Anda di halaman 1dari 12

Sulfur Recovery Unit

Disusun Oleh:
Nama

Dhian Nugraha
Muhammad Ryanza
Muhammad Iqbal
Arizka Auliza
Syafrini Rahmayani

Kelas

MIGAS 1A

Dosen Pembimbing

Reza Fauzan, ST., M.Sc.

PROGRAM STUDI PENGOLAHAN MINYAK DAN GAS


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya.Kami dapat menyusun Makalah Sulfur Recovery Unit, shalawat beserta salam
kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita kepada
kahidupan berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu saran
dan kritik demi menyempurnakan Makalah ini sangat kami harapkan.
Mudah-mudahan Makalah ini dapat memperoleh Ridha dan Rahmat dari Allah
SWT.Akhirnya, Kami menyadari bahwa Makalah ini memiliki kekurangan.Oleh karena
itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca, khususnya
Dosen Pembimbing.Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT.

Lhokseumawe, Desember 2014

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar........i
Daftar Isi........ii
1

BAB I. PENDAHULUAN....1
BAB II. PEMBAHASAN....................2

2.1 Latar Belakang

2.2 Tugas Unit 28

2.3 Bahaya H2S Terhadap Kesehatan

2.4 Pengaruh H2S Terhadap Peralatan

2.5 Pendeteksi Gas H2S

BAB III. PENUTUPAN........................................................................................7

Kesimpulan

Daftar Pustaka.....8

BAB I
PENDAHULUAN
Hydrogen sulfida (H2S) adalah gas beracun yang sangat
membahayakan.Dalam
waktu
singkat
gas
H2S
dapat
melumpuhkan sistem pernafasan dan dapat mematikan seseorang
yang menghirupnya.Pada konsentrasi rendah gas H2S memiliki bau
seperti telur busuk, namun pada konsentrasi tinggi bau telur busuk
tidak tercium lagi karena secara cepat gas H2S melumpuhkan
sistem syaraf dan mematikan indera penciuman.
Gas H2S sudah dikenal lama dalam industri perminyakan dan
gas alam sejak dilakukan pengeboran dengan menggunakan
menara kayu. Pada tahun 1814 sebuah lubang yang sedang digali
di Cumberland, Kuntacky untuk mendapatkan air ternyata lubang
tersebut menyemburkan minyak dan gas yang tidak dikenal pada
waktu itu dan kemudian diketahui sebagai gas H2S.
Di lubang sumur yang sedang digali tersebut terdapat tiga
orang yang meninggal karena menghirup gas H2S. Sejak tahun
1950 perkembangan industri perminyakan meningkat dengan
sangat drastis yang akibatnya problema terhadap bahaya gas H2S
menjadi meningkat pula. Pada saat itu semua industri minyak
menyadari betapa pentingya tugas untuk mengebor, memproduksi
dan menjual minyak yang berasal dari formasi yang mengandung
gas H2S.
Dalam
perkembangannya
meskipun
kegiatan
operasi
pengeboran untuk mendapatkan minyak bumi dan gas alam
(migas) telah menggunakan teknologi tinggi namun tetap harus
dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kewaspadaan karena
adanya potensi risiko bahaya yang dapat mencelakakan jiwa
manusia. Salah satu sumber risiko bahaya dari operasi pengeboran
minyak bumi dan gas alam adalah gas H2S.
Beberapa tempat yang potensial mengeluarkan gas H2S selain
lingkungan pengeboran sumur migas adalah laboratorium
komersial, tambang bawah tanah, pabrik penyulingan gas, pabrik
petrokimia, pabrik pengolahan sulfur dan lain sebagainya. Pada
kegiatan penyulingan gas, H2S diubah menjadi Sulfuric Acid atau
Sulfur berkualitas tinggi, atau dihilangkan dengan membakarnya
melalui nyala api. Sulfur dioksida (SO2) akan terbentuk ketika
terjadinya pembakaran H2S.

Gas SO2 walaupun tidak berwarna tetapi dapat diketahui lewat


bau khasnya yang tajam.Gas SO2 sangat gatal dan pada
konsentrasi 3-5 ppm dapat terdeteksi oleh orang normal. Pada
kondisi meteorogikal tertentu dan volume besar SO2 dapat lebih
berbahaya
daripada
H2S.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang
SRU plant merupakan proses claus yang mampu mengkonversikan H2S di
dalam gas asam menjadi elemen sulfur dengan suatu reaksi oksidasi di dapur reaksi
dan bantuan reaktor berkatalis. Sulfur cair (molten) didapat dengan
mengondensasikan hingga titik embun pada temperature 120-180oC dan ditampung
di sulfur pit Z-2801. Sulfur cair ini dikirim ke pelletizing unit (Unit 59) untuk diolah
menjadi butiran-butiran sulfur sebagai produk yang mempunyai nilai ekonomis
sebanyak 300 mt/hari. Sulfur plant ini mampu mengonversikan hingga 98% gas
asam. H2S yang tersisa sekitar 0.7% diserap kembali di tail gas unit dan di recycle
kembali ke SRU unit. Sekitar 400 ppm H2S yang tidak bisa diserap di tail gas unit
dikirim ke thermal oxidizer untuk dioksidasi menjadi SO2 kemudian dibuang ke
atmosfir, yang ditunjukkan sebagai emisi sekitar 500 ppm. Agar feed gas dapat
ditingkatkan dari offshore, maka eksesnya gas asam ke SRU unit juga bertambah,
maka dibutuhkan oxygen plant untuk mendapatkan O2 murni sebagai media
pembakaran di dapur reaksi.
Manfaat dari SRU plant dapat menciptakan industri yang berwawasan lingkungan
sehingga PT. Arun NGL Co. bisa melanjutkan usahanya untuk mengolah gas alam
yang mengandung H2S tinggi untuk menambah produksi NGL disamping produk
butiran-butiran sulfur yang mempunyai nilai ekonomis.
Tabel Komposisi sour gas dan treated gas
Komponen (% mol)
C6+
N2
C1
CO2

Sour Feed Gas


Ke Kilang NSO Plant
0,102
0,98
60,503
33,448
2

Treated Gas
Ke LNG Train
0,051
1,128
69,304
25,316

C2
H2S
C3
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
TOTAL
HHV
2.2 Tugas Unit 28

2,491
1,455
0,629
0,150
0,153
0,052
0,033
100,00
100,00 BTU / SCF

2,780
0,0423
0,679
0,162
0,166
0,057
0,03
99,700
783,1 BTU / SCF

Mengubah H2S yang terdapat dalam acid gas menjadi sulfur cair (molten).
Mengirim sulfur molten ke unit pelletizing.
Mengirim sisa element sulfur ke tail gas unit.
Memproduksi steam tekanan tinggi 42 kg/cm2.
SRU mampu mengkonversi H2S menjadi sulfur cair mencapai 98 %.
H2S inlet SRU
24.673%

H2S outlet SRU


0.85%

Proses sulfur recovery disebut juga proses claus yang ditemukan oleh Carel
Fredik Claus, seorang ahli kimia berkebangsaan inggris dan dipatenkan pada tahun
1883. Sekitar tahun 1930 dilakukan penambahan dapur reaksi.
SRU berfungsi untuk mengubah H2S dalam aliran acid gas dari treating unit
menjadi sulfur dengan pembakaran gas buangan dengan memakai proses claus.
Proses yang didasari reaksi katalitik dengan menggunakan katalis titanium dioksida
dan aktif alumina. Reaksi ini terdiri dari satu reaction furnace dan tiga converter
serta fasilitas lainnya. Uraian garis besar SRU adalah:
1. Acid gas dari treating unit dengan CO2 72% dan H2S 24% bersama
dengan gas yang direcycle dari tail gas unit dimasukkan ke dalam
reaction furnace. Didalamnya juga dimasukkan udara untuk menyediakan
O2 yang dibutuhkan. Didalam reaction furnace, konversi H2S menjadi
sulfur sekitar 40%.
2. Gas yang keluar dari reaction furnace dan mengandung sulfur pada fasa
gas didinginkan di sulfur condenser I lalu menjadi sulfur cair (molten)
dan dikirim ke sufur pit. Sisa gas yang tidak terkonversi dipanaskan lagi
di inlet heater dan kemudian masuk ke reactor I. Disini konversi terjadi
dengan bantuan katalis titanium dioksida dan active alumina. Konversi
yang didapat mencapai 35%.
3. Gas yang keluar dari reactor I mengandung sulfur dalam fasa gas dan di
dinginkan di sulfur condenser II dan dikirim ke sulfur pit. Sisa gas tidak
3

terkonversi dipanaskan kembali di reheater I sebelum memasuki reactor


II. Di reactor II, katalis yang digunakan tetap sama dan konversinya
mencapai 20%.
4. Gas yang keluar dari reactor II didinginkan didalam sulfur condenser III.
Sisa gas tidak terkonversi dipanaskan kembali di reheater II dan dikirim
ke reactor III untuk mengkonversi gas H2S menggunakan katalis titanium
dioksida. Hsil konversi ini sekitar 5%.
5. Gas yang keluar dari reactor III didinginkan kembali menjadi sulfur cair
dengan sulfur condenser IV. Gas tidak terkonversi selanjutnya dialirkan
ke tail gas unit.
Konversi akhir yang dicapai pada proses diatas mencapai sekitar 96%.
Hasil yang diperoleh dari pendinginan sulfur gas menjadi sulfur cair (molten)
dikirim sulfur pit dan selanjutnya dikirim ke unit pelletizing.

2.3 Bahaya H2S Terhadap Kesehatan


Gas H2S bersifat ekstrim racun yang menempati kedudukan
kedua setelah Hydrogen sianida (HCN) dan sekitar lima kali lebih
beracun dari karbon monoksida (CO). Gas H2S sangat berbahaya
jika terhirup masuk ke saluran pernafasan. Jika jumlah gas H2S
yang terserap ke dalam sistem peredaran darah melampaui
kemampuan oksidasi dalam darah maka akan menimbulkan
keracunan terhadap sistem syaraf. Setelah itu secara singkat
segera diikuti terjadinya sesak nafas dan kelumpuhan (paralysis)
pernafasan pada konsentrasi tinggi. Jika penderita tidak segera
dipindahkan ke ruangan berudara segar dan diberikan bantuan
pernafasan maka akan segera terjadi kematian akibat kelemasan
(asphyxiation). Pengaruh gas H2S pada konsentrasi rendah akan
mengakibatkan terjadinya gejala pusing, mual, rasa melayang,
batuk-batuk, gelisah, mengantuk, rasa kering dan nyeri di hidung,
tenggorokan, dan dada.
Penyelidikan atau pemantauan adanya gas H2S dengan
penciuman akan sangat berbahaya karena indera penciuman akan
cepat dilumpuhkan oleh gas tersebut. Pengaruh H2S tergantung
pada berapa lama terpapar (exposure) dan konsentrasi dari gas
tersebut.Seseorang yang menghirup gas H2S dosis konsentrasi
yang tinggi dapat mengakibatkannya secara cepat tidak sadarkan
diri.
Korban yang keracunan gas H2S harus segara dipindahkan
dari daerah tersebut dan segara diberi bantuan pernafasan
4

(artificial resuscitation) untuk menghindari kematian dan gangguan


kerusakan otak.Seseorang yang menghirup gas H2S dengan dosis
konsentrasi rendah dalam waktu 3-15 menit dapat menyebabkan
mata berair, iritasi pada kulit dan batuk-batuk.
Seseorang yang terkena gas H2S akan menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh dan akhirnya menurunkan
produktivitas kerja, terutama bila bahaya tersebut terjadi secara
berulang-ulang. Kontak langsung seseorang pada daerah H2S yang
berlangsung lama dapat menyebabkan gejala keracunan gas H2S
semakin meningkat. Jika gas H2S bercampur dengan keringat akan
menghasilkan larutan Sulfuric acid yang dapat menyebabkan kulit
seperti terbakar.
Gas H2S pada konsentrasi rendah (0,025-25 ppm) akan
tercium seperti bau telur busuk yang memberikan peringatan
kepada seseorang yang berada di lingkungan tersebut untuk
segera lari menginggalkan tempat tersebut dan segera
menggunakan alat bantu pernafasan. Penginderaan merupakan
sistem peringatan diri yang penting dan sangat membantu untuk
menyelamatkan diri. Karena jika konsentrasi gas H2S terus
meningkat di atas 25 ppm akan dapat mematikan indera
penciuman
dan
korban
mulai
tidak
sadarkan
diri.
2.4 Pengaruh H2S Terhadap Peralatan
Peralatan metal yang retak karena H2S disebabkan metal
menderita tingkat tarikan yang tinggi di daerah korosif H2S. Gas
H2S yang larut dalam air dan membentuk larutan acid yang lemah
dapat menimbulkan lubang-lubang karena pengaruh oksigen atau
karbon dioksida (CO2).Pengaruh paling nyata dari gas H2S adalah
kemampuannya untuk membuat kerapuhan pada metal karena
pengaruh hydrogen atau yang dikenal dengan Sulfide Stress
Cracking.
Ada empat faktor yang mempengaruhi metal akan menjadi
rusak dalam keadaan rapuh oleh H2S. Pertama, makin keras jenis
metal maka akan makin besar pula pengaruhnya terhadap
terjadinya sulfide stress cracking. Baja jenis RC 22 yang
mempunyai yield strength lebih dari 95.000 psi umumnya tahan
terhadap sulfide stress cracking. Kedua, lingkungan korosif
mempunyai peranan penting dan akan menyebabkan metal
menderita sulfide stress cracking. Ketiga, jumlah beban makin
tinggi dapat menyebabkan makin tinggi pula terjadinya sulfide
stress cracking. Keempat, hampir semua metal berekasi dengan
5

H2S dan membentuk metal sulfida. Hal ini dapat menimbulkan


terjadinya kerusakan pada peralatan yang terbuat dari metal,
kerusakan pada pipa dapat menyebabkan pipa patah secara
mendadak.
Alat khusus dan peralatan control harus dipergunakan pada
lingkungan kerja yang mengandung gas H2S. Peralatan tersebut
harus dirawat dan dites secara teratur terhadap korosi maupun
sulfide stress cracking yang disebabkan oleh gas H2S.

2.5 Pendeteksi Gas H2S


Ada beberapa alat pendeteksi dan cara yang digunakan
untuk mengetahui adanya gas H2S. Dalam pemilihan pemakaian
alat pendeteksi perlu diperhatikan: (a) karakteristik produk, (b)
sejarah pemakaian, (c) perawatan jangka panjang, (d) perawatan
yang murah, (e) spare part yang mudah diperoleh, (f) kalibrasi
mudah, (g) dukungan service manufactur, serta (h) biaya
pengadaan dan perawatan murah.
Alat pendeteksi gas H2S antara lain adalah Sistem
Pemantauan Tetap (Fixed Monitori System). Alat ini merupakan alat
keselamatan terhadap pengaruh H2S yang canggih pada saat
ini.Alat ini dapat memberikan peringatan baik dengan suara
maupun cahaya. Beberapa sensor atau monitor dapat ditempatkan
di beberapa lokasi yang potensial mengandung gas H2S. Apabila
konsentrasi H2S mencapai 10 ppm, maka hanya lampu yang
menyala yang dapat dilihat, jika konsentrasi mencapai 20 ppm
atau lebih maka lampu dan sirine akan menyala dan berbunyi. Alat
ini memberikan peringatan akan adanya bahaya yang timbul
sehingga alat ini dapat memberikan keselamatan bagi pekerja
pengeboran sehingga mereka akan mudah terproteksi setiap saat
selama mereka bekerja.
Alat ini terdiri dari beberapa bagian seperti sensor dan
transmitter, monitor dan alarm.Sistem kerja alat ini adalah gas H2S
terkena sensor elektronis.Sensor mengirim isyarat listrik ke panel
pengontrolan utama, yang merupakan panel computer.Isyarat
listrik dihitung dan masuk ke dalam komputer sebagai ukuran
konsentrasi H2S.Ukuran ini diperlihatkan pada suatu meteran di
alat pengontrol.Selanjutnya, alat pengontrol memberikan isyarat
bahwa telah terdeteksi adanya gas H2S yang dapat dilihat di layar
komputer.Pada saat yang bersamaan alat ini mengirim isyarat
peringatan kepada lampu peringatan dan sirine yang dipasang di
6

berbagai tempat dan membunyikan tanda bahaya bahwa terdapat


gas H2S di sekitarsensor.
Selain alat tersebut juga ada alat Pemantauan Elektronika
Pribadi (Personal Electronic Monitor).Alat ini biasanya dipegang
dengan tangan atau dipakai dengan ikat pinggang dan secara
tetap mengukur konsentrasi gas H2S pada kepala sensor. Alat ini
akan membunyikan alarm yang dapat didengar pada tingkat H2S
yang
ditentukan
sebelumnya.

BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Hydrogen sulfida (H2S) adalah gas beracun yang sangat
membahayakan.Dalam waktu singkat gas H2S dapat melumpuhkan sistem
pernafasan dan dapat mematikan seseorang yang menghirupnya.Pada konsentrasi
rendah gas H2S memiliki bau seperti telur busuk, namun pada konsentrasi tinggi bau
telur busuk tidak tercium lagi karena secara cepat gas H2S melumpuhkan sistem
syaraf dan mematikan indera penciuman.
7

Saat pengolahan, H2S itu tidak diinginkan, kita harus menghilangkan H 2S,
tapi bukan berarti kita harus membuang atau membakarnya juga, karena H 2S itu jika
di buat sebuah produk dapat memiliki nilai jual yang tinggi juga, disinilah
perusahaan membangun unit yang bernama unit SRU(sulfur recovery unit) yaitu unit
yang mampu mengkonversikan H2S di dalam gas asam menjadi elemen sulfur
dengan suatu reaksi oksidasi di dapur reaksi dan bantuan reaktor berkatalis. Sulfur
plant ini mampu mengonversikan hingga 98% gas asam.

Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/131960334
http://en.wikipedia.org/wiki/Claus_process
http://www.worleyparsons.com/CSG/Hydrocarbons/SpecialtyCap
abilities/Documents/Sulfur_Recovery_Unit_Expansion_Case_Stu
dies.pdf
8

Anda mungkin juga menyukai