Disusun Oleh:
Nama
Dhian Nugraha
Muhammad Ryanza
Muhammad Iqbal
Arizka Auliza
Syafrini Rahmayani
Kelas
MIGAS 1A
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya.Kami dapat menyusun Makalah Sulfur Recovery Unit, shalawat beserta salam
kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita kepada
kahidupan berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu saran
dan kritik demi menyempurnakan Makalah ini sangat kami harapkan.
Mudah-mudahan Makalah ini dapat memperoleh Ridha dan Rahmat dari Allah
SWT.Akhirnya, Kami menyadari bahwa Makalah ini memiliki kekurangan.Oleh karena
itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca, khususnya
Dosen Pembimbing.Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar........i
Daftar Isi........ii
1
BAB I. PENDAHULUAN....1
BAB II. PEMBAHASAN....................2
Kesimpulan
Daftar Pustaka.....8
BAB I
PENDAHULUAN
Hydrogen sulfida (H2S) adalah gas beracun yang sangat
membahayakan.Dalam
waktu
singkat
gas
H2S
dapat
melumpuhkan sistem pernafasan dan dapat mematikan seseorang
yang menghirupnya.Pada konsentrasi rendah gas H2S memiliki bau
seperti telur busuk, namun pada konsentrasi tinggi bau telur busuk
tidak tercium lagi karena secara cepat gas H2S melumpuhkan
sistem syaraf dan mematikan indera penciuman.
Gas H2S sudah dikenal lama dalam industri perminyakan dan
gas alam sejak dilakukan pengeboran dengan menggunakan
menara kayu. Pada tahun 1814 sebuah lubang yang sedang digali
di Cumberland, Kuntacky untuk mendapatkan air ternyata lubang
tersebut menyemburkan minyak dan gas yang tidak dikenal pada
waktu itu dan kemudian diketahui sebagai gas H2S.
Di lubang sumur yang sedang digali tersebut terdapat tiga
orang yang meninggal karena menghirup gas H2S. Sejak tahun
1950 perkembangan industri perminyakan meningkat dengan
sangat drastis yang akibatnya problema terhadap bahaya gas H2S
menjadi meningkat pula. Pada saat itu semua industri minyak
menyadari betapa pentingya tugas untuk mengebor, memproduksi
dan menjual minyak yang berasal dari formasi yang mengandung
gas H2S.
Dalam
perkembangannya
meskipun
kegiatan
operasi
pengeboran untuk mendapatkan minyak bumi dan gas alam
(migas) telah menggunakan teknologi tinggi namun tetap harus
dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kewaspadaan karena
adanya potensi risiko bahaya yang dapat mencelakakan jiwa
manusia. Salah satu sumber risiko bahaya dari operasi pengeboran
minyak bumi dan gas alam adalah gas H2S.
Beberapa tempat yang potensial mengeluarkan gas H2S selain
lingkungan pengeboran sumur migas adalah laboratorium
komersial, tambang bawah tanah, pabrik penyulingan gas, pabrik
petrokimia, pabrik pengolahan sulfur dan lain sebagainya. Pada
kegiatan penyulingan gas, H2S diubah menjadi Sulfuric Acid atau
Sulfur berkualitas tinggi, atau dihilangkan dengan membakarnya
melalui nyala api. Sulfur dioksida (SO2) akan terbentuk ketika
terjadinya pembakaran H2S.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang
SRU plant merupakan proses claus yang mampu mengkonversikan H2S di
dalam gas asam menjadi elemen sulfur dengan suatu reaksi oksidasi di dapur reaksi
dan bantuan reaktor berkatalis. Sulfur cair (molten) didapat dengan
mengondensasikan hingga titik embun pada temperature 120-180oC dan ditampung
di sulfur pit Z-2801. Sulfur cair ini dikirim ke pelletizing unit (Unit 59) untuk diolah
menjadi butiran-butiran sulfur sebagai produk yang mempunyai nilai ekonomis
sebanyak 300 mt/hari. Sulfur plant ini mampu mengonversikan hingga 98% gas
asam. H2S yang tersisa sekitar 0.7% diserap kembali di tail gas unit dan di recycle
kembali ke SRU unit. Sekitar 400 ppm H2S yang tidak bisa diserap di tail gas unit
dikirim ke thermal oxidizer untuk dioksidasi menjadi SO2 kemudian dibuang ke
atmosfir, yang ditunjukkan sebagai emisi sekitar 500 ppm. Agar feed gas dapat
ditingkatkan dari offshore, maka eksesnya gas asam ke SRU unit juga bertambah,
maka dibutuhkan oxygen plant untuk mendapatkan O2 murni sebagai media
pembakaran di dapur reaksi.
Manfaat dari SRU plant dapat menciptakan industri yang berwawasan lingkungan
sehingga PT. Arun NGL Co. bisa melanjutkan usahanya untuk mengolah gas alam
yang mengandung H2S tinggi untuk menambah produksi NGL disamping produk
butiran-butiran sulfur yang mempunyai nilai ekonomis.
Tabel Komposisi sour gas dan treated gas
Komponen (% mol)
C6+
N2
C1
CO2
Treated Gas
Ke LNG Train
0,051
1,128
69,304
25,316
C2
H2S
C3
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
TOTAL
HHV
2.2 Tugas Unit 28
2,491
1,455
0,629
0,150
0,153
0,052
0,033
100,00
100,00 BTU / SCF
2,780
0,0423
0,679
0,162
0,166
0,057
0,03
99,700
783,1 BTU / SCF
Mengubah H2S yang terdapat dalam acid gas menjadi sulfur cair (molten).
Mengirim sulfur molten ke unit pelletizing.
Mengirim sisa element sulfur ke tail gas unit.
Memproduksi steam tekanan tinggi 42 kg/cm2.
SRU mampu mengkonversi H2S menjadi sulfur cair mencapai 98 %.
H2S inlet SRU
24.673%
Proses sulfur recovery disebut juga proses claus yang ditemukan oleh Carel
Fredik Claus, seorang ahli kimia berkebangsaan inggris dan dipatenkan pada tahun
1883. Sekitar tahun 1930 dilakukan penambahan dapur reaksi.
SRU berfungsi untuk mengubah H2S dalam aliran acid gas dari treating unit
menjadi sulfur dengan pembakaran gas buangan dengan memakai proses claus.
Proses yang didasari reaksi katalitik dengan menggunakan katalis titanium dioksida
dan aktif alumina. Reaksi ini terdiri dari satu reaction furnace dan tiga converter
serta fasilitas lainnya. Uraian garis besar SRU adalah:
1. Acid gas dari treating unit dengan CO2 72% dan H2S 24% bersama
dengan gas yang direcycle dari tail gas unit dimasukkan ke dalam
reaction furnace. Didalamnya juga dimasukkan udara untuk menyediakan
O2 yang dibutuhkan. Didalam reaction furnace, konversi H2S menjadi
sulfur sekitar 40%.
2. Gas yang keluar dari reaction furnace dan mengandung sulfur pada fasa
gas didinginkan di sulfur condenser I lalu menjadi sulfur cair (molten)
dan dikirim ke sufur pit. Sisa gas yang tidak terkonversi dipanaskan lagi
di inlet heater dan kemudian masuk ke reactor I. Disini konversi terjadi
dengan bantuan katalis titanium dioksida dan active alumina. Konversi
yang didapat mencapai 35%.
3. Gas yang keluar dari reactor I mengandung sulfur dalam fasa gas dan di
dinginkan di sulfur condenser II dan dikirim ke sulfur pit. Sisa gas tidak
3
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Hydrogen sulfida (H2S) adalah gas beracun yang sangat
membahayakan.Dalam waktu singkat gas H2S dapat melumpuhkan sistem
pernafasan dan dapat mematikan seseorang yang menghirupnya.Pada konsentrasi
rendah gas H2S memiliki bau seperti telur busuk, namun pada konsentrasi tinggi bau
telur busuk tidak tercium lagi karena secara cepat gas H2S melumpuhkan sistem
syaraf dan mematikan indera penciuman.
7
Saat pengolahan, H2S itu tidak diinginkan, kita harus menghilangkan H 2S,
tapi bukan berarti kita harus membuang atau membakarnya juga, karena H 2S itu jika
di buat sebuah produk dapat memiliki nilai jual yang tinggi juga, disinilah
perusahaan membangun unit yang bernama unit SRU(sulfur recovery unit) yaitu unit
yang mampu mengkonversikan H2S di dalam gas asam menjadi elemen sulfur
dengan suatu reaksi oksidasi di dapur reaksi dan bantuan reaktor berkatalis. Sulfur
plant ini mampu mengonversikan hingga 98% gas asam.
Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/131960334
http://en.wikipedia.org/wiki/Claus_process
http://www.worleyparsons.com/CSG/Hydrocarbons/SpecialtyCap
abilities/Documents/Sulfur_Recovery_Unit_Expansion_Case_Stu
dies.pdf
8