Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

PRODUKSI AMONIA DARI UDARA DAN AIR

DISUSUN OLEH :

YANUAR FASMAWI SA’BAN (M1B117002)

CANDRA IRPANDI (M1B117016)

DOSEN PENGAMPU :

IRA GALIH PRABASARI, S.T., M.Si.

SARAH FIEBRINA HERANINGSIH, S.T., M.T.

HADISTYA SURYADRI, ST., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JAMBI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia terutama
kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik. Tanpa adanya kesempatan, mustahil penulis dapat menyelasaikan penulisan
makalah ini secara tuntas, walaupun masih banyak terdapat kekurangan.
Makalah ini membahas tentang Proses Pembuatan Amonia dari Air dan Udara.
Selama penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Untuk itu dari
hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulisan makalah ini
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi isi maupun dari segi penulisanya.
Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi pengalaman yang sangat berharga
bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………… ii
BAB I Pembahasan Umum………………………………………………………………… 1
1.1 Pendahuluan……………………………………………………………………………. 1
1.2 Sejarah…………………………………………………………………………………..1
1.3 Manfaat………………………………………………………………………………… 2
BAB II Pembuatan…………………………………………………………………………. 4
2.1 Macam-Macam Proses…………………………………………………………………. 4
2.2 Bahan Baku dan Produk………………………………………………………………...7
2.3 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku dan Produk………………………………………... 7
BAB III Deskripsi Proses…………………………………………………………………...11
3.1 Diagram Alir…………………………………………………………………………… 11
3.2 Flowsheet………………………………………………………………………………. 11
3.3 Uraian Proses…………………………………………………………………………... 13
3.4 Alat yang Digunakan…………………………………………………………………... 17
BAB IV Penutup…………………………………………………………………………… 22
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….. 22
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………... 23
BAB I
PEMBAHASAN UMUM
1.1 PENDAHULUAN
Pembangunan di sektor ekonomi yang sedang dikembangkan oleh pemerintah untuk
mencapai kemandirian perekonomian nasional adalah pembangunan sektor industri.
Pembangunan sektor industri tersebut diupayakan secara maksimal dengan meningkatkan
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia. Pembangunan di
bidang industri diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat, sehingga
pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga meningkat.
Pembangunan industri kimia di Indonesia bertujuan untuk mengurangi ketergantungan
impor bahan kimia dari negara lain. Sasaran lain yang ingin dicapai adalah memperluas
kesempatan kerja, meningkatkan produksi dalam negeri dan menyeimbangkan struktur
ekonomi di Indonesia.
Amonia merupakan komoditas bahan kimia yang cukup potensial untuk diproduksi di
Indonesia, dikarenakan banyak dimanfaatkan dalam memproduksi pupuk, refrigerant, dan
bahan baku dalam industri seperti industri asam nitrat, nilon, abu soda, pulp and paper,
plastik dan tekstil. Pabrik amonia yang ada di Indonesia seperti PT Pupuk Sriwidjaja, PT
Petrokimia Gresik, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur, dan PT
Pupuk Kujang belum bisa memenuhi kebutuhan nasional, tercatat pada tahun 2015
Indonesia masih mengimpor amonia sebanyak 338.737,361. Oleh karena itu, pendirian
pabrik amonia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nasional dan dapat menunjang usaha
pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja di bidang industri.
Industri amonia merupakan salah satu industri pendukung utama dalam bidang industri
dan pertanian.
1.2 SEJARAH
Amonia pertama kali ditemukan oleh Bangsa Romawi dalam bentuk garam amonia
oleh kimiawan asal Persia, Jabir ibn Hayyan. Pada abad ke-15 Bacilius Valentinus
menunjukkan bahwa amonia bisa didapatkan dengan memberikan perlakuan alkali pada
garam amonia. Barulah pada tahun 1774, Joseph Priestly untuk pertama kalinya
memisahkan ammonia dari senyawa garamnya. Rumus kimia amonia ditetapkan setelah
11 tahun kemudian, yakni pada tahun 1785, oleh Claude-Louis Berthollet.
Kimiawan Inggris, Sir William Ramsay dan Sydney Young, pada tahun 1884 mencoba
mempelajari penguraian amonia pada suhu sekitar 800℃. Mereka menemukan bahwa
dalam setiap proses penguraian selalu tersisa sejumlah tertentu ammonia yang tidak ikut
terurai. Dengan kata lain, reaksi antara ammonia dengan unsur-unsur penyusunnya
(hidrogen dan nitrogen) telah mencapai keadaan setimbang.
Selanjutnya, pada tahun 1904 Fritz Haber mencoba mengulangi percobaan Kimiawan
Inggris tersebut untuk menentukan di titik mana kesetimbangan tercapai bila dilakukan
percobaan pada suhu mendekati 1000℃ Ia mencoba beberapa pendekatan, mereaksikan
hidrogen murni dengan nitrogen murni, dan memulai dengan amonia murni serta
menggunakan besi sebagai katalis. Setelah menentukan titik kesetimbangannya, Haber
kemudian mencoba katalis yang berbeda dan menemukan nikel bisa digunakan juga
sebagai katalis (dengan efektifitas yang sama dengan besi), bahkan kalsium dan mangan
bisa lebih baik lagi.
Pada tahun 1908 sehubungan dengan kebutuhan terhadap nitrat yang semakin
meningkat sedangkan pasokan nitrat semakin berkurang, Haber menemukan proses yang
murah dan efisien untuk menghasilkan ammonia dan mengubahnya menjadi nitrat. Dan
pada tahun 1910, menjelang dimulainya Perang Dunia I, pasokan nitrat dari Chili ke
Jerman benar-benar diputus sehingga pabrik-pabrik Jerman berusaha menerapkan teknik-
teknik Haber pada skala besar. Oleh karena itulah, Haber dianggap sangat berjasa bagi
kemanusiaan.
Karena kegunaannya yang sangat banyak, amonia hingga kini terus menerus
diproduksi untuk berbagai kepentingan, di antaranya pupuk pertanian, industri kain,
industri karet, produksi soda abu, metalurgi, dan pembersih rumah tangga. Pada tahun
2004, produksi ammonia di seluruh dunia tercatat mencapai 109 juta metrik ton.

1.3 MANFAAT
Sebagian besar produksi amonia dipergunakan oleh industri pupuk. Amonia diubah
menjadi pupuk padat (urea, amonium nitrat, amonium pospat dan amonium sulfat), hanya
sebagian kecil yang dipergunakan dalam industri kimia yang lain. Setiap atom nitrogen
yang diproduksi dalam industri senyawa kimia secara langsung maupun tidak langsung
berasal dari amonia. Salah satu kegunaan penting dari nitrogen yang ada dalam amonia
setelah dikonversi menjadi asam nitrat adalah untuk memproduksi plastik dan serat,
contohnya poliamida, resin–resin urea-formaldehid–fenol, resin-resin berbahan dasar
melamin, poliuretan dan poliakrilonitril.
Asam-asam amida dapat diperoleh dengan cara menambahkan gugus asil pada
amonia. Proses ini dilakukan dengan cara mereaksikan amonia dengan ester, anhidrida
asam atau asam-asam itu sendiri (pada suhu diatas 1000℃) dan salah satu produk yang
penting adalah formamide yang diperoleh dari metil format. Penggunaan amonia yang
lain adalah untuk memproduksi bahan-bahan peledak, hidrazin, amina, amida, nitril dan
senyawa nitrogen organik lain yang berperan sebagai intermediet untuk pewarna dan
farmasi.
Produk anorganik utama adalah asam nitrat, sodium nitrat, sodium sianida, amonium
klorida dan amonium bikarbonat. Dalam bidang lingkungan, amonia digunakan pada
berbagai proses untuk menghilangkan SO2 dari gas buang pada plant pembangkit energi
dengan bahan bakar dari fosil. Hasilnya berupa amonium sulfat yang dijual sebagai pupuk.
Amonia juga digunakan sebagai solvent pada proses tertentu. Disamping itu amonia juga
dipergunakan sebagai refrigerant karena boiling pointnya yang rendah dan mempunyai
panas penguapan yang tinggi, tidak korosif, tahan terhadap uap air, kotoran dan
kontaminan minyak (Appl, 1999).
BAB II
PEMBUATAN
2.1 PROSES

Beberapa proses dalam pembuatan ammonia antara lain:

2.1.1 Proses Haber-Bosch

Pembuatan amonia menurut Haber Bosh dengan mengkonversi kandungan hidrokarbon


menjadi gas hidrogen, kemudian 3 mol gas hidrogen akan direaksikan dengan 1 mol gas
nitrogen. Kandungan sulfur yang terdapat pada senyawa hidrokarbon dihilangkan, karena
bersifat antikatalis pada proses reaksi. Reaksi pembuatan amonia dengan proses ini bersifat
eksoterm. Reaksi terjadi pada tekanan tinggi dan suhu rendah. Beberapa data relevan
mengenai reaksi sintesis amonia adalah:

N2 (g) + 3 H2 (g) → 2 NH3 (g) ∆H = −92,38 kJ/mol

Komposisi nitrogen dan hidrogen mempengaruhi kesetimbangan reaksi.


Kesetimbangan reaksi pembentukan NH3 lebih baik terjadi pada temperatur rendah, namun
mengakibatkan laju reaksi melambat. Salah satu cara meningkatkan laju reaksi adalah
dengan menggunakan katalis. Walaupun tidak mempengaruhi kesetimbangan, namun
katalis dapat mempercepat reaksi. Temperatur yang biasa digunakan dalam proses Haber–
Bosch adalah 500°C, dan tekanan dari 150 sampai dengan 350 atm. Pada umumnya katalis
berupa besi dengan campuran Al2 O3 , MgO, CaO, dan K 2 O. Amonia yang telah dihasilkan
dicairkan dan ditampung di dalam tangki.

2.1.2 Proses Kellog

Pembuatan amonia dengan proses Kellog menggunakan bahan baku dari gas alam. Gas
alam tersebut dijadikan gas sintesa dengan menggunakan reformer. Proses pembuatan
amonia terjadi di dalam ammonia converter dengan reaksi utama antara gas hidrogen dan
nitrogen. Kondisi tekanan dan temperatur yang digunakan adalah pada 140–150 kg/cm2
dan 360–500℃. Ada dua jenis reaktor amonia, yaitu Kellog horizontal ammonia converter
dan Kellog vertical quench converter. Gas sintesa yang dihasilkan dari gas alam memiliki
impurities seperti CH4 dan Ar. Proses purifikasi menyebabkan gas sintesa hanya
mengandung H2 dan N2 yang kemudian akan direaksikan di dalam converter sehingga
menghasilkan amonia.
2.1.3 Proses Claude

Proses pembuatan amonia dengan proses Calude menggunakan bahan baku berupa
hidrogen murni yang berasal dari fraksinasi gas oven coke dan nitrogen dari likuifaksi udara.
Kondisi operasi pembuatan amonia pada tekanan dan temperatur yang tinggi, yaitu 1000
atm dan 500-650℃. Katalis yang digunakan pada proses ini berupa katalis besi,
mengakibatkan konversi hidrogen yang dihasilkan sebesar 30% - 40% tanpa recycle.

2.1.4 Proses Casale

Kondisi operasi pembuatan amonia dengan proses Casale pada tekanan 500-600 atm.
Basis proses ini adalah pengendalian panas dengan membuang 2-3% amonia di dalam gas
converter melalui penurunan laju pembentukkan amonia dan menghilangkan panas berlebih
yang terdapat di dalam katalis.

2.1.5 Proses Lurgi

Reaksi pembentukan amonia terjadi di dalam reaktor fixed bed dengan menggunakan
batu bara, oksigen dan steam pada tekanan 20–30 atm dan temperatur sekitar 560–620℃.
Oksigen dan steam diumpankan ke dalam gasifier melalui celah ke dalam rotary grate.
Kandungan metana dan karbon dioksida masing-masing 10% dan 28% dalam gasifier.
Crude gas dari Lurgi gasifier diproses dalam beberapa tahap pengolahan, yaitu gasifikasi,
shift converter, penghilangan tar, dan phenol. Nitrogen cair melalui proses scrubbing
menghasilkan gas sintesa murni dilanjutkan proses kompresi dan terakhir proses pembuatan
ammonia.

2.1.6 Koppers-Totzek

Proses Koppers-Totzek berawal dari gasifikasi bahan baku pada tekanan yang rendah
dan temperatur yang tinggi. Campuran homogen dari batubara, oksigen dan steam memiliki
temperatur 1925℃. Reaksi antara steam dan karbon bersifat endotermik sehingga terjadi
penurunan temperatur hingga 1480℃. Kandungan gas sintesa yang dihasilkan memiliki
kadar sulfur, CO dan CO2 yang bersifat racun bagi katalis, sehingga perlu dilakukan proses
purifikasi gas sintesa. Gas sintesa yang telah dimurnikan kemudian diumpankan ke
ammonia converter dengan katalis Fe2 O3 yang sangat reaktif pada suhu 300℃–500℃.
Konversi yang dihasilkan proses ini adalah 88,8%.
2.1.7 Proses Fauser

Proses ini menggunakan bahan baku berupa hidrogen hasil elektrolisis dengan sel
Fauser dan nitrogen berasal dari unit udara cair atau pemurnian tail gases yang berasal dari
menara absorbsi dalam ammonia oxidation plant. Campuran hidrogen dan nitrogen
dialirkan menuju pembakar oksigen setelah dikompresi hingga tekanan 200-300 atm. Setiap
oksigen yang terkandung dalam campuran gas, dicampur dengan hidrogen melalui katalis
tembaga, sehingga air yang dihasilkan dikondensasikan dengan pendingin dan dipisahkan
dengan water separator.

Proses yang digunakan berdasarkan paten adalah proses Fauser. Dimana sumber
hidrogen didapat dari air dan nitrogen didapat dari udara. Suatu proses untuk menghasilkan
amonia dari udara dan air yang terdiri dari memproduksi gas nitrogen dari udara dengan
adsorpsi tekanan-ayun; menghasilkan gas hidrogen dengan elektrolisis air; mengompresi
gas nitrogen dalam silinder pertama untuk menghasilkan gas nitrogen bertekanan;
mengompresi gas hidrogen dalam silinder kedua untuk menghasilkan gas hidrogen
bertekanan; mengompres campuran nitrogen bertekanan dan gas hidrogen dalam silinder
ketiga, memanaskan campuran terkompresi dengan adanya katalis untuk bereaksi nitrogen
dan hidrogen membentuk amonia; dan mengekstraksi amonia dari campuran.
2.2 BAHAN BAKU DAN PRODUK

Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah gas hidrogen (H2 ) yang didapat
melalui proses elektrolisis air dan gas nitrogen (N2 ) melalui proses adsorpsi udara. Reaksi
yang terjadi pada sel elektrolisis adalah:

2 H2 O(l) ↔ 2 H2 (g) + O2 (g)

Produk yang didapatkan pada proses ini adalah ammonia (NH3 ) melalui reaksi yang
terjadi antara gas hidrogen (H2 ) dan gas nitrogen (N2 ). Reaksi yang terjadi pada
pembentukan ammonia adalah:

N2 (g) + 3 H2 (g) ↔ 2 NH3 (g) ∆H = −92,4 kJ/mol

2.3 SIFAT FISIK DAN KIMIA BAHAN BAKU DAN PRODUK

2.3.1 Air

a) Sifat Fisika

Rumus molekul : H2 O

Berat molekul : 18,016 kg/kmol

Warna : Tidak berwarna

Specific gravity : 1,000

Titik didih : 100℃

Titik leleh : 0℃

Temperatur kritis : 374,15 K

Tekanan kritis : 218,4 bar

Densitas pada 20℃ : 0,998 g/cm3


b) Sifat Kimia

 Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak
zat kimia.
 Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-
garam) disebut sebagai zat-zat hidrofilik dan zat-zat yang tidak mudah larut dalam
air (misalnya lemak dan minyak) disebut sebagai zat-zat hidrofobik.

2.3.2 Nitrogen

a) Sifat Fisika

Rumus molekul : N2

Berat molekul : 28 kg/kmol

Warna : Tidak berwarna

Titik didih : -320.4 ℉ (-195.8 ℃) pada 1 atm

Titik leleh : -345.8 ℉ (-209,9 ℃)

Temperatur kritis : 126.13 K

Tekanan kritis : 34 bar

Densitas pada 21.1℃ : 1.153 kg/m3

Panas Penguapan (1.013 bar) : 199.18 kJ/kg

b) Sifat Kimia

 Nitrogen mempunyai kestabilan yang bagus karena kecenderungan membentuk


ikatan kovalen rangkap dua dan tiga.
 Nitrogen bukan logam yang stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa
lainnya.

2.3.3. Hidrogen

a) Sifat Fisika

Rumus molekul : H2

Berat molekul : 2 kg/kmol


Warna : Tidak berwarna

Titik didih : -4,520 ℉ (-252.9℃)

Densitas pada 15 ℃ : 0,0852 kg/m3

Panas Penguapan (1.103 bar) : 448.69 kJ/kg

b) Sifat Kimia

 Hidrogen memiliki kemampuan untuk berbagi elektron tunggal dengan atom lain,
dan membentuk ikatan dengan atom reaktif lainnya.
 Hidrogen sedikit lebih larut di pelarut organik daripada dalam air.

2.3.4. Oksigen

a) Sifat Fisika

Rumus molekul : O2

Berat molekul : 32 kg/kmol

Warna : Tidak berwarna

Titik didih : -183,0 ℃

Titik leleh : -218,4 ℃

Temperatur kritis : 154,77 K

Tekanan kritis : 50,8 bar

Densitas pada 25 ℃ : 49,7 kg/m3

Panas Penguapan : 6,82 kJ/mol

b) Sifat Kimia

 Oksigen membentuk senyawa dengan semua unsur, kecuali gas-gas mulia


ringan.
 Biasanya oksigen beraksi dengan logam membentuk ikatan yang bersifat ionik
dan bereaksi dengan bukan logam membentuk ikatan yang bersifat kovalen
sehingga akan membentuk oksida.
2.3.5. Ammonia

a) Sifat Fisika

Rumus molekul : NH3

Berat molekul : 17 kg/kmol

Warna : Tidak berwarna

Titik didih : -33,4 ℃

Titik leleh : -77,7 ℃

Temperatur kritis : 405,55 K

Tekanan kritis : 113 atm

Densitas (0℃) : 0,683 g/cc

Panas Pembentukan : -47,1871 kJ/mol

Energi Gibbs : -16,45 kJ/mol

Spesific grafity (15 ℃) : 0,617

b) Sifat Kimia

 Ammonia dapat membentuk cairan, mudah terbakar dengan udara pada nilai
ambang batas (16,25% volume) dan bereaksi dengan air sebagai berikut :
NH3 + H2 O → NH4 OH
BAB III
DESKRIPSI PROSES
3.1 DIAGRAM ALIR
Udara PSA 𝑂2 (𝑔)

Kompresor

Kompresor Reaktor Separator Storage

Kompresor

Air Sel 𝑂2 (𝑔)


Elektrolisis

3.2 FLOWSHEET
3.3 URAIAN PROSES

Secara singkat, sistem 100 mengubah udara menjadi amonia (NH 3) dengan
mengekstraksi nitrogen dari udara dan menghasilkan hidrogen dari air, dan kemudian
bereaksi nitrogen dan hidrogen di bawah tekanan tinggi untuk membentuk amonia. Hasil
sampingan utama dari proses ini adalah oksigen. Akibatnya, proses produksi tidak
menghasilkan polutan karbon.

Sistem 100 memiliki dua kaki input. Satu kaki termasuk generator nitrogen PSA 102
dan kompresor 104, yang terhubung satu sama lain untuk menghasilkan nitrogen bertekanan
dari udara. Kaki yang lain termasuk sel elektrolisis 116 dan kompresor 112, yang terhubung
satu sama lain untuk menghasilkan hidrogen bertekanan dari air.

Proses Generasi Nitrogen

Generator nitrogen PSA (102) menggunakan fakta bahwa oksigen dan gas nitrogen di
udara dapat teradsorpsi pada permukaan padat dari adsorben (tidak diperlihatkan secara
terpisah) di bawah tekanan. Semakin tinggi tekanan, semakin banyak gas yang teradsorpsi.
Ketika tekanan kemudian dikurangi, gas yang teradsorpsi dapat dilepaskan (desorbed).
Lebih lanjut, adsorben yang diberikan dapat menarik satu gas (seperti nitrogen) lebih kuat
dari gas lain (Seperti oksigen) di bawah tekanan yang sama. Jadi, dalam satu perwujudan,
udara dapat ditekan dalam bejana (tidak diperlihatkan secara terpisah) yang mengandung
suatu adsorben yang dipilih untuk secara istimewa menarik nitrogen dalam generator
nitrogen PSA 102, nitrogen akan secara istimewa diserap. Setelah airis yang tersisa
dihilangkan, dan tekanan diturunkan dalam bejana, nitrogen yang teradsorpsi dapat
dilepaskan dan dikumpulkan sebagai gas. Gas nitrogen yang dilepaskan kemudian dapat
diumpankan ke kompresor 104. Seperti yang dapat dipahami, untuk menghemat energi dan
meningkatkan efisiensi, beberapa bejana tekanan dapat digunakan dalam generator 102.
Dalam proses PSA (Gambar 1), udara terkompresi melewati penghilang kabut (mist
eliminator) untuk menghilangkan partikel debu, kemudian melewati carbon filter untuk
menghilangkan minyak dan air yang masuk. Udara yang telah melewati mist eliminator dan
carbon filter kemudian memasuki air buffer tank. Air buffer tank digunakan untuk
mengkondesasi uap air yang tersisa pada udara. Masing-masing alat ini berkerja pada
kondisi 14,696 psi (1 atm).

Udara yang dimurnikan kemudian diarahkan ke salah satu dari dua bejana adsorpsi
yang dikemas dengan penyaring molekuler karbon (CMS). Kotoran yang tersisa, seperti
karbon dioksida dan sisa uap air, diserap oleh CMS di pintu masuk adsorben. Pada tekanan
tinggi, CMS secara selektif mengadsorpsi oksigen, memungkinkan nitrogen untuk melewati
pada tingkat kemurnian yang diinginkan. Sementara satu bejana memproduksi nitrogen,
bejana kedua ditekan untuk mengeluarkan oksigen yang teradsorpsi, yang kemudian
dilepaskan ke atmosfer. Siklus adsorpsi dan desorpsi otomatis antara dua adsoeber
memungkinkan produksi nitrogen secara terus menerus.

Berbagai macam kombinasi aliran dan kemurnian dapat dipenuhi dengan


menyesuaikan ukuran kompresor udara dan adsorpsi bejana yang mengandung CMS. PSA
secara ekonomi dapat menghasilkan gas nitrogen pada flowrates dari kurang dari 5.000 scfh
hingga lebih dari 60.000 scfh, dan pada kemurnian mulai dari 95% hingga 99,9995%.

Kompresor 104 memampatkan gas nitrogen dengan mengurangi volume gas


menggunakan kekuatan mekanis. Kompresi piston 106 dapat digerakkan oleh motor atau
poros servo yang cocok (tidak ditampilkan). Servo motor atau poros dapat dihidupkan
secara hidraulik atau listrik. Tekanan gas output dari kompresor 104 sekitar 60 sampai
sekitar 70 psi dan pada suhu 83 – 103 K.

Proses Generasi Hidrogen

Air di dapat dari bagian utilitas. Air dipompa menuju ke sel elektrolisis melewati filter.
Filter digunakan untuk memisahkan berbagai kandungan pengotor yang terdapat dalam air.

Pada leg masukan kedua, hidrogen dihasilkan dari air dalam sel elektrolisis 116,
memanfaatkan reaksi elektrolisis yang diketahui yang menghasilkan hidrogen dari air,
melalui dekomposisi reaksi:

2 H2 O(l) ↔ 2 H2 (g) + O2 (g)


Potensi listrik dapat diterapkan pada anoda dan katoda sel untuk membentuk arus listrik
melalui sel. Sebuah DC (arus searah) tegangan dari 24 Volt ke 80 volt dapat diterapkan
antara anoda dan katoda.

Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap 2 elektron, tereduksi menjadi
gas hidrogen dan ion hidroksida (𝑂𝐻 − ). Sementara itu, pada anoda dua molekul air lainnya
terurai menjadi gas oksigen, melepaskan 4 ion 𝐻 + , serta mengalirkan electron ke katoda.
Ion 𝐻 + dan ion 𝑂𝐻 − mengalami netralisasi, sehingga terbentuk kembali beberapa molekul
air.

Kompresor 112 beroperasi dengan cara yang sama seperti kompresor 104. Tekanan gas
output dari kompresor 112 mungkin dari sekitar 30 sampai sekitar 40 psi dan pada suhu .

Proses Reaksi Nitrogen dan Hidrogen

Proses reaksi gas nitrogen dan gas hidrogen melalui 2 tahap, yaitu pengompresan
campuran gas pada kompresor 108 dan pemanasan campuran gas pada reactor.

Gas nitrogen bertekanan dan gas hidrogen bertekanan yang telah melewati kompresor
104 dan kompresor 112 kemudian memasuki kompresor 108. Kompresor ini berfungsi
mencampurkan gas nitrogen dan hidrogen sebelum memasuki reaktor. Pada kompresor 112
juga terdapat katalis yang mendukung jalannya reaksi gas nitrogen dan gas hidrogen di
reaktor.

Catalyst bed 136 berisi katalis yang sesuai seperti ruthenium, titanium, besi, campuran
titanium dan besi, atau campuran rutenium dan besi. Catalyst bed 136 dapat disediakan
dalam bentuk yang sesuai. Dalam satu perwujudan, unggun katalis (136) dapat mencakup
suatu pipa dengan tutup yang dapat dilepas (tidak diperlihatkan secara terpisah. Katalis
unggun (136) dapat dikonfigurasikan dan diposisikan sedemikian sehingga tidak
menghalangi aliran gas.

Kompresor 108 juga berfungsi sebagai mixer, dan memiliki saluran masuk pertama
untuk menerima gas nitrogen bertekanan dari kompresor 104, saluran masuk kedua untuk
menerima gas hidrogen bertekanan dari kompresor 112, dan saluran masuk ketiga untuk
menerima gas daur ulang dari garis kembalinya loop 118 melalui katup 134. Kompresor 108
juga memiliki saluran keluar untuk memberi bahan baku campuran bertekanan gas hidrogen,
nitrogen dan amonia ke loop 118.
Kompresor 108 juga dapat dipanaskan sebelum mengambil input apapun. Pemanasan
dapat dilakukan dengan cara apa pun yang sesuai, seperti menggunakan propana sebagai
bahan bakar atau menggunakan elemen pemanas listrik (tidak ditampilkan).

Setelah campuran gas nitrogen dan gas hidrogen mengalami reaksi awal pada
kompresor 108 (tidak seutuhnya mengalami reaksi), maka campuran gas tersebut akan
masuk ke dalam reaktor untuk reaksi lebih lanjut. Reactor yang digunakan pada proses ini
adalah reactor with recycle. Pada reactor, gas nitrogen dan gas hidrogen mengalami reaksi
dengan melepaskan energi sebesar -92,4 kJ/mol. Suhu pada reaktor di atas 500 ° C dan
bertekanan 2.800 psi.

N2 (g) + 3 H2 (g) ↔ 2 NH3 (g) ∆H = −92,4 kJ/mol

Setelah mengalami reaksi, gas hasil reaksi yeng terbentuk serta gas hidrogen dan gas
nitrogen yang tidak bereaksi melewati loop 118. Loop 118 dapat berupa pipa melingkar
yang terbuat dari tabung baja karbon atau tabung stainless. Baja karbon dapat digunakan,
karena kandungan besi dalam baja karbon memiliki beberapa efek katalitik pada reaksi
produksi amonia. Loop 118 dapat dikonfigurasi dan diadaptasi untuk menahan tekanan gas
input sekitar 2500 psi dan suhu gas input sekitar 450 sampai sekitar 475 ° C. Di dalam loop
118, gas hidrogen dan gas nitrogen yang belum bereaksi dapat mengalami reaksi lanjutan.

Proses Separasi Gas Amonia

Gas yang mengandung amonia diumpankan melalui saluran dari loop 118 ke kolom
kolom absorber yang mengandung larutan berair campuran garam. Karena larutan garam
asam dimasukkan ke dalam kolom absorber, banyak amonia yang diekstraksi dan gas
hidrogen dan gas nitrogen yang tidak beraksi meninggalkan kolom kolom absorber pada
bagian atas. Absorber digunakan untuk memisahkan gas ammonia dari campuran gas
hidrogen dan gas nitrogen. Gas nitrogen dan gas hidrogen yang keluar dari kolom absorber
dikembalikan ke kompresor 108.

Larutan garam yang dinetralkan amonia keluar dari bagian bawah kolom absorber
melalui saluran dimasukkan ke dalam bagian atas kolom stripper untuk memisahkan atau
melucutkan gas ammonia dari larutan garam, dengan amonia di distilasi dan aliran amonia
melewati saluran ke bagian pusat ammonia recovery column. Larutan garam yang tersisa
pada stripper dikembalikan ke kolom absorber.
Gas ammonia selanjutnya mengalami proses pemulihan. Gas ammonia keluar dari
kolom stripper dan memasuki ammonia recovery column, pada alat ini terjadi pemisahan
gas ammonia dengan kandungan uap air yang tersisa dari proses di stripper. Air yang
terpisahkan dari gas ammonia di daur ulang kembali ke striper melalui saluran yang masuk
pada bagian bawah stripper. Gas ammonia keluar dari bagian atas ammonia recovery
column menuju penyimpanan.

Gas ammonia yang keluar dari ammonia recovery column mengalami pendinginan.
Ketika melewati cooler, gas ammonia sebagian berubah fase menjadi cair dan kembali ke
dalam ammonia recovery column dan mengalami pemanasan kembali pada ammonia
recovery column agar kembali menjadi uap. Gas ammonia yang tidak mengalami perubahan
fasa ketika melewati cooler dialirkan menuju penyimpanan.

Penyimpanan ammonia

Gas ammonia yang telah mengalami recovery selanjutnya menuju ke penyimpanan.


Penyimpanan yang digunakan adalah sebuah tangki penyimpanan yang berbentuk silinder.

3.4 ALAT YANG DIGUNAKAN

3.4.1 PSA (Pressure-Swing Adsorption)

PSA digunakan untuk memisahkan komponen udara, yaitu gas nitrogen dan gas
hidrogen. Generator nitrogen PSA (102) menggunakan fakta bahwa oksigen dan gas
nitrogen di udara dapat teradsorpsi pada permukaan padat dari adsorben (tidak
diperlihatkan secara terpisah) di bawah tekanan. Semakin tinggi tekanan, semakin
banyak gas yang teradsorpsi. Ketika tekanan kemudian dikurangi, gas yang teradsorpsi
dapat dilepaskan (desorbed). Lebih lanjut, adsorben yang diberikan dapat menarik satu
gas (seperti nitrogen) lebih kuat dari gas lain (seperti oksigen) di bawah tekanan yang
sama. Jadi, dalam satu perwujudan, udara dapat ditekan dalam bejana (tidak diperlihatkan
secara terpisah) yang mengandung suatu adsorben yang dipilih untuk secara istimewa
menarik nitrogen dalam generator nitrogen PSA 102, nitrogen akan secara istimewa
diserap. Setelah udara yang tersisa dihilangkan, dan tekanan diturunkan dalam bejana,
nitrogen yang teradsorpsi dapat dilepaskan dan dikumpulkan sebagai gas. Gas nitrogen
yang dilepaskan kemudian dapat diumpankan ke kompresor 104.
Keluaran nitrogen dari generator nitrogen PSA 102 harus cukup untuk
mendukung keluaran amonia yang diinginkan. Dalam satu perwujudan, laju keluaran
nitrogen dari generator 102 sekitar 1 ft 3 /menit pada tekanan atmosfir.

Pada PSA terdapat beberapa alat yang digunakan, yaitu:

1. Kompresor udara, alat ini berfungsi untuk mengambil udara bebas untuk generasi
nitrogen. Pada alat ini, udara yang masuk bersuhu 38℃ dan bertekanan 14,696 psi (1
atm), sedangkan gas keluaran memiliki suhu 124,85℃ dan bertekanan 455,57445 psi
(31 atm).
2. Mist eliminator, alat ini digunakan untuk memisahkan partikel debu yang terdapat
pada udara yang masuk.
3. Carbon filter, alat ini digunakan untuk memisahkan kandungan minyak dan air yang
terdapat pada udara.
4. Adsorption tower, alat ini digunakan untuk memisahkan kandungan karbon dioksida
dan sisa uap yang terkandung pada udara (proses ini terjadi pada mula masuk
adsorber. Kemudian gas nitrogen dan oksigen dipisahkan pada adsorber. Pada bejana
1 digunakan untuk memproduksi gas nitrogen, maka bejana 2 digunakan untuk
mengeluarkan gas oksigen. Alat ini bekerja pada kondisi 130℃ dan 453,73745 psi
(30,875 atm).
5. After filter, alat ini digunakan sebagai penyaring lanjutan.

3.4.2 Elektrolisa Air

Sel elektrolisis 116 merupakan generator hidrogen, sebuah sel elektrolisis anti
karat dan memiliki cangkang anti karat. Potensi listrik dapat diterapkan pada anoda dan
katoda sel untuk membentuk arus listrik melalui sel. Sebuah DC (arus searah)
bertegangan 24 Volt hingga 80 volt dapat diterapkan antara anoda dan katoda. Selama
proses berlangsung, tidak diperlu pemanasan sel, karena reaksi elektrolisis dapat
menghasilkan panas yang cukup untuk mempertahankan suhu reaksi. Pemanasan
tambahan juga dapat menyebabkan sel elektrolisis menjadi terlalu panas.

Alat elektrolisis dapat bekerja pada temperature 60 – 70 ℃ dan bertekanan 100


psi. Air pada proses ini didapat dari unit utility.
3.4.3 Kompresor

Kompresor utama yang digunakan pada proses ini ada 3, yaitu kompresor
nitrogen, kompresor hidrogen, dan kompresor campuran (nitrogen-hidrogen).
Kompresor nitrogen diberi kode kompresor 104, kompresor 112 untuk kompresor
hidrogen, dan kompresor 108 untuk kompresor campuran.

Kompresor 104 menekan gas nitrogen dengan mengurangi volume gas


menggunakan kekuatan mekanis. Kompresi piston 106 dapat digerakkan oleh motor atau
poros servo yang cocok (tidak ditampilkan). Servo motor atau poros dapat dihidupkan
secara hidraulik atau listrik. Tekanan gas keluar dari kompresor 104 sekitar 60 sampai
sekitar 70 psi dan bersuhu -180 sampai -170 oC. Kompresor 104 dapat terbuat dari tabung
karbon, dengan diameter 3 inci dan panjangnya sekitar 24 inci.

Kompresor 112 beroperasi dengan cara yang sama seperti kompresor 104.
Tekanan gas output dari kompresor 112 adalah 30 - 40 psi.

Kompresor 108 dapat dibuat dari tabung baja karbon, dengan diameter sekitar 3
inci dan panjang sekitar 36 inci. Kompresor 108 memiliki saluran masuk pertama untuk
menerima gas nitrogen bertekanan dari kompresor 104, saluran masuk kedua untuk
menerima gas hidrogen bertekanan dari kompresor 112, dan saluran masuk ketiga untuk
menerima gas daur ulang dari loop 118 melalui katup 134. Kompresor 108 juga memiliki
satu saluran keluar untuk memberi bahan baku campuran bertekanan gas hidrogen,
nitrogen dan amonia ke reaktor.

3.4.4 Reaktor

Reaktor yang digunakan memiliki jenis reactor with recycle dengan bentuk
tubular reactor dan bekerja pada temperatur 500 oC dan tekanan 2.800 psi. Pada reaktor
ini terdapat proses recycle yaitu recycle gas hidrogen dan gas nitrogen yang tidak ikut
bereaksi.

3.4.5 Coiled Equilibrium Loop

Alat ini sebagai saluran lanjutan gas ammonia ketika keluar dari reactor sebelum
menuju tahap separasi. Pada alat ini dapat terjadi reaksi lanjutan antara gas hidrogen dan
gas nitrogen untuk membentuk ammonia. Alat ini bekerja pada kondisi 450 – 475 ℃ dan
2.500 psi.
3.4.6 Separator

Pada proses separasi gas ammonia dari kandungan gas lainnya (N2 dan H2 )
terdapat beberapa alat yang digunakan, yaitu :

1. Absorber
Alat ini digunakan untuk memisahkan gas ammonia dari gas hidrogen dan gas
nitrogen dengan bantuan larutan garam. Gas ammonia akan terikut pada larutan
garam yang disemburkan dan terbawa menuju stripper. Sedangkan gas hidrogen dan
gas nitrogen keluar dari atas absorber menuju kompresor 108. Kondisi operasi alat
ini adalah 70℃ dan 398,2538 – 455,147 psi (27 – 30 atm).
2. Stripper
Pada alat ini larutan garam yang dinetralkan oleh ammonia di distilasi dengan
bantuan pemanas sehingga ammonia keluar sebagai gas pada bagian atas stripper.
Sedangkan larutan garam tetap berada di dasar stripper untuk selanjutnya di recycle
kembali ke absorber. Alat ini bekerja pada kondisi 120℃ dan tekanan 29,39 psi (2
atm).
3. Ammonia Recovery Column
Alat ini digunakan untuk memisahkan uap air yang terbawa pada proses di stripper
sehingga di dapat gas ammonia saja. Uap air yang tersisa akan di daur ulang kembali
menuju ke stripper pada bagian bawah stripper lalu bercampur kembali dengan
larutan garam. Alat ini bekerja pada kondisi -33℃ dan tekanan 14,5 psi.
4. Cooler
Alat ini digunakan untuk mendinginkan larutan garam yang akan di daur ulang dari
stripper menuju ke absorber pada suhu dan gas ammonia yang didapat dari ammonia
recovery column.
5. Pemanas
Pemanas digunakan untuk keberlangsungan atau persediaan panas untuk stripper dan
ammonia recovery column.

3.4.7 Penyimpanan

Gas ammonia yang dihasilkan disimpan dalam sebuah tabung yang berbentuk
silinder atau bola. Menurut Tri Yuni Hendrawati (2013), type-type storage yang dapat
digunakan untuk menyimpan gas ammonia antara lain :
1. Tangki bertekanan bersuhu ruangan (lingkungan), tangki ini berbentuk bola atau
silinder yang umumnya berkapasitas ±1.500 ton. Tekanan pada tabung berbentuk
silinder ±2,5 MPa (dengan posisi untuk kapasitas lebih dari 150 ton adalah
horizontal) dan pada bentuk bola ±1,6 MPa.
2. Tangki bertekanan atmosferik dengan suhu -33℃ dengan keadaan diinsulasi. Tangki
ini berbentuk silinder dengan kapasitas ±50.000 ton/bejana dan tekanan 10 -15 kPa.
3. Tangki bertekanan agak rendah bersuhu sekitar 0℃ dengan keadaan diinsulasi.
Biasanya beebentuk bola dengan kapasitas sekitar 2500 ton/tangki.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Proses pembuatan gas ammonia dengan menggunakan proses Fauser melalui beberapa tahap,
yaitu :

- Produksi nitrogen menggunakan Pressure-Swing Adsorption (PSA).


- Produksi hidrogen menggunakan sel elektrolisis air.
- Pereaksian gas hidrogen dan gas nitrogen pada sebuah reactor bertekanan tinggi dan
temperatur rendah.
- Separasi gas ammonia dari zat pengotornya (gas hidrogen dan gas nitrogen yang tidak
bereaksi)
- Penyimpanan dalam tangki penyimpanan.

Alat-alat yang digunakan pada proses ini antara lain :

- Pada tahap produksi nitrogen, lat yang digunakan adalah kompresor udara, adsorption
tower, mist eliminator, carbon filter, after filter, dan katup.
- Pada tahap produksi hidrogen, alat yang digunakan adalah pompa, filter, sel dan sel
elektrolisis.
- Pada tahap produksi ammonia, alat yang digunakan adalah kompresor, reaktor, dan
loop equilibrium.
- Pada tahap separasi ammonia, alat yang digunakan adalah absorber, stripper, ammonia
recovery column, cooler, dan pemanas.
- Pada penyimpanan ammonia digunakan sebuah tangki penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
G Speight, James. 2002. Chemical and Process Design Handbook. USA: Mc.Graw Hill.

Hendrawati, Tri Yuni. 2013. Proses Industri Kimia Amonia. Yogyakarta: ISTA.

Henkel, Klaus-Dieter. 2012. Reactor Types and Their Industrial Applications. Schkopau:
Wiley-VCH Verlag GmbH & Co.

Insani, Andon. 2009. Panduan Mg3CoNi2 sebagai Penyerap Hidrogen. Depok: Universitas
Indonesia.

Ivanova, Sevlana., dan Robert Lewis. 2012. Nitrogen Generation by Pressure Swing
Adsorption. USA: American Institute of Chemical Engineers.

Layman’s Report. Hidrogen and Oxygen production via electrolysis powered by renewable
energies to reduce environmental footprint of a WWTP. ( www.life-greenlysis.eu)

Shirley, Arthur I., dan Norberto O. Lemcoff. 1997. High-Purity Nitrogen by Pressure Swing
Adsorption. AIChE Journal, Volume 43 Nomor 2.

Tim Penyusun. 2001. Hidrogen Fuel Cell Engines and Related Technologies. Palm Desert:
College of The Desert.

Tim Penyusun. 2000. Production of Ammonia. Brussel: European Fertilizer Manufacturers’


Association.

US Patent No. 4,287,162. 11/1982. Edward G Scheibel. Separation of Ammonia from Ammonia
Containing Gases.

Anda mungkin juga menyukai