JUDUL:
Industri amonia merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Amonia banyak
digunakan di berbagai industri lain sebagai bahan baku utama maupun penunjang. Contoh
industri yang membutuhkan amonia adalah industri urea, industri metal, industri asam nitrit,
industri petroleum, industri karet, industri pangan, dll. Kebutuhan amonia yang begitu besar
menarik minat negara di dunia untuk mendirikan industri amonia sebagai peluang untuk
menaikkan perekonomian negaranya.
Bahan baku pembuatan amonia adalah gas hidrogen dan nitrogen. Gas nitrogen dan
hidrogen direaksikan dengan perbandingan 1 : 3. Dari perbandingan tersebut diketahui bahwa
kebutuhan gas hidrogen pada proses produksi amonia sangatlah banyak. Kebutuhan gas
hidrogen tersebut dapat terpenuhi dengan cara membeli langsung hidrogen yang sudah siap
pakai. Namun hal tersebut perlu dipertimbangkan karena kebutuhan hidrogen yang sangat
banyak, pemakaian hidrogen secara kontinu, dan harga gas hidrogen yang tidak murah.
Pembelian hidrogen yang siap pakai dinilai kurang efektif dan tidak ekonomis. Oleh sebab itu
diperlukan alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan hidrogen pada industri amonia.
Gas hidrogen dikenal sebagai gas sintesis. Gas sintesis bisa dihasilkan melalui reaksi
katalitik gas alam dengan kukus (steam reforming), oksidasi parsial (batu bara, resid) dalam
reaktor reformer, coal gasification, atau elektrolisis air. Dari proses tersebut akan dihasilkan
gas hidrogen, gas karbon monoksida, dan karbon dioksida. Pada proses pembuatan amonia
gas karbon monoksida dan gas karbon dioksida tidak diinginkan, oleh karena itu gas tersebut
harus dihilangkan.
Proses yang biasa digunakan untuk memproduksi gas sintesis terdiri dari dua tahap.
Pada tahap pertama reaksi bersifat sangat endotermis, diperlukan kalor yang sangat besar dari
luar reaktor agar reaksi ini dapat berjalan dengan baik. Salah satunya adalah dengan
menggunakan media pemanas. Pada tahap kedua reaksi bersifat eksotermik, panas yang
dihasilkan diambil dengan menggunakan media pendingin. Agar proses pembuatan gas
sintesis ini dapat berjalan dengan baik, diperlukan sistem utilitas yang tepat untuk mengatur
sistem pendinginan dan pemanasan proses produksi.
BAB II
PERANAN MATA KULIAH SISTEM UTILITAS 1
Sistem Utilitas merupakan unit-unit yang menunjang pelaksanaan suatu proses dalam
industri. Peranan Mata Kuliah Sistem Utilitas I dalam kasus Unit Reaksi Sintesis
Hidrogen pada Pabrik Amonia adalah:
1. Untuk menentukan media pembuang panas yang tepat pada tiap proses unit reaksi
sintesis hidrogen pada pabrik amonia
2. Untuk menentukan sumber pemanas yang tepat pada tiap proses unit reaksi
sintesis hidrogen pada pabrik amonia
3. Untuk menentukan unit penyediaan air yang sesuai pada tiap proses unit reaksi
sintesis hidrogen pada pabrik amonia
4. Untuk menentukan metode yang sesuai dalam pengolahan air untuk tiap proses
pada unit reaksi sintesis hidrogen pada pabrik amonia agar sesuai dengan baku
mutu pabrik tersebut.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan hidrogen pada industri dapat terpenuhi melalui 2 cara, yaitu dengan
membelinya dari industri yang memproduksi hidrogen atau membuat sendiri hidrogen
tersebut. Masing-masing cara memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri. Namun, jika
dipertimbangkan, pembuatan hidrogen lebih diminati. Industri membutuhkan hidrogen dalam
skala yang besar dan bersifat kontinu. Apabila penyediaan hidrogen melalui pihak ketiga,
akan timbul berbagai permasalahan seperti:
1. Biaya transportasi yang tinggi. Pada suhu kamar hidrogen berfasa gas, sehingga
memerlukan volume tangki yang cukup besar untuk membawa hidrogen tersebut.
Walaupun dapat dicairkan di bawah titik lelehnya, biaya untuk memindahkannya
tetap besar.
2. Mudah terbakar, risiko terjadi ledakan saat melakukan pemindahan dan
penyimpanan hidrogen sangat besar
3. Ketersediaan hidrogennya tidak pasti
4. Diperlukan tangki penyimpanan untuk menyimpan hidrogen yang telah dibeli
b. Coal Gasification
Coal gasification merupakan cara untuk menghasilkan energi dengan berbagai
keuntungan, seperti lebih ramah lingkungan, produk samping berupa sulfur dan
amonia yang penting bagi industri lain. Coal direaksikan dengan steam pada kondisi
miskin oksigen dan temperatur tinggi. Reaksi ini akan menghasilkan syn-gas (CO,
CO2, dan H2) dengan inert nitrogen dan kontaminan sulfur.
C(s) + H2O(g) CO + H2
Pada unit ini, panas yang digunakan oleh gas proses untuk bereaksi
membentuk H2 berasal dari pembakaran udara dengan H2. Panas ini akan dipakai gas
proses untuk bereaksi karena reaksinya bersifat endotermis sehingga membutuhkan
panas. Dapat dilihat dari beberapa reaksi di atas, bahwa reaksi yang terjadi pada
secondary reformer merupakan oksidasi parsial. Hasil gas H2 diatur dengan
menaikkan dan menurunkan laju dari udara agar rasio H2/N2 untuk sintesis amonia
besar.
Tekanan dalam secondary reformer harus dijaga konstan. Tekanan yang
terlalu tinggi akan menggeser reaksi ke arah kiri dimana hidrogen yang terbentuk
akan terkonversi kembali menjadi metana. Sementara tekanan yang terlalu rendah
akan menggeser reaksi ke arah pembentukan gas H2, hal ini nampak menguntungkan,
namun dengan menurunkann tekanan, beban pada syn gas compressor akan
meningkat sehingga energi yang diperlukan semakin besar.
Temperatur pada secondary reformer akan naik akibat reaksi yang terjadi. Gas
keluaran disebut dengan synthesis gas (syn gas) yang kemudian didinginkan dengan
heat exchanger dengan boiler feed water (BFW) yang digunakan untuk produksi
steam. Syn gas kemudian didinginkan kembali pada HP steam superheater.
Gas keluaran dari secondary reformer mengandung CO dan CO yang harus 2
dihilangkan karena dapat meracuni katalis pada bagian ammonia converter. Tahapan
purifikasi untuk menghilangkan kandungan ini dilakukan dengan CO-shift converter
dan CO removal.
2
CO-shift converter terdapat high temperature shift converter (HTS) dan low
temperature shift converter (LTS) yang digunakan karena reaksinya bersifat
reversible. Sedangkan CO removal berfungsi untuk menghilangkan CO
2 2 yang
bersifat beracun pada katalis.
IV.3 Bahan Baku Penunjang Proses Pembuatan Hidrogen pada Industri Amonia
Bahan Baku Penunjang:
a. Steam
Kebutuhan steam untuk keperluan operasi pabrik ammonia dan urea dihasilkan
oleh unit utilitas. Jenis jenis dan spesifikasi steam yang dihasilkan oleh unit utilitas
disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Jenis jenis steam yang dihasilkan oleh unit utilitas
Jenis Steam Temperatur (oC) Tekanan(kg/cm2)
a. Katalis
Katalis hanya digunakan pada pabrik amonia, sedangkan pada pabrik urea
tidak membutuhkan katalis dalam prosesnya. Jenis-jenis katalis yang digunakan pada
pabrik amonia disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3. 4 Jenis-Jenis Katalis pada Pabrik Amonia
Nama Katalis Tempat Penggunaan
ZnO Desulfurizer
Fe3O4/Cr2O3 HTSC
Cu/ZnO LTSC
IV.4 Penggunaan Air pada Proses Pembuatan Hidrogen pada Industri Amonia
IV.4.1Sistem Pendingin
Pada sintesis hidrogen, air digunakan untuk mendinginkan produk keluaran
secondary reformer. Proses pendinginan dilakukan dalam 2 tahap:
1. Tahap pertama: gas (produk) keluaran secondary reformer di alirkan menuju heat
exchanger dengan air pendingin berupa boiler feed water (air demin bebas oksigen
agar tidak terjadi scaling dan korosi pada boiler). Air pendingin kemudian menjadi
panas dan digunakan untuk memproduksi steam.
2. Tahap kedua: dari heat exchanger produk dialirkan ke HP steam superheater dengan
media pendingin juga berupa boiler feed water.
Air pendingin kemudian menjadi panas dan digunakan untuk memproduksi
steam. Steam yang dihasilkan dapat digunakan untuk memproduksi listrik (High
Pressure Steam) dan Medium Pressure Steam yang digunakan untuk keperluan lain
dalam pabrik. Selain itu air pendingin digunakan untuk mengambil panas dari gas
hasil bakar (pemasok kalor reaksi sintesis hidrogen yang bersifat endotermis)
sehingga tidak ada panas yang terbuang dan dapat dimanfaatkan kembali.
Selain itu, terdapat pendinginan pada unit High Temperature Shift Converter.
HTSC merupakan unit untuk mengubah CO menjadi CO2. Di dalam HTSC reaksi
yang berlangsung bersifat eksotermis sehingga air pendingin berperan untuk menjaga
suhu tetap. Gas yang keluar dari unit HTSC memiliki temperatur 371 oC didinginkan
hingga 206oC menggunakan boiler feed water di dalam Heat exchanger.
Selanjutnya, pada Low Temperature Shift Converter, temperatur harus dijaga
sekitar 206oC atau temperatur tidak boleh terlalu dekat dengan dew point dari
campuran gas dengan steam. Temperatur dijaga dengan mengambil atau mensuplai
kalor. (temperatur yang tertera merupakan contoh temperatur yang dipakai pada
pabrik Pupuk Sriwidjaja Palembang pabrik P-IB)
IV.4.2 Sistem Pemanas
Reaksi yang terjadi pada unit Primary Reformer membutuhkan panas yang
cukup dan temperatur berkisar antara 800-820oC. Karena temperatur yang dibutuhkan
sangat tinggi, maka media pemanas tidak dapat menggunakan steam ataupun molten
salt. Pemanasan harus menggunakan furnace (pembakaran secara langsung) dengan
gas alam. Steam pada sistem pemanasan berperan secara tidak langsung, yaitu sebagai
sumber energi untuk menghasilkan listrik. Dari HP steam super heater diproduksi
listrik untuk memasok blower yang memompa udara ke burner pada furnace/tempat
pembakaran. Steam diperoleh dari boiler feed water dengan masukan boiler berupa air
jernih bebas anion kation dan oksigen.
IV. 5 Kebutuhan Air Untuk Proses Pembuatan Hidrogen pada Industri Amonia
pH - 6,9 7,6 -
o
Temperatur - 28,5 - 30 C
Setelah dilakukan proses pengolahan air, maka akan didapatkan air bersih atau
air filter yang akan ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
o
Temperatur umpan 29,0 C
pH 6,5 7,0
IV.6 Pengolahan air pada Proses Pembuatan Hidrogen pada Industri Amonia
IV.6.1 Boiler Feed Water
Untuk air berupa boiler feed water, air diperoleh dari air baku yang sudah di
hilangkan kontaminannya dan di demeneralisasi. Unit pengolahannya adalah:
IV.6.1.1 Unit Pengolahan Air (Water Treatment Plant)
Water treatment plant merupakan unit yang berfungsi mengolah air baku agar
dapat digunakan untuk proses operasi pabrik. Pengotor yang ada dalam air baku dapat
berupa:
a. Padatan terlarut (mineral mineral seperti CaCO3, CaSO4, dll)
b. Gas terlarut (CO2, O2)
c. Padatan tak terlarut
d. Pengotor lainnya dalam bentuk turbidity (kekeruhan), warna, tanah, endapan mineral,
minyak, dll.
Berikut merupakan bagan pengolahan air, sumber air baku yang dipilih adalah air
sungai.
kebutuhan sanitasi
Kolom
penukar
kation
Kebutuhan deaerasi
makeup cooling deaerasi
tower
Jumlah bahan kimia yang digunakan bergantung pada jumlah dan kualitas air
sungai yang masuk, yang ditentukan berdasarkan hasil analisa. Air yang masuk ke
clarifier bersama dengan bahan bahan kimia akan melalui proses pencampuran
cepat (rapid mixing) di dalam clarifier agar terjadi interaksi antara pengotor koloidal
dengan alum agar terbentuk flok flok kecil. Air yang telah melalui proses
penjernihan kemudian disaring. Lumpur atau endapan di dalam tangki penjernih
dikeluarkan dan di alirkan ke kolam lumpur secara gravitasi. Kerangan pembuka
digunakan untuk membuang lumpur dari tangki penjernih. Kerangan ini dapat terbuka
secara otomatis sesuai kondisi yang dikehendaki.
2. Penyaringan (Filtration)
Proses penyaringan berfungsi untuk menyaring pengotor tersuspensi yang
masih lolos dari tahap penjernihan. Proses penyaringan dapat dilakukan dengan
menggunakan media pasir atau tangki filter berpasir.
Jika penyaring berpasir telah jenuh maka perlu dilakukan proses regenerasi
dengan cara pencucian balik (backwash). Di mana tekanan pada saat proses backwash
lebih rendah dibandingkan tekanan saat service, hal ini dilakukan untuk melepaskan
kotoran dari permukaan filter. Air hasil pencucian balik (backwash) dari filter yang
ditampung akan dibagi menjadi 2. Bagian pertama berfungsi untuk memisahkan
endapan dari air, kemudian endapan yang terbentuk akan dialirkan menuju kolam
lumpur sedangkan aliran air bersih dialirkan ke bagian kedua. Air ini akan
dikembalikan ke tangki pernjernih melalui pompa.
IV.6.1.2 Unit Penyediaan Air Bebas Mineral (Demin Plant)
Demin plant berfungsi untuk mengolah air terfiltrasi dengan penukar ion untuk
menghilangkan padatan yang terlarut dalam air dan menghasilkan air bebas mineral
sebagai air umpan boiler. Air yang memiliki kandungan mineral dapat memicu
terbentuknya deposit/scale yang dapat merusak alat pada suatu proses. Garam yang
terlarut di dalam air berikatan dalam bentuk ion positif (kation) dan ion negatif
(anion). Ion ion tersebut dihilangkan dengan cara pertukaran ion di dalam alat
penukar ion.
Air filter dari tangki penampungan dipompa menuju filter karbon yang di
dalamnya berisi karbon aktif untuk mengikat zat organik dan penghilangan bau dan
warna. Kemudian air masuk kedalam penukar kation yang diisi dengan resin yang
dirancang untuk menghilangkan/mengikat ion ion logam dari air atau ion ion
positif seperti K+, Ca2+, Mg2+, Fe2+, dan Al3+. Air dialirkan ke penukar anion di mana
anion dalam air bertukar dengan ion OH- dari resin anion. Penukar anion dirancang
untuk menghilangkan ion asam dari air atau ion ion negatif seperti karbonat,
bikarbonat, sulfat, sulfit, nitrat, nitrit, dan silica. Air bebas mineral yang dihasilkan
kemudian disimpan di dalam tangki penyimpanan.
IV.6.2 Air Pendingin
Air pendingin untuk mengambil panas gas hasil bakar diperoleh dari sistem air
pendingin/ cooling water system. Air pendingin adalah suatu media air yang berfungsi
untuk mengambil panas dari suatu proses atau peralatan dengan cara perpindahan
panas. Sistem air pendingin terdiri dari menara pendingin (cooling tower) dan bak
penampung/basin, pompa air pendingin. Sistem air pendingin yang umum digunakan
adalah sistem sirkulasi terbuka. Udara masuk dari sisi bawah menara menuju ke atas
dihisap oleh kipas jenis induced draft sedangkan air mengalir dari sisi atas menuju
basin. Aliran udara ke atas akan mendinginkan air yang turun ke bawah.
Untuk mengolah air pendingin disediakan sistem injeksi bahan kimia untuk
mencegah korosi, mecegah terbentuknya kerak (scale) dan pembentukan lumpur di
peralatan operasi. Kerak dan lumpur akan menghambat atau menurunkan kapasitas
perpindahan panas.
Untuk menjamin operasi sitem air pendingin berjalan dengan optimal, maka
kualitas dan kuantitas dari air pendingin harus dijaga agar sesuai parameter desain.
Kualitas air pendingin ditentukan oleh perlakuan kimiawinya, zat kimia tersebut
diantaranya :
a. Pencegah Korosi
Bahan kimia untuk pencegah korosi merupakan senyawa/ campuran dapat yang
menghambat/mencegah terjadinya oksidasi logam Fe oleh O2 yang dapat
menyebabkan terjadinya korosi.
b. Bio Dispersant
Suatu campuran bahan kimia yang berfungsi sebagai desinfektan (pembunuh bakteri
an-aerob) dan juga mendispersikan lendir/slime yang terbentuk didalam sistem.
c. Pencegah Kerak
Bahan kimia untuk pencegah terbentuknya kerak.
d. Biocide
Suatu campuran bahan kimia yang berfungsi sebagai desinfektan (pembunuh bakteri
an-aerob).
e. Oxidizing Biocide
Berfungsi untuk mengendalikan laju pertumbuhan mikroorganisme (bakteri) di sistem
air pendingin.
Berikut merupakan gambar cooling tower.
Air sirkulasi
Pabrik
cooling
tower
cold water basin
E-65
http://www1.lsbu.ac.uk/water/electrolysis.html
https://sciencing.com/advantages-disadvantages-coal-gasification-8600565.html
https://www.hindawi.com/archive/2013/690627/
https://energy.gov/eere/fuelcells/hydrogen-production-natural-gas-reforming
http://ietd.iipnetwork.org/content/steam-reforming
http://www.aspaja.co.id/water-waste-treatment-plant/
https://www.suezwater.co.uk/cooling-water-systems-chemicals/