAYA TETAP 96 980 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000
75
TOTAL OUTFLOW 741 064 582 517 698 081 517 779 799 534 766 636 566 810 599 554 770 035 543 837 918 517 698 081
76

pajak 1% 577 448 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013
Net Benefit (247 442 029) 244 699 906 244 618 188 227 631 351 195 587 388 207 627 952 218 560 069 353 279 469
DF 5 5% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (234 542 208) 219 851 222 208 320 191 183 747 838 149 650 630 150 581 307 150 246 236 230 196 503
PV (-) (234 542 208)
PV(+) 1 292 593 927
NPV 1 058 051 719
IRR 95.50%
Net B/C 5.51
PP 2.66
Lampiran 9 Analisis Sensitivitas Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Peningkatan Harga Dedak Sebesar 25% saat Musim Hujan pada
Skenario I
Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog 201 600 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000
Jamur tiram putih 292 600 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000
Nilai Sisa 108 579 563
TOTAL INFLOW 494 200 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 872 979 563
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 81 718 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 46 696 000 - - - 46 696 000 - - -
rak budidaya 9 339 200 - - 9 339 200 - - 9 339 200 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
77

sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
78

pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -


timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 175 110 - - 175 110 - - 175 110 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 351 185 848 75 881 157 599 17 144 436 49 188 399 37 147 835 26 215 718 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 31 680 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 9 753 333 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 296 066 733 397 679 200 397 679 200 397 679 200 397 679 200 397 679 200 397 679 200 397 679 200
3 BIAYA TETAP
cutter 45 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000
Gaji Karyawan 72 360 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000
TOTAL BIAYA TETAP 96 980 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000
TOTAL OUTFLOW 744 232 582 522 450 081 522 531 799 539 518 636 571 562 599 559 522 035 548 589 918 522 450 081
pajak 1% 577 448 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013
Net Benefit (250 610 029) 239 947 906 239 866 188 222 879 351 190 835 388 202 875 952 213 808 069 348 527 469
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (237 545 051) 215 581 776 204 273 323 179 911 944 146 014 711 147 134 939 146 979 537 227 100 105
PV (-) (237 545 051)
PV(+) 1 266 996 334
NPV 1 029 451 283
IRR 92.24%
Net B/C 5.33
PP 2.73
79
Lampiran 10 Analisis Sensitivitas Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Penurunan Produksi Jamur Tiram Putih Sebesar 30% saat
80

Musim Panas pada Skenario I


Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog 201 600 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000
Jamur tiram putih 251 020 000 392 700 000 392 700 000 392 700 000 392 700 000 392 700 000 392 700 000 392 700 000
Nilai Sisa 108 579 563
TOTAL INFLOW 452 620 000 695 100 000 695 100 000 695 100 000 695 100 000 695 100 000 695 100 000 803 679 563
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 81 718 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 46 696 000 - - - 46 696 000 - - -
rak budidaya 9 339 200 - - 9 339 200 - - 9 339 200 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 175 110 - - 175 110 - - 175 110 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 351 185 848 75 881 157 599 17 144 436 49 188 399 37 147 835 26 215 718 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 8 367 333 13 090 000 13 090 000 13 090 000 13 090 000 13 090 000 13 090 000 13 090 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 291 512 733 390 617 200 390 617 200 390 617 200 390 617 200 390 617 200 390 617 200 390 617 200
3 BIAYA TETAP
cutter 45 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000
Gaji Karyawan 72 360 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000
81
TOTAL BIAYA TETAP 96 980 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000
82

TOTAL OUTFLOW 739 678 582 515 388 081 515 469 799 532 456 636 564 500 599 552 460 035 541 527 918 515 388 081
pajak 1% 577 448 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013
Net Benefit (287 636 029) 177 709 906 177 628 188 160 641 351 128 597 388 140 637 952 151 570 069 286 289 469
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (272 640 786) 159 663 894 151 270 592 129 672 388 98 394 279 101 997 088 104 194 844 186 545 895
PV (-) (272 640 786)
PV(+) 931 738 981
NPV 659 098 195
IRR 56.40%
Net B/C 3.42
PP 4.26
Lampiran 11 Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Peningkatan Harga Dedak saat Musim Hujan pada Skenario I
Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog 201 600 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000
Jamur tiram putih 292 600 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000 462 000 000
Nilai Sisa 108 579 563
TOTAL INFLOW 494 200 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 764 400 000 872 979 563
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 81 718 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 46 696 000 - - - 46 696 000 - - -
rak budidaya 9 339 200 - - 9 339 200 - - 9 339 200 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
83
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
84

timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -


keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 175 110 - - 175 110 - - 175 110 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 351 185 848 75 881 157 599 17 144 436 49 188 399 37 147 835 26 215 718 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 158 651 546 211 535 395 211 535 395 211 535 395 211 535 395 211 535 395 211 535 395 211 535 395
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 9 753 333 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000 15 400 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 423 038 280 566 446 595 566 446 595 566 446 595 566 446 595 566 446 595 566 446 595 566 446 595
3 BIAYA TETAP
cutter 45 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000
Gaji Karyawan 72 360 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000
TOTAL BIAYA TETAP 96 980 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000
TOTAL OUTFLOW 871 204 128 691 217 476 691 299 194 708 286 031 740 329 994 728 289 430 717 357 313 691 217 476
pajak 1% 577 448 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013
Net Benefit (377 581 576) 71 180 511 71 098 793 54 111 956 22 067 993 34 108 557 45 040 674 179 760 074
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (357 897 228) 63 952 302 60 548 704 43 680 077 16 884 980 24 737 089 30 962 617 117 131 461
PV (-) (357 897 228)
PV(+) 357 897 228
NPV 0
IRR 5.5%
Net B/C 1
PP 11949639178.504
Switching Value 456.44%
85
Lampiran 12 Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Penurunan Produksi Jamur Tiram Putih saat Musim Panas pada
86

Skenario I
Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog 201 600 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000
Jamur tiram putih 179 219 252 282 977 766 282 977 766 282 977 766 282 977 766 282 977 766 282 977 766 282 977 766
Nilai Sisa 108 579 563
TOTAL INFLOW 380 819 252 585 377 766 585 377 766 585 377 766 585 377 766 585 377 766 585 377 766 693 957 329
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 81 718 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 46 696 000 - - - 46 696 000 - - -
rak budidaya 9 339 200 - - 9 339 200 - - 9 339 200 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 175 110 - - 175 110 - - 175 110 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 351 185 848 75 881 157 599 17 144 436 49 188 399 37 147 835 26 215 718 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 8 367 333 13 090 000 13 090 000 13 090 000 13 090 000 13 090 000 13 090 000 13 090 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 291 512 733 390 617 200 390 617 200 390 617 200 390 617 200 390 617 200 390 617 200 390 617 200
3 BIAYA TETAP
cutter 45 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000 11 040 000
Gaji Karyawan 72 360 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000 96 480 000
87
TOTAL BIAYA TETAP 96 980 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000 124 695 000
88

TOTAL OUTFLOW 739 678 582 515 388 081 515 469 799 532 456 636 564 500 599 552 460 035 541 527 918 515 388 081
pajak 1% 577 448 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013 2 002 013
Net Benefit (359 436 777) 67 987 672 67 905 954 50 919 117 18 875 154 30 915 718 41 847 835 176 567 235
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (340 698 367) 61 083 688 57 829 638 41 102 764 14 442 029 22 421 495 28 767 742 115 051 011
PV (-) (340 698 367)
PV(+) 340 698 368
NPV 0
IRR 5.5%
Net B/C 1
PP 5703987459.997
Switching Value 38.75%
Lampiran 13 Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan Skenario II
Komponen Biaya Jumlah Fisik Satuan Harga Satuan Jumlah Total Umur Ekonomis Nilai Penyusutan per Tahun Nilai Sisa Akhir Proyek Reinvestasi di tahun ke
tanah 700 m 116 740 81 718 000 - 81 718 000 -
bangunan persiapan 1 unit 67 843 276 67 843 276 8 8 480 409 - -
bangunan inkubasi I 1 unit 34 221 747 34 221 747 5 6 844 349 13 688 699 6
rak inkubasi I 1 unit 4 416 274 4 416 274 3 1 472 091 1 472 091 4 7
bangunan inkubasi II 1 unit 17 110 874 17 110 874 5 3 422 175 6 844 349 6
rak inkubasi II 1 unit 2 208 137 2 208 137 3 736 046 736 046 4 7
instalasi listrik 1 unit 1 751 100 1 751 100 10 175 110 350 220 -
steamer 1 1 unit 4 202 640 4 202 640 6 700 440 2 801 760 7
steamer 2 1 unit 4 786 924 4 786 924 6 797 821 3 191 282 7
kompresor 1 unit 1 019 140 1 019 140 3 339 713 339 713 4 7
tangki minyak & bata api 1 unit 817 180 817 180 5 163 436 326 872 6
instalasi penyiraman 1 unit 1 167 400 1 167 400 3 389 133 389 133 4 7
torn air 500lt 1 unit 583 700 583 700 5 116 740 233 480 6
selang air 15 meter 3 502 52 533 5 10 507 21 013 6
cangkul 2 unit 38 524 77 048 5 15 410 30 819 6
sekop 2 unit 38 524 77 048 5 15 410 30 819 6
ayakan 1 unit 70 044 70 044 1 70 044 - 2 3 4 5 6 7 8
ember 2 unit 23 348 46 696 2 23 348 - 3 5 7
drum plastik 3 unit 116 740 350 220 5 70 044 140 088 6
ring 20 000 unit 117 2 334 800 4 583 700 - 5
dingklik 6 unit 17 511 105 066 3 35 022 35 022 4 7
jas lab 2 unit 35 022 70 044 5 14 009 28 018 6
sapu ijuk 2 unit 17 511 35 022 2 17 511 - 3 5 7
sapu lidi 1 unit 5 837 5 837 1 5 837 - 2 3 4 5 6 7 8
pengki 1 unit 11 674 11 674 3 3 891 3 891 4 7
pel 1 unit 17 511 17 511 3 5 837 5 837 47
keranjang baglog 20 unit 40 859 817 180 3 272 393 272 393 4 7
mobil pick up 1 unit 87 555 000 87 555 000 8 10 944 375 - -
meja dan kursi kantor 1 set 350 220 350 220 5 70 044 140 088 6
total 399 158 400 35 794 846 112 799 636
89
Lampiran 14 Biaya Variabel Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II
90

bahan baku per minggu satuan harga/unit biaya/minggu biaya/tahun I biaya/tahun II s d VIII
Serbuk gergaji 300 karung 4 000 1 200 000 43 200 000 57 600 000
Dedak 396 kg 2 000 792 000 28 512 000 38 016 000
Tsp 1 karung 17 500 17 500 567 000 756 000
Kapur 90 kg 500 45 000 1 620 000 2 160 000
Tepung Tapioka 36 karung 5 500 198 000 7 128 000 9 504 000
Tepung Jagung 36 karung 5 800 208 800 7 516 800 10 022 400
Plastik log 29 09 kg 27 500 800 000 28 800 000 38 400 000
Kapas 13 kg 8 000 104 000 3 801 600 5 068 800
Karet 1 kg 45 000 45 000 2 376 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 1 liter 8 000 8 000 288 000 384 000
Bibit Jamur 400 botol 6 000 2 400 000 86 400 000 115 200 000
Solar 180 liter 6 900 1 242 000 44 712 000 59 616 000
Borong loging 6 400 unit 85 510 000 19 584 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 6 kali 40 000 240 000 8 640 000 11 520 000
Total 283 145 400 377 527 200
Lampiran 15 Biaya Tetap Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II
Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan Biaya Tetap Tahun 1 Biaya Tetap Tahun 2-8
cutter 6 Unit 5 000 20 000 30 000
masker 2 box 30 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 1 lusin 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 3 set 100 000 200 000 300 000
biaya listrik 12 bulan 100 000 900 000 1 200 000
biaya komunikasi 12 bulan 100 000 900 000 1 200 000
biaya transportasi 288 hari 20 000 4 320 000 5 760 000
pajak pick up 1 tahun 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 1 tahun 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 1 tahun 10 704 000 10 704 000 10 704 000
Gaji Karyawan 12 bulan 7 704 000 69 336 000 92 448 000
Total 89 275 000 114 537 000

Lampiran 16 Rincian Gaji Karyawan Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II

Nama Jobdesk Gaji per Hari Gaji per Bulan Gaji per Tahun
Rizal M F Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Ikha Inokulasi 28 000 672 000 8 064 000
Uchu Inokulasi 28 000 672 000 8 064 000
Mirwan Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Ramda Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Hari H R Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Asep Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Haris Pribadi Pengelola 125 000 3 000 000 36 000 000
Total Gaji 321 000 7 704 000 92 448 000
91
Lampiran 17 Laporan Laba Rugi Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II
92

Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog 345 600 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000
Jamur tiram putih - - - - - - - -
TOTAL INFLOW 345 600 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000
B OUTFLOW
1 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 283 145 400 377 527 200 377 527 200 377 527 200 377 527 200 377 527 200 377 527 200 377 527 200
2 BIAYA TETAP
cutter 20 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 4 320 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000
Gaji Karyawan 69 336 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000
Penyusutan Alat Investasi 35 794 846 35 794 846 35 794 846 35 794 846 35 794 846 35 794 846 35 794 846 35 794 846
TOTAL BIAYA TETAP 125 069 846 150 331 846 150 331 846 150 331 846 150 331 846 150 331 846 150 331 846 150 331 846
TOTAL OUTFLOW 408 215 246 527 859 046 527 859 046 527 859 046 527 859 046 527 859 046 527 859 046 527 859 046
Laba Bersih Sebelum Pajak (62 615 246) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046)
pajak 1% - - - - - - - -
Laba Bersih Setelah Pajak (62 615 246) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046) (9 459 046)
total laba bersih (128 828 564)
93
Lampiran 18 Cash Flow Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario II
94

Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog 345 600 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000
Jamur tiram putih - - - - - - - -
Nilai Sisa 112 799 636
TOTAL INFLOW 345 600 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 518 400 000 631 199 636
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 81 718 000 - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 1 34 221 747 - - - - 34 221 747 -
rak inkubasi 1 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274
bangunan bagian inkubasi 2 17 110 874 - - - - 17 110 874 -
rak inkubasi 2 2 208 137 - - 2 208 137 - - 2 208 137
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 -
selang air 52 533 - - - - 52 533 -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 -
sekop 77 048 - - - - 77 048 -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066
jas lab 70 044 - - - - 70 044 -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180
mobil pickup 87 555 000 - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 -
TOTAL BIAYA INVESTASI 313 822 336 75 881 157 599 9 838 264 2 492 399 53 786 496 18 909 545 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 283 145 400 377 527 200 377 527 200 377 527 200 377 527 200 377 527 200 377 527 200 377 527 200
3 BIAYA TETAP
cutter 20 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 4 320 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000 5 760 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000 10 704 000
Gaji Karyawan 69 336 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000 92 448 000
TOTAL BIAYA TETAP 89 275 000 114 537 000 114 537 000 114 537 000 114 537 000 114 537 000 114 537 000 114 537 000
TOTAL OUTFLOW 686 242 736 492 140 081 492 221 799 501 902 464 494 556 599 545 850 696 510 973 745 492 140 081
pajak 1% - - - - - - - -
Net Benefit (340 642 736) 26 259 919 26 178 201 16 497 537 23 843 401 (27 450 696) 7 426 255 139 059 555
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
95
PV (322 884 110) 23 593 288 22 293 714 13 317 088 18 243 405 (19 908 503) 5 105 081 90 611 049
96

PV (-) (322 884 110)


PV(+) 153 255 121
NPV (169 628 988)
IRR -8.33%
Net B/C 0.47
PP 14.80
Lampiran 19 Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan Skenario III
Komponen Biaya Jumlah Fisik Satuan Harga Satuan Jumlah Total Umur Ekonomis Nilai Penyusutan per Tahun Nilai Sisa Akhir Proyek Reinvestasi di tahun ke
tanah 1000 m 116 740 116 740 000 - 116 740 000 -
bangunan persiapan 1 unit 67 843 276 67 843 276 8 8 480 409 - -
bangunan inkubasi 1 unit 34 221 747 34 221 747 5 6 844 349 13 688 699 6
rak inkubasi 1 unit 4 416 274 4 416 274 3 1 472 091 1 472 091 4, 7
bangunan budidaya 10 unit 11 674 000 116 740 000 4 29 185 000 - 5
rak budidaya 10 unit 2 334 800 23 348 000 3 7 782 667 7 782 667 4, 7
instalasi listrik 1 unit 1 751 100 1 751 100 10 175 110 350 220 -
steamer 1 1 unit 4 202 640 4 202 640 6 700 440 2 801 760 7
steamer 2 1 unit 4 786 924 4 786 924 6 797 821 3 191 282 7
kompresor 1 unit 1 019 140 1 019 140 3 339 713 339 713 4, 7
tangki minyak & bata api 1 unit 817 180 817 180 5 163 436 326 872 6
instalasi penyiraman 1 unit 1 167 400 1 167 400 3 389 133 389 133 4, 7
torn air 500lt 1 unit 583 700 583 700 5 116 740 233 480 6
selang air 15 meter 3 502 52 533 5 10 507 21 013 6
nozzle / sprayer 1 unit 64 207 64 207 5 12 841 25 683 6
cangkul 2 unit 38 524 77 048 5 15 410 30 819 6
sekop 2 unit 38 524 77 048 5 15 410 30 819 6
ayakan 1 unit 70 044 70 044 1 70 044 - 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
ember 2 unit 23 348 46 696 2 23 348 - 3, 5, 7
drum plastik 3 unit 116 740 350 220 5 70 044 140 088 6
ring 20000 unit 117 2 334 800 4 583 700 - 5
dingklik 6 unit 17 511 105 066 3 35 022 35 022 4, 7
jas lab 2 unit 35 022 70 044 5 14 009 28 018 6
sapu ijuk 2 unit 17 511 35 022 2 17 511 - 3, 5, 7
sapu lidi 1 unit 5 837 5 837 1 5 837 - 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
pengki 1 unit 11 674 11 674 3 3 891 3 891 4, 7
pel 1 unit 17 511 17 511 3 5 837 5 837 4,7
timbangan 1 unit 408 006 408 006 5 81 601 163 203 6
keranjang baglog 20 unit 40 859 817 180 3 272 393 272 393 4, 7
keranjang panen 25 unit 11 674 291 850 3 97 283 97 283 4, 7
mobil pick up 1 unit 87 555 000 87 555 000 8 10 944 375 - -
meja dan kursi kantor 1 set 350 220 350 220 5 70 044 140 088 6
total 698 678 218 68 796 018 148 310 076
97
Lampiran 20 Biaya Variabel Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada skenario III
98

bahan baku per minggu Satuan harga/unit biaya/minggu biaya/tahun I biaya/tahun II s d VI


Serbuk gergaji 300 karung 4 000 1 200 000 43 200 000 57 600 000
Dedak 396 kg 2 000 792 000 28 512 000 38 016 000
Tsp 1 karung 17 500 17 500 567 000 756 000
Kapur 90 kg 500 45 000 1 620 000 2 160 000
Tepung Tapioka 36 karung 5 500 198 000 7 128 000 9 504 000
Tepung Jagung 36 karung 5 800 208 800 7 516 800 10 022 400
Plastik log 29 09 kg 27 500 800 000 28 800 000 38 400 000
Kapas 13 kg 8 000 104 000 3 801 600 5 068 800
Karet 1 kg 45 000 45 000 2 376 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 1 liter 8 000 8 000 288 000 384 000
Bibit Jamur 400 botol 6 000 2 400 000 86 400 000 115 200 000
Solar 180 liter 6 900 1 242 000 44 712 000 59 616 000
Borong loging 6 400 unit 85 544 000 19 584 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 6 kali 40 000 240 000 8 640 000 11 520 000
Plastik Panen 28 kg 27 500 770 000 20 020 000 36 960 000
Total 303 165 400 414 487 200
Lampiran 21 Biaya Tetap Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario III
Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan Biaya Tetap Tahun 1 Biaya Tetap Tahun 2-8
cutter 16 Unit 5 000 65 000 80 000
masker 2 box 30 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 1 lusin 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 3 set 100 000 200 000 300 000
biaya listrik 12 bulan 100 000 1 350 000 1 800 000
biaya komunikasi 12 bulan 100 000 900 000 1 200 000
biaya transportasi 288 hari 40 000 8 640 000 11 520 000
pajak pick up 1 tahun 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 1 tahun 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 1 tahun 11 208 000 11 208 000 11 208 000
Gaji Karyawan 12 bulan 8 208 000 73 872 000 98 496 000
Total 99 130 000 127 499 000

Lampiran 22 Rincian Gaji Karyawan Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario III

Nama Jobdesk Gaji per Hari Gaji per Bulan Gaji per Tahun
Rizal M F Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Ikha Inokulasi 28 000 672 000 8 064 000
Uchu Inokulasi 28 000 672 000 8 064 000
Mirwan Inkubasi & Sterilisasi 28 000 672 000 8 064 000
Ramda Budidaya 28 000 840 000 10 080 000
Hari H R Budidaya 28 000 840 000 10 080 000
Asep Budidaya 28 000 840 000 10 080 000
Haris Pribadi Pengelola 125 000 3 000 000 36 000 000
Total Gaji 321 000 8 208 000 98 496 000
99
Lampiran 23 Laporan Laba Rugi Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario III
100

Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog - - - - - - - -
Jamur tiram putih 600 600 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000
TOTAL INFLOW 600 600 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000
B OUTFLOW
1 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 20 020 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 303 165 400 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200
2 BIAYA TETAP
cutter 65 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 1 350 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000
Gaji Karyawan 73 872 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000
Penyusutan Alat Investasi 68 796 018 68 796 018 68 796 018 68 796 018 68 796 018 68 796 018 68 796 018 68 796 018
TOTAL BIAYA TETAP 167 926 018 196 295 018 196 295 018 196 295 018 196 295 018 196 295 018 196 295 018 196 295 018
TOTAL OUTFLOW 471 091 418 610 782 218 610 782 218 610 782 218 610 782 218 610 782 218 610 782 218 610 782 218
Laba Bersih Sebelum Pajak 129 508 582 498 017 782 498 017 782 498 017 782 498 017 782 498 017 782 498 017 782 498 017 782
pajak 1% 1 295 086 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178
Laba Bersih Setelah Pajak 128 213 496 493 037 604 493 037 604 493 037 604 493 037 604 493 037 604 493 037 604 493 037 604
total laba bersih 3 579 476 727
101
Lampiran 24 Cash Flow Usaha Jamur Tiram Putih P99 pada Skenario III
102

Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog - - - - - - - -
Jamur tiram putih 600 600 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000
Nilai Sisa 148 310 076
TOTAL INFLOW 600 600 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 257 110 076
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 116 740 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 116 740 000 - - - 116 740 000 - - -
rak budidaya 23 348 000 - - 23 348 000 - - 23 348 000 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 291 850 - - 291 850 - - 291 850 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 470 377 388 75 881 157 599 31 269 976 119 232 399 37 147 835 40 341 258 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 20 020 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 303 165 400 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200
3 BIAYA TETAP
cutter 65 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 1 350 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000
Gaji Karyawan 73 872 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000
TOTAL BIAYA TETAP 99 130 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000
103
TOTAL OUTFLOW 872 672 788 542 062 081 542 143 799 573 256 176 661 218 599 579 134 035 582 327 458 542 062 081
1 295 086 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178
104

pajak 1%
Net Benefit (273 367 874) 561 757 741 561 676 023 530 563 646 442 601 223 524 685 787 521 492 364 710 067 817
DF 5 5% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (259 116 468) 504 712 600 478 330 976 428 279 858 338 649 401 380 526 181 358 493 046 462 679 388
PV (-) (259 116 468)
PV(+) 2 951 671 450
NPV 2 692 554 981
IRR 203.43%
Net B/C 11.39
PP 1.40
Lampiran 25 Analisis Sensitivitas Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Peningkatan Harga Dedak Sebesar 25% saat Musim Hujan pada
Skenario III
Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog - - - - - - - -
Jamur tiram putih 600 600 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000
Nilai Sisa 148 310 076
TOTAL INFLOW 600 600 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 257 110 076
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 116 740 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 116 740 000 - - - 116 740 000 - - -
rak budidaya 23 348 000 - - 23 348 000 - - 23 348 000 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
105
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
106

pel
timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 291 850 - - 291 850 - - 291 850 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 470 377 388 75 881 157 599 31 269 976 119 232 399 37 147 835 40 341 258 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 31 680 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000 42 768 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 20 020 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 306 333 400 419 239 200 419 239 200 419 239 200 419 239 200 419 239 200 419 239 200 419 239 200
3 BIAYA TETAP
cutter 65 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 1 350 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000
Gaji Karyawan 73 872 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000
TOTAL BIAYA TETAP 99 130 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000
TOTAL OUTFLOW 875 840 788 546 814 081 546 895 799 578 008 176 665 970 599 583 886 035 587 079 458 546 814 081
pajak 1% 1 295 086 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178
Net Benefit (276 535 874) 557 005 741 556 924 023 525 811 646 437 849 223 519 933 787 516 740 364 705 315 817
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (262 119 312) 500 443 154 474 284 108 424 443 964 335 013 482 377 079 812 355 226 347 459 582 990
PV (-) (262 119 312)
PV(+) 2 926 073 858
NPV 2 663 954 545
IRR 199.31%
Net B/C 11.16
PP 1.41
107
Lampiran 26 Analisis Sensitivitas Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Penurunan Produksi Jamur Tiram Putih Sebesar 30% saat
108

Musim Panas pada Skenario III


Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog - - - - - - - -
Jamur tiram putih 531 300 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000
Nilai Sisa 148 310 076
TOTAL INFLOW 531 300 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000 942 480 000 1 090 790 076
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 116 740 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 116 740 000 - - - 116 740 000 - - -
rak budidaya 23 348 000 - - 23 348 000 - - 23 348 000 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 291 850 - - 291 850 - - 291 850 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 470 377 388 75 881 157 599 31 269 976 119 232 399 37 147 835 40 341 258 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 17 710 000 31 416 000 31 416 000 31 416 000 31 416 000 31 416 000 31 416 000 31 416 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 300 855 400 408 943 200 408 943 200 408 943 200 408 943 200 408 943 200 408 943 200 408 943 200
3 BIAYA TETAP
cutter 65 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 1 350 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000
Gaji Karyawan 73 872 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000
109
TOTAL BIAYA TETAP 99 130 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000
870 362 788 536 518 081 536 599 799 567 712 176 655 674 599 573 590 035 576 783 458 536 518 081
110

TOTAL OUTFLOW
pajak 1% 1 295 086 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178
Net Benefit (340 357 874) 400 981 741 400 900 023 369 787 646 281 825 223 363 909 787 360 716 364 549 291 817
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (322 614 099) 360 263 014 341 411 938 298 498 779 215 634 160 263 924 056 247 969 706 357 917 928
PV (-) (322 614 099)
PV(+) 2 085 619 581
NPV 1 763 005 482
IRR 114.09%
Net B/C 6.46
PP 2.13
Lampiran 27 Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Peningkatan Harga Dedak saat Musim Hujan pada Skenario III
Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog - - - - - - - -
Jamur tiram putih 600 600 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000
Nilai Sisa 148 310 076
TOTAL INFLOW 600 600 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 108 800 000 1 257 110 076
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 116 740 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 116 740 000 - - - 116 740 000 - - -
rak budidaya 23 348 000 - - 23 348 000 - - 23 348 000 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
111
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
408 006 - - - - 408 006 - -
112

timbangan
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 291 850 - - 291 850 - - 291 850 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 470 377 388 75 881 157 599 31 269 976 119 232 399 37 147 835 40 341 258 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 359 694 189 479 592 251 479 592 251 479 592 251 479 592 251 479 592 251 479 592 251 479 592 251
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 20 020 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 634 347 589 856 063 451 856 063 451 856 063 451 856 063 451 856 063 451 856 063 451 856 063 451
3 BIAYA TETAP
cutter 65 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 1 350 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000
Gaji Karyawan 73 872 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000
TOTAL BIAYA TETAP 99 130 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000
TOTAL OUTFLOW 1 203 854 977 983 638 332 983 720 050 1 014 832 428 1 102 794 850 1 020 710 287 1 023 903 709 983 638 332
pajak 1% 1 295 086 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178
Net Benefit (604 550 063) 120 181 490 120 099 772 88 987 394 1 024 972 83 109 535 79 916 113 268 491 566
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (573 033 235) 107 977 350 102 278 607 71 832 115 784 241 60 274 844 54 937 277 174 948 801
PV (-) (573 033 235)
PV(+) 573 033 235
NPV 0
IRR 5.50%
Net B/C 1
PP 16870580299.225
Switching Value 1161.55%
113
Lampiran 28 Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih P99 terhadap Penurunan Produksi Jamur Tiram Putih saat Musim Panas pada
114

Skenario III
Tahun Ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
A INFLOW
Baglog - - - - - - - -
Jamur tiram putih 353 407 469 652 444 557 652 444 557 652 444 557 652 444 557 652 444 557 652 444 557 652 444 557
Nilai Sisa 148 310 076
TOTAL INFLOW 353 407 469 652 444 557 652 444 557 652 444 557 652 444 557 652 444 557 652 444 557 800 754 634
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
tanah 116 740 000 - - - - - - -
bangunan bagian persiapan 67 843 276 - - - - - - -
bangunan bagian inkubasi 34 221 747 - - - - 34 221 747 - -
rak inkubasi 4 416 274 - - 4 416 274 - - 4 416 274 -
bangunan bagian budidaya 116 740 000 - - - 116 740 000 - - -
rak budidaya 23 348 000 - - 23 348 000 - - 23 348 000 -
instalasi listrik 1 751 100 - - - - - - -
steamer 1 4 202 640 - - - - - 4 202 640 -
steamer 2 4 786 924 - - - - - 4 786 924 -
kompresor 1 019 140 - - 1 019 140 - - 1 019 140 -
tangki minyak & bata api 817 180 - - - - 817 180 - -
instalasi penyiraman 1 167 400 - - 1 167 400 - - 1 167 400 -
torn air 500lt 583 700 - - - - 583 700 - -
selang air 52 533 - - - - 52 533 - -
nozzle / sprayer 64 207 - - - - 64 207 - -
cangkul 77 048 - - - - 77 048 - -
sekop 77 048 - - - - 77 048 - -
ayakan 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044 70 044
ember 46 696 - 46 696 - 46 696 - 46 696 -
drum plastik 350 220 - - - - 350 220 - -
ring 2 334 800 - - - 2 334 800 - - -
dingklik 105 066 - - 105 066 - - 105 066 -
jas lab 70 044 - - - - 70 044 - -
sapu ijuk 35 022 - 35 022 - 35 022 - 35 022 -
sapu lidi 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837 5 837
pengki 11 674 - - 11 674 - - 11 674 -
pel 17 511 - - 17 511 - - 17 511 -
timbangan 408 006 - - - - 408 006 - -
keranjang baglog 817 180 - - 817 180 - - 817 180 -
keranjang panen 291 850 - - 291 850 - - 291 850 -
mobil pickup 87 555 000 - - - - - - -
meja dan kursi kantor 350 220 - - - - 350 220 - -
TOTAL BIAYA INVESTASI 470 377 388 75 881 157 599 31 269 976 119 232 399 37 147 835 40 341 258 75 881
2 BIAYA VARIABEL
Serbuk gergaji 43 200 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000 57 600 000
Dedak 28 512 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000 38 016 000
Tsp 567 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000 756 000
Kapur 1 620 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000
Tepung Tapioka 7 128 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000 9 504 000
Tepung Jagung 7 516 800 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400 10 022 400
Plastik log 28 800 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000
Kapas 3 801 600 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800 5 068 800
Karet 2 376 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000 3 168 000
Pembakar Spiritus 288 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000 384 000
Bibit Jamur 86 400 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000 115 200 000
Solar 44 712 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000 59 616 000
Borong loging 19 584 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000 26 112 000
Borong ngayak & pencampuran 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
Plastik Panen 20 020 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000 36 960 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 303 165 400 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200 414 487 200
3 BIAYA TETAP
cutter 65 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000 80 000
masker 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
sarung tangan kain 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000 35 000
alat tulis kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000
biaya listrik 1 350 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000
biaya komunikasi 900 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
biaya transportasi 8 640 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000
pajak pick up 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000
biaya perawatan pick up 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
THR 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000 11 208 000
Gaji Karyawan 73 872 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000 98 496 000
115
TOTAL BIAYA TETAP 99 130 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000 127 499 000
116

TOTAL OUTFLOW 872 672 788 542 062 081 542 143 799 573 256 176 661 218 599 579 134 035 582 327 458 542 062 081
pajak 1% 1 295 086 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178 4 980 178
Net Benefit (520 560 406) 105 402 299 105 320 581 74 208 203 (13 754 219) 68 330 344 65 136 922 253 712 375
DF 7% 0.948 0.898 0.852 0.807 0.765 0.725 0.687 0.652
PV (493 422 185) 94 698 950 89 692 446 59 902 104 (10 523 826) 49 556 297 44 777 517 165 318 697
PV (-) (493 422 185)
PV(+) 493 422 186
NPV 0
IRR 5.5%
Net B/C 1
PP 15945745195.925
Switching Value 41.16%
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 25 Desember 1992 sebagai anak


tunggal dari pasangan Bapak Budhi Hardjoko dan Ibu Teti Nurhayati Penulis
menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 68 Jakarta pada tahun 2008 dan
pendidikan menengah atas di SMAN 34 Jakarta pada tahun 2011
Penulis diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor melalu jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan pada tahun 2011 Selama
mengikuti pendidikan penulis tercatat sebagai pengurus beberapa organisasi intra
kampus seperti UKM Lises Gentra Kaheman pada periode 2012-2013 dan
Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis pada periode 2013-2014
Penulis juga mengikuti kepanitian dalam berbagai skala kampus maupun nasional
Selain itu penulis juga tercatat sebagai penerima Beasiswa Yayasan Goodwill
International periode 2014-2015

Anda mungkin juga menyukai