TEKNOLOGI BATUBARA
Sub tema:
1) Pengembangan Batubara untuk Menghasilkan SNG, Amonia, dan Hidrogen
(H2)
Dikerjakan oleh:
FRISKILA SUYANTI
NIM. D1101191010
Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura Pontianak
2023
Pengembangan Batubara untuk Menghasilkan SNG, Amonia,
dan Hidrogen (H2)
• Industri pupuk
• Industri pendinginan
• Aplikasi laboratorium
• Produksi tekstil
c) Hidrogen
Hidrogen atau disimbolkan dengan H2 memiliki jumlah yang sangat
melimpah yakni pada presentase 75%. Sifat dari hidrogen sendiri mudah
terbakar karena memang klasifikasinya yang termasuk ke dalam gas diatomik.
Saat tekanan maupun suhu di atas normal, hal ini akan mempengaruhi sifat
hydrogen tersebut. Namun jika suhu dan tekanan berada pada level normal,
hydrogen tidak dapat kita lihat atau rasakan keberadaannya.
Hidrogen bermanfaat dalam kimia organik yaitu untuk reaksi hidrogenasi
berbagai senyawa organik, disini hidrogen melakukan perannya sebagai
mereduksi beberapa senyawa. Selain berguna untuk proses kimiawi, hidrogen
juga banyak digunakan dalam dunia industri. Salah satunya, hidrogen
digunakan industri pembuatan pupuk. Dalam bidang industri, hidrogen juga
menjadi sebagai bahan untuk meningkatkan tingkat kejenuhan minyak,
biasanya minyak goreng nabati. Untuk menghilangkan kadar sulfur atau zat
belerang pada bahan bakar minyak yang berasal dari fosil, digunakan hidrogen
sebagai bahan hidrodesulfurisasi. Proses hidrogenisasi pada bahan bakar ini
bertujuan untuk membuat hasil pembakaran dari bahan bakar tersebut memiliki
kadar polusi atau karbon dioksida yang rendah.
Tenaga listrik dalam jumlah besar dihasilkan oleh gas hidrogen,
contohnya seperti baterai yang berbahan bakar hidrogen. Selain mengandung
listrik gas ini dapat menggantikan gas alam lainnya seperti bensin dan berbagai
proses kimia lainnya, dan mengubah sampah menjadi metan dan eliten.
2. Keterdapatan di Indonesia
a) Produk Material Maju di Indonesia
Di Indonesia, kebutuhan akan material maju sangat besar. Material Maju
merupakan bagian paling penting untuk mendukung industri manufaktur di
Indonesia hingga masuk ke dalam 8 fokus pembangunan Iptek.
Terbukti dengan dicanangkannya 6 bidang fokus industri meliputi
material di bidang kesehatan dan obat, energi, pangan, teknologi informasi dan
komunikasi, transportasi, dan pertahanan dan keamanan di mana material jenis
ini sangat dibutuhkan. Selama ini, kebanyakan kebutuhan material tersebut
dapat dipenuhi dengan memesan lewat luar negeri. Padahal pembangunan
industri material maju ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan dasar
segala bidang teknologi.
Masalah utama dari Material Maju adalah belum adanya industri dalam
negeri yang mampu mengelola material dasar menjadi material menengah dan
material maju. Hal ini disebabkan karena pengembangan dan penerapan
teknologi masih belum maju. Sarana dan prasarana pun masih kurang
memadai. Dalam proses pengolahan, sarana dan prasarana penting sebagai
ujung tombak pengembangan material maju. Dan tidak ada kepastian
kebijakan oleh pemerintah bagi material maju dianggap sebagai kendala yang
membuat industri ini lambat berkembang.
3. Pengembangan Batubara
a) Produk Material Maju
Jalan panjang program ini dimulai dengan penyiapan data dan kelitbangan
pengembangan batubara untuk material maju pada lima tahun pertama (2021-
2025). Pada tahap ini ditargetkan data sumber bahan baku untuk material maju
telah tersedia, termasuk juga teknologi yang tepat serta adanya informasi
kebutuhan pasar terhadap material maju dari batubara. Secara regulasi, program
ini memerlukan dukungan KLHK terkait kemudahan pengolahan ter batubara
yang saat ini masih berstatus sebagai limbah
Pada tahap selanjutnya (2026-2030), strategi yang diambil adalah
memulai pembangunan industri batubara untuk menghasilkan material maju.
Untuk itu, ditargetkan pengembangan pilot plant di awal lima tahun kedua dapat
terlaksana teruskan dengan pembangunan industri material maju.
Kemudian tahap ketiga (2031-2045), optimalisasi pengembangan
batubara untuk material maju telah dapat dilaksanakan. Hal ini ditempuh
melalui peningkatan pembangunan industri material maju berbasis batubara.
Sedangkan terkait regulasi akan dilakukan evaluasi implementasi regulasi dan
perbaikan regulasi untuk mendukung pengembangan industri pembuatan
material maju berbasis batubara
Dari total cadangan batubara sebesar 20,5 miliar ton, lebih dari setengahnya merupakan
batubara dengan kalori 3800 – 5200 kcal/kg yaitu sebesar 10,38 miliar ton. Batubara pada
rentang kalori tersebut sesuai dengan spesifikasi pembangkit PLTU non mulut tambang. Oleh
karena itu, dengan asumsi laju produksi batubara per tahun sebesar 500 juta ton, maka umur
cadangan batubara yang sesuai dengan spesifikasi pembangkit PLTU sekitar 21 tahun.
Sementara itu, potensi cadangan batubara dengan kalori di bawah 3800 kcal/kg masih
sangat besar yaitu sekitar 7,2 miliar ton. Oleh karena itu perlu upaya agar batubara ini dapat
dimanfaatkan dengan optimal. Teknologi coal drying dapat digunakan untuk meningkatkan
nilai kalori batubara. Kemudian, untuk menghasilkan batubara terspesifikasi sesuai kebutuhan
end user dapat memanfaatkan teknologi coal blending.
Dalam rangka mendukung ketahanan energi, terutama di bidang kelistrikan dan energi
baru (new energy) Indonesia di masa depan, maka perlu disusun program pembangunan
fasilitas blending dan cofiring batubara. Sistem blending dapat dilakukan antara batubara
peringkat rendah (lignit) dan batubara peringkat tinggi (bituminus) sesuai dengan spesifikasi
parameter kualitas batubara, terutama nilai kalor. Sedangkan cofiring merupakan proses
penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batubara di
PLTU dengan tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai kebutuhan. PLN berencana
untuk dapat melakukan cofiring pada 52 lokasi PLTU batubara eksisting sampai dengan 2024.
Pada roadmap pemanfaatan batubara untuk kelistrikan, disusun tiga kegiatan yaitu (1)
penyiapan infrastruktur coal blending facility, (2), program cofiring biomassa pada PLTU, dan
(3) program optimalisasi pemanfaatan batubara dengan IGCC.