Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

INDUSTRI AMONIA (NH3)

TUGAS KIMIA INDUSTRI

Oleh :

1. Kamelia Rizqi Fauziyah (141810301006)


2. Rohma Nur Fadhila (141810301014)
3. Diramisti Dwi P. (141810301026)
4. Laili Nafis (151810301002)
5. Ayu Prastiyani (151810301003)
6. Daniyah Nurhasanah (151810301004)
7. Kholifatur Rizki N (151810301005)
8. Tri Wulan Ramadhani (151810301006)
9. Yayuk Sri Wahyuni (151810301007)
10. Rosyida Amini (151810301008)
11. Chanifah Dwi H.P. (151810301010)
12. Siti Aisyah (151810301011)
13. Ani Sofiyana (151810301013)
14. Lia Indah Wardiyani (151810301014)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ammonia adalah bahan kimia dengan formula kimia NH3. Molekul
ammonia mempunyai bentuk segi tiga. Ammonia terdapat di atmosfer dalam
kuantiti yag kecil akibat pereputan bahan organic. Ammonia juga dapat dijumpai
di dalam tanah, dan di tempat yang berdekatan dengan gunung berapi. Oleh
karena itu, ammonia juga terdapat di planet dan satelit semula jadi planet lain.
Pada suhu dan tekanan rendah, ammonia adalah gas yang tidak mempunyai warna
dan lebih ringan dari pada udara (0,589). Titik leburnya yaitu -75 °C sedangkan
titik didihnya ialah -33,7 °C. 10% larutan ammonia dalam air mempunyai pH 12.
Ammonia cair terkenal dengan sifat kelarutannya, yaitu ia dapat melarutkan
logam alkali dengan mudah untuk membentuk larutan yang berwarna dan dapat
mengalirkan listrik dengan baik.
Ammonia merupakan salah satu bahan kimia dalam industri yang banyak
memiliki kegunaan, diantaranya digunakan sebagai bahan dari pembuatan pupuk,
plastik fiber, bahan peledak. Proses refrigasi, proses purifikasi dan banyak
lainnya. Pada dasarnya senyawa ammonia ini memiiki sifat mudah terbakar,
mudah bereaksi dengan senyawa lain, gas yang cukup beracun, dapat
menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Tidak hanya itu senyawa ammonia ini
memiliki sifat kelarutan dalam air cukup tinggi, memiliki titik leleh yang cukup
rendah karena wujud ammonia adalah gas. Ammonia pada dasarnya diproduksi
dengan mereaksikan gas Hidrogen (H2) dan Nitrogen (N2) dengan rasio H2 : N2 =
3 : 1 pada proses industri. Pembuatan ammonia dalam industri tersebut tidak akan
lepas dari adanya limbah yang dihasilkan, baik berupa limbah cair maupun limbah
padatannya. Oleh karena dalam makalah ini selain akan dibahas tentang proses
pembuatannya, limbah yang dihasilkan dan pengolahannyapun akan dibahas
sehingga nantinya dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang
pembuatan ammonia dalam skala industri.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana proses pembuatan ammonia dalam proses industri?
1.2.2 Bagaimana hasil reaksi yang terlibat dalam pembuatan ammonia dalam
proses industri?
1.2.3 Limbah apa saja yang dihasilkan dari pembuatan ammonia dalam proses
industri?
1.2.4 Bagaimana pengolahan limbah yang dihasilkan dari pembuatan ammonia
dalam proses industri?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui proses pembuatan ammonia dalam proses industri
1.3.2 Mengetahui hasil reaksi yang terlibat dalam pembuatan ammonia dalam
proses industri
1.3.3 Mengetahui limbah yang dihasilkan dari pembuatan ammonia dalam
proses industri
1.3.4 Mengetahui pengolahan limbah yang dihasilkan dari pembuatan ammonia
dalam proses industri
BAB 2. ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Amonia


Ammonia (NH3) merupakan gas yang tidak berwarna dengan titik didih -
330 C. Gas amonia lebih ringan dibandingkan udara, dengan densitas kira-kira 0,6
kali densitas udara pada suhu yang sama. Bau yang tajam dari amonia dapat
dideteksi pada konsentrasi yang rendah 1-5 ppm (Brigden dan Stringer, 2000).
Amonia sangat beracun bagi hampir semua organisme. Pada manusia, resiko
terbesar adalah dari penghirupan uap amonia yang berakibat beberapa efek
diantaranya iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan. Pada tingkat yang
sangat tinggi, penghirupan uap amonia sangat bersifat fatal. Jika terlarut di
perairan akan meningkatkan konsentrasi amonia yang menyebabkan keracunan
bagi hampir semua organisme perairan (Valupadas, 1999). Amonia merupakan
basa lemah. Pembentukan ion hidroksida akan meningkatkan pH larutan, sehingga
larutan menjadi alkali. Jika ion-ion hidroksida 8 atau amonium bereaksi lebih
lanjut dengan senyawa lain yang ada di dalam air, maka amonia akan terkonversi
lebih banyak lagi untuk menjaga kesetimbangan reaksi (Appl, 1999).

2.2 Pembuatan Amonia


Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hydrogen ditemukan oleh
Fritz Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri
pembuatan amonia untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl
Bosch, seorang insinyur kimia juga dari Jerman. Persamaan termokimia reaksi
sintesis amonia adalah :
N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92,4Kj Pada 250 C : Kp = 6,2×105
Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk
ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukanNH3) adalah suhu rendah dan tekanan
tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah,
bahkan pada suhu 5000 C sekalipun sedangkan reaksi ke kanan merupakan reaksi
eksoterm sehingga penambahan suhu akan mengurangi rendemen. Proses Haber-
Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 5000 C dan tekanan sekitar 150-
350 atm dengan katalisator yaitu serbuk besi yang dicampur dengan Al2O3, MgO,
CaO, dan K2O. Pengaruh katalis pada sistem kesetimbangan adalah dapat
mempercepat terjadinya reaksi kekanan atau kekiri, keadaan kesetimbangan akan
tercapai lebih cepat tetapi katalis tidak mengubah jumlah kesetimbangan dari
spesies-spesies yang bereaksi atau dengan kata lain katalis tidak mengubah nilai
numeris dalam tetapan kesetimbangan. Peranan katalis adalah mengubah
mekanisme reaksi kimia agar cepat tercapai suatu produk (Keyes and Clark,
1959).
Proses pembuatan amonia secara modern yang paling terkenal adalah proser
Haber-Bosch. Tipe produksi ini mengkonversi gas alam atau LPG yang
mengandung senyawa propana, butan, atau yang lain menjadi gas hidrogen.
Hidrogen yang diproduksi dari hidrokarbon tersebut kemudian direaksikan dengan
nitrogen untuk menghasilkan amonia. Berikut tahapan beserta reaksi yang terjadi
pada proses Haber-Bosch
1. Tahapan pertama dalam proses Haber-Bosch menghilangkan senyawa
belerang dari bahan baku ammonia. Belerang perlu dipisahkan karena
bersifat antikatalis pada tahpan berikutnya. Penghapusan belerang
dilakukan degan hidrogenasi (menambahkan hidrogen) sehingga
menghasilkan asam sulfida.
H2 + RSH → RH + H2S
2. Asam sulfida yang terjadi kemudian diserap dan dihilangkan dengan
mengalirkannya melalui oksida dari logam seng sehingga terbentuk
senyawa Seng Sulfida (ZnS) dan uap air.
H2S + ZnO → ZnS + H2O
3. Setelah dihilangkan kandungan belerangnya senyawa karbon kemudian
direaksikan dengan katalis untuk menghasilkan senyawa karbon dioksidan
dan gas hidrogen.
CH4 + H2O → CO + 3H2
4. Langkah berikutnya adalah mengkonversi CO menjadi hidrogen
(dihasilkan hidrogen lebih banyak) dan gas sisa karbondioksida
CO + H2O → CO2 + H2
5. Karbon Dioksida kemudian dipisahkan dengan penyerapan dalam larutan
etanolamin atau dengan penyerapan media absorbsi pada lainnya.
6. Langkah terakhir dalam memproduksi hidrogen adalah menggunakan
katalis methanation untuk menghilangkan residu karbon monoksida dan
karbondioksida yang masih tertinggal dalam hidrogen.
7. Untuk dapat menghasilkan amonia sebagai produk akhir, hidrogen yang
sudah dihasilkan kemudian direaksikan dengan nitrogen yang berasal dari
udara bebas menghasilkan amonia cair. Tahapan ini dikenal dengan loop
sintesis amonia yang juga dikenal dengan proses Haber-Bosch.
3H2+ N2 ↔ 2NH3
(Appl, 1999).
Berikut merupakan diagram pembuatan amonia :

Gambar 2.1 Diagram pembuatan amonia


Reaksi di atas bersifat reversibel sehingga berdasarkan prinsip Le Chatelier,
kondisi tekan tinggi dan tempertur rendah diperlukan untuk mengarahkan reaksi
agar bergerak ke kanan (arah hasil amonia). pada temperatur rendah sebenarnya
dapat menghasilkan persentase pembentukan NH3 yang tinggi tetapi reaksi
tersebut berlangsung sangat lambat untuk dapat mencapai kesetimbangan. Oleh
karena itu dalam proses pemubatan aminia diperlukan adanya katalis. Pada
praktiknya, kondisi yang digunakan dalam proses Haber-Bosch adalah pada
tekanan 200 atm dan temperatur 380 – 460 º C dengan menggunakan katalis ion
besi (Fe3O4 dicampur dengan KOH) atau osmium (Faith dkk, 1996).
Diagram alir pembuatan amonia menggunakan baku kalsium karbonat

Gambar 2.2 Diagram alir pembuatan amonia menggunakan baku kalsium


karbonat.
Langkah pertama dari proses ini yaitu kalsium karbonat dipanaskan.
CaCO3 + heat → CaO + CO2
Proses lain yaitu dipanaskannya CaO sehingga menghasilkan Kalsium Karbida.
CaO + 3C + heat → CaC2 + CO
Kalsium karbida kemudian bereaksi dengan Nitrogen murni, sehingga untuk
proses ini menjadi praktis secara industri diperlukan proses Linde fraksinasi udara
cair. Reaksi berlangsung pada tekanan 2atm atau ~ 0,2Mpa. dipanaskan oleh
melalui pemanasan Ohm.
CaC2 + N2 → CaCN2 + C
Kalsium Cyanamide kemudian dicampur dengan air dan NaOH (sebagai
katalis) sehingga menghasilkan amonia.
CaCN2 + H2O → 2NH3 + CaCO3
Kalsium Karbonat dapat dengan mudah dipisahkan karena merupakan
padatan dan Amonia dapat didistilasi, memungkinkan NaOH didaur ulang
kembali untuk hidrolisis lebih lanjut. Proses pembuatan amonia melalui Haber-
Bosh jauh lebih sederhana karena tidak memerlukan banyak tungku sea tidak
perlu untuk memproduksi Cyanamide, biaya operasinya lebih rendah (dengan
asumsi bahwa salah satu memiliki sistem elektrolisis yang efisien untuk hidrogen)
(Brigden and Stringer, 2000).

2.3 Reaksi kimia yang terlibat dalam pembuatan ammonia


1. Produksi Hidrogen
Hidrogen diproduksi dari reaksi metana dengan air. Karena di udara terdapat
kandungan belerang, maka senyawa belerang dikeluarkan terlebih dahulu dengan
memanaskan pada suhu 400̊C, reaksinya adalah:
ZnO + H2S → ZnS + H2O

Campuran gas dipanaskan dengan alami gas dan membersihkan gas pada suhu
770oC dengan adanya katalis nikel. Pada suhu ini mengikuti reaksi kesetimbangan
didorong ke kanan, kemudian mengubah metana menjadi hidrogen, karbon
dioksida dan sejumlah kecil karbon monoksida:
CH4 + H2O 3H2 + CO
CH4 + 2H2O 4H2 + CO2
CO + H2O H2 + CO2
2. Penambahan Nitrogen
Gas Hidrogen hasil sintesis didinginkan sampai 735oC, kemudian dialirkan
ke reformer sekunder di mana terjadi pencampuran dengan sejumlah udara yang
telah dihitung. Reaksi eksotermis antara oksigen dan metana menghasilkan lebih
banyak hidrogen. Reaksi-reaksi yang terlibat adalah :
CO + H2O CO2 + H2
O2 + 2CH4 2CO + 4H2
O2 + CH4 CO2 + 2H2
2O2 + CH4 2H2O + CO2
3. Menghilangkan Karbon Monoksida
Karbon monoksida diubah menjadi karbon dioksida (yang kemudian
digunakan dalam sintesis urea) dalam reaksi yang dikenal sebagai reaksi
pergeseran gas air :
CO + H2O CO2 + H2
Hal ini dapat dicapai dalam dua langkah. Pertama, aliran gas melewati katalis Cr /
Fe3O4 pada 360oC dan kemudian ditambahkan katalis Cu / ZnO / Cr pada 210oC.
4. Penghilangan Air
Reaksi penghilangan air dengan mendinginkan pada suhu 40 oC.
5. Penghilangan Oksida Karbon
Karbon dioksida sangat larut dalam UCARSOL lebih dari 99,9%. CO2 yang
tersisa (serta CO apapun yang ada tidak dikonversi menjadi CO2 pada Langkah 3)
diubah menjadi metana (methanasi) menggunakan Ni / Al2O3 katalis pada 325oC:
2CO + 3H2 CH4 + H2O
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
6. Sintesis Ammonia
Campuran gas didinginkan, dikompresi dan dimasukkan ke dalam tabung
sintesis amonia. Dalam proses pendinginan setengah amonia mengembun dan
kemudian dipisahkan. Gas yang tersisa dicampur dengan gas masuk yang
dikompresi dan didinginkan. Reaksi terjadi dalam konverter amonia adalah:
N2 + 3H2 2NH3
(PUSRI, 2007).
2.4 Limbah Industri Amonia
1. Gas H2S
Gas ini merupakan produk sampingan dari proses desulfurasi yang berada
pada tahap awal proses produksi ammonia. Meskipun gas H2S akan digunakan
kembali pada proses desulfurasi yang direaksikan dengan ZnO tidak menutup
kemungkinan bahwa gas ini dapat lepas dan dapat menjadi limbah gas pada pabrik
ammonia. Menurut Blanes-Vidal, etc., (2012) Hidrogen sulfida (H2S) atau asam
sulfida merupakan suatu gas yang tidak berwarna, sangat beracun, mudah terbakar
dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Bau adalah pencemaran lingkungan
yang dapat menyebabkan gangguan secara fisik, psikologis, sosial, dan perilaku
berupa stress pada manusia.
Menurut permenakertrans No. PER.13/MEN/X/2011 paparan gas H2S yang
diperkenankan terhadap pekerja adalah sebesar 1 ppm. American National
Standards Institute (ANSI) telah mengeluarkan standard efek paparan H2S
terhadap kesehatan manusia beserta dengan efek fisik gasnya berdasarkan
tingkatan konsentrasi gas tersebut yang terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Efek gas H2S terhadap manusia (Ansi, 1978).

Tingkat H2S (ppm) Efek pada Manusia


0,13 Bau minimal yang masih terasa
4,6 Mudah dideteksi, bau yang sedang
10 Permulaan iritasi mata dan mulai berair
27 Bau yang tidak enak dan tidak dapat ditoleransi lagi
Batuk-batuk, iritasi mata dan indera penciuman
100
sudah tidak berfungsi
Pembengkakan mata dan rasa kekeringan
200-300
dikerongkongan
Kehilangan kesadaran dan bisa menyebabkan
500-700
kematian dalam waktu 30 menit hingga 1 jam
Kehilangan kesadaran dengan cepat dan berlanjut
Lebih dari 700
kematian
2. Mineral Spalerit (ZnS)
ZnS atau yang sering disebut mineral spalerit merupakan produk samping
pada proses desulfurasi dimana reaksi yang terjadi gas H2S yang direaksikan
dengan ZnO akan menghasilkan ZnS dan H2O. Spalerit (ZnS) termasuk golongan
mineral sulfida yang menurut Doddy Setia Graha (1987:230) bahwa spalerit ini
memiliki sistem kristasl kubik; belahan sempurna {110}; kekerasan 3,5--4; berat
jenis 3,9--4,1; kilap damar (resineous) sampai sublogam (submetallic); warna
merah jingga sampai mendekati hitam; gores/cerat coklat sampai kuning; optik
cerah, isotrop, n = 2,36--2,47. Spalerit sebagi bijih seng di alam ditemukan di
sepanjang urat-urat mesothermal dengan galena dan yang lain dari sulfida.
Senyawa ini tidak terlalu menimbulkan bahaya untuk lingkungan sekitar.

3. Gas Karbon Monoksida (CO)


Gas ini merupakan produk samping dari proses primary reformer. Dimana
gas CO dihasilkan saat gas alami (CH4) direaksikan dengan H2O. Karbon
monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
mengiritasi. Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia
karena gas itu akan menggantikan posisi oksigen yang berkaitan dengan
hemoglobin dalam darah. Gas CO akan mengalir ke dalam jantung, otak, serta
organ vital. Ikatan antara CO dan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin
yang jauh lebih kuat 200 kali dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan
hemoglobin. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap
sel-sel tersebut, juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf (Chada, 1995).
Keracunan gas karbon monoksida gejala didahului dengan sakit kepala,
mual, muntah, rasa lelah, berkeringat banyak, pernafasan meningkat, gangguan
penglihatan, kebinganan, hipotensi, , kehilangan kesadaran dan sakit dada
mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada. Kematian
kemungkinan disebabkan karena sukar bernafas dan edema paru. Kematian akibat
keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat
seluler (seluler hypoxia) (Homan and Brogan, 1993).
4. Gas Karbon dioksida (CO2)
Gas ini merupakan produk samping dari proses primary reformer. Dimana
CO2 merupakan produk samping dari reaksi CO dan H2O. Gas CO2 yang
dihasilkan sebagai hasil samping industri amonia jumlahnya cukup besar yaitu
sekitar 1,5-1,6 amonia dan memiliki kemurnian sekitar 99,8% (Wiwoho, 2001).
Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca yang dianggap memiliki
kontribusi terhadap pemanasan global. Salah satu upaya untuk mengurangi emisi
gas CO2 yang dapat dilakukan adalah mengkonversi gas CO2 menjadi gas sintesis
(CO) (Ariyono, 2011).

5. Gas NH3
Gas NH3 yang merupakan produk akhir juga bisa dimasukkan dalam limbah
dari pabrik ini. Hal ini dimungkinkan adanya kebocoran gas NH3 yang menyebar
ke seluruh pabrik maupun ke luar lingkungan Efek terhadap kesehatan manusia
yaitu udara yang tercemar gas amonia dan dapat menyebabkan menyebabkan
iritasi mata serta saluran pernafasan. Gas NH3 juga dapat menyebabkan iritasi
pada mata, saluran pernapasan dan kulit. Pada Kadar 2500-6500 ppm, gas
ammonia melalui inhalasi menyebabkan iritasi hebat pada mata (Keraktitis), sesak
nafas (Dyspnea), Bronchospasm, nyeri dada, sembab paru, batuk darah,
Bronchitis dan Pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat menyebabkan
luka bakar pada kulit. Efek terhadap lingkungan sekitar yaitu sisa-sisa makanan
dan sampah organik dibuang ke tempat sampah, kemudian di bawa ke tempat
pembuangan akhir (TPA). Sampah-sampah tersebut kemudian membusuk dan
menghasilkan gas amonia. Gas ammonia tersebut merupakan salah satu gas rumah
kaca yang dapat menyebabkan global warming (Wiwoho, 2001)

2.5 Proses Pengolahan Limbah Ammonia secara Biologis


Ammonia merupakan salah satu senyawa yang keberadaannya dialam
diperlukan oleh makhuk hidup, dalam jumlah yang besar senyawa kimia ini
mempunyai sifat yang toksik dan dapat mengganggu estetika karena dapat
menghasilkan bau yang menusuk dan terjadinya eutrofkasi di daerah sekitarnya.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menyisikan ammonia adalah dilakukan proses
pengolahan ammonia menjadi senyawa lain yang lebih aman bagi lingkungan
perairan. Pengolahan limbah secara biologis merupakan salah satu alternatif
pengolahan limbah saat ini dengan melibatkan aktivitas mikroorganisma sehingga
mengakibatkan terjadinya transformasi senyawa-senyawa kimia menjadi senyawa
lain yang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda dengan senyawa asalnya.
Pengolahan limbah secara biologis,terdapat dua kategori proses, yaitu :
a. Suspended-growth process, adalah proses pengolahan secara biologi yang
melibatkan aktivitas mikroorganisma untuk mengurai bahan organik atau
unusur-unsur lainnya didalam air limbah menjadi gas, dan mikoorganisma
tumbuh dalam keadaan tersuspensi didalam aliran.
b. Attached-growth process, proses pengolahan secara biologi yang
melibatkan aktivitas mikoorganisma unuk mengurai bahan organik atau
unsur-unsur lainnya di dalam air limbah menjadi gas, dan mikroorganisma
tumbuh terlekat pada media tumbuh,seperti batu, keramik,plastik. Proses
ini disebut juga sebagai fixed film process.
Proses pengolahan limbah ammonia secara biologis melibatkan rangkaian proses
pengolahan aerob dan dilanjutkan dengan proses anaerob. Proses aerob
merupakan proses oksidasi senyawa ammonia menjadi senyawa transisi nitrit
selanjutnya diikuti proses oksidasi nitrit menjadi senyawa nitrit yang stabil. Proses
aerob ini lebih dikenal dengan istilah nitrifikasi. Setelah proses nitrifikasi berjalan
secara sempurna perlu dilakukan tahapan kedua yaitu proses anaerob, proses ini
dikenal ddengan istilah denitrifkasi. Pada tahap ini senyawa nitrat, yang terbentuk
dari proses oksidasi ammonia, diolah lebih lanjut menjadi nitrogen.

 Proses Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan suatu proses transformasi senyawa nitrogen dari
nitrogen ammonia (N-NH4+) menjadi nitrogen nitrat (N-NO3). Nitrosomonas
mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan dioksidasi lebih lanjut menjadi nitrit
oleh bakteri Nitrobacter dalam kondisi aerob.
Nitrosomonas dan nitrobacter merupakan bakteri nitrifikasi yang paling
berperan dalam proses biologis oksidasi ammonium menjadi nitrit. Transformasi
nitrifikasi dari ammonia menjadi nitrat melibatkan dua tahapan, yaitu :
a. Tahap Nitritasi
Tahap ini merupakan tahap oksidasi ion ammonia (NH4+) menjadi ion
nitrit (NO2-) yang melibatkan bakteri Nitrosomonas, seperti Nitrosomonas
europea, Nitrosomonas oligocarbogenes. Reaksi yang terjadi adalah :
NH4+ + 1⁄2O2 + OH → NO2- + 2H2O + H+ + 59,4 Kcal
Reaksi ini memerlukan 3,43 gram nitrogen menjadi nitrit.
b. Tahap Nitrasi
Pada tahap kedua proses nitrifikasi, mikroba yang berperan adalah
kelompok Nitrobacter seperti Nitrobacter agilis, Nitrobacter winogradski
bakteri ini mengoksidasi ion nitrat (NO3-) , adapun reaksi tersebut adalah
sebagai berikut :
NO2- +1⁄2O2 → NO3- + 18 Kcal
Reaksi ini memerlukan 1,14 gr O2 untuk mengoksidasi 1 gr nitrogen
menjadi nitrat.
Secara keseluruhan proses nitrifikasi dapat dilihat dari persamaan berikut :
NH4+ + 2 O2 → NO3- + 2H+ + H2O
Kedua reaksi diatas berlangsung secara eksotermik

2.6 Kasus Pencemaran Lingkungan dari Pabrik Produsen Ammonia


Semakin maju suatu jaman ditandai dengan didirikannya pabrik-pabrik
besar yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pembangunan
pabrik dengan jumlah tinggi berbanding lurus dengan kerusakan lingkungan yang
terjadi. Pencemaran yang sulit sekali untuk ditanggulangi adalah pencemaran
lingkuran di udara. Beberapa gas beracun seperti gas CO2, gas CO, gas amoniak,
beberapa logam berat dan lain-lain, dapat merusak ekosistem disekitarnya jika
kadar diudara bebas melebihi ambang batas. Komponen – komponen pencemar
tersebut dalam tingkat tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan paru
manusia atau hewan, tanaman, bangunan dan bahan lainnya. Adanya kandungan
bahan kimia dalam atmosfer bumi karena polusi udara akan dapat juga mengubah
iklim lokal, regional, dan global, sehingga bisa meningkatkan jumlah radiasi sinar
ultraviolet dari matahari ke permukaan bumi (Irianto, 2015).
Dalam dunia produksi ammonia, limbah berbahaya yang merugikan
ekosistem paling banyak adalah pembuangan gas H2S serta kebocoran hasil
produksi gas ammonia dalam tabung penyimpanan. Salah satu contoh kasus yang
akan dibahas adalah kebocoran pipa gas ammonia pada PT. Suri Tani Pemuka di
Cirebon, Jawa Barat. Berdasarkan Koran online yaitu republika, kasus ini terjadi
pada tanggal 23 Desember 2017. Pemicu dari kejadian ini adalah kebocoran pipa
gas coldstorage nomer 4. Para karyawan yang memeriksa kebocoran ini
mengalami keracunan gas ammonia. Jumlah korban dari kejadian ini sebanyak 30
orang. Dimana keadaan korban tidak sadarkan diri dan dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Penanggulangan yang dilakukan pada saat kebocoran yaitu
menutup pipa kran utama untuk meminimalisir kebocoran gas tidak meluas.
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Amonia (NH3) merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat
dan sangat mudah larut dalam air. Amonia ini biasanya digunakan dalam
refrigerator dan dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, plastik, serta bahan-
bahan kimia lainnya. Selian itu, amonia juga digunakan sebagai pelarut. Amonia
dapat dibuat dengan mereaksikan gas nitrogen (N2) diperoleh melalui udara
dengan gas hodrogen (H2) yang diperoleh dari reaksi antara gas metana dan air.
Reaksi pembuatan amonia tersebut melalui proses reaksi eksoterm, yang dapat
membentuk keseimbangan sebagai berikut :

N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = -92,2Kj

Dalam industri amonia akan dihasilkan beberapa limbah diantara gas Gas
H2S, ZnS, gas CO, gas CO2, dan gas NH3. Gas H2S adalah produk sampingan dari
proses desulfurasi yang berada pada tahap awal proses produksi ammonia. Gas
CO dan gas CO2 merupakan produk samping dari proses primary reformer. Selain
itu, dimungkinkan juga akan dihasilkan limbah berupa gas amonia akibat adanya
kebocoran gas NH3 yang menyebar ke seluruh pabrik maupun ke luar lingkungan.
Proses pengolahan limbah ammonia secara biologis melibatkan rangkaian
proses pengolahan aerob dan dilanjutkan dengan proses anaerob. Proses aerob
merupakan proses oksidasi senyawa ammonia menjadi senyawa transisi nitrit
selanjutnya diikuti proses oksidasi nitrit menjadi senyawa nitrit yang stabil. Proses
aerob ini lebih dikenal dengan istilah nitrifikasi. Setelah proses nitrifikasi berjalan
secara sempurna perlu dilakukan tahapan kedua yaitu proses anaerob, proses ini
dikenal ddengan istilah denitrifkasi. Pada tahap ini senyawa nitrat, yang terbentuk
dari proses oksidasi ammonia, diolah lebih lanjut menjadi nitrogen.
DAFTAR PUSTAKA

American National Standard Institute (ANSI). 1978. Traffic Control Device for
Streets and Highways. New York. ANSI
Appl, M .1999. Ammonia : Principles and Industrial Practice. Wiley
VCH,Weinheim, pp. 221-235.
Ariyono, B. G., 2011. Indonesian Coal Mining Up Date, International Symposium
Clean Day in Japan 2011. Japan. Japan Coal Energy Centre
Blanes-Vidal, Victoria, Esmaeil S Nadimi, Thomas Ellermann, Helle V Andersen,
Per Lofstrom. 2012. Perceived annoyance from environmental odors and
association with atmospheric ammonia levels in non-urban residential
communities: a cross-sectional study. Environmental Health 11:27.
Brigden, K. and Stringer, R. 2000. Ammonia and Urea Production : Incidents of
Ammonia Release From The Profertil Urea and Ammonia Facility, Bahia
Blanca, Argentina, Greenpeace Research Laboratories. UK : Departement
of Biological Science University of Exeter.
DR. P.V, Chadha. 1995. Karbon Monoksida Ilmu Forensik dan Toksikologi Edisi
5. Jakarta: Penerbit Widya Medika.
Faith, Donald B. Keyes, Ronald L. Clark. 1966. Industrial chemicals. Wiley (New
York) : William Lawrence Faith Published.
Herlambang, A dan Ruliasih, M,.2003. Proses Denitrifikasi Sistem Biofilter untuk
Pengolahan Air Limbah yang Mengandung Nitrat. Jakarta : BPPT.
Homan, C.S., and G.X. Brogan. 1993. Carbon Monoxide Poisoning dalam :
Viccellio P (Editor). Handbook of Medical Toxicology, First edition, Little
Brown and Co. Boston.
Irianto, Ir. Ketut. 2015. Buku Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan. Bali:
Universitas Warmadewa.
Keyes, F. and Clark, R.S. 1959. Industrial Chemistry, 2nd Edition. New York :
John Wiley and Sons, Inc.
PT.PUSRI, 2007. Proses Pembuatan Amonia. Http://niaga.pusri.co.id/Pabrik-
pusri/ Proses_amonia_detail.htm.
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Sopiah, N. Dan Titiresmi,. 1999. Pengolahan Limbah Cair Karet secara Aerobik,
Gakuryoku Vol V (2). Bogor : Persada.
Valupadas, P. 1999. Wastewater Management Review for Fertilizer
Manufacturing Sector, Environmental Science Division, Environmental
Service.
Wiwoho, D. 2001. Emisi Gas Rumah Kaca Pabrik Amonia, Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol. 3 (5), 110-115.

Anda mungkin juga menyukai