Oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui proses pembuatan ammonia dalam proses industri
1.3.2 Mengetahui hasil reaksi yang terlibat dalam pembuatan ammonia dalam
proses industri
1.3.3 Mengetahui limbah yang dihasilkan dari pembuatan ammonia dalam
proses industri
1.3.4 Mengetahui pengolahan limbah yang dihasilkan dari pembuatan ammonia
dalam proses industri
BAB 2. ISI DAN PEMBAHASAN
Campuran gas dipanaskan dengan alami gas dan membersihkan gas pada suhu
770oC dengan adanya katalis nikel. Pada suhu ini mengikuti reaksi kesetimbangan
didorong ke kanan, kemudian mengubah metana menjadi hidrogen, karbon
dioksida dan sejumlah kecil karbon monoksida:
CH4 + H2O 3H2 + CO
CH4 + 2H2O 4H2 + CO2
CO + H2O H2 + CO2
2. Penambahan Nitrogen
Gas Hidrogen hasil sintesis didinginkan sampai 735oC, kemudian dialirkan
ke reformer sekunder di mana terjadi pencampuran dengan sejumlah udara yang
telah dihitung. Reaksi eksotermis antara oksigen dan metana menghasilkan lebih
banyak hidrogen. Reaksi-reaksi yang terlibat adalah :
CO + H2O CO2 + H2
O2 + 2CH4 2CO + 4H2
O2 + CH4 CO2 + 2H2
2O2 + CH4 2H2O + CO2
3. Menghilangkan Karbon Monoksida
Karbon monoksida diubah menjadi karbon dioksida (yang kemudian
digunakan dalam sintesis urea) dalam reaksi yang dikenal sebagai reaksi
pergeseran gas air :
CO + H2O CO2 + H2
Hal ini dapat dicapai dalam dua langkah. Pertama, aliran gas melewati katalis Cr /
Fe3O4 pada 360oC dan kemudian ditambahkan katalis Cu / ZnO / Cr pada 210oC.
4. Penghilangan Air
Reaksi penghilangan air dengan mendinginkan pada suhu 40 oC.
5. Penghilangan Oksida Karbon
Karbon dioksida sangat larut dalam UCARSOL lebih dari 99,9%. CO2 yang
tersisa (serta CO apapun yang ada tidak dikonversi menjadi CO2 pada Langkah 3)
diubah menjadi metana (methanasi) menggunakan Ni / Al2O3 katalis pada 325oC:
2CO + 3H2 CH4 + H2O
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
6. Sintesis Ammonia
Campuran gas didinginkan, dikompresi dan dimasukkan ke dalam tabung
sintesis amonia. Dalam proses pendinginan setengah amonia mengembun dan
kemudian dipisahkan. Gas yang tersisa dicampur dengan gas masuk yang
dikompresi dan didinginkan. Reaksi terjadi dalam konverter amonia adalah:
N2 + 3H2 2NH3
(PUSRI, 2007).
2.4 Limbah Industri Amonia
1. Gas H2S
Gas ini merupakan produk sampingan dari proses desulfurasi yang berada
pada tahap awal proses produksi ammonia. Meskipun gas H2S akan digunakan
kembali pada proses desulfurasi yang direaksikan dengan ZnO tidak menutup
kemungkinan bahwa gas ini dapat lepas dan dapat menjadi limbah gas pada pabrik
ammonia. Menurut Blanes-Vidal, etc., (2012) Hidrogen sulfida (H2S) atau asam
sulfida merupakan suatu gas yang tidak berwarna, sangat beracun, mudah terbakar
dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Bau adalah pencemaran lingkungan
yang dapat menyebabkan gangguan secara fisik, psikologis, sosial, dan perilaku
berupa stress pada manusia.
Menurut permenakertrans No. PER.13/MEN/X/2011 paparan gas H2S yang
diperkenankan terhadap pekerja adalah sebesar 1 ppm. American National
Standards Institute (ANSI) telah mengeluarkan standard efek paparan H2S
terhadap kesehatan manusia beserta dengan efek fisik gasnya berdasarkan
tingkatan konsentrasi gas tersebut yang terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Efek gas H2S terhadap manusia (Ansi, 1978).
5. Gas NH3
Gas NH3 yang merupakan produk akhir juga bisa dimasukkan dalam limbah
dari pabrik ini. Hal ini dimungkinkan adanya kebocoran gas NH3 yang menyebar
ke seluruh pabrik maupun ke luar lingkungan Efek terhadap kesehatan manusia
yaitu udara yang tercemar gas amonia dan dapat menyebabkan menyebabkan
iritasi mata serta saluran pernafasan. Gas NH3 juga dapat menyebabkan iritasi
pada mata, saluran pernapasan dan kulit. Pada Kadar 2500-6500 ppm, gas
ammonia melalui inhalasi menyebabkan iritasi hebat pada mata (Keraktitis), sesak
nafas (Dyspnea), Bronchospasm, nyeri dada, sembab paru, batuk darah,
Bronchitis dan Pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat menyebabkan
luka bakar pada kulit. Efek terhadap lingkungan sekitar yaitu sisa-sisa makanan
dan sampah organik dibuang ke tempat sampah, kemudian di bawa ke tempat
pembuangan akhir (TPA). Sampah-sampah tersebut kemudian membusuk dan
menghasilkan gas amonia. Gas ammonia tersebut merupakan salah satu gas rumah
kaca yang dapat menyebabkan global warming (Wiwoho, 2001)
Proses Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan suatu proses transformasi senyawa nitrogen dari
nitrogen ammonia (N-NH4+) menjadi nitrogen nitrat (N-NO3). Nitrosomonas
mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan dioksidasi lebih lanjut menjadi nitrit
oleh bakteri Nitrobacter dalam kondisi aerob.
Nitrosomonas dan nitrobacter merupakan bakteri nitrifikasi yang paling
berperan dalam proses biologis oksidasi ammonium menjadi nitrit. Transformasi
nitrifikasi dari ammonia menjadi nitrat melibatkan dua tahapan, yaitu :
a. Tahap Nitritasi
Tahap ini merupakan tahap oksidasi ion ammonia (NH4+) menjadi ion
nitrit (NO2-) yang melibatkan bakteri Nitrosomonas, seperti Nitrosomonas
europea, Nitrosomonas oligocarbogenes. Reaksi yang terjadi adalah :
NH4+ + 1⁄2O2 + OH → NO2- + 2H2O + H+ + 59,4 Kcal
Reaksi ini memerlukan 3,43 gram nitrogen menjadi nitrit.
b. Tahap Nitrasi
Pada tahap kedua proses nitrifikasi, mikroba yang berperan adalah
kelompok Nitrobacter seperti Nitrobacter agilis, Nitrobacter winogradski
bakteri ini mengoksidasi ion nitrat (NO3-) , adapun reaksi tersebut adalah
sebagai berikut :
NO2- +1⁄2O2 → NO3- + 18 Kcal
Reaksi ini memerlukan 1,14 gr O2 untuk mengoksidasi 1 gr nitrogen
menjadi nitrat.
Secara keseluruhan proses nitrifikasi dapat dilihat dari persamaan berikut :
NH4+ + 2 O2 → NO3- + 2H+ + H2O
Kedua reaksi diatas berlangsung secara eksotermik
3.1 Kesimpulan
Amonia (NH3) merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat
dan sangat mudah larut dalam air. Amonia ini biasanya digunakan dalam
refrigerator dan dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, plastik, serta bahan-
bahan kimia lainnya. Selian itu, amonia juga digunakan sebagai pelarut. Amonia
dapat dibuat dengan mereaksikan gas nitrogen (N2) diperoleh melalui udara
dengan gas hodrogen (H2) yang diperoleh dari reaksi antara gas metana dan air.
Reaksi pembuatan amonia tersebut melalui proses reaksi eksoterm, yang dapat
membentuk keseimbangan sebagai berikut :
Dalam industri amonia akan dihasilkan beberapa limbah diantara gas Gas
H2S, ZnS, gas CO, gas CO2, dan gas NH3. Gas H2S adalah produk sampingan dari
proses desulfurasi yang berada pada tahap awal proses produksi ammonia. Gas
CO dan gas CO2 merupakan produk samping dari proses primary reformer. Selain
itu, dimungkinkan juga akan dihasilkan limbah berupa gas amonia akibat adanya
kebocoran gas NH3 yang menyebar ke seluruh pabrik maupun ke luar lingkungan.
Proses pengolahan limbah ammonia secara biologis melibatkan rangkaian
proses pengolahan aerob dan dilanjutkan dengan proses anaerob. Proses aerob
merupakan proses oksidasi senyawa ammonia menjadi senyawa transisi nitrit
selanjutnya diikuti proses oksidasi nitrit menjadi senyawa nitrit yang stabil. Proses
aerob ini lebih dikenal dengan istilah nitrifikasi. Setelah proses nitrifikasi berjalan
secara sempurna perlu dilakukan tahapan kedua yaitu proses anaerob, proses ini
dikenal ddengan istilah denitrifkasi. Pada tahap ini senyawa nitrat, yang terbentuk
dari proses oksidasi ammonia, diolah lebih lanjut menjadi nitrogen.
DAFTAR PUSTAKA
American National Standard Institute (ANSI). 1978. Traffic Control Device for
Streets and Highways. New York. ANSI
Appl, M .1999. Ammonia : Principles and Industrial Practice. Wiley
VCH,Weinheim, pp. 221-235.
Ariyono, B. G., 2011. Indonesian Coal Mining Up Date, International Symposium
Clean Day in Japan 2011. Japan. Japan Coal Energy Centre
Blanes-Vidal, Victoria, Esmaeil S Nadimi, Thomas Ellermann, Helle V Andersen,
Per Lofstrom. 2012. Perceived annoyance from environmental odors and
association with atmospheric ammonia levels in non-urban residential
communities: a cross-sectional study. Environmental Health 11:27.
Brigden, K. and Stringer, R. 2000. Ammonia and Urea Production : Incidents of
Ammonia Release From The Profertil Urea and Ammonia Facility, Bahia
Blanca, Argentina, Greenpeace Research Laboratories. UK : Departement
of Biological Science University of Exeter.
DR. P.V, Chadha. 1995. Karbon Monoksida Ilmu Forensik dan Toksikologi Edisi
5. Jakarta: Penerbit Widya Medika.
Faith, Donald B. Keyes, Ronald L. Clark. 1966. Industrial chemicals. Wiley (New
York) : William Lawrence Faith Published.
Herlambang, A dan Ruliasih, M,.2003. Proses Denitrifikasi Sistem Biofilter untuk
Pengolahan Air Limbah yang Mengandung Nitrat. Jakarta : BPPT.
Homan, C.S., and G.X. Brogan. 1993. Carbon Monoxide Poisoning dalam :
Viccellio P (Editor). Handbook of Medical Toxicology, First edition, Little
Brown and Co. Boston.
Irianto, Ir. Ketut. 2015. Buku Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan. Bali:
Universitas Warmadewa.
Keyes, F. and Clark, R.S. 1959. Industrial Chemistry, 2nd Edition. New York :
John Wiley and Sons, Inc.
PT.PUSRI, 2007. Proses Pembuatan Amonia. Http://niaga.pusri.co.id/Pabrik-
pusri/ Proses_amonia_detail.htm.
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Sopiah, N. Dan Titiresmi,. 1999. Pengolahan Limbah Cair Karet secara Aerobik,
Gakuryoku Vol V (2). Bogor : Persada.
Valupadas, P. 1999. Wastewater Management Review for Fertilizer
Manufacturing Sector, Environmental Science Division, Environmental
Service.
Wiwoho, D. 2001. Emisi Gas Rumah Kaca Pabrik Amonia, Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol. 3 (5), 110-115.