Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS JAMBI

BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1 Latar Belakang


Gas alam seperti juga minyak bumi merupakan senyawa hidrokarbon
yang terdiri dari campuran beberapa macam gas hidrokarbon yang mudah
terbakar dan non-hidrokarbon seperti N2, CO2 dan H2S. Gas alam yang
didapat dari dalam sumur dibawah bumi, biasanya bergabung denganminyak
bumi. Gas ini disebut sebagai gas associated. Ada juga sumur yang khusus
menghasilkan gas, sehingga gas yang dihasilkan disebut gas non associated.
Sekali dibawa ke atas permukaan bumi, terhadap gas dilakukan pemisahan
untuk menghilangkan impurities seperti air, gas-gas lain, pasir dan senyawa
lainnya. Beberapa gas hidrokarbon seperti propana (C3H8) dan butan (C4H10)
dipisahkan dan dijual secara terpisah. Setelah diproses, gas alam yang bersih
ditransmisikan ke titik-titik penggunaan melalui jaringan pipa, yang jauhnya
dapat mencapai ribuan kilometer. Gas alam yang dikirim melalui pipa
tersebut merupakan gas alam dalam bentuk yang murni karena hampir
seluruhnya adalah metana (Pertamina,2009).
Kilang PT Pertamina RU II Dumai memiliki area proses Hydrocracing
Complex (HCC) yang terdiri atas 5 unit yaitu Hydrocracker Unibon (HCU) Unit
211 dan 212, Amine and LPG Recovery Unit 410, Hydrogent Plant Unit 701 dan
702, Sour Water Stripper (SWS) Unit 840, Nitrogen Plant Unit 300.
Unit H2-Plant bertujuan untuk menghasilkan gas hidrogen yang akan
diperlukan pada HCU. Umpan dari unit ini yaitu H2 dari unit PL-I dan PL-II,
saturated gas dari gas recovery, natural gas, dan LPG. Tahapan untuk
memproses gas umpan menjadi H2 yaitu, desulfurisasi yang bertujuan untuk
menghilangkan sulfur yang ada pada umpan, steam reforming merupakan
reaksi yang bertujuan untuk memproduksi gas H2, shift conversion
merupakan reaksi yang bertujuan untuk mengubah CO menjadi CO2 dengan
bantuan steam, Benfield system pada CO2 removal ini bertujuan untuk
menghilangkan CO2 yang berada dalam effluent, dan methanator yang
memiliki tujuan untuk merubah sisa-sisa karbon monoksida dan karbon

66
67

UNIVERSITAS JAMBI

dioksida yang tidak terserap oleh sistem benfield menjadi methane sehingga
diharapkan kandungan CO dan CO2 dalam gas tidak lebih dari batasan yang
ditentukan.
Dalam Unit H2-Plant terdapat bagian proses desulfurisasi dengan
menggunakan dua vessel yang memiliki fungsi untuk mengabsorb H2S yang
terkandung di feed sehingga dengan terabsorbnya sulfur tersebut akan
mengurangi dampak dari korosi dan berkurangnya efisiensi produk yang
akan dihasilkan. Maka dari itu untuk mengetahui tingkat kejenuhan dan
efisiensi dari desulfurisasi dilakukan penghitungan total sulfur yang diabsorb
oleh vessel 702 6-A karena indikasi sulfur breakthrough.

4.2 Rumusan Masalah


Adanya indikasi terjadinya sulfur breakthrough pada vessel 702-6A
sehinggga diperlukan penghitungan total sulfur yang terabsorb untuk
mengetahui efisiensi penyerapan sulfur di dalam vessel.

4.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pengerjaan tugas khusus ini yaitu :
1. Untuk mengetahui total penyerapan sulfur dalam vessel 702-6A.
2. Menghindari potensi terjadinya sulfur breakthrough dalam vessel
702-6A.
3. Mengetahui sisa umur katalis.

4.4 Manfaat
Dapat menganalisis perhitungan sulfur pick-up di dalam vessel 702-6A
PT. Pertamina RU II Dumai serta dapat menghindari potensi sulfur
breakthrough yang akan terjadi.

4.5 Tinjauan Pustaka


4.5.1 Sistem H2-Plant
Pengolahan hidrogen di dalam pabrik minyak PT. Pertamina (Persero)
RU II Dumai menggunakan H2-Plant 701 dan 702. Unit ini bertujuan
68

UNIVERSITAS JAMBI

untuk menghasilkan gas hidrogen yang diperlukan pada unit HCU.


Umpan yang diolah berasal dari :
1. H2 rich gas dari Platformer (70-80% H2 dan sedikit methane).
2. Saturated gases dari recovery (30-50% H2 dan sedikit methane
dan ethane).
3. LPG (propane dan butane).
Kapasitas unit ini yaitu sebesar 43.914 Nm3/hr setiap satu train per
hari. Gas hidrogen merupakan produk utama yang dihasilkan oleh unit
H2-Plant ini.
Tahapan yang terjadi di Hydrogen plant adalah desulfurisasi, steam
reforming, shift convention, absorbsi CO2 dan metanasi. (Pertamina,
1984)
A. Desulfurisasi
Umpan hydrocarbon harus didesulfurisasi untuk melindungi
katalis yang digunakan di HPU. Jenis proses desulfurisasi tergantung
jenis umpan dan tipe komponen sulfur dalam umpan. Hydrogen sulfide
dan komponen sulfur reaktif dalam umpan dapat dihilangkan baik
dengan cara absorbsi dengan menggunakan activated carbon atau
dengan cara absorbsi dengan menggunakan hot zinc oxide.
Komponen-komponen sulfur nonreaktif dalam umpan dapat
dihilangkan dengan hydrogenation menjadi hydrogen sulfide dan
kemudian diabsorbsi dengan menggunakan hot zinc oxide. Selain hot
zinc oxide, biasanya desulphurizer juga dilengkapi dengan chloride
guard untuk melindungi katalis steam reformer dari chloride. Chloride
sangat mungkin terkandung dalam umpan H2-Plant mengingat umpan
H2-Plant berasal biasanya berasal dari unit catalytic reforming yang
menggunakan chloride untuk mengatur aktivitas katalis catalytic
reforming. Jika umpan hydrogen plant berasal dari natural gas, maka
chloride guard tidak diperlukan.
”Katalis” zinc oxide dalam unit desulfurizer sebenarnya tidak
berfungsi sebagai katalis, namun lebih tepatnya zinc oxide adalah
absorbent, yang menyerap senyawa sulfur hingga jenuh. Biasanya
69

UNIVERSITAS JAMBI

absorbent zinc oxide dapat menyerap senyawa sulfide hingga 25%


berat total absorbent zinc oxide.
Untuk yang menggunakan chloride guard, biasanya desulfurizer
terdiri dari 2 bed catalyst, yaitu bed pertama untuk chloride guard dan
bed kedua untuk zinc oxide. Untuk kemudahan operasi, biasanya
terdapat 2 unit desulfurizer yang beroperasi secara lead-leg atau
secara seri. Keuntungan operasi secara lead-leg adalah jika terjadi
breakthrough senyawa sulfur dari unit desulfurizer ”lead”, maka
masih dapat diabsorbsi di unit desulfurizer ”leg”, sehingga senyawa
sulfur tetap tidak meracuni katalis steam reformer. Jika sudah terjadi
breakthrough senyawa sulfur pada unit desulfurizer ”lead”, maka unit
desulfurizer ”lead” dapat di-by pass untuk dilakukan penggantian
absorbent zinc oxide tanpa menghentikan operasi H2-Plant karena
unit desulfurizer ”leg” dapat tetap dioperasikan. Setelah selesai
penggantian absorbent zinc oxide tersebut maka unit desulfurizer
”lead” tersebut kemudian dioperasikan sebagai unit desulfurizer ”leg”.
Saat proses desulfurisasi, zinc oxide diubah menjadi zinc sulfide.
ZnO + H2S ZnS + H2O
Absorbent zinc oxide dapat digunakan pada temperatur ambient
hingga 454 , namun operasi paling efektif adalah pada temperature
diatas 340 . Absorbent zinc oxide dapat digunakan pada tekanan
atmospheric hingga tekanan lebih dari 50 kg/cm2. Space velocity
disain biasanya antara 200 s/d 2000 jam-1. (PT Pertamina RU II
Dumai)
B. Steam Reforming (SR)
Kilang minyak bumi juga merupakan konsumen gas yang besar.
Konsumsi hidrogen oleh kilang minyak bumi telah meningkat baru-
baru ini karena program bahan bakar bersih, yang memerlukan
penyulingan untuk menghasilkan bensin belerang rendah dan bahan
bakar diesel ultralow-sulfur. Pengelolaan hidrogen merupakan
perhatian penting bagi penyuling karena berbagai proses memerlukan
tingkat tekanan dan kemurnian hidrogen yang berbeda.
70

UNIVERSITAS JAMBI

Steam reforming merupakan reaksi yang bertujuan untuk


memproduksi gas H2. Umpan berupa metana (CH4) dan steam,
sedangkan produknya berupa H2 dan CO. Kandungan H2 pada unit ini
masih berkisar 80% sehingga belum dapat digunakan, sedangkan
kadar CO masih tinggi sehingga perlu dihilangkan di unit shift
converter. Berikut adalah reaksi steam reforming dengan temperatur
operasi 538oC-846oC.
CH4 + H2O CO + H2
Proses penggunaan hidrogen yang membutuhkan tekanan tinggi
dan kemurnian tinggi, termasuk hydrocracking, menggunakan
hidrogen di atas tingkat 100 kg/cm2 (1.500 psig). Ketika sistem gas
daur ulang digunakan, tekanan yang lebih tinggi diperlukan untuk
mempertahankan tekanan parsial hidrogen pada tingkat yang
diinginkan karena konsentrasi metana dalam umpan hidrogen ke
hydrocracker meningkat. Tekanan parsial hidrogen yang kuat
mendorong reaksi yang diinginkan tanpa menghasilkan kokas yang
tidak diinginkan.
Penggunaan hidrogen lainnya, seperti yang terlibat dalam
hydrotreating yang lebih ringan, dapat menggunakan hidrogen dengan
kemurnian rendah pada tekanan rendah (600 psig atau lebih rendah).
Salah satu pendekatan yang masuk akal adalah memulihkan hidrogen
dari pengguna yang membutuhkan tekanan lebih tinggi dan
menggunakannya kembali pada tingkat tekanan yang lebih rendah.
Hidrogen penyulingan berasal dari dua sumber reformasi katalis
dari gas hasil sampingan dari dehidrogenasi naphthan menjadi
aromatik dan campuran-campuran bensin beroktan tinggi, dan juga
pembuatan langsung hidrogen. Sebagian besar produksi hidrogen
langsung di kilang minyak bumi masih dilakukan melalui reformasi
steam-methane atau reformasi nafta-nafta. Oksidasi sebagian dari
hidrokarbon berat juga digunakan sampai batas tertentu.
Pada reaksi steam metana reforming (SMR) secara keseluruhan,
metana bereaksi dengan uap pada suhu tinggi dan tekanan moderat
71

UNIVERSITAS JAMBI

dalam tabung yang mengandung katalis untuk menghasilkan gas


sintesis, campuran hidrogen, karbon monoksida dan beberapa karbon
dioksida.
Reaksi untuk dua mekanisme SMR simultan ditunjukkan sebagai
persamaan (1) dan (2). Keduanya endotermik, seperti yang
ditunjukkan oleh panas reaksi positif. Reaksi membutuhkan
perpindahan panas untuk mempertahankan suhu yang
menguntungkan reaksi ekuilibrium.
CH4 + H2O (g) 755-1,089 K 3H2 + CO = 206 MJ (1)
CH4 + 2H2O (g) 755-1,089 K 4H2 + CO2 = 165 MJ (2)
Seiring berat molekul bahan baku meningkat, seperti ketika
hidrokarbon yang lebih berat (etana, propana atau butana)
dimasukkan ke dalam umpan, reaksi ditunjukkan oleh Persamaan (3)
dan (4), dengan persyaratan panas yang sesuai.
(CH2)n + nH2O (g) 755-1,089 K 2nH2 + nCO = 114 MJ (3)
(CH2)n + 2nH2O (g) 755-1,089 K 3nH2 + nCO2 = 73 MJ (4)
Gas produk dari steam reforming methane dan naphtha
mengandung jumlah ekuilibrium dari hidrogen, karbon dioksida,
karbon monoksida dan kelebihan steam. Komposisi efluen yang
dihitung dari pembaharu selalu perlu diperiksa terhadap persamaan
konstan ekuilibrium untuk memastikan bahwa simulasi sesuai dengan
nilai yang diketahui.
Kelebihan uap di atas persyaratan teoritis dipertahankan untuk
mencegah katalis pembentuk dari kokas. Suhu yang keluar dari tabung
tungku pembaharu biasanya sekitar 760 (1.400 ), tingkat yang
menyediakan produksi hidrogen maksimum dalam batasan suhu
metalurgi tabung reformator.
C. Shift Conversion
Shift conversion merupakan reaksi untuk mengubah CO menjadi
CO2 dengan bantuan steam. Karbon monoksida pada reformer tidak
akan terabsorb pada absorbersistem dan karbon monoksida ini harus
dikonversi menjadi karbon dioksida pada shift converter. Shift
72

UNIVERSITAS JAMBI

conversion melibatkan dua reaktor, yaitu HTSC (High Temperatur Shift


Converter) dan LTSC (Low Temperatur Shift Converter). Pada HTSC
dioperasikan pada suhu tinggi yaitu 357-414 . Suhu tinggi
diperlukan untuk menghasilkan produk yang banyak. Katalis yang
digunakan pada HTSC yaitu Fe dan Cr.
CO + H2O CO2 + H2
High temperatur shift converter (HTSC) biasanya beroperasi pada
temperatur antara 330 s/d 510 dengan tekanan operasi hingga
50 kg/cm2g. Normal wet gas space velocity berkisar antara 1000 s/d
5000 volume gas pada STP per jam per volume katalis. Katalis high
temperature shift converter tersusun dari Fe2O3(sekitar 85% wt),
Cr2O3(7-10%wt), dan balance Al2O3. Kandungan CO inlet HTSC sekitar
12% mol (dry), sedangkan kandungan CO outlet HTSC sekitar 3% mol
(dry).
Low temperatur shift converter (LTSC) biasanya beroperasi pada
temperatur antara 190 s/d 250 dengan tekanan operasi hingga 50
kg/cm2g. Normal wet gas space velocity berkisar antara 2000 s/d 5000
volume gas pada STP per jam per volume katalis. Katalis low
temperature shift converter tersusun dari CuO (31-34% wt), ZnO (48-
53% wt), dan Al2O3 (balance). Kandungan CO inlet LTSC sekitar 3%
mol (dry), sedangkan kandungan CO outlet HTSC sekitar 0,3% mol
(dry).
D. Benfield System
Pada CO2 removal ini bertujuan untuk menghilangkan CO2 yang
berada dalam effluent. CO2 harus dihilangkan karena merupakan gas
yang berbahaya karena dapat menyebabkan pemanasan global. Gas
yang akan diserap CO2 nya dimasukkan ke dalam kolom absorber yang
kemudian akan diserap menggunakan larutan benfield.
E. Methanator
Adapun tujuan dari methanasi ini adalah untuk merubah sisa-sisa
karbon monoksida dan karbon dioksida yang tidak terserap oleh
73

UNIVERSITAS JAMBI

sistem benfield menjadi methane sehingga diharapkan kandungan CO


dan CO2 dalam gas tidak lebih dari batasan yang ditentukan. Reaksi
yang terjadi pada proses methanasi adalah sebagai berikut :
CO + H2 CH4 + H2O
CO2 + H2 CH4 + H2O
Reaksi diatas adalah reksi eksotermis. Bila kandungan CO dan CO2
yang terdapat dalam gas melebihi dari ketentuan desainnya, maka
akan terjadi kenaikan temperatur yang sulit dikendalikan yang
dikenal sebagai temperatur runaway. Keadaan tersebut tidak
diinginkan sebab akan merusak katalis yang dipakai di dalam
methanator. Untuk menghindari hal tersebut di methanator di pasang
by pass yang juga dilengkapi dengan high temperature alarm 701/702
TIAH-121 dan by pass controller 701/702 HCV-129.

4.5.2 Prinsip Pemindahan Sulfur


Sulfur dan merkuri adalah kotoran khas pada stok pakan gas alam
yang merupakan racun untuk katalis. Klorida dan belerang termasuk
sebagai racun khas yang terkandung di dalam feed gas kilang.
a) Umumnya, bahan baku gas alam mengandung sulfur organik dan
anorganik.
b) CoMo atau NiMo digunakan untuk mengubah belerang organik
menjadi sulfur anorganik di bawah reaksi khas sebagai berikut:
RSH + H2 RH + H2S
COS + H2S CO + H2S
c) Reaksi di atas efektif pada suhu di atas 300 namun tidak melebihi
400 dengan hidrogen berlebih:
1) inlet 2% jika >17,5 kg/cm2
2) 5 psia (tekanan parsial H2) jika <17,5 kg/cm2
3) 0,5 -2% efluen (gas alam)
4) efluen 3 -5% (LPG)
5) 15 -20% efluen (naphtha)
74

UNIVERSITAS JAMBI

d) Dalam belerang organik yang teradsorpsi oleh adsorben ZnO pada


suhu berkisar antara tidak sampai melebihi 400 , reaksinya sebagai
berikut:
H2S + ZnO ZnS + H2O
A. Perencanaan Sistem
1) Perencanaan Sistem Pertama

Gambar 4.1 HDS terbelah dengan single bed ZnO


Karakteristik Desain:
a. single vessel = biaya terendah tapi paling tidak fleksibel.
b. Plant harus dimatikan untuk perubahan

Gambar 4.2 HDS terbelah dengan ZnO dua bed secara seri
Karakteristik Desain:
a) 2 vessel seri = pick-up sulfur maksimum dengan vessel
tambahan ZnO dan pipa untuk memungkinkan operasi
lead/lag.
b) Biaya lebih tinggi
2) Perencanaan Sistem Kedua
75

UNIVERSITAS JAMBI

Gambar 4.3 HDS diikuti oleh dua bed ZnO secara paralel
Karakteristik Desain:
a. Vessel tunggal untuk HDS = tidak perlu "throw-out” HDS
dengan menghabiskan ZnO
b. 2 ZnO beds secara seri = pick-up belerang maksimum
c. Vessel tambahan dan pipa untuk memungkinkan lead/lag
d. Biaya tertinggi namun fleksibilitas maksimum

4.6 Hasil dan Pembahasan


4.6.1 Hasil
Tabel 4.1 Data Sulfur Pick-Up pada vessel 702 6-A

Feed Sulfur Pickup


Outlet Outlet Posisi Sulfur
Date Rate Feed Accumulat
V-6A V-6B V-6A Daily Kg/d
702 ive
10/1/
5
2014 8917.51 0 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/2/
5
2014 8986.5 0 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/3/
5
2014 9193.45 0 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/4/
2
2014 9311.12 0 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/5/
1
2014 8999.96 0 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/6/ 9285.87 2 0 0 Lag 0.0000 0.0000 0
76

UNIVERSITAS JAMBI

2014
10/7/
5
2014 9335.23 1 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/8/
5
2014 9802.66 0 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/9/ 10270.5
5
2014 5 1 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/10
5
/2014 9987.54 1 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/11 10491.1
5
/2014 4 1 0 Lag 0.0000 0.0000 0
10/12 10514.2
5
/2014 3 1 0 Lag 0.0000 0.0000 0
6/20/
16
2017 9727.78 12 0 Lead 4.0000 6289.0000 1.417477
1918.703

as
Sulfur
Sulfur Pick %S Pick % Sulfur Life Time, Lea Average
Unit Pick Up
Up Dsg,Kg Up Dsg Pick Up Bulan d,
Acc,Kg
day
702 V- 2.540936
6A 2435 1918.7030 26 20.49 6.773056 751

Keterangan :
Feed Rate : Volume laju gas yang masuk sebagai feed (Nm3/hr)
Outlet 6A : Konsentrasi sulfur setelah melalu vessel 6A (ppm)
Outlet 6B : Konsentrasi sulfur setelah melalui vessel 6B (ppm)
Sulfur Kg/day : Jumlah sulfur yang terserap (Kg/day)
Accumulative : Akumulasi sulfur pick-up yang terserap Kg
Average : Rata-rata sulfur pick-up yang terserap (Kg/day)
77

UNIVERSITAS JAMBI

4.6.2 Pembahasan
Gas alam dialirkan ke dalam desulfurizer untuk mengurangi ataupun
menghilangkan kandungan H2S yang terkandung didalamnya. Pentingnya
menghilangkan H2S ini yaitu untuk mencegah dampak buruk yang akan
dihasilkan karena reaksi H2S.
Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan
senyawa sulfur dari minyak bumi. Sulfur dalam kandungan feed sangat perlu
dihilangkan supaya tidak merusak kerja dari katalis karena bersifat racun
untuk katalis. Katalis yang digunakan yaitu alumina termodifikasi yang
terdapat di bagian atas yang berfungsi menghilangkan klorida, dan katalis
zinc oksida pada bagian bawah untuk menghilangkan sulfur. Desulfurizer
terdiri dari 2 vessel dan dapat dioperasikan secara seri maupun parallel.
Dengan adanya desulfurizer maka akan menyerap H2S yang masuk,
desulfurizer yang digunakan yaitu 6A dan 6B dimana dalam penyaluran feed
masuk dapat dibedakan menjadi dua posisi aliran masuk dan keluar atau
disebut dengan lead/lag.
Pada posisi lead yaitu dimana feed masuk akan dialirkan pertama ke
vessel 6A, dalam vessel 6A akan diabsorb kandungan sulfur nya yang
kemudian selanjutnya dialirkan ke vessel 6B. Berbeda dengan posisi lag yaitu
feed masuk pada vessel 6B dan kemudian dialirkan ke vessel 6A.
Penggunaan dua vessel ini memungkinkan untuk menyerap sulfur jauh
lebih baik dan memiliki efisiensi yang tinggi, hanya saja dalam prakteknya
terkadang masih ada sulfur yang masih bisa lewat dan tidak terserap di
vessel.
Hal ini dapat disebabkan oleh pergantian posisi dari posisi lag ke lead
yang mungkin dalam valve nya terdapat sisa sulfur sehingga terikut dalam
produk yang seharusnya bersih dari sulfur. Tingkat kejenuhan juga sangat
mempengaruhi efisiensi dari vessel dalam penyerapan sulfur, sehingga
perlunya pergantian absorber dalam vessel.
Dalam hal ini terdapat inidikasi sulfur breakthrough sehingga perlunya
menghitung total sulfur yang terabsorb di dalam vessel untuk mencegah agar
78

UNIVERSITAS JAMBI

sulfur tidak lagi mengalami breakthrough. Setelah dilakukan penghitungan


total sulfur yang terabsorbsi maka didapat beberapa hasil yaitu akumulasi
sulfur pick-up yang didapat sebesar 1918.703 kg lebih kecil dari desain yang
ditentukan yaitu 2435 atau 26 % dari total perkiraan sulfur yang mengalami
breakthrough. Dan rata-rata sulfur pick-up per hari yaitu sebesar 2.540936
kg. Dari hasil tersebut maka dapat ditentukan bahwa sulfur yang terabsorb
dalam seharinya berkisar 20.49 % atau setara dengan 1918.703 kg yang
telah terakumulasi. Dan life time katalis yaitu 6.773056 bulan.

4.7 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas sebelumnya maka dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1) Dari data yang didapat mengenai penyerapan sulfur dalam unit
desulfurizer dengan proses absorbsi di vessel maka didapat total
penyerapan sulfur sebesar 1918.7030 kg
2) Untuk mengatasi masalah sulfur breakthrough maka dioperasikan
sistem lead dan lag. Cara kerjanya yaitu, jika terjadi sulfur
breaktrhough dari unit desulfurizer posisi “lead”, maka masih dapat
diabsorbsi di unit desulfurizer “leg”, sehingga senyawa sulfur tetap
tidak meracuni katalis steam reformer. Jika sudah terjadi breakthrough
senyawa sulfur pada unit desulfurizer ”lead”, maka unit desulfurizer
“lead” dapat di-bypass untuk dilakukan penggantian absorbent zinc
oxide tanpa menghentikan operasi H2-Plant karena unit desulfurizer
“leg” dapat tetap dioperasikan.
3) Dari selisih sulfur pick-up yang terserap dengan desain awal maka
dapat ditentukan umur katalisnya. Umur katalis dari data 2014
sampai 2017 didapat sisa umur katalis 6.773056 bulan sehingga perlu
adanya penggantian katalis dalam vessel dalam jangka waktu
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai